EXPERIMEN PEMBUATAN CRAB NUGGET DENGAN BAHAN SECOND GRADE DARI INDUSTRI RAJUNGAN SERTA ANALISA ASPEK EKONOMINYA | yusuf | Jurnal Pangan dan Gizi 1 SM
EXPERIMEN PEMBUATAN CRAB NUGGET DENGAN BAHAN SECOND GRADE DARI INDUSTRI RAJUNGAN SERTA ANALISA ASPEK EKONOMINYA EXPERIMENT ON MAKING THE CRAB NUGGET BY RAW-MATERIAL OF SECOND GRADE CRAB AND THE ECONOMIC ASPECT ANALYSIS
Muhammad Yusuf dan Agus Suyanto
Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang Email : yus_crab@yahoo.com
Abstract
Development value added crab of second grade still very has potency to be developed and marketed. One of the development effort tried by utilization crab become crab nugget. This research aim to study how far its development prospect and how its marketing strategy so that product of experiment became the best product. In other hand, crab nugget as alternative and new nugget in the market can provide opportunity of entrepreneurship. Research method uses experiment with presentation of data descriptively tabulation traverse (cross-tabs). Result of market survey, consumer response to fickle product of crab nugget is: (a) Respondent interested to product counted 88,3 % (b) Respondent enthusiastic buy product 73,3 % (c) Respondent interested to product but do not intend to buy counted 15 %. Strategy performed within effort improve sale done by : (a) give better service (b) multiply promotion effectively and smart (c) vie with image feel more pre-eminent (d) give freshment at sale place visited by consumer.
Keyword : crab, value added product, crab nugget rajungan second grade dalam perkembangan
saat ini belum banyak dimanfaatkan secara Dengan semakin bertambahnya jumlah
PENDAHULUAN
optimal menjadi produk yang memiliki nilai penduduk maka semakin kompleks pula pola
tambah (value added). Daging rajungan second konsumsi atau permintaan ikan yang
grade biasanya dijual kembali ke perusahaan berkembang
lain yang memproduksi produk rajungan teknologi dan tuntutan jaman mampu merubah
strerilisasi. Sebenarnya daging rajungan second selera dan preferensi dari permintaan ikan.
grade masih dapat diolah menjadi berbagai Semakin hari orang cenderung menuntut
macam produk yang menarik bagi konsumen penyediaan produk perikanan yang semakin
baik lokal maupun untuk konsumsi ekspor. sederhana dan praktis mengikuti pola kesibukan
Melihat peluang yang ada maka dan aktivitas masing-masing orang atau
pengembangan produk value added masih keluarga.
sangat berpotensi untuk dikembangkan dan Produksi pengalengan rajungan dipabrik
dipasarkan. Salah satu upaya pengembangan untuk kebutuhan ekspor terutama untuk
dicoba melalui pemanfaatan rajungan menjadi pasteurize crab meat memerlukan bahan baku
produk crab nugget. Dengan adanya produk daging rajungan yang berkualitas excelent.
baru tersebut diharapkan akan memberikan Dengan demikian, terdapat daging rajungan
alternatif produk baru sekaligus mengenalkan second grade yang ditolak atau reject. Daging
nugget rajungan.
METODOLOGI
Dokumentasi dilakukan pada saat pengumpulan data dengan mencatat data yang ada dilokasi
Penelitian ini merupakan penelitian yang
pemasaran.
sifatnya eksperimen dengan uji coba dalam mengolah crab nugget yang dilakukan pada
Analisa Data
skala labolatorium dan deskripsi dalam
Analisa Selera Pasar
memberikan gambaran secara sistematis, Dalam mengukur selera pasar digunakan faktual, dan akurat mengenai aspek teknis
analisis kesukaan (Hedonic Scale atau produksi (experiment) dan ekonominya.
Preference Test ) yang bertujuan untuk Uji coba produk dilaksanakan di
mengetahui respon panelis dan responden labolatorium Teknologi Hasil Perikanan
terhadap produk crab nugget baik pada saat uji Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
coba produk di labolatorium maupun pada saat Universitas Diponegoro, sedangkan wilayah
distribusi dalam survey pasar. sample
Hedonic scale atau uji kesukaan Semarang.
berdasarkan (SNI No. 01-2986-1992 dengan Bahan baku yang akan digunakan dalam
beberapa modifikasi) meliputi penilaian penelitian produk olahan rajungan untuk produk
kesukaan berdasarkan spesifikasi yang terdiri crab nugget mengacu pada referensi dengan
dari kenampakan, rasa, aroma, tekstur dan modifikasi dari Agustini dan Swastawati
kemasan produk dengan score sebagai berikut : (2003).
(9) Amat sangat disukai, (8) Sangat disukai, (7) Disukai, (6) Agak disukai (5) Netral, (4) Agak
Sumber Data
tidak disukai, (3) Tidak disukai, (2) Sangat Data didapatkan dengan cara langsung
tidak disukai, (1) Amat sangat tidak disukai. mengumpulkan dari sumber pertamanya melalui
Daya Serap Pasar
observasi dan penilaian dari uji hedonik. Data Menurut Ibrahim (2003) Daya Serap konsumen diambil dari responden sejumlah 60
Pasar (DSP) merupakan peluang pasar yang responden yang menjadi target dengan
dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil melakukan survey pasar untuk mengetahui
produksi dari usaha atau proyek yang presepsi terhadap produk dan minat beli
direncanakan. Untuk menghitung daya serap konsumen produk crab nugget di Kota
pasar dari hasil produksi dapat dilakukan Semarang.
berdasarkan perhitungan atas dasar konsumsi
Teknik Pengumpulan Data
perkapita dan perhitungan atas dasar jumlah Pengumpulan data primer dilaksanakan
konsumsi nyata. Proyeksi Daya Serap Pasar dengan cara observasi, dokumentasi dan uji
menggunakan rumus :
panelis yang dilengkapi dengan perangkat DSP = Jumlah Penduduk X Konsumsi daftar kuesioner. Observasi dilakukan pada saat
Nyata
pembuatan produk baik di laboratorium maupun DSP = Jumlah Penduduk X Konsumsi pada
saat didistribusikan.
Sedangkan
Perkapita
wawancara dilakukan pada saat kegiatan survei (Sumber : Ibrahim, 2003) pasar untuk mendapatkan informasi dengan
Untuk melihat daya serap pasar terhadap mengungkapkan pertanyaan (kuisioner) kepada
produk yang dihasilkan pada umumnya dengan responden baik konsumen maupun produsen.
melihat dari segi permintaan, penawaran, melihat dari segi permintaan, penawaran,
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah peluang pasar (Market Potensial) yang
Hasil
Ekperimen
Produk (Product
dapat dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan
Experiment)
sedangkan market share adalah kesempatan Dalam pembuatan produk olahan setiap perusahaan mendapatkan peluang pasar
rajungan produk nugget, teknologi yang dengan persaingan yang dipengaruhi oleh harga,
digunakan adalah semi modern. Peralatan yang kualitas, kuantitas, penggunaan teknologi dan
digunakan mudah diperoleh karena merupakan lain sebagainya (Ibrahim 2003). Apabila
peralatan yang sering dipakai dalam rumah dinyatakan dengan rumus market share dapat
tangga pada umumnya. Penggunaan teknologi dihitung dengan :
penunjang seperti alat cetak nugget dan freezer Market Share = Daya Serap Pasar
untuk penyimpanan bahan yang mudah busuk Jumlah Produsen
berkaitan dengan kebutuhan kapasitas proses, (Sumber : Ibrahim, 2003)
kecepatan dan mutu produk selama proses
produksi .
Penetapan Harga
Proses pengolahan dimulai dari awal Penetapan Harga Jual dari hasil produksi
yaitu penyiapan bahan baku sampai pada proses pada dasarnya dihitung
akhir penggorengan produk. Secara lengkap menjumlahkan biaya produksi atau harga pokok
dengan cara
perbedaan perlakuan setiap produk dan alur pembelian barang per unit serta beban biaya
proses pengolahannya adalah sebagai berikut : tetap per unit dan menentukan besarnya jumlah
(a) Produk Nugget
keuntungan yang diinginkan (Ibrahim 2003).
(b) Produk Crab Nugget
Rumus penetapan harga adalah sebagai berikut : Harga Jual = Biaya Produksi Per Unit
Uji Kesukaan Produk Crab Nugget
1 – Margin / 100 Uji kesukaan terhadap produk crab (Sumber : Ibrahim, 2003)
nugget dilakukan oleh 30 orang panelis dengan
2.3.2. Margin Pemasaran
parameter yang diamati adalah penampilan, Besarnya margin pemasaran merupakan
rasa, tekstur, aroma dan konsistensi. penilaian selisih dari harga jual produk dikurangkan
setiap perbedaan perlakuan produk (Pengukusan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
dan Perebusan) serta perbedaan penambahan proses produksi dan proses pemasaran (Ibrahim,
campuran daging rajungan.
2003). Rumus yang digunakan untuk Dari penilaian rata-rata di atas maka menghitung margin pemasaran adalah :
produk crab nugget yang terpilih sebagai MP = (HJP – BP) – HB
produk yang akan dijadikan uji coba pada tahap (sumber : Ibrahim, 2003)
berikutnya atau tahap survei pasar adalah produk dengan kode CN beku 3. dengan
Dimana : perlakuan pada tahap setelah pencetakan MP = Margin Pemasaran
menggunakan sistem pembekuan dan komposisi HJP = Harga Jual Produk
crab 60 %. Modifikasi dan penyempurnaan BP = Biaya Produksi
yang perlu dilakukan sesuai catatan dan HB = Harga Bahan Baku
pendapat dari para panelis yaitu treatmen penguatan rasa rajungan yang lebih terasa, pendapat dari para panelis yaitu treatmen penguatan rasa rajungan yang lebih terasa,
berminat membeli produk, artinya terdapat 9 responden yang menyukai produk tetapi tidak
Hasil Analisa Pasar (Marketing Researc)
berminat membeli. Beberapa alasan yang dikemukakan responden diantaranya karena
Dalam menunjang akurasi dari deskripsi banyak kebutuhan lain yang lebih prioritas dan pemasaran, maka perlu survei pasar dengan cara
alasan penghematan ekonomi melakukan distribusi produk hasil uji coba. Target sampel responden untuk konsumen
Strategi dan Promosi
sebanyak 60 orang berdasarkan karakteristik
dalam meningkatkan konsumen menurut kependudukan (demografi),
Strategi
penjualan merupakan salah satu upaya di dalam gaya hidup (psikografi) dan pola konsumsi
terobosan dan solusi untuk (behaviour).
mencari
keberlanjutan usaha yang dilakukan oleh para pemasar yang menjual produknya. Strategi
Minat Konsumen
pemasaran dan promosi adalah kegiatan yang Dari grafik di atas dapat diketahui
dapat saling menunjang untuk keberhasilan bahwa responden menyukai produk yang
pemasaran. Tujuan dilaksanakan promosi ditawarkan 88,3 % sedangkan yang tidak
adalah : (a) Untuk memperkenalkn produk menyukai terhadap produk yang ditawarkan
kepada konsumen (b) Memberikan daya tarik 11,7 %. Dari jumlah 53 responden yang
kepada konsumen untuk membeli produk yang menyukai produk beralasan sebabanyak 23
dipasarkan. Promosi dapat dilakukan secara responden karena terbiasa mengkonsumsi
langsung seperti, pameran, tatap muka, maupun produk makanan seperti yang ditawarkan
secara tidak langsung melalui media masa sehingga
seperti : koran, majalah, TV, radio, brosur, dan mengkonsumsi apabila sedang berminat.
internet. Berdasarkan survey terdapat beberapa Sebanyak 14 responden beralasan karena
strategi yang dilakukan produsen dalam upaya harganya terjangkau dan sisanya 16 responden
peningkatan penjualan dan cara promosi yang beralasan karena menyukai rasanya.
dilakukan produsen nugget di Kota Semarang. Dari Hasil survei diketahui bahwa sebanyak 26,7 % responden tidak berminat untuk membeli produk yang ditawarkan apabila
Dari produsen yang disurvey strategi dijual sedangkan 73.3 % berminat untuk
yang dipilih dalam meningkatkan penjualan membeli produk. Secara jumlah yang berminat
adalah dengan : (a) pelayanan yang baik : 4 untuk membeli produk sebanyak 25 responden.
produsen (b) memperbanyak promosi : 3 produsen (c) meningkatkan citrarasa : 8 produsen (d) memberikan diskon harga : 1 produsen (e) memilih tempat strategis : 3
Hasil survei menyebutkan bahwa produsen. Beberapa produsen juga memberikan responden yang menyukai produk tidak
komentar diantaranya adalah kenyamanan seluruhnya berminat membeli apabila produk
tempat dan kebersihan baik produk yang dijual crab nugget dijual di pasaran. Dari 53
maupun sarananya menjadi sesuatu yang responden atau 88.3% yang menyukai hanya maupun sarananya menjadi sesuatu yang responden atau 88.3% yang menyukai hanya
memiliki nilai jual yang tinggi di mata Berdasarkan hasil survey pasar kegiatan
masyarakat. Dalam upaya untuk mengetahui promosi yang dilakukan oleh produsen nugget
daya serap pasar untuk produk crab lunpia di diantaranya adalah : (a) melalui brosur yang
Kota Semarang diperkirakan dengan asumsi ditempel di tempat strategis, diedarkan di jalan,
kebutuhan konsumsi ikan per kapita per tahun dan ditempelkan di kemasan produk : 8
20 kg ( sumber: produsen (b) spanduk yang dipasang di sekitar
Kota
Semarang
www.semarang.go.id ) dengan analisa di bawah tempat penjualan : 8 produsen (c) media koran :
ini :
1 produsen (d) radio : 1 produsen (e) papan DSP = Jumlah Penduduk X Konsumsi reklame besar yang dipasang di tempat
Per Kapita
penjualan : 1 produsen. (Sumber : Ibrahim 2003) DSP = Jumlah Penduduk X Konsumsi
Penetapan Harga
Perkapita X % Kebiasan Penetapan Harga Jual dari hasil produksi
Konsumsi X % Minat Beli crab lunpia dihitung berdasarkan pada besarnya
DSP = 1.389.421 jiwa X 20 kg jumlah keuntungan yang diinginkan yaitu 265
X (7/60X100) X (13/60X100) % per kg dan biaya produksi per kg adalah
= 701.812 kg/tahun
Rp.56.801,-. Di bawah ini rumus dan
= 58.484 kg/ bulan
perhitungan penetapan harga adalah sebagai
= 1.949 kg/hari
berikut : Sedangkan market share yang tersedia apabila dalam persaingan pasar terdapat 200 Harga Jual = Biaya Produksi Per Unit
penjual nugget di Kota Semarang (berdasarkan
1 – Margin / 100 pengamatan di lapangan) dapat dihitung sebagai (sumber: Ibrahim 2003)
berikut :
Harga Jual (per kg)
Market Share (Kg)
= Rp.56.801,-
= Rp.150.522,-
= Daya Serap Pasar
Jumlah Produsen = 1.949 = 9,74 kg/hari
Harga Jual (per biji)
= Rp.150.522,- per kg = Rp. 2.508,-
Market Share (Rp)
60 biji = 9,74 kg/hari X Rp.2.500,-
X 60 biji
Harga Jual (per biji) = Rp.525.960.000,- per tahun = dibulatkan Rp.2.500,- per biji
= Rp.43.830.00,- per bulan = Rp.1.461.000,- per hari
Daya Serap Pasar
Selama ini jenis nugget yang ada di
Margin Pemasaran
pasaran berupa nugget udang, nugget ayam, Margin pemasaran antara produk yang sedangkan belum ada penjual yang menjual
dijual dalam bentuk rajungan second grade nugget dari bahan rajungan karena rajungan
dengan produk value added crab nugget dengan produk value added crab nugget
UCAPAN TERIMAKASIH
produk crab nugget dengan second grade Pada kesempatan ini penulis menyampaikan dikurangkan dengan seluruh biaya yang
rasa terimakasih yang tulus kepada semua pihak dikeluarkan untuk proses produksi. Rumus yang
yang mendukung dalam penyelesaian artikel ini, digunakan untuk menghitung margin pemasaran
terlebih kepada para tim perevisi Jurnal Pangan produk value added adalah :
dan Gizi.
MP = (HJP – BP) – HB
DAFTAR PUSTAKA
(sumber : Ibrahim, 2003) MP = (Harga Crab Nugget – BOP)
Agustini, T.W. dan Swastawati, F. 2003. – Harga Second Grade
“Pemanfaatan Hasil Perikanan Sebagai Produk Bernilai Tambah (Value Added)
MP = (Rp.150.000,- – Rp.56.801) Dalam Upaya Penganeka Ragaman – Rp.11.000,-
Pangan ”. Jurnal Teknologi dan Industri MP = Rp.71.199,- per Kg
Pangan. IPB. Bogor Cooper, Donald. R. 1996. “Business Research
KESIMPULAN
Methods ”. Metode Penelitian Bisnis. Erlangga. Jakarta
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengembangan produk (eksperiman) dan
Djamin, Zulkarnain 1993. “Perencanaan dan Analisa Proyek ”. Lembaga Penerbit
survey pasar adalah sebagai berikut : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
1) Hasil survey pasar, respon konsumen
Jakarta
terhadap produk olahan rajungan crab Ibrahim, Yacob. 2003. “Studi Kelayakan
nugget adalah : (a) Responden yang Bisnis ”. Rineka Cipta. Jakarta. menyukai produk sebanyak 88,3 % (b)
Kotler, P. 2002. “Manajemen Pemasaran” Edisi Responden yang berminat membeli produk
Millenium Jilid 1. Prenhallindo. Jakarta. 73,3 % (c) Responden yang menyukai
Mason, Robert D. and Lind, Dauglas A. 1996. produk tetapi tidak berminat membeli
“Statistical Techniques in Business and sebanyak 15 % (d) Konsumen juga
Economic ” Tehnik Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta
menginginkan adanya beberapa produk olahan dari bahan rajungan dengan beberapa
Pemerintah
Semarang. 2006. www.semarang.co.id “Kondisi Umum
Kota
pengembangan lain yang berbeda misalnya Semarang ” (Profil Internet)
bakso, sosis, kaki naga yang dapat Suparmoko. 1995. “Metode Penelitian Praktis dipasarkan ke masyarakat.
(Untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi) ”.
2) Strategi yang dilakukan dalam upaya
BPFE. Yogyakarta.
meningkatkan penjualan dilakukan dengan Susilowati, Indah. 2006 “Keselarasan Dalam cara : (a) memberikan pelayanan yang lebih
dan Pengelolaan baik (b) memperbanyak promosi secara
Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Bagi Manusia dan Lingkungan ”. Pidato Pengukuhan Guru
efektif dan tepat sasarannya (c) bersaing Besar. Badan Penerbit UNDIP. Semarang. dengan citrarasa yang lebih unggul (d)
Swastha, Basu. 2005. “Manajemen Pemasaran memberikan kenyaman pada tempat
Modern ”. Liberty. Yogyakarta penjulan yang dikunjungi konsumen.
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Tabel 1. Eksperimen Perlakuan Pengolahan Nugget
1 CN beku
Pembekuan
2 CN kukus
Pengukusan
Tabel 2. Eksperimen penambahan rajungan pada produk Nugget
1 CN beku 1
Crab 20 %
2 CN beku 2
Crab 40 %
3 CN beku 3
Crab 60 %
4 CN kukus 1 Crab 20 %
5 CN kukus 2 Crab 40 %
6 CN kukus 3 Crab 60 %
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
RAJUNGAN SECOND GRADE
BOMBAY CACAH
MIXING (PENCAMPURARAN)
Gambar 1. Alur Proses Pengolahan dan Perbedaan Perlakuan Produk
total responden (100 %)
(73,3%) menyukai tapi tidak berminat membeli (15 %)
Gambar 2. Hubungan Minat Konsumen
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Grafik 1. Respon Kesukaan
88.3 % SUKA
11.7 % TIDAK SUKA
Kebiasaan Harga Rasa
Grafik 2. Minat Beli Konsumen
26.7 % TIDAK BERMINAT
73.3 % BERMINAT
Lunpia Nugget Keduanya
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
MUTU GIZI DAN ORGANOLEPTIK SUSU TEMPE FERMENTASI DENGAN PENAMBAHAN JENIS BAHAN PENGENTAL NUTRITION QUALITY AND ORGANOLEPTIC FROM FERMENTATION OF TEMPE MILK WITH ADDITION OF THICKENING
Luqman Najih dan Nurhidajah
Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang Penulis korespondensi Luqman Najih, (email: luckmannajih@yahoo.com )
Abstract
The aim of the study was to determine the nutritional quality and organoleptic properties of fermented tempe milk with addition of thickening agents. The design study of the mono factors and completely randomized design with 7 treatments and 3 replications, the addition of thickening agents such as flour, tapioca flour, cornstarch, carrageenan, gelatin, agar, and control without the addition of thickening agents. Result: The addition of thickening agents had not significant on pH, ash, protein, and fat, but the significant on the water of fermented tempe milk. Results of statistical analysis of organoleptic test showed addition of thickening agents do not significant the color and aroma but significant on the taste and texture. In terms of nutritional quality, the highest protein total in the tempe milk fermented with the addition of 0.6% gelatin thickening agent (3.635%). The highest fat in the addition of thickening starch 6% (2.214%).
Keywords: Fermented of Tempe Milk, thickener, nutritional quality, organoleptics. Tempe pada umumnya mempunyai
PENDAHULUAN
keterbatasan dalam hal variasi pengolahan yang terbatas serta rasa khas yang terkadang tidak
Tempe merupakan makanan tradisional disukai oleh sebagian orang (Subagio et. al , Indonesia yang dikonsumsi oleh hampir semua
2002). Oleh karena itu untuk mendapatkan nilai lapisan masyarakat, dengan konsumsi rata-rata
tambah secara ekonomis, peningkatan nilai gizi, pertahun 5,2 kg/kapita. Tempe mengandung
dan organoleptik konsumen terhadap Bahan komponen-komponen gizi yang tinggi, seperti
pengental juga sering digunakan untuk
mendapatkan mutu produk fermentasi asam diketahui mengandung senyawa antioksidan
protein dan vitamin B 12 , bahkan tempe
laktat seperti susu tempe fermentasi. Mutu yang diidentifikasi sebagai isoflavon, yakni
merupakan gabungan karakteristik atau atribut daidzein , genistein, glisitein dan faktor-2 (6, 7,
organoleptik yang memberikan identitas khusus 4,
suatu produk yang memiliki kemampuan dalam hydroxyantranilic acid . Senyawa-senyawa ini
memenuhi kebutuhan yang ditentukan. Ukuran diyakini mempunyai peranan dalam meredam
dari mutu pada produk pangan dapat aktifitas radikal bebas, sehingga bermanfaat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bagi pencegahan kangker seperti halnya
sifat fisik, sifat kimia, dan sifat mikrobiologi. karotenoid, vitamin E, dan vitamin C (Subagio
Susu tempe fermentasi adalah minuman et. al , 2002).
fermentasi yang dalam proses pembuatannya melibatkan peranan bakteri asam laktat yaitu
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus maizena, tepung terigu, gelatin, agar, dan bulgaricus dan telah umum dipakai dalam
karagenan serta bahan tambahan berupa gula. proses pembuatan yogurt maupun soygurt.
Sedangkan alat yang digunakan antara lain : Dengan pengolahan susu tempe fermentasi
panci, mangkuk, gelas plastik, sealer, sendok tersebut diharapkan dapat memberikan nilai
kompor gas, blender, dan baskom tambah pada produk tempe berupa nilai gizi
Penelitian ini menggunakan rancangan serta sebagai salah satu minuman prebiotik.
faktor (Single Faktor Bahan pengental menjadi komponen
perlakuan satu
Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap penting dalam pembuatan minuman fermentasi
(RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. asam laktat. Masalah yang dihadapi dalam
Bahan pengental berupa tepung tapioka, tepung pembuatan minuman fermentasi asam laktat
maizena, tepung terigu, keragenan, gelatin, agar adalah adanya penurunan stabilitas selama
dan kontrol.
penyimpanan. Penurunan
Pengujian dilakukan terhadap hasil disebabkan adanya butiran-butiran halus yang
stabilitas
ini
penelitian meliputi nilai gizi yang terdiri dari akan terpisah dan mengendap setelah produk
pH, kadar air, kadar abu dan protein, serta disimpan. Penambahan bahan penstabil yang
pengujian terhadap parameter organoleptik. sesuai dengan produk fermentasi asam laktat
Analisis hasil secara deskriptik selanjutnya uji yang ber-pH rendah dan proses hormogenisasi
statistik untuk mengetahui perbedaan antar dapat dilakukan untuk menghasilkan produk
perlakuan.
minuman probiotik yang memiliki stabilitas yang baik (Rizal, 2006).
Menurut Rahman et. al.(1992), bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
penstabil yang biasanya digunakan untuk minuman fermentasi asam laktat adalah gelatin,
A. Penelitian Pendahuluan
carboxymethylcellulosa (CMC), alginat, dan Berdasarkan hasil rata-rata penelitian keragenen dengan konsentrasi sekitar 0,5
pendahuluan dari berbagai perlakuan sampai 0,7 persen agar, serta kontrol tanpa
penambahan bahan pengental yang terbaik penambahan bahan pengental.
sesuai dengan penilaian panelis dapat Penelitian ini mengkaji aspek mutu gizi
disimpulkan bahwa bahan pengental yang meliputi kadar protein dan kadar lemak
dengan konsentrasi tepung terigu 6%, serta mutu organoleptik untuk mengetahui
tepung tapioka 6%, tepung maizena 6%, tingkat kesukaan panelis terhadap warna,
karagenan 0,6%, gelatin 0,6%, dan agar aroma, rasa, dan tekstur pada minuman susu
0,4% mempunyai nilai tertinggi dan masuk tempe fermentasi dengan penambahan jenis
kriteria disukai panelis. Melihat hal ini, bahan pengental.
keenam
pengental tersebut selanjutnya dipilih untuk perlakuan pada
bahan
METODOLOGI
penelitian utama untuk menganalisis mutu gizi yang meliputi análisis kadar abu, kadar
Bahan pembuat susu tempe fermentasi air, kadar lemak, kadar protein, dan mutu terdiri dari : tempe kedelai kuning, plain yogurt,
organoleptik.
bahan pengental berupa tepung tapioka, tepung
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
B. Penelitian Utama
Hasil analisis statistik Kruskal Wallis
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh Selama proses fermentasi susu tempe menjadi
1. pH
penambahan beberapa jenis bahan pengental susu tempe fermentasi terjadi perubahan pH.
tehadap pH susu tempe fermentasi karena p- Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan
value lebih dari 0,05 (0,880). beberapa jenis bahan pengental memberikan
(0,880). Dengan kata lain penambahan beberapa dampak yang berbeda terhadap penurunan pH
jenis bahan pengental tersebut tidak pada susu tempe fermentasi. Hasil analisis
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH menunjukkan bahwa pH susu tempe fermentasi
susu tempe fermentasi. Penurunan pH susu berkisar antara 5,171-5,650. Pada perlakuan
tempe fermentasi disebabkan oleh adanya yang ditambah agar 0,4% mempunyai pH lebih
penambahan gula dalam proses pembuatannya tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
dimana jenis gula yang digunakan adalah jenis Menurut Yusmarini et. al (2004),
sukrosa dengan konsentrasi sebanyak 7%. Oleh apabila susu kedelai langsung diinokulasi tanpa
karena itu pH susu tempe fermentasi tidak penambahan gula tidak akan menghasilkan
memberikan pengaruh yang nyata. soygurt yang berkualitas baik hal ini ditandai dengan masih tingginya nilai pH dan tidak
2. Kadar Abu
terjadi penggumpalan protein. Sukrosa yang Pengukuran kadar abu bertujuan untuk merupakan disakarida akan diurai terlebih
mengetahui besarnya kandungan mineral yang dahulu menjadi monosakarida-monosakarida
terdapat dalam susu tempe fermentasi. Menurut penyusunnya yaitu fruktosa dan glukosa,
Sudarmadji et. al. (1996), abu adalah zat selanjutnya glukosa akan dimanfaatkan oleh
anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat bulgaricus sebagai sumber energi dan sebagian
dengan kandungan mineral yang terdapat dalam lagi akan dimetabolisir lebih lanjut menjadi
suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu asam-asam organik terutama asam laktat.
bahan yang dihasilkan.
Asam-asam organik akan menurunkan pH susu Kadar abu susu tempe fermentasi kedelai.
ditunjukkan Gambar 3. Hasil analisis Menurut Tamime & Robinson (1989),
menunjukkan bahwa kadar abu susu tempe fermentasi karbohidrat oleh Streptococcus dan
fermentasi berkisar antara 0,253-0,583%. Lactobacillus dilakukan melalui konversi
Gambar 3 menunjukkan penambahan jenis karbohidrat ke glukosa dan kemudian glukosa
bahan pengental memberikan dampak yang difermentasi melalui jalur heksosa difosfat
berbeda terhadap kadar abu susu tempe untuk memproduksi asam laktat sebagai produk
fermentasi. Pada perlakuan yang ditambah utama. Asam-asam organik yang dihasilkan
karagenan 0,6% mempunyai kadar abu lebih akan menyebabkan pH susu kedelai menjadi
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya rendah. Semakin banyak sumber gula yang
(0,583). Sedangkan perlakuan penambahan dapat dimetabolisir maka semakin banyak pula
tepung terigu 6% mempunyai kadar abu lebih asam-asam organik yang dihasilkan sehingga
rendah (0,253).
secara otomatis pH juga akan semakin rendah.
Sunarti (2004) mengemukakan bahwa, kadar abu pada pati
Richana
dan
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
cenderung rendah hal ini dipengaruhi oleh tepung tapioka mempunyai kadar air lebih perbedaan proses pengolahan tepung dan pati.
rendah yaitu (79,56%).
Pati diperoleh dari ekstraksi dan pencucian yang Berdasarkan Gambar 4 menurut analisis berulang-ulang dengan air. Hal tersebut
statistik Kruskal Wallis menunjukkan bahwa menyebabkan mineral tersebut akan terlarut air
ada pengaruh penambahan beberapa jenis bahan dan ikut terbuang bersama ampas.
pengental tehadap kadar air susu tempe Menurut SNI 01-2897-1992 kadar abu
fermentasi karena p-value kurang dari 0,05 yogurt adalah maks 1,0%. Dari hasil penelitian
(0,006). Karena ada pengaruh penambahan jenis maka kadar abu susu tempe fermentasi telah
bahan pengental terhadap kadar air susu tempe memenuhi standar SNI. Hasil analisis statistik
fermentasi maka dilanjutkan dengan uji Anova menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
Duncan .
penambahan beberapa jenis bahan pengental Gambar 4 telihat bahwa kadar air tertinggi tehadap kadar abu susu tempe fermentasi karena
yaitu susu tempe fermentasi tanpa penambahan p-value lebih dari 0,05 (0,066). d bahan pengental (kontrol 87,43 ) dan kadar air
terendah yaitu susu tempe fermentasi dengan
3. Kadar Air
penambahan bahan pengental tepung tapioka Kadar air merupakan banyaknya air yang a (79,56 ). Kadar air susu tempe fermentasi
terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam berbanding terbalik dengan total padatan persen. Kadar air juga salah satu karakteristik
produk, semakin tinggi total padatan susu tempe yang sangat penting pada bahan pangan, karena
fermentasi maka kadar air produk tersebut akan air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
semakin rendah. Oleh karena itu perlakuan dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air
tanpa penambahan bahan pengental (kontrol) dalam bahan pangan ikut menentukan
mempunyai kadar air tertinggi. kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan
4. Kadar Protein
mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk Kadar protein susu tempe fermentasi berkembang biak, sehingga akan terjadi
ditunjukkan Gambar 5. Hasil analisis perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).
menunjukkan bahwa kadar protein susu tempe Kadar air susu tempe fermentasi
fermentasi berkisar antara 2,547-3,635%.
Kadar protein susu tempe fermentasi pada menunjukkan bahwa kadar air susu tempe
ditunjukkan Gambar 4. Hasil analisis
semua tingkat perlakuan dapat dilihat pada fermentasi berkisar antara 79,56-87,43%.
Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa Gambar 4 menunjukkan bahwa penambahan
penambahan beberapa jenis bahan pengental beberapa jenis bahan pengental memberikan
memberikan dampak yang berbeda terhadap dampak yang berbeda terhadap kadar air susu
kadar protein susu tempe fermentasi. Pada tempe fermentasi. Pada perlakuan yang tidak
perlakuan yang ditambah gelatin 0,6% menggunakan tambahan bahan pengental
mempunyai kadar protein lebih tinggi (Kontrol) mempunyai kadar air lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu
(3,635%). Sedangkan perlakuan penambahan (87,43%). Sedangkan perlakuan penambahan
tepung maizena mempunyai kadar protein lebih rendah (2,547%).
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Perlakuan penambahan jenis bahan bahan pengental memberikan dampak yang pengental secara statistik Anova menunjukkan
berbeda terhadap kadar lemak susu tempe bahwa tidak ada pengaruh penambahan
fermentasi. Pada perlakuan yang ditambah beberapa jenis bahan pengental tehadap kadar
tepung tapioka mempunyai kadar lemak lebih protein susu tempe fermentasi karena p-value
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya lebih dari 0,05 (0,250).
(2,214%). Sedangkan perlakuan penambahan Tidak adanya pengaruh penambahan
gelatin mempunyai kadar lemak lebih rendah jenis bahan pengental terhadap susu tempe
fermentasi disebabkan oleh dua faktor, yang Rendahnya kadar lemak susu tempe pertama adalah disebabkan karena adanya
penambahan bahan penambahan protein dari mikroba yang
fermentasi
dengan
pengantal gelatin diduga disebabkan karena digunakan dalam proses fermentasi. Dalam
bahan baku yang digunakan berkadar lemak proses pembuatan susu tempe fermentasi
rendah. Menurut Tamime dan Robinson (1999) ditambahkan starter berupa plant yogurt
yogurt berdasarkan kadar lemaknya dibagi dimana mikroba yang memfermentasi plant
menjadi 4 kategori, yaitu yogurt rendah lemak yogurt adalah jenis S. thermophilus dan L.
(dibawah 0,5%), yogurt menengah (0,5-2,5%), bulgaricus. Penambahan starter adalah
yogurt normal (3%) dan yogurt lemak tinggi sebanyak 2,5% dari volume susu tempe.
(sekitar 10%). Berdasarkan kadar lemaknya, S. thermophilus dan L. bulgaricus yang
susu tempe fermentasi dapat dikategorikan ditambahkan akan memanfaatkan sumber
sebagai susu tempe fermentasi dengan kadar nitrogen dan karbon yang terdapat pada susu
lemak menengah (medium). Berdasarkan tempe untuk hidup dan berkembang biak
Gambar 6 menurut analisis statistik Kruskal (memperbanyak diri). Semakin banyak jumlah
bahwa perlakuan mikrobia yang terdapat di dalam soygurt maka
Wallis menunjukkan
penambahan jenis bahan pengental tidak ada akan semakin tinggi kandungan proteinnya
pengaruh tehadap kadar lemak susu tempe karena sebagian besar komponen penyusun
fermentasi karena p-value lebih dari 0,05 mikrobia adalah protein (Yusmarini dan Efendi,
2004). Faktor yang kedua adalah, walaupun
6. Penilaian Organoleptik
karagenan dan gelatin merupakan suatu protein
a. Warna
tetapi karena persentase penambahan yang Grafik uji hedonik tehadap warna susu rendah sehingga tidak memberikan perbedaan
tempe fermentasi tertera pada Gambar 7. yang nyata terhadap kadar protein susu tempe
Berdasarkan hasil analisis statistik Friedman fermentasi.
diketahui bahwa penambahan jenis bahan pengental tepung terigu 6%; tepung tapioka
5. Kadar Lemak
6%; tepung maizena 6%; karagenan 0,6%; Kadar lemak susu tempe fermentasi
gelatin 0,6%; agar 0,4%; serta kontrol 0%
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh menunjukkan bahwa kadar lemak susu tempe
ditunjukkan Gambar 6. Hasil analisis
penambahan jenis bahan pengental tehadap fermentasi berkisar antara 1,339-2,214%.
warna susu tempe fermentasi karena p-value Gambar 6 menunjukkan penambahan jenis
lebih dari 0,05 (0,223). Nilai rata-rata penilaian
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
warna yang diberikan oleh panelis berkisar tempe menjadi masing-masing 2,5 g dan 0,3 g antara 2,53 – 3 (suka) dan skor tertinggi pada
per 100 g setelah fermentasi 24 jam. susu tempe fermentasi dengan penambahan jenis bahan pengental tepung terigu 6%.
c. Aroma
Susu tempe fermentasi dengan perlakuan Grafik uji hedonik tehadap aroma susu
penambahan jenis bahan pengental mempunyai tempe fermentasi tertera pada Gambar 9.
warna keputihan. Warna putih yang terdapat Berdasarkan hasil analisis statistik Friedman
pada susu tempe fermentasi disebabkan karena diketahui bahwa penambahan jenis bahan
tempe yang digunakan untuk membuat susu pengental ada pengaruh tehadap rasa susu
tempe berwarna putih karena pengaruh proses tempe fermentasi karena p-value lebih kecil dari
fermentasi dari kapang jenis Rhizopuz, sp 0,05 (0,002). Nilai rata-rata penilaian rasa yang
sehingga susu tempe dan susu tempe fermentasi diberikan oleh panelis berkisar antara 1,73 – 2,6
yang dihasilkan berwarna putih. Selain itu, (tidak suka) dan skor tertinggi pada susu tempe
penambahan beberapa jenis bahan pengental fermentasi dengan penambahan jenis bahan
dari tepung juga memperngaruhi warna susu
pengental gelatin 0,6%.
tempe fermentasi menjadi lebih putih sehingga Aroma yang ditimbulkan oleh susu
rata-rata penilaian panelis menyatakan suka. tempe fermentasi adalah berupa perpaduan
antara aroma khas tempe, aroma jenis bahan
b. Rasa
pengental dan aroma yang ditimbulkan oleh Grafik uji hedonik tehadap rasa susu
senyawa asetaldehida, asetil fosfat, asam asetat tempe fermentasi tertera pada Gambar 8.
serta asam-asam lainnya dalam jumlah kecil Panelis kurang menyukai rasa susu tempe
sebagai hasil aktivitas kultur, tetapi aroma susu fermentasi karena kadar tempe yang relatif
tempe fermentasi didominasi oleh aroma asam. tinggi cenderung menimbulkan sedikit after
Aroma asam tersebut diduga sebagai penyebab taste pahit di mulut. Nurhayati (2001) di dalam
tidak sukanya panelis terhadap aroma susu Amaliah (2002) mengungkapkan bahwa
tempe fermentasi pada semua perlakuan. komponen yang menimbulkan rasa pahit pada
Masalah aroma yang asam (Sour tempe adalah 9, 12-octadecadienoic acid (asam
flavour ) disebabkan oleh dua alasan, yang linoleat) dan 9-octadecenoic acid (asam oleat),
pertama terjadi karena persentase inokulasi dimana dari deskripsi rasa berdasarkan standar
yang terlalu tinggi dan alasan kedua karena rasa asam linoleat dan asam olet murni dapat
temperatur penyimpanan yang tidak tepat diketahui bahwa asam linoleat mempunyai
(Tamime dan Robinson, 1999). Dapat deskripsi rasa oily dan getir. Komponen 9, 12-
disimpulkan bahwa persentase kultur yang octadecadienoic acid dapat menghasilkan asam
diinokulasikan pada proses pembuatan susu lemak berhidroksi yang rasanya pahit melalui
tempe fermentasi adalah 2,5% dan suhu oksidasi enzimatis dengan bantuan enzim
penyimpanan susu tempe fermentasi pada lipoksigenase dan peroksidase. Pada kedelai
temperatur optimum penyimpanan setelah
0 rebus 9, 12-octadecadienoic acid 0 dan 9- fermentasi sekitar suhu 5 C. Suhu 5 C octadecenoic acid bebas tidak ditemukan
dimaksudkan untuk mereduksi aktivitas (0g/100g), dimana jumlahnya meningkat pada
metabolik kultur.
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
bahwa penambahan jenis bahan pengental tidak
d. Tekstur
berpengaruh terhadap warna dan aroma susu Tekstur dalam penelitian ini adalah
tempe fermentasi tetapi berpengaruh terhadap tekstur yang berhubungan dengan kekentalan
rasa dan tekstur susu tempe fermentasi. susu tempe fermentasi. Grafik uji hedonik
Ditinjau dari mutu gizi, kadar protein tehadap tekstur susu tempe fermentasi tertera
tertinggi pada susu tempe fermentasi dengan pada Gambar 10.
penambahan bahan pengental gelatin 0,6 % Berdasarkan hasil analisis statistik
(3,635%) sedangkan kadar protein terendah Friedman diketahui ada pengaruh penambahan
fermentasi dengan jenis bahan pengental tehadap tekstur susu
pada susu
tempe
penambahan tepung maizena 6% (2,547%). tempe fermentasi karena p-value lebih kecil dari
Kadar lemak tertinggi pada susu tempe 0,05 (0,000). Nilai rata-rata penilaian tekstur
penambahan bahan yang diberikan oleh panelis berkisar antara 1,6
fermentasi
dengan
pengental tepung tapioka 6% (2214%) – 2,73 (suka) dan skor tertinggi pada susu
sedangkan kadar lemak terendah pada susu tempe fermentasi dengan penambahan jenis
tempe fermentasi dengan penambahan gelatin bahan pengental karagenan 0,6%.
Kekentalan susu tempe fermentasi Ditinjau dari mutu organoleptik warna sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan
putih pada susu tempe fermentasi disukai oleh pengental karena bahan pengental akan
panelis. Panelis kurang menyukai rasa susu menambah total padatan produk. Panelis
karena cenderung menyukai susu tempe fermentasi dengan tekstur
tempe
fermentasi
menimbulkan sedikit after taste pahit di mulut kental karena secara visual jika susu tempe
serta panelis tidak menyukai aroma asam pada fermentasi tidak menggunakan penambahan
susu tempe fermentasi. Sedangkan untuk tekstur bahan pengental akan terlihat masih adanya
panelis cenderung lebih menyukai susu tempe padatan yang akan mengendap di dasar gelas
fermentasi dengan kekentalan yang sedang. jika produk didiamkan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
DAFTAR PUSTAKA
bahwa panelis cenderung kurang menyukai susu Amaliah, A. 2002. Pembuatan Soygurt dengan
tempe fermentasi yang terlalu kental maupun Media Ekstrak Tempe . Skripsi Sarjana
susu tempe fermentasi yang terlalu encer
Masyarakat dan (kontrol). Panelis lebih menyukai susu tempe
Jurusan
Gizi
Keluarga, Fakultas fermentasi dengan kekentalan yang sedang yang
Sumberdaya
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Richana, R., Sunarti T. C., 2004. Karakterisasi
masih dapat disendok dan masih dapat diminum Sifat Fisikokimia Tepung Umbi dan
dengan sedotan. Tepung Pati dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi Kelapa dan Gembili .
KESIMPULAN
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penambahan jenis bahan pengental tidak Rizal, S. 2006. Pengaruh Penambahan Bahan
berpengaruh terhadap pH, kadar abu, kadar Penstabil Terhadap Karakteristik dan protein, serta kadar lemak, tetapi berpengaruh
Stabilitas Minuman Fermentasi Laktat pada kadar air susu tempe fermentasi. Hasil
dari Limbah Kulit Nanas . Laporan Penelitian Dosen Muda.
analisis statistik uji organoleptik menunjukkan
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Subagio, A., Hartati, S., Windrati, S.W., Unus, Tamime, A.Y., dan Robinson R.K, 1999. Fauzi, M. dan Heri, B., 2002. Kajian nd Yogurt: Science and Technology (2
Sifat Fisikokimia dan Organoleptik
ed) , CRC Press, England. Hidrolisat Tempe Hasil Hidrolisis
Winarno, F. G. 1984. Bahan Pangan Protease . Jurnal Teknologi dan Industri
Terfermentasi. Pusat Penelitian dan Pangan . Vol. 13 No. 3.
Pengembangan Teknologi Pangan, Sudarmadji, Haryono .B, Suhardi., 1996.
Institut Pertanian Bogor. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian
Yusmarini, Efendi, R., 2004. Evaluasi Mutu Yogyakarta : Penerbit Liberty.
dibuat dengan Tamime, A.Y., dan Robinson R.K, 1989.
Soygurt
yang
Penambahan beberapa Jenis Gula . Yogurt: Science and Technology (1 th ed) , Jurnal Natur Indonesia 6(2): 104-110.
Pergamon Press, New York.
Susu Tempe
Gula 7 %
Bahan Pengental
Pemasakan suhu 80-90 O C
Didinginkan suhu 40 O C
Diinokulasi dengan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
Dimasukkan ke dalam wadah
Di inkubasi suhu 37 O C Selama 18 jam
Susu Tempe Fermentasi
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Susu Tempe Fermentasi
Gambar 2. pH Susu Tempe Fermentasi Keterangan :
TR (Tepung terigu), TP (Tepung tapioka), MZ (Tepung maizena), KRG (Karagenan), GEL (Gelatin), Agar, Kontrol.
Gambar 3. Kadar Abu Susu Tempe Fermentasi
Gambar 4. Kadar Air Susu Tempe Fermentasi
Gambar 5 : Kadar Protein susu tempe fermentasi
Gambar 6. Kadar Lemak Susu Tempe Fermentasi
Gambar 7. Warna Susu Tempe Fermentasi Sangat tidak suka (1), Tidak suka (2), Suka (3), Sangat suka (4)
a. TR (Tepung terigu), TP (Tepung tapioka), MZ (Tepung maizena), KRG (Karagenan), GEL (Gelatin), Agar, Kontrol.
Gambar 8. Rasa Susu Tempe Fermentasi
Gambar 9. Aroma Susu Tempe Fermentasi
Gambar 10. Tekstur Susu Tempe Fermentasi
PENGARUH PENAMBAHAN TEMPE TERHADAP KADAR PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK TORTILA PROTEIN TOTAL AND ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF TORTILLAS WITH ADDITION OF TEMPE
Istinaroh 2) , Siti Aminah ,
1 Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang
2 Prodi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang
Abstract
Tortillas is a form of street food as a potential snack food. The combination of materials can be done to improve the nutritional value, such as tempeh. This study aims to determine the effect of soybean on protein content, water content and organoleptic properties of tortillas. Based on the analysis of protein levels more tortillas adding tempeh then tortillas increasing protein content, but this trend was not seen in the water content. Based on the good results of organoleptic tortillas taste, color, and aroma of the results showed that the highest value without the addition of tempeh.
Keywords: tortillas, adding tempeh, protein content, organoleptic properties.
PENDAHULUAN
komponen gizi tortila khususnya protein dapat meningkat, maka perlu ditambahkan bahan lain
Jagung merupakan salah satu serealia yang sebagai sumber protein yang relatif murah. penting selain padi dan gandum, disamping
Tempe merupakan alternatif bahan yang dapat sebagai bahan makanan pokok jagung menjadi
pembuatan tortila, lebih sangat penting karena merupakan bahan
ditambahkan
dalam
mengingat potensi gizi tempe yang komplek. pokok bagi industri pakan ternak. Jagung juga
Namun demikian penambahan tempe pada dapat diolah menjadi berbagai makanan yang
pembuatan tortila tentunya akan berpengaruh memiliki cita rasa tinggi dan dapat diawetkan
terhadap karakteristik organoleptik, seperti rasa, untuk dikonsumsi pada saat dibutuhkan.
warna, aroma dan tekstur. Sehingga perlu Beberapa makanan yang berasal dari jagung
dipelajari proporsi yang paling optimum antara lain tortila, marning, lepet, aneka kue dan
penambahan tempe pada pembuatan tortila. sebagainya. Melihat banyaknya manfaat jagung
bertujuan untuk maka perlu mengoptimalkan pemberdayaan
Penelitian
ini
mengetahui pengaruh penambahan tempe jagung sebagai sumber nutrisi bagi manusia
terhadap kadar protein, kadar air dan sifat (Santoso, Mushollaeni, Hidayat, 2006).
organoleptik tortila. Hasil penelitian ini Tortila biasanya berupa sejenis keripik
diharapkan dapat memberikan informasi atau chips yang terbuat dari jagung berbentuk
kepada masyarakat tentang makanan jajanan bundar gepeng dengan ukuran ketebalan yang
atau selingan khususnya tortila sebagai berbeda-beda. Mengingat bentuk dan tekstur
alternatif makanan ringan anak, yang tortila tersebut hampir menyerupai makanan
mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama jajanan yang disukai anak-anak, maka tortila ini
dan upaya dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan
kandungan
protein
penganekaragaman pangan. dan disosialisasikan kepada masyarakat. Agar
METODOLOGI
dibiarkan terendam dalam larutan kapur 10 % selama 12 jam (selama perendaman dilakukan
Bahan dan Alat
pengadukan). Setelah direndam, jagung Bahan yang digunakan untuk pembuatan
ditiriskan dan dicuci dengan air sampai bersih tortila adalah jagung (jenis jagung pipilan putih
untuk menghilangkan sisa kapur lalu ditiriskan. khusus untuk blendung atau bahan dasar jagung
Tempe yang digunakan sebagai bahan rebus), tempe kedelai, tepung beras (rose
campuran dikukus terlebih dahulu, kemudian brand), bawang putih, merica, garam, minyak
dihaluskan.
goreng (bimoli). Alat yang digunakan untuk Tortila dibuat dari bahan dasar yang pembuatan tortila adalah waskom, sendok,
sudah dihaluskan dicampur dengan tempe spatula, alat penghalus bumbu, kayu penggiling,
yang dihaluskan sesuai perlakuan yaitu 0 %, 10 loyang, wajan, serok dan susuk, dan kompor.
%, 15 %, dan 20%. Campuran bahan dasar Bahan dan alat untuk uji kadar protein
dengan tempe yang sudah homogen kemudian adalah tortila. Sedangkan alat yang digunakan
diberi bumbu yang sudah dihaluskan yang untuk uji kadar protein neraca analitik, labu
terdiri dari bawang putih, merica dan garam. dekstruksi, labu destilasi, biuret, peralatan
Lalu dikukus selama 15 - 30 menit. Setelah destilasi, alat pemanas, selang plastik, gelas
matang dihaluskan lagi sampai menjadi adonan ukur, pengaduk, pipet volume, beker glass,
yang halus dan rata. Adonan ditipiskan hingga gelas Erlenmeyer, corong, dan statip klem
membentuk lembaran tipis kemudian lembaran- dengan menggunakan larutan kimia H 2 SO 4 lembaran tersebut dipotong-potong membentuk
pekat, HgO, K 2 SO 4 , NaOH natio, Asam Borat persegi dengan ukuran ketebalan 2 mm. jenuh, Indikator MR- Methylen mixture dan
Campuran adonan dibuat lembaran-lembaran HCl 0,2 N. Sedangkan untuk uji kadar air
kemudian dipotong-potong dengan ukuran 2 x 2 peralatan yang digunakan antara lain neraca
cm.
analitik, oven pengering, cawan pengering Adonan yang sudah di potong-potong bertutup, gelas arloji, timer, tang, mortir dan
kemudian dijemur sampai kering dibawah sinar penumbuk, spatula serta desikator
matahari atau dikeringkan dengan alat pengering listrik pada suhu 65°C selama 3 jam.
Bahan dan alat yang digunakan untuk uji Keripik jagung (tortila) mentah digoreng organoleptik adalah piring kertas kecil yang
dengan minyak goreng panas pada suhu 170°C diberi kode, gelas minum, air putih matang
selama ±10 detik sampai warna kuning untuk minum, dan formulir uji organoleptik
kecoklatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tortila.
skema dibawah ini.