FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BUS PERKOTAAN BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG

  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BUS

PERKOTAAN BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG

Nursyamsu Hidayat, ST., MT., Ph.D.

  

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Kontak Person:

Nursyamsu Hidayat, ST., MT., Ph.D.

  

Program Diploma Teknik Sipil SV UGM, Jl. Yacaranda Sekip IV

Yogyakarta, 55281

Telp: 085729298090, E-mail: nursyamsu_h@yahoo.co.id

  

Abstrak

Pemerintah DIY mengoperasikan Bus Trans Jogja yang dikembangkan sebagai respon terhadap

kondisi lalu lintas yang memburuk, dan jumlah penumpang bus reguler yang semakin turun sebagai

alternatif layanan transportasi publik dengan kualitas yang prima.. Pada awal kemunculannya tahun

2008, Trans Jogja dimaksudkan untuk meremajakan bus kota yang sudah tidak layak jalan.

  

Pemerintah dan masyarakat berharap banyak pada eksistensi Trans Jogja ini, yang diharapkan

menjadi alternatif bagi transportasi massal yang beroperasi di perkotaan Yogyakarta. Trans Jogja

memiliki halte yang tersebar di berbagai tempat, namun tidak memiliki jalur khusus, sehingga masih

bercampur dengan kendaraan lainnya. Pada awal operasionalnya, Trans Jogja memberikan tingkat

kepuasan yang cukup baik kepada penumpang. Namun, seiring berjalannya waktu ekspektasi

masyarakat terhadap layanan Trans Jogja semakin meningkat. Selain itu, jumlah penumpang Trans

Jogja tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Apabila tidak dilakukan perbaikan layanan

secara berkelanjutan, dikhawatirkan masyarakat akan enggan menggunakan layanan Trans Jogja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Bus Trans

Jogja berdasarkan persepsi penumpang. Hal ini bisa menjadi masukan bagi operator untuk perbaikan

kualitas pelayanan. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap

penumpang Trans Jogja. Nilai uji KMO adalah 0,810 sehingga metode Analisis Faktor dapat

digunakan untuk menganalisis data kuesioner. Hasilnya adalah empat faktor dengan total variance

60% yang menjadi fokus penumpang yang dapat merepresentasikan kinerja Bus Trans Jogja, yaitu 1)

ketepatan waktu dan kenyamanan, 2) sistem tiket dan pelayanan petugas, 3) keselamatan, serta 4)

akses ke halte dan ketersediaan informasi. Keempat faktor tersebut perlu menjadi prioritas

penanganan untuk perbaikan kinerja dan pelayanan Trans Jogja kedepannya.

  Kata kunci: Bus Trans Jogja, angkutan perkotaan, persepsi penumpang, Faktor Analisis Pendahuluan

  Perkembangan kota-kota besar di Indonesia hampir semuanya didominasi oleh angkutan pribadi. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemudahan untuk memiliki kendaraan bermotor pribadi menjadi pendorong pertumbuhan motorisasi. Kondisi ini diperburuk ketika kualitas layanan angkutan umum semakin menurun, sehingga semakin banyak masyarakat meninggalkan angkutan umum dan beralih ke kendaraan pribadi.

  Pada saat kapasitas jalan tidak mampu mencukupi pertumbuhan kendaraan terjadilah kemacetan, jumlah kecelakaan semakin meningkat, polusi udara, dan konsumsi bahan bakar makin meningkat pula. Fenomena ini ditemui di hampir semua kota di Indonesia, tidak terkecuali Yogyakarta. Yogyakarta sebagai kota pendidikan, pariwisata dan kebudayaan juga menghadapi permasalahan lalu lintas yang dipadati oleh kendaraan pribadi. Untuk itu perbaikan kualitas pelayanan bus angkutan umum menjadi sesuatu yang tidak terelakkan, ketika masyarakat semakin tergantung kepada kendaraan bermotor pribadi, dan angkutan umum semakin kehilangan daya tariknya.

  Transportasi angkutan umum perkotaan di Yogyakarta pernah mengalami perkembangan yang baik. Sejarah transportasi Yogyakarta yang ditandai dengan munculnya colt kampus UGM, kemudian dilanjutkan dengan perkembangan bus kota yang pernah sangat mewarnai Kota Yogyakarta. Namun, semakin lama bus kota reguler ini tidak mampu bersaing dengan kendaraan pribadi. Untuk menyediakan pilihan layanan transportasi publik dengan kualitas yang prima, Pemerintah DIY telah

  III-53 menyelenggarakan Sistem Bus Trans Jogja yang dikembangkan sebagai respon terhadap kondisi lalu lintas yang memburuk, dan jumlah penumpang bus reguler yang semakin turun.

  Pada awal kemunculanya tahun 2008, Trans Jogja dimaksudkan untuk peremajaan terhadap bus-bus kota yang sudah tidak layak jalan. Pemerintah dan masyarakat berharap banyak pada ekstensi Trans Jogja ini. Trans Jogja diharapkan menjadi alternatif bagi transportasi massal yang beroperasi di dalam Kota Yogyakarta. Sistem ini sekarang beroperasi empat rute ulak-alik dengan armada 74 bus. Armada Trans Jogja yang dilengkapi dengan AC ini beroperasi setiap hari mulai pukul 05.30

  • – 21.30 WIB. Trans Jogja juga memiliki halte yang tersebar di berbagai tempat. Trans Jogja tidak memiliki jalur khusus bus seperti Trans Jakarta, melainkan masih bercampur dengan kendaraan lainnya. Kapasitas penumpang Trans Jogja adalah 20 penumpang duduk dan 21 penumpang berdiri. Beberapa keunggulan yang dapat dinilai dari Bus Trans Jogja adalah harga yang ekonomis, jam operasional yang lebih panjang daripada angkutan umum perkotaan lainnya, jalur yang ada saling terintegrasi, memungkinkan pindah kendaraan/trayek lain tanpa harus membayar lagi, dan keamanan serta kenyamanan lebih terjamin.

  Pada awal operasionalnya, Trans Jogja ini memberikan tingkat kepuasan yang cukup baik kepada penumpang. Namun, seiring berjalannya waktu ekspektasi masyarakat terhadap layanan Trans Jogja semakin meningkat. Selain itu, jumlah penumpang Trans Jogja tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Apabila tidak dilakukan perbaikan layanan secara berkelanjutan, dikhawatirkan masyarakat akan enggan menggunakan layanan Trans Jogja. Untuk mendukung perbaikan kualitas layanan Trans Jogja, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Bus Trans Jogja menurut persepsi pengguna.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Bus Trans Jogja berdasarkan persepsi penumpang. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan kinerja layanan Trans Jogja berupa prioritas penanganan sesuai dengan persepsi yang diberikan oleh pengguna. Kuesioner dengan total 19 pernyataan disusun mencakup 5 aspek yang berpotensi mempengaruhi kinerja Bus Trans Jogja, yaitu aksesibilitas, kenyamanan, pelayanan, waktu, dan keamanan. Namun demikian, belum bisa dipastikan aspek yang mana yang memberikan pengaruh terbesar dan seberapa besar pengaruhnya. Kuesioner dikembangkan dengan memberikan pilihan jawaban bagi responden. Beberapa penelitian mengenai kualitas pelayanan memberikan 9 alternatif jawaban, namun dianggap terlalu banyak [1], sehingga penelitian ini menggunakan 5-point Likert- type scale dengan “satu” adalah sangat tidak setuju, dan “lima” adalah sangat setuju.

  Pengumpulan data dilakukan dengan melakulan wawancara terhadap penumpang Bus Trans Jogja. Wawancara dilakukan di halte-halte Trans Jogja maupun di dalam bus. Wawancara dilakukan terhadap 150 responden pada bulan Oktober 2014.

  Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan metode Faktor Analisis. Metode ini biasa digunakan untuk mencari variabel-variabel yang dapat mewakili satu set variabel yang banyak dan kompleks, sehingga menjadi lebih ringkas namun tidak menghilangkan esensinya.

  Faktor Analisis adalah suatu metode dengan pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yang berjumlah banyak dan merangkum informasi dari masing- masing variabel sehingga dapat secara keseluruhan dapat ditentukan sejumlah variabel baru yang lebih sedikit yang dapat mewakili variabel-variabel aslinya, tanpa kehilangan inti informasi yang dikandungnya [2]. Faktor Analisis juga dapat digunakan untuk menentukan hubungan antar variabel- variabel tersebut.

  Kaiser –Meyer–Olkin (KMO) test dan/atau Barlett’s test of sphericity perlu dilakukan pada tahap awal analisis untuk menguji apakah data wawancara layak dianalisis dengan metode Faktor Analisis. Kedua test ini digunakan untuk mengetahui kedekatan hubungan antar variabel dan untuk mengetahui minimum standar yang harus dilalui sebelum dilakukan analisis. KMO test antara lain mengukur kecukupan sampel, dengan nilai minimum 0,5 [3].

  Hasil Penelitian dan Pembahasan Karakteristik Responden

  Data hasil wawancara menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki (53%). Profesi responden sebagian besar adalah pelajar/mahasiswa (45%), pegawai swasta (22%), dan PNS/TNI/Polri (11%). Pengeluaran untuk kebutuhan transportasi bulanan adalah kurang dari 100 ribu (44%), 100-250

III-54 SENTRA

  bus Trans Jogja

  1

  Q14 Saya merasa waktu/lama perjalanan saya menjadi lebih singkat 0,683 - - -

Q5 Saya merasa nyaman berada di halte bus Trans Jogja 0,591 - - 0,503

Q2 Saya dapat memperoleh tiket bus Trans Jogja dengan mudah

  0,729 - - - Q17 Saya merasa jumlah halte dan jangkauan rute bus Trans Jogja tidak perlu ditambah 0,706 - - -

  0,748 - - - Q18 Saya merasa pejabat pemerintah sudah memberikan contoh pemakaian bus Trans Jogja dalam aktivitas mereka.

  4 Q9 Menurut saya, bus Trans Jogja sudah berjalan sesuai dengan jadwalnya 0,756 - - - Q10 Saya merasa nyaman berada di dalam bus Trans Jogja 0,756 - - - Q6 Menurut saya, waktu menunggu bus Trans Jogja di halte hanya sebentar

  3

  2

  

Tabel 2. Hasil Analisis dengan Metode Faktor Analisis

Variabel Faktor

  III-55 Berdasarkan variabel-variabel yang diwakilinya, ke-empat faktor tersebut dapat dinamai sebagai berikut: 1) ketepatan waktu dan kenyamanan, 2) sistem tiket dan pelayanan petugas, 3) keselamatan, serta 4) akses ke halte dan ketersediaan informasi. Faktor 1, yaitu “ketepatan waktu dan kenyamanan” (7 variabel, variance = 20,582%) fokus mengenai ketepatan waktu, waktu tunggu, travel time, kenyamanan di dalam bus dan halte, serta perlunya keteladanan pemakaian angkutan umum. Faktor 2, yaitu “sistem tiket dan pelayanan petugas” (7 variabel, variance = 18,137%) mencakup informasi mengenai sistem mendapatkan tiket, harga tiket, dan pelayanan petugas halte serta awak bus. Faktor 3, yaitu “keselamatan” (3 variabel, variance = 10,624%) meliputi persepsi penumpang akan keselamatan dan keamanan menggunakan Bus Trans Jogja. Faktor 4, yaitu “akses ke halte dan ketersediaan informasi” (2 variabel, variance = 10,288%) meliputi kemudahan mengakses halte dan ketersediaan informasi mengenai jadwal bus.

  2.7E-148 Tabel 2 menyajikan hasil analisis dengan metode Faktor Analisis terhadap ke-19 variabel yang tersedia. Ada empat faktor yang dapat diusulkan sebagai pengganti ke-19 variabel yang tersaji, dan ke- empatnya telah dapat mencakup 60% total variance.

  Sig.

  Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.810 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1169.526 df 171

  

Tabel 1. KMO and Bartlett’s Test

  Proses analisis dengan metode Principal Component Factor Analysis dengan rotasi Varimax diaplikasikan terhadap ke-19 variabel yang telah disusun dalam kuesioner. Tabel 1 menyajikan hasil pengujian KMO dan Bartlett’s test dari ke-19 variable. Nilai uji KMO adalah 0,810 atau diatas batas nilai terendah 0,5 yang berarti analisis dengan metode Faktor Analisis bisa dilakukan terhadap data yang ada. Hasil analisis scree plots dan nilai eigenvalue menyatakan bahwa ke-19 variabel yang ada dapat diringkas/dirangkum menjadi 4 faktor saja.

  Penentuan Faktor

  ribu (31%), dan 250-500 ribu (14%). Kendaraan yang paling sering digunakan selain Bus Trans Jogja adalah sepeda motor (61%) dan mobil pribadi (11%). Tujuan perjalanan yang dilakukan sebagian besar menyatakan untuk keperluan bekerja (19%), lainnya (18%), rekreasi/wisata (17%), belanja (13%), dan sekolah (12%).

  • 0,724 - - Q3 Menurut saya harga tiket bus Trans Jogja terjangkau
  • 0,718 - - Q19 Saya merasa bahwa bus Trans Jogja dapat dinaiki oleh anak-anak usia SD walau tanpa didampingi oleh orang tuanya
  • 0,679 - - Q16 Saya merasa jam operasi bus Trans Jogja tidak perlu ditambah
  • 0,657 - - Q7 Saya merasa puas dengan pelayanan petugas halte Trans Jogja - 0,605 - - Q15 Saya tidak perlu berganti kendaraan umum/bus berkali-kali jika menggunakan bus Trans Jogja - 0,602 - - Q11 Saya merasa puas dengan pelayanan awak bus Trans Jogja - 0,585 - - Q13 Saya merasa keselamatan perjalanan saya terjamin dengan menggunakan bus Trans Jogja - - 0,798 - Q12 Saya merasa aman dari ancaman kriminal selama menggunakan
  • >0,792 - Q8 Saya merasa puas dengan kondisi kebersihan halte dan bus Trans Jogja
  • 0,561 0,421 Q1 Perjalanan ke halte bus Trans Jogja dapat saya tempuh dengan berjalan kaki dalam jarak yang tidak memberatkan
  • 0,725 Q4 Saya dapat memperoleh informasi jalur, jadwal kedatangan dan keberangkatan di halte bus Trans Jogja - - - 0,679 Persen Total Variance yang tercakup oleh faktor 20,582 18,137 10,624 10,288

  Reliability

  Uji reliability diperlukan untuk mengukur konsistensi dari kuesioner yang disusun. Internal konsistensi perlu diukur untuk menjamin kuesioner yang telah disusun akan menghasilkan jawaban yang sama apabila ditanyakan pada seorang responden dalam waktu yang berbeda. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah uji Cronbach’s Alpha. Pengujian dengan metode ini mensyaratkan nilai yang dapat diterima ad alah diatas 0,7 [4]. Tabel 3 menyajikan hasil uji konsistensi dengan Cronbach’s Alpha test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Faktor 1, 2, dan 3 mempunyai nilai

  α > 0,7 yang menunjukkan kuesioner mempunyai internal konsistensi yang bagus. Sedangkan Faktor 4 mempunyai nilai yang masih dapat diterima, meskipun cukup rendah (α = 0,579) [2][3][5][6].

  Tabel 3. Hasil Uji Cronbach’s Alpha

  Faktor Cronbach’s Alpha

  Faktor 1: ketepatan waktu dan kenyamanan 0,861 Faktor 2: sistem tiket dan pelayanan petugas 0,793 Faktor 3: keselamatan 0,720 Faktor 4: akses ke halte dan ketersediaan informasi 0,579

  Kesimpulan

  Empat faktor yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai variabel kualitatif dalam mengevaluasi kinerja Bus Trans Jogja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya mengenai kinerja Trans Jogja. Penelitian mengenai tingkat kepuasan pengguna angkutan umum di DIY dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI) menyatakan kinerja angkutan umum dinilai rendah oleh penumpang [7]. Penumpang menghendaki prioritas utama peningkatan kinerja adalah pada aspek kenyamanan, keselamatan, keamanan, ketersediaan moda, dan ketepatan waktu [7]. Beberapa aspek tersebut tercakup dalam Faktor 1 dan Faktor 3 pada penelitian ini. Sistem tiketing muncul dalam Faktor 2 karena Trans Jogja menyediakan sistem tiket single trip, kartu berlangganan, dan e-money. Namun hanya sistem single trip dan berlangganan yang populer bagi masyarakat karena sistem e-money kurang dimengerti dan sebaiknya perlu lebih disosialisasikan. Kinerja ketepatan waktu sudah dinilai memuaskan dan harus dipertahankan [7]. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu menjadi faktor utama. Hal ini disebabkan kemungkinan ekspektasi masyarakat pengguna dewasa ini terhadap ketepatan waktu semakin meningkat.

  Penelitian mengenai kualitas pelayanan bis kota reguler di Yogyakarta dengan metode Gap Analysis terhadap lima dimensi kualitas pelayanan menurut SERVQUAL menyatakan bahwa kehandalan (ketepatan waktu, keamanan, dan kenyamanan), daya tanggap/respon operator (ketersediaan angkutan umum, pelayanan kru), jaminan oleh kru (keramahan, kesopanan, dan pengetahuan), dan bukti fisik (kelengkapan fasilitas, kebersihan, penampilan bus) bus kota dinilai rendah oleh responden [8]. Hal yang dinilai baik kinerjanya adalah empati (kepedulian kru, kesetaraan terhadap penumpang). Ke-lima dimensi yang diusulkan tersebut juga tercakup pada ke-empat faktor yang menjadi perhatian penumpang pada hasil studi ini.

  Penelitian berikutnya bisa dikembangkan dengan menjaring persepsi non penumpang Bus Trans Jogja. Persepsi dari sudut pandang mereka perlu diakomodir dalam upaya untuk menarik minat mereka menjadi pengguna Bus Trans Jogja.

III-56 SENTRA

  III-57 Referensi

  [1] Burde, A. A Study on Road Users' Overall Perceptions of Highway Maintenance Service Quality and the Variables that Define the Highway Maintenance Service Quality Domain, Disertasi, Blacksburg, Virginia, Virginia Polytechnic Institute: 2008. [2] Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L., Black, W.C. Multivariate Data Analysis, 6th Edition.

  New Jersey: Prentice Hall. 2006. [3] Zhang, X.

  Factor Analysis of Public Clients’ Best-Value Objective in Public–Privately Partnered Infrastructure Projects. Journal of Construction Engineering And Management ASCE. 2006: 956- 965.

  [4] Field, A. Discovering Statistics Using SPSS, Second Edition. London: SAGE Publications Ltd.

  2005. [5] George, D., and Mallery, P. SPSS for Windows Step by Step : a Simple Guide and Reference,

  17.0 Update, 10 th . Boston: Allyn & Bacon. 2010 [6] Gliem, J. A., and Gliem, R. R.

  Calculating, Interpreting, and Reporting Cronbach’s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales . Midwest Research to Practice Conference in Adult,

  Continuing, and Community Education. 2003. 82-88 [7] Idris, Zilhardi. Kajian “Tingkat Kepuasan” Pengguna Angkutan Umum di DIY, Jurnal Dinamika

  Teknik Sipil

  . 2009: Volume 9, No 2: 189-196 [8] Haryono, Sigit, Analisis Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (Bus Kota) di Kota Yogyakarta,

  Jurnal Administrasi Bisnis . 2010: Volume 7, Nomor 1