pedoman pengembangan tema file

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PEDOMAN

PENGEMBANGAN TEMA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


(2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PEDOMAN

PENGEMBANGAN TEMA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


(3)

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL

Kurikulum sebagai jantungnya sebuah program pendidikan. Kurikulum juga sebagai strategi dan cara yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyadari betapa pentingnya kedudukan dan peran kurikulum untuk memberi arah pada program pendidikan dalam pembentukan kompetensi output pendidikan yang diharapkan. Kompetensi yang selaras denga tuntutan zaman dimana anak menjalani kehidupannya.

Kurikulum 2013 mencakup pengembangan pada aspek struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penilaian yang bersifat otentik. Kurikulum 2013 mengusung pengembangan pembelajaran konstruktivisme yang lebih bersifat fleksibel dalam pelaksanaan sehingga memberi ruang pada anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Model pendekatan kurikulum tersebut berlaku dan ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah. Keajegan model pendekatan disemua jenjang ditujukan untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang lebih konsisten sejak awal, sehingga diharapkan peserta didik mampu berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sikap beragama, kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas.

Sebagai jenjang paling dasar, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan menjadi fundamen bagi penyiapan peserta didik agar lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi. Menghantarkan anak usia dini yang siap melanjutkan pendidikan tidak hanya terbatas pada


(4)

kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung, akan tetapi dalam keselurun aspek perkembangan. Tanggung jawab ini harus dipikul bersama antara pemerintah, pengelola dan pendidikan PAUD, orang tua dan masyarakat.

Untuk menyamakan langkah, khususnya bagi para pelaksana layanan program PAUD, maka perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan para pendidik menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di satuan pendidikannya.

Pencapaian pendidikan yang lebih baik melalui penerapan Kurikulum 2013 PAUD merupakan suatu keniscayaan jika diusung oleh semua komponen. Terima kasih

Jakarta, Juli 2015

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,

Ir. Harris Iskandar, Ph.D NIP. 196204291986011001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberkahi kita semua sehingga Penyusun Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini terselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan. Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini sebagai jembatan penghubung dari kajian yuridis, filosofis, sosiologis, teoretis, dan pedagogis yang menjadi landasan pengembangan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menjadi langkah praktis dalam menerapkan kurikulum 2013 kepada peserta didik di satuan PAUD masing-masing.

Pedoman-pedoman disusun sesederhana mungkin agar mampu dipahami oleh seluruh pendidik Pendidikan Anak Usia Dini yang sangat beragam dan tersebar dengan tetap merujuk pada kajian-kajian yang melandasinya. Pedoman-pedoman implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ini bersifat terbuka dan fleksibel, artinya sangat memungkinkan pada penerapannya disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan budaya setempat. Hal penting yang diusung dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah keterbukaan kita menerima perubahan baik perubahan dalam cara berpikir, kebiasaan, sikap, dan cara kerja. Perubahan tersebut akan berimbas pada perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Untuk semua usaha yang telah dilakukan, kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Penelaah, Tim Reviewer yang telah bekerja keras memfinalkan pedoman implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Terima kasih.

Jakarta, Juli 2015 Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,

DR. Erman Syamsuddin


(6)

DAFTAR ISI

Sambutan Direktur Jenderal ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Mengapa Memakai Tema ... 1

B. Pengertian ... 2

C. Manfaat Tema ... 2

D. Program Pengembangan Yang Dibangun ... 2

E. Prinsif Memilih Tema ... 3

BAB II TEKNIK PENGEMBANGAN TEMA ... 7

A. Perumusan Tema ... 7

B. Obyek yang dapat dijadikan Tema ... 13

C. Keleluasaan Tema ... 15

D. Berapa lama waktu yang dibutuhkan ... 18

E. Penerapan Tema ... 18

F. Puncak Tema ... 22

G. Transisi antar Tema ... 23

BAB III PENUTUP ... 25


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Mengapa memakai tema

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dipandang sesuai dengan pola kerja otak karena membahas satu tema dari berbagai konsep dan aspek perkembangan. Penentuan tema sangat terbuka artinya satuan PAUD dapat menentukan tema yang akan digunakan dalam pembelajaran sesuai denga minat anak, situasi dan kondisi lingkungan, serta kesiapan guru mengelola kegiatan.

Penentuan tema tidak sekedar mudah diterapkan tetapi perlu memperhatikan beberapa prinsip agar pembelajaran yang dilaksanakan lebih menarik dan mendalam. Keluasan tema tergantung dari kemampuan guru dalam menguasai tema tersebut.

Hal penting yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan tema adalah kebermaknaan tema dalam membangun pengalaman belajar yang bermutu bagi anak usia dini. Karenanya dalam menentukan tema menjadi penting bila diawali dengan identifikasi tema dan sekaligus ketertarikan anak terhadap topik tertentu. Untuk memberikan wawasan kepada para guru PAUD dalam mengembangkan tema pembelajaran, maka disusun “Pedoman Pengembangan Tema dalam Pembelajaran Anak Usia Dini”. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengembangkan tema di lembaga PAUD masing-masing.


(8)

B. Pengertian

Tema adalah topik yang menjadi payung untuk mengintegrasikan seluruh konsep dan muatan pembelajaran melalui kegiatan main dalam mencapai kompetensi dan tingkat perkembangan yang diharapkan.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa muatan pembelajaran dalam mencapai kompetensi dasar (KD) dan tingkat perkembagan yang diharapkan. Pelaksanaan tema dan sub tema dapat dilakukan dalam kegiatan pengembangan melalui bermain dan pembiasaan.

Tema bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan sarana untuk mengintegrasikan keseluruhan sikap dalam pengetahuan dan keterampilan yang ingin dibangun.

C. Manfaat Tema

1. Menyatukan semua program pengembangan meliputi nilai moral agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, seni.

2. Menghubungkan pengetahuan sebelumnya yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang baru.

3. Memudahkan guru PAUD dalam pengembangan kegiatan belajar sesuai dengan konsep dan sarana yang dimiliki lingkungan.

D. Program pengembangan yang dibangun melalui Tema

Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran harus dapat membangun program pengembangan nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan seni. Berbagai program pengembangan dicapai melalui berbagai stimulasi pendidikan secara


(9)

terintegrasi dengan menggunakan tema-tema yang sesuai dengan kondisi lembaga PAUD / satuan pendidikan dan anak.

Pada pelaksanaannya tema dan kompetensi dasar dikembangkan menjadi muatan pembelajaran. Muatan pembelajaran adalah cakupan materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai bahan yang akan dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompentensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampiilan.

E. Prinsip Memilih Tema

1. Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari hal-hal yang terdekat dengan kehidupan anak. Dekat dimaksud dapat dekat secara fisik dan juga dekat secara emosi atau minat anak.

Tema yang terdekat secara fisik dengan anak misalnya diri sendiri, keluarga, lingkungan rumah, lingkungan sekolah, binatang, tanaman, lingkungan alam dan tema lain. Setiap lembaga tentu memiliki kondisi yang berbeda-beda, misalnya bagi lembaga PAUD

Tema Kedekatan

Kesederhana

an Kemenarikan

Keinsiden talan


(10)

yang lingkungannya dekat dengan pantai, maka tema lingkunganku dengan sub tema “pantaiku yang indah” dapat menjadi pilihan tema sesuai dengan prinsip kedekatan. Bagi lembaga PAUD yang lingkungannya dekat dengan perkebunan, tema lingkunganku dengan sub tema “Kebun” dengan topik bahasan “kebun mangga”, “kebun kelapa” atau lainnya. “Kebun” dapat menjadi pilihan tema sesuai dengan prinsip kedekatan.

Sedangkan hal-hal yang dekat secara emosional dengan anak diantaranya hobby, hal-hal yang disukai anak, film dan lainnya. Dalam memilih tema yang dekat secara emosional dengan anak, hendaknya guru harus benar-benar mencermati kesesuaian dengan tujuan pendidikan termasuk juga budaya lokal dan dampak yang mungkin muncul. Apabila anak akan mengambil salah satu tokoh untuk dijadikan tema, hendaknya dipertimbangkan sifat dan perilaku tokoh tersebut, sehingga yang tersampaikan pada anak adalah karakter yang sesuai dengan yang diharapkan. Contoh, guru dapat mengangkat tema “dinosaurus” karena disukai anak-anak. Hal yang harus dipersiapkan guru adalah segala pengetahuan, alat peraga dan buku-buku atau sumber belajar lain yang terkait dengan dinosaurus, agar anak dapat menggali informasi dari


(11)

banyak sumber. Contoh lain yang berkaitan dengan hobby anak seperti mobil, robot, boneka dapat dijadikan sebagai tema.

2. Kesederhanaan, artinya tema yang dipilih yang sudah dikenal anak agar anak mudah memahami pokok bahasan dan dapat menggali lebih banyak pengalamannya.

Contoh : Berdasarkan prinsip kesederhanaan kita dapat memilih tema “binatang” dengan sub tema “Ayam” melalui sub-sub tema yang sederhana kepada peserta didik. Misalnya :

a. Jenis-jenis ayam b. Pakan ayam

c. Cara memelihara ayam d. Perkembangbiakan ayam e. Hasil dari ayam

f. Makanan olahan dari ayam

3. Kemenarikan, artinya tema yang dipilih harus menarik bagi anak dan mampu menarik minat belajar anak.

Untuk lebih memberikan

kemenarikan minat belajar anak dan kebermaknaan suatu tema, hendaknya guru dapat merumuskan tema dalam


(12)

bentuk kalimat yang inspiratif, misalkan tema “matahari” dirumuskan dengan “matahari sumber kehidupan manusia”, tema “tanaman” dirumuskan menjadi “menanam dan merawat tanaman”, tema “binatang” dirumuskan menjadi “menyayangi binatang piaraan”

Dalam memilih tema yang menarik bagi anak, guru dapat

melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dekat dengan anak baik secara

fisik maupun emosional anak, misalnya dengan melakukan curah gagasan dengan anak apa yang anak sukai, pengamatan terhadap topik obrolan anak dan lainnya, misalkan: Dinosaurus dapat dijadikan tema apabila anak-anak membicarakan dinosaurus dalam berbagai kesempatan berdiskusi.

4. Keinsidentalan, artinya pemilihan tema tidak selalu yang direncanakan di awal tahun, dapat juga menyisipkan kejadian luar biasa yang dialami anak. misalnya peristiwa banjir yang dialami anak dapat dijadikan tema insidental menggantikan tema yang sudah direncanakan sebelumnya.


(13)

BAB II

TEKNIK PENGEMBANGAN TEMA

Dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, tema tidak ditetapkan oleh pemerintah, melainkan bersifat fleksibel penetapannya oleh lembaga PAUD yang melibatkan seluruh guru pada saat pemilihan dan penetapannya. Banyak hal di lingkungan kehidupan yang dapat dijadikan tema, artinya apa yang terdapat di lingkungan terdekat seperti air, batu, kelapa, alat transportasi, laut, dan lain-lainnya dapat diangkat menjadi tema. Oleh karenannya pengembangan tema di

setiap lembaga dapat berbeda-beda sesuai dengan lingkungan lembaga tersebut serta kondisi sarana dan prasarananya.

Selanjutnya tema yang telah ditetapkan akan dimasukan ke dalam program semester yang dilengkapi dengan alokasi waktu

yang akan digunakan pada setiap tema. Untuk mendukung hal tesebut diperlukan keterampilan guru dalam memilih dan menetapkan tema yang tepat sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan tema.

A. Perumusan Tema

1. Mengidentifikasi tema, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan tema yaitu (1) kedekatan (2) kemenarikan, (3) kesederhanaan, (4) keinsidentalan. Beberapa cara yang dapat


(14)

dilakukan oleh guru dalam mengidentifikasi tema antara lain adalah:

a. Mengamati Lingkungan Sekitar

Guru dalam mengidentifikasi tema dapat melihat lingkungan sekitarnya seperti: sawah, ayam, mobil, matahari, pohon, yang di lihat oleh guru tersebut dapat dijadikan sebagai tema.

b. Melihat Sosial Budaya

Kebudayaan yang terdapat di lingkungan sekitar anak dapat diangkat menjadi tema, sebagai contoh Panjang Mulud di Serang, Karapan Sapi di Madura, Perayaan Tabot di Bengkulu, dll.

c. Melihat Minat dan Kesukaan Anak

Dalam

mengidentifik asi tema guru juga dapat

melihat minat anak sebagai contoh banyak anak yang tertarik dan menyukai kucing, ayam, dan lainnya.

d. Curah Gagasan

Bersama semua guru, hasil mengamatan terhadap lingkungan, sosial budaya dan minat anak diidentifikasi melalui curah gagasan. Setiap guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan tema dengan bebas, dan setiap gagasan tema tidak perlu dibahas dan dikomentari,


(15)

melainkan ditampung sebagai referensi dalam penetapan tema selanjutnya.

2. Membuat Webbing Tema/Maping Tema

Salah satu teknik dalam pengembangan tema melalui webbing tema (jaring-laba-laba). Setiap tema yang telah diidentifikasi dikembangkan ke dalam sub-sub tema bahkan sub-sub-sub tema dalam bentuk diagram seperti jaring laba-laba, sebagai contoh webing tema sebagai berikut :

Contoh 1: Mengembangkan tema menjadi sub tema.

Contoh di atas menunjukkan pengembangan tema “diriku” menjadi sub tema:

 Cita-citaku,  Identitasku,  Tubuhku, dan  Kesukaanku.


(16)

Dari sub tema tersebut yang akan dikembangkan adalah sub tema “tubuhku”

Contoh 2: pengembangan sub tema tubuh seperti berikut:

Setelah menetapkan sub tema yang akan dibahas, selanjutnya dikembangkan menjadi topik yang akan dibahas bersama anak. Contoh sub tema “Tubuhku” akan membahas:

 Bagian-bagian tubuh

 Kegunaan setiap bagian tubuh  Yang diperlukan agar tubuh sehat  Cara merawat tubuh

 Bagaimana bila sakit

 Apa penyebab tubuh menjadi sakit

Penentuan topik yang akan dibahas ini sebaiknya melibatkan anak. Jika tidak memungkinkan maka topik yang akan dibahas adalah pengetahuan baru bagi anak. Untuk menentukan topik guru harus


(17)

mencari bacaan agar pengetahuan yang dibahas bersama anak tidak salah.

Guru dapat mengembangkan kembali sub tema menjadi sub-sub tema bila dirasa sub tema bersifat umum. Cara mengembangkan sub tema menjadi sub-sub tema sama dengan cara mengembangkan tema menjadi sub tema. Di bawah ini dicantumkan contoh mengembangkan tema menjadi sub tema dan sub tema menjadi sub-sub tema.

Contoh 3: Mengembangkan tema menjadi sub tema dan sub-sub tema

Tema tumbuhan pada contoh diatas dikembangkan menjadi sub tema:

 Padi-padian  Buah-buahan  Sayur-sayuran  Dan umbi-umbian


(18)

Setiap sub tema tersebut dikembangkan menjadi sub-sub tema. Misalnya sub tema “buah-buahan” menjadi sub-sub tema:

 Mangga  Nangka  Rambutan  Manggis  Pepaya, dll.

Tidak semua sub tema atau sub-sub tema dibahas dalam kegiatan bersama anak. pilihlah yang paling penting dan diperkirakan sangat diminati anak dengan memperhatikan keragaman kegiatan yang dapat disiapkan guru.

Dalam contoh berikut dipilih sub-sub tema “mangga”. Setelah menentukan sub-sub tema selanjutnya guru mengembangkan topik pembahasan yang terkait dengan sub-sub tema yang dipilih. Pengembangan topik pembahasan membantu guru untuk memperluas kosa kata baru (term), pengetahuan (fact) baru bagi anak dan prosedur kegiatan yang menarik.


(19)

B. Obyek yang dapat dijadikan tema

Jika ditanyakan obyek apa saja yang dapat dijadikan tema, maka jawabannya semua obyek dapat dijadikan tema. Artinya apapun dapat dijadikan tema, mulai dari benda, peristiwa, hingga ke negara. Dibawah ini contoh tema-tema yang dapat dipilih.

No TEMA SUB TEMA SUB-SUB TEMA

1 Diriku Tubuhku Bagian-bagian

Fungsi

Cara merawat Kesukaanku Makanan

Kegiatan bermain Tempat

Identitasku Nama, umur Nama orang tua Alamat

Cirri-ciri Keluargaku Anggota

Pekerjaan Kegiatan

2 Binatang Unggas Burung Ayam Bebek

Ternak Kambing

Ayam Sapi

Buas Harimau

Singa Badak

3 Lingkunganku Laut wilayah laut Biota laut


(20)

No TEMA SUB TEMA SUB-SUB TEMA

Gunung Jenis gunung

Tumbuhan di gunung

Sawah Tanaman di sawah

Perairan untuk sawah

Kotaku lambang kotaku

Tempat bersejarah Ulang tahun kotaku

4 Alam Semesta

Matahari Waktu, fungsi

Angin Fungsi, proses terjadi

Bulan Waktu, fungsi

Bintang Waktu, nama

5 Kendaraan Darat Sepeda Motor Dst Dokar

Mobil

Laut Perahu

Kapal air

Udara Pesawat terbang

6 Negaraku Lambang Negara Burung garuda Bendera Merah Putih Lagu Nasional Lagu Kebangsaan

Lagu Wajib Nasional Pahlawan Nama-nama pahlawan

7 Budayaku Pakaian Pakaian nasional Pakaian daerah

Makanan Makanan daerah

Tarian Tarian modern

Tarian daerah Permainan

Tradisional

Permainan daerah


(21)

No TEMA SUB TEMA SUB-SUB TEMA

tumbuhan Jagung

Buah-buahan Mangga Nangka Rambutan Papaya Umbi-umbian Ketela pohon

Kentang Bengkoang Wortel

Sayuran Kangkung

Bayam

Kacang panjang Kol

Buncis

9. Dll Dll Dll

C. Keluasan tema

Sebuah tema dapat dikembangkan menjadi sub tema, sub-sub tema, pokok bahasan, dan seterusnya. Jika pertanyaannya seberapa luas sebuah tema dikembangkan? Jawabannya tergantung seberapa luas guru dapat memfasilitasi pengembangan tema untuk memberi pengalaman baru pada anak.

Guru dapat mengembangkan sebuah tema menjadi sangat luas sesuai dengan kebutuhan. Tema dan sub-tema maupun sub-sub tema dan seterusnya tersebut merupakan hasil identifikasi yang dapat dipilih keseluruhan maupun sebagian, tergantung ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang konstektual. Artinya bila guru yang banyak membaca tentu akan mengembangkan tema menjadi sangat luas, tetapi bisa juga sebaliknya.


(22)

Walaupun tema sudah kita tentukan akan lebih baik jika anak diajak berpikir tentang pengetahuan yang lebih luas agar anak tidak salah dalam memahami konsep dan cirri dari tema yang dibahas.

Contoh 1. Pengembangan tema – sub tema – topic yang dibahas

diriku

(tema)

tubuhku

(sub tema)

identitas

ku

(sub tema)

keluarga

ku

(sub tema)

kesukaan

ku

(sub tema) Bagian-bagian tubuh Fungsi bagian tubuh

Cara merawat bagian tubuh

Namaku,

Nama ayah ibuku Alamat rumahku Tempat dan tanggal lahirku

Ciri-ciri aku Anggota keluarga

Nama anggota keluargaku

Pekerjaan ayah ibuku Kebiasaan di keluargaku

Makanan kesukaanku Baju kesukaanku Kegiatan paling kusukai Tempat liburan yang kusuka


(23)

Contoh 2: Pengembangan tema – sub tema – sub-sub tema – topic bahasan Tumbuh-tumbuhan (Tema) padi-padian (sub tema) buah-buahan (sub tema) sayuran (sub tema) umbi-umbian (sub tema) Sub-sub Tema Kentang Singkong Talas Sub-sub Tema Rambutan Melon Mangga Nangka

Jenis Ciri-ciri Tanam Manfaat

Arum manis, Mana lagi, Golek, Dll. Batangk ayu, Daging buah, Biji, keping dua, Akar tunggan g. Biji, Cang kok, Okulasi/ tempel Vit. C, di makan langsung diselai, Dodol, Keripik, Manisan Jus. Gandum Jagung Padi Semusim, akar serabut, biji tunggal, batang beruas Sawah, ladang Ciri: tumbuh Nasi, bubur, kue, tepung Keguna an Bawang Ciri: tanam Keguna an

Kulit ari, buah berasal dari akar yg menggembung

Tunas, umbi Kue, tepung, pengganti nasi

Jenis Ciri-ciri Tanam Manfaat

Kang kung darat, Kang kung air Akar serabut, Batang beruas, Bunga bentuk terom Biji, Tunas, batang Disayur Brokoli Kol Kangkung Bayam


(24)

D. Berapa waktu yang dibutuhkan

Tidak ada ketentuan sebuah tema dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Artinya sebuah tema bisa dilaksanakan lama dan bisa juga singkat, tergantung keluasan tema dan minat anak terhadap tema tersebut, juga seberapa luas dan dalam guru dapat mengembangkan tema tersebut. Ada kalanya satu tema membutuhkan waktu selama sebulan atau bahkan lebih, ada juga yang kurang dari sebulan.

Alokasi waktu dalam satu semester minimal 17 minggu, sehingga pengaturan tema juga harus merujuk pada waktu yang tersedia dalam satu semester tersebut. Penetapan tema dan alokasi waktunya di harapkan dirumuskan di awal semester, untuk jangka waktu minimal satu semester, yang selanjutnya dimasukan kedalam program semester.

E. Penerapan Tema dengan Kompetensi Dasar dan Materi Pembelajaran

Proses pembelajaran menggunakan tema dapat membantu guru dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Saat membahas tema bersama anak, guru dapat memasukkan semua pengetahuan sikap dan keterampilan ke dalam tema tersebut sesuai dengan kompetensi dasar yang sudah ditetapkan. Misalnya:

Tema Diriku, Sub Tema Tubuhku

Aspek

Pengembangan Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran

Nilai Agama dan Moral

KD. 1.1 Mengenal Tuhan melalui ciptaannya

- Tubuhku ciptaan Tuhan Fisik Motorik KD 2.1 Memiliki perilaku

yang mencerminkan

- Membiasakan anak untuk merawat tubuh : mandi,


(25)

Aspek

Pengembangan Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran

hidup sehat makan bergizi, dll KD 3.3-4.3 Mengenal

anggota tubuh

- Nama- nama bagian tubuh dan fungsinya

Kognitif KD 3.6-4.6 Mengenal warna, ukuran, bilangan

- Warna kulit, mata, rambut

- Ukuran tinggi tubuh

- Jumlah jari tangan KD 3.7-4.7 mengenal

lingkungan sosial

- Tempat untuk berobat jika sakit

Sosial emosonal KD 2.5 memiliki perilaku yang mencermin-kan sikap percaya diri

- Bangga dengan diriku, biasa menyapa teman dan guru saat bertemu

KD 2.6 memiliki perilaku yang mencermin kan sikap taat pada aturan untuk melatih kedisiplinan

- Mengenal aturan yang berlaku

Bahasa KD 2.14 memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun

- Menyapa dengan ramah

KD 3.10- 4.10 memahami bahasa reseptif

- Mendengarkan cerita tentang diriku

Seni KD 3.15-4.15 memahami berbagai karya seni

- Membuat berbagai karya seni dengan menggunakan berbagai bahan yang tersedia

Untuk lebih jelas dan rinci pengembangan materi dipaparkan di Pedoman Penyusunan Rencana Pembelajaran.

Untuk pengembangan tema, guru harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengumpulkan informasi terkait tema dan sub tema. Walaupun untuk anak usia dini bukan pengetahuan kognitif yang diutamakan,


(26)

tetapi informasi yang dibahas tentang tema seharusnya berdasarkan keilmuan yang sebenarnya. Berarti guru harus banyak mencari tahu dan membaca pengetahuan yang terkait dengan tema.

2. Menyiapkan bahan-bahan bacaan terkait tema dan sub tema. Tidak semua satuan PAUD memiliki buku yang memadai untuk mendukung tema, tetapi bukan alasan untuk tidak mengenalkan buku pada anak-anak didiknya. Diupayakan setiap awal tema diawali dengan membacakan buku yang sesuai dengan tema. Untuk mengatasi ketiadaan buku, guru dapat membuka internet atau menggunakan majalah atau koran yang memuat informasi tema yang dibahas.

3. Menyiapkan media dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan main yang sesuai tema. Memahami anak usia dini masih


(27)

berpikir konkrit, maka sangat baik jika media dan sumber belajar konkrit dapat dihadirkan. Oleh karena itu memilih tema yang paling dekat dengan lingkungan anak sangat membantu.

4. Menyiapkan lingkungan main sesuai tema. Setiap tema memiliki ciri tertentu. Tema binatang tentunya berbeda dengan tema kendaraan. Untuk menarik minat anak bermain dengan tema yang ditentukan sangat baik jika ruangan ditata dengan menghadirkan nuansa tema, baik dengan menggunakan bangunan kardus yang dibentuk sesuai tema atau dengan hiasan-hiasan yang tidak membutuhkan biaya banyak. Di bawah ini contoh penataan ruangan saat tema “tumbuhan” digunakan dalam pembelajaran.

5. Menyiapkan kegiatan-kegiatan main sesuai tema (awal, selama, dan puncak tema). Secara besaran kegiatan akan selalu sama dari minggu ke minggu tetapi isi kegiatan main disesuaikan dengan tema. Contohnya untuk tema laut, main perannya menangkap ikan di laut, sedangkan saat tema kotaku diisi dengan main peran pasar malam.


(28)

F. Puncak Tema

Untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, maka pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1. Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan.

2. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga. 3. Kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang

sudah dimiliki anak.

4. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema. Misalnya dalam mengakhiri penggunaan tema “kelapa” guru dapat melibatkan orangtua untuk membuat makanan di satuan PAUD dengan bahan-bahan dari kelapa (es kelapa, kue kelepon, dan lainnya). Selain itu guru mengajak orangtua untuk mengapresiasi karya anak dari pohon dan buah kelapa yang telah dibuat oleh anak seperti sapu lidi, gambar kolase dan lainnya.


(29)

G. Transisi antar tema

Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak dalam memasuki kegiatan main di tema

Salah satu kegiatan puncak tema diisi dengan bazaar yang memamerkan hasil karya anak untuk dilihat orang tua. Disaat

tersebut terjadi dialog antara anak dan orang tua. Kegiatan lainnya adalah karnaval.


(30)

berikutnya. Proses ini disebut transisi antar tema. Transisi antar tema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1. Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama

2. Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru 3. Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru

4. Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan

tema baru

5. Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan

terkait dengan tema baru

Contoh gambar di atas menunjukkan kegiatan anak saat diajak ke pasar sayuran setelah selesai membahas sub tema buah-buahan dan akan beralih ke sub tema sayur-sayuran.


(31)

BAB III

PENUTUP

Pengembangan tema merupakan bagian penting yang harus dikuasai guru dalam proses pembelajaran. Pengembangan tema yang baik dapat menambah kosa kata, mengembangkan pengetahuan, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan keterampilan anak tentang tema tersebut. Tema dapat memfokuskan perhatian anak sehingga memudahkan terwujudnya sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Jika guru memiliki kemampuan yang baik dalam mengembangkan tema maka proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi anak.

Dengan disusunnya pedoman pengembangan tema ini dapat mempermudah guru dalam mengembangkan tema pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah, bermakna dan menarik.

Mulailah dengan pengembangan tema secara sederhana, seiring waktu berlalu guru akan mampu mengembangkan tema yang lebih luas dan kompleks.

Selamat bekerja.

Salam


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Dodge, Diane Trister, Laura J Colker, Cate Heroman. 2002. Creative Curriculum For Preschool Fourth Edition, Washington DC : Cengange Learning.

Essa, Eva L, Introduction to Early Childhood Education, Annotated Student’s Edition, 6th. Belmont, USA : Wadsworth, 2011.

Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2008. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum Eight Edition. New Jersey, Pearson Education, Inc.

Kolestenik J. Marjorie et all (2007). Teching Your Children Using Themes, Michigan State University, USA.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014. 2015.


(33)

Dicetak oleh:

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TAHUN 2015


(1)

F. Puncak Tema

Untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, maka pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1. Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan.

2. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga. 3. Kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang

sudah dimiliki anak.

4. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema. Misalnya dalam mengakhiri penggunaan tema

“kelapa” guru dapat melibatkan orangtua untuk membuat makanan di satuan PAUD dengan bahan-bahan dari kelapa (es kelapa, kue kelepon, dan lainnya). Selain itu guru mengajak orangtua untuk mengapresiasi karya anak dari pohon dan buah kelapa yang telah dibuat oleh anak seperti sapu lidi, gambar kolase dan lainnya.


(2)

G. Transisi antar tema

Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum Salah satu kegiatan puncak tema diisi dengan bazaar yang

memamerkan hasil karya anak untuk dilihat orang tua. Disaat tersebut terjadi dialog antara anak dan orang tua. Kegiatan


(3)

yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1. Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama

2. Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru 3. Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru

4. Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan

tema baru

5. Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan

terkait dengan tema baru

Contoh gambar di atas menunjukkan kegiatan anak saat diajak ke pasar sayuran setelah selesai membahas sub tema buah-buahan dan akan beralih ke sub tema sayur-sayuran.


(4)

BAB III

PENUTUP

Pengembangan tema merupakan bagian penting yang harus dikuasai guru dalam proses pembelajaran. Pengembangan tema yang baik dapat menambah kosa kata, mengembangkan pengetahuan, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan keterampilan anak tentang tema tersebut. Tema dapat memfokuskan perhatian anak sehingga memudahkan terwujudnya sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Jika guru memiliki kemampuan yang baik dalam mengembangkan tema maka proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi anak.

Dengan disusunnya pedoman pengembangan tema ini dapat mempermudah guru dalam mengembangkan tema pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah, bermakna dan menarik.

Mulailah dengan pengembangan tema secara sederhana, seiring waktu berlalu guru akan mampu mengembangkan tema yang lebih luas dan kompleks.

Selamat bekerja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dodge, Diane Trister, Laura J Colker, Cate Heroman. 2002. Creative Curriculum For Preschool Fourth Edition, Washington DC : Cengange Learning.

Essa, Eva L, Introduction to Early Childhood Education, Annotated Student’s

Edition, 6th. Belmont, USA : Wadsworth, 2011.

Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2008. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum Eight Edition. New Jersey, Pearson Education, Inc.

Kolestenik J. Marjorie et all (2007). Teching Your Children Using Themes, Michigan State University, USA.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014. 2015.


(6)