formulasi ciprofloxacin dry sirup fix
A. studi preformulasi
1. Studi farmakologi
Ciprofloksasin merupakan antibiotik golongan kuinolon yang digunakan
dalam
mengobati
berbagai
infeksi
salah
satunya
infeksi
saluran
kemih.Menghambat DNA-girase pada organisme yang sensitif ; menghambat
relaksasi superkoloid DNA dan memicu kerusakan untai ganda DNA (PIO.2009 ).
Ciprofloxacin bersifat bakterisidal dan bertindak dengan menghambat
DNA gyrase dan topoisomerase IV, yang merupakan enzim essential dalam
reproduksi DNA bakteri. Ini memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas dan
lebih manjur secara invitro (Marindale.2009;243).
Ciprofloxacin menghambat DNA gyrase pada organisme yang rentan,
menghambat relaksasi DNA superkoli dan meningkat kerusakan DNA beruntai
ganda (Lacy,2009).
Dosis ciprofloxacin, untuk infeksi ringan hingga sedang saluran kemih : 2
x 250 mg/hari, untuk infeksi saluran kemih berat: 2x 500 mg/hari, untuk infeksi
ringan- sedang saluran nafas, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak : 2x250 mg – 500
mg, untuk infeksi berat saluran nafas, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak : 2x
500mg – 750 mg (Marindale.2009;243).
Dosis anak-anak: Oral : Infeksi saluran urin atau pyelofritis: anak 1-17
tahun: 20-30 mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis terpisah (setiap 12 jam) untuk 1021 hari. Maksimal 1.5 g/hari. Cistitis fibrosis : anak 5-17 tahun; 40 mg/kg/hari
dalam dosis terbagi setiap 12 jam, pemberian selama 1 minggu
Ciprofloxacin berbentuk serbuk hablur, berwarna putih atau kuning pucat,
sedikit higroskopik dengan Titik didih : 581.8°C,Titik leleh : 305,6°C, Bobot
Molekul : 331,3 g/mol, pKa/pKb : 7.0- 8.5 (Martindale, 243).
2. studi bentuk sediaan
Antibiotik memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman dan toksisitasnya relatif kecil bagi manusia. Salah satu antibiotik yang
digunakan untuk infeksi saluran kemih yaitu siprofloksasin (Anjani,MR. et al
2011, 26).
Bahan antibiotika tidak stabil dalam bentuk larutan pada penyimpanan
yang lama. Pabrik obat membuat alternatif sediaan obat dalam bentuk suspensi
berair atau sebagai serbuk kering yang dicampur sangat menarik konsumen
(Anjani,MR. et al 2011, 26).
Ciprofloksasin memiliki kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, larut
dalam dehidrat alkohol dan diklorometan dan disimpan dalam suhu kedap udara
dengan suhu 25 oC serta stabil selama 14 hari bila disimpan pada suhu ruang dan
harus disimpan pada suhu kurang dari 30oC (Gerald, 2005).
Ciprofloksasin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
kuman patogen yang peka terhadap siprofloksasin yang menyerang saluran kemih,
saluran pernafasan (kecuali pneumonia oleh Streptococcus) kulit dan jaringan
lunak, tulang dan sendi. Kontraindikasi pada penderita yang hipersensitif terhadap
siprofloksasin dan derivat quinolone yang lain, yaitu wanita hamil dan menyusui,
anak-anak dan remaja sebelum akhir fase pertumbuhan (Purwanto, 2002).
Dry sirup adalah suspensi yang bahan aktifnya direkonstitusi dengan
pembawa cair sampai volume tertentu sebelum digunakan. Sirup kering ditujukan
untuk bahan aktif yang memiliki kestabilan rendah dalam air, sehingga akan tetap
stabil dalam bentuk padatan selama belum direkonstitusi. Sediaan baru
direkonstitusi pada saat akan digunakan dan setelah direkonstitusi kestabilan
terbatas sehingga harus digunakan dalam jangka waktu maksimal 14 hari
(tergantung pada kestabilan masing-masing bahan aktif) (Sena,2015;3).
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada
saat digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang
tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin, amoksisilin,
dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi Yang
homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi (Sena,2015;3).
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma,buffer dan
zat warna.
Sediaan dalam bentuk suspensi untuk oral biasanya lebih efektif dibandingkan
dengan bentuk tablet atau kapsul, karena lebih mudah diterima terutama untuk
anak-anak atau bayi (Ofner, et al., 1989).
Alasan paling umum untuk formulasi suspensi kering adalah kestabilan
kimia obat yang tidak memadai dalam larutan. Dalam kasus tersebut, obat
menghasilkan masa simpan yang sangat singkat. Sebagai contoh, suspensi
penisilin dapat bertahan selama 14 hari. Namun, suspensi kering yang diproduksi
dapat bertahan selama 2 tahun . Alasan lain alasan lain pembuatan suspensi kering
adalah untuk menghindari masalah stabilitas fisik yang sering terjadi pada
suspensi konvensional. Masalah ini meliputi kemungkinan peningkatan kelarutan
obat akibat perubahan pH dari degradasi kimia, ketidakcocokan bahan, perubahan
viskositas, terbentuknya cakeing. Pembutan suspensi kering mengurangi berat
produk akhir karena tidak bercambur dengan pelarut dan akibatnya, biaya
transportasi
dapat
dikurangi.
Campuran
kering
dapat
dikirim
tanpa
memperhatikan suhu musiman karena kestabilan fisiknya kurang rentan terhadap
suhu ekstrem dibandingkan dengan suspensi konvensional.
Selama proses rekonstitusi, campuran serbuk harus disebarkan dengan
cepat dan merata dalam pelarut. Suspensi yang dilarutkan memiliki iskositas yang
baik agar pada saat penuangan oleh pasien dapat memberikan dosis yang akurat
dan seragam. Setelah rekonstitusi, Produk akhir harus memiliki penampilan, rasa,
bau yang dapat diterima
Kriteria pemilihan eksipien didasarkan pada kesesuaian untuk rekonstitusi
dan pada jenis fisik suspensi kering yang diinginkan.
Sejumlah eksipien harus dijaga seminimal mungkin karena lebih banyak
jumlah eksipien dalam formulasi, semakin besar kemungkinan terjadinya
masalah, misalnya kemungkinan masalah kompatibilitas meningkat karena
lebih banyak eksipien yang digunakan. Pengolahan yang lebih besar
diperlukan untuk menggabungkan lebih banyak eksipien. Lebih banyak
eksipien akan memerlukan sampling dan pengujian untuk pengendalian
kualitas. Metode umum untuk mengurangi jumlah eksipien adalah
menggunakan eksipien yang memiliki lebih dari satu fungsi. Misalnya.
Gliserin dapat digunakan sebagai bahan pelunak, pemanis dan pengawet
Semua eksipien harus menyebar dengan cepat pada proses rekonstitusi.
Pengawet yang seminimal mungkin
(Bhandare et al.2016,2-4).
Dari uraian diatas maka Siprofloksasin diformulasikan dalam bentuk dry
sirup karena siproflkasin merupakan Bahan antibiotika tidak stabil dalam bentuk
larutan pada penyimpanan yang lama serta memiliki kelarutan yang praktis tidak
larut dalam air sehingga dibuat dalam padatan yang nantinya akan direkonstruksi
pada saat digunakan.
3. Rancangan formula
Nama produk
: Ciprolisin®
Jumlah produk
: 100 botol
Tanggal formulasi
: 8 oktober 2017
Tanggal produksi
: 8 oktober 2018
No. Registrasi
: DKL 1701019190 A1
No. Bets
: 0100108
Komposisi
Tiap 5 ml Ciprolisin mengandung:
Ciprofloksasin
250 mg
Na CMC
0,5%
Natrium benzoat
0,2%
Sukrosa
67%
Tween 80
0,1%
FD & C red no 3
qs
Resberry
qs
M.f dry sirup suspension 60 ml
4. Alasan penambahan bahan
a. Na-CMC
Na CMC dapat berfungsi agen penstabil; agen suspensi, serta agen
peningkatan viskositas pada sediaan suspensi (Rowe, 2009; 119).
Merupakan tipe suspending agent untuk mendispersikan bahan aktif
yang sukar larut sehingga terdispersi merata membentuk suspensi yang baik
dan homogen
Range Na CMC sebagai suspending agent pada sediaan oral yaitu 0,11,0% (Rowe, 2009; 119).
b. Sukrosa
Digunakan dalam formulasi sediaan oral sebagai pemanis dan
digunakan dalam sediaan cair (Rowe.2009;704).
Penggunaan sukrosa
dalam penggunaan suspensi adalah 67%
(Rowe,2009;704).
Sukrosa tidak berwarna, berbentuk serbuk kristal dan mempunyai rasa
yang manis (Rowe,2009;704)..
c. Natrium benzoat
Bahan pengawet diperlukan pada sebagian besar suspensi karena
zat pensuspensi dan pemanis sering merupakan media pertumbuhan yang baik
(Bhandare et al.2016;5).
Digunakan sebagai anti mikroba pada sediaan cair dan semi solid
untuk mencegah pertumbuhan mikroba (Allen, 2013;139).
Natrium benzoat digunakan sebagai pengawet untuk mencegah
pertumbuhan mikroba, diantaranya pengawet yang bisa digunakan yaitu
Natrium benzoat 0,1-0,2% (Ansel,2013;178).
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih. Mudah
larut dalam etanol 90%.
d. Tween 80
Banyak obat dalam suspensi bersifat hidrofobik, mereka mengusir
air dan tidak mudah dibasahi. Surfaktan biasanya digunakan untuk membantu
penyebaran obat hidrofobik. Formulator harus memilih bahan pembasah yang
tepat untuk dispersi obat yang optimum pada konsentrasi efektif terendah.
Polisorbat 80 adalah zat pembasah yang umum. Ini bersifat nonionik
dan kompatibel secara kimia dengan eksipien kationik dan anionik dan obatobatan. Hal ini digunakan dalam konsentrasi kurang dari atau sama dengan
0,1% (Bhandare et al.2016;4).
e.
Rasberry
Rasa meningkatkan penerimaan pasien terhadap produk. Baik rasa
alami dan buatan digunakan. Rasa tambahan yang digunakan meliputi
raspberry, nanas, dan lain-lain (Bhandare et al.2016;6).
f.
FD dan C red No.3
Pewarna dimaksudkan untuk memberikan penampilan yang lebih
estetis pada suspensi akhir. Sebagai kation atau anion yang relatif besar, zat
ini mungkin secara kimia tidak sesuai dengan bahan lainnya. Misalnya FD
dan C Merah No.3 adalah garam disodium, bersifat anion dan tidak sesuai
dengan zat pembasah kationik (Bhandare et al.2016;5).
5. Uraian bahan
a. Ciprofloxacin
Pemerian : serbuk hablur, berwarna putih atau kuning pucat,
sedikit higroskopik (Martindale, 243)
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
alkhohol terdehidrasi dan dikhlorometana. (Martindale,243)
Titik didih : 581.8°C
Titik leleh : 305,6°C
Bobot Molekul : 331,3 g/mol
pKa/pKb : 7.0- 8.5
Stabilitas : Siprofloxacin harus disimpan pada ruangan tertutup
di bawah suhu 25° C dan hindarkan dari paparan sinar
matahari langsung (Martindale, 243).
b. Na- CMC
Pemerian : serbuk atau butiran, putih atau kuning, tidak berbau, rasa
hampr berbau
Kelaruta : mudah mendispersi dalam air, tidak larut dalam etanol, dan
eter P
Titik lebur : 227 C
Stabilitas : Carboxymethylcellulose sodium adalah stabil, meski
bersifat higroskopik bahan. Dalam kondisi kelembaban tinggi,
karboksimetilselulosa sodium bisa menyerap sejumlah besar (> 50%)
air. Larutan berair stabil pada pH 2-10 Umumnya, larutan
menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
Natrium karboksimetilselulosa dapat disterilkan dalam keadaan kering
dengan mempertahankannya pada suhu 160 C selama 1 jam ( Rowe,
2009; 120).
c. Natrium benzoat ( Rowe, 2009; 578).
Rumus struktur
= C6H5COONa
BM
= 144,11
Pemerian
= Granul atau serbuk hablur, tidak berbau atau
praktis tidak berbau.
Kelarutan
= Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90 %.
inkompatibilitas
= Inkompatibel dan gelatin, garam besi, garam
kalsium dan garam dari logam berat, termasuk perak
dan merkuri.
d.
Kegunaan
= Pengawet
Stabilitas
= Stabil diudara
Penyimpanan
= Dalam wadah yang tertutup baik.
Konsentrasi
= 0,02-0,5% pada sediaan oral
Tween 80 (Dirjen POM,2014;1032)
Nama Resmi
: Polysorbatum 80
Nama Lain
: Polisorbat 80, tween
Pemerian
: Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)Pdalam etil
asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji
kapas P.
e.
Kegunaan
: Sebagai watting agent
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapa
Sukrosa
Rumus Molekul
= C11H22O11
Berat Molekul
= 342,30.
Pemerian
= Hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur
atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih;
tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus..
Kelarutan
= Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air medidih; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter.
Titik Leleh
= 1600 C – 1680 C
Khasiat
= Pemanis dan pengental.
Konsentrasi
= 67 % w/w.
inkompatibilitas
= Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi
dengan logam berat yang dapat menjadi inkom
dengan bahan penolong seperti asam askorbat.
Sukrosa juga mungkin saja terkontaminasi sulfit
yang pada konsentrasi sulfit tinggi menyebabkan
perubahan warna saat penyalutan tablet.
Stabilitas
= Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada
temperatur ruangan dan kelembaban sedang, dapat
menyerap 1% bau yang dilepaskan ketika
dipanaskan pada suhu 900 C.
Penyimpanan
f.
= Wadah tertutup baik.
FD & C red no 3 (Martindle,2009; 427)
Nama lain
= Eritrosin (Martindle 28 hal 427)
Rumus Molekul = C20H6C4Na2O5.H2O
Pemerian
= Serbuk merah atau merah kecoklatan, tidak berbau,
higroskopis
g.
Kegunaan
= Pewarna
Penyimpanan
= Dalam wadah tertutup baik.
Essense strowbery
Pemerian
= Cairan jernih tidak berwarna.
Kegunaan
Penyimpanan
= Flavoring agent
= Dalam wadah tertutup rapat
B.
Formulasi
1. Perhitungan bahan
a. Perdosis
Tiap 5 ml ciprofloksasi mengandung 250 mg
Dosis obat dalam 60 ml
60 ml
x 250mg=300 mgatau 3 g
5 ml
Dosis 1 x pakai
Dalam 5 ml mengandung 250 mg ciprofloksasin
1) Na CMC
=
0,5
x 60 ml=0,3 mg
100
2) Sukrosa
=
67
x 60 ml=40,2 mg
100
3) Na. Benzoat
=
0,2
x 60 ml=0, 12mg
100
4) Tween 80
=
0,1
x 60 ml=0,06 mg
100
5) FD & C red no 3
qs
6) Essense strowbery
qs
b. Perbets
1) Ciprofloksasin
= 7,2 g x 100
= 720 g
2) Na CMC
= 0,3 mg x 100
= 30 mg
3) Sukrosa
= 40,2 mg x 100
= 4.200 g
4) Na. Benzoat
= 0,12 mg x 100
= 12 mg
5) Tween 80
= 0,06 mg x 100
= 6 mg
6) FD & C red no 3
qs
7) Essense strowbery
qs
2. Cara kerja
a) Siapkan alat dan bahan
b) Ditimbang semua bahan
c) Di kalibrasi botol 60 ml
d) Digerus sukrosa hingga halus pada lumpang
e) Kemudian gerus Na CMC pada lumpang yang berbeda
hingga halus
f) Campur sukrosal dan Na CMC dan homogenkan
g) Digerus sunset yellow dan natrium benzoat kemudian
dicampurakan hingga homogen
h) Tambahkan etanol 70%
hingga terbentuk massa granul
yang cukup kenyal, ayak dengan pengayak mesh 20,
keringkan dengan oven 50oC selama 15 menit lalu
kemudian diayak lagi dengan pengayak nomor 30.
i) Timbang ciprofloksasin kemudian gerus hingga homogen
j) Gerus esensse strowberry pada lumpang yang berbeda
hingga halus
k) Campurkan zat aktif dan esesense strowberry hingga
homogen
l) Campurkan semua bahan lalu gerus hingga homogen
m) Masukkan kedalam botol yang telah dikalibrasi
n) Berikan wadah etiket dan brosur
PBL MANUFAKTUR
FORMULASI CIPROFLOKSASIN DRY SUSPENSION
Oleh
Nur Amaliyah Mahmuda
70100114018
Farmasi A 2014
Dosen Pembimbing :
Haeria S., S.Si., M.Si
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2017
1. Studi farmakologi
Ciprofloksasin merupakan antibiotik golongan kuinolon yang digunakan
dalam
mengobati
berbagai
infeksi
salah
satunya
infeksi
saluran
kemih.Menghambat DNA-girase pada organisme yang sensitif ; menghambat
relaksasi superkoloid DNA dan memicu kerusakan untai ganda DNA (PIO.2009 ).
Ciprofloxacin bersifat bakterisidal dan bertindak dengan menghambat
DNA gyrase dan topoisomerase IV, yang merupakan enzim essential dalam
reproduksi DNA bakteri. Ini memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas dan
lebih manjur secara invitro (Marindale.2009;243).
Ciprofloxacin menghambat DNA gyrase pada organisme yang rentan,
menghambat relaksasi DNA superkoli dan meningkat kerusakan DNA beruntai
ganda (Lacy,2009).
Dosis ciprofloxacin, untuk infeksi ringan hingga sedang saluran kemih : 2
x 250 mg/hari, untuk infeksi saluran kemih berat: 2x 500 mg/hari, untuk infeksi
ringan- sedang saluran nafas, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak : 2x250 mg – 500
mg, untuk infeksi berat saluran nafas, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak : 2x
500mg – 750 mg (Marindale.2009;243).
Dosis anak-anak: Oral : Infeksi saluran urin atau pyelofritis: anak 1-17
tahun: 20-30 mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis terpisah (setiap 12 jam) untuk 1021 hari. Maksimal 1.5 g/hari. Cistitis fibrosis : anak 5-17 tahun; 40 mg/kg/hari
dalam dosis terbagi setiap 12 jam, pemberian selama 1 minggu
Ciprofloxacin berbentuk serbuk hablur, berwarna putih atau kuning pucat,
sedikit higroskopik dengan Titik didih : 581.8°C,Titik leleh : 305,6°C, Bobot
Molekul : 331,3 g/mol, pKa/pKb : 7.0- 8.5 (Martindale, 243).
2. studi bentuk sediaan
Antibiotik memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman dan toksisitasnya relatif kecil bagi manusia. Salah satu antibiotik yang
digunakan untuk infeksi saluran kemih yaitu siprofloksasin (Anjani,MR. et al
2011, 26).
Bahan antibiotika tidak stabil dalam bentuk larutan pada penyimpanan
yang lama. Pabrik obat membuat alternatif sediaan obat dalam bentuk suspensi
berair atau sebagai serbuk kering yang dicampur sangat menarik konsumen
(Anjani,MR. et al 2011, 26).
Ciprofloksasin memiliki kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, larut
dalam dehidrat alkohol dan diklorometan dan disimpan dalam suhu kedap udara
dengan suhu 25 oC serta stabil selama 14 hari bila disimpan pada suhu ruang dan
harus disimpan pada suhu kurang dari 30oC (Gerald, 2005).
Ciprofloksasin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
kuman patogen yang peka terhadap siprofloksasin yang menyerang saluran kemih,
saluran pernafasan (kecuali pneumonia oleh Streptococcus) kulit dan jaringan
lunak, tulang dan sendi. Kontraindikasi pada penderita yang hipersensitif terhadap
siprofloksasin dan derivat quinolone yang lain, yaitu wanita hamil dan menyusui,
anak-anak dan remaja sebelum akhir fase pertumbuhan (Purwanto, 2002).
Dry sirup adalah suspensi yang bahan aktifnya direkonstitusi dengan
pembawa cair sampai volume tertentu sebelum digunakan. Sirup kering ditujukan
untuk bahan aktif yang memiliki kestabilan rendah dalam air, sehingga akan tetap
stabil dalam bentuk padatan selama belum direkonstitusi. Sediaan baru
direkonstitusi pada saat akan digunakan dan setelah direkonstitusi kestabilan
terbatas sehingga harus digunakan dalam jangka waktu maksimal 14 hari
(tergantung pada kestabilan masing-masing bahan aktif) (Sena,2015;3).
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada
saat digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang
tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin, amoksisilin,
dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi Yang
homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi (Sena,2015;3).
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma,buffer dan
zat warna.
Sediaan dalam bentuk suspensi untuk oral biasanya lebih efektif dibandingkan
dengan bentuk tablet atau kapsul, karena lebih mudah diterima terutama untuk
anak-anak atau bayi (Ofner, et al., 1989).
Alasan paling umum untuk formulasi suspensi kering adalah kestabilan
kimia obat yang tidak memadai dalam larutan. Dalam kasus tersebut, obat
menghasilkan masa simpan yang sangat singkat. Sebagai contoh, suspensi
penisilin dapat bertahan selama 14 hari. Namun, suspensi kering yang diproduksi
dapat bertahan selama 2 tahun . Alasan lain alasan lain pembuatan suspensi kering
adalah untuk menghindari masalah stabilitas fisik yang sering terjadi pada
suspensi konvensional. Masalah ini meliputi kemungkinan peningkatan kelarutan
obat akibat perubahan pH dari degradasi kimia, ketidakcocokan bahan, perubahan
viskositas, terbentuknya cakeing. Pembutan suspensi kering mengurangi berat
produk akhir karena tidak bercambur dengan pelarut dan akibatnya, biaya
transportasi
dapat
dikurangi.
Campuran
kering
dapat
dikirim
tanpa
memperhatikan suhu musiman karena kestabilan fisiknya kurang rentan terhadap
suhu ekstrem dibandingkan dengan suspensi konvensional.
Selama proses rekonstitusi, campuran serbuk harus disebarkan dengan
cepat dan merata dalam pelarut. Suspensi yang dilarutkan memiliki iskositas yang
baik agar pada saat penuangan oleh pasien dapat memberikan dosis yang akurat
dan seragam. Setelah rekonstitusi, Produk akhir harus memiliki penampilan, rasa,
bau yang dapat diterima
Kriteria pemilihan eksipien didasarkan pada kesesuaian untuk rekonstitusi
dan pada jenis fisik suspensi kering yang diinginkan.
Sejumlah eksipien harus dijaga seminimal mungkin karena lebih banyak
jumlah eksipien dalam formulasi, semakin besar kemungkinan terjadinya
masalah, misalnya kemungkinan masalah kompatibilitas meningkat karena
lebih banyak eksipien yang digunakan. Pengolahan yang lebih besar
diperlukan untuk menggabungkan lebih banyak eksipien. Lebih banyak
eksipien akan memerlukan sampling dan pengujian untuk pengendalian
kualitas. Metode umum untuk mengurangi jumlah eksipien adalah
menggunakan eksipien yang memiliki lebih dari satu fungsi. Misalnya.
Gliserin dapat digunakan sebagai bahan pelunak, pemanis dan pengawet
Semua eksipien harus menyebar dengan cepat pada proses rekonstitusi.
Pengawet yang seminimal mungkin
(Bhandare et al.2016,2-4).
Dari uraian diatas maka Siprofloksasin diformulasikan dalam bentuk dry
sirup karena siproflkasin merupakan Bahan antibiotika tidak stabil dalam bentuk
larutan pada penyimpanan yang lama serta memiliki kelarutan yang praktis tidak
larut dalam air sehingga dibuat dalam padatan yang nantinya akan direkonstruksi
pada saat digunakan.
3. Rancangan formula
Nama produk
: Ciprolisin®
Jumlah produk
: 100 botol
Tanggal formulasi
: 8 oktober 2017
Tanggal produksi
: 8 oktober 2018
No. Registrasi
: DKL 1701019190 A1
No. Bets
: 0100108
Komposisi
Tiap 5 ml Ciprolisin mengandung:
Ciprofloksasin
250 mg
Na CMC
0,5%
Natrium benzoat
0,2%
Sukrosa
67%
Tween 80
0,1%
FD & C red no 3
qs
Resberry
qs
M.f dry sirup suspension 60 ml
4. Alasan penambahan bahan
a. Na-CMC
Na CMC dapat berfungsi agen penstabil; agen suspensi, serta agen
peningkatan viskositas pada sediaan suspensi (Rowe, 2009; 119).
Merupakan tipe suspending agent untuk mendispersikan bahan aktif
yang sukar larut sehingga terdispersi merata membentuk suspensi yang baik
dan homogen
Range Na CMC sebagai suspending agent pada sediaan oral yaitu 0,11,0% (Rowe, 2009; 119).
b. Sukrosa
Digunakan dalam formulasi sediaan oral sebagai pemanis dan
digunakan dalam sediaan cair (Rowe.2009;704).
Penggunaan sukrosa
dalam penggunaan suspensi adalah 67%
(Rowe,2009;704).
Sukrosa tidak berwarna, berbentuk serbuk kristal dan mempunyai rasa
yang manis (Rowe,2009;704)..
c. Natrium benzoat
Bahan pengawet diperlukan pada sebagian besar suspensi karena
zat pensuspensi dan pemanis sering merupakan media pertumbuhan yang baik
(Bhandare et al.2016;5).
Digunakan sebagai anti mikroba pada sediaan cair dan semi solid
untuk mencegah pertumbuhan mikroba (Allen, 2013;139).
Natrium benzoat digunakan sebagai pengawet untuk mencegah
pertumbuhan mikroba, diantaranya pengawet yang bisa digunakan yaitu
Natrium benzoat 0,1-0,2% (Ansel,2013;178).
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih. Mudah
larut dalam etanol 90%.
d. Tween 80
Banyak obat dalam suspensi bersifat hidrofobik, mereka mengusir
air dan tidak mudah dibasahi. Surfaktan biasanya digunakan untuk membantu
penyebaran obat hidrofobik. Formulator harus memilih bahan pembasah yang
tepat untuk dispersi obat yang optimum pada konsentrasi efektif terendah.
Polisorbat 80 adalah zat pembasah yang umum. Ini bersifat nonionik
dan kompatibel secara kimia dengan eksipien kationik dan anionik dan obatobatan. Hal ini digunakan dalam konsentrasi kurang dari atau sama dengan
0,1% (Bhandare et al.2016;4).
e.
Rasberry
Rasa meningkatkan penerimaan pasien terhadap produk. Baik rasa
alami dan buatan digunakan. Rasa tambahan yang digunakan meliputi
raspberry, nanas, dan lain-lain (Bhandare et al.2016;6).
f.
FD dan C red No.3
Pewarna dimaksudkan untuk memberikan penampilan yang lebih
estetis pada suspensi akhir. Sebagai kation atau anion yang relatif besar, zat
ini mungkin secara kimia tidak sesuai dengan bahan lainnya. Misalnya FD
dan C Merah No.3 adalah garam disodium, bersifat anion dan tidak sesuai
dengan zat pembasah kationik (Bhandare et al.2016;5).
5. Uraian bahan
a. Ciprofloxacin
Pemerian : serbuk hablur, berwarna putih atau kuning pucat,
sedikit higroskopik (Martindale, 243)
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
alkhohol terdehidrasi dan dikhlorometana. (Martindale,243)
Titik didih : 581.8°C
Titik leleh : 305,6°C
Bobot Molekul : 331,3 g/mol
pKa/pKb : 7.0- 8.5
Stabilitas : Siprofloxacin harus disimpan pada ruangan tertutup
di bawah suhu 25° C dan hindarkan dari paparan sinar
matahari langsung (Martindale, 243).
b. Na- CMC
Pemerian : serbuk atau butiran, putih atau kuning, tidak berbau, rasa
hampr berbau
Kelaruta : mudah mendispersi dalam air, tidak larut dalam etanol, dan
eter P
Titik lebur : 227 C
Stabilitas : Carboxymethylcellulose sodium adalah stabil, meski
bersifat higroskopik bahan. Dalam kondisi kelembaban tinggi,
karboksimetilselulosa sodium bisa menyerap sejumlah besar (> 50%)
air. Larutan berair stabil pada pH 2-10 Umumnya, larutan
menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
Natrium karboksimetilselulosa dapat disterilkan dalam keadaan kering
dengan mempertahankannya pada suhu 160 C selama 1 jam ( Rowe,
2009; 120).
c. Natrium benzoat ( Rowe, 2009; 578).
Rumus struktur
= C6H5COONa
BM
= 144,11
Pemerian
= Granul atau serbuk hablur, tidak berbau atau
praktis tidak berbau.
Kelarutan
= Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90 %.
inkompatibilitas
= Inkompatibel dan gelatin, garam besi, garam
kalsium dan garam dari logam berat, termasuk perak
dan merkuri.
d.
Kegunaan
= Pengawet
Stabilitas
= Stabil diudara
Penyimpanan
= Dalam wadah yang tertutup baik.
Konsentrasi
= 0,02-0,5% pada sediaan oral
Tween 80 (Dirjen POM,2014;1032)
Nama Resmi
: Polysorbatum 80
Nama Lain
: Polisorbat 80, tween
Pemerian
: Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)Pdalam etil
asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji
kapas P.
e.
Kegunaan
: Sebagai watting agent
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapa
Sukrosa
Rumus Molekul
= C11H22O11
Berat Molekul
= 342,30.
Pemerian
= Hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur
atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih;
tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus..
Kelarutan
= Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air medidih; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter.
Titik Leleh
= 1600 C – 1680 C
Khasiat
= Pemanis dan pengental.
Konsentrasi
= 67 % w/w.
inkompatibilitas
= Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi
dengan logam berat yang dapat menjadi inkom
dengan bahan penolong seperti asam askorbat.
Sukrosa juga mungkin saja terkontaminasi sulfit
yang pada konsentrasi sulfit tinggi menyebabkan
perubahan warna saat penyalutan tablet.
Stabilitas
= Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada
temperatur ruangan dan kelembaban sedang, dapat
menyerap 1% bau yang dilepaskan ketika
dipanaskan pada suhu 900 C.
Penyimpanan
f.
= Wadah tertutup baik.
FD & C red no 3 (Martindle,2009; 427)
Nama lain
= Eritrosin (Martindle 28 hal 427)
Rumus Molekul = C20H6C4Na2O5.H2O
Pemerian
= Serbuk merah atau merah kecoklatan, tidak berbau,
higroskopis
g.
Kegunaan
= Pewarna
Penyimpanan
= Dalam wadah tertutup baik.
Essense strowbery
Pemerian
= Cairan jernih tidak berwarna.
Kegunaan
Penyimpanan
= Flavoring agent
= Dalam wadah tertutup rapat
B.
Formulasi
1. Perhitungan bahan
a. Perdosis
Tiap 5 ml ciprofloksasi mengandung 250 mg
Dosis obat dalam 60 ml
60 ml
x 250mg=300 mgatau 3 g
5 ml
Dosis 1 x pakai
Dalam 5 ml mengandung 250 mg ciprofloksasin
1) Na CMC
=
0,5
x 60 ml=0,3 mg
100
2) Sukrosa
=
67
x 60 ml=40,2 mg
100
3) Na. Benzoat
=
0,2
x 60 ml=0, 12mg
100
4) Tween 80
=
0,1
x 60 ml=0,06 mg
100
5) FD & C red no 3
qs
6) Essense strowbery
qs
b. Perbets
1) Ciprofloksasin
= 7,2 g x 100
= 720 g
2) Na CMC
= 0,3 mg x 100
= 30 mg
3) Sukrosa
= 40,2 mg x 100
= 4.200 g
4) Na. Benzoat
= 0,12 mg x 100
= 12 mg
5) Tween 80
= 0,06 mg x 100
= 6 mg
6) FD & C red no 3
qs
7) Essense strowbery
qs
2. Cara kerja
a) Siapkan alat dan bahan
b) Ditimbang semua bahan
c) Di kalibrasi botol 60 ml
d) Digerus sukrosa hingga halus pada lumpang
e) Kemudian gerus Na CMC pada lumpang yang berbeda
hingga halus
f) Campur sukrosal dan Na CMC dan homogenkan
g) Digerus sunset yellow dan natrium benzoat kemudian
dicampurakan hingga homogen
h) Tambahkan etanol 70%
hingga terbentuk massa granul
yang cukup kenyal, ayak dengan pengayak mesh 20,
keringkan dengan oven 50oC selama 15 menit lalu
kemudian diayak lagi dengan pengayak nomor 30.
i) Timbang ciprofloksasin kemudian gerus hingga homogen
j) Gerus esensse strowberry pada lumpang yang berbeda
hingga halus
k) Campurkan zat aktif dan esesense strowberry hingga
homogen
l) Campurkan semua bahan lalu gerus hingga homogen
m) Masukkan kedalam botol yang telah dikalibrasi
n) Berikan wadah etiket dan brosur
PBL MANUFAKTUR
FORMULASI CIPROFLOKSASIN DRY SUSPENSION
Oleh
Nur Amaliyah Mahmuda
70100114018
Farmasi A 2014
Dosen Pembimbing :
Haeria S., S.Si., M.Si
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2017