Perda No.20 Tahun 2008 tentang Miras

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN
NOMOR 20 TAHUN 2008
TENTANG
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL
DI KABUPATEN BULUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BULUNGAN,
Menimbang :

a.

bahwa pengendalian dan pengawasan terhadap minuman
beralkohol
sangat
penting
artinya
dalam
rangka
menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta
melindungi masyarakat terutama generasi muda terhadap
bahaya penggunaannya di Kabupaten Bulungan;


b. bahwa larangan peredaran minuman beralkohol yang diatur
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 11 Tahun
2001, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Nomor 24 Tahun 2002, dipandang sudah tidak sesuai dengan
kondisi saat ini;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah
tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol di
Kabupaten Bulungan.
Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959 Nomor 72);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1962 tentang Perdagangan

Barang dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1962 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2469);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Pshikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

7.


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang
Perdagangan Barang-barang dalam Pengawasan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2473);

9.


Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan
dan Pengendalian Minuman beralkohol;
12. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan
Narkotika Nasional;
13. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59/Menkes/Per/II/ 1982
tentang Larangan Pengedaran, Produksi dan Mengimpor
Minuman Keras Yang Tidak Terdaftar pada Departemen
Kesehatan;
15. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/PER/3/
2006 tentang Pengawasan dan Pengendalian Import, Pengedaran
dan Penjualan, dan Perizinan Minuman Beralkohol;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 1 Tahun 2004
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Nomor
1 Tahun 2004 Seri E Nomor 1);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 1 Tahun 2008
tentang Penerbitan Lembaran Daerah dan Berita Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 1);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 2 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten
Bulungan Tahun 2008 Nomor 2).


Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN
dan
BUPATI BULUNGAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN
PENGAWASAN
BULUNGAN

DAERAH
TENTANG PENGENDALIAN DAN
MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1.

Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

2.

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulungan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4.

Bupati adalah Bupati Bulungan.

5.


Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Peseroan lainnya, Badan
Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Firma, kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan,
Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik atau Organisasi yang sejenis,
lembaga, Bentuk Usaha tetap serta Bentuk Badan Usaha lainnya.

6.

Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses
dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara
memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambah bahan lain atau
tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsetrat dengan ethanol
atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol yang terbagi
dalam 3 golongan yaitu :
a. Golongan A minuman yang berkadar alcohol/etanol (C2H50H) 1% s/d 5%
(persen).

b. Golongan B minuman berkadar alcohol/etanol (C2H50H) lebih dari 20% s/d
55% (persen).
c. Golongan C minuman berkadar alcohol/etanol (C2H50H) lebih dari 20% s/d
55% (persen).

7.

Minuman beralkohol tradisional adalah minuman yang diolah dan diproses
secara manual dan/atau tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbutumbuhan dan/atau tanaman dan dengan sengaja untuk membuat minuman
yang mengandung kadar etanol dan/atau alkohol.

8.

Memproduksi adalah serangkaian kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas ulang,
dan/atau menambah bentuk menjadi minuman beralkohol.

9.

Mengedarkan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka

penyaluran minuman beralkohol kepada masyarakat atau perorangan baik
untuk diperdagangkan maupun tidak.

10. Memperdagangkan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam
rangka penjualan atau pembelian minuman beralkohol termasuk penawaran
untuk menjual minuman beralkohol di semua tempat dengan memperoleh
imbalan atau tidak dalam wilayah Kabupaten Bulungan.
11. Menyimpan adalah menyimpan minuman beralkohol di semua tempat dalam
wilayah Kabupaten Bulungan.
12. Menimbun adalah mengumpulkan minuman beralkohol disemua tempat dalam
wilayah Kabupaten Bulungan.
13. Meminum adalah meminum minuman beralkohol di semua tempat dalam
wilayah Kabupaten Bulungan.

BAB II
PENGENDALIAN / LARANGAN
Pasal 2
(1) Setiap orang atau badan hukum / badan usaha dilarang memproduksi,
memasukkan, mengedarkan, memperdagangkan, membawa, menyimpan,
menimbun, menyediakan minuman beralkohol, termasuk yang diproduksi

secara tradisional dalam wilayah Kabupaten Bulungan.
(2) Setiap orang dilarang meminum minuman beralkohol, termasuk
diproduksi secara tradisional dalam wilayah Kabupaten Bulungan.

yang

Pasal 3
Dalam rangka mencegah dan melindungi masyrakat dari bahaya penggunaan
minuman beralkohol, maka kepada instansi yang berwenang menerbitkan izin usaha
hotel, losmen, wisma, bar, restoran, termasuk pub dan klub malam, warung kopi,
rumah makan, kedai, kios, dan tempat-tempat lainnya yang sejenis dilarang untuk
melegalisasikan penyediaan minuman beralkohol dalam setiap penerbitan surat izin
dimaksud.
Pasal 4
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), juga berlaku bagi badan
hukum / badan usaha atau badan lain yang mempekerjakan tenaga asing.
BAB III
PENGAWASAN
Pasal 5
(1)

Bupati melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan larangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4.

(2)

Untuk mengawasi peredaran minuman beralkohol, Bupati dapat membentuk
tim pengawas yang beranggotakan dari dinas instansi terkait secara berjenjang
yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3)

Tim pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib melaporkan kepada
penyidik atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang ditunjuk apabila
ditemukan adanya pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4.

BAB IV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 6
(1)

Penyidikan tindak pidana di bidang pengendalian dan pengawasan minuman
beralkohol dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah.

(2)

Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, dan penggeledahan;
e. Melakukan penyitaan barang bukti dan pemeriksaan surat;
f. Mengambil sidil jari dan memotret seorang;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagi tersangka atau saksi;
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i.

Mengadakan penghentian penyidikan;

j.

Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum,
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
BAB V
KETENTUAN PIDANA
Pasal 7
(1)

Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2 ayat
(1), Pasal 3, dan Pasal 4 diancam hukuman pidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah).

(2)

Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal (2) ayat 2, diancam
hukuman pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(3)

Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), merupakan
penerimaan Negara dan disetor langsung ke Kas Negara.

(4)

Terhadap barang / benda-benda yang digunakan dan/atau diperoleh dari
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dirampas
untuk Negara guna dimusnahkan.

(5)

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dilakukan belum berselang 1 (satu) tahun dari hukuman yang sudah
dijatuhkan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka hukumannya
dapat ditambah 2 (dua) kali lipat.

(6)

Tindakan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah
Pelanggaran.

Pasal 8
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),
Pasal 3, dan Pasal 4, apabila dilakukan oleh badan hukum / badan usaha lainnya,
maka hukumanya dijatuhkan kepada penanggungjawab.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten
Bulungan Nomor 11 Tahun 2001 Tentang Larangan Peredaran Minuman Beralkohol
Di Wilayah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun
2001 Nomor 11), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bulungan Nomor 24 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 24
Seri E Nomor 3), dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 10
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati yang berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 11
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan.

Ditetapkan di Tanjung Selor
pada tanggal 9 April 2008

20