Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Sumber Informasi
Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat

berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Pengetahuan-pengetahuan atau informasiinformasi ini dapat diperoleh baik melalui membaca buku-buku, hasil penelitian
orang lain, maupun pengalaman langsung dari lapangan.15 Secara umum, semua
sumber informasi adalah suatu sumber belajar, karena dalam sumber informasi selalu
terkandung hal-hal yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, hanya saja semua
itu tergantung pada kebutuhan belajar masing-masing individu dalam memanfaatkan
sumber informasi sebagai sarana untuk belajar.16
Pada garis besarnya sumber-sumber informasi dapat dikelompokkan menjadi
3 kategori, yaitu :
1. Sumber Informasi Dokumenter
Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter adalah semua bentuk
sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen
resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab

instansi resmi, misalnya laporan. Sedangkan dokumen tidak resmi adalah segala
bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan
atau instansi tidak resmi atau perorangan.17 Dokumen merupakan segala benda
yang berbentuk barang, gambar atau tulisan sebagai bukti dan dapat memberikan

Universitas Sumatera Utara

keterangan yang penting dan absah.18 Dokumen juga membantu memberikan
rincian informasi jika bukti dokumenter bertentangan dengan informasi dari
sumber yang didapat, penggunaan bukti dokumen ini adalah untuk mendukung
dan menambah bukti dari sumber-sumber lain.19
2. Sumber Kepustakaan
Bahan-bahan kepustakaan yang dapat digunakan, dapat digolongkan ke dalam :17
a. Buku yang diterbitkan,
b. Berbagai penelitian berkala, seperti majalah, jurnal, bulletin, brosur, dan
sebagainya,
c. Berbagai harian atau surat kabar,
d. Karangan atau makalah ilmiah yang tidak diterbitkan,
e. Laporan-laporan penelitian,
f. Laporan-laporan dari instansi resmi

Berdasarkan cara produksinya dan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi :15
1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Adapun macam-macamnya adalah :
a. Poster
b. Majalah atau surat kabar
c. Leaflet
2. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik.
Adapun macam-macamnya adalah :

Universitas Sumatera Utara

a. Televisi
b. Radio
c. Video (CD dan VCD)
d. Slide
e. Film
f. Internet
3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

dipakai dan diiisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.
Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran
seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).
3. Sumber Informasi Lapangan
Sumber informasi lapangan diperoleh langsung dari objeknya di lapangan.
Biasanya sumber informasi lapangan adalah pribadi-pribadi yang berkecimpung
di bidang yang diteliti. Informasi-informasi diperoleh melalui teknik observasi,
wawancara, angket, maupun eksperimen pendahuluan.17 Wawancara merupakan
salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam studi kasus, membuat
kunjungan langsung ke lapangan dengan asumsi bahwa fenomena yang terjadi,
pelaku atau kondisi lingkungan sosial relevan akan tersedia untuk observasi.19
Sumber informasi lapangan antara lain meliputi :17
1. Sumber pribadi
Meliputi semua orang atau agen yang menjadi sumber informasi
2. Lembaga atau organisasi

Universitas Sumatera Utara

Yang dimaksud dengan lembaga atau organisasi disini adalah organisasi atau
lembaga pelayanan kesehatan.

3. Kantor-kantor baik pemerintah maupun swasta juga merupakan sumber
informasi lapangan.
4. Kejadian, gejala, atau kasus yang terjadi di dalam masyarakat juga merupakan
sumber informasi.
2.2.

Pengetahuan20,21,22
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan pada
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik
dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.
Pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia terhadap sesuatu atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya atau hasil usaha
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan pada hakikatnya
merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke
dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui
manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya.
Machfoedz (2009) penentuan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 kategori

yaitu baik, cukup, dan kurang. Kriteria sebagai berikut :
a. Baik

: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%100% dari seluruh pertanyaan,

b. Cukup

: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-

Universitas Sumatera Utara

75% dari seluruh pertanyaan,
c. Kurang

: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%55% dari seluruh pertanyaan,

2.2.1. Tingkat Pengetahuan20
Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

Universitas Sumatera Utara

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau merangkumkan
dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.3.

Sikap20
Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa sikap merupakan respon seseorang

terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara
langsung, tetapi hanya dapat ditafsir terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, hal
ini merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus atau rangsangan dari
kehidupan sosial. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap
stimulus di lingkungan, dan bukan merupakan suatu pelaksanaan dengan motif
tertentu, hal ini diungkapkan Newcomb seorang ahli psikologi sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan akan tetapi sikap merupakan suatu hal yang akan
mengarah pada suatu tindakan atau perilaku. Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu:
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan suatu respon

yang telah diberikan oleh orang lain.

Universitas Sumatera Utara

b) Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan bahwa seseorang memberikan suatu jawaban atau
tanggapan terhadap suatu pertanyaan.
c) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan bahwa seseorang memberikan suatu penilaian yang baik
terhadap stimulus, hal ini berarti mengajak orang lain untuk mendiskusikan
suatu masalah. Misalnya ada teman yang perilakunya berisiko terhadap
penularan HIV/AIDS maka remaja mampu mengajak dan melakukan diskusi
tentang HIV/AIDS dan menyarankan agar mereka melakukan pemeriksaan
status HIV/AIDS. Hal ini berarti remaja memiliki sikap yang positif terhadap
HIV/AIDS.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Mampu bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan dan terhadap
apa yang telah dipilih oleh seseorang merupakan sikap yang paling tinggi.
Misalnya remaja mampu menolak ajakan teman sebaya untuk melakukan
aktifitas yang berisiko menularkan HIV/AIDS meskipun pada akhirnya akan

dijauhi oleh teman-temanya.
Sikap selalu berhubungan dengan suatu obyek yang disertai dengan perasaan
positif dan negatif. Seseorang akan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek
apabila obyek tersebut memiliki nilai dalam pandangannya sedangkan seseorang akan
memiliki sikap negatif apabila obyek tersebut tidak memiliki nilai menurut
pandangannya. Menurut Azwar (2012) sikap dipegaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

Universitas Sumatera Utara

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan
lembaga agama, dan faktor emosional.23
a) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya dan karena kebudayaan pula yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
d) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.

Universitas Sumatera Utara

e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f) Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
2.4.

Tindakan/Praktik20
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya adalah
melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapi. Praktik
mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
1. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respons terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.
3. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

Universitas Sumatera Utara

4. Adopsi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2.5.

Remaja
Remaja adalah individu baik laki-laki maupun perempuan yang sedang berada

di tengah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja adalah masa
transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,
perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Menurut WHO (World Health
Organization) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan
yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan
jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan
ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.15
Menurut WHO (World Health Organization) menetapkan usia remaja 10-20
tahun. Sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) meneteapkan usia 15-24 tahun
sebagai kaum muda. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB
tentang kaum muda adalah kurun usia 15-24 tahun.24
Fenomena transisi kependudukan di Indonesia semakin meningkat. Adanya
transisi demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur penduduk, terutama
struktur penduduk menurut umur. Apabila sebelumnya penduduk yang terbesar
adalah anak-anak maka dalam masa transisi ini proporsi penduduk

usia remaja

semakin besar. Total jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 adalah sebesar
213.375.287 jiwa. Jumlah penduduk usia 0-19 tahun adalah sebesar 81.762.113 jiwa

Universitas Sumatera Utara

dengan rincian 41.882.482 jiwa adalah anak laki-laki dan 39.879.631 adalah anak
perempuan. Dengan kata lain, anak usia 0-19 tahun memiliki proporsi sebesar 38,32
persen bila dibandingkan dengan keseluruhan populasi penduduk. Diprediksikan
tahun- tahun selanjutnya akan mengalami peningkatan pada piramida penduduk di
Indonesia.15,25
2.6.

HIV/AIDS

2.6.1. Pengertian HIV/AIDS1
HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Sebagai
retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transcriptase,
yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada
dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi
genetik sel limfosit yang diserang.
HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai
antigen permukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan
penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan sel
monosit dan makrofag.
Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik, mulai dari
infeksi tanpa gejala (asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang
berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala
AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun setelah infeksi.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala
(sindrom) dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Universitas Sumatera Utara

Immunodeficiency Virus) yang dapat menghancurkan system kekebalan tubuh dan
dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kanker fatal.
Biasanya sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh terhadap penyakit, akan
tetapi kalau sistem kekebalan tubuh dirusak oleh virus AIDS, maka serangan penyakit
yang biasanya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya karena tubuh orang
tersebut tidak bisa lagi memeranginya, yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian karena infeksi tersebut.
2.6.2. Sejarah HIV/AIDS 26,27,28
Beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari kera ke manusia antara
1926-1946. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa HIV kemungkinan pertama
menular dari simpanse ke manusia pada tahun 1675 tetapi jenis virus itu tidak
menetapkan diri sebagai epidemi hingga 1930. Kasus infeksi HIV pertama kali di
dunia terjadi pada tahun 1959. Ketika itu, seseorang lelaki kulit hitam yang tinggal di
Kongo menyerahkan sampel darah kepada tim dokter Amerika Serikat yang tengah
melakukan studi tentang masalah genetik. Usai penelitian, sampel itu ternyata tidak
dibuang, melainkan disimpan dalam freezer dan terlupakan begitu saja. Baru pada
tahun 1986 contoh darah itu ikut diperiksa bersama 1.212 sampel darah lainnya oleh
seorang dokter Amerika bersama peneliti yang lain hasilnya darah itu positif HIV.
Pada tahun 1985 dilaporkan juga kasus pada berbagai Negara dibenua Amerika
lainnya yaitu Afrika dan Australia.
Pada awalnya istilah AIDS diterapkan ketika enam kasus pertama ditemukan
di Long Angeles, Amerika Serikat pada tanggal 5 juli 1981. Di Indonesia AIDS
merebak tatkala seorang turis Belanda bernama Edward Hop (laki-laki homo)

Universitas Sumatera Utara

meninggal di RSU Sanglah yang merupakan RS terbesar di Bali, pada tanggal 15
April 1987. Sebelum itu pada bulan April 1986, di RSCM Jakarta ditemukan seorang
wanita yang terinfeksi HIV melalui transfusi darah.
Di kota Medan kasus HIV ditemukan pertama kali tahun 1992 di RS Pirngadi
Medan oleh DR.dr. Umar Zein pada WPS (Wanita Pekerja Seks). Kasus AIDS
ditemukan juga pada ABK (Anak Buah Kapal) tahun 1994. Salah satu respon yang
dilakukan pada tahun 1997 adalah dibentuknya tim HIV dan AIDS di RSUP Adam
Malik Medan tetapi tidak efektif. Stigma & diskriminasi pada petugas kesehatan
masih tinggi saat itu.
Pada tahun 2002 obat anti retroviral (ARV) generik mulai digunakan di
Medan terhadap penderita AIDS. Logistik ARV diberikan dari Jakarta. Sebagai
kelanjutan pembentukan panitia AIDS di RSUP Adam Malik, pada April 2001
diterbitkan SK pembentukan Pusat Pelayanan Khusus (Posyansus) di RSUP Adam
Malik Medan yang diketuai oleh DR. dr. Umar Zein.
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan sejak Januari 2006 sampai
dengan Desember 2013, jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Medan mencapai 3410
kasus. Faktor risiko tertinggi adalah kelompok hetereoseksual sebanyak 2198 kasus,
sedangkan faktor risiko kedua adalah pada kelompok penasun (pengguna napza
suntik) sebanyak 958. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2013 dilaporkan sampai
pada akhir tahun 2012, untuk wilayah Provinsi Sumatra Utara, kasus HIV/AIDS
sudah mencapai 6340 terdiri dari 2198 kasus HIV dan 4241 kasus AIDS.
Konselor kesehatan pertama di Kota Medan dari RSUP Adam Malik. Puncak
keberhasilan dan keefektifan program VCT terjadi antara tahun 2003-2008, dengan

Universitas Sumatera Utara

dukungan dana dari GF dan FHI. Tahun 2004-2005, program Pengobatan, Dukungan
dan Perawatan (PDP) dibentuk di RSUP Adam Malik.
2.6.3. Etiologi 27
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus.
Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu
untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang.
Seperti retrovirus lainnya, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang
panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala
AIDS. Ketika sistem imun melemah atau rusak oleh virus seperti HIV, tubuh akan
lebih mudah terkena infeksi oportunistik.
Secara struktur morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar dan melebar. Pada pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional
dan struktural. Tiga gen tersebut yaitu gag (antigen), pol (polymerase), dan env
(envelope). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse
transcriptase, protease, dan integrase. Gen env mengode komponan structural HIV
yang dikenal glikoprotein. Gen lainnya yang ada dan juga penting dalam replikasi
virus, yaitu rev, nef, vif, vpu, dan vpr.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Human Immunodeficiency Virus
2.6.4. Patogenesis
HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan sekret vagina,
serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :
1. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral maupun anal dengan seorang
pengindap. Hal ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90 % total
kasus sedunia.
2. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi
darah/produk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai > 90 %, ditentukan
3-5 % total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril atau pemakaian
bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik berisiko 0,5-1 %,
ditentukan 5-10 % total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk
jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5 % dan mencakup < 0,1 %
total kasus sedunia.

Universitas Sumatera Utara

3. Transmisi secara vertikal dari ibu hamil mengidap HIV pada bayinya melalui
plasenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40% dan terdapat < 0,1% total
kasus sedunia.29
Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel
dendritik selama beberapa hari. HIV menginfeksi sel yang permukaannya terdapat
molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika glikoprotein pada HIV
membentuk tempelan ke reseptor CD4. Virus masuk ke sel dan memulai replikasi
(memperbanyak diri). Sel terinfeksi dapat menghasilkan bentuk virus yang baru. Sel
T menjadi target utama dari virus ini, sehingga efek utamanya adalah pada sistem
imun. Selanjutnya sel-sel lain yang memiliki CD4 (beberapa makrofag), subklas sel
B, juga dapat terinfeksi.

Gambar 2.2. HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai
bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit
setelah menyerang sel tersebut dilihat dengan mikroskop elektron.

Universitas Sumatera Utara

Sebenarnya pada awal-awal terjadi infeksi, sistem imun masih bekerja dengan
baik sampai beberapa tahun. Akan tetapi sistem imun dalam tubuh menurun seiring
dengan terakumulasinya varian baru dan antigen yang berbeda. HIV menempel ke
reseptor CD4 pada permukaan sel T dan masuk sel secara endositosis, kemudian
memperbanyak diri. Selanjutnya keluar dari sel T dengan cara melisiskan sel atau
dapat juga dengan cara eksositosis.

Gambar 2.3. Infeksi HIV Pada Sel T
Secara imunologis, sel T yang terdiri atas limfosit T- helper ,disebut limfosit
CD4+. Saat ini, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, yang
berarti banyak virus lain di dalam darah. Orang dewasa yang baru terinfeksi sering
menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala tersebut biasanya terjadi 2- 4
minggu stelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan
sering terdeteksi influenza. Selain itu penderita juga sering merasa tidak sehat meski
dari luar tampak sehat. Keadaan penderita yang terinfeksi ini bisa disebut dengan
sindrom HIV akut . Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan

Universitas Sumatera Utara

positif, karena telah terbentuk anti bodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode,
dimana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya
masih negatif.
Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan
cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ pada nodus limfa dan thymus selama
waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIV akan mungkin terkena
infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi limfosit
T. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik. Masa tanpa gejala ini
berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok orang perjalanan penyakitnya
sangat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada juga sangat lambat.
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai
menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik (penurunan berat badan, demam
lama, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberculosis, infeksi jamur, herpes,
dan lain-lain setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS.27

Gambar 2.4. Grafik Perjalanan HIV pada Individu Yang Terinfeksi HIV
jumlah limfosit T CD4+ (sel/mm³)
jumlah RNA HIV per mL plasma

Universitas Sumatera Utara

HIV mudah mati di alam terbuka, dalam suasana kering diluar tubuh manusia
hanya bertahan selama beberapa menit. Virus dapat dimusnahkan dengan suhu 50600c (30 menit), larutan eter, aseton, etanol, sabun, dan bahan pencuci hama.
Virus HIV terdapat dalam cairan tubuh manusia, seperti : cairan darah, cairan
sperma, cairan vagina. Virus HIV terdapat pada cairan ini karena di cairan-cairan ini
banyak mengandung sel darah putih atau sel T.30
2.6.5. Gejala Klinis HIV/AIDS 30
World Health Organization (WHO) menetapkan empat stadium klinis pada
pasien yang terinfeksi HIV/AIDS yakni sebagai berikut :
Tabel 2.6.5. Empat Stadium Klinis Pada Pasien HIV/AIDS
Stadium 1
Asimptomatik  Tidak terjadi penurunan berat badan
(Aktivitas  Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten
Normal)
 Penurunan berat badan 5-10%
 ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
 Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
 Luka di sekitar bibir (kelitis angularis)
Stadium 2
 Ulkus mulut berulang
Simptomatik
 Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE (pruritic popular
eruption))
 Dermatitis seboroik
 Infeksi jamur kuku
 Penurunan berat badan > 10%
 Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan
 Kandidosis oral atau vaginal
Stadium 3  Oral hairy leukoplakia
 TB paru dalam 1 tahun terakhir
Keadaan
Umumnya  Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)
 TB limfadenopati
Lemah
 Gingivitis/periodontitis ulseratif nekrotikan akut
 Anemia (Hb < 8 g%), netropenia (< 5.000/ml), trombositopeni kronis
(< 50.000/ml)

Universitas Sumatera Utara















Sindrom wasting HIV
Pneumonia pneumosistis, pnemoni bakterial yang berat berulang
Herpes simpleks ulseratif lebih dari 1 bulan
Kandidosis esophageal
TB ekstraparu
Sarkoma Kaposi
Retinitis CMV (Cytomegalovirus)
Stadium 4
Abses otak toksoplasmosis
Keadaan
Encefalopati HIV
Sangat
Meningitis kriptokokus
Lemah
Infeksi mikobakteria non-TB meluas
(AIDS)
Lekoensefalopati multifocal progresif (PML)
Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis meluas,
histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis
 Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin
 Kanker serviks invasif
 Leismaniasis atipik meluas
 Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV
Sumber: WHO, 2008
2.6.6. Epidemiologi HIV/AIDS
2.6.6.1. Frekuensi 31,32,33,34
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari
35 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada
tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang
dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak
tahun 1981.
WHO mencatat terdapat sekitar 131.000 orang yang baru terinfeksi HIV di
Eropa dan negara-negara sekitarnya pada tahun 2012. Kenaikan 8% dari tahun
sebelumnya ini mengkhawatirkan, mengingat tren penurunan kasus-kasus AIDS di
dunia barat akhir-akhir ini.

Universitas Sumatera Utara

Kasus AIDS dilaporkan telah menurun terus di Eropa Barat menurun 48
persen antara tahun 2006 dan 2012. Sementara di bagian timur Eropa, yang
mencakup banyak negara bekas republik Soviet jumlah orang yang baru didiagnosa
dengan AIDS meningkat sebesar 113 persen.
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan
perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Lebih dari 64% dari
semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per
empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV. Hal itu dikarenakan wilayah yang
rendah aksesnya terhadap pencegahan, tes dan obat-obatan, akibat rendahnya dana
untuk sektor tersebut.
Pada tahun 2013 ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk
Indonesia mengidap HIV/AIDS. Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia
diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan
epidemi HIV/AIDS yang berkembang paling cepat (UNAIDS, 2008). Kementerian
Kesehatan memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga
kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AID S dibandingkan pada tahun 2008
(dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). Merupakan negara dengan tingkat
epidemi HIV terkonsentrasi, karena terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV
lebih dari 5% pada seperti pengguna napza suntik, pekerja seks, waria, LSL dan
prevalensi HIV tinggi pada populasi umum 15-49 tahun terjadi di Provinsi Papua dan
Papua Barat (2,4%).

Universitas Sumatera Utara

2.6.6.2. Distribusi
A. Distribusi Menurut Orang
Hasil surveilans sentinel HIV sampai dengan tahun 2012 menunjukkan bahwa
prevalens HIV berkisar 21% – 52% pada penasun, 1%-22% pada WPS, 3%-17%
pada waria. Hasil estimasi orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Indonesia tahun
2012 jumlahnya berkisar antara 230.411-308.924, dimana 39% diantaranya adalah
pelanggan pekerja seks dan 9% adalah pengguna narkoba suntik (penasun).
Laporan Epidemi AIDS Global (UNAIDS 2012) menunjukkan bahwa
terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya
adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Tenggara,
terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV. Menurut Laporan Perkembangann
HIV-AIDS WHO-SEARO 2011 , sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi
HIV. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat,
seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual
tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya.
Data Riskesdas 2010 menunjukkan fakta bahwa sudah mulai muncul data
remaja usia 10-24 tahun yang belum menikah telah berhubungan seksual. Fakta ini
menunjukkan bahwa informasi yang jelas dan benar tentang kesehatan reproduksi
termasuk pencegahan HIV dan IMS sangat diperlukan dikalangan remaja.36
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, sejak tahun 1992 hingga Februari
2014, sebanyak 3.091 orang penderita HIV/AIDS terdeteksi di kota Medan dan

Universitas Sumatera Utara

diikuti 1.066 kasus dari Kabupaten Deli Serdang dan 341 kasus dari Kabupaten
Karo.14
B. Distribusi Menurut Tempat
Sekarang ini, AIDS menjadi penyebab utama kematian si Sub- Sahara Afrika.
Sehingga Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi HIV
dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV.31
Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang terinfeksi dengan
besar 15%. Epidemi saat ini meningkat di negara berkembang termasuk Asia Pasifik.
Negara yang paling tinggi prevalensi HIV adalah Kambodja, Indonesia, China,
Vietnam, Malaysia, Thailand, Myanmar dan beberapa bagian Negara India. Menurut
World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 3,5 juta
orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS.4

Jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia yang
meningkat sebesar 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 menunjukkan tren
mengkhawatirkan.
Di Indonesia tercatat pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014
tercatat 15.534 jiwa yang terinfeksi HIV dan sebanyak 1.700 jiwa yang terkena
AIDS. Secara kumulatif dari 1 April 1987 sampai dengan 30 Juni 2014 jumlah
penderita HIV terdapat 142.961 jiwa dan jumlah penderita AIDS 55.623 jiwa.
Pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 jumlah kumulatif
kasus AIDS pada golongan umur 15-19 tahun sebanyak 1.717 jiwa dan golongan
umur 20-29 tahun sebanyak 18.287. Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita
HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Menurut jenis pekerjaan pada tahun 1987

Universitas Sumatera Utara

sampai dengan 2014 terdapat pada anak sekolah/mahasiswa penderita AIDS sebanyak
1.291 jiwa.
Di Indonesia jumlah kematian (CFR) yang disebabkan oleh virus ini secara
kumulatif HIV & AIDS 1 April 1987 s.d. 30 Juni 2014 merenggut 9.760 jiwa (19,0).
Pada Sumatera Utara jumlah kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 176 jiwa.
Di Provinsi Sumatera Utara pada laporan Triwulan Januari sampai dengan
Juni 2014 HIV telah menginfeksi 827 jiwa dan penderita AIDS 231 jiwa. Prevalensi
kasus AIDS secara kumulatif pada provinsi Sumatera Utara 12,12%. Secara kumulatif
jumlah penderita HIV di Sumatera Utara dari tahun 1987 sampai dengan 2014 adalah
8.794 jiwa dan pada penderita AIDS 1.573 jiwa.5
Pada daerah Kota Medan didapatkan dari data Dinas Kesehatan Kota Medan
periode Bulan Oktober 2012 angka kematian yang diakibatkan oleh HIV/AIDS
sebanyak 722 jiwa dengan prevalens 21,58 % dari kasus HIV/AIDS.7
C. Distribusi Menurut Waktu 33
Semula kasus AIDS di Indonesia berada pada low level epidemic. Sejak 2000,
kasus AIDS di Indonesia meningkat menjadi concentrated level epidemic. Pada masa
kini sebanyak 3,1 juta pria merupakan penikmat seks bebas, lalu 800 ribu lainnya
berhubungan seksual sesama jenis. Sedangkan, 230 ribu pengidap terjangkit melalui
jarum suntik yang digunakan secara bergantian. Dilihat dari usia, pengidap AIDS
paling banyak terjadi pada kelompok produktif.
Pemicu penularan HIV AIDS terbesar sampai saat ini, menurut data Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional adalah hubungan seksual yang berisiko. Pada remaja
sangat rentan sekali karena masa remaja adalah masa transisi dimana terjadi

Universitas Sumatera Utara

perubahan psikis maupun perubahan terhadap biologis sehingga rasa ingin melakukan
sesuatu yang dianggap penasaran bisa terjadi.
2.6.6.3. Determinan
Determinan HIV/AIDS dbagi atas tiga kategori yaitu :
a. Host (Pejamu)
Kelompok masyarakat yang beresiko tinggi terinfeksi HIV adalah kelompok
masyarakat homoseksual, orang yang berganti-ganti pasangan dalam berhubungan
seksual, penderita penyakit yang sering menerima transfusi darah, bayi yang
dilahirkan oleh seorang ibu penderita AIDS, pecandu narkotika atau penyalah gunaan
obat bius melalui suntikan, pasangan dari penderita AIDS/pengidap HIV.37
Bukan berarti hal tersebut diatas tidak terjadi pada remaja, pada zaman
sekarang sudah banyak remaja yang melakukan seks bebas dipengaruhi oleh budaya
luar yang menyebabkan pengaruh besar terhadap pola hidup remaja. Narkoba sampai
saat ini sudah mencapai 1,3 juta orang di Indonesia. Dapat dipastikan lagi bahwa
pengguna narkoba ini menjurus ke seks bebas.31
b. Agent 38
Jumlah virus HIV yang berada dalam tubuh pengidap HIV, sangat
menentukan dalam proses penularan. Penurunan jumlah sel limfosit T biasanya
berbanding terbalik dengan jumlah virus HIV yang ada dalam tubuh, yaitu makin
rendah sel limfosit T nya, maka makin besar pula jumlah virus dalam darahnya.
c. Environment 38
Lingkungan biologis, sosial ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan
penyebaran AIDS. Lingkungan biologis misalnya adanya riwayat herpes simpleks

Universitas Sumatera Utara

dan sifilis yang positif akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini
menjadi tempat masuknya HIV. Faktor sosial ekonomi, budaya, dan agama secara
bersamaan atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat,
baik dalam hal seksual maupun perilaku penggunaan narkotika.
2.6.7. Transmisi HIV/AIDS
Virus HIV juga dapat ditemukan dalam jumlah kecil pada air mata, air liur,
cairan otak, keringat, air susu ibu. Virus HIV banyak pada cairan darah, cairan
sperma, dan cairan vagina.39
Transmisi virus HIV dapat dikelompokkan enam cara :
a) Transmisi melalui hubungan seksual
Kontak seksual merupakan cara utama transmisi HIV. Baik hubungan genitogenital maupun ano-genital sama-sama berisiko menjadi media penularan virus ini.
Transmisi melalui hubungan seksual lewat anus lebih berisiko karena hanya terdapat
membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek sehingga virus dengan mudah
masuk melalui lesi pada anus. Risiko penularan dari laki-laki penderita HIV/AIDS ke
perempuan adalah 4-6% sedangkan risiko dari perempuan penderita HIV/AIDS ke
laki-laki adalah 2-3%. Proporsi penularan HIV melalui hubungan seksual (baik
heteroseksual maupun homoseksual) di Indonesia mencapai 60% dari seluruh
transmisi.40
b) Transmisi melalui darah dan produk darah
Diperkirakan 90-100% orang yang mendapat transfusi darah yang telah
tercemar HIV akan mengalami infeksi. Sebuah penelitian di Amerika Serikat

Universitas Sumatera Utara

melaporkan risiko infeksi HIV melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV
berkisar antara 1 per 750.000 hingga 835.000 kasus. Proporsi penularan melalui
penggunaan bersama jarum suntik di Indonesia mencapai 30% dari seluruh jenis
transmisi.40
c) Transmisi secara vertikal
Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada
janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah melahirkan atau melalui pemberian
ASI. Angka penularan selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-20%,
dan saat pemberian ASI 10-20%.40
d) Transmisi melalui cairan tubuh lain
Walaupun di dalam air liur penderita HIV/AIDS dapat ditemukan virus HIV,
tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menjadi sumber penularan,
baik melalui ciuman biasa maupun paparan lain. Demikian juga dengan cairan tubuh
lainnya seperti air mata, keringat, dan urin.41
e) Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium
Para pekerja di bidang pelayanan kesehatan seperti dokter, dokter gigi, serta
paramedik termasuk kelompok yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Risiko
penularan HIV setelah kulit tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tercemar
oleh darah seseorang yang terinfeksi HIV adalah 0,3%. Sedangkan risiko penularan
HIV ke membran mukosa yang mengalami erosi adalah 0,09%.40

Universitas Sumatera Utara

f) Alat menoreh kulit dan jarum suntik secara bergantian
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, membuat tato, memotong
rambut, yang bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa
disterilkan.
Penggunaan narkotik juga dapat merupakan media penularan HIV/AIDS. Di
Amerika, masalah hubungan narkotik HIV/AIDS sudah dikenal sejak awal epidemik
AIDS. Di negara tersebut memakai narkotik suntikan merupakan perilaku beresiko
terinfeksi HIV yang terpenting setelah hubungan seksual.40
HIV/AIDS tidak menular melalui bersalaman, tinggal serumah, tidur dengan
penderita tanpa melakukan hubungan seksual, ciuman makanan atau makan bersama,
gigitan nyamuk, alat makan, renang bersama, batuk/bersin, sabun mandi, pemakaian
handuk atau baju bergantian, menggunakan WC yang sama dengan penderita AIDS.30
2.6.8. Pencegahan HIV/AIDS
2.6.8.1. Pencegahan Primer 38
Pencegahan primer dilakukan agar orang yang sehat tetap sehat atau tidak
menjadi sakit. Pencegahan tingkat pertama pada HIV/AIDS menurut UNAIDS (2000)
dapat dilakukan dengan :
1. Pencegahan melalui hubungan seksual :
a. Tidak melakukan hubungan seks pra-nikah;
b. Tidak berganti-ganti pasangan, dan
c. Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, maka gunakan kondom.

Universitas Sumatera Utara

d. Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum bekas
secara bergantian.
2. Pencegahan melalui darah :
a. Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi;
b. Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit;
c. Hindari pengguna narkoba
d. Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat
gigi berdarah dengan orang lain, dan
e. Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.
3. Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup :
a. Meningkatkan komunikasi, edukasi, informasi, dan penyuluhan.
b. Hindari gaya hidup mencari kesenangan sesaat.
2.6.8.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan kepada para penderita dan mengurangi akibatakibat yang lebih serius dari kasus terjadi, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian
pengobatan.40 Pada tahap ini, individu yang beresiko tinggi dapat melakukan tes
skrining untuk melihat anti HIV dalam darahnya. Beberapa tindakan yang dilakukan
adalah:
a. Melakukan diagnosis dini terinfeksi HIV/AIDS dengan menggunakan uji
laboratorium terhadap spesimen darah di klinik VCT. Diagnosis pasti terinfeksi
HIV ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dimulai
dengan uji ELISA (Enzym linked Immunosorbent Assay) dilanjutkan dengan uji

Universitas Sumatera Utara

Western blot karena uji ini mampu mendeteksi komponen yang terkandung di
dalam HIV.
Saat ini, pemerintah telah menyelenggarakan klinik Voluntary, Councelling,
and Testing (VCT) untuk mengetahui status HIV/AIDS secara dini. Klinik VCT
mencakup proses konseling pra-testing, konseling pos-testing, dan testing HIV secara
sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu seseorang untuk
mengetahui status HIV. Konseling pra-testing memberikan pengetahuan tentang HIV
dan manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan perencanaan atas hasil
tes HIV yang akan dihadapi. Konseling pos-testing membantu seseorang untuk
mengerti dan menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan yang
tersedia.
b. Pengobatan suportif untuk meningkatkan keadaan umum penderita. Pengobatan
ini termasuk profilaksis kotrimoksasol, terapi antiretroviral (ART), serta nutrisi
yang baik bagi ODHA.
c. Nutrisi Pada ODHA
Gangguan sistem kekebalan tubuh pada ODHA dapat menurunkan status gizi
akibat kurangnya asupan makanan karena berbagai jenis infeksi. Status nutrisi
seseorang dapat ditentukan dengan menilai indeks massa tubuh (IMT). Laporan di
DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan menemukan dari 752 responden
ODHA , sebanyak 1% berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (IMT
16,92 ) dan sekitar 80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan

Universitas Sumatera Utara

BB (wasting), diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral
kandidiasis. 27
2.6.8.3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
HIV/AIDS, baik fisik,ekonomi, maupun sosial. Beberapa hal yang dilakukan pada
pencegahan tingkat ketiga ini adalah :
a. Tidak menjauhi atau mengucilkan ODHA.
b. Membangkitkan harga dirinya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau
mengenang masa lalunya yang indah.
c. Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat mengendalikan diri
dan tidak menyalahkan diri atau orang lain.
d. Perlu diberikan perawatan paliatif bagi pasien yang tidak dapat disembuhkan
atau sedang dalam tahap terminal, yang mencakup pemberian kenyamanan,
persiapan menjelang kematian meliputi penjelasan yang memadai tentang
keadaan penderita, dan bantuan pemakaman.38
2.6.9. Penanganan Terhadap ODHA27
Konseling sangat dibutuhkan bagi pasien HIV/AIDS yang sudah terdiagnosis
maupun pada kelompok beresiko tinggi. Menurut AUSAID (2002), konseling
merupakan salah satu program pengendalian HIV/AIDS. Konseling bertujuan untuk
mencegah penularan HIV, mengubah perilaku ODHA, pemberian dukungan yang
dapat menumbuhkan motivasi mereka, meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien HIV/AIDS di UPIPI RSU.
Dr.Soetomo yang dilakukan oleh Patola (2005) diketahui bahwa VCT (Voluntary

Universitas Sumatera Utara

Counseling Testing) efektif dalam mengubah pengetahuan,sikap, dan tindakan pasien
beresiko tinggi untuk melakukan tes HIV dimana 100% responden penelitiannya
bersedia untuk melakukan tes HIV.
VCT (Voluntary Counseling Testing) sangat penting dilakukan karena VCT
(Voluntary Counseling Testing) merupakan pintu masuk ke layanan HIV/AIDS
,menawarkan keuntungan baik bagi hasil tes positif maupun negatif dengan fokus
memberikan dukungan klien berupa perubahan perilaku, dukungan mental, dukungan
terapi ARV (antiretroviral), pemahaman faktual dan terkini tentang HIV/AIDS,
mengurangi stigma masyarakat.
Konseling HIV/AIDS meliputi konseling untuk pencegahan, konseling prates, konseling pasca-tes, konseling keluarga, konseling berkelanjutan, dan konseling
pada mereka yang menghadapi kematian. Konseling yang diberikan pada ODHA
akan membantu memeperoleh akses informasi yang benar, memahami dirinya sendiri
secara lebih baik, mampu menghadapi masalah lebih baik, dan mampu
berkomunikasi dengan lancar

Universitas Sumatera Utara

2.7.

Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka

konsep dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Variabel Bebas

Variabel Terikat
-

Sumber Informasi

Pengetahuan siswa/siswi Kelas
XI tentang HIV/AIDS

-

Sikap siswa/siswi Kelas XI
tentang HIV/AIDS

-

Tindakan pencegahan
siswa/siswi Kelas XI tentang
HIV/AIDS

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2012

0 48 92

Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa/Siswi Kelas XI Tentang HIV/AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

16 57 134

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Diri Terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa-Siswi SMA Perkotaan Di Kabupaten Sragen.

0 1 16

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Diri Terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa-Siswi SMA Perkotaan Di Kabupaten Sragen.

0 3 16

Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

0 0 15

Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

0 8 8

Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

0 3 6

Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Siswa Siswi Kelas XI Tentang HIV AIDS Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2014

0 0 24

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIVAIDS DENGAN SIKAP PENCEGAHAN HIVAIDS PADA PASIEN YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Sikap Pencegahan HIV/AIDS p

0 0 12