Gambaran Empati Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sikap yang sangat penting untuk menjalin hubungan terapeutik
terutama dalam memberikan asuhan keperawatan dan berkomunikasi pada pasien
adalah perilaku empati (Musliha, 2009). Bohart dan Greenberg (1997, dalam
Taufik, 2012) bahkan mengatakan dalam teori humanistik hubungan terapeutik
tidak akan bisa sukses bila tidak melibatkan empati. Empati seorang perawat
dalam menjalin hubungan antara perawat dan pasien dapat dipahami sebagai
kemampuan perawat untuk memasuki kehidupan seorang pasien, untuk melihat
dan merasakan perasaan pasien serta memahami makna perasaan tersebut bagi
kehidupan pasien (Marcysiak, Dabrowska & Marcysiak, 2014). Oleh karena itu
memiliki sifat empati sangat dibutuhkan seorang perawat, selain untuk menjalin
hubungan yang baik dengan pasien, empati juga diperlukan untuk mempermudah
menggali permasalahan pasien, yang nantinya berguna untuk dapat mempercepat
proses penyembuhan pasien (Fatimah, Elita & Wahyuni, 2010).
Seorang perawat agar bisa berempati dengan tepat kepada pasien harus
memiliki empati secara kognitif dan juga afektif. Secara kognitif, perawat yang
berempati akan mampu mengetahui apa yang sedang dialami dan dirasakan
seorang pasien, dan secara afektif, perawat yang berempati akan mampu
memahami apa yang sedang dialami oleh pasien serta mengekspresikan dan

mencoba melakukan sesuatu sebagai bentuk kepeduliannya (Baron & Byrne,
2005). Jika perawat memiliki hal tersebut maka akan lebih mudah untuk
memasuki kehidupan seorang pasien sehingga pasien akan lebih mudah dalam
1
Universitas Sumatera Utara

2

menerima tindakan asuhan keperawatan yang akan diberikan oleh perawat
(Mundakir, 2006).
Empati seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan akan
mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Hal ini juga yang membuat
empati menjadi penting untuk diteliti, karena perawat yang memiliki rasa empati
yang baik dalam dirinya akan mampu meningkatkan kemampuannya dalam
mengerti emosional yang sedang dialami pasien serta memberikan respon yang
tepat terhadap emosional tersebut (Penprase, Oakley, Ternes & Driscoll, 2012).
Namun dalam memberikan respon terhadap emosional yang sedang dialami oleh
pasien, perawat harus mampu mempertimbangkan perasaan orang lain sehingga
tidak menimbulkan kemarahan dan kekecewaan pasien ataupun keluarga pasien
kepada perawat. Selain itu, perawat dalam berempati harus mempunyai dan

mampu menunjukkan kepeduliannya, cinta dan kasih sayang, rasa melindungi,
siap menolong dan memberikan rasa nyaman pada pasien setiap melakukan
asuhan keperawatan, sehingga kualitas pelayanan keperawatanpun akan
meningkat (Rohmah, 2010).
Fenomena yang berkembang saat ini di Indonesia, masih banyak perawat
yang melaksanakan pelayanan keperawatan tidak sesuai dengan profesinya
sebagai tenaga kesehatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan seharusnya bersedia
membantu pasien dalam kondisi apapun, ramah, murah senyum, dan bersikap
empati dalam memberikan asuhan keperawatan (Hasim, Induniasih & Asmarani,
2011). Namun sebaliknya, banyak perawat yang bertindak tidak wajar dalam
menjalankan profesinya. Tidak hanya pasien, terkadang keluarga pasien juga ikut

Universitas Sumatera Utara

3

merasakan bagaimana buruknya pelayanan keperawatan di rumah sakit (Astari,
2012). Keluhan yang sering terdengar mengenai sikap dan tindakan perawat yang
mengecewakan dan tidak berempati misalnya, perawat sering marah-marah, tidak
sabar, kurang perhatian, kurang tanggap, tidak mengerti kebutuhan pasien, kurang

terampil, tidak memberikan rasa nyaman pada pasien, dan sebagainya. Secara
tidak langsung keluhan-keluhan tersebut menjadi persepsi pasien yang
menyatakan bahwa perawat tidaklah bersikap empati dalam melaksanakan asuhan
keperawatan (Rohmah, 2010).
Penelitian yang dilakukan Hasim, Induniasih & Asmarani (2011),
menemukan bahwa persepsi pasien tentang empati perawat di Ruang Rawat Inap
RSUD Sleman sebagian besar pasien (75,6%) yang merasa puas atas perilaku
empati perawat. Pasien yang merasa tidak puas terhadap perilaku empati perawat
mengatakan bahwa ada perawat yang pemarah, kurang ramah, kurang perhatian
dan tidak jelas dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pasien, sementara
pasien mengharapkan perawat yang bersikap ramah, murah senyum dan turut
merasakan kesakitan yang dialami pasien dengan memberikan perhatian sebagai
bagian dari sikap empati yang harusnya dimiliki perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Rahmadhani (2014) juga melakukan penelitian terkait perilaku empati
perawat. Hasil dari penelitian ini mendapatkan gambaran perilaku empati perawat
terhadap perawatan End Of Life (EOL) pasien kritis di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit I & II sudah pada kategori baik dengan
persentase 71,4%. Adanya perawat yang belum sepenuhnya berperilaku empati


Universitas Sumatera Utara

4

pada pasien di ruang ICU khususnya pasien kritis, dikarenakan perawat hanya
berfokus

untuk

memenuhi

kebutuhan

pasien

secara

fisiologis

namun


mengesampingkan pemberian asuhan keperawatan dari aspek lain, yaitu
pemenuhan kebutuhan pasien secara psikologi, sosial dan spiritual. Pemenuhan
kebutuhan psikologis pada pasien salah satunya dengan membangun empati
dengan pasien, terutama pada pasien kritis.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit
pemerintah kelas A yang dikelola oleh Pemerintah Sumatera Utara, sekaligus
sebagai rumah sakit pendidikan dan penelitian. RSUP H. Adam Malik Medan
menjadi rujukan rumah sakit rawat inap dari rumah sakit daerah, termasuk dari
Aceh, Riau, dan juga Sumatera Barat. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa
pelayanan keperawatan di RSUP H. Adam Malik, sebagai rumah sakit rujukan,
seharusnya bisa lebih baik dari rumah sakit lainnya terutama rumah sakit di
Sumatera Utara.
Penelitian yang dilakukan Yahya (2013) terkait kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan, mendapatkan
kesimpulan bahwa kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat
sebagian besar berada dalam kategori yang baik (57,8%) serta 53% pasien
menyatakan merasa puas terhadap pelayanan keperawatan di ruang rawat inap.
Salah satu indikator kualitas pelayanan keperawatan ini adalah empati, dan dari
hasil penelitian ini, empati memiliki hasil yang paling rendah dalam kategori baik,

hanya

53%

pasien

yang

mengatakan

baik

pada

pernyataan

perawat

memperhatikan keluhan pasien.


Universitas Sumatera Utara

5

Dari uraian di atas, masih ada pasien yang menyatakan perawat yang
belum memiliki perilaku empati yang baik dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga menunjukkan
adanya perbedaan pada hasil perilaku empati perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan di berbagai daerah dan rumah sakit, sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Empati Perawat dalam
Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan.”

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran empati perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran empati
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan memberi kontribusi bagi pelayanan
keperawatan, penelitian keperawatan dan pendidikan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

6

1.4.1 Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data mengenai empati
perawat dalam pelayanan keperawatan, sehingga instansi pelayanan terkait
dapat merencanakan program tindak lanjut yang berhubungan dengan empati
perawat yang dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan rumah sakit.
1.4.2 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dasar mengenai
empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap,
serta dapat menjadi pertimbangan maupun perbandingan pada penelitian
selanjutnya.
1.4.3 Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
berguna bagi pendidikan keperawatan dan menambah jumlah literatur yang
pada akhirnya dapat berguna untuk pengembangan ilmu terutama tentang
empati perawat.

Universitas Sumatera Utara