Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Anak di Ruang Inap Anak RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada

Anak di Ruang Inap Anak RSUP H Adam Malik di Medan

SKRIPSI

oleh

Chindy Cahtrina B

111101134

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

SKRIPSI

oleh

Chindy Cahtrina B

111101134

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

(6)

Nama : Chindy Cahtrina Barus

NIM : 111101134

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari lahir hingga remaja. Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran penting dalam pemberian asuhan keperawatan kepada anak yang di rawat di rumah sakit. Peran perawat terdiri dari pemberi asuhan, advokat, edukator, kolaborator, koordinator, konsultan dan pembaharu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik di Medan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik sampling pengambilan sampel total sampling yang melibatkan 18 responden di ruang inap anak RB 4 pada bulan Juni sampai Juli. Data dianalisa secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat 84,91% dilakukan dengan baik. Kesimpulan dari hasil penelitian peran perawat di ruang inap anak termasuk cukup baik dan diharapkan kepada perawat untuk dapat meningkatkan perannya agar menjadi lebih baik lagi terlebih untuk peran perawat sebagai pembaharu untuk ditingkatkan agar mengurangi dampak stress anak.


(7)

(8)

dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis baik tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp., MNS sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Nunung F Sitepu S.Kep., Ns., MNS selaku penguji 1 dan Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku penguji 2 yang telah memberi masukan untuk perbaikan skripsi ini.


(9)

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

7. Bapak Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan beserta seluruh staff yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan.

8. Teristimewa kepada kedua orangtua saya yaitu R. Barus dan A. br Tarigan yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material.

9. Adik-adik yang saya kasihi Chintya Alfionita Barus, Brema Ekalme Barus dan Clarissa Ziavanesya Barus.

10.Seluruh keluarga barus dan tarigan yang telah memberikan dukungan dan sepupu yang telah banyak mendukung Hendra, Triwanda, Silvia dan masih banyak lagi yang tak tersebutkan.

11.Sahabat-sahabat yang selalu mendukung saya Yeni, Helena, Putri, Stephanie, Berlyana, Meylina, Safrida, Wanda, Renta dan teman-teman seperjuangan kampus keperawatan

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Agustus 2015


(10)

Lembar Persetujuan ... iv

Abstrak.. ... v

Abstract ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Skema ... xii

Dattar Tabel ... xiii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1. Anak ... 6

2.1.1. Pengertian Anak ... 6

2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 6

2.1.3. Prinsip Keperawatan Anak ... 8

2.2. Peran Perawat ... 9

2.2.1. Pengertian Perawat ... 9

2.2.2. Peran Perawat Anak ... 10

2.3. Asuhan Keperawatan ... 15

2.3.1. Pengertian Asuhan Keperawatan ... 15

2.3.2. Standar Asuhan Keperawatan ... 16

2.3.2.1. Standar I: Pengkajian ... 16

2.3.2.2. Standar II: Diangnosa ... 22

2.3.2.3. Standar III: Intervensi ... 24

2.3.2.4. Standar IV: Implementasi ... 25

2.3.2.5. Standar V: Evaluasi ... 27

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 30

3.1. Kerangka Konseptual ... 30

3.2. Definisi Operasional... 31

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 34

4.1. Desain Penelitian ... 34


(11)

4.5. Instrumen Penelitian... 36

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

4.7. Pengumpulan Data ... 37

4.8. Analisa Data ... 38

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 39

5.1. Hasil ... 39

5.1.1. Karakteristik Responden ... 39

5.1.2. Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan ... 40

Keperawatan pada Anak 5.2. Pembahasan ... 45

5.2.1. Peran Perawat sebagai Pemberi Asuhan ... 46

5.2.2. Peran Perawat sebagai Advokat ... 47

5.2.3. Peran Perawat sebagai Edukator ... 49

5.2.4. Peran Perawat sebagai Koordinator ... 50

5.2.5. Peran Perawat sebagai Kolaborasi ... 51

5.2.6. Peran Perawat sebagai Konsultan ... 53

5.2.7. Peran Perawat sebagai Pembaharu ... 54

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 56

6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran ... 57

6.2.1. Bagi Praktek Keperawatan ... 57

6.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 57

6.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 57

Daftar Pustaka ... 58 Lampiran

Lampiran 1 Inform Consent

Lampiran 2 Instrumen penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Validitas Lampiran 4 Hasil Uji Validitas


(12)

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 10 Surat Etika Penelitian

Lampiran 11 Surat Pengantar Uji Reliabilitas Lampiran 12 Surat Balasan Uji Reliabilitas Lampiran 13 Surat Selesai Uji Reliabilitas Lampiran 14 Surat Pengantar Pengumpulan Data Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 16 Surat Selesai Penelitian Lampiran 17 Transaksi Data


(13)

Skema 2.3 Riwayat Kesehatan ... 19 Skema 3.1 Kerangka Konseptual ... 30


(14)

Tabel 5.2 Distribusi Peran Perawat sebagai Pemberi Asuhan ... 40

Tabel 5.3 Distribusi Peran Perawat sebagai Advokat ... 41

Tabel 5.4 Distribusi Peran Perawat sebagai Edukator ... 41

Tabel 5.5 Distribusi Peran Perawat sebagai Koordinator ... 42

Tabel 5.6 Distribusi Peran Perawat sebagai Kolaborasi ... 43

Tabel 5.7 Distribusi Peran Perawat sebagai Konsultan ... 44


(15)

Nama : Chindy Cahtrina Barus

NIM : 111101134

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari lahir hingga remaja. Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran penting dalam pemberian asuhan keperawatan kepada anak yang di rawat di rumah sakit. Peran perawat terdiri dari pemberi asuhan, advokat, edukator, kolaborator, koordinator, konsultan dan pembaharu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik di Medan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik sampling pengambilan sampel total sampling yang melibatkan 18 responden di ruang inap anak RB 4 pada bulan Juni sampai Juli. Data dianalisa secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat 84,91% dilakukan dengan baik. Kesimpulan dari hasil penelitian peran perawat di ruang inap anak termasuk cukup baik dan diharapkan kepada perawat untuk dapat meningkatkan perannya agar menjadi lebih baik lagi terlebih untuk peran perawat sebagai pembaharu untuk ditingkatkan agar mengurangi dampak stress anak.


(16)

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bell (2008) menjelaskan bahwa standar asuhan keperawatan untuk akut dan klinik sama. Semua perawat melakukan perawatan pada klien sesuai dengan

standar yang diberikan pada ANA’s Nursing. Standar asuhan keperawatan yang

dijelaskan adalah pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Tugas dan wewenang juga ditulis di dalam Undang-Undang No 38 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 29, yang dimana isinya terdapat 3 ayat. Pada ayat pertama dijelaskan bahwa dalam menyelenggarakan praktik keperawatan, perawat bertugas sebagai; pemberi asuhan keperawatan, penyuluhan dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Untuk ayat kedua tertulis bahwa tugas pada ayat pertama dapat dilaksanakan secara bersama-sama ataupun sendiri dan pada ayat ketiga dijelaskan bahwa tugas pada ayat pertama harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Rumah sakit memiliki berbagai bidang klinis seperti gawat darurat, unit perioperatif dan bedah, perawatan kritis dan ruang inap anak. Untuk perawat yang bekerja dibagian ini biasanya dibutuhkan keahlian yang khusus, termasuk di ruang inap anak. Perawat yang bekerja di ruang inap anak harus bisa mendekatkan diri ke keluarga dan anak. Banyak sekali anak yang takut dengan perawat, disitu lah


(18)

Tenaga kesehatan yang paling diperlukan dalam rumah sakit adalah perawat. Ini dibuktikan bahwa banyak sekali permintaan setiap tahun yang meningkat. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat akan lebih dari 1 juta perawat baru dan pergantian pada tahun 2016 (Kalisch, 2010). Lu et al., (2007) menjelaskan bahwa tenaga kerja keperawatan sangat dibutuhkan di China.

Menurut Barnsteiner (2002) peran perawat anak dibagi menjadi 7 peran. Peran perawat tersebut meliputi pemberi asuhan perawatan langsung, edukator, koordinasi, pengelola sistem kesehatan, advokat, konsultan, dan konselor. Barnsteiner memaparkan bahwa peran perawat dalam pemberi perawatan secara langsung mencapai 55% dan untuk konselor paling sedikit yaitu 3%. Padahal dalam pemberian peran perawat seharusnya semua seimbang.Saat perawat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, perawat harus memandang klien dan keluarga sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosio-spiritual.

Pada prinsipnya, peran perawat untuk menangani pasien anak yang berada di ruang inap anak yaitu menjaga agar tidak terjadinya pengulangan penyakit atau penyakit infeksi yang diderita anak tidak berlangsung kembali dengan cara memeriksa dengan rutin tanda-tanda vital anak. Perawat juga berperan untuk mencegah terjadinya trauma atau injuri saat melakukan perawatan pada anak.

Peneliti melihat di beberapa rumah sakit masih banyak perawat yang tidak melakukan perannya dengan baik, banyak perawat yang hanya masuk ruangan anak untuk mengecek keadaan tanpa adanya komunikasi dengan keluarga klien. Banyak juga perawat yang tidak peduli dalam menanggapi pertanyaan dari


(19)

keluarga dan pasien ataupun memberikan asuhan keperawatan ketika keluarga pasien yang meminta terlebih dahulu.

Berdasarkan pemaparan tersebut disadari bahwa pentingnya peran seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti begaimana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik di Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam pemaparan dari latar belakang di atas disadari bahwa pentingnya peran seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak. Perawat diharapkan mampu menjalankan peran penting tersebut sebaik-baiknya. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik di Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentikasi peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik di Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentikasi peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak.


(20)

1.3.2.2. Mengidentikasi peran perawat sebagai advokat pada anak di ruang inap anak.

1.3.2.3. Mengidentikasi peran perawat sebagai edukator pada anak di ruang inap anak.

1.3.2.4. Mengidentikasi peran perawat sebagai koordinator pada anak di ruang inap anak.

1.3.2.5. Mengidentikasi peran perawat sebagai kolaborator pada anak di ruang inap anak.

1.3.2.6. Mengidentikasi peran perawat sebagai konsultan pada anak di ruang inap anak.

1.3.2.7. Mengidentikasi peran perawat sebagai pembaharu pada anak di ruang inap anak.

1.3. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi para perawat khususnya yang bertugas di ruang inap anak sehingga dapat menjalankan tugas sesuai dengan perannya dalam memeberikan asuhan keperawatan pada anak.

1.4.2. Bagi pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan mengenai peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak anak yang bermanfaat dalam pembelajaran mahasiswa keperawatan atau pendidikan kesehatan lainnya.


(21)

1.4.3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian merupakan sumber data bagi pengembangan penelitian berikutnya yang terkait dengan pelaksanaan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.


(22)

2.1. Anak

2.1.1. Pengertian Anak

Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga merupakan harta atau kekayaan orang tua yang tidak dapat dinilai secara ekonomi, tetapi anak adalah masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini,2004).

Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari lahir hingga remaja. Masa pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai dari periode prenatal mulai konsepsi sampai lahir, masa bayi lahir sampai usia 1 tahun, masa kanak-kanak usia 1 tahun sampai usia 6 tahun, masa kanak-kanak pertengahan usia 6 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun, dan masa kanak-kanak akhir usia 11 tahun sampai 19 tahun (Wong, 2009).

2.1.2. Pertumbuhan dan perkembangan anak

Setiap individu hidup melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan anak akan bervariasi dari satu anak dengan anak


(23)

lainnya bergantung pada beberapa hal yang mempengaruhinya (Supartini, 2004). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi dari dalam diri anak tersebut ataupun dari faktor lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak mencakup kecerdasan, pengaruh emosi orang tua terutama ibu dan pengaruh hormonal terutama hormon somatotropik, tiroid dan gonadotropin. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi kondisi prenatal, pengaruh budaya lingkungan, status sosial dan ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga atau latihan fisik dan posisi anak dalam keluarga.

Wong (2009) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan merupakan satu kesatuan yang mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru, meningkatkan hasil ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel sedangkan perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.

Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan pada anak terdapat masa percepatan dan perlambatan. Dimana masa tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan tersebut merupakan kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh tetapi masih saling berhubungan. Peristiwa pertumbuhan pada anak terjadi perubahan pada besarnya, jumlah, ukuran dalam tingkat sel, organ, maupun individu, sedangkan untuk perkembangan terjadi


(24)

perubahan pada bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual (Hidayat, 2009).

2.1.3. Prinsip keperawatan anak

Hidayat (2009) menjelaskan bahwa di dalam keperawatan anak terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dan harus dijadikan pedoman untuk memahami filosopi keperawatan anak. Prinsip-prinsip pada keperawatan anak tersebut adalah

1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi individu yang unik. Prinsip ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola ini harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisik saja tetapi kemampuan dan kematangan.

2. Anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan dapat meliputi kebutuhan fisiologi seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologi, anak juga sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologi, sosial, dan spiritual. Hal tersebut terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak.


(25)

3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

7. Masa yang akan datang cenderung keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari aspek kehidupan anak.

2.2. Peran Perawat

2.2.1. Pengertian perawat

Perawat adalah suatu profesi yang merupakan bagian dari tim kesehatan yang bertanggung jawab membantu klien, baik dalam kondisi sehat maupun sakit (Haryanto, 2007). Menurut Kustanto (2003) mendefinisikan perawat adalah


(26)

seorang profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.

Perawat merupakan suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang dikatakan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi tersebut untuk membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Ini merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya (Suwignyo, 2007).

2.2.2. Peran perawat anak

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan (Kustanto, 2004).

Menurut Hidayat (2008) mendefinisikan peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan (1989) dibagi menjadi beberapa peran yaitu :

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dilakukan oleh perawat dengan cara memperhatikan keadaan kebutuhan dasar klien melalui pemberian pelayanan keperawatan.Pemberian pelayanan keperawatan ini


(27)

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa merencanakan dan melaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar klien, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Perawat memberikan asuhan keperawatan dengan memfokuskan kebutuhan kesehatan klien secara holistik yang meliputi mengembalikan kesehatan fisik, perkembangan, emosi, spiritual, dan sosial (Potter & Perry, 2005).

2. Peran sebagai advokat klien

Peran sebagai advokat dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu juga, berperan untuk mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Potter and Perry (2005) menjelaskan bahwa sebagai pelindung perawat harus membantu untuk mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Sebagai pelindung, perawat juga harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan


(28)

imunisasi melawan penyakit di komunitas merupakan contoh peran perawat sebagai advokat atau pelindung.

3. Peran sebagai edukator

Peran sebagai edukator ini dilakukan oleh perawat dengan menjelaskan tentang status kesehatan dan penyakit yang diderita oleh klien. Sehingga dapat membantu klien untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, agar klien dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan status kesehatan. Selain itu juga, agar dapat membantu klien untuk memillih apakah melanjutkan proses perawatan atau memeberhentikannya.

The Joint Commission on Accreditation of Healthcare

Organization (JCAHO) (Potter and Perry, 2005) di Amerika Serikat menerapkan standar untuk pendidikan atau pengajaran bagi pasien dan keluarga yaitu

1. Pasien dan keluarga diberi pendidikan atau pengajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, keterampilan yang diperlukan dalam menunjang rencana asuhan keperawatan.

2. Organisasi merencanakan sumber yang mendukung untuk memberikan pendidikan atau pengajaran bagi pasien dan keluarga

3. Pasien dan keluarga mengetahui kebutuhan dan kesiapan untuk belajar

4. Proses pendidikan atau pengajaran bagi pasien dan keluarga bersifat interdisiplin sesuai dengan recana asuhan

5. Pasien dan keluarga mendapakan pendidikan atau pengajaran yang spesifik sesuai dengan hasil pengkajian, kemampuan, dan kesiapan


(29)

6. Informasi mengenai instruksi untuk pulang diberikan oleh orang yang bertanggungjawab terhadap kesinambungan perawatan pasien

4. Peran sebagai koordinator

Peran sebagai koordinator ini dilaksanakan dengan cara mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. Selain itu juga dapat memberikan rasa nyaman kepada klien selama mendapakan perawatan di rumah sakit. Menurut Promtape (2004), advokasi bukan hanya untuk pasien yang kurang mampu melindungi diri sendiri, tetapi juga ditujukan kepada pasien yang membutuhkan advokasi dalam hal penyediaan data yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan tentang pengobatan dan proses terapi.

5. Peran sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator ini dilakukan karena perawat bekerja tidak hanya sendiri melainkan melalui tim kesehatan yang dimana terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain agar dapat mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan kesehatan selanjutnya.

6. Peran sebagai konsultan

Peran sebagai konsultan di sini adalah sebagai tempat konsultasi keluarga dan klien terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Undang-Undang


(30)

No 38 tahun 2014 pasal 31 ayat 1 menjelaskan wewenang perawat dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor yang dimana isi yaitu melakukan pengkajian keperawatan secara holistic di tingkat individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat, dan melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

7. Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Dalam Undang-Undang No 38 tahun 2014 pasal 31 ayat 3 yang menjelaskan wewenang perawat dalam menjalankan tugaskan sebagai peneliti atau pembaru yaitu melakukan penelitian sesuai dengan standard an etika, menggunakan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin pimpinan, dan menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(31)

Skema 2.1. Peran Perawat Menurut CHS tahun 1989 2.3. Asuhan Keperawatan

2.3.1. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan proses dalam suatu kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien dengan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan yang bersifat humanistik danberdasarkan pada kebutuhsn yang objektif untuk mengatasi masalah klien (Zaidin, 2002). Menurut Arwani dan Heru (2008) menjelaskan bahwa tujuan dari asuhan keperawatan agar pasien memperoleh pelayanan yang lebih efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan klien sehingga klien merasa puas dan status kesehatan klien meningkat.

Pembaharu Konsultan Kolaborator Koordinator Edukator Pemberi Asuhan

Keperawatan

Advokat Klien


(32)

Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005).

2.3.2. Standar Asuhan Keperawatan

American Nurses Association telah menetapkan Standards for Care

(Standar Asuhan) dan Standards of Professional Performance (Standar Perilaku Profesional). Untuk metode Standards for Care (Standar Asuhan) menyajikan proses lima langkah :

Skema 2.2 Proses Asuhan Keperawatan 2.3.2.1. Standar I : Pengkajian

Pengkajian adalah suatu proses kontinu yang dilakukan semua fase pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Untuk mendapat pengkajian yang akurat dan koprehensif, perawat harus

Analisis

Pengkajian

Diagnosa

Perencanaan

Implementasi


(33)

mempertimbangkan informasi mengenai latar belakang biofisik, psikologis, sosiokultural, dan spiritual pasien (Wong, 2009).

Potter dan Perry (2005) memaparkan bahwa pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Dalam proses pengkajian mencakup dua langkah : pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosis keperawatan.

PPNI (2005) juga menjelaskan dalam pengkajian perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Menurut PPNI rasionalnya pengkajian keprawatan merupakan aspek yang penting dalam proses keperawatan yang bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk merumuskan masalha klien dan rencana tindakan.

Perawat akan mendapakan dua tipe data saat melakukan pengkajian, data subjektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Dalam data subjektif hanya klien yang dapat memberikan informasi tentang frekuensi, lokasi, dan intensitas nyeri. Walaupun hanya klien yang dapat memberikan data subjektif yang relevan, perawat harus waspada bahwa masalah ini dapat terjadi pada perubahan fisiologis yang terindentifikasi melalui pengumpulan data objektif. Data objektif adalah pengamatan atau pengkuran yang dibuat oleh pengumpul data. Contoh data objektif yang teramati adalah pengkajian tekanan darah klien dan identifikasi ukuran ruam tubuh setempat. Pengkajian data objektif didasarkan pada standar yang diterima, seperti


(34)

ukuran Fahrenheit atau Celsius pada thermometer atau sentimeter pada pita pengukuran. Ini termasuk contoh data objektif yang dapat diukur (Potter & Perry, 2005).

Data yang didapat dari pengkajian bisa berasal klien, keluarga dan orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan medis, catatan lainnya, tinjauan literatur, dan pengalaman perawat (Potter & Perry, 2005).

Metode pengumpulan data dalam pengkajian dapat menggunakan: 1. Wawancara adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. Tujuan utama wawancara adalah mendapatkan riwayat kesehatan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan faktor resiko serta menentukan perubahan speifik dalm tingkat kesejahteraan dan pola kehidupan. Dalam melakukan wawancara perawat harus membina hubungan yang baik dengan klien dan membina kepercayaan agar saat melakukan wawancara klien lebih merasa nyaman untuk menceritakan masalah kesehatannya.

2. Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial budaya, kesehatan spiritual, dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit.


(35)

Skema 2.3 Riwayat Kesehatan

3. Pengkajian fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tetapi sebelum melakukan pengkajian fisik, perawat menyiapkan klien, lingkungan dan peralatan yang

Riwayat

Kesehatan

Fisik dan perkembangan

- Persepsi tentang status kesehatan

- Masalah kesehatan dan terapi di masa lalu

- Terapi kesehatan saat ini - Faktor resiko - Aktivitas dan koordinasi - Tinjauan tentang sistem - Tahap perkembangan - Efek status kesehatan pada

tahap perkembangan - Masalah perkawinan anggota

tumah tangga

- Pertumbuhan dan kedewasaan - Pekerjaan

- Kemampuan menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari

Intelektual

- Kinerja intelektual - Pemecahan masalah

- Tingkat pendidikan - Pola komunikasi - Rentang perhatian - Ingatan jangka panjang

dan ingatan terbaru

Spiritual

- Keyakinan dan makna - Pengalaman

keagamaan - Ritual dan praktik

- Kekerabatan - Dorongan

Sosial

- Status finansial - Aktivitas rekreasi

- Bahasa utama - Peran kultural - Pengaruh kultural - Sumber komunitas

- Faktor resiko lingkungan - Hubungan sosial

Emosional

- Status perilaku dan emosi - Sistem pendukung

- Konsep diri - Citra tubuh - Alam perasaan

- Seksualitas - Mekanisme koping


(36)

secara spesifik tentang tujuan, peran perawat, peran klien, dan perkiraan waktu yang dibutuhkan.

4. Data diagnostik dan laboratorium merupakan metode terakhir dalam pengkajian. Data laboratorium dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan actual atau potensial yang sebelumnya tidak diketahui oleh klien atau pemeriksaan.

Bell (2008) mengatakan bahwa saat perawat merawat pasien harus mengumpulkan data yang relevan berkaitan dengan kesehatan dan situasi klien. Kriteria pengukuran :

1. Data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, penyedia layanan kesehatan lainnya dan masyarakat.

2. Data yang bersangkutandan cukup dikumpulkan menggunakan sesuai dengan bukti teknik penilaian.

3. Prioritas kegiatan pengumpulan data didorong oleh karakteristik pasien berhubungan dengan kondisi langsung dan kebutuhan antisipasi.

4. Model analitis dan alat pemecah masalah yang digunakan.

5. Keputusan dibuat dengan mencocokkan pengetahuan formal dengan temuan klinis.

6. Data yang didokumentasikan harus relevan.

7. Data yang relevan dikomunikasikan kepada penyedia layanan kesehatan lainnya

Proses pengkajian ada beberapa kriteria struktur, proses, dan hasil menurut PPNI (2005). Kriteria struktur :


(37)

1. Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin; pengumpulan data yang sistematis dan lengkap, diperbaharuinya data dalam pencatatan yang ada, kemudahan memperoleh data, dan terjaganya kerahasiaan.

2. Tatanan praktek mempunyai system pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari system pencatatan pengumpulan data klien.

3. Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan yaitu singkat, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan.

4. Praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian dari system pencatatan kesehatan klien

5. Ditatanan praktek tersedia system pengumpulan data yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila diperlukan.

6. Tersedia sarana dan lingkungan yang mendukung.

Kriteria proses dalam pengkajian keperawatan menurut PPNI (2005) : 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang (pengumpulan data penunjang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain.

2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta catatan lain.

3. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

4. Data yang dikumpulkan, difokuskan, untuk mengidentifikasi; status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu, status biologis atau fisiologis, status psikologis atau pola koping, status sosial kultural, status spiritual,


(38)

respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, dan resiko masalah potensial.

Hasil yang didapatkan dalam pengkajian; data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada, dan data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien.

2.3.2.2. Standar II : Diagnosis

Diagnosis keperawatan merupakan penganalisisan data pengkajian. Yang dimana sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien (PPNI, 2005).

Tahap setelah melakukan pengkajian adalah identifikasi masalah dan diagnosis. Dalam diagnosis perawat harus menginterpretasi dan membuat keputusan tentang data yang dikumpulkan. Lalu mengkategorikan untuk mengidentifasikan area signifikan dan membuat salah satu keputusan : tidak ada data masalah kesehatan disfungsional, tidak ada intervensi yang diindikasikan, ada resiko masalah kesehatan disfungsional, intervensi diperlukan untuk memfasilitasi peningkatan kesehatan, dan data masalah kesehatan fungsional actual, intervensi diperlukan untuk memfasilitasi kesehatan (Wong, 2009).

Perawat merawat klien dengan menganalisa data penilaian dalam menentukan masalah dan perawatan klien (Bell, 2008) :


(39)

2. Diagnosis dan masalah perawatan divalidasi diseluruh interaksi keperawatan dengan pasien, keluarga, penyedia kesehatan lain, masyarakat, dan seluruh sistem kesehatan

3. Diagnosis dan masalah perawatan diprioritaskan dan didokumentasikan dengan cara yang memfalitasi hasil dan mengembangkan atau memodifikasi rencana

Kriteria struktur dalam diagnosis keperawatan menurut PPNI (2005) yakni memberi kesempatan; kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan, adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosis keperawatan diagnosis keperawatan yang tepat, untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan professional yang terkait, dan adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien. Dalam kriteria proses melakukan diagnosis yaitu; proses diagnosis terdiri dari analasis dan interpretasi data, indentifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan, komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala atau tanda (S), bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan, dan melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru. Hasil yang diharapkan untuk diagnosis keperawatan yakni diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan, diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan signifikan, dan diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanan, implementasi, evaluasi dan penelitian (PPNI, 2005).


(40)

2.3.2.3. Standar III : Intervensi

Perawat harus membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Yang dimana rencana tindakan ini berdasarkan dengan diagnosis keperawatan (PPNI, 2005).

Perawat merawat klien dengan mengembangkan rencana untuk menentukan intervensi yang dapat mencapai hasil. Kriteria pengukuran :

1. Perencanaan yang individual dan mempertimbangkan karakteristik klien dan situasi

2. Rencana tersebut dikembangkan bersama dengan klien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan dengan cara mempromosikan kontribusi masing-masing anggota untuk mencapai hasil

3. Rencana mencerminkan bukti terbaik saat ini

4. Rencana memberikan kontinuitas perawatan, coco kompetensi perawat dengan pasien karakteristik

5. Rencana menetapkan prioritas untuk perawatan

6. Rencana tersebut meliputi strategi untuk promosi dan pemunihan kesehatan pencegahan lebih lanjut sesuai dengan penyakit, cedera, dan semua perban

Kriteria struktur yang disediakan untuk intervensi ini menurut PPNI (2005); sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan dan adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan. Selain itu, untuk kriteria proses dalam melakukan intervensi ini ada beberapa yaitu perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan,


(41)

bekerjasana dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, dan perencanaan bersifat indivual (sebagai individu, kelompok, dan masyarakat) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan untuk intervensi ini; tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien, perncanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan, perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapat, dan perncanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan (PPNI, 2005).

2.3.2.4. Standar IV : Implementasi

Tindakan yang dilakukan perawat setelah intervensi adalah implementasi. Implementasi rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan patisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan (PPNI, 2005).

Fase implementasi dimulai saat perawat menempatkan intervensi ke dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik mengenai efeknya. Umpan balik muncul kembali dalam bentuk observasi dan komunikasi serta member dasar data untuk mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Tahap implementasi, keamanan, dan kenyamanan psikologi pasien berkenaan dengan asuhan atraumatik tetap harus diperhatikan.

Bell (2008) mengatakan bahwa perawat yang merawat klien harus mengimplementasikan rencana, mengkoordinasikan, pemberian perawatan. Kriteria pengukuran :

1. Intervensi disampaikan dengan cara yang meminimalkan komplikasi dan situasi yang mengancam jiwa


(42)

2. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam pelaksanaan rencana sesuai dengan tingkat partisipasi mereka dan pengambilan keputusan

3. Intervensi yang responsive tentang keunikan klien dan keluarga dengan menciptakan sebuah belas kasih dan terapeutik lingkungan dengan tujuan untuk mempromosikan kenyamanan dan mencegah penderitaan

4. Rencana dan modifikasi yang diterapkan akan didokumentasikan 5. Kolaborasi untuk melakukan rencana tersebut terjadi penyedia pasien, kelurga, kesehatan, dan system kesehatan

6. Rencana memfasilitasi pembelajaran bagi klien, keluarga, staf perawat, anggota lain dari kesehatan, dan masyarakat termasuk namun tidak terbatas pada pengajaran kesehatan promosi kesehatan

PPNI (2005) menjelaskan bahwa kriteria struktur praktek menyediakan; sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan, pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan, ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik, pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan, dan sistem konsultasi keperawatan. Kriteria proses dalam implementasi; bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien, melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien, melakukan supervivi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung jawabnya, menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan, menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, memberikan pendidikan pada klien dan keluarga


(43)

mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya, dan mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien. Hasil yang diharapkan untuk implementasi; terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali, tindakan keperawatan dapat diterima klien, dan ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.

2.3.2.5. Standar V : Evaluasi

Perawat melakukan evaluasi untuk melihat perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan yang diberikan. Selain itu, untuk melihat pencapaian tujuan sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan (PPNI, 2005).

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan. Perawat mengumpulkan, menyotir, dan menganalisis data untuk menetapkan apakah tujuan telah tercapai, rencana memerlukan modifikasi, atau alternatif baru harus dipertimbangkan. Tahap evaluasi memenuhi proses keperawatan atau berperan sebagai dasar untuk pemilihan alternatif lain untuk intervensi dalam pemecahan masalah spesifik.

Bell (2008) mengatakan bahwa perawat merawat pasien dengan mengevaluasi pencapaian. Kriteria pengukuran :

1. Evaluasi sistematis dan berkelanjutan menggunakan teknik berbasis bukti dan instrument


(44)

3. Efektifitas evaluasi intervensi untuk mencapai hasil yang diinginkan terjadi 4. Evaluasi terjadi dalam jangka waktu yang tepat setelah intervensi dimulai 5. Data penelitian berkelanjutan yang digunakan untuk merevisi diagnosis, hasil dan rencana yang diperlukan

6. Hasil evaluasi akan didokumentasikan

Kriteria struktur dalam evaluasi ini: tantanan praktek menyediakan sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi, adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan, dan adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi secara efektif dan mengembangkan alternatif perncanaan yang tepat. Proses dalam melakukan evaluasi: menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, bekerjasama denga klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan, dan melakukan supervisi dan konsultasi klinik. Kriteria hasil yang diharapkan untuk evaluasi: diperolehkan hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan evaluasi, klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan, hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan, dan evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukkan kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.


(45)

2.3.2.6. Standar VI : Dokumentasi

Potter and Perry (2005) menjelaskan bahwa setiap perawatan kesehatan, dokumentasi adalah salah satu yang paling penting. Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Pendokumentasian yang baik tidak hanya mencerminkan kualitas perawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam mencerminkan perawatan.

Walaupun setiap lembaga rumah sakit berbeda dalam menggunakan format pencatatan tetapi secara mendasar semua catatan mengandung informasi sebagai berikut menurut Potter and Perry (2005): identifikasi klien dan data demografi klien, surat izin untuk pengobatan dan prosedur, riwayat keperawatan saat masuk, diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan multidisiplin, catatan tentang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan, riwayat medis, diagnosis medis, pesanan terapeutik, catatan perkembangan medis dan disiplin kesehatan, laporan tentang pemeriksaan fisik, laporan tentang pemeriksaan diagnostic, dan ringkasan pemulangan dan ringkasan tentang pemulangan.


(46)

3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tujuan penelitian serta tinjauan kepustakaan maka, kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 3.1. Kerangka konseptual Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Anak di Ruang Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Peran Perawat

- Pemberi asuhan keperawatan - Advokat - Edukator - Koordinator - Kolaborator - Konsultan


(47)

3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1. Peran

perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan Tingkah laku yang dimiliki oleh perawat untuk menyatakan aktivitas dalam praktiknya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sebagai pemberi asuhan keperawatan Observasi berbentuk skala guttman berisi 32 pernyataan. Pernyataan untuk pemberi asuhan keperawatan sebanyak 5 pernyataan. Data dikategorikan sebagai berikut : Tidak dilakukan apabila skor : 0 – 3

Dilakukan apabila skor : 4 - 5

Ordinal

2. Peran perawat sebagai advokat (pembela) Tingkah laku yang dimiliki oleh perawat untuk menyatakan aktivitas dalam praktiknya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sebagai advokat (pembela) Observasi berbentuk skala guttman berisi 32 pernyataan. Pernyataan untuk advokat (pembela) sebanyak 5 pernyataan Data dikategorikan sebagai berikut : Tidak dilakukan apabila skor : 0 – 3

Dilakukan apabila skor : 4 - 5

Ordinal

3. Peran

perawat sebagai Tingkah laku yang dimiliki oleh perawat Observasi berbentuk skala guttman Data dikategorikan sebagai Ordinal


(48)

edukator (pendidik) untuk menyatakan aktivitas dalam praktiknya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional edukator (pendidik)

berisi 32 pernyataan. Pernyataan untuk edukator (pendidik) sebanyak 5 pernyataan berikut : Tidak dilakukan apabila skor : 0 – 3

Dilakukan apabila skor : 4 - 5

4. Peran perawat sebagai koordinator Tingkah laku yang dimiliki oleh perawat untuk menyatakan aktivitas dalam praktiknya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sebagai koordinator Observasi berbentuk skala guttman berisi 32 pernyataan. Pernyataan untuk koordinator sebanyak 4 pernyataan Data dikategorikan sebagai berikut : Tidak dilakukan apabila skor : 0 – 2

Dilakukan apabila skor : 3 - 4

Ordinal

5. Peran perawat sebagai kolaborator (kerjasama) Tingkah laku yang dimiliki oleh perawat untuk menyatakan aktivitas dalam praktiknya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab Observasi berbentuk skala guttman berisi 32 pernyataan. Pernyataan untuk kolaborator (kerjasama) sebanyak 4 pernyataan Data dikategorikan sebagai berikut : Tidak dilakukan apabila skor : 0 – 2

Dilakukan apabila skor : 3 - 4


(49)

keperawatan secara professional kolaborator (kerjasama) 6. Peran

perawat sebagai konsultan (penasehat) Tingkah laku yang dimiliki oleh perawat untuk menyatakan aktivitas dalam praktiknya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sebagai konsultan (penasehat) Observasi berbentuk skala guttman berisi 32 pernyataan. Pernyataan untuk konsultan (penasehat) sebanyak 5 pernyataan Data dikategorikan sebagai berikut : Tidak dilakukan apabila skor : 0 – 3

Dilakukan apabila skor : 4 - 5

Ordinal

7. Peran perawat sebagai pembaharu (peneliti) Tingkah laku yang dimiliki oleh perawat untuk menyatakan aktivitas dalam praktiknya, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sebagai pembaharu (peneliti) Observasi berbentuk skala guttman berisi 32 pernyataan. Pernyataan untuk sebagai pembaharu (peneliti) sebanyak 4 pernyataan Data dikategorikan sebagai berikut : Tidak dilakukan apabila skor : 0 – 2

Dilakukan apabila skor : 3 - 4


(50)

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptifuntuk mendeskripsikan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam MalikMedan. 4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di Ruangan RB 4 Unit Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.Jumlah populasi di Ruangan RB 4 Unit Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah 22 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel untuk penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di Ruangan RB 4 Unit Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 18 orang, karena 4 responden tidak bersedia untuk teliti.

4.2.3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan

total sampling, dimana jika jumlah populasi kurang dari seratus orang maka sampel dapat diambil keseluruhannya.


(51)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Ruangan RB 4 Unit Rawat Inap Anak RSUP Haji Adam Malik Medan. Lokasi ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki unit kerja rawat anak yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain itu RSUP Haji Adam Malik Medan belum pernah dilakukan penelitian mengenai peran perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada anak di ruang RB 4 RSUP Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan 3 Juni sampai 3 Juli 2015 di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah dinyatakan lulus seminar proposal dan mendapatkan surat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, maka peneliti mengajukan permohonan izin kepada pimpinan RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti akan melakukan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari pimpinan RSUP Haji Adam Malik Medan.

Peneliti akan memberikan surat persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani. Didalam informed consent peneliti menjelaskan tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian kepada calon responden. Kemudian peneliti menanyakan kepada calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika bersedia untuk berpartisipasi maka calon responden akan akan menandatangani informed consent. Tetapi apabila responden menolak


(52)

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden.

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada calon responden. Untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality), peneliti tidak akan mencantumkan nama (anonimyti) tetapi hanya kode pada lembar observasi. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden dan hanya data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data berupa observasi yang mengacu pada tinjauan pustaka dan kerangka penelitian yang terdiri dari dua instrumen. Instrumen pertama yaitu data demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja. Instrumen kedua yaitu pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasi tentang peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.

Instrumen kedua ini terdiri dari pernyataan yang meliputi pernyataan sebagai pemberi asuhan keperawatan sebanyak 5 pernyataan, pernyataan sebagai advokat sebanyak 5 pernyataan, pernyataan sebagai educator sebanyak 5 pernyataan, pernyataan sebagai koordinator sebanyak 4 pernyataan, pernyataan sebagai kolaborator sebanyak 4 pernyataan, pernyataan sebagai konsultan sebanyak 5 pernyataan, pernyataan sebagai pembaharu sebanyak 4 pernyataan. Untuk bagian kedua ini menggunakan skala Gutttman dengan rentang skala 0-1 yaitu tidak dilakukan (TD) : 0, dilakukan (D) ; 1.


(53)

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Observasi akan dinyatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menggunakan data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid menunjukkan validitas yang tinggi dan demikian sebaliknya. Instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dapat diungkapkan dari variabel yang diteliti secara tepat (Polit & Beck, 2004). Intrumen dalam penelitian ini berbentuk observasi yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Oleh karena itu, instrumen tersebut perlu dilakukan uji validitas.

Uji validitas dilakukan kepada dosen yang ahli sesuai dengan judul dari penelitian ini. Uji validitas telah dilakukan oleh peneliti. Intrumen untuk penelitian telah dinyatakan valid oleh ahli dalam bidang peran perawat. Hasil validitas adalah 0,96

Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang dilakukan sesuai dengan target yang ditetapkan. Reliabilitas dapat menggunakan berbagai metode, metode yang digunakan sesuai dengan intrumen (Polit & Beck, 2004). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitas telah dilakukan di RSUD dr. Pirngadi. Uji reliabitas di RSUD dr. Pirngadi adalah 0,86.


(54)

4.7. Rencana Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mengirimkan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (RSUP Haji Adam Malik Medan). Setelah mendapatkan izin dari RSUP Haji Adam Malik Medan, peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah mendapatkan calon responden, peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat, dan proses penelitian. Kemudian calon responden diminta untuk mendatangani surat persetujuan (informed consent) menjadi responden. Setelah itu peneliti mengamati responden dalam memberikan asuhan keperawatan di RSUP H Adam Malik Medan.

4.8. Analisa Data

Penelitian ini menganalisa data dengan metode statistik univariat digunakan menganalisa data demografi dan peran perawat anak yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis univariat digunakan untuk penelitian ini di karenakan variabel pada penelitian satu atau tunggal.

Analisa data dilakukan setelah seluruh data terkumpul, yang dimana harus melalui beberapa tahap yaitu: 1) Tahap editing, yaitu tahap untuk mengecek kelengkapan data diantaranya kelengkapan identitas pengisi, lembar kuesioner dan isian sehingga jika terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi oleh peneliti, 2) Tahap coding, yaitu pemberian kode untuk memudahkan pengolahan data, 3) Tahap entry, memasukkan data kedalam komputer dengan


(55)

menggunakan teknik komputerisasi, dan 4) Tahap tabulating, yaitu pengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.


(56)

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 3 Juni sampai 3 Juli 2015 di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah responden 18 orang.

5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 : Distribusi Karakteristik Responden (n=18) di RSUP Haji Adam Malik Medan

Karakteristik Responden Frekuensi

Presentase Usia (Tahun)

25-33 8 44.44

34-42 2 11.11

43-51 8 44.44

Jenis Kelamin

Laki-laki 1 5.56

Perempuan 17 94.44

Pendidikan

SPK 1 5.56

D III Keperawatan 12 66.67

S 1 Keperawatan 4 22.22

Ners 1 5.56

Lama Kerja

0-7 9 50.00

8-15 3 16.67

16-23 6 33.33

Status

Menikah 13 72.22


(57)

Tabel 1. menunjukkan bahwa 8 orang responden (44.4%) berada pada rentang usia 25-33 tahun dan 8 orang responden (44.4%) berada pada rentang usia 43-51 tahun, sebanyak 17 orang responden (94.4%) adalah perempuan. Sebagian besar responden (12 orang, 66.7%) memiliki latar belakang pendidikan D III Keperawatan dan 9 orang responden (50%) memiliki lama kerja selama 0-7 tahun. Sebanyak 13 orang responden (72.2%) sudah menikah.

5.1.2. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Tabel 5.2 : Distribusi Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n = 18)

No Peran sebagai pemberi

asuhan

Dilakukan Tidak

Dilakukan

n % n %

1. Melaksanakan pengkajian

dalam rangka pengumpulan data dan informasi yang benar dan relevan

18 100 0 0

2. Menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian

18 100 0 0

3. Menetapkan rencana

keperawatan untuk upaya mengatasi masalah dalam rangka pemecahan masalah pasien

18 100 0 0

4. Melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi atau rencana keperawatan

18 100 0 0

5. Melaksanakan evaluasi

berdasarkan pada respon


(58)

Peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa dilakukan dengan baik (tabel 5.2). Peran perawat sebagai pemberi asuhan di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan semua dillakukan oleh perawat (100%).

Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Sebagai Advokat Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n = 18)

No Peran sebagai advokat Dilakukan

Tidak Dilakukan

N % n %

1. Memastikan pasien

mendapatkan pengobatan yang benar

18 100 0 0

2. Memberi penjelasan tentang hak dan kewajiban pasien dan keluarga di rumah sakit

17 94,4 1 5,6

3. Melindungi pasien dari

tindakan yang

membahayakan seperti; resiko pasien jatuh, resiko infeksi

18 100 0 0

4. Memberi informasi tentang rencana perawatan pasien di rumah (discharge planning)

18 100 0 0

5. Memberikan informed

consent seperti;

menjelaskan tujuan,

manfaat, akibat tindakan

yang akan dilakukan

terhadap pasien

18 100 0 0

Peran perawat sebagai advokat pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa dilakukan dengan baik (tabel 5.3). Peran perawat sebagai advokat di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar dilakukan baik (100%) kecuali pada instrument no 2 (94,4%).


(59)

Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Sebagai Edukator Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n = 18)

No Peran sebagai edukator Dilakukan

Tidak Dilakukan

n % n %

1. Memberikan pendidikan

atau pengajaran diperlukan menunjang rencana asuhan keperawatan

18 100 0 0

2. Perawat menyampaikan

informasi (penkes) secara jelas, tepat dan bahasa tidak bertele-tele

18 100 0 0

3. Metode pembelajaran yang dilakukan perawat berupa

demontrasi atau

memberikan leaflet/brosur sesuai kebutuhan pasien

0 0 18 100

4. Perawat memahami

kebutuhan, kemampuan dan kesiapan untuk belajar pasien dan keluarga

18 100 0 0

5. Setelah memberikan

edukasi, perawat

mendokumentasikannya dalam rekam medis (RM) di rumah sakit

18 100 0 0

Peran perawat sebagai edukator pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa dilakukan dengan baik (tabel 5.4). Peran perawat sebagai educator di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar dilakukan dengan baik (100%) kecuali pada instrumen no 3.

Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Sebagai Koordinator Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n = 18)


(60)

No Peran sebagai koordinator Dilakukan

Tidak Dilakukan

N % N %

1. Mengarahkan pelayanan

kesehatan bersama tim kesehatan (dokter, ahli gizi, perawat, farmasi) agar dapat terarah sesuai kebutuhan pasien

18 100 0 0

2. Merencanakan pelayanan

kesehatan untuk pasien

bersama dengan tim

kesehatan (dokter, ahli gizi, perawat, farmasi) sesuai dengan kebutuhan pasien

18 100 0 0

3. Mengkoordinasikan seluruh

kegiatan pelayanan

kesehatan

(dokter, ahli gizi, perawat, farmasi) untuk mencapai tujuan kesehatan secara menyeluruh

18 100 0 0

4. Mendokumentasikan hasil

koordinasi bersama tim kesehatan secara terintegrasi

dalam catatan

perkembangan pasien

(dokter, ahli gizi, perawat, farmasi) sesuai pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien dan keluarga

dalam perencanaan

pelayanan

18 100 0 0

Peran perawat sebagai koordinasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa dilakukan dengan baik (tabel 5.5). Peran perawat sebagai koordinasi di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar dilakukan dengan baik (100%).


(61)

Tabel 5.6 : Distribusi Frekuensi Sebagai Kolaborasi Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n = 18)

No Peran sebagai kolaborasi Dilakukan

Tidak Dilakukan

n % n %

1. Melakukan diskusi tentang penyakit yang diderita pasien dengan anggota tim kesehatan lainnya

18 100 0 0

2. Perawat segera

menginformasikan kepada tim kesehatan lain tentang temuan-temuan penting masalah pasien seperti; perubahan vital sign, hasil

pemeriksaan yang

signifikan

18 100 0 0

3. Melibatkan keluarga dalam

melakukan perawatan 18 100 0 0

4. Saling percaya dan

menghormati dengan aggota tim kesehatan lain

18 100 0 0

Peran perawat sebagai kolaborasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa dilakukan dengan baik (tabel 5.6). Peran perawat sebagai kolaborasi di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar dilakukan dengan baik (100%).

Tabel 5.7 : Distribusi Frekuensi Sebagai Konsultan Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n = 18)

No Peran sebagai konsultan Dilakukan

Tidak Dilakukan

N % n %

1. Memberikan 45lternative

bagi pasien dalam memlilih tindakan yang tepat


(62)

2. Memberikan penjelasan terhadap perawatan yang diberikan serta tanda dan gelaja yang akan terjadi kepada keluarga atau pasien

18 100 0 0

3. Perawat selalu melakukan konsultasi kepada keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan

18 100 0 0

4. Memberikan bimbingan

kepada pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan sesuai dengan prioritas

18 100 0 0

5. Membimbing pasien dan

keluarga untuk perilaku hidup kearah perilaku yang lebih sehat

18 100 0 0

Peran perawat sebagai konsultan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa dilakukan dengan baik (tabel 5.7). Peran perawat sebagai konsultan di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar dilakukan dengan baik (100%).

Tabel 5.8 : Distribusi Frekuensi Sebagai Pembaharu Pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n = 18)

No Peran sebagai pembaharu Dilakukan

Tidak Dilakukan

n % n %

1. Memodifikasi ruang

perawatan anak sesuai dengan karakteristik anak

0 0 18 100


(63)

asuhan anak sesuai dengan

perkembangan atau

perubahan status kesehatan pasien

3. Menerapkan konsep terapi bermain anak dalam rangka

mengurangi dampak

hospitalisasi

0 0 18 100

4. Membantu pasien dan

keluarga untuk merubah perilaku dan pola hidup

untuk meningkatkan

kesehatan

18 100 0 0

Peran perawat sebagai pembaharu pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa dilakukan dengan kurang baik (tabel 5.8). Peran perawat sebagai pembaharu di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar dilakukan dengan kurang baik (100%) kecuali pada instrumen no 4dilakukan dengan baik (100%).

5.2. Pembahasan

Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan (Hidayat, 2008).Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan (Kustanto, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak di ruang inap anak RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar dikategorikan baik (84,91%) dimana peran perawat ini dibagi menjadi 7 bagian sebagai berikut:


(64)

5.2.1. Peran perawat sebagai pemberi asuhan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak dikategorikan baik (100%). Hal ini terkait dengan hasil penelitian yang seluruh perawat melakukan perannya sebagai pemberi asuhan. Kuesioner 1 menerangkan bahwa perawat melakukan pengkajian kepada pasien dalam rangka pengumpulan data dan informasi yang sesuai dengan kondisi pada pasien. Disini peneliti melihat secara langsung bahwa perawat melakukan pengkajian ulang setiap pagi, perawat melakukan hal tersebut untuk mengetahui perkembangan kondisi anak. Kuesioner 2 menerangkan tentang perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian pasien. Menegakkan diagnosa keperawatan, dilakukan perawat setelah melakukan pengkajian ulang terhadap pasien dan itu ditulis oleh perawat dalam rekam medis pasien. Kuesioner 3 menerangkan bahwa perawat menetapkan rencana keperawatan untuk upaya mengataasi masalah dalam rangka pemecahan masalah pasien. Ini terlihat setelah perawat mengetahui diagnose yang terjadi pada pasien sehingga perawat bisa merencakan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien. Kuesioner 4 menerangkan bahwa perawat melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi atau rencana keperawatan. Melaksanakan implementasi ini dimana perawat melakukan tindakan kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat oleh perawat. Kuesioner 5 menerangkan bahwa perawat melaksanakan evaluasi berdasarkan pada respon tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Tingkat pencapaian


(65)

kesempurnaan pemberi asuhan keperawatan sangat tergantung dari kemauan, kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan yang baik dari perawat. Pengetahuan dan keterampilan yang baik tidak lepas dari kompetensi yang dimiliki oleh perawat selama proses pembelajaran (Sulistyowati,2012).

5.2.2. Peran perawat sebagai advokat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak dikategorikan baik (94,4%). Hal ini terkait dengan hasil penelitian yang seluruh perawat melakukan perannya sebagai advokat dan perawat memahami dengan baik peran sebagai advokat yaitu untuk membantu pasien dalam mempertahankan lingkungan yang baik dan aman serta melindungi daritindakan pengobatan tertentu. Kuesioner 1 menerangkan bahwa perawat memastikan pasien mendapatkan pengobatan dengan benar. Ini terlihat saat perawat akan memberikan obat kepada pasien, pada bungkusan obat pasien sudah tertulis nama pasien dosis dan juga perawat menuliskan obat yang akan diberikan pada rekam medis pasien. Kuesioner 2 menerangkan bahwa perawat memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban pasien dan keluarga di rumah sakit. Hak dan kewajiban pasien sudah dijelaskan saat sebelum pasien masuk, perawat hanya memastikan kembali saja. Kuesioner 3 menerangkan bahwa perawat melindungi pasien dari tindakan yang membahayakan seperti; resiko terjatuh, resiko infeksi. Melindungi pasien dari resiko terjatuh sudah terlihat dari fasilitas rumah sakit yang setiap bed sudah dilengkapi dengan tanda jatuh dan bed sudah dipasang pengaman disamping tempat tidur. Kuesiner 4 menerangkan bahwa perawat memberi informasi


(66)

tentang rencana perawatan pasien di rumah (discharge planning). Permberian

discharge planning dilakukan oleh perawat saat pasien akan pulang, format untuk discharge planning sudah disiapkan di rumah sakit. Saat penelitian hanya terlihat 1 pasien yang hendak akan pulang, sehingga peneliti hanya menuliskan 1 perawat yang melakukannya. Kuesioner 5 menerangkan bahwa perawat memberikan informed consent seperti; menjelaskan tujuan, manfaat, akibat tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Saat pasien hendak akan masuk, pasien akan diberikan informed consent oleh perawat untuk di tanda tangani. Peneliti melihat informed consent pada rekam medis pasien, perawat akan menaruh informed consent tersebut setelah ditanda tangani oleh pasien. Sebagai bukti bahwa pasien telah menyetujui atas apa yang akan dilakukan oleh perawat. Kustanto (2007) mengatakan bahwa peran perawat sebagai advokat dilakukan perawat untuk membantu keluarga menginterpretasikan berbagai informasi dan pemberi pelayanan untuk pengambilan keputusan dan melindungi hak-hak yang harus didaptkan oleh pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Simangungsong (2011) mempunyai hasil yang hampi sama. Dari, penelitian yang dilakukan Evelina bahwa peran perawat sebagai advokat cukup baik dilakukan Waterworth (1995) mengatakan bahwa dalam melaksanakan peran advokat diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2013) bahwa peran perawat sebagai advokat sudah cukup baik di beberapa rumah sakit. Selain itu, Suryani (2013) menjelaskan bahwa dalam melakukan peran perawat sebagai


(67)

advokasi itu ditentukan dari karakteristik individu. RSUP Haji Adam Malik sudah melakukan peran perawat sebagai advokat dengan baik.

5.2.3. Peran perawat sebagai edukator

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak dikategorikan baik (100%). Kuesioner 1 menerangkan bahwa perawat memberikan pendidikan atau pengajaran yang diperlukan yang menunjang rencana asuhan keperawatan. Memberikan pendidikan atau pengajaran pada pasien selalu dilakukan oleh perawat setiap kali perawat akan melakukan pengkajian di pagi hari. Perawat akan memberikan pengajaran atau pendidikan untuk menunjang kesehatan pasien. Kuesioner 2 menerangkan bahwa perawat menyampaikan informasi (penkes) secara jelas, tepat dan bahasa tidak tele. Penyampaian informasi kepada pasien tidak bertele-tele. Perawat menyampaikan langsung pada intinya sehingga keluarga akan mengerti apa yang disampaikan oleh perawat. Kuesioner 3 menerangkan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan perawat berupa demonstrasi atau memberikan leaflet/brosur sesuai kebutuhan pasien. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh perawat adalah komunikasi. Perawat tidak melakukan pembelajaran dengan menggunakan brosur atau leaflet. Kuesioner 4 menerangkan bahwa perawat memahami kebutuhan, kemampuan dan kesiapan untuk belajar pasien dan keluarga. Saat perawat menyampaikan informasi, perawat akan melihat apakan keluarga akan siap menerima informasi tersebut. Saat keluarga siap untuk mendengarkan informasi yang akan diberikan perawat maka disitu perawat akan memnyampaikan informasi


(68)

tersebut. Kuesioner 5 menerangkan bahwa perawat mendokumentasikan dalam rekam medis rumah sakit setelah memberikan edukasi. Perawat akan menuliskan semua tindakan di rekam medis, termasuk dalam memberikan edukasi kepada pasien agar perawat shift selanjutnya tau apa saja yang telah dilakukan atau disampaikan perawat pada shift sebelumnya. Penelitan sebelumnya telah menjelakan tentang peran perawat sebagai edukator di Rumah Sakit Umum Herna dan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan yang cukup baik karena perawat masih ada yang langsung mengajarkan tentang edukasi, jika ditanya oleh keluarga maka baru dijelaskan (Simangungsong, 2011). Habibi (2015) mengatakan bahwa edukasi merupakan kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada kelompok atau individu dengan tujuan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik.

5.2.4. Peran perawat sebagai koordinator

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak dikategorikan baik (100%). Peran perawat sebagai coordinator dilakukan saat perawat akan merencanakan dan mengorganisikan pelyanan kesehatan yang akan diberikan kepada pasien bersama tim kesehatan lainnya (Simangungsong, 2011). Kuesioner 1 menerangkan bahwa perawat mengarahkan pelayanan kesehatan bersama tim kesehatan agar dapat terarah sesuai kebutuhan pasien. Perawat akan lebih sering bersama pasien daripada dokter, sehingga perawat yang akan lebih mengetahui semua keadaan yang terjadi pada pasien. Maka dari itu, perawat akan lebih banyak mengarahkan


(69)

tim kesehatan lain untuk melakukan tindakan apa yang diperlukan untuk pasien. Kuesioner 2 menerangkan bahwa perawat merencanakan pelayanan kesehatan untuk pasien dengan tim kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat akan secara langsung memberitahukan segala kondisi pasien kepada tim kesehatan lainnya, dengan begitu maka perawat dan tim kesehatan laiinya akan merencanakan apa saja tindakan yang akan dilakukan untuk menunjang

kesehatan pasien. Kuesioner 3 menerangkan bahwa perawat

mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan kesehatan secara menyeluruh. Sama seperti kuesioner 1 perawat lebih sering berada dekat dengan pasien sehingga perawat akan berperan aktif dalam segala hal yang dilakukan untuk pasien. Perawat juga akan berperan dalam mengkoordinasikan tim kesehatan lainnya untuk melakukan tindakan yang akan menunjang kesehatan pasien. Kuesioner 4 menerangkan bahwa perawat mendokumentasikan hasil koordinasi bersama tim kesehatan secara terintegrasi dalam catatan perkembangan pasien sesuai dengan pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien dan keluarga dalam perencanaan pelayanan. Seperti tindakan sebelumnya, dalam melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lainnya perawat akan mendokumentasikan semua ke dalam rekam medis pasien. Ini diharuskan agar pasien dan keluarga mengetahui apa saja yang telah dilakukan perawat dan tim kesehatan, selain itu juga sebagai tanda bukti untuk bahwa peraeat dan tim kesehatan lainnya telah berkoordinasi dalam menentukan tidakan yang akan diberikan kepada pasien.


(70)

5.2.5. Peran perawat sebagai kolaborasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak dikategorikan baik (100%). Kuesioner 1 menerangkan bahwa perawat melakukan diskusi tentang penyakit yang diderita pasien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Perawat akan mendiskusikan kepada tim kesehatan tentang apa yang diderita oleh pasien. Kuesioner 2 menerangkan bahwa perawat segera menginformasikan kepada tim kesehatan lain tentang temuan-temuan penting masalah pasien seperti; perubahan vital sign, hasil pemeriksaan yang signifikan. Setiap adanya perubahan pada status pasien, perawat selalu mengkonfirmasikan kepada tim kesehatan lainnya. Selain itu juga, perawat akan langsung menuliskan di rekam medis pasien tentang temuan masalah pada pasien agar tim kesehatan lainnya bisa melihat atau mengetahui tentang apa yang terjadi pada pasien. Kuesioner 3 menerangkan bahwa perawat melibatkan keluarga dalam melakukan perawatan. Petugas kesehatan di rumah sakit tidak terlalu banyak, sehingga belum tentu selalu terlihat apa sa ja yang terjadi pada pasien. Maka dari itu, perawat akan mengajarkan keluarga tentang hal-hal sederhana untuk menjaga pasien dan juga akan melibatkan keluarga dalam setiap yang akan dilakukan kepada pasien terlebih karena pasien disini anak kecil pasti keluarga juga akan dilibatkan untuk perawatannya. Kuesioner 4 menerangkan bahwa perawat saling percaya dan menghormati anggota tim kesehatan lainnya. Dalam rumah sakit, perawat akan dibagi menjadi beberapa tim. RSUP Haji Adam Malik membagi perawat menjadi 3 tim yaitu tim 1 (HOT), tim 2 (Non Infeksi), dan


(71)

tim 3 (Infeksi). Untuk membuat tim menjadi lebih baik lagi maka dalam tim tersebut harus saling menghormati dan saling percaya. Perawat di RSUP Haji Adam Malik di ruang anak terlihat seperti itu, saling menghormati antar tim dan juga lebih menghormati perawat yang lebih senior. Penelitian yang dilakukan Rahaminta (2012) tujuan kolaborasi yang dijelaskan oleh oleh perawat (responden) adalah untuk keperntingan dan kebaikan pasien dan itu dijadikan sebagai motivasi utama bagi perawat maupun dokter agar tercapai pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahilan unik professional. Curtis (2011) menjelaskan bahwa sebagai tim kolaborasi, sangat penting bagi perawat dan dokter untuk bertukar informasi dengan jelas dan komprehensif.

5.2.6. Peran perawat sebagai konsultan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak dikategorikan baik (100%). Kuesioner 1 menerangkan bahwa perawat memberikan alternatif bagi pasien dalam memilih tindakan yang tepat. Peneliti melihat dimana perawat memberikan pertimbangan kepada keluarga untuk perawatan kepada keluarga, tetapi lebih banyak keluarga dan pasien lebih memilih untuk mengikuti tim kesehatan dalam perawatannya. Kuesioner 2 menerangkan bahwa perawat memberikan penjelasan terhadap perawatan yang diberikan serta tanda dan gejala yang akan terjadi kepada keluarga atau pasien. Memberikan penjelasan tentang tanda dan gejala sudah dilakukan oleh perawat selama memberikan edukasi dan juga saat perawat memberikan informed consent kepada keluarga.


(72)

Kuesioner 3 menerangkan bahwa perawat selalu melakukan konsultasi kepada keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan. Keluarga pasien sudah banyak yang lebih pintar, bukan perawat yang mengkonsultsikan tindakan yang akan dilakukan tetapi keluarga sudah langsung menanyakan apa yang akan dilakukan. Kuesioner 4 menerangkan bahwa perawat memberikan bimbingan kepada pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan sesuai dengan prioritas. Memberikan bimbingan kepada keluarga dan pasien dilakukan oleh perawat saat melakukan edukasi, perawat juga mengajarkan dan membimbing keluarga tentang masalah kesehatan yang prioritas pada pasien. Kuesioner 5 menerangkan bahwa perawat membimbing pasien dan keluarga untuk perilaku hidup kearah yang lebih sehat. Perawat selalu menjelaskan untuk melakukan pola hidup yang sehat dan menjelaskan apa saja yang tidak boleh digunakan pasien agar dapat cepat sembuh. Dalam penelitian Simangungsong (2011) menunjukkan bahwa peran perawat sebagai konsultan dikategorikan cukup baik. Mustikasar (2007) menjelaskan bahwa dalam meningkat hubungan interpersonal yang baik perawat diharuskan untuk bisa mengatasi tekanan dan rasa takut yang dialami oleh pasien. Maka dari itu diperlukan peran perawat sebagai konsultan.

5.2.7. Peran perawat sebagai pembaharu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan pada anak dikategorikan kurang baik (100%). Kuesioner 1 menerangkan bahwa perawat memodifikasi ruang perawatan anak sesuai dengan karakteristik anak. Peneliti belum melihat adanya perawat melakukan


(1)

iv


(2)

v


(3)

vi


(4)

vii


(5)

viii


(6)

ix

TRANSAKSI DANA

Keterangan dana yang telah dipakai dan diperlukan untuk pembiayaan kegiatan mulai dari proses pembuatan proposal sampai dengan pembuatan skripsi. 1. Pembuatan Proposal

Dana yang telah dipakai :

a. Beli buku : Rp. 50.000,-

b. Internet : Rp. 100.000,-

c. Kertas A4 80 gram : Rp. 35.000,-

d. Perbanyak proposal : Rp. 50.000,-

e. Konsumsi Dosen Penguji dan Pembimbing : Rp. 150.000,-

f. Dana tak terduga : Rp. 38.500,-

2. Pembuatan Skripsi Dana yang diperlukan :

a. Perbaikan proposal : Rp. 50.000,-

b. Perbanyak instrumen penelitian : Rp. 300.000

c. Kertas A4 80 gram : Rp. 35.000,-

d. Konsumen Dosen Penguji dan Pembimbing : Rp. 250.000,-

e. Souvenir : Rp. 150.000,-

f. Dana tak terduga : Rp. 78.500,-

Total dana : Rp. 1.287.000,-