Perbedaan Self-Image Remaja Laki-Laki dan Perempuan Penderita Acne Vulgaris
BAB I
PENDAHULUAN
I. A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu rentang kehidupan yang akan dilalui
oleh setiap individu. Menurut WHO (dalam Sarwono, 2002), remaja adalah suatu
masa ketika terjadi peralihan ketergantungan secara psikologis dan sosialekonomi yang penuh menuju keadaan yang relatif lebih mandiri. Salah satu tugas
perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980), adalah
membangun hubungan sosial yang memuaskan dengan teman sebaya baik lakilaki maupun perempuan.
Hubungan sosial pada masa remaja dipengaruhi oleh bagaimana remaja
tersebut mempersepsikan penampilan fisiknya atau yang disebut sebagai selfimage (Jersild, 1963). Hal ini sejalan dengan pendapat Burn (1993) mengenai
definisi self-image,
yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya
sendiri sebagai makhluk yang berfisik sehingga sering dikaitkan dengan
karakteristik-karakteristik fisik yang dimiliki seseorang.
Hadisubrata (1997) mengatakan bahwa, individu dengan self-image negatif
akan mengembangkan watak-watak yang akan menghambatnya dalam pergaulan
sosial, seperti rendah diri, membenci diri sendiri, serta pemalu. individu dengan
self-image yang positif ditandai dengan kepercayaan diri, menerima diri sendiri
serta memiliki pergaulan sosial yang baik. Sejalan dengan hal tersebut, Hurlock
1
Universitas Sumatera Utara
(1980) menyatakan bahwa, bagi remaja yang tidak memiliki penampilan fisik
sempurna, mereka seringkali menolak keadaan fisiknya sehingga tampak
mengasingkan diri dari pergaulan sosial. Uhlenhake (2010) menyebutkan bahwa,
remaja yang menolak untuk berinteraksi sosial merupakan manifestasi dari selfimage yang negatif.Para ahli Universitas Bath Washington Amerika Serikat
(dalam Journal of Nutrion College, 2013) mengidentifikasi bahwa remaja yang
menganggap penampilan fisiknya tidak menarik cenderung malas untuk
berpartisipasi dalam situasi sosial. Fenomena ini muncul dari sebuah riset yang
melibatkan 50 remaja yang memiliki masalah dengan fisiknya.
Menurut Mappiare (1982) self-image seseorang akan dipengaruhi oleh
keadaan fisiknya. Remaja akan senantiasa membandingkan keadaan fisiknya
dengan teman-teman sebayanya. Perbedaan keadaan fisik dengan teman sebaya
akan menimbulkan perasaan malu dan rendah diri yang pada akhirnya akan
mempengaruhi self-image remaja. Menurut Jersild (1963), remaja juga akan
senantiasa membandingkan penampilan idola mereka di televisi, seperti bentuk
tubuh, kulit wajah dan tubuh, bentuk dan warna rambut. Remaja akan sulit
menerima keadaan dirinya ketika mereka mengidentifikasi dirinya berbeda
dengan apa yang dilihatnya di televisi.
Perubahan fisik pada masa remaja merupakan periode terpenting yang
ditandai dengan perubahan bentuk tubuh, bertambahnya berat badan serta kulit
wajah yang tidak lagi mulus sempurna. Perubahan fisik yang bersifat ekstrim
tersebut
dianggap
remaja
sebagai
ketidaksempurnaan
(Jersild,
1963).
Permasalahan fisik yang terjadi pada masa remaja berhubungan dengan
2
Universitas Sumatera Utara
ketidakpuasan atau keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki
yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Hurlock (1980)
mengemukakan bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh atau
merasa puas dengan keadaan tubunya dikarenakan ketidaksempurnaan di bagian
tubuh tertentu, seperti tubuh yang gemuk, wajah yang tidak menarik, atau tubuh
yang tidak tinggi ideal.
Pada masa remaja, peningkatan hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan peningkatan produksi sebum dan peningkatan unsur komedogenik
yang merupakan penyebab munculny acne vulgaris (Djuanda,2008). Menurut
Harahap (2000), acne vulgaris adalah peradangan kronik folikel polisebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah
predileksi, seperti muka, bahu, dada, punggung serta bagian atas dari ekstremitas
superior. Acne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit multifaktorial yang
manifestasi klinisnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti hormon, diet,
genetik, kosmetik, trauma, lingkungan fisik, stress psikis (Journal of Nutrion
College, 2013).
Acne Vulgaris terbagi menjadi 3 tingkat keparahan, yaitu ringan, sedang dan
berat (Djuanda, 2008). Acne vulgaris dengan tingkat keparahan ringan ditandai
dengan adanya bintik-bintik merah atau yang disebut dengan papul serta komedo.
Jika peradangan semakin parah maka akan muncul pustul dan menyebar ke daerah
lainnya. Keadaan ini tergolong dalam tingkat keparahan sedang. Munculnya nodul
dan kista menandakan bahwa acne masuk dalam kategori berat. Penelitian yang
dilakukan oleh Brown dkk (2005) menunjukkan bahwa tingkat keparahan acne
3
Universitas Sumatera Utara
vulgaris berhubungan dengan dampak psikologis yang diakibatkannya.
Acne
vulgaris ringan tidak terlalu menjadi masalah dikarenakan tidak terlalu
mengganggu penampilan dan mudah hilang dengan sendirinya.
Djuanda (2008) mengatakan bahwa, walaupun acne vulgaris tidak
membahayakan tapi bisa memberikan dampak negatif bagi orang yang
mengalaminya. Dampak negatif akibat acne vulgaris secara fisik adalah kulit
menjadi kurang indah karena terkena masalah seperti scar, bopeng, flek bekas
jerawat. Selain mengganggu secara fisik, penderita acne vulgaris juga memiliki
masalah dengan keadaan psikologisnya, seperti serta gambaran diri yang rendah,
menarik diri, depresi yang cenderung meningkat, dan kecemasan sosial (Yolac,
2008). Remaja yang mengalami masalah jerawat seringkali mempunyai masalah
yang berkaitan dengan kepercayaan diri yang rendah, kemurungan, kegusaran,
dan buruknya pergaulan sosial, (Ibrahim, 2002).
Menurut Ibrahim (2002), remaja perempuan sangat memperhatikan
penampilan serta menghabiskan waktu yang lama dan usaha yang sungguhsungguh untuk mempercantik dirinya dibandingkan remaja laki-laki. Tetapi
seiring dengan berjalannya waktu, pria juga menjadi peduli pada penampilannya.
Kepedulian
tersebut
dilakukan
dengan
cara
memakai
parfum,
facial,
menggunakan pembersih wajah, serta pelembab. Berbagai macam produk
perawatan wajah khusus pria pun telah beredar di pasaran.
Zaman sekarang kita bisa melihat anak laki-laki mengunjungi klinik skin
care untuk melakukan perawatan wajah. Fenomena pria metroseksual tidak
terlepas dari arus globalisasi yang sangat cepas mempengaruhi sendi-sendi
4
Universitas Sumatera Utara
kehidupan masyarakat. Peralihan gaya hidup masyarakat tradisional kearah
modern sering disebut sebagai masyarakat urban. Hal ini ditandai oleh munculnya
industri-industri, teknologi, serta gaya hidup modern. Budaya urban sering
ditemukan pada masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, salah satunya adalah
kota Medan. Budaya urban sering dikaitkan dengan perilaku konsumtif
masyarakatnya, gaya hidup glamour serta fasilitas serba modern. Dalam budaya
urban, pria berpenampilan menarik merupakan hal yang sangat penting.
Anggapan masyarakat dulu bahwa pria harus perkasa, jantan dan tidak terlalu
memperdulikan penampilan bergeser ke arah pria metroseksual (Kompasiana,
2013).
Perbandingan jumlah remaja laki-laki yang melakukan perawatan wajah
masih relatif kecil dibandingkan jumlah remaja perempuan yang melakukan
perawatan wajah di klinik skin care. Remaja laki-laki yang melakukan perawatan
wajah menunjukkan adanya perhatian terhadap penampilan, tetapi tidak sebesar
pada remaja perempuan (Yuliani, 2013). Berdasarkan hasil penelitian dalam Dicle
Medical Journal didapatkan hasil bahwa acne vulgaris lebih sering ditemukan
pada remaja laki-laki dibanding remaja perempuan, dimana remaja laki-laki akan
mencari pengobatan bila dengan acne yang lebih berat (Akyazi dkk, 2011)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulung (2005),
banyaknya pria yang memperhatikan penampilan dikarenakan faktor pekerjaan,
dimana orang senang bekerja dengan orang yang berpenampilan menarik. Iklan
melalui media massa yang menampilkan seorang pria dengan kulit bersih, putih
dan terawat juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya
5
Universitas Sumatera Utara
keinginan pria untuk merawat dirinya dan tampil menarik. Selain itu, timbulnya
kesadaran bahwa menjaga penampilan itu penting bagi pria adalah pengaruh
budaya.
Remaja perempuan cenderung merasa tidak puas bukan hanya dengan tinggi
badan dan berat badannya, melainkan juga pada keadaan kulit, dan juga wajah
mereka (Tafsir, 2012). Remaja perempuan akan memiliki perhatian yang besar
terhadap penampilan fisiknya dibanding remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008).
Remaja perempuan dengan acne vulgaris akan memiliki perasaan malu dan
kecemasan terhadap penampilan yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki
(Hasibuan, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian University of California
bahwa remaja perempuan dengan acne vulgaris akan merasa cenderung malu
ketika berada dalam situasi sosial dibanding remaja laki-laki. Pada remaja lakilaki
ditemukan
kondisi
yang
berbeda,
remaja
laki-laki
tidak
terlalu
memperdulikan penilaian orang lain terhadap penampilannya dan tidak
mengurangi keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Remaja perempuan dengan acne vulgaris akan menolak untuk berinteraksi
sosial dengan orang lain yang merupakan manifestasi dari self-image negatif. Hal
ini sejalan dengan pernyataan dari Erikson (dalam Papalia & Olds, 2008), bahwa
intimasi dan penilaian orang lain terhadap dirinya merupakan hal yang sangat
berarti. Oleh sebab itu, remaja perempuan akan sangat mementingkan penampilan
fisik mereka dibanding kepribadian. Berbeda halnya dengan remaja laki-laki yang
akan mendapat penghargaan jika mereka memiliki kekuatan fisik yang
mengagumkan (Ibrahim, 2002).
6
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang akan mempengaruhi self-image lainnya adalah teman sebaya
(Mappiare, 1982). Bagi remaja perempuan, intimasi dalam pertemanan sekolah
menjadi sangat penting dibanding remaja laki-laki. Perbedaan ini didasari oleh
persepektif bahwa individualis, otonomi, dan persaingan lebih melekat pada
remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008). Sebagian besar harga diri berkembang
dalam konteks hubungan sosial dengan teman sebaya. Harga diri remaja laki-laki
akan berkaitan dengan persaingan demi prestasi individual, sedangkan harga diri
remaja perempuan akan lebih bergantung pada hubungan denga orang lain.
Hubungan sosial dan intimasi dengan teman sebaya menjadi hal yang lebih
penting bagi remaja perempuan dibanding remaja laki-laki (Gilligan, 1987)
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja
merupakan kelompok yang paling sering ditemukan dengan acne vulgaris baik
remaja laki-laki maupun remaja perrempuan. Acne vulgaris tersebut pada
akhirnya akan mempengaruhi self-image remaja. Maka dari itu, peneliti tertarik
untuk membuat suatu penelitian tentang perbedaan self-image remaja laki-laki dan
perempuan penderita acne vulgaris.
I. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Adakah perbedaan self-image remaja laki-laki dan
perempuan penderita acne vulgaris?”
7
Universitas Sumatera Utara
I. C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan self-image penderita
acne vulgaris antara remaja laki-laki dan perempuan
I. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu : manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis.
I. D. 1. Manfaat teoritis
a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori
yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya ilmu
psikologi perkembangan yang terkait dengan self-image.
b) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang
berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan selfimage.
I. D. 2. Manfaat praktis
a) Bagi institusi sekolah, dengan adanya penelitian ini tenaga pendidik diharapkan
dapat mengarahkan dan membimbing remaja dalam mempertahankan selfimage yang positif sehingga dapat melakukan interaksi sosial dengan baik.
b) Bagi keluarga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
permasalahan pada self-image yang dialami remaja dengan acne vulgaris
8
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat membimbing remaja untuk menerima keadaan fisiknya dan
bergaul secara wajar.
c) Bagi remaja, dengan penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi
remaja dengan acne vulgaris agar tetap percaya diri sehingga dapat
mempertahankan self-image yang positif.
I. E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab V. Adapun
sistematika penulisan penelitian ini adalah :
Bab I : Pendahuluan
Memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi pembahasan teoritis tentang acne vulgaris, self-image dan
remaja serta mencantumkan hipotesa penelitian
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, definisi operasional variabel
penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang
digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.
Bab IV: Analisa Data dan Interpretasi
Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil utama
penelitian, hasil tambahan penelitian dan analisa hasil penelitian
9
Universitas Sumatera Utara
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
10
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
I. A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu rentang kehidupan yang akan dilalui
oleh setiap individu. Menurut WHO (dalam Sarwono, 2002), remaja adalah suatu
masa ketika terjadi peralihan ketergantungan secara psikologis dan sosialekonomi yang penuh menuju keadaan yang relatif lebih mandiri. Salah satu tugas
perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980), adalah
membangun hubungan sosial yang memuaskan dengan teman sebaya baik lakilaki maupun perempuan.
Hubungan sosial pada masa remaja dipengaruhi oleh bagaimana remaja
tersebut mempersepsikan penampilan fisiknya atau yang disebut sebagai selfimage (Jersild, 1963). Hal ini sejalan dengan pendapat Burn (1993) mengenai
definisi self-image,
yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya
sendiri sebagai makhluk yang berfisik sehingga sering dikaitkan dengan
karakteristik-karakteristik fisik yang dimiliki seseorang.
Hadisubrata (1997) mengatakan bahwa, individu dengan self-image negatif
akan mengembangkan watak-watak yang akan menghambatnya dalam pergaulan
sosial, seperti rendah diri, membenci diri sendiri, serta pemalu. individu dengan
self-image yang positif ditandai dengan kepercayaan diri, menerima diri sendiri
serta memiliki pergaulan sosial yang baik. Sejalan dengan hal tersebut, Hurlock
1
Universitas Sumatera Utara
(1980) menyatakan bahwa, bagi remaja yang tidak memiliki penampilan fisik
sempurna, mereka seringkali menolak keadaan fisiknya sehingga tampak
mengasingkan diri dari pergaulan sosial. Uhlenhake (2010) menyebutkan bahwa,
remaja yang menolak untuk berinteraksi sosial merupakan manifestasi dari selfimage yang negatif.Para ahli Universitas Bath Washington Amerika Serikat
(dalam Journal of Nutrion College, 2013) mengidentifikasi bahwa remaja yang
menganggap penampilan fisiknya tidak menarik cenderung malas untuk
berpartisipasi dalam situasi sosial. Fenomena ini muncul dari sebuah riset yang
melibatkan 50 remaja yang memiliki masalah dengan fisiknya.
Menurut Mappiare (1982) self-image seseorang akan dipengaruhi oleh
keadaan fisiknya. Remaja akan senantiasa membandingkan keadaan fisiknya
dengan teman-teman sebayanya. Perbedaan keadaan fisik dengan teman sebaya
akan menimbulkan perasaan malu dan rendah diri yang pada akhirnya akan
mempengaruhi self-image remaja. Menurut Jersild (1963), remaja juga akan
senantiasa membandingkan penampilan idola mereka di televisi, seperti bentuk
tubuh, kulit wajah dan tubuh, bentuk dan warna rambut. Remaja akan sulit
menerima keadaan dirinya ketika mereka mengidentifikasi dirinya berbeda
dengan apa yang dilihatnya di televisi.
Perubahan fisik pada masa remaja merupakan periode terpenting yang
ditandai dengan perubahan bentuk tubuh, bertambahnya berat badan serta kulit
wajah yang tidak lagi mulus sempurna. Perubahan fisik yang bersifat ekstrim
tersebut
dianggap
remaja
sebagai
ketidaksempurnaan
(Jersild,
1963).
Permasalahan fisik yang terjadi pada masa remaja berhubungan dengan
2
Universitas Sumatera Utara
ketidakpuasan atau keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki
yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Hurlock (1980)
mengemukakan bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh atau
merasa puas dengan keadaan tubunya dikarenakan ketidaksempurnaan di bagian
tubuh tertentu, seperti tubuh yang gemuk, wajah yang tidak menarik, atau tubuh
yang tidak tinggi ideal.
Pada masa remaja, peningkatan hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan peningkatan produksi sebum dan peningkatan unsur komedogenik
yang merupakan penyebab munculny acne vulgaris (Djuanda,2008). Menurut
Harahap (2000), acne vulgaris adalah peradangan kronik folikel polisebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah
predileksi, seperti muka, bahu, dada, punggung serta bagian atas dari ekstremitas
superior. Acne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit multifaktorial yang
manifestasi klinisnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti hormon, diet,
genetik, kosmetik, trauma, lingkungan fisik, stress psikis (Journal of Nutrion
College, 2013).
Acne Vulgaris terbagi menjadi 3 tingkat keparahan, yaitu ringan, sedang dan
berat (Djuanda, 2008). Acne vulgaris dengan tingkat keparahan ringan ditandai
dengan adanya bintik-bintik merah atau yang disebut dengan papul serta komedo.
Jika peradangan semakin parah maka akan muncul pustul dan menyebar ke daerah
lainnya. Keadaan ini tergolong dalam tingkat keparahan sedang. Munculnya nodul
dan kista menandakan bahwa acne masuk dalam kategori berat. Penelitian yang
dilakukan oleh Brown dkk (2005) menunjukkan bahwa tingkat keparahan acne
3
Universitas Sumatera Utara
vulgaris berhubungan dengan dampak psikologis yang diakibatkannya.
Acne
vulgaris ringan tidak terlalu menjadi masalah dikarenakan tidak terlalu
mengganggu penampilan dan mudah hilang dengan sendirinya.
Djuanda (2008) mengatakan bahwa, walaupun acne vulgaris tidak
membahayakan tapi bisa memberikan dampak negatif bagi orang yang
mengalaminya. Dampak negatif akibat acne vulgaris secara fisik adalah kulit
menjadi kurang indah karena terkena masalah seperti scar, bopeng, flek bekas
jerawat. Selain mengganggu secara fisik, penderita acne vulgaris juga memiliki
masalah dengan keadaan psikologisnya, seperti serta gambaran diri yang rendah,
menarik diri, depresi yang cenderung meningkat, dan kecemasan sosial (Yolac,
2008). Remaja yang mengalami masalah jerawat seringkali mempunyai masalah
yang berkaitan dengan kepercayaan diri yang rendah, kemurungan, kegusaran,
dan buruknya pergaulan sosial, (Ibrahim, 2002).
Menurut Ibrahim (2002), remaja perempuan sangat memperhatikan
penampilan serta menghabiskan waktu yang lama dan usaha yang sungguhsungguh untuk mempercantik dirinya dibandingkan remaja laki-laki. Tetapi
seiring dengan berjalannya waktu, pria juga menjadi peduli pada penampilannya.
Kepedulian
tersebut
dilakukan
dengan
cara
memakai
parfum,
facial,
menggunakan pembersih wajah, serta pelembab. Berbagai macam produk
perawatan wajah khusus pria pun telah beredar di pasaran.
Zaman sekarang kita bisa melihat anak laki-laki mengunjungi klinik skin
care untuk melakukan perawatan wajah. Fenomena pria metroseksual tidak
terlepas dari arus globalisasi yang sangat cepas mempengaruhi sendi-sendi
4
Universitas Sumatera Utara
kehidupan masyarakat. Peralihan gaya hidup masyarakat tradisional kearah
modern sering disebut sebagai masyarakat urban. Hal ini ditandai oleh munculnya
industri-industri, teknologi, serta gaya hidup modern. Budaya urban sering
ditemukan pada masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, salah satunya adalah
kota Medan. Budaya urban sering dikaitkan dengan perilaku konsumtif
masyarakatnya, gaya hidup glamour serta fasilitas serba modern. Dalam budaya
urban, pria berpenampilan menarik merupakan hal yang sangat penting.
Anggapan masyarakat dulu bahwa pria harus perkasa, jantan dan tidak terlalu
memperdulikan penampilan bergeser ke arah pria metroseksual (Kompasiana,
2013).
Perbandingan jumlah remaja laki-laki yang melakukan perawatan wajah
masih relatif kecil dibandingkan jumlah remaja perempuan yang melakukan
perawatan wajah di klinik skin care. Remaja laki-laki yang melakukan perawatan
wajah menunjukkan adanya perhatian terhadap penampilan, tetapi tidak sebesar
pada remaja perempuan (Yuliani, 2013). Berdasarkan hasil penelitian dalam Dicle
Medical Journal didapatkan hasil bahwa acne vulgaris lebih sering ditemukan
pada remaja laki-laki dibanding remaja perempuan, dimana remaja laki-laki akan
mencari pengobatan bila dengan acne yang lebih berat (Akyazi dkk, 2011)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulung (2005),
banyaknya pria yang memperhatikan penampilan dikarenakan faktor pekerjaan,
dimana orang senang bekerja dengan orang yang berpenampilan menarik. Iklan
melalui media massa yang menampilkan seorang pria dengan kulit bersih, putih
dan terawat juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya
5
Universitas Sumatera Utara
keinginan pria untuk merawat dirinya dan tampil menarik. Selain itu, timbulnya
kesadaran bahwa menjaga penampilan itu penting bagi pria adalah pengaruh
budaya.
Remaja perempuan cenderung merasa tidak puas bukan hanya dengan tinggi
badan dan berat badannya, melainkan juga pada keadaan kulit, dan juga wajah
mereka (Tafsir, 2012). Remaja perempuan akan memiliki perhatian yang besar
terhadap penampilan fisiknya dibanding remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008).
Remaja perempuan dengan acne vulgaris akan memiliki perasaan malu dan
kecemasan terhadap penampilan yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki
(Hasibuan, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian University of California
bahwa remaja perempuan dengan acne vulgaris akan merasa cenderung malu
ketika berada dalam situasi sosial dibanding remaja laki-laki. Pada remaja lakilaki
ditemukan
kondisi
yang
berbeda,
remaja
laki-laki
tidak
terlalu
memperdulikan penilaian orang lain terhadap penampilannya dan tidak
mengurangi keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Remaja perempuan dengan acne vulgaris akan menolak untuk berinteraksi
sosial dengan orang lain yang merupakan manifestasi dari self-image negatif. Hal
ini sejalan dengan pernyataan dari Erikson (dalam Papalia & Olds, 2008), bahwa
intimasi dan penilaian orang lain terhadap dirinya merupakan hal yang sangat
berarti. Oleh sebab itu, remaja perempuan akan sangat mementingkan penampilan
fisik mereka dibanding kepribadian. Berbeda halnya dengan remaja laki-laki yang
akan mendapat penghargaan jika mereka memiliki kekuatan fisik yang
mengagumkan (Ibrahim, 2002).
6
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang akan mempengaruhi self-image lainnya adalah teman sebaya
(Mappiare, 1982). Bagi remaja perempuan, intimasi dalam pertemanan sekolah
menjadi sangat penting dibanding remaja laki-laki. Perbedaan ini didasari oleh
persepektif bahwa individualis, otonomi, dan persaingan lebih melekat pada
remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008). Sebagian besar harga diri berkembang
dalam konteks hubungan sosial dengan teman sebaya. Harga diri remaja laki-laki
akan berkaitan dengan persaingan demi prestasi individual, sedangkan harga diri
remaja perempuan akan lebih bergantung pada hubungan denga orang lain.
Hubungan sosial dan intimasi dengan teman sebaya menjadi hal yang lebih
penting bagi remaja perempuan dibanding remaja laki-laki (Gilligan, 1987)
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja
merupakan kelompok yang paling sering ditemukan dengan acne vulgaris baik
remaja laki-laki maupun remaja perrempuan. Acne vulgaris tersebut pada
akhirnya akan mempengaruhi self-image remaja. Maka dari itu, peneliti tertarik
untuk membuat suatu penelitian tentang perbedaan self-image remaja laki-laki dan
perempuan penderita acne vulgaris.
I. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Adakah perbedaan self-image remaja laki-laki dan
perempuan penderita acne vulgaris?”
7
Universitas Sumatera Utara
I. C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan self-image penderita
acne vulgaris antara remaja laki-laki dan perempuan
I. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu : manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis.
I. D. 1. Manfaat teoritis
a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori
yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya ilmu
psikologi perkembangan yang terkait dengan self-image.
b) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang
berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan selfimage.
I. D. 2. Manfaat praktis
a) Bagi institusi sekolah, dengan adanya penelitian ini tenaga pendidik diharapkan
dapat mengarahkan dan membimbing remaja dalam mempertahankan selfimage yang positif sehingga dapat melakukan interaksi sosial dengan baik.
b) Bagi keluarga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
permasalahan pada self-image yang dialami remaja dengan acne vulgaris
8
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat membimbing remaja untuk menerima keadaan fisiknya dan
bergaul secara wajar.
c) Bagi remaja, dengan penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi
remaja dengan acne vulgaris agar tetap percaya diri sehingga dapat
mempertahankan self-image yang positif.
I. E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab V. Adapun
sistematika penulisan penelitian ini adalah :
Bab I : Pendahuluan
Memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi pembahasan teoritis tentang acne vulgaris, self-image dan
remaja serta mencantumkan hipotesa penelitian
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, definisi operasional variabel
penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang
digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.
Bab IV: Analisa Data dan Interpretasi
Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil utama
penelitian, hasil tambahan penelitian dan analisa hasil penelitian
9
Universitas Sumatera Utara
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
10
Universitas Sumatera Utara