PERBEDAAN SIKAP ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP PORNOGRAFI

  

PERBEDAAN SIKAP ANTARA

REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP

PORNOGRAFI

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh :

Della Astrini

NIM 999114111

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  

ABSTRAK

PERBEDAAN SIKAP ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN TERHADAP PORNOGRAFI

Della Astrini

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Sikap terhadap pornografi adalah sikap yang memihak (favorable) atau sikap tidak memihak (unfavorable) terhadap produk-produk dan praktek-praktek yang berhubungan dengan pornografi. Pornografi adalah suatu hal yang bersifat vulgar atau seronok serta erotis yang dapat berbentuk perbuatan, lukisan, gambar, tulisan, lagu, suara, dan gerakan tubuh dengan memamerkan aurat dan tindakan erotis yang semuanya mampu merangsang birahi seksual atau bahkan menimbulkan rasa malu, jijik dan muak bagi setiap orang yang melihat ataupun mendengarnya, sehingga terlepas dari aturan agama, adat istiadat dan norma susila masyarakat serta dapat mengakibatkan tindakan maksiat yang dapat mengganggu orang lain.

  Subyek dalam penelitian ini adalah remaja berusia antara 16 – 24 tahun, belum menikah dan berstatus sebagai mahasiswa di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah subyek 90 orang yang terdiri dari 45 remaja laki-laki dan 45 remaja perempuan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang berisi 40 pernyataan untuk mengetahui sikap terhadap pornografi pada setiap subjek. Subjek penelitian ini remaja laki-laki dan perempuan.

  Hasil uji reliabilitas dari skala sikap ini adalah sebesar 0,941. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, maka tehnik untuk membandingkan variabel bebas dan variabel tergantung adalah uji-t untuk dua sample bebas (independent sample t-test ).

  Dari uji-t didapatkan hasil sebesar 4,954 yang menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi secara signifikan.

  

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF ATTITUTES BETWEEN MALE AND FEMALE

ADOLESCENCE TOWARD PORNOGRAPHY

Della Astrini

Universitas Sanata Dharma

  

Yogyakarta

2007

  This research have purpose to know the difference between male and female adolescence pornography attitudes. Pornography attitude is a favorable or unfavorable attitudes towards products and practices that related with pornography. Pornography is a vulgar or erotic things cases that can be in a form of acts, painting, picture, writings, songs, sounds, and body movements that show “aurat” and erotic action wich can create a sexually stimulating scene or a shameable feelings, it is disguisting and loathing for everybody who sees or hears, so they are out of the rules of religion, customs and prediction, and social norms. It can also create immoral acts toward other people.

  Subjects of this research are adolescence in the age 16 to 24 years old, not married and who have status as students of the third campus of Sanata Dharma University Yogyakarta. The total amount of the subject is. 90 people which of 45 males adolescence and 45 females adolescence. The method used scale which containing 40 statements to measure pornography attitude level for each subject.

  The result of the reliability test from this attitude scale is 0.941. This research is a comparative research, so the technique to compare independent variable and dependent variable is independent sample t-test.

  The result of t-test is equal to 4.954 indicate that the hipothesis of this research was accepted. The hypothesis show that there is a difference between boys and girls adolescence pornography attitude. The respon of males and females adolecence attitude toward pornography are equally low.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Sikap Antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka sudah layak dan sepantasnya bila penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

  1. Bpk. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Falkultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi saya.

  2. Ibu Sylvia CMYM., S.Psi., M.Si. selaku Ketua Bidang Studi Falkultas Psikologi USD dan dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga bagi kemajuan penelitian saya.

  3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. yang telah memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi saya.

  4. Papa, Mama, Ko Donny, Cie Cathy yang selalu sabar menungguq lulus.

  Mama, terima kasih atas segalanya, semoga ini bisa membuat mama (sedikit) bahagia. Cie Cathy terima kasih atas bantuannya ... ^_^

  5. Kakakq “jelex” yang selalu memberikan waktu, dukungan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas ketulusan hatimu menerima aq apa adanya, kesabaranmu mendampingiq selama 5 tahun ini ‘n tetap setia menungguq. Aq sangat menikmati waktu yang qta habiskan bersama. Semoga kita akan selalu bersama… Aminnnn…

  6. Cie Yun yang menemaniku nonton “Hero” walau ga sampai tamat ( ), yang memperbolehkanku bermain dengan kursi balonnya (sampae kempes!!), bermain dengan tingkerbell n peterpan, dan tentu saja bantuannya dalam penyusunan skripsiku. O, ya, sosis Solo-nya enaakkkk lo Cie Yun!!

7. Milie, Asti, Rani, Dian, Melly, Ike, Ana, Vincent, O’oh dan temen-temen “seperjuangan” yang selalu memberi semangat dan dengan tulus membantuku.

  Vincent, terima kasih (lagi), sori ya kalo aq sering telepon gara2 komputer antiqku ... he3x ... O’oh, aq tunggu makan di Rika, nanti aq yang bayarin ..., ‘tul ga Cie Yun? 8. Yuri, Tuing2, Bowo dan temen-temennya yang telah membantuq. ‘tuk Yuri yang bisa membuatq tertawa dengan cerita2 lucunya... ‘tuk Tuing2, sori, udah lama ga ‘ngapel’, masakanmu puedes sih!! Cacingq ga kuat klo kepedesen!!!

  9. Komputerku yang tersayang. Aku tahu kamu ga akan mengecewakanku walaupun sudah waktunya kamu “pensiun” dari kerja berat.

  10. Sahabatq Caecil, Erna, Vely, 3mbel, Om Andi, Okly, Agung terima kasih atas dukungan x-an semua. Kapan qta bisa kongkow lagi? He2, sepertinya ga mungkin ya?

  11. Temen baruq, Oemar Bhakrie, terima kasih atas “bimbingannya” dan semoga jasa2 bapak diterima disisiNya ... Amien ...

  12. Mas Doni yang selalu kurepotin, terima kasih wallpapernya, lucu-lucu lo! Minta lagi donk!

  13. Mas Mudji, Mas Gandung, Mba’ Nanik n Pak Gi’, terima kasih telah membantuq selama kuliah di Sadhar.

  14. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantuq dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak!!! Yogya, 23 November 2007

  Penulis Della Astrini

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................. …. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... . iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii

  

ABSTRACT ....................................................................................................... . viii

  KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... . x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

  BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... . 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 8 A. Sikap ...................................................................................................... 8

  1. Pengertian Sikap ............................................................................ 8

  2. Pembentukan Sikap ........................................................................ 10

  B. Remaja ................................................................................................... 12

  1. Pengertian Remaja ......................................................................... 12

  2. Perubahan dan Perkembangan yang Terjadi pada Masa Remaja .................................................................................. 13

  C. Pornografi .................................................................................... .......... 18

  1. Pengertian Pornografi .................................................................... 18

  2. Jenis Pornografi ............................................................................. . 20

  D. Perbedaan Sikap Antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi .............................................................................. 21 E. Hipotesis ...................................................................................... .......... 23

  BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 24 A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 24 B. Identifikasi Variabel .............................................................................. 24 C. Definisi Operasional .............................................................................. 24 D. Subjek Penelitian ................................................................................... 26 E. Prosedur Penelitian ................................................................................ 27 F. Metode Penelitian .................................................................................. 28 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...................................................... 31

  1. Validitas ................................................................................. .......... 31

  2. Reliabilitas ....................................................................................... 32

  H. Metode Analisis Data ............................................................................ 33

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 35 A. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 35 B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 35

  1. Uji Asumsi ............................................................................. .......... 35

  2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 37

  3. Uji Hipotesis .................................................................................... 43

  C. Pembahasan ........................................................................................... 45

  BAB V. KESIMPULAN ................................................................................... 49 A. Kesimpulan ............................................................................................ 49 B. Saran-saran ............................................................................................ 49 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... xiv A. Skala Sikap Uji Coba antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi B. Skor Sikap Uji Coba antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi C. Hasil Uji Validitas Aitem Uji Coba D. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Penelitian E. Skala Sikap Penelitian antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi F. Skor Sikap Penelitian antara Remaja Laki-laki dan Perempuan Terhadap Pornografi G. Hasil Uji Asumsi (Uji Normalitas dan Uji Homogenitas) H. Hasil Uji Hipotesis I. Surat Keterangan Penelitian

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komponen Aitem Sikap Remaja Terhadap Pornografi

  Sebelum Uji Coba ........................................................................... 29

Tabel 1.2 Distribusi Aitem Sikap Remaja Terhadap Pornografi

  Sebelum Uji Coba ........................................................................... 29 Tabel 2 Pemberian Skor Skala Sikap Pornografi ........................................ 30 Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Sikap Setelah Uji Coba ............................ 32 Tabel 4 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ............................... 33 Tabel 5 Ringkasan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...................... 36 Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ..............................................

  37 Tabel 7.1 Norma Kategori Sikap Terhadap Pornografi .................................. 38

Tabel 7.2 Kategori Sikap Terhadap Pornografi .............................................. 38Tabel 7.3 Kategori Sikap Terhadap Pornografi antara Remaja

  Laki-laki dan Perempuan .............................................................. 39 Tabel 8 Kategorisasi Berdasarkan Tempat Tinggal Subjek ........................ 40

Tabel 9.1 Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja

  Laki-laki dan Perempuan .............................................................. 41 Tabel 9.2 Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Laki-laki ................

  41 Tabel 9.3 Ringkasan Deskripsi Data Penelitian Remaja Perempuan ............

  41 Tabel 10 Hasil Uji-t Subjek Laki-laki dan Perempuan .................................. 43

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat Indonesia telah lama mengenal suatu budaya atau adat-

  istiadat yang diwariskan oleh para leluhur atau nenek moyang mereka. Seiring dengan perkembangan zaman maka masuklah budaya asing, yang mengajarkan suatu pola perilaku yang dianggap lebih modern dengan menerapkan keterbukaan atau suatu kebebasan dalam mengekspresikan diri di lingkungan sosial masyarakat. Budaya asing tersebut masuk ke Indonesia melalui usaha kerjasama dagang, penjajahan negara lain terhadap Indonesia, pertukaran pelajar, dan lain-lain. Masyarakat Indonesia berharap bahwa dengan kebudayaan baru yang diadopsi dari negara lain tersebut mampu memperkaya keragaman budaya dan dapat meningkatkan kehidupan ke taraf yang lebih baik seperti kemajuan yang telah diperoleh negara lain dengan kebudayaannya tersebut.

  Seiring dengan berkembangnya teknologi, kebudayaan baru dari negara lain dapat mereproduksi tatanan baru dalam interaksi individu dan keluarga di masyarakat (Bungin, 2005). Budaya dan adat-istiadat asing hendaknya disesuaikan dengan budaya dan adat-istiadat yang ada Indonesia, sehingga budaya dan adat-istiadat tersebut dapat berbaur menjadi satu dan memperkaya budaya dan adat-istiadat di Indonesia tanpa meninggalkan norma dan kaidah dari suatu ajaran agama.

  Budaya dan adat-istiadat asing yang tidak disesuaikan dengan budaya dan adat-istiadat yang ada Indonesia akan mempengaruhi sikap dan kepribadian sebagian masyarakat yang lebih bangga menerapkan budaya asing daripada budaya yang telah ada di Indonesia. Mereka tidak menyadari bahwa tidak semua budaya dan adat-istiadat dari negara lain cocok untuk diterapkan pada kehidupan di masyarakat dan mungkin justru bertentangan dengan norma yang telah ada.

  Hal ini terbukti dengan adanya perilaku masyarakat, terutama kalangan remaja yang lebih menyukai makanan dan minuman luar negeri, produk buatan luar negeri, meniru dandanan dan gaya orang luar negeri dan justru tidak begitu mengerti atau bahkan tidak tahu tentang budaya serta adat-istiadat bangsa sendiri. Remaja cenderung memilih makanan dan minuman dari luar negeri seperti pizza, hamburger, hotdog, spaggeti, dan minuman bersoda.

  Remaja juga cenderung membeli baju, sepatu, tas, kosmetik merk luar negeri, bahkan mereka cenderung bergaya dan berdandan model “Punk”, “Harajuku”, “Gothic”, dan lain-lain.

  Salah satu produk negara lain yang sangat bertentangan dengan budaya dan adat-istiadat bangsa Indonesia adalah masuknya majalah yang menampilkan sosok wanita yang telanjang, film yang menampilkan adegan ranjang, pesta bujangan, tari streeptease, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari sejarah masuknya pornografi di Indonesia yang telah ada sejak awal tahun 50an. Pornografi adalah pengungkapan permasalahan seksual yang erotis dan sensual melalui suatu media yang bertujuan atau dapat mengakibatkan bangkitnya nafsu birahi atau timbulnya rasa muak, malu dan jijik bagi orang yang melihat, mendengar atau menyentuhnya, yang bertentangan dengan agama dan atau adat-istiadat setempat (Muntaqo, 2006). Objek pornografi tidak hanya berkutat pada wilayah tubuh perempuan, melainkan juga pada pria, waria, dan bahkan binatang juga termasuk didalamnya. Menurut Lesmana (1995), sejak tanggal 24 Febuari 1954 sampai bulan Juli 1994 pemerintah telah menangani kasus pornografi lebih dari 38 kasus. Majalah

  

TEMPO Edisi 25 Juni 1994 menulis dari 32 film nasional yang beredar pada

  tahun 1993, hanya tiga film yang bebas dari adegan-adegan seks. Pada tahun 1995 dan 2002 menunjukkan hampir semua media massa pernah menggunakan erotisme sebagai salah satu pemberitaan mereka (Bungin, 2005). Usaha pemerintah dalam menangani pornografi ini mengalami pasang surut, sehingga pornografi masih ada sampai saat ini.

  Pada awal tahun 50an sampai sekarang pornografi mengalami perkembangan yang mengejutkan. Awal tahun 50an pornografi hanya sebatas gambar atau foto, sekarang pornografi tidak hanya gambar dan foto tetapi ada yang berwujud dalam home video, internet, tulisan, lagu, dan lain-lain. Remaja Indonesia pun mulai berani melakukan aksi pornografi atau biasa disebut pornoaksi. Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya (Bungin, 2005). Pornoaksi remaja dapat dilihat dengan beredarnya video adegan ranjang yang dibuat sendiri oleh para remaja tersebut. Pembuatan video ini bukan hanya dilakukan remaja yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta saja, tetapi juga dilakukan oleh remaja yang tinggal di pedesaan seperti di Pati, Pontianak, pulau Sumbawa, dan lain-lain, sehingga dengan kata lain pornografi dan pornoaksi telah merambah dari perkotaan sampai ke pelosok desa seiring dengan kemajuan teknologi yang mulai beredar di masyarakat.

  Menurut Hurlock (1999), salah satu ciri masa remaja adalah masa dimana remaja mengalami perubahan emosi, fisik, minat, peran sosial, pola perilaku, dan sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Perubahan-perubahan fisik remaja juga diimbangi dengan ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Menurut Kartono (2006), sifat remaja laki-laki lebih terbuka terhadap dorongan seksual, memiliki fantasi erotik yang agresif, pernah mengalami orgasme dan tahu bagaimana menggunakan organ seks mereka. Sedangkan sifat remaja perempuan penuh dengan keragu-raguan, ketidakpastian emosi, konflik batin, rela mengorbankan segala sesuatu untuk orang yang dicintainya, membutuhkan kemesraan, dan mudah dirangsang dengan sentuhan dari lawan jenis. Kebutuhan seks remaja perempuan umumnya disalurkan dalam bentuk fantasi, kegelisahan secara fisik dan psikis, konflik batin, serta mimpi (Kartono, 2006). Menurut Halstead dan Reiss (2006), anak laki-laki lebih bangga menonton film 18 tahun keatas, video dan majalah porno. Sedangkan anak perempuan lebih tertarik terhadap nilai yang berorientasi pada hubungan seksual dalam opera sabun dan membaca majalah remaja.

  Berdasarkan sifat-sifat remaja laki-laki yang lebih terbuka, agresif, pernah mengalami orgasme, tahu bagaimana cara menggunakan organ seks mereka, dan adanya perasaan bangga jika mengkonsumsi film atau video serta majalah porno, maka dapat diduga bahwa remaja laki-laki cenderung menerima pornografi. Sedangkan sifat remaja perempuan yang cenderung menyalurkan kebutuhan seksnya dalam bentuk fantasi, mimpi, menonton opera sabun dan membaca majalah tentang percintaan remaja, maka dapat diduga bahwa remaja perempuan cenderung bersikap menolak adanya pornografi.

  Dari fenomena-fenomena tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti sikap remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Apakah ada perbedaan sikap antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Apakah remaja laki-laki bersikap menerima pornografi dibandingkan remaja perempuan yang bersikap menolak pornografi.

B. RUMUSAN MASALAH

  Apakah ada perbedaan sikap remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi. Apakah remaja laki-laki akan bersikap menerima pornografi.

  Apakah remaja perempuan akan bersikap menolak pornografi

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap remaja laki-laki dan perempuan terhadap pornografi.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui sikap remaja laki- laki dan perempuan dalam menghadapi masalah pornografi yang telah beredar bebas di masyarakat.

  2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Pendidik Hasil penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan cara pendidikan anak (terutama remaja) yang baik dan benar mengenai seksualitas agar anak tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

  b. Bagi Orang Tua Diharapkan agar orang tua senantiasa mendidik, memberi informasi, dan membimbing anak-anak (terutama remaja) mengenai seksualitas yang baik dan benar menurut norma agama, sehingga anak tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

  c. Bagi Remaja Memberi masukan bagi remaja untuk mencari informasi mengenai seksualitas dari orang lain yang berkompeten dan bertanggungjawab, sehingga tidak terjebak dalam kegiatan pornografi.

BAB II LANDASAN TEORI A. SIKAP

  1. Pengertian Sikap Istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862 yang diartikan olehnya sebagai status mental seseorang.

  Menurut Berkowitz (Azwar, 2003), sejak tahun 1862 sampai tahun 1972 telah ditemukan lebih dari tigapuluh definisi sikap, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kerangka pikiran, yaitu : a.

  Kerangka pemikiran yang diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap suatu objek.

  b. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport. Menurut mereka, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara- cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud dalam definisi ini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila seseorang dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya respon. c. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh Secord dan Backman.

  Kelompok yang ketiga ini adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi (susunan) komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. i. Komponen kognitif (cognitive)

  Komponen kognitif berisi kepercayaan seeorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap (Azwar, 2003).

  Kepercayaan datang dari apa yang telah seseorang lihat atau ketahui, yang kemudian akan membentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan terbentuk, maka kepercayaan itu akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu. ii. Komponen afektif (affective)

  Komponen afektif berisi masalah emosional subjektif atau perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang seseorang percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek. iii. Komponen konatif (conative)

  Komponen konatif atau perilaku menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Maksudnya, bagaimana seseorang berperilaku terhadap situasi dan stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang dapat dilihat secara langsung dan pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang mengenai suatu objek. Dalam penelitian ini digunakan pengertian sikap berdasarkan pendapat Secord dan Backman (Azwar, 2003), yaitu konstelasi (susunan) dari komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.

2. Pembentukaan Sikap

  Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi antar individu yang dapat mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat (Azwar, 2003).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap individu adalah :

  a. Pengalaman pribadi Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b. Orang lain yang dianggap penting Seseorang akan cenderung bersikap seperti orang lain yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting. Beberapa orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, suami dan istri.

  c.

  Kebudayaan Kebudayaan adalah pengarah sikap seseorang terhadap berbagai masalah. Dengan kepribadian individu yang kuat, dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap dapat memudar.

  d.

  Media massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mempengaruhi pembentukan opini dan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu sehingga terbentuklah suatu sikap tertentu.

  e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama Meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

  Hal ini juga berpengaruh pada individu dalam menyikapi sesuatu hal.

  f. Emosi dalam diri individu Kadang-kadang sikap didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan diri.

B. REMAJA

  1. Pengertian Remaja Istilah remaja atau adolescence berasal dari bahasa Latin adolescere, yang artinya tumbuh menjadi dewasa. Istilah remaja, seperti yang dipergunakan saat ini, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Batasan masa remaja secara universal sangat sulit ditetapkan secara pasti karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain adanya perbedaan adat istiadat, perbedaan tingkat sosial ekonomi, dan perbedaan pendidikan antar negara. Menurut Hurlock masa remaja berlangsung antara 13 – 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Menurut WHO (World Health Organization) batasan remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal antara 10 – 14 tahun dan remaja akhir antara 15 – 20 tahun. Batasan masa remaja menurut WHO didasarkan atas usia kesuburan (fertilitas) wanita dan pria. Sedangkan menurut PBB (Perserikatan Bangsa–Bangsa) menetapkan bahwa usia 15 – 24 tahun sebagai usia pemuda (youth) (Sarwono, 1994) .

  Di Indonesia, istilah “remaja” tidak dikenal dalam sebagian undang- undang yang berlaku, hal ini terlihat dalam hukum Indonesia yang hanya mengenal anak-anak dan dewasa (Sarwono, 2005). Selain undang-undang, masalah yang dihadapi dalam menentukan batasan usia remaja adalah adanya keanekaragaman suku, adat dan budaya, tingkatan sosial ekonomi maupun pendidikan di Indonesia. Walaupun demikian, secara umum masa remaja di Indonesia berkisar antara 11 – 24 tahun (Sarwono, 2005).

  2. Perubahan dan Perkembangan yang Terjadi pada Masa Remaja

  a. Fisik Menurut Sarwono (2005), diantara perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.

  Secara lengkap Muss (Sarwono, 2005) membuat urutan perubahan-perubahan fisik pada anak perempuan, yaitu : pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, tumbuh bulu ketiak. Sedangkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada anak laki-laki meliputi : pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis dan jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu di dada. Menurut Hurlock (1999), perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja yaitu adanya pertambahan tinggi dan berat badan, proporsi tubuh, organ seks dan ciri-ciri seks sekunder, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem endokrin, dan jaringan tubuh.

  Perubahan tubuh yang paling menonjol pada remaja perempuan adalah pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan. Sedangkan perubahan tubuh yang paling menonjol pada remaja laki-laki adalah pertambahan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis, dan pertumbuhan rambut kemaluan (Santrock, 2002).

  Berdasarkan ciri-ciri remaja diatas, dapat disimpulkan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki adalah tinggi dan berat badan bertambah, muncul tanda-tanda seksual sekunder (pertumbuhan penis, pembesaran testis, dan tumbuh bulu pada bagian kemaluan, ketiak serta wajah), dan ditandai dengan mimpi basah.

  Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan adalah tinggi dan berat badan bertambah, muncul tanda-tanda seksual sekunder (pertumbuhan payudara, tumbuh bulu pada kemaluan dan ketiak), serta ditandai dengan haid.

  b. Emosi Masa remaja sering dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1999). Adapun meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Tidak semua remaja mengalami masa “badai dan tekanan”, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai akibat dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial yang baru. Ketidakstabilan emosi remaja dapat dilihat dari sikapnya yang iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak, selain itu remaja sering mengungkapkan amarahnya dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang lain yang menyebabkan mereka marah..

  Menurut Sarwono (2005), salah satu ciri yang terjadi pada masa remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak dan sulit dikendalikan. Emosi yang meledak-ledak ini selain menyulitkan orang lain dalam mengerti jiwa remaja, termasuk orang tua dan guru, tetapi juga bermanfaat dalam pencarian identitas dirinya.

  Gejolak emosi remaja dan masalah remaja pada umumnya disebabkan oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak remaja tersebut sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak mereka masih harus mengikuti kemauan orang tua. Dengan adanya emosi-emosi itu, remaja secara bertahap mencari jalan menuju kedewasaan, karena reaksi orang-orang disekitarnya terhadap emosinya akan menyebabkan remaja belajar dari pengalaman untuk mengambil langkah-langkah yang terbaik. Jika remaja tidak berhasil mengatasi konflik peran yang dihadapi karena ia terlalu mengikuti gejolak emosinya, maka besar kemungkinannya ia akan terperangkap dalam penyalahgunaan obat, penyalahgunaan seks atau kenakalan remaja yang lain (Sarwono, 2005).

  Sifat remaja laki-laki menurut Kartono (2006) adalah egois, inisiatif, progresif, aktif, tegas, agresif dan mempunyai fantasi erotik dengan tindakan atau perilaku yang mengarah pada hubungan seksual. Sedangkan sifat remaja perempuan antara lain yaitu cenderung mengidentifikasikan seseorang atau beberapa pribadi, suka berfantasi, subyektifitas yang besar, introvert, pasif, memiliki intuisi yang tajam dan rela berkorban demi orang yang dicintainya.

  c.

  Sosial Masa remaja merupakan masa yang paling banyak mengalami perubahan fisik, emosi maupun sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja mengalami masalah yang sulit dalam hal meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial, nilai-nilai dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai dalam dukungan dan penolakan sosial, nilai-nilai dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1999). d. Minat Tidak ada minat remaja yang bersifat universal, karena minat remaja tergantung pada seks, intelegensi, lingkungan, kesempatan untuk mengembangkan minat, minat teman-teman sebaya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan lain- lain. Beberapa minat remaja yaitu membaca, menonton film dan televisi, melamun serta berbincang-bincang dengan teman sebayanya (Hurlock, 1999).

  Seiring meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks, tetapi terkadang mereka tidak memperoleh informasi yang benar dari orang yang berkompeten terhadap masalah ini sehingga remaja cenderung akan bertanya pada teman sebayanya, membaca buku tentang seks atau ingin mencoba dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau bersenggama (Hurlock, 1999).

  e. Moral Remaja diharapkan dapat menerapkan prinsip moral yang dapat diterima oleh lingkungan sosial dan dapat difungsikan sebagai pedoman untuk perilakunya. Disaat itulah remaja harus dapat mengendalikan perilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru (Hurlock,1999).

  Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999), remaja sudah dapat menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan pertimbangan secara matang. Menurut Kohlberg (dalam Hurlock, 1999), adanya kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral, dan remaja dapat menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal yang diinternalisasikan.

  Tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas dewasa, yaitu dengan mengganti konsep moral di masa kanak-kanaknya, merumuskan konsep baru yang dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman perilaku, dan melakukan pengendalian terhadap perilakunya sendiri. Remaja yang tidak berhasil melakukan peralihan ke tahap moralitas dewasa, maka harus diselesaikan pada awal masa dewasa atau bahkan membentuk konsep moral yang tidak dapat diterima oleh lingkungan (Hurlock,1999).

C. PORNOGRAFI

  1. Pengertian Pornografi Pornografi berasal dari bahasa Yunani, dari kata-kata porne yang berarti perempuan jalang, dan grapien yang berarti menulis. Sehingga arti pornografi adalah bahan lukisan, gambar atau tulisan serta gerakan- gerakan tubuh yang membuka aurat dengan sengaja dan semata-mata dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu birahi (Basri, 2004). Menurut Lesmana (1995), yang dimaksud dengan porno adalah perbuatan-perbuatan (action), gambar-gambar, tulisan-tulisan, lagu-lagu, suara-suara dan bunyi benda atau segala sesuatu yang dapat merangsang birahi kita, yang menyinggung rasa susila masyarakat dan dapat mengakibatkan tindakan-tindakan maksiat serta mengganggu ketentraman umum. Berdasarkan pengertian porno tersebut diatas, Lesmana menarik kesimpulan bahwa tulisan, gambar, foto, dan film disebut porno jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu : a. Adanya kesengajaan untuk membangkitkan nafsu birahi orang lain.

  b.

  Adanya maksud atau tujuan untuk merangsang nafsu birahi orang lain.

  c.

  Karya tersebut tidak mempunyai nilai lain kecuali sebagai perangsang seksual semata-mata.

  d.

  Menurut standar moral kontemporer yang dianut masyarakat setempat, karya tersebut tidak pantas diperlihatkan secara umum.

  Menurut Bungin (2005), pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia, serta bersifat seronok, jorok, vulgar, dan membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi berbentuk foto, poster, lieflet, gambar video, film, dan gambar VCD, termasuk alat visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan pencabulan (porno).

  Sedangkan menurut Muntaqo (2006), pornografi adalah pengungkapan permasalahan seksual yang erotis dan sensual melalui suatu media yang bertujuan atau dapat mengakibatkan bangkitnya nafsu birahi atau timbulnya rasa muak, malu dan jijik bagi orang yang melihat, mendengar atau menyentuhnya, yang bertentangan dengan agama dan atau adat- istiadat setempat. Objek pornografi tidak hanya berkutat pada wilayah tubuh perempuan, melainkan juga pada pria, waria, dan bahkan binatang juga termasuk didalamnya. Faktor-faktor yang membedakan pengertian pornografi antara lain karena adanya perbedaan sosial dan budaya, agama, pendidikan, politik, serta kondisi ekonomi. Pengertian pornografi berbeda dengan pengertian pornoaksi. Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya. Pornoaksi pada awalnya adalah aksi-aksi subjek- objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga menimbulkan rangsangan seksual bagi seseorang, termasuk menimbulkan histeria seksual di masyarakat (Bungin, 2005).

2. Jenis Pornografi

  Menurut Lesmana (1995), pornografi dibagi menjadi dua, yaitu Hard- core Pornography dan Soft-core Pornography.

  a. Hard-core Pornography Menggambarkan adegan seks secara eksplisit dan gamblang sekali.

  Terbuka dalam arti segalanya : pemeran telanjang bugil, organ seks mereka diekspos amat mencolok dan segala teknik permainan juga dipertunjukan. Persetubuhan abnormal (seperti adegan homoseksualitas, oral seks, dan anal koitus) juga menjadi sasaran utama pornografi jenis ini.

  b. Soft-core Pornography Persetubuhan tidak pernah dilukiskan sedemikian utuh. Walaupun pemerannya kerap kali telanjang bulat, organ seks biasanya tidak diperlihatkan, juga tidak pernah ada variasi permainan yang sering disebut “abnormal”. Contoh dari Soft-core Pornography adalah film dewasa yang masuk kedalam kategori film semi.

  

D. PERBEDAAN SIKAP ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN TERHADAP PORNOGRAFI

  Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa baik secara psikologis maupun fisik. Perubahan-perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari adanya perubahan-perubahan fisik. Perkembangan jiwa remaja dipengaruhi oleh perubahan fisik, yaitu pertumbuhan tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi, dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. Perkembangan sifat seksual remaja dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual, yaitu hormon testosteron dan androgen pada laki-laki dan sedangkan pada perempuan dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progresteron (Sarwono, 2005).

  Perkembangan hormon-hormon seksual yang meningkat pada masa remaja mempengaruhi sikap dan perilaku seksual. Pada masa ini, remaja juga mengalami berbagai macam gejolak yang menyebabkan ketidakseimbangan pikiran dan perasaan (Basri, 2004). Seiring meningkatnya hormon seksual, remaja cenderung mencari informasi mengenai seks dengan bertanya pada teman sebayanya, membaca buku tentang seks, atau ingin mencoba dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau bersenggama (Hurlock, 1999). Remaja pada umumnya mengetahui bahwa produk pornografi tidak memberikan informasi yang tepat tentang seks dan melanggar norma, namun karena adanya dorongan rasa ingin tahu tentang seks, mereka tetap mengkonsumsi produk pornografi.

  Sifat remaja laki-laki lebih terbuka terhadap dorongan seksual, memiliki fantasi erotik yang agresif, pernah mengalami orgasme dan tahu bagaimana menggunakan organ seks mereka (Kartono, 2006). Sifat remaja perempuan penuh dengan keragu-raguan, ketidakpastian emosi, konflik batin, rela mengorbankan segala sesuatu untuk orang yang dicintainya, membutuhkan kemesraan, dan mudah dirangsang dengan sentuhan dari lawan jenis.

  Kebutuhan seks remaja perempuan umumnya disalurkan dalam bentuk fantasi, kegelisahan secara fisik dan psikis, konflik batin, serta mimpi (Kartono, 2006).

  Menurut Halstead dan Reiss (2006), anak laki-laki lebih bangga menonton film 18 tahun keatas, video dan majalah porno. Sedangkan anak perempuan lebih tertarik terhadap nilai yang berorientasi pada hubungan seksual dalam opera sabun dan membaca majalah remaja.