Perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial antara remaja laki - laki dan remaja perempuan.

(1)

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PRIVACY DI SITUS JEJARING SOSIAL ANTARA REMAJA LAKI - LAKI DAN REMAJA PEREMPUAN

Felicita Noviani Tyas Utami

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial antara remaja laki – laki dan remaja perempuan. Peneliti berhipotesis bahwa terdapat perbedaan sikap antara remaja laki – laki dan remaja perempuan terhadap privacy di situs jejaring sosial, yakni remaja perempuan lebih bersikap kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial daripada remaja laki – laki. Subjek penelitian ini berjumlah 136 remaja yang terdiri dari 60 orang remaja laki – laki dan 76 orang remaja perempuan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Sikap terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial dengan bentuk skala Likert. Skala tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0,808. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial yang signifikan antara remaja laki – laki

dan remaja perempuan dengan signifikansi 0,000 (p ≤ 0,05). Remaja perempuan memiliki sikap

kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial dibanding remaja laki – laki. Kata kunci : sikap, privacy, situs jejaring sosial, remaja, laki – laki, perempuan.


(2)

THE DIFFERENCES ATTITUDES TOWARD PRIVACY IN SOCIAL NETWORKING SITES BETWEEN MALE ADOLESCENCES AND

FEMALE ADOLESCENCES

Felicita Noviani Tyas Utami

ABSTRACT

This study aimed to determine attitude differences toward privacy in social networking sites between male adolescences and female adolescences. Researcher hypothesizes that there were attitude differences between male adolescences and female adolescences toward privacy in social networking sites, which female adolescences have less positive attitudes toward privacy in social networking sites rather than male adolescences. The subjects were 136 adolescences, that consist of 60 male adolescences and 76 female adolescences. The data collection method used Attitude toward Privacy in Social Networking Sites Scale in the form of Likert Scale. This scale had 0,808 reliability. The data analysis was done with Independent Sample T – Test. Finally, the result showed that there were significant attitude differences toward privacy in social networking sites between male adolescences and female adolescences with significance of 0,000 (p ≤ 0,05). Female adolescences had less positive attitudes toward privacy in social networking sites rather than male adolescences.


(3)

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PRIVACY DI SITUS

JEJARING SOSIAL ANTARA REMAJA LAKI

LAKI DAN

REMAJA PEREMPUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Felicita Noviani Tyas Utami NIM : 099114061

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

(5)

(6)

iv

HARAPAN BUKANLAH SEBUAH MIMPI,

NAMUN SEBUAH CARA UNTUK MEMBUAT MIMPI

MENJADI KENYATAAN

Jangan pernah berhenti belajar hanya karena

kamu tidak menyukainya. Kadang

kadang

pelajaran paling berharga dalam hidup diperoleh

dari pengalaman paling menyebalkan -A.S-


(7)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk

Keluargaku

dan

semua yang telah membantu

dan mendukung saya selama penyusunan karya ini


(8)

(9)

vii

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PRIVACY DI SITUS JEJARING SOSIAL ANTARA REMAJA LAKI - LAKI DAN REMAJA PEREMPUAN

Felicita Noviani Tyas Utami

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial antara remaja laki – laki dan remaja perempuan. Peneliti berhipotesis bahwa terdapat perbedaan sikap antara remaja laki – laki dan remaja perempuan terhadap privacy di situs jejaring sosial, yakni remaja perempuan lebih bersikap kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial daripada remaja laki – laki. Subjek penelitian ini berjumlah 136 remaja yang terdiri dari 60 orang remaja laki – laki dan 76 orang remaja perempuan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Sikap terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial dengan bentuk skala Likert. Skala tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0,808. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial yang signifikan antara remaja laki – laki

dan remaja perempuan dengan signifikansi 0,000 (p ≤ 0,05). Remaja perempuan memiliki sikap

kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial dibanding remaja laki – laki. Kata kunci : sikap, privacy, situs jejaring sosial, remaja, laki – laki, perempuan.


(10)

viii

THE DIFFERENCES ATTITUDES TOWARD PRIVACY IN SOCIAL NETWORKING SITES BETWEEN MALE ADOLESCENCES AND

FEMALE ADOLESCENCES

Felicita Noviani Tyas Utami

ABSTRACT

This study aimed to determine attitude differences toward privacy in social networking sites between male adolescences and female adolescences. Researcher hypothesizes that there were attitude differences between male adolescences and female adolescences toward privacy in social networking sites, which female adolescences have less positive attitudes toward privacy in social networking sites rather than male adolescences. The subjects were 136 adolescences, that consist of 60 male adolescences and 76 female adolescences. The data collection method used Attitude toward Privacy in Social Networking Sites Scale in the form of Likert Scale. This scale had 0,808 reliability. The data analysis was done with Independent Sample T – Test. Finally, the result showed that there were significant attitude differences toward privacy in social networking sites between male adolescences and female adolescences with significance of 0,000 (p ≤ 0,05). Female adolescences had less positive attitudes toward privacy in social networking sites rather than male adolescences.


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaanNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Perbedaan Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial antara Remaja Laki - laki dan Remaja Perempuan” ini dengan baik. Berbagai proses

telah terlewati dari awal hingga akhir pengerjaan skripsi. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut membantu dan memberi dukungan bagi penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. C. Siswa Widyatmoko, M. Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

2. A. Tanti Arini, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing penulis selama proses bimbingan. Terima kasih juga atas kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

3. Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. dan Agnes Indar Etikawati, M.Si., Psi. selaku dosen penguji yang telah bersedia memberi kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Semua dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa studi.


(13)

xi

6. Para sahabat terbaik, Monika Nur Indah Sari, Lisabetha Elok Reno Viasti, Yulia Meirani Indah Arditia, Elisabet Raras Pramudita, Lucia Nino Widiasmoro Dewati, Stenny Prawitasari (terima kasih „les‟ gratisnya), Amelia Noviani Arminingtyas, dan juga Fransisca Paula Genevra Aprodita, dan semua yang sudah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Seluruh keluarga SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan, Bruder Kepala

Sekolah, Bu Yani, Pak Ratin, dan Miss Atin terima kasih sudah boleh mengganggu jam mengajarnya.

8. Seluruh responden yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, siswa SMA Van Lith (kelas X5, XIS1, dan XIIA3) dan mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013.

9. Para karyawan Fakultas Psikologi yang sudah membantu dan memberi kemudahan dalam penyelesaian skripsi.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa karya ini kurang sempurna, oleh karena itu penulis bersedia menerima saran dan kritik tentang karya ini. Akhirnya, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca dan dalam bidang Psikologi.


(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat teoritis ... 7


(15)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Privacy ... 8

B. Privacy di Situs Jejaring Sosial ... 8

C. Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial ... 10

1. Pengertian ... 10

2. Aspek sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial ... 11

3. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial ... 13

D. Remaja ... 14

1. Pengertian remaja ... 14

2. Perbedaan remaja laki – laki dan remaja perempuan ... 16

E. Dinamika Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial antara Remaja Laki – laki dan Remaja Perempuan ... 21

F. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Identifikasi Variabel ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

1. Sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial ... 26

2. Jenis kelamin ... 28


(16)

xiv

E. Metode Pengumpulan Data ... 28

1. Metode skala ... 28

2. Metode kuesioner ... 31

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 31

1. Uji coba alat ukur penelitian ... 31

2. Hasil seleksi item ... 32

G. Validitas dan Reliabilitas ... 34

1. Validitas ... 34

2. Reliabilitas ... 34

H. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Pelaksanaan Penelitian ... 36

B. Deskripsi Data Penelitian ... 37

C. Hasil Penelitian ... 38

1. Uji asumsi ... 38

2. Uji hipotesis... 40

D. Pembahasan ... 40

E. Keterbatasan Penelitian ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45


(17)

xv

2. Untuk pendamping remaja ... 46

3. Untuk penelitian selanjutnya ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Distribusi Item Skala Sikap Terhadap Privacy di

Situs Jejaring Sosial ... 30

Tabel 3.2 Pemberian Skor Skala Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial ... 31

Tabel 3.3 Distribusi Item yang Lolos Uji Coba ... 33

Tabel 3.4 Distribusi Item pada Skala Penelitian ... 33

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 37

Tabel 4.2 Perbandingan Mean Teoritik dengan Mean Empirik ... 37

Tabel 4.3 Uji t Satu Sampel pada Remaja Laki – laki dan Perempuan ... 38

Tabel 4.4 Uji Normalitas ... 39

Tabel 4.5 Uji Homogenitas ... 39


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skala uji coba... 52

Lampiran 2 Hasil Seleksi Item dan Reliabilitas ... 64

Lampiran 3 Skala Penelitian ... 68

Lampiran 4 Hasil Uji t Satu Sampel ... 77

Lampiran 5 Uji Normalitas ... 79


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jejaring sosial merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Di Indonesia, sampai bulan Desember 2012, jumlah pengguna akun Facebook mencapai 44,6 juta akun dengan 53% penggunanya adalah remaja di bawah 18 tahun (solopos.com, 2012). Sedangkan pengguna akun Twitter di Indonesia mencapai 19,5 juta akun (solopos.com, 2012) dengan 62,9% penggunanya yaitu remaja di bawah 21 tahun (beritagar.com, 2013). Tingginya jumlah remaja pengguna Twitter di Indonesia membuat Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia dalam hal

update tweet‟ di Twitter (dwikisetiyawan.wordpress.com, 2012). Data

tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cukup aktif dalam menggunakan situs jejaring sosial. Selain itu, perempuan juga lebih aktif dalam menggunakan jejaring sosial (mediabistro.com, 2013). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya data dari Pew Research Center (2011) bahwa 63% pengguna situs jejaring sosial adalah perempuan.

Sebagai media komunikasi, situs jejaring sosial memiliki dampak positif, yaitu dapat membantu penggunanya untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus bertatap muka. Pengguna dapat mengirimkan pesan, menulis komentar, bahkan menuliskan kejadian apa yang terjadi saat itu.


(21)

Selain itu, penelitian Lee, Im, dan Taylor (2008) menemukan bahwa penggunaan situs jejaring sosial akan membantu seseorang dalam menjaga relasi dengan orang lain agar menjadi lebih baik. Di samping itu, penelitian Goswami, Kobler, Leimeister, dan Krcmar (2010) menunjukkan bahwa penggunaan situs jejaring sosial dapat meningkatkan dukungan sosial.

Selain memiliki dampak positif, situs jejaring sosial juga memiliki dampak negatif. Menurut Lee, Im, dan Taylor (2008) seseorang akan menjadi terbiasa mengakses situs jejaring sosial setiap saat dan mengungkapkan segala sesuatu di situs tersebut sehingga kebiasaan ini akan menjadi sulit untuk dihentikan. Hal serupa juga dikatakan oleh Guan dan Subrahmanyam (2009) yang menyebutkan bahwa penggunaan internet secara berlebihan akan mengakibatkan kecanduan internet (Internet Addiction).

Dampak negatif lain dari situs jejaring sosial adalah adanya kasus penipuan melalui Facebook yang belakangan ini marak terjadi. Seperti salah satu kasus yang dikutip dari tribunnews.com tanggal 11 Januari 2013, yakni tertangkapnya seorang laki – laki karena mencuri motor seorang wanita yang ia kenal di Facebook. Laki – laki ini dengan sengaja memalsukan identitasnya sehingga membuat korban tertarik padanya (tribunnews.com, 2013). Banyak kasus serupa yang terjadi di Indonesia dan mayoritas korbannya adalah perempuan.

Kasus perempuan yang menjadi korban kejahatan melalui situs jejaring sosial setiap tahun makin bertambah. Hal ini dibuktikan dengan adanya data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak mengenai kasus


(22)

pemerkosaan pada remaja perempuan oleh kenalannya di media sosial. Kasus tersebut muncul tahun 2011 dengan jumlah kasus sebanyak 36 kasus. Tahun 2012 kasus yang ditangani sejumlah 29 kasus dan sampai Maret 2013 jumlah kasus naik menjadi 37 kasus (kompas.com, ’Awas Bujukan di Media Sosial’, 2013).

Semakin banyaknya kasus kejahatan melalui situs jejaring sosial yang menimpa remaja perempuan ini menjadi keprihatinan sendiri bagi penulis. Maraknya kasus ini tentu tidak terlepas dari kesadaran pengguna dalam menjaga privacy di situs jejaring sosial. Menurut Altman (Margulis dalam Trepte & Reinecke, 2011), privacy adalah kontrol yang selektif terhadap akses pada diri seseorang. Elmi, Iahad, dan Ahmed (2012) mengatakan bahwa kesadaran dalam menjaga privacy mempengaruhi jumlah pengungkapan diri (self – disclosure). Hal ini berarti semakin seseorang menyadari pentingnya privacy di situs jejaring sosial, maka ia akan semakin mengontrol

pengungkapan diri mereka di situs jejaring sosial.

Walrave, Vanwesenbeeck, dan Heirman (2012) menemukan bahwa pada anak usia remaja, penggunaan atau pemanfaatan privacy setting untuk melindungi data atau informasi di situs jejaring sosial masih kurang maksimal. Remaja lebih banyak mengungkapkan hal pribadi dibandingkan dengan mereka yang sudah berusia dewasa. Pengungkapan hal pribadi di situs jejaring sosial dapat disalahgunakan oleh orang lain yang membacanya. Penyalahgunaan informasi tentang pribadi di situs jejaring sosial seharusnya dapat dihindari karena menjaga privacy di sebuah situs jejaring sosial tidaklah


(23)

sulit. Hal tersebut dibuktikan dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Madden, dkk. (2013) tentang remaja, media sosial, dan privacy. Dalam survei yang melibatkan 802 remaja usia 12 – 17 tahun di Amerika, menyebutkan bahwa sekitar 56% remaja pengguna Facebook mengatakan bahwa sama sekali tidak sulit untuk mengatur privacy pada profil akun mereka.

Untuk melindungi informasi yang diungkapkan di situs jejaring sosial (misalnya Facebook), pengguna jejaring sosial juga perlu memahami kebijakan privasi (privacy policy) yang terdapat di situs jejaring sosial sehingga pengguna mengetahui bagaimana informasi tentang diri mereka dapat dilindungi. Namun dari hasil penelitian Raus, Tah, dan Yahya (2013) menunjukkan bahwa 55,1% responden tidak membaca privacy policy tersebut. Alasan yang paling banyak diungkapkan oleh responden adalah membaca privacy policy memerlukan banyak energi (43,4%). Alasan lain yang diungkapkan responden yaitu kebijakan privasi di Facebook sulit untuk dipahami (33,6%), responden yang tidak menyadari pentingnya kebijakan tersebut (19,7%), dan responden yang sudah percaya pada situs ini maka mereka tidak lagi perlu membaca privacy policy yang ada (2,9%).

Data tersebut menunjukkan bahwa pengguna situs jejaring sosial masih kurang maksimal dalam menjaga privacy di situs jejaring sosial. Hasil penelitian Debatin, Lovejoy, Horn, Hughes (2009) serta Ziegele dan Quiring (dalam Trepte & Reinecke, 2011) juga menemukan bahwa pengguna situs jejaring sosial tampak mengabaikan risiko yang dapat terjadi karena kurang menjaga privacy di situs jejaring sosial. Hal tersebut dapat dilihat dari


(24)

pengguna yang tidak akan mengubah privacy setting di situs jejaring sosial jika mereka hanya mendengar hal negatif terjadi pada orang lain. Akan tetapi, mereka akan mengambil tindakan untuk melindungi informasi tentang diri mereka jika hal negatif sudah mereka alami sendiri. Hal ini membuat pengguna situs jejaring sosial menganggap bahwa apa yang menimpa orang lain belum tentu menimpa diri mereka sehingga tidak perlu mengkhawatirkan adanya risiko yang akan terjadi pada diri mereka.

Para pengguna situs jejaring sosial juga lebih banyak menggunakan situs tersebut untuk berinteraksi dengan orang lain yang relasinya tidak dekat (orang asing atau orang baru dikenal) daripada untuk berinteraksi dengan orang atau teman dekatnya sendiri (Waters & Ackerman, 2011). Remaja yang terlalu terbuka pada orang yang belum dikenal dapat meningkatkan risiko dirinya dimanfaatkan oleh orang lain.

Hasil – hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengguna yang kurang maksimal menjaga privacy dapat mengalami risiko kejahatan di situs jejaring sosial. Banyaknya kasus kejahatan yang menimpa remaja perempuan melalui situs jejaring sosial menimbulkan pertanyaan apakah hal ini berkaitan dengan karakteristik perempuan pada umumnya yang membuat mereka lebih berisiko menjadi korban kejahatan melalui situs jejaring sosial dibanding laki

– laki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak melakukan pengungkapan informasi tentang diri mereka dan mengunggah foto diri mereka di akun jejaring sosial daripada laki – laki (Thelwall, M.


(25)

dalam Trepte & Reinecke, 2011). Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Kim dan Dindia (2008). Dalam penelitiannya mengenai gender, budaya, dan pengungkapan diri pada situs jejaring sosial, menemukan bahwa dalam penggunaan fasilitas di situs jejaring sosial, perempuan lebih banyak mengunggah foto daripada laki – laki. Sedangkan dalam penggunaan situs jejaring sosial, laki – laki lebih banyak menulis atau posting suatu tulisan di profil jejaring sosialnya dibandingkan perempuan. Selain itu, dalam berinteraksi di situs jejaring sosial, laki – laki justru lebih banyak menggunakan alamat anonim atau samaran/ palsu. Selain itu, dalam menanggapi pertanyaan yang sifatnya pribadi, laki – laki sering memberikan informasi yang tidak sebenarnya (Thelwall, M. dalam Trepte & Reinecke, 2011). Hasil – hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja perempuan pengguna situs jejaring sosial memiliki perilaku yang kurang menjaga privacy di situs jejaring sosial. Untuk memahami lebih jauh mengenai remaja perempuan dalam menjaga privacy di situs jejaring sosial, perlu dilakukan penelitian dengan mengukur sikap remaja perempuan terhadap penjagaan privacy di situs jejaring sosial.

Perilaku yang tampak merupakan perwujudan dari sikap seseorang terhadap suatu hal (Sarwono & Meinarno, 2009). Sikap merupakan evaluasi seseorang secara subjektif terhadap suatu objek sikap (Eagly & Chaiken, dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Dalam penelitian ini, untuk melihat sikap remaja perempuan terhadap privacy di situs jejaring sosial, peneliti akan membandingkannya dengan remaja laki – laki.


(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah

”Apakah dibanding remaja laki – laki, remaja perempuan memiliki sikap yang kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah remaja perempuan memiliki sikap yang kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial bila dibandingkan dengan remaja laki – laki.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Untuk menambah atau memperkaya kajian teoritis dalam bidang Psikologi, khususnya Psikologi Komunikasi sehingga dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sikap remaja perempuan terhadap penjagaan privacy di situs jejaring sosial. Bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam mendidik dan mengawasi pertumbuhan dan perkembangan anak pada era digital saat ini.


(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Privacy

Privacy merupakan suatu pengendalian atas transaksi atau hubungan

seseorang dengan orang lain yang bertujuan untuk meningkatkan otonomi dan meminimalkan hal – hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi (Margulis, 2005). Altman (dalam Trepte & Reinecke, 2011) mendefinisikan privacy sebagai kontrol yang selektif terhadap akses pada diri kita. Selain itu, Ellison, Vitak, Steinfield, Gray, dan Lampe (Trepte & Reinecke, 2011) menyebutkan bahwa privacy adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan kapan, seberapa banyak, dan bagaimana informasi pribadi dikomunikasikan kepada orang lain.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa privacy merupakan suatu pengendalian yang dilakukan seseorang untuk meminimalkan akses terhadap diri.

B. Privacy di Situs Jejaring Sosial

Situs jejaring sosial merupakan suatu layanan berbasis web yang memungkinkan penggunanya untuk bergabung dengan membuat profil diri, mengajak teman untuk memiliki akses di profil tersebut, dan dapat saling mengirim email atau pesan singkat. Profil ini berisi informasi pribadi pemilik


(28)

akun tersebut yang terdiri dari beberapa jenis informasi, seperti foto, video, blog, data diri, dan lain sebagainya (Kaplan & Haenlein, 2009). Profil dari akun seseorang di situs jejaring sosial ini dapat dilihat oleh siapapun yang sudah terdaftar di situs tersebut. Meskipun demikian, tingkat visibilitas tersebut dapat diatur sesuai dengan kemauan pemilik akun (Boyd & Ellison, 2008).

Di situs jejaring sosial, seseorang dapat menuliskan hal apapun seperti menulis pesan ke orang lain, berbagi foto atau video, dan beberapa hal lain yang dapat dilakukan di jejaring sosial, termasuk menuliskan identitas diri untuk melengkapi data yang ada (Boyd & Ellison, 2008). Apabila tidak berhati – hati dalam berjejaring sosial, informasi yang ditulis di jejaring sosial tersebut dapat disalahgunakan. Oleh karena itu, perlu untuk menjaga privasi di situs jejaring sosial.

Untuk menjaga atau melindungi akun dari adanya ancaman terhadap privasi, pengguna dapat menggunakan privacy setting yang ada di situs jejaring sosial dan mengendalikan pengungkapan informasi tentang diri (Joinson, Houghton, Vasalou, & Marder, dalam Trepte & Reinecke, 2011). Penggunaan privacy setting situs jejaring sosial dapat dilakukan dengan cara mengubah pengaturan umum. Contohnya dengan mengubah visibilitas profil atau data demografi dari yang dapat dilihat oleh semua orang menjadi hanya dapat dilihat oleh teman di jejaring sosial atau orang – orang tertentu. Selain itu, tidak memilih pengaturan yang dapat membuat akun selalu terbuka (keep


(29)

informasi tentang diri dapat dilakukan dengan cara membatasi keluasan dan kedalaman informasi yang ditulis di situs jejaring sosial, seperti tidak menceritakan semua kegiatan yang sedang dilakukan secara rinci.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa privacy di situs jejaring sosial adalah suatu pengendalian yang dilakukan seseorang untuk menjaga atau meminimalkan akses pada akun jejaring sosial melalui penggunaan

privacy setting yang tersedia di situs jejaring sosial dan pengendalian

pengungkapan informasi diri.

C. Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial

1. Pengertian

Sikap berasal dari bahasa Latin, yaitu “aptus” yang berarti keadaan

sehat dan siap melakukan aksi atau tindakan. Berdasarkan pengertian tersebut, Sarwono dan Meinarno mendefinisikan sikap sebagai suatu proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek (Sarwono & Meinarno, 2009). Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2003), sikap merujuk pada evaluasi kita terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap objek tertentu. Sikap tersebut bersifat relatif menetap dan tidak

berubah (Mar‟at, 1982).

Privacy di situs jejaring sosial adalah suatu pengendalian yang


(30)

jejaring sosial melalui penggunaan privacy setting yang tersedia di jejaring sosial dan pengendalian pengungkapan informasi diri.

Dari definisi tersebut, yang dimaksud dengan sikap terhadap

privacy di situs jejaring sosial adalah evaluasi seseorang terhadap suatu

usaha pengendalian yang dilakukan seseorang untuk meminimalkan akses pada akun melalui penggunaan privacy setting yang ada di situs jejaring sosial dan pengendalian pengungkapan informasi diri. Dengan demikian, objek sikap dalam penelitian ini adalah privacy di situs jejaring sosial, yang terdiri dari dua komponen, yaitu sikap terhadap pengendalian pengungkapan informasi tentang diri dan sikap terhadap penggunaan

privacy setting yang ada di jejaring sosial. Sikap dapat bersifat positif dan

negatif. Sikap positif merupakan sikap yang mendukung privacy di situs jejaring sosial. Sedangkan sikap negatif merupakan sikap yang tidak mendukung privacy di situs jejaring sosial.

2. Aspek sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial

Menurut Azwar (2005), sikap terdiri dari tiga aspek berikut: a. Aspek kognitif

Aspek kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah diketahui atau dilihat oleh seseorang. Berdasarkan apa yang telah diketahui inilah lalu terbentuk suatu ide


(31)

atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Hal itu akan menjadi dasar pengetahuan seseorang kemudian hari.

b. Aspek afektif

Aspek afektif merupakan aspek yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Aspek ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek. Reaksi emosional ini banyak dipengaruhi oleh apa yang dipercayai seseorang terhadap objek.

c. Aspek perilaku/ konatif

Aspek perilaku menunjukkan tentang bagaimana perilaku seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa keyakinan/ kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Dengan kata lain, bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi atau stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek sikap dalam kaitannya dengan privacy di situs jejaring sosial, yaitu:

a. Aspek kognitif yang berisi keyakinan atau pandangan seseorang mengenai pentingnya privacy di situs jejaring sosial.

b. Aspek afektif meliputi munculnya perasaan tertentu dengan terjaganya


(32)

c. Aspek perilaku atau konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan perilaku seseorang dalam menjaga privacy di situs jejaring sosial.

3. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat atau melibatkan faktor emosional (Azwar, 2005). Dalam kaitannya dengan

privacy di situs jejaring sosial, seseorang akan mengambil tindakan

untuk melindungi informasi tentang diri di situs jejaring sosialnya jika suatu hal negatif sudah menimpa dirinya. Jika seseorang hanya mendengar dan melihat kejadian negatif itu terjadi pada orang lain, ia tidak akan mengambil tindakan untuk menjaga privacy mereka di situs jejaring sosial (Debatin, Lovejoy, Horn, & Hughes, 2009).

b. Media massa

Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan yang dapat memberikan sugesti sehingga mengarahkan opini seseorang. Informasi tersebut memberikan landasan kognitif baru bagi


(33)

terbentuknya sikap seseorang terhadap suatu hal (Azwar, 2005). Terkait dengan privacy di situs jejaring sosial, media dapat menjadi sarana dalam memberikan pengetahuan bagi pengguna jejaring sosial untuk berhati – hati dan menjaga informasi tentang dirinya. Pengetahuan tersebut tidak hanya terbatas mengenai risiko yang mungkin terjadi, tetapi juga dapat berupa cara menjaga privacy dan manfaat menjaga privacy di dunia maya. Dengan pengetahuan tersebut, seseorang akan memiliki pandangan tersendiri terhadap privacy sehingga akan membentuk sikap tertentu.

c. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang menentukan sikap seseorang adalah faktor usia (Walgito, 2003). Terkait dengan privacy di situs jejaring sosial, seorang remaja kurang mempedulikan risiko yang berkaitan dengan situs jejaring sosial sehingga mereka kurang membatasi

privacy data atau informasi mereka di situs jejaring sosial dibanding

dengan orang yang berusia dewasa (Walrave, Vanwesenbeeck, & Heirman, 2012).

D. Remaja

1. Pengertian remaja

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai

suatu masa ketika:


(34)

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual;

b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa;

c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Menurut G. Stanley Hall, masa remaja merupakan masa “badai dan stress”, yaitu suatu masa di saat seseorang mengalami banyak konflik dan

perubahan suasana hati (Santrock, 1996). Selain itu, Papalia, Olds, dan Feldman (2008) juga mendefinisikan masa remaja sebagai masa peralihan antara masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial.

WHO memiliki batasan usia remaja, yaitu 10 – 20 tahun. Dari batasan tersebut, WHO membagi menjadi dua bagian, yaitu usia remaja awal yaitu 10 – 14 tahun dan remaja akhir yaitu usia 15 – 20 tahun. Di Indonesia, batasan usia remaja adalah rentang usia 14 – 24 tahun (Sanderowitz, Paxman, Hanifah, & Muangman, dalam Sarwono, 2007). Santrock (1996) juga memberikan batasan masa remaja yang dimulai kira

– kira usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun. Selain itu, Papalia, Olds, dan Feldman (2008) membatasi masa remaja dari usia 11 sampai awal 20 tahunan dengan membagi dua bagian, yaitu remaja awal (11 – 14 tahun) dan remaja akhir (15 – 20 tahun).


(35)

Selama masa remaja, menurut Erikson, tugas perkembangan seseorang adalah menghadapi krisis dari identitas versus kekacauan identitas untuk menjadi orang dewasa. Dengan kata lain, masa remaja adalah masa pencarian identitas. Remaja akan mengeksplorasi diri mereka dengan berbagai peran dan mencoba beberapa pengalaman yang nantinya akan membentuk identitas diri mereka (Papalia, Olds, & Feldman, 2008; Santrock, 2007). Untuk mencapai pembentukan identitas diri, remaja lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman bersama teman sebayanya daripada dengan keluarga (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan individu yang mencakup perkembangan fisik, kognitif, psikologis, dan sosial – ekonomi dengan batasan usia masa remaja dimulai dari sekitar usia 11 tahun hingga awal usia 20 tahun yang terdiri dari dua bagian, yaitu remaja awal (11 – 14 tahun) dan remaja akhir (15 – 20 tahun) (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Selama masa remaja, seseorang akan mencari identitas dengan mencoba mengeksplorasi diri mereka dengan berbagai pengalaman termasuk dengan teman sebayanya.

2. Perbedaan remaja laki – laki dan remaja perempuan

Laki – laki dan perempuan secara umum memiliki karakteristiknya masing – masing. Dalam hal pengungkapan diri, perempuan dan laki – laki memiliki perbedaan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil penelitian


(36)

Foubert dan Sholley (1996) yang menemukan bahwa perempuan lebih terbuka daripada laki – laki. Selain itu, Dindia dan Allen (Derlega, Winstead, & Greene, 2007) juga menegaskan bahwa perempuan lebih terbuka mengenai pribadinya daripada laki – laki.

Perbedaan tersebut ada dalam diri laki – laki dan perempuan secara umum. Pada penelitian ini, laki – laki dan perempuan lebih dikhususkan lagi dalam konteks remaja. Berikut adalah perbedaan remaja laki – laki dan remaja perempuan.

a. Perkembangan fisik remaja

Dalam perkembangan fisik, remaja laki – laki dan perempuan memiliki perbedaan yang cukup terlihat, terutama dalam karakteristik fisik dan organ reproduksi. Karakteristik seks primer pada perempuan, yaitu indung telur, tuba falopi, rahim, dan vagina, sedangkan pada laki

– laki, yaitu testis, penis, skrotum, kelenjar prostat, dan vesikula seminalis. Pada saat remaja, organ – organ tersebut menjadi lebih besar dan matang. Sedangkan karakteristik seks sekunder yang tampak pada remaja perempuan, yaitu pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, muncul rambut ketiak, perubahan suara, perubahan kondisi kulit, dan bertambah lebarnya panggul. Selanjutnya karakteristik seks sekunder pada laki – laki tampak dari pertumbuhan rambut kemaluan, pertumbuhan rambut ketiak, perkembangan otot, perubahan suara, dan bahu menjadi lebih bidang (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).


(37)

b. Perkembangan sosioemosi remaja

Pada masa remaja, seseorang akan lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan teman. Pada masa tersebut, remaja mulai lebih mengandalkan teman daripada orang tua untuk mendapat kedekatan, dukungan, dan dapat berbagi rahasia. Dalam hal keakraban atau kedekatan satu sama lain terdapat perbedaan antara remaja perempuan dan remaja laki – laki. Remaja perempuan cenderung lebih dekat satu sama lain dengan sering berbagi rahasia daripada remaja laki – laki. Menurut Buhrmester, pertemanan menjadi tempat yang aman untuk menyatakan pendapat, mengakui kelemahan, dan mencari bantuan untuk menyelesaikan masalah (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

Dalam bersosialisasi selama masa remaja ini, remaja perempuan dan remaja laki – laki juga berbeda saat mereka melakukan percakapan. Laki – laki menguasai performa verbal seperti bercerita, bercanda, dan berceramah tentang suatu informasi atau biasa disebut report talk. Sedangkan perempuan lebih menyukai percakapan pribadi dan pembicaraan yang berorientasi pada suatu hubungan atau

rapport talk. Selain itu, perempuan juga lebih senang menghabiskan

waktu untuk duduk bersama dan bercakap – cakap (Tannen, dalam Santrock, 1996).

Perbedaan karakteristik remaja laki – laki dan remaja perempuan juga tampak dalam hal agresi. Di beberapa budaya, remaja


(38)

laki – laki lebih agresif khususnya secara fisik (White dalam Santrock, 2007). Sedangkan remaja perempuan memiliki kecenderungan lebih besar untuk terlibat dalam agresi relasional (relational aggression). Agresi jenis ini melibatkan perilaku seperti mencoba membuat orang lain tidak menyukai orang tertentu dengan cara menyebarkan isu yang tidak baik tentang orang tersebut (Crick & Underwood dalam Santrock, 2007).

Dalam hal emosi, Ruble, Martin, dan Berenbaum berpendapat bahwa saat usia remaja, perempuan lebih banyak mengungkapkan perasaan sedih, malu dan bersalah. Sementara laki – laki cenderung untuk menyangkal bahwa mereka merasakan hal – hal tersebut (Santrock, 2007). Hal tersebut didukung oleh penelitian Sultan & Chaudry (2008) yang mengatakan bahwa laki – laki ingin lebih menunjukkan kekuatannya, sedangkan perempuan lebih menunjukkan ketakutannya. Hal tersebut dapat terjadi karena perempuan cenderung lebih peka terhadap perasaan dan cenderung lebih emosional. Sedangkan laki – laki cenderung tidak banyak mengekspresikan emosinya (Santrock, 1996).

c. Laki – laki dan perempuan dalam teknologi komunikasi

Seiring berkembangnya teknologi saat ini membuat remaja juga menggunakan situs jejaring sosial untuk bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain. Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan


(39)

antara remaja laki – laki dan remaja khususnya ketika berinteraksi melalui situs jejaring sosial.

Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa perempuan lebih terbuka daripada laki – laki (Foubert & Sholley, 1996; Dindia & Allen, dalam Derlega, Winstead, & Greene, 2007), penelitian Paluckaite dan Matulaitiene (2012) juga semakin menegaskan hasil penelitian tersebut. Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa perempuan lebih mendalam ketika mengungkapkan diri khususnya saat berinteraksi di dunia maya. Pengungkapan diri tersebut termasuk dalam hal mengungkapkan perasaan dan informasi pribadi dirinya.

Selain itu, dalam penggunaan situs jejaring sosial, remaja laki – laki dan perempuan juga berbeda. Remaja laki – laki lebih sering menggunakan alamat anonim atau palsu dalam mengisi identitas di situs jejaring sosial. Remaja laki – laki juga cenderung memberikan informasi yang tidak sebenarnya ketika menanggapi pertanyaan yang sifatnya pribadi (Thelwall, 2011). Selain itu, pada remaja laki – laki penggunaan situs jejaring sosial lebih digunakan untuk berbagi informasi. Berbeda halnya dengan remaja perempuan yang menggunakan situs jejaring sosial untuk menyimpan informasi (Waters & Ackerman, 2011).


(40)

E. Dinamika Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial antara Remaja Laki – laki dan Remaja Perempuan

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas. Pada masa ini, seseorang akan mengeksplorasi diri mereka dengan mencoba beberapa pengalaman (Papalia, Olds, & Feldman, 2008; Santrock, 2007). Untuk membentuk identitas diri, remaja menghabiskan waktu yang lebih banyak dengan teman – temannya daripada dengan keluarga untuk bersosialisasi atau saling berinteraksi untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

Seiring berkembangnya teknologi, cara remaja bersosialisasi tidak hanya dengan berinteraksi secara langsung tetapi juga dapat dilakukan melalui situs jejaring sosial. Di situs jejaring sosial, seseorang bisa saling bertukar informasi, mengunggah foto atau video, mengirim pesan satu sama lain, chatting, dan aktivitas lain (Boyd & Ellison, 2008). Meskipun pengguna bebas menuliskan apapun di akunnya, pengguna juga harus menyadari bahwa situs jejaring sosial memiliki sifat yang terbuka (dapat diakses atau dilihat orang lain). Oleh karena itu, pengguna harus dapat melindungi privasinya di situs jejaring sosial agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, menjaga privasi di situs jejaring sosial dapat dilakukan dengan cara mengendalikan informasi yang akan ditulis pemilik akun dan menggunakan fasilitas privacy setting yang tersedia di situs tersebut.

Dalam suatu proses interaksi, baik secara langsung maupun melalui jejaring sosial, laki – laki dan perempuan memiliki perbedaan. Perempuan


(41)

lebih terbuka daripada laki – laki (Foubert & Sholley, 1996; Dindia & Allen, dalam Derlega, Winstead, & Greene, 2007). Selain itu, perempuan juga lebih mendalam ketika mengungkapkan diri (seperti saat mengungkapkan perasaan dan informasi tentang dirinya) terutama dalam berinteraksi di dunia maya (Paluckaite & Matulaitiene, 2012).

Kecenderungan remaja perempuan yang lebih mendalam ketika mengungkapkan diri didukung oleh teori yang menyatakan bahwa perempuan lebih emosional dibanding laki – laki. Ruble, Martin, dan Berenbaum (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa saat usia remaja, perempuan lebih banyak mengungkapkan perasaan sedih, malu, dan bersalah. Sedangkan laki – laki cenderung menyangkal perasaan tersebut (Santrock, 2007). Teori tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Sultan dan Chaudry (2008) yang menemukan bahwa laki – laki ingin lebih menunjukkan kekuatannya, sedangkan perempuan lebih sering menunjukkan ketakutannya.

Perbedaan perilaku pengungkapan diri antara remaja laki – laki dan remaja perempuan mengindikasikan bahwa dibandingkan remaja perempuan, remaja laki – laki lebih melindungi privasinya. Adanya kecenderungan ini juga dapat dilihat dari perilaku mereka di situs jejaring sosial. Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak melakukan pengungkapan informasi tentang diri mereka dan mengunggah foto diri mereka di akun jejaring sosial dibanding laki – laki (Thelwall, M. dalam Trepte & Reinecke, 2011; Kim dan Dindia, 2008). Kemudian, dalam berinteraksi melalui situs jejaring sosial, laki – laki lebih banyak


(42)

menggunakan alamat anonim atau samaran/palsu dan sering memberikan informasi yang tidak sebenarnya ketika menanggapi pertanyaan yang bersifat pribadi (Thelwall, M. dalam Trepte & Reinecke, 2011).

Perilaku remaja perempuan yang lebih terbuka termasuk tentang perasaannya dan mengunggah foto dirinya menunjukkan bahwa mereka lebih mengabaikan penjagaan privacy diri di situs jejaring sosial. Selain itu, adanya fasilitas privacy setting di situs jejaring sosial justru menjadi penghambat bagi remaja perempuan dalam mengungkapkan dirinya di situs jejaring sosial. Oleh karena itu, remaja perempuan akan cenderung memiliki sikap yang kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial bila dibandingkan dengan remaja laki – laki.

Kecenderungan remaja laki – laki yang lebih menjaga informasi tentang dirinya mengindikasikan bahwa mereka lebih menjaga privacy di situs jejaring sosial. Oleh karena itu, adanya fasilitas privacy setting di situs jejaring sosial justru mendukung pengendalian pengungkapan informasi yang dilakukan. Hal tersebut membuat remaja laki – laki akan cenderung memiliki sikap yang lebih positif terhadap privacy di situs jejaring sosial daripada remaja perempuan.


(43)

Skema 2.1

Skema Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial

Karakteristik remaja perempuan :

- Lebih senang bercakap – cakap dan berbagi rahasia dengan teman.

- Lebih terbuka

- Lebih mendalam ketika mengungkapkan perasaan dan informasi tentang dirinya.

- Lebih banyak mengunggah foto diri mereka.

Karakteristik remaja laki – laki :

- Lebih sering menggunakan situs jejaring sosial untuk berbagi informasi bukan untuk menyimpan informasi pribadi.

- Lebih sering memberikan informasi yang tidak sebenarnya ketika ditanya masalah pribadi.

- Lebih sering menggunakan akun anonim/ samaran.

- Lebih mengabaikan privacy di jejaring sosial

- Pemanfaatan privacy setting di jejaring sosial menghambat pengungkapan informasi tentang diri melalui jejaring sosial.

- Lebih menjaga privacy di jejaring sosial

- Pemanfaatan privacy setting di jejaring sosial mendukung pembatasan/ pengendalian pengungkapan informasi tentang diri di jejaring sosial

-

Sikap kurang positif terhadap

privacy di situs jejaring sosial

Karakteristik remaja laki – laki dan perempuan dalam menggunakan

situs jejaring sosial

Sikap positif terhadap privacy di situs jejaring sosial


(44)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori tersebut, peneliti mengajukan hipotesis bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial antara remaja perempuan dan remaja laki – laki, yakni remaja perempuan memiliki sikap kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial dibandingkan remaja laki – laki.


(45)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji perbedaan atau membandingkan dua kelompok pada satu variabel (Siregar, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan atau menguji perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial antara remaja perempuan dan remaja laki – laki.

B. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini, variabel yang menjadi objek penelitian adalah : 1. Variabel tergantung : Sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial 2. Variabel bebas : Jenis kelamin

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu: 1. Sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial

Sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial adalah evaluasi seseorang terhadap suatu usaha pengendalian yang dilakukan seseorang untuk meminimalkan akses pada akun melalui penggunaan privacy setting


(46)

yang ada di situs jejaring sosial dan pengendalian pengungkapan informasi diri. Sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial dapat diketahui melalui skala yang dibuat oleh peneliti, yaitu skala sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial. Sikap tersebut terdiri atas tiga aspek dan setiap aspek terdiri atas dua komponen objek sikap. Adapun aspek – aspek tersebut sebagai berikut:

a. Aspek kognitif yang berisi keyakinan atau pandangan seseorang mengenai pentingnya privacy di situs jejaring sosial (meliputi pengendalian pengungkapan informasi tentang diri dan penggunaan

privacy setting di situs jejaring sosial).

b. Aspek afektif yaitu munculnya perasaaan aman dan nyaman dengan terjaganya privacy di situs jejaring sosial (meliputi pengendalian pengungkapan informasi tentang diri dan penggunaan

privacy setting di situs jejaring sosial).

c. Aspek konatif berupa kecenderungan seseorang dalam menjaga

privacy di situs jejaring sosial (meliputi pengendalian pengungkapan informasi tentang diri dan penggunaan privacy

setting di situs jejaring sosial).

Dari skala tersebut, jika semakin tinggi skor total skala maka semakin positif sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial.


(47)

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin dapat diketahui dari laporan subjek tentang jenis kelaminnya pada kuesioner yang telah disediakan.

D. Subjek Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Pada teknik ini subjek dipilih secara sembarang asalkan memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi tertentu (Morissan, Corry, & Hamid, 2012). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu:

1. Remaja laki – laki dan perempuan yang berusia 15 – 20 tahun. 2. Memiliki akun di situs jejaring sosial

3. Belum pernah mengalami ancaman atau gangguan terhadap privacy di situs jejaring sosial.

Peneliti memilih subjek penelitian remaja berusia 15 – 20 tahun atau yang tergolong remaja akhir karena pada usia tersebut seseorang sudah mulai memiliki kestabilan termasuk dalam menunjukkan sikap dan pandangan terhadap suatu hal (Kartono, 2006; Al-Mighwar, 2006).

E. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Skala

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial. Skala ini


(48)

disusun oleh peneliti berdasarkan tiga aspek sikap, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku atau konatif.

Dalam menyusun skala, peneliti membuat blue print terlebih dahulu. Blue print memuat uraian komponen – komponen variabel yang harus dibuat itemnya, proporsi item dalam masing – masing komponen, dan dapat memuat indikator – indikator perilaku dalam setiap komponen. Dalam penulisan item, blue print menggambarkan isi skala dan menjadi acuan bagi penulis dalam merumuskan item (Azwar, 2010).

Pada penelitian ini, aspek sikap yang akan diukur terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Sedangkan untuk komponen objek sikap, yaitu privacy di situs jejaring sosial, dapat dilihat dari pengendalian subjek dalam mengungkapkan informasi tentang dirinya dan penggunaan privacy setting di situs jejaring sosial. Pengendalian pengungkapan informasi tentang diri misalnya tidak terlalu sering mengungkapkan suasana hati di situs jejaring sosial dan tidak menuliskan identitas secara detail seperti nomor handphone atau alamat tempat tinggal. Sedangkan sikap terhadap penggunaan privacy setting misalnya mengatur visibilitas akun agar tidak dapat dilihat oleh sembarang orang.

Dalam skala penelitian ini, pernyataan yang favorable merupakan pernyataan yang mendukung privacy di situs jejaring sosial, sedangkan pernyataan yang unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung atau mengabaikan privacy di situs jejaring sosial. Distribusi item skala


(49)

sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Distribusi Item Skala Sikap Terhadap Privacy di Situs Jejaring Sosial

No Aspek

Sikap Privacy Total (Presentase) Pengendalian Pengungkapan Informasi Diri Privacy Setting

Fav Unfav Fav Unfav

1 Kognitif 1, 13, 20, 43, 51

4, 18, 28, 32, 47

2, 16, 27, 49, 56

5, 15, 36,

45, 55 20 (33,33%) 2 Afektif 3, 26, 33,

44, 58

6, 19, 24, 30, 54

10, 21, 22, 39, 60

8, 29, 37,

48, 53 20 (33,33%) 3 Konatif 7, 34, 40,

42, 46

9, 17, 23, 35, 38

11, 41, 50, 52, 57

12, 14, 25,

31, 59 20 (33,33%) Total

(Presentase) 15 (25%) 15 (25%) 15 (25%) 15 (25%) 60 (100%)

Dalam penelitian ini, metode skala yang digunakan adalah metode skala Likert. Skala dengan metode ini terdiri atas pernyataan – pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan lima pilihan jawaban, seperti yang biasa digunakan, yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Netral”, “Tidak

Sesuai”, dan “Sangat Tidak Sesuai”. Penggunaan lima pilihan jawaban

berdasarkan pertimbangan bahwa belum ada bukti empiris yang mendukung adanya kekhawatiran terhadap responden yang akan cenderung memilih pilihan tengah (Azwar, 2010). Penilaian jawaban atau pemberian skor pada jawaban subjek dibagi menjadi dua kategori seperti pada tabel berikut:


(50)

Tabel 3.2

Pemberian Skor Skala Sikap Terhadap Privacy di Jejaring Sosial

Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable SS (Sangat Sesuai)

S (Sesuai) N (Netral)

TS (Tidak Sesuai)

STS (Sangat Tidak Sesuai)

5 1

4 2

3 3

2 4

1 5

2. Metode Kuesioner

Metode kuesioner ini dibuat untuk mengetahui data dan identitas subjek terkait dengan penelitian ini (Azwar, 2010). Adapun isi dari data tersebut adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, memiliki akun jejaring sosial atau tidak, dan sudah pernah mengalami ancaman terhadap

privacy di situs jejaring sosial atau belum.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Uji coba alat ukur penelitian

Uji coba dilakukan untuk menyeleksi item – item pada skala yang telah dibuat peneliti. Uji coba dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2013 pada 63 subjek yang memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan subjek penelitian sebenarnya. Subjek uji coba adalah remaja berusia 15 – 20 tahun yang memiliki akun situs jejaring sosial dan tidak


(51)

pernah mengalami gangguan atau ancaman pada privacy di situs jejaring sosial.

2. Hasil seleksi item

Seleksi item dilakukan dengan menghitung daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total skala tersebut yang nantinya menghasilkan koefisien korelasi item – total (rix). Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai 1 dengan tanda positif atau negatif. Semakin mendekati angka 1 yang bertanda positif berarti daya diskriminasi itemnya semakin baik, begitu pula sebaliknya (Azwar, 2010).

Berdasarkan hasil analisis item yang dilakukan dengan menghitung korelasi item total (rix), diperoleh nilai terendah sebesar -0,113 sampai yang tertinggi 0,455. Menurut Suryabrata (2008), batasan rix adalah sekurang – kurangnya 0,20. Oleh karena itu, mengacu pada hal tersebut, dari 60 item skala sikap terhadap privacy di jejaring sosial yang diujicoba, menghasilkan 26 item yang gugur, yaitu nomor, 2, 5, 6, 9, 11, 13, 15, 16, 20, 23, 24, 25, 26, 35, 36, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 49, 50, 51, 58, dan 60. Rincian distribusi item skala yang telah diujicoba dapat dilihat pada tabel 3.3.


(52)

Tabel 3.3

Distribusi Item yang Lolos Uji Coba

No Aspek

Sikap Privacy Total Pengendalian Pengungkapan Informasi Diri Privacy Setting

Fav Unfav Fav Unfav

1 Kognitif 1 4, 18, 28,

32, 47 27, 56 55 9

2 Afektif 3, 33 19, 30,

54

10, 21, 22,

8, 29, 37,

48, 53 13

3 Konatif 7, 34, 42,

46 17, 38 52, 57

12, 14,

31, 59 12

Total 7 10 7 10 34

Berdasarkan item yang sudah lolos uji coba, peneliti menyusun kembali skala yang baru untuk mengambil data penelitian yang sebenarnya dengan distribusi item sebagai berikut:

Tabel 3.4

Distribusi Item pada Skala Penelitian

No Aspek

Sikap Privacy Total Pengendalian Pengungkapan Informasi Diri Privacy Setting

Fav Unfav Fav Unfav

1 Kognitif 1 3, 10, 15,

19, 26 14, 32 31 9

2 Afektif 2, 20 11, 17,

30 6, 12, 13

5, 16, 22,

27, 29 13

3 Konatif 4, 21, 24,

25 9, 23 28, 33

7, 8, 18,

34 12


(53)

G. Validitas dan Reliabilitas

Skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitasnya agar skala ini dapat dipertanggungjawabkan.

1. Validitas

Validitas digunakan untuk menentukan sejauh mana alat ukur mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan tesnya (Azwar, 2010). Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diselidiki dengan cara meminta seseorang yang ahli atau seseorang yang profesional di bidangnya untuk memerika sebuah tes dan menyimpulkan apakah tes tersebut sudah mengukur sifat yang akan diukur (Supratiknya, 1998).

Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan dosen pembimbing untuk memeriksa item – item yang telah dibuat peneliti apakah item – item tersebut sudah mengukur sikap seseorang terhadap privacy di situs jejaring sosial. Hasil awal ada beberapa item yang harus diubah karena kurang sesuai. Dari beberapa kali perubahan akhirnya diperoleh item – item yang sudah divalidasi.

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas (rxx‟). Rentang angka koefisien reliabilitas ini dimulai dari 0 sampai 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas atau semakin mendekati 1, berarti semakin tinggi reliabilitasnya.


(54)

Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati angka 0, semakin rendah pula reliabilitasnya. Reliabilitas skala dianggap cukup baik apabila cakupan nilainya antara 0,70 – 0,80 (Kaplan & Saccuzo, 2012). Dalam penelitian ini, reliabilitas skala didapat dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan pada item yang memiliki nilai rix≥ 0,20. Dari hasil pengukuran reliabilitas, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,808 dan sudah dianggap cukup baik.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah independent sample t – test. Metode ini digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya perbedaan antara dua kelompok sampel terhadap suatu variabel yang sama dan mengetahui nilai rata – rata suatu kelompok lebih besar atau lebih kecil dari suatu standar tertentu (Morrisan, 2012). Dalam penelitian ini, independent sample t – test digunakan untuk mengetahui

perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial antara remaja perempuan dan remaja laki – laki.


(55)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan pada tanggal 28 dan 30 Agustus 2013 dilanjutkan tanggal 2 September 2013. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala di kelas. Pada mahasiswa angkatan 2013, peneliti membagikan skala setelah sesi perkuliahan berakhir, sedangkan pada siswa SMA peneliti diberi waktu 10 menit pertama oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.

Peneliti membagi skala pada subjek. Dari skala – skala yang sudah diisi dan dikembalikan pada peneliti, terdapat 136 skala yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Tabel 4.1 memberi gambaran singkat mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang ada pada skala:


(56)

Tabel 4.1

Gambaran Subjek Penelitian

No Keterangan Subjek Persentase

Laki – laki Perempuan

1 Jumlah 60 76 136 (100%)

2 Status Pendidikan Mahasiswa SMA 21 39 39 37 60 (44,12%) 76 (55,88%) 3 Usia

15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 12 16 14 18 18 14 15 29 30 (22,06%) 30 (22,06%) 29 (21,32%) 47 (34,56%)

B. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh perbandingan mean teoritik dengan mean empirik yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Perbandingan Mean Teoritik dengan Mean Empirik

Statistik Laki – laki Perempuan

Teoritik Empirik Teoritik Empirik

N 60 76

Skor Maksimum 170 145 170 126

Skor Minimum 34 112 34 79

Mean (µ) 102 125.32 102 111.32 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui mean empirik untuk remaja laki – laki (125,32) dan remaja perempuan (111,32) memiliki nilai yang lebih besar dibanding mean teoritik (102). Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok subjek penelitian sama – sama memiliki sikap yang positif atau mendukung terhadap privacy di situs jejaring sosial.


(57)

Tabel 4.3

Uji t Satu Sampel pada Remaja Laki – Laki dan Remaja Perempuan

Hasil uji t satu sampel Skor teoritik = 102

Jenis Kelamin t db p

Laki – laki 23,215 59 0,000

Perempuan 7,760 75 0,000

Berdasarkan hasil perhitungan uji t satu sampel, dapat diketahui bahwa nilai t masing – masing kelompok subjek memiliki signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada masing – masing kelompok subjek, yaitu remaja laki – laki dan remaja perempuan sama – sama memiliki sikap yang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial yang signifikan.

C. Hasil Penelitian

1. Uji asumsi

Sebelum menguji hipotesis, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak (Priyatno, 2010). Untuk menghitungnya digunakan penghitungan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan keputusan didasarkan pada signifikansi, yaitu jika signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya. Dari tabel 4.4


(58)

dapat dilihat bahwa signifikansi pada kelompok remaja laki – laki sebesar 0,556 (p > 0,05) dan pada kelompok perempuan memiliki signifikansi sebesar 0,339 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa data kelompok remaja laki – laki dan perempuan memiliki distribusi normal.

Tabel 4.4

Uji Normalitas

Perempuan Laki - laki

Kolmogorov-Smirnov Z .940 .793

Asymp. Sig. (2-tailed) .339 .556

b. Uji homogenitas

Sebelum melakukan analisis dengan uji t, dilakukan uji homogenitas (uji Levene’s) terlebih dahulu. Pengambilan keputusan didasarkan pada hal berikut: varian sama apabila signifikansi > 0,05, sedangkan varian berbeda jika signifikansi < 0,05 (Priyatno, 2012). Dalam hal ini, nilai signifikansi dari hasil uji homogenitas adalah sebesar 0,070 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang ada memiliki varian yang sama atau homogen.

Tabel 4.5

Uji Homogenitas

Uji Levene untuk Persamaan Varians

F p


(59)

2. Uji Hipotesis (Independent Sample t Test) Tabel 4.6

Hasil Uji t Sampel Independen

t db p Perbedaan

mean

Perbedaan

standard error

Skor

Equal variances assumed

8.645 134 .000 14.001 1.620

Pengambilan keputusan dalam uji hipotesis ini didasarkan pada hal berikut: H0 diterima apabila signifikansi > 0,05, sedangkan H0 ditolak jika

signifikansi ≤ 0,05 (Priyatno, 2010). Dari hasil perhitungan uji t sampel independen, diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap

privacy di situs jejaring sosial yang signifikan antara remaja laki – laki dan perempuan. Dengan demikian hipotesis dapat diterima.

D. Pembahasan

Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, tampak bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial yang signifikan antara remaja laki – laki dan remaja perempuan. Perbedaan itu menunjukkan bahwa remaja perempuan memiliki sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial yang kurang positif dibanding remaja laki – laki. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini dapat diterima. Walaupun demikian, hasil penelitian


(60)

ini juga menunjukkan bahwa remaja laki – laki dan remaja perempuan sama – sama memiliki sikap yang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial.

Sikap remaja perempuan terhadap privacy di situs jejaring sosial yang cenderung kurang positif bila dibandingkan dengan remaja laki – laki dapat dikarenakan adanya perbedaan karakteristik antara keduanya. Remaja perempuan memiliki karakteristik yang lebih emosional dibanding remaja laki – laki (Santrock, 1996) sehingga mereka lebih sering menunjukkan emosinya, terutama ketika takut, sedih, bingung, dan cemas (Kartono, 2006 & Santrock, 2007).

Dalam keadaan emosi tertentu, teman menjadi tempat yang tepat untuk mencari dukungan, berbagi cerita, dan mungkin dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Oleh karena itu, adanya teman dapat membantu remaja perempuan dalam mengurangi atau meredakan emosinya dengan berbagi cerita dan memperoleh dukungan dari teman. Di situs jejaring sosial, komunikasi dengan teman dapat lebih mudah dilakukan tanpa harus bertemu langsung sehingga ketika remaja perempuan sedang dalam keadaan tidak stabil emosinya, ia dapat bercerita atau mengungkapkan apa yang ia rasakan di situs jejaring sosial untuk mendapatkan respon atau dukungan dari teman – teman di situs jejaring sosial tersebut.

Selain karakteristik remaja perempuan yang lebih emosional, remaja perempuan juga senang terlihat menarik secara fisik. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan perilaku remaja perempuan yang lebih sering mengunggah


(61)

foto pribadi mereka di situs jejaring sosial (Kim & Dindia, 2008). Adanya situs jejaring sosial, membuat remaja perempuan semakin mudah dalam menunjukkan dirinya kepada orang lain.

Meskipun remaja perempuan dapat dengan bebas dan mudah mengungkapkan apapun atau menunjukkan diri pada orang lain di situs jejaring sosial, mereka sebaiknya lebih menyadari bahwa semua yang diungkapkan melalui situs jejaring sosial dapat dilihat atau diakses oleh orang lain. Oleh karena itu, pengguna harus dapat menjaga privasinya di situs jejaring sosial, baik dengan mengendalikan pengungkapan informasi diri mereka atau dengan mengatur privacy setting yang ada di situs jejaring sosial. Akan tetapi, adanya privacy justru menghambat remaja perempuan dalam mengungkapkan informasi tentang diri mereka di situs jejaring sosial karena

privacy mengharuskan pengguna untuk mengendalikan pengungkapan

perasaan maupun informasi di situs jejaring sosial. Hal tersebut membuat remaja perempuan akan cenderung bersikap kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial bila dibandingkan dengan remaja laki – laki.

Sikap remaja perempuan terhadap privacy di situs jejaring sosial yang kurang positif dibandingkan dengan remaja laki – laki membuat remaja perempuan lebih berisiko menjadi korban kejahatan di situs jejaring sosial. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya data dari Komnas Perlindungan Anak mengenai kasus pemerkosaan pada remaja perempuan oleh kenalannya

di media sosial yang semakin bertambah (kompas.com, „Awas Bujukan di Media Sosial‟, 2013). Kasus tersebut juga tidak terlepas dari perilaku remaja


(62)

perempuan yang lebih sering mengakses dan mengungkapkan diri di situs jejaring sosial (Kim & Dindia, 2008). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Walrave, Vanwesenbeeck, dan Heirman (2012), yang mengungkapkan bahwa pada saat usia remaja, para remaja lebih banyak mengungkapkan informasi tentang dirinya dan kurang memperhatikan privacy setting di situs jejaring sosial.

Di sisi lain, laki – laki lebih sering menggunakan alamat anonim dan memberikan informasi yang tidak sebenarnya ketika berinteraksi di situs jejaring sosial (Thelwall, M. dalam Trepte & Reinecke, 2011). Selain itu, dibanding dengan perempuan, laki – laki jarang untuk mengungkapkan diri di situs jejaring sosial. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa remaja laki – laki lebih menjaga privacy di situs jejaring sosial dan adanya privacy setting di situs jejaring sosial justru mendukung pengendalian pengungkapan informasi diri remaja laki – laki melalui situs jejaring sosial. Oleh karena itu, remaja laki – laki bersikap lebih positif terhadap privacy di situs jejaring sosial bila dibandingkan dengan remaja perempuan.

Kemungkinan risiko yang dialami remaja perempuan dapat lebih besar jika mereka kurang mendapat pendampingan dari orangtua mengenai cara berkomunikasi yang relatif aman melalui situs jejaring sosial dengan cara menjaga privacynya. Oleh karena itu, implikasi praktis dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua dalam mendampingi remaja putri mereka yaitu dengan memberi informasi tentang dampak negatif yang sudah dialami orang lain, informasi tentang


(63)

manfaat menjaga privacy di situs jejaring sosial, dan informasi lain yang membuat anak lebih menyadari bahwa menjaga privacy di situs jejaring sosial itu penting sehingga remaja perempuan tidak sembarangan menulis di situs jejaring sosial.

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna. Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, yaitu skala yang digunakan dalam penelitian ini memiliki batasan daya diskriminasi item sebesar 0,20. Meskipun batasan tersebut dianggap sudah cukup baik, akan lebih baik lagi jika batasan yang digunakan dapat lebih tinggi.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap privacy di situs jejaring sosial yang signifikan antara remaja laki – laki dan remaja perempuan. Remaja perempuan memiliki sikap yang kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial dibanding remaja laki – laki. Walaupun demikian, remaja laki – laki dan remaja perempuan sama – sama memiliki sikap yang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial.

B. Saran

1. Untuk remaja perempuan

Berdasarkan penelitian ini, remaja perempuan memiliki sikap yang kurang positif terhadap privacy di situs jejaring sosial sehingga mereka lebih berisiko menjadi korban kejahatan di dunia maya. Oleh karena itu, remaja perempuan diharapkan dapat semakin berhati – hati dalam menggunakan situs jejaring sosial dan semakin menjaga privacy di situs jejaring sosial.


(65)

2. Untuk pendamping remaja

Bagi pendamping remaja, khususnya remaja perempuan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam mendidik dan mengawasi pertumbuhan dan perkembangan anak di era digital saat ini. 3. Untuk penelitian selanjutnya

Bagi peneliti yang tertarik dengan topik ini diharapkan agar lebih memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi privacy di situs jejaring sosial pada remaja laki – laki dan remaja perempuan. Adapun kemungkinan faktor lain yang mempengaruhi, misalnya pada perempuan yaitu adanya kecenderungan untuk menunjukkan diri dan pada laki – laki yaitu kecenderungan menyembunyikan atau membatasi identitas untuk tujuan tertentu.


(66)

47

DAFTAR PUSTAKA

Affan, Heyder. (2010, Februari 17). Remaja Menjadi „Korban‟ Facebook.

Diunduh 17 April, 2013, dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2010/02/100217_facebo ok.shtml, pukul 12.07

Al – Mighwar, M. (2006). : Psikologi Remaja: Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung: Pustaka Setia.

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A & Byrne, D. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga. Bennett, Shea. (2013, Maret 6). The Women of Social Media [Infographic].

Diunduh 8 Maret, 2013, dari

http://www.mediabistro.com/alltwitter/women-social-media_b37283, pukul 10.30.

Brannon, L. (1996). Gender: Psychological Perspective. USA: Allyn & Bacon. Boyd, D. M. & Ellison, N. B. (2008). Social Network Sites: Definition, History,

and Scholarship. Journal of Computer – Mediated Communication, 13,

210-230.

Debatin, B., Lovejoy, J. P., Horn, A. K., & Hughes, B. N. (2009). Facebook and Online Privacy: Attitudes, Behaviors, and Unintended Consequences.

Journal of Computer-Mediated Communication, 15, 83-108.

Derlega, V. J., Winstead, B. A., & Greene, K. (2007). Self – Disclosure and Starting a Close Relationship.

Devito, J. A. (2011). Komunikasi Antarmanusia edisi ke-5. Tangerang: Karisma Publishing Group.

Elmi, A. H., Iahad, N. A., & Ahmed, A. A. (2012). Factors Influence Self-Disclosure Amount in Social Networking Sites. Journal of Research and


(67)

Foubert, J. D. & Sholley, B. K. (1996). Effects of Gender, Gender Role, and Individualized Trust on Self – Disclosure. Journal of Social Behavior and

Personality, 11(5), 277-288.

Goswami, S., Kobler, F., Leimeister, J. M., & Krcmar, H. (2010). Using Online Social Networking to Enhance Social Connectedness and Social Support for the Elderly. International Conference on Information Systems, St.

Louis.

Guan, S. A. & Subrahmanyam, K. (2009). Youth Internet Use: Risks and Opportunities. Current Opinion in Psychology, 22, 351-356.

Haorrahman. (2013, Januari 11). Pembalap Curi Motor Lewat Facebook. Diunduh

28 Februari, 2013, dari

http://surabaya.tribunnews.com/2013/01/11/pembalap-curi-motor-lewat-facebook, jam 18.57.

Joinson, A. N., Houghton, D. J., Vasalou, A., & Marder, B. L. (2011). Digital Crowding: Privacy, Self – Disclosure, and Technology. Dalam Sabine Trepte dan Leonard Reinecke (Eds), Privacy online: Perspectives on

Privacy and Self-Disclosure in the Social Web, New York: Springer (hal.

33-44).

Kaplan, R. B. & Saccuzzo, D. P. (2012). Pengukuran Psikologi: Prinsip, Penerapan, dan Isu Ed.7. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Kartono, Kartini. (2006). Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju.

Kim, J., & Dindia, K. (2008, Mei). Gender, Culture, and Self-Disclosure in

Cyberspace: A Study of Korean and American Social Network Websites.

Makalah disajikan dalam pertemuan International Communication Association, Communication and Technology Division, Montreal, Canada. Lee, D. H., Im, S., & Taylor, C. R. (2008). Voluntary Self-Disclosure of Information on the Internet: A Multimethod Study of the Motivations and Consequences of Disclosing Information on Blogs. Psychology &

Marketing, 25(7), 692-710.

Madden, M., Lenhart, A., Cortesi, S., Gasser, U., Duggan, M., Smith, A., dkk.

(2013). Teens, Social Media, and Privacy.

http://pewinternet.org/Reports/2013/Teens-Social-Media-And-Privacy.aspx

Mar‟at. (1982). Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.


(68)

Margulis, S. T. (2005, November). Privacy and Psychology. Makalah disajikan dalam Contours of Privacy: Normative, Psychological, and Social Perspectives Carleton University, Ottawa, Ontario, Canada.

Margulis, S. T. (2011). Three Theories of Privacy: An Overview. Dalam Sabine Trepte dan Leonard Reinecke (Eds), Privacy online: Perspectives on

Privacy and Self-Disclosure in the Social Web, New York: Springer (hal.

9-17)

Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Paluckaite, U. & Matulaitiene, K. Z. (2012). Gender Differences in Self – Disclosure for the Unknown Person on the Internet Communication. Makalah disajikan dalam International Virtual Conference.

Pamungkas, Adjie. (2013, April 15). Awas Bujukan di Media Sosial. Diunduh 17 April, 2013, dari http://koran-indonesia.com/2013/04/awas-bujukan-di-media-sosial/#.Ut-4-NLZHDc. pukul 13.01.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human Development 10th ed. New York: McGraw – Hill.

Paramita, Rahadian. (2013, Oktober). Statistik Pengguna Twitter Indonesia. Diunduh 3 Januari, 2014, dari beritagar.com/p/statistik-pengguna-twitter-Indonesia-oktober-2013-10207, pukul 18.36.

Pengguna Internet Indonesia Tertinggi Ketiga di Asia. (2012, November 2).

Diunduh 16 April, 2013, dari

http://www.solopos.com/2012/11/02/pengguna-internet-indonesia-tertinggi-ketiga-di-asia-344095

Pring, Cara. (2012, Februari 13). 100 More Social Media Statistics for 2012. Diunduh 8 Maret ,2013, dari http://thesocialskinny.com/100-more-social-media-statistics-for-2012/ jam 10.31

Priyatno, Duwi. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Raus, M. I., Tah, I. H., & Yahya, S. (2013). Personal Information Disclosure in Facebok: The Awareness of UiTM Pahang Students. International Journal


(69)

Santrock, J. W. (1996). Adolescence, 6th ed. Times Mirror Higher Education. Santrock, J. W. (2007). Remaja, edisi ke – 11. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sarwono, S. W. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sarwono, S.W. & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit

Salemba Humanika

Setiyawan, Dwiki. (2012, Februari 29). Data dan Fakta Pengguna Jejaring Sosial

Twitter Indonesia. Diunduh 13 Maret, 2013, dari

http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2012/02/29/data-dan-fakta-pengguna-jejaring-sosial-twitter-indonesia/, jam 10.47

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sultan, S. & Chaudry, H. (2008). Gender – based Differences in the Patterns of Emotional Self – disclosure. Pakistan Journal of Psychological Research,

23 (3-4), 107-122.

Supratiknya, A. (1998). Psikometri. Yogyakarta: Pusat Penerbitan dan Pengembangan Sumber Belajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Suryabrata, Sumadi. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Thelwall, M. (2011). Privacy and gender in the Social Web. Dalam Sabine Trepte

dan Leonard Reinecke (Eds), Privacy online: Perspectives on Privacy and

Self-Disclosure in the Social Web, New York: Springer (hal. 255-269).

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Penerbit Andi Offset

Walrave, M., Vanwesenbeeck, I., & Heirman, W. (2012). Connectiong and protecting? Comparing predictors of self-disclosure and privacy settings use between adolescents and adults. Cyberpsychology: Journal of

Psychosocial Research on Cyberspace, 6(1), article 3.

Waters, S. & Ackerman, J. (2011). Exploring Privacy Management on Facebook: Motivations and Perceived Consequences of Voluntary Disclosure.

Journal of Computer-Mediated Communication, 17, 101-115

Ziegele, M. & Quiring, O. (2011). Privacy in Social Network Sites. Dalam Sabine Trepte dan Leonard Reinecke (Eds), Privacy online: Perspectives on


(70)

Privacy and Self-Disclosure in the Social Web, New York: Springer (hal.


(71)

LAMPIRAN 1


(72)

SKALA UJI COBA

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2013


(73)

Yogyakarta, 20 Agustus 2013 Kepada

Yth. Saudara yang berpartisipasi pada penelitian ini.

Dengan hormat, saya :

Nama : Felicita Noviani Tyas Utami

NIM : 099114061

Fakultas : Psikologi

Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta

Meminta bantuan Anda untuk memberikan tanggapan pada pernyataan – pernyataan yang telah disusun dalam skala penelitian ini. Skala ini nantinya akan digunakan untuk pengumpulan data tugas akhir yang sedang saya susun. Semua tanggapan atau jawaban yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya. Maka, saya berharap Anda dapat mengisi sesuai dengan keadaan Anda yang sebenarnya. Akhir kata saya sampaikan terima kasih atas kesediaan Anda untuk mengisi skala ini.

Hormat saya,


(1)

LAMPIRAN 4


(2)

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean SkorL 60 125.32 7.780 1.004

One-Sample Test

Test Value = 102

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper SkorL 23.215 59 .000 23.317 21.31 25.33

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean SkorP 76 111.32 10.465 1.200

One-Sample Test

Test Value = 102

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper SkorP 7.760 75 .000 9.316 6.92 11.71


(3)

LAMPIRAN 5

UJI NORMALITAS


(4)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

perempuan laki - laki

N 76 60

Normal Parametersa Mean 111.32 125.32 Std. Deviation 10.465 7.780

Most Extreme Differences Absolute .108 .102

Positive .080 .091

Negative -.108 -.102

Kolmogorov-Smirnov Z .940 .793

Asymp. Sig. (2-tailed) .339 .556


(5)

LAMPIRAN 6

UJI HIPOTESIS


(6)

t-Test

Group Statistics

Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor laki - laki 60 125.32 7.780 1.004

perempuan 76 111.32 10.465 1.200

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Skor Equal variances

assumed 3.325 .070 8.645 134 .000 14.001 1.620 10.798 17.204

Equal variances