Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahaya
Menurut Ramli (2010), bahaya (hazard) adalah segala sesuatu yang
termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau
cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan pada manusia, kerusakan atau
gangguan lainnya. Menurut Okleqs (2008), bahaya adalah sesuatu atau sumber
yang berpotensi menimbulkan cedera atau kerugian baik manusia, proses, properti
dan lingkungan. Menurut PT. Sucofindo, (2008) bahaya atau hazard adalah
sumber atau suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan
kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan ataupun kemampuan melakukan
fungsi yang telah ditetapkan.
2.1.1. Jenis Bahaya
Menurut Kurniawidjaja (2010), komponen kerja yang dapat menjadi
sumber atau berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja adalah
sebagai berikut:
1.

Hazard tubuh pekerja (Somatic hazard),


2.

Hazard perilaku kesehatan,

3.

Hazard lingkungan kerja,
a. Faktor atau bahaya fisik
1.

Bahaya mekanik,

2.

Bising,

3.

Getaran atau vibrasi,


12

Universitas Sumatera Utara

13

4.

Suhu ekstrem panas,

5.

Suhu ekstrem dingin,

6.

Cahaya,

7.


Tekanan,

8.

Radiasi pengion,

9.

Radiasi bukan pengion (gelombang elektromagnetik).

b. Faktor kimia
1.

Logam berat,

2.

Solvent/ pelarut organik,

3.


Gas dan uap.

c. Faktor biologik
4.

Hazard ergonomik (Ergonomic hazard),

5.

Hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.
Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan

sebagai

berikut :
1.

Bahaya mekanis,


2.

Bahaya listrik,

3.

Bahaya kimia,

4.

Bahaya fisik,

5.

Bahaya biologis.

Universitas Sumatera Utara

14


2.1.2. Sumber Bahaya
Sumber bahaya di tempat kerja berasal dari :
1. Manusia
Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan
terletak pada karyawan yang kurang terampil, kurang pengetahuan, kurang
bergairah, kurang tepat dan terganggunya emosi pada umumnya menyebabkan
kecelakaan dan kerugian. Dari hasil penelitian 80-85% kecelakaan disebabkan
oleh kelalaian manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya secara
langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor
manusia. Selain itu, apa yang diterima atau gagal diterima melalui pendidikan,
motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan sikap
pimpinan (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B.Silalahi, 1995).
2. Bangunan, peralatan dan instalasi
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat
perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain
ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan
rambu-rambu yang jelas dan tersedianya jalan penyelamatan diri (Syukri Sahab,
1997).
Instalasi harus memenuhi syarat keselamatan kerja baik dalam desain

maupun konstruksi. Sebelum dipergunakan maka harus diuji dan diperiksa oleh
suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan persyaratan
bahan dan konstruksi yang ditentukan. Sebelum dioperasikan maka harus

Universitas Sumatera Utara

15

dilakukan percobaan operasi untuk menjamin keselamatannya, serta dioperasikan
oleh seorang operator yang memenuhi syarat (Syukri Sahab, 1997)
Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan
bahaya jika tidak digunakan sesuai dengan fungsi, tidak ada pelatihan penggunaan
alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada
perawatan dan pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian
dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri
Sahab, 1997)
3. Bahan
Menurut Syukri Sahab (1997), bahaya dari bahan meliputi berbagai
risiko dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah


meledak,

menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,
menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan
radioaktif. Bahan atau material mempunyai tingkat bahaya dan pengaruh yang
berbeda-beda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada yang rendah, ada
yang pengaruhnya dapat segera dilihat tetapi ada yang bertahun-tahun baru
diketahui. Oleh sebab itu, maka setiap pimpinan perusahaan harus tahu sifat bahan
yang digunakan sehingga dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang bisa merugikan perusahaan.
4. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung dari teknologi yang
digunakan. Proses yang digunakan dalam industri ada yang sederhana dan ada
yang rumit. Ada proses yang berbahaya dan ada proses yang tidak terlalu

Universitas Sumatera Utara

16

berbahaya. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya. Dalam

prosesnya menggunakan suhu dan tekanan yang bisa memperbesar risiko
bahayanya. Proses ini terkadang menimbulkan asap, debu, panas dan bahaya
mekanis yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dalam proses
produksi banyak bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan
penolong. Ada bahan kimia yang merupakan hasil sampingan dari bahan tersebut,
termasuk bahan kimia berbahaya

seperti mudah meledak, menyebabkan iritan

dan beracun (Syukri Sahab, 1997).
5. Cara atau sikap kerja
Cara kerja berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan
berupa tindakan tidak aman, misalnya cara mengangkut yang salah, posisi tidak
benar, tidak menggunakan APD, lingkungan kerja dan menggunakan alat atau
mesin yang tidak sesuai (Syukri Sahab, 1997).
6. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis
bahaya yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja
ataupun kecelakaan kerja. Bahaya tersebut antara lain :
a. Faktor lingkungan fisik,

b. Faktor lingkungan kimia,
c. Faktor lingkungan biologi,
d. Faktor ergonomi,
e. Faktor psikologi.

Universitas Sumatera Utara

17

2.1.3. Sumber Informasi Bahaya
Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber
antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke
tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari
pabrik atau asosiasi industri,lembar data keselamatan bahan (Material Safety Data
Sheet).
1.

Kejadian Kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui


informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian
dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa.
Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal
bahaya misalnya:
a. Lokasi kejadian,
b. Peralatan atau alat kerja,
c. Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan,
d. Data-data korban berkaitan dengan usia, pengalaman, pendidikan,

masa kerja, kondisi kesehatan dan kondisi fisik serta informasi
lainnya,
e. Waktu kejadian,
f. Bagian badan yang cedera,
g. Keparahan kejadian.

Universitas Sumatera Utara

18

2.

Kecenderungan Kejadian
Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari

kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan.
2.2. Risiko
Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya suatu yang
akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat.
Menurut Canadian Centre for Occupation and Safety (2009), risiko merupakan
kemungkinan atau kesempatan seseorang akan dirugikan atau mengalami
gangguan kesehatan jika terkena bahaya. Dalam hal ini juga termasuk properti
atau kehilangan peralatan. Menurut Tarwaka (2008), risiko adalah suatu
kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugiaan pada periode tertentu atau
siklus operasi tertentu. Sedangkan menurut Rao V. Kalluru (1996), risiko adalah
kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dalam kurun waktu
tertentu.
2.2.1. Jenis-Jenis Risiko
Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau
perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,
lingkup, skala dan jenis kegiatannya antara lain :
1. Risiko keuangan (financial risk)
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko financial yang
berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko financial seperti piutang
macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

19

2. Risiko pasar (market risk)
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya
dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat. Setiap perusahaan
mempunyai tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat
terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk, kekuatannya. Bencana
alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, banjir dan letusan gunung berapi.
4. Risiko operasional
Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan
bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang
memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk
mengalami kerugian. Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan aset paling berharga dan menentukan
dalam operasi perusahaan. Mempekerjakan pekerja tidak terampil,
kurang pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan risiko yang
serius terhadap keselamatan.
b. Teknologi
Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan mesin
modern

misalnya

dapat

menimbulkan

risiko

kecelakaan

dan

Universitas Sumatera Utara

20

pengurangan tenaga kerja. Teknologi juga bersifat dinamis terus
berkembang dengan inovasi baru.
c. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan denga sumber bahaya yang
timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3
dikonotasikan sebagai hal negatif (negative impact) seperti :
1. Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahan,
2. Kebakaran dan peledakan,
3. Penyakit akibat kerja,
4. Kerusakan sarana produksi dan
5. Gangguan produksi.
5. Risiko keamanan (security risk)
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau
kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian aset perusahaan, data informasi,
data keuangan, formula produk dan lain-lain. Di daerah yang mengalami
konflik, gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan
kegiatan perusahaan.
6. Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan
sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti tingkat
kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan
risiko, baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak

Universitas Sumatera Utara

21

peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi
perusahaaan.
Sedangkan menurut Kolluru er al (1996), membagi risiko menjadi 5 tipe,
yaitu :
1. Risiko keselamatan (safety risk)
Ciri-ciri risiko keselamatan yaitu probabilitas rendah, pemajanan dan
tingkat konsekuensi tinggi, bersifat akut dan efeknya langsung terlihat.
Penyebabnya dapat langsung diketahui dan fokus pada keselamatan manusia
dan pencegahan kerugian.
2. Risiko kesehatan (health risk)
Ciri-ciri risiko kesehatan yaitu probabilitas tinggi, pemajanan dan tingkat
konsekuensi

rendah, bersifat kronis dan efeknya tidak langsung terlihat.

Penyebabnya sulit diketahui dan fokus pada kesehatan manusia.
3. Risiko lingkungan (environmental risk)
Ciri-ciri risiko lingkungan yaitu melibatkan interaksi antara populasi dan
komunitas. Fokus risiko lingkungan yaitu dampak yang timbul pada habitat dan
ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
4.

Risiko kesejahteraan masyarakat (public welfare goodwill risk)
Ciri-ciri risiko ini merupakan persepsi dan perhatian masyarakat terhadap

produksi dan kinerja. Risiko ini fokus terhadap kesejahteraan masyarakat melalui
persepsi mereka.

Universitas Sumatera Utara

22

5. Risiko keuangan (financial risk)
Ciri-ciri risiko keuangan yaitu dapat berupa risiko jangka panjang
maupun pendek dari kerugian properti yang terkait dengan perhitungan asuransi,
kesehatan dan keselamatan investasi. Risiko ini fokus terhadap kondisi keuangan
dan kemudahan pengoperasian.
2.3. Kecelakaan Kerja
Menurut Frank E.Bird (1989), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia atau kerusakan
harta. Menurut Bird and Germain (1990), kecelakaan kerja adalah kejadian tidak
diharapkan yang mengakibatkan kesakitan (cedera atau korban jiwa) pada orang,
kerusakan pada properti dan kerugian dalam proses yang terjadi saat pekerjaan
dilakukan. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Menurut Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, penngertian dari
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat
dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa
dilalui. Menurut Permenaker No.04/MEN/1993 tentang Jaminan Kecelakaan
Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau yang wajar
dilalui. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 tahun 1998

Universitas Sumatera Utara

23

tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan kerja
adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan harta benda.
2.3.1. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Geotsch (2008) dalam buku

Occupational and Health for

Technologist, Engineers and Manager menyebutkan bahwa kecelakaan menjadi
perhatian bagi pembuat kebijakan K3, karena selain untuk mencegah kecelakaan
mereka juga perlu mengetahui penyebab kecelakaan. Beberapa teori terkait
dengan kecelakaan kerja antara lain :
1. Teori Domino
Menurut H.W Heinrich (1930), kejadian sebuah cedera disebabkan oleh
bermacam-macam faktor yang terangkai, dimana pada akhir dari rangkaian itu
adalah cedera. Kecelakaan yang menimbulkan cedera disebabkan secara langsung
oleh perilaku yang tidak aman dan potensi bahaya mekanik atau fisik. Prinsip
dasar tersebut kemudian dikenal dengan nama teori domino, dimana Heinrich
menggambarkan seri rangkaian terjadinya kecelakaan. Dalam teori domino
Heinrich kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan, yaitu :
a. Kondisi kerja,
b. Kelalaian manusia,
c. Tindakan tidak aman,
d. Kecelakaan,
e. Cedera (injury).

Universitas Sumatera Utara

24

Salah satu kerugian dari penggunaan teori Heinrich dalam model ini
masih terlalu luas dan dapat diartikan dalam banyak cara. Model ini tidak
menyediakan gambaran umum atau klasifikasi yang dapat dijadikan dasar
penelitian ilmiah. Model ini juga melibatkan faktor perilaku manusia dan faktor
mekanik dalam satu domino yang sama.

Gambar 2.1 Teori Domino
Sumber: www.google.com

H.W. Heinrich menyebutkan bahwa faktor penyebab terjadinya
kecelakaan 88% terjadinya kecelakaan adalah unsafe act, 10% unsafe condition
dan

2% unavoidable. Heinrich berpendapat bahwa kecelakaan kerja terjadi

sebagai rangkaian yang saling berhubungan. Mekanisme terjadinya kecelakaan
diuraikan dengan “domino sequence” yaitu :
a. Tindakan tidak aman atau kondisi fisik maupun mekanis yang tidak
aman, merupakan tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan
fisik lain.

Universitas Sumatera Utara

25

b. Kegagalan orang yang bersangkutan, merupakan perpaduan dari
faktor keturunan dan lingkungan yang menyebabkan pada tindakan
yang salah dalam melakukan pekerjaan.
c. Lingkungan sosial dan sifat bawaan seseorang. Seseorang yang
memiliki sifat tidak baik yang diperoleh karena keturunan, pengaruh
lingkungan dan pendidikan menyebabkan seorang pekerja kurang
berhati-hati dan banyak berbuat kesalahan.
d. Cedera atau kerugian lain (injury) merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan cedera atau luka berat, kecacatan dan bahkan
kematian.
e. Kecelakaan (accident) adalah peristiwa kecelakaan yang menimpa
pekerja pada umumnya disertai dengan kerugian
Setiap kejadian saling bergantung satu sama lain dan ini membentuk
mata rantai yang dapat diibaratkan seperti kartu domino yang disusun tegak. Bila
kartu pertama jatuh maka kartu lainnya akan jatuh. Teori domino baru dari Bird
dan Germain (1985) lebih dikenal dengan sebutan ILCI tentang Loss Caution
Model, teori ini mengemukakan pengembangan teori dari teori domino Heinrich.
Teori ini terdiri dari 5 domino, yang disusunya sebagai berikut :
a. Kurangnya pengawasan manajemen (Lack of control management)
Kontrol merupakan salah satu diantara fungsi manajemen yang
penting, selain perencanaan, pengorganisasian dan kepemimpinan.
Fungsi ini berhubungan dengan pekerjaan manajer pada berbagai tingkat
atau jabatan.

Universitas Sumatera Utara

26

b. Penyebab dasar
Penyebab dasar adalah penyebab sebenarnya dibalik gejala
mengapa perilaku dan praktik-praktik dibawah standar bisa terjadi dan
kondisi ini bila diidentifikasikan dengan benar akan sangat berarti untuk
menentukan perilaku pencegahan oleh pihak manajemen. Sering dari
penyebab dasar ini akan memudahkan dalam mengidentifikasi akar
permalasalah, penyebab yang sebenarnya penyebab tak langsung dan
faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan. Ada 2 jenis penyebab
dasar, yaitu faktor manusia dan faktor pekerjaan
c. Penyebab langsung
Penyebab langsung suatu kecelakaan adalah kondisi yang dengan
segera menyebabkan timbulnya kontak yang biasanya dapat dilihat atau
dirasakan. Biasanya disebut perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman.
Yang dimaksud dengan penyebab langsung adalah tindakan tidak aman
(unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition).
d. Kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang kemudian diikuti dengan
kerugian. Kecelakaan disebabkan adanya suatu kontak dengan sumber
energi yang melampui ambang batas dari yang seharusnya diterima oleh
tubuh atau benda.

Universitas Sumatera Utara

27

e. Kerugian
Akibat dari sebuah kecelakaan adalah kerugian baik itu kerugian
pada manusia, harta benda dan juga lingkungan.

Gambar 2.2 The ILCI Loss Causation Model
Sumber : OHS Body of Knowledge Models of Causation : Safety

2. Teori Human Factor
Teori Human Factor Model dikemukakan oleh Gordon (1949) yang
menerangkan tentang Multiple Causatin Model dengan basic epidemilogi yang
diadopsi dari Heinrich model dan konsep Loss Control yang dikembangkan Bird
dan Loftus. Pada pendekatan epidemiologi, faktor yang mempengaruhi terjadinya
kecelakaan adalah host yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan, agent yaitu
pekerjaan dan environment yaitu lingkungan kerja dimana pekerja melakukan
pekerjaannya.
Gordon mengemukakan bahwa kecelakaan kerja adalah akibat dari banyak
sebab yang berkaitan dengan korban, penyebab, lingkungan yang terjadi secara
random, yang intinya bahwa kecelakaan hasil interaksi yang kompleks dan acak

Universitas Sumatera Utara

28

antara korban, agen dan lingkungan serta tidak dapat diterangkan hanya dengan
memperhatikan satu dari ketiga faktor tersebut.
3. Behaviour Based Safety
Menurut Geller (2001) dalam bukunya The Psychology of Safety Handbook,
menggambarkan pentingnya pendekatan Behavioral Based Safety dalam upaya
keselamatan kerja, baik dalam perpektif reaktif maupun proaktif. Lebih lanjut
Geller

menggambarkan

segitiga

hubungan

faktor-faktor

yang

saling

mempengaruhi dalam keselamatan dan kesehatan kerja.

Gambar 2.3 The Safety Triad
Sumber : The Psychology of Safety Handbook

Perilaku aman seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal antara lain persepsi, sikap, keyakinan, perasaan dan nilai
seseorang. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya perilaku
meliputi komunikasi, pengawasan secara aktif, pelatihan dan kepatuhan terhadap
peraturan.

Universitas Sumatera Utara

29

4. The Human Factor Analysis and Clasification System (HFACS)
HFACS merupakan model yang berkembang dari Swiss Cheese Model,
HFACS menjelaskan berbagai faktor yang tidak bisa dijelaskan Swiss Cheese
Model, HFACS bisa digunakan untuk investigasi (Wiegman and Shappell,2006).
HFACS menjelaskan 4 level yaitu :
a. Tindakan tidak aman (unsafe acts),
b. Pra-kondisi

yang

dapat

menyebabkan

tindakan

tidak

aman

(preconditions for unsafe acts),
c. Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision,)
d. Pengaruh organiasasi (organizational influences).

Gambar 2.4 Swiss Cheese Model
Sumber : BMC Health Services Research, Thomas V Perneger, 2005

Berbeda dengan teori Domino Heinrich, Swiss Cheese Model memberikan
informasi perihal bagaimana suatu tindakan tidak aman dapat terjadi. Informasi
berikut, menunjukkan bagaimana terjadinya suatu tindakan tidak aman :
a. Unsafe act
1. Errors,

Universitas Sumatera Utara

30

2. Violattions.
b. Preconditions for unsafe act
1. Condition of operator,
2. Poor practice of operator.
c.

Unsafe supervision

1. Inadequate supervision,
2. Improper planning,
3. Failure to correct problems,
4. Supervisory violations.
d. Organizational Influence
1.

Organizational influences,

2.

Resource management,

3.

Organizational climate,

4.

Organizational process.

5. The Energy TransferTheory
Konsep ini menjelaskan bahwa accident terjadi karena adanya suatu energi
release. Energi yang dimaksud dapat berupa panas, cahaya, listrik, cahaya, kimia,
biologi, psikologik, biomekanik, radiasi, gravitasi dan lainnya. Berkaitan dengan
energi release, dapat dibedakan tiga hal yaitu sumber energi, rute (path) dan
penerima (receiver). Teori ini sangat bermanfaat untuk menentukan penyebab
injury,evaluasi hazard bertipe energi dan sebagai metode pengendaliannya.
Pengendalian sumber energi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
mengeliminasi sumber energi, perubahan terhadap desain atau perubahan terhadap

Universitas Sumatera Utara

31

spesifikasi elemen-elemen pada tempat kerja dan maintenace pencegahan. Rute
perpindahan energi dapat dimodifikasi dengan cara menutup jalur pajanan energi,
membuat barrier, install absorber dan menempatkan isolator. Sedangkan untuk
penerima (receiver) dapat dibantu dengan cara mengurangi pajanan (exposure)
dan menggunakan alat pelindung diri (Chandra Satrya, 2005)
2.3.2. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja pada prinsipnya dicegah dan pencegahan kecelakaan ini
menurut Bennet NBS (1995) merupakan tanggung jawab para manajer lini,
penyelia, mandor kepala, dan juga kepala urusan. Tetapi menurut M. Sulaksmono
(1997) dan yang tersirat dalam UU no.1 tahun 1970 pasal 10, bahwa tanggung
jawab kecelakaan kerja selain pihak perusahaan juga karyawan dan pemerintah
(Gempur, 2004).
Dibawah ini adalah cara pencegahan kecelakaan kerja menurut beberapa
orang:
1. Menurut Olishifki (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam
keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :
a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin,
cara kerja, material, dan struktur perencanaan,
b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya
yang ada dalam perusahaan tersebut,
c. Memberikan pendidikan ( training) kepada tenaga kerja atau karyawan
tentang kecelakaan dan keselamatan kerja,

Universitas Sumatera Utara

32

d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang
berada pada area yang membahayakan.
2.

Menurut Suma’mur (1996) bahwa kecelakan akibat kerja dapat dicegah
dengan 12 hal berikut:
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan –ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan, dan pemeliharaan pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas – tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi
medis, P3K dan pemeriksaan medis,
b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak
resmi mengenai misalnya syarat – syarat keselamatan sesuai konstruksi
peralatan industri dan alat pelindung diri (APD),
c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan –
ketentuan perundang – undangan yang diwajibkan,
d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri–ciri dari bahanbahan berbahaya, pengujian alat – alat pelindung diri,
e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor
lingkungan dan teknologi dan keadan yang mengakibatkan kecelakaan,
f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola–pola kejiwaan
yang mengakibatkan kecelakaan,
g. Penelitian secara statistik, untuk menetepkan jenis – jenis kecelakaan
yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan
apa sebab- sebabnya,

Universitas Sumatera Utara

33

h. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam
kurikulum teknik, sekolah – sekolah perniagaan atau kursus – kursus
pertukangan,
i. Latihan – latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khusunya
tenaga kerja baru dalam keselamatan kerja,
j. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain untuk menimbulkan sikap selamat,
k. Asuransi yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan – tindakan keselamatan sangat baik,
l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.
2.4. Manajemen Risiko
Konsep manajemen risiko mulai dikenal dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada tahun 1980-an setelah berkembangnya model teori accident
yang dikeluarkan oleh ILCI. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk
memperkcil kerugian dan meningkatkan kesempatan atau peluang. Pada dasarnya
manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun
kecelakaan kerja.
Menurut AS/NZS 4360:2004, manajemen risiko adalah suatu proses yang
terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan baik, mempunyai
urutan/langkah-langkah dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih
baik dengan melihat risiko dan dampak yang ditimbulkan. Menurut Prof. Jean

Universitas Sumatera Utara

34

Cross (1998), manajemen risiko merupakan suatu aktivitas dari mengidentifikasi,
menganalisis,

evaluasi

dan

pengendalian

risiko

yang

bertujuan

untuk

meminimalkan kerugian. Menurut Ramli (2010), manajemen risiko dalam
keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pengelolaan risiko dalam upaya
pencegahan kecelakaan atau keadaan yang tidak diharapkan secara terencana dan
terstruktur dalam suatu sistem.
2.4.1. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses
manajemen risiko sebagaimana yang terdapat dalam Risk Management Standard
AS/NZS 4360, yaitu meliputi :

Gambar 2.5 Bagan Proses Manajemen Risiko
Sumber : AS/NZS 4360:2004

Universitas Sumatera Utara

35

Gambar 2.6 Detail Proses Manajemen Risiko
Sumber : AS/NZS 4360:2004

Universitas Sumatera Utara

36

1. Penentuan konteks (tujuan)
a. Menetapkan konteks strategi
Menentukan hubungan antara organisasi dan lingkungan,
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman organisasi.
b. Membangun konteks organisasi
Sebelum studi manajemen risiko dimulai, maka diperlukan
pemahaman organisasi dan kemampuannya, seperti tujuan dan objektif,
strategi untuk mencapai tujuan itu. Dalam konteks manajemen risiko
organisasi perlu menetapkan tujuan, strategi, ruang lingkup dan
parameter dari aktivitas atau bagian dari organisasi dimana proses
manajemen risiko harus dilaksanakan dan ditetapkan.
2. Identifikasi bahaya
Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya merupakan langkah awal
dalam suatu upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas
organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan manajemen risiko untuk
menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa
organisasi/ perusahaan dan bagaimana terjadinya. Menurut Rijanto (2011), untuk
mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang berhubungan dengan pekerjaan,
maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya.
Menurut Ramli (2010), prosedur identifikasi bahaya berdasarkan OHSAS
18001 adalah sebagai berikut:
a. Mencakup seluruh kegiatan organisasi baik kegiatan rutin maupun non
rutin. Tujuannya agar semua bahaya yang ada dapat diidentifikasikan

Universitas Sumatera Utara

37

dengan baik termasuk potensi bahaya yang dapat timbul dalam
kegiatan yang bersifat non rutin seperti pemeliharaan, proyek
pengembangan dan lainnya,
b. Mencakup seluruh aktivitas individu yang memiliki akses ke tempat
kerja. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang No. 1 tahun
1970, identifikasi bahaya juga mempertimbangkan keselamatan pihak
luar organisasi seperti kontraktor, pemasok atau tamu,
c. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya. Perilaku
yang kurang baik mendorong terjadinya tindakan berbahaya yang
dapat mengarah terjadinya insiden,
d. Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang
dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
yang berada di tempat kerja. Organisasi tidak mungkin hidup atau
jalan sendiri tanpa interaksi dengan pihak lainnya. Banyak sumber
bahaya yang masuk kedalam organisasi seperti dari bahan, jasa,
individu atau material yang dipasok dari luar,
e. Bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja dari aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi,
f. Mencakup seluruh infrastruktur, peralatan dan material di tempat
kerja, baik yang disediakan organisasi atau pihak lain,
g. Perubahan dalam organisasi, kegiatan atau material,

Universitas Sumatera Utara

38

h. Setiap perubahan atau modifikasi yang dilakukan dalam organisasi
termasuk perubahan sementara harus memperhitungkan potensi
bahaya K3 dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas,
i. Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian
risiko dan implementasi pengendalian yang diperlukan,
j. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan,
prosedur operasi dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya terhadap
kemampuan manusia.
Tujuan persyaratan ini adalah untuk memastikan bahwa identifikasi bahaya
dapat dilakukan secara komprehensif dan rinci sehingga semua peluang bahaya
dapat diidentifikasi. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan
karakteristik bahaya, tindakan pencegahan dapat dilakukan lebih awal. Namun
demikian, tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah. Untuk membantu
upaya identifikasi bahaya dikembangkan berbagai metode mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Organisasi harus menetapkan metode
identifikasi bahaya yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai
aspek antara lain :
a. Lingkup identifikasi bahaya yang dilakukan,
b. Bentuk identifikasi bahaya, misalnya bersifat kualitatif dan kuantitatif,
c. Waktu pelaksanaan identifikasi.
Metode identifikasi harus bersifat proaktif atau prediktif sehingga
diharapkan dapat menjangkau seluruh bahaya baik yang nyata maupun bersifat

Universitas Sumatera Utara

39

potensial. Selanjutnya dalam memilih teknik identifikasi bahaya yang dapat
memberikan

acuan

untuk

menentukan

peringkat

risiko

serta

prioritas

pengendaliannya misalnya menggunakan matrik risiko atau peringkat risiko
secara kualitatif atau kuantitatif.
Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan
atas :
a. Teknik Pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika mengalaminya secara
langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah
terjadi, kemudian mengenal dan mengambil langkah pencegahan. Metode
ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan
eksistensinya sehingga dapat terlihat dengan mudah.
b. Teknik Semi Proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena
kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidak
perlu mengalami sendiri setelah itu kemudian diketahui adanya
bahaya.Kekurangan dari teknik ini adalah sebagai berikut :
1. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan
dampak kejadian kecelakaan,
2. Tidak semua kejadian dilaporkan atau di informasikan kepada
pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran,
3. Kecelakaan telah terjadu yang berarti tetap menimbulkan
kerugian, walaupun menimpa pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

40

c. Teknik Proaktif
Merupakan teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya, teknik
ini mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau
dampak yang merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan :
1. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum
menimbulkan kecelakaan atau cedera,
2. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement)
karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya
perbaikan,
3. Meningkatkan “awareness” semua pekerja setelah mengetahui
dan mengenal adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya dan
4. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya
bahaya dapat menimbulkan kerugian
Terdapat berbagai teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif, antara
lain :
a. Data kejadian
Teknik ini bersifat semiproaktif karena berdasarkan sesuatu yang
telah terjadi. Dari suatu kecelakaan atau kejadian akan diperoleh
informasi penting mengenai adanya suatu bahaya. Dari kejadian tersebut
dapat digali informasi yang lebih mendalam. Dari kejadian dapat
diperoleh informasi dan data secara mendalam.

Universitas Sumatera Utara

41

b. Daftar periksa
Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan membuat suatu daftar
periksa tempat kerja (check list) . Melalui daftar periksa dilakukan
pemeriksaan terhadap seluruh kondisi di lingkungan kerja seperti mesin,
penerangan, kebersihan dll. Data periksa dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, sifat kegiatan dan jenis bahaya yang
dominan.
c. Brainstorming
Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan teknik brainstorming
dalam suatu kelompok atau tim di tempat kerja. Tim ini dapat berasal
dari suatu bidang atau departemen tetapi dapat juga bersifat lintas fungsi.
Dalam pertemuan kelompok ini dibahas kondisi tempat kerja. Setiap
anggota kelompok dapat mengemukakan pendapat dan temuannya
mengenai bahaya yang ada di lingkungan masing-masing.
d. What if analysis
Teknik ini merupakan teknik identifikasi yang bersifat proaktif
dengan menggunakan kata bantu “what if”. Sebagai contoh : What if......
jika pompa tiba-tiba mati.
e. Hazops (Hazards and Operability Study)
Merupakan teknik identifikasi bahaya yang sangat komprehensif dan
terstruktur. Digunakan untuk mengidentifikasi suatu proses atau unit
operasi baik pada tahap rancang bangun, konstruksi, operasi maupun
modifikasi. Hazops dilakukan dalam bentuk tim dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

42

kata bantu (guide word) yang dikombinasikan dengan parameter yang
ada dalam proses seperti, level, suhu, dll.
f. Analisis Moda Kegagalan dan Efek (Failure Mode and Effect Analysis)
Teknik identifikasi bahaya yang digunakan pada peralatan atau
sistem. Teknik ini mengidentifikasi kemungkinan kegagalan yang dapat
terjadi serta dampak yang mungkin timbulkannya. Dengan demikian,
dapat dilakukan upaya pengendalian. Sebagai contoh, FMEA dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya pada suatu turbin gas,
kompresor, alat kontrol, katup pengaman dan lainnya.
g. Task Analysis
Digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang berkaitan dengan
pekerjaan atau suatu tugas.
h. Event Tree Analysis
Metode ini menunjukkan dampak yang mungkin terjadi diawali
dengan mengidentifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap
tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan. Sehingga dalam ETA
perlu diketahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem keselamatan atau
prosedur kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah
perbaikan

dampak

yang

ditimbulkan

oleh

pemicu

kejadian

(DiBerardinis, 1999).
i. Analisis Pohon Kegagalan (Fault Tree Analysis)
FTA menggunakan metode analisis yang bersifat deduktif. Dimulai
dengan menetapkan kejadian puncak yang mungkin terjadi dalam sistem,

Universitas Sumatera Utara

43

kemudian semua kejadian yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian
puncak tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon logika kearah bawah.
FTA merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana suatu kecelakaan spesifik dapat terjadi (DiBerardinis,1999).
j. Analisis Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis)
Job Safety Analysis adalah suatu cara yang digunakan untuk
memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya yang sebelumnya
diabaikan dalam merencanakan pabrik atau gedung dan didalam rancang
bangun mesin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan kerja dan
proses kerja (Soeripto, 1997).
Analisis keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan
kerja dan melindungi produktivitas pekerja. Manfaatnya adalah :
1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di
tempat kerja,
2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja,
3.Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan
dalam metode kerja,
4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan
meningkatkan produktivitas,
5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan,
termasuk petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia,
6. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan
prosedur kerja efisien.

Universitas Sumatera Utara

44

3. Analisis Risiko
Analisis risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan
mempertimbangkan antara estimasi konsekuensi dengan perhitungan terhadap
program pengendalian yang dilakukan. Analisis pendahuluan (pre-eliminary
analysis) dapat dibuat terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran mengenai
keseluruhan risiko yang ada kemudian disusun urutan risiko dari yang kecil
sampai ke yang besar. Untuk risiko-risiko yang kecil sementara dapat diabaikan
dan prioritas dapat diberikan terhadap risiko-risiko yang cukup signifikan dapat
menimbulkan kerugian. Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa
terjadi, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko, akibat
yang mungkin timbul dan upaya pengendalian bahaya dibahas secara rinci dan
dicatat selengkap mungkin (Syukri Sahab, 1997).
a. Menetapkan pengendalian yang sudah ada
Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang
sudah ada untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan
kekurangannya.

Alat-alat

yang

digunakan

dinilai

kesesuainnya.

Pendekatan-pendekatan dilakukan misalnya, seperti inspeksi dan teknik
pengendalian dengan penilaian sendiri atau professional judgement
(control self-Assesment Techniques/CST)
b. Konsekuensi/dampak dan kemungkinan
Konsekuensi dan probabilitas dikombinasikan untuk melihat level
atau tingkat risiko. Berbagai metode dapat digunakan untuk menghitung

Universitas Sumatera Utara

45

konsekuensi dan probabilitas, diantaranya dengan menggunakan metode
statistik.
Metode lain yang juga bisa digunakan jika data terdahulu tidak
tersedia, dengan melakukan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum
dari lembaga-lembaga internasional maupun industri sejenis, kemudian
dibuat perkiraan subyektif metode ini disebut metode penentuan dengan
professional judgement. Hasilnya dapat memberikan gambaran secara
umum mengenai level risiko yang ada.
Sumber informasi yang digunakan untuk menghitung konsekuensi
diantaranta adalah :
1. Catatan-catatan terdahulu,
2. Pengalaman kejadian yang relevan,
3. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di indutri dan pengalamanpengalaman pengendaliannya,
4. Literatur-literatur yang beredar dan relevan,
5. Marketing list dan penelitian pasar,
6. Percobaan-percobaan dan prototype,
7. Model ekonomi, teknik, mapun model yang lain dan
8. Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.
c. Jenis analisis risiko
Metode analisis yang biasanya digunakan dalam analisis risiko dapat
bersifat kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif atau bisa juga
kombinasi dari ketiganya tergantung kondisi dan situasinya. Menurut

Universitas Sumatera Utara

46

Ramli (2010), ada beberapa pertimbangan dalam memilih teknik analisis
risiko antara lain :
1. Teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi dan kompleksitas
fasilitas atau instalasi serta jenis bahaya yang ada dalam operasi,
2.

Teknik tersebut dapat membantu dalam menentukan pilihan cara
pengendalian risiko,

3.

Teknik tersebut dapat membantu membedakan tingkat bahaya secara
jelas sehingga memudahkan dalam menentukan prioritas langkah
pengendaliannya,

4.

Cara penerapannya terstruktur dan konsisten sehingga proses
manajemen risiko dapat berjalan berkesinambungan. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam
analisis risiko menurut AS/NZS 4360:2004

a.

Analisis kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui risiko suatu
fasilitas atau kegiatan jika data-data yang lengkap tidak tersedia.
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif
untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur
seperti risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi.
Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau probability
diberi rentang antara risiko yang jarang terjadi (rare) sampai dengan
risiko yang dapat terjadi setiap saat (almost certain). Sedangkan
untuk keparahan atau consequence dikategorikan antara kejadian

Universitas Sumatera Utara

47

yang tidak menimbulkan cedera atau kerugian kecil sampai dampak
yang paling parah yaitu menimbulkan kejadian fatal (meninggal
dunia) atau kerusakan besar terhadap asset perusahaan.
Tabel 2.1 Ukuran kualitatif dari keparahan (consequences)
Level

Penjelasan

Contoh penjelasan rinci

1

Insignificant Tidak terjadi cedera, kerugian financial kecil

2

Minor

3

Moderate

4

Major

5

Catastrphic

P3K, penanganan di tempat, kerugian finacial
sedang
Memerlukan perawatan medis, penanganan di
tempat dengan bantuan pihak luar, kerugian
financial besar
Cedera berat, kehilangan kemampuan produksi,
penanganan luar area tanpa efek negatif, kerugian
financial besar
Kematian, keracunan hingga keluar area dengan
efek gangguan, kerugian finasial sangat besar.

Sumber : AS/NZS 43600: 2004 Risk Management Guide

Tabel 2.2 Ukuran kualitatif dari kemungkinan (probability)
Level

Penjelasan

Contoh penjelasan rinci

1

Almost Certain

Terjadi hampir disemua keadaan

2

Likely

3
4

Possible
Unlikely

Sangat mungkin terjadi hampir
keadaan
Dapat terjadi sewaktu-waktu
Kemungkinan terjadi jarang

5

Likely

Hanya dapat terjadi pada keadaan tertentu

disemua

Sumber : AS/NZS 43600: 2004 Risk Management Guide

Universitas Sumatera Utara

48

Gambar 2.7 Matriks analisis risiko kualitatif (level of risk)
Sumber : AS/NZS 43600: 2004 Risk Management Guide

b.

Analisis semi kuantitatif
Dalam analisis semi kuantitatif, skala yang telah disebutkan
tersebut kemudian diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah
menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko
yang ada. Misalnya suatu risiko mempunyai tingkat probabilitas
yaitu sangat mungkin terjadi (almost certain), kemudian diberi nilai
100. Lalu dilihat tingkat konsekuensi yang terjadi misalnya
konsekuensi yang dapat terjadi adalah sangat parah, lalu diberi nilai
50. Maka tingkat risikonya adalah sebesar 100 x 50 = 5000.
Diperlukan kehati-hatiaan dalam menggunakan analisis semi
kuantitatif, karena nilai yang dibuat belum tentu mencerminkan
kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan
tergantung dari tingkat pengetahuan tim ahli dalam analisis tersebut
terhadap proses terjadinya sebuah risiko.

Universitas Sumatera Utara

49

Salah satu metode analisis semi kuantitatif yang sering
digunakan yaitu metode Fine (Dickson,2001). Metode tersebut
terdiri dari tiga faktor utama yaitu consequence, exposure dan
likelihood yang telah ditentukan rating atau nilainya. Nilai dari
ketiga faktor tersebut dikalikan untuk mengetahui tingkat risikonya.
Tabel 2.3 Kriteria dan nilai dari faktor consequences
Faktor
Tingkatan
Deskripsi
Catastrophe Kerusakan fatal/parah beragam
fasilitas lebih dari $ 1 juta,
aktivitas
dihentikan,
terjadi
kerusakan lingkungan yang sangat
luas
Disaster
Kematian, kerusakan permanen
Consequence
yang bersifat lokal terhadap
(akibat yang
lingkungan, kerugian $ 500.000mungkin
2.000.000
ditimbulkan
Very
Terjadi cacat permanen/penyakit
dari
suatu
parah, kerusakan lingkungan yang
kejadian atau Serious
tidak permanen, dengan kerugian
peristiwa)
$50.000-500.000
Serious
Terjadi dampak yang serius tapi
bukan cedera dan penyakit parah
yang permanen, sedikit berakibat
buruk pada lingkungan, dengan
kerugian $ 5.000-50.000
Important
Membutuhkan penanganan medis,
terjadi emisi buangan di lokasi
tetapi
tidak
mengakibatkan
kerusakan, dengan kerugian $
500-5.000
Noticeable
Terjadi cedera atau penyakit
ringan, memar bagiah tubuh,
kerusakan kecil kurang dari $500,
kerusakan ringan atau terhentinya
proses kerja sementara waktu,
tetapi
tidak
mengakibatkan
pencemaran luar lokasi

Rating
100

50

25

15

5

1

Sumber : Jean Cross, 2004

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 2.4 Kriteria dan nilai dari faktor exposure
Faktor

Tingkatan

Exposure
(paparan
frekuensi
pemaparan
terhadap
bahaya
atau
sumber
risiko)

Dekripsi

Rating

Continously

Sering terjadi dalam satu hari

10

Frequently

6

Rare

Terjadi kira-kira satu kali dalam
sehari
Terjadi satu kali seminggu
sampai satu kali sebulan
Satu kali dalam sebulan sampai
satu kali dalam setahun
Jarang terjadinya

Very rare

Tidak diketahui kapan terjadinya

0,5

Occasionally
Infrequent

3
2
1

Sumber : Jean Cross,2004

Tabel 2.5 Kriteria dan nilai dari faktor probability
Faktor

Tingkatan

Dekripsi

Rating

Almost certain

Kejadian yang paling sering
terjadi
Kemungkinan terjadi kecelakaan
50%
Tidak biasa namun memiliki
kemungkinan terjadi
Suatu kejadian yang sangat kecil
kemungkinan terjadinya
Tidak pernah terjadi kecelakaan
dalam tahun-tahun pemaparan
tetapi mungkin terjadi
Sangat tidak mungkin terjadi

10

Probability
(kemungkinan
terjadinya
bahaya yang
menyertai
suatu kejadian
atau peristiwa

Likely
Unusual but
possible
Remotely
possible
Conceivable

Practically
impossible

6
3
1
0,5

0,1

Sumber : Jean Cross,2004

Tabel 2.6 Level/prioritas risiko
Tingkat risiko
Comment
>350

Very high

180-350

Priority 1

Action

Penghentian aktivitas, risiko
dikurangi hingga mencapai
batas yang dapat diterima
Perlu dilakukan penangan

Universitas Sumatera Utara

51

70-180

Substantial

20-70

Priority 3