Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam Tahun 2016
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Survei Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Job Safety Analysis (JSA) Pengelasan Lampiran 4. Job Safety Analysis (JSA) Penggerindaan Lampiran 5. Job Safety Analysis (JSA) Perancah Lampiran 6. Risk Assement Internal Study Activity Lampiran 7. Dokumentasi
(2)
(3)
(4)
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
DATE/JSA No. (Tgl/JSA No.) 11 April 2016 DEPARTMENT : (Bagian/Fungsi) Fabrikasi JOB (Pekerjaan) : Welding
SUPERVISOR : (Pengawas) Welding Supervisor LOCATION : (Lokasi) Workshop 5
SEQUENCE OF BASIC JOB STEPS
(URUTAN LANGKAH DASAR PEKERJAAN)
POTENTIAL ACCIDENT OF HAZARDS (POTENSI DAPAT TERJADI
KECELAKAAN) CONSEQUENCES (KEPARAHAN) PROBABILTY (KEMUNGKINAN) EXPOSURE (PAPARAN) RISK LEVEL (LEVEL RISIKO) RISK CONTROL (PENGENDALIAN RISIKO)
1. Mempersiapkan peralatan dan material baja/besi yang akan di las.
2. Menyambungkan arde (ground) pada benda kerja.
Tergores
Tersandung kabel
Kaki tertimpa material
Kebisingan Tersengat/tersetrum listrik Kebisingan Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Very serious (15) Noticeable (1) Unusual but possible (3) Likely (6) Almost certain (6) Remotely possible (1) Likely (6) Remotely possible (1) Continously (10) Continously (10) Frequently (6) Continously (10) Continously (10) Continously (10)
Priority 3 (30) Priority 6 (60)
Acceptable (12) Acceptable 3(10) Very high (900) Acceptable (10)
Menggunakan safety gloves yang telah disediakan. Merapikan jalur yang dilewati kabel agar tidak terlilit.
Memperhatikan posisi pada saat mengangkat dan menggunakan safety shoes. Menggunakan ear plug selama berada di workshop. Pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas.
Menggunakan ear plug selama berada di workshop.
(5)
3. Menghidupkan sumber listrik yang berasalah dari generator AC/DC serta menyesuaikan ampere.
4. Melakukan proses pengelasan. Tersengat/tersetrum listrik Tersandung kabel Kebisingan Korsleting Kebakaran Terjepit holder Tersengat/tersetrum listrik
Metal fume fever
Iritasi kulit dan mata yang berasal dari sinar UV
Serious (15) Noticeable (1) Noticeable (1) Very serious (25) Very serious (25) Noticeable (1) Serious (15) Important (5) Important (5) Likely (6) Conceivable (0,5) Remotely possible (1) Remotely possible (1) Conceivable (0,5) Unusual but possible (3) Likely (6) Almost certain (10) Likely (6) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Occasionally (3) Occasionally (3) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Very high (900) Acceptable (5) Acceptable (10) Substantial (75) Priority 3 (37,5)
Priority 3 (30)
Very high (900) Very high (500) Priority 1 (300)
Pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas dan tidak menghidupkan mesin dengan tangan yang basah. Merapikan posisi kabel agar tidak terlilit.
Menggunakan ear plug selama berada di workshop. Tidak meletakkan generator diatas genangan air.
Tidak meletakkan generator diatas genangan air dan tidak meletakkan bahan kimia mudah meledak di dekat generator.
Memposisikan tangan
berlawanan dengan
elektrode yang dijepit. Pemeriksaan rutin kabel dan menggunakan safety gloves sebagai isolator.
Memastikan terdapat pertukaran udara melalui ventilasi dan menggunakan
APD berupa kedok
pernapasan.
Menggunakan APD berupa pakaian coverall, kacamata dan kedok las serta helm las.
(6)
5. Mendinginkan material baja/ besi yang telah di las.
6. Membersihkan material dengan chipping hammer.
Sinar inframerah Kelelahan mata
Terkena spark atau spatter
Kelelahan otot
Kebisingan Ledakan
Terkena material yang masih panas
Tersandung kabel Kebisingan
Terpukul chipping hammer
Tergores material tajam Kebisingan Important (5) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Disaster (100) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Likely (6) Likely (6) Almost certain (10) Almost certain (10) Remotely possible (1) Practically impossible (0,1) Likely (6) Conceivable (0,5) Remotely possible (1) Likely (6) Unusual but possible (3) Remotely possible (1) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Contionously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Priority 1 (300) Acceptable (60) Substantial (100) Substantial (100) Acceptable (10) Substantial (100) Priority 3 (60)
Acceptable (5) Acceptable
(10) Priority 3 (60)
Priority 3 (30) Acceptable
(10)
Menggunakan APD berupa kedok las dan helm las Menggunakan kacamata Menggunakan helm las dan kedok las yang dilengkapi kaca penyaring
Melakukan peregangan otot/ strectching ketika selesai melakukan aktivitas dan istirahat
Menggunakan ear plug selama berada di workshop Tidak meletakkan bahan kimia di dekat proses pengelasan
Menggunakan APD berupa safety gloves
Merapikan posisi kabel agar tidak terlilit
Menggunakan ear plug selama berada di workshop
Memperhatikan dan
berkonsentrasi pada saat memukul dengan chipping hammer
Menggunakan APD berupa safety gloves
Menggunakan ear plug selama berada di workshop
(7)
7. Memutuskan sumber energi listrik AC/DC.
8. Memindahkan material yang telah selesai dil las.
9. Membersihkan area kerja.
Tersandung kabel
Tersengat/tersetrum listrik
Tertimpa material
Tergores material tajam
Terhirup gram sisa pengelasan
Tertusuk material tajam
Noticeable (1) Serious (15) Noticeable (1) Noticeable (1) Important (5) Noticeable (1) Conceivable (0,5) Likely (6) Likely (5) Unusual but possible (3) Unusual but possible (3) Likely (6) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Acceptable (5) Very high (900) Priority 3 (50)
Priority 3 (30)
Subtantial (150) Priority 3 (60)
Merapikan posisi kabel agar tidak terlilit.
Pemeriksaan rutin kabel dan menggunakan safety gloves sebagai isolator.
Memperhatikan prosedur pada saat mengangkat dan menggunakan safety shoes. Menggunakan safety gloves.
Menggunakan masker.
(8)
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
DATE/JSA No. (Tgl/JSA No.) 19 April 2016 DEPARTMENT : (Bagian/Fungsi) Fabrikasi JOB (Pekerjaan) : Grinding
SUPERVISOR : (Pengawas)
LOCATION : (Lokasi) Workshop 5
SEQUENCE OF BASIC JOB STEPS (URUTAN LANGKAH DASAR
PEKERJAAN)
POTENTIAL ACCIDENT OF HAZARDS (POTENSI DAPAT TERJADI
KECELAKAAN) CONSEQUENCES (KEPARAHAN) PROBABILTY (KEMUNGKINAN) EXPOSURE (PAPARAN) RISK LEVEL (LEVEL RISIKO) RISK CONTROL (PENGENDALIAN RISIKO) 1. Mempersiapkan peralatan dan material yang akan di gerinda.
2. Menyetel batu/ disk
gerinda dan
menyalakan sumber listrik.
3. Proses penggerindaan material baja/ besi.
Tertimpa material Tergores material Kebisingan
Tergores disk gerinda Tersengat listrik Kebisingan Terkena gram Tertimpa material Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Important (5) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable Unusual but possible (3)
Unusual but possible (3)
Remotely possible (1)
Likely (6)
Unusual but possible (3)
Remotely possible (1)
Almost certain (10) Unusual but Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously Priority 3 (30) Priority 3 (30) Acceptable 3(10) Priority 3 (60) Subtantial (150) Acceptable 3(10) Subtantial (100) Priority 3
Menggunakan APD yakni
safety shoes.
Menggunakan APD yakni
safety gloves.
Menggunakan ear plug
selama berada di
workshop.
Menggunakan safety gloves.
Pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas.
Menggunakan ear plug
selama berada di
workshop.
Menggunakan safety shield.
(9)
4. Tahap akhir yakni melepaskan batu/disk gerinda. Kebisingan Tersetrum listrik Terpotong
Terkena pecahan disk
Kebakaran
Carpal Tunnel Syndrome/ Hand Arm Vibration Tergores Terhirup debu/gram Kebisingan Noticeable (1) Important (5) Very serious (25) Very serious (25) Very serious (25) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Noticeable (1) Likely (6) Unusual but possible (3) Unusual but possible (3) Unusual but possible (3) Conceivable (0,1) Unusual but possibe (3) Unusual but possible (3) Likely (6) Remotely possible (1)
Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Continously (10) Priority 3 (60) Subtantial (150) Very high (750) Very high (750) Priority 3 (25) Priority 3 (30) Priority 3 (30) Priority 3 (60) Acceptable 3(10)
Menggunakan ear plug
selama berada di
workshop.
Pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas.
Mematuhi prosedur penggerindaan dan konsentrasi pada saat proses berlangsung. Memastikan prosedur pemasangan disk dan mematuhi prosedur
selama proses
berlangsung.
Housekeeping dan tidak meletakkan bahan kimia yang mudah meledak
didekat lokasi
penggerindaan.
Pengaturan jadwal kerja dan penggunaan sarung tangan yang dapat meredam getaran.
Menggunakan APD yakni
safety gloves.
Menggunakan masker yang dapat mencegah masuknya partikel debu atau gram.
Menggunakan ear plug
(10)
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
Job Sabety Analysis
DATE/JSA No. (Tgl/JSA No.) 11 April 2016 DEPARTMENT : (Bagian/Fungsi) Fabrikasi JOB (Pekerjaan) : Scaffolding
SUPERVISOR : (Pengawas)
LOCATION : (Lokasi) Workshop 5
SEQUENCE OF BASIC JOB STEPS (URUTAN LANGKAH DASAR
PEKERJAAN)
POTENTIAL ACCIDENT OF HAZARDS (POTENSI DAPAT TERJADI KECELAKAAN)
CONSEQUENCES (KEPARAHAN) PROBABILTY (KEMUNGKINAN) EXPOSURE (PAPARAN) RISK LEVEL (LEVEL RISIKO) RISK CONTROL (PENGENDALIAN RISIKO)
1. Memeriksa lmkasi (kmndisi dasar) dan ketinggian
pemasangan
scaffolding.
2. Menyiapkan material, ukuran, dan lmkasi
erection (pemasangan). Kebisingan Tertimpa material Tersandung material Kelelahan mtmt Kebisingan Noticeable (1) Important (5) Nmticeable (1) Nmticeable (1) Noticeable (1) Unusual but possible(6) Unusual but
possible (3)
Likely (6)
Almmst certain (10) Unusual but possible(6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Priority(36) Subtantial (90)
Primrity (36)
Substantial
(60)
Priority(36)
Menggunakan ear plug
selama bekerja di
workshop.
Memperhatikan prmsedur ketika membawa material dan menggunakan safety
shoes.
Melakukan housekeeping
agar material yang akan dipasang tersusun rapi. Istirahat dan melakukan peregangan mtmt/
stretching.
Menggunakan ear plug
selama bekerja di
(11)
pemasangan scaffolding. 4. Erection (pemasangan) scaffolding. 5. Penyelesaian. Tersandung material Kebisingan
Tertimpa material dan peralatan
Terjatuh dari ketinggian Tergelincir/Terpeleset saat memanjat
Kelelahan mtmt/ kram
Kebisingan
Tersengat listrik
Scaffmlding rmbmh atau terjatuh
-Terjatuh saat turun
Noticeable
(1)
Noticeable
(1)
Serious(15)
Very serious (25) Important (5) Noticeable (1) Noticeable (1)
Serious (15)
Very serious (25) Very serious (25) Likely(6) Unusual but
possible (3)
Likely(6)
Unusual but
possible(3)
Likely(6) Likely(6) Unusual but possible(6) Cmnceivable (0,5) Unusual but possible(3) Unusual but possible(3) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Frequently (6) Priority(36) Acceptable (18) Very high (540) Very high (450) Priority 1 (180) Priority 3 (36) Priority 3 (18) Priority 3 (45) Very high (450) Very high (450)
Melakukan housekeeping
agar material yang akan dipasang tersusun rapi. Menggunakan ear plug
selama bekerja di
workshop.
Menggunakan safety
helmet dan tidak
melempar material atau peralatan
Menggunakan full body harness
Memperhatikan dan mematuhi prmsedur dalam memanjat
Istirahat dan melakukan peregangan mtmt/
stretching.
Menggunakan ear plug
selama bekerja di
workshop.
Mematuhi prmsedur pemasangan scaffolding
jika terdapat kabel listrik. Memastikan prmsedur pemasangan terpenuhi, memeriksa kekuatan scaffmlding dan fullbody
harness.
Memperhatikan langkah kaki saat menuruni
(12)
As At No Work Activity Hazard Possible Accident Severity Likely
Hood Risk Level Risk control Measure Document Support No. Action By Residual Risk Verify / sign date / Note
1 Grinding and
Cutting Process
objects being cut falling (metal
concrete falling onto feet) Injury 2 2 4
PPE must be worn (preferably steel
toe-capped). Production L
Material will be secured both. Production
Cable Broken Electrical shock 3 2 6 The equipment will be checked regular (3 Month) by color Coding Maintenance L Then ensure the equipment by each user
there are no defects in the cable, casing, plug or cutting head.
Production Power cable will be kept clear of the moving
parts at all the time. Production
Disc Broken Face, hand or body injury 3 2 6 Power supply to be disconnected when charging any grinding attachments or discs. Production M Face Shield must be worn Production
Ensure the disc proper to do the job then
ensure validasi of discs Production
Fire serious burn and death, exposure to projectiles and damage to property 3 2 6 Work area assessed before using so that
combustible materials can be removed. HSE & Production L Suitable fire extinguishing media will be to
hand to extinguish HSE
Sight/ Vibration/ Noise/ Dust 2 2 4
Suitable gloves, goggles, ear defenders, and dust mask will be worn when using the equipment
Production M
regular every 6 (Six) month noise monitoring HSE
Repetitive Action/ Physical Fatigue 2 3 6
Work to be of short duration and no more than 30 minutes and if extended regular breaks with finger and body exercises (5 Minutes) used to help regulate blood supply in the fingers and body.
Production L
2 CuttingTorch
Process Fire Burns And Fire 3 2 6
Work area assessed before using so that
combustible materials can be removed. Production M Keep the fire extinguisher & fire hoses in
ready condition HSE & Production Keep trained fire watch as standby Production wear long sleeved coverall, use leather hand
gloves. Production
Keep first aid kit at site HSE
Oxy-Acetylene Cyilinders leaking Explosion & Fire 3 2 6
The entry of non-certified tools/ equipment/ mobile plant are to be authorized under appropriate work permit.
Store M
Keep Oxy-Acetylene cylinders safely at least
20 feets away from the work location. Production Close the isolation valve at cylinders when
not in use Production
Install Flashback arrestor Production
Metal object fall down Body Injuries 2 1 2 PPE must be worn (preferably steel
toe-capped). Production L
Material will be secured both, and clear
object area before start Production
Flash light impact Blind 3 2 6 Dark goggle must be worn Production M
Heat Radiation Dehydration 2 2 4 Wear the required PPE(Long sleeve coverall,
apron, safety goggle, etc) Production L
Gas/ Vapor/ Dust Toxic Respiratory Disorders 2 2 4 Ensure the worksite is free from flammable / toxic vapor or liquid. HSE & Production L Mask (dust mask) must be worn then 6 (six)
month check for ambient air HSE & Production
RISK ASSESSMENT INTERNAL STUDY ACTIVITY
PT. Citra Tubindo Engineering
(13)
3 Welding Process Cable Electrical Hazard Electrical shock 3 2 6 The equipment will be checked regular (3
Month) by color Coding Maintenance L
Then ensure the equipment by each user there are no defects in the cable, casing, plug or cutting head.
Production
Power cable will be kept clear of the moving parts at all the time.
Inspect all cords, connectors, ground clamps, etc. for defects. Assure all protective covers/boots are in place to prevent contact with energized parts.
Ignition Spatter Eyes Injury 3 3 9 Weld shield must be worn Production M
Flash Light impact infrared & ultraviolet radiation, burns
to eyes & skin from arc flash 3 3 9
Ventilate the space using natural air draft,
exhaust fan Production M
Welding Slip, weld Shield must be worn
Fumes & Gasses (CO, CO2, NO,
NO2,etc) Respiratory Disorders 3 3 9
Ventilate the space using natural air draft,
exhaust fan Production M
Mask (dust mask) must be worn then 6 (six)
month check for ambient air HSE & Production
Fire Burns And Fire 3 2 6 Work area assessed before using so that
combustible materials can be removed. Production M Keep the fire extinguisher & fire hoses in
ready condition HSE & Production Keep trained fire watch as standby Production wear long sleeved coverall, use leather hand
gloves. Production
Keep first aid kit at site HSE
Hazardous Waste Environmental issue 2 3 6 increase awareness, improvement and
prepared for temporary hazardous waste HSE & Production M 4 Sand Blast
Process High-Speed Particles
Struck in the skin, eye damage,
severe cuts 3 2 6
Never pointing a blast nozzle at a person; Using a dead-man control device at the nozzle end of the blasting hose;
Production Ensuring, where possible that only one
employee operates each blast nozzle; HSE & Production conducting abrasive blasting in a blasting
enclosure or an area isolated from the workplace to reduce the possibility of employee of employees and others being struck by high-speed particles
Production
Using appropriate personal protective
equipment (PPE) when blowing. Production
High-pressure Serious injuries (Loss of sight, body parts) 3 2 6 Controlled acces to the blasting area; use of a dead-man control on the blast nozzle; Production M Use of metal nozzle and hose couplings; Production
Use of hose-coupling safety locks and hose
whip checks; Production
Inspection of all hoses and connection prior
to use Production
Use appropriate PPE Production
Noise Permanent hearing loss 3 2 6 Ear plug must be worn Production M Employee noise monitoring; yearly
audiometric testing; Noise awareness HSE & HR
Vibration and other ergonomic Nerves and blood vessels in the fingers (Vibration Syndrome) 2 2 4 Use of protective gloves to keep hands warm and dry while on th job Production L Reducing the extent and duration of
continous exposure to vibration through job rotation or more frequent breaks (e.g, a 10 minutes break after each hour of continous blasting)
Production
frequent and careful maintenance of blasting equipment according to manufacturer's recommendations;
Production
5 Painting Process Slip, trip and fall Slip, trip and fall due to wet and slippery ground, injury 2 2 4 keep working area clean and dry at all times,
Check for suitable position for equipment Production M housekeeping to be done before
commencement and end of any work
fire and explosion serious burn and death, exposure to
projectiles and damage to property 3 2 6
ensure no hotwork and/or other heat
(14)
Environmental issue Know and use of material safety data sheet Production all paint not in grounding and using
(15)
6 Confined Space Deficiency of oxygen in air Gasping, respiratory arrest, heartbeat
stop (fatality death) 3 3 9
Ensure permit to work, then attached blood pressure of workers range (100-150) fit to do the job.
HSE & Prodution M
Atmosphere check using gas detector before
commencement and during progress activity. HSE & Prodution Ensure the exit route and the relevant
emergency escape procedures (Stretcher, First aid kit, ERT)
HSE, ERT & Prodution
Fire and Explosion serious burn and death, exposure to projectiles and damage to property 3 3 9 Atmosphere check using gas detector before commencement and during progress activity. HSE & Production M Ensure ventilation by install blower and
exhaust fan. Production
Keep the fire extinguisher & fire hoses in
ready condition HSE
Ensure no leaking gasses Production
Entrapment Unsafe oxygen, dust, vapour gasses 3 2 6
Toolbox talk concerning possible dangers caused by works to be performed outside the confined space and stability and the possobility of sudden movements
HSE & Production M
Stanby Watchman Production
Noise Permanent hearing loss 2 3 6 Ear plug must be worn Production L Employee noise monitoring; yearly
audiometric testing; Noise awareness HSE & HR Physical (Extremely high or low
temperature), dampness Collapse 3 2 5
Work to be of short duration and no more
than 2 hours. HSE & Production M
Stanby Watchman Production
Slip, trip and fall Slip, trip and fall due to wet and slippery ground, injury 2 2 4 keep working area clean and dry, Check for suitable position for equipment Production L ensure the source of illumination Production
7
Pressure Testing (Hydrostatic/
Pneumatic)
Unauthorized Personnel Injury to others people 3 2 6 Conduct Toolbox talk HSE M Barricade the area where pressure-test is to
be carried out. HSE & Production
Post warning notice HSE
provide require signs, barricades or other protective barriers are placed in a manner and at a distance sufficient to demarcate a safe zone to protect personnel and the public from unanticipated pressure release or equipment failure.
HSE & Production
Defective tools/ Equipment flying object due to the worker and others 3 2 6
Ensure the equipment/ tool to be used for pressure testing (such as hose, couppling, pressure gauge, spade gasket,whipcheck, etc) are free from defect and suitable for the pressure rating of the system.
HSE & Production M
exceeding maximum allowable
pressure explosion 3 3 9
ensure the pressure relieving device is set at maximum allowable pressure for weakest portion of the segment to be pressure-tested
HSE & Production M
keep away from the pressurized segment of
the system being pressure-tested. HSE & Production Monitor the pressure gauge from a safe
distance away from the potential source of high pressure jetting (such as flange joint, spade, coupling, etc)
HSE & Production ensure the workers are wearing required PPE HSE & Production Never increase the test pressure more than
the maximum allowable pressure for the weakest portion in segment or pressure rating of the hose & coupling.
Production do not leave the pressurized hose
unattended when the pressurized-test is going in
Production Do not change (exceed/ decrease) the
duration of pressure test without permission from inspection engineer
Production
Scattered Material Injury 2 2 4 ensure proper wind up & housekeeping at
(16)
8 Working at Height
Poor maintenance of acces equipment (eg. Ladders, steps,
scaffolds,etc)
Major injury, Fatality (Personnel,
other people) 2 3 6
Regular inspection of equipment before every
use records kept Production M
immediate removal and disposal of acces
equipment found to be defective prior to use. Production Suitable personal protective equipment must
be available HSE & Production
inadequate preparadness for operational type
Major injury, Fatality (Personnel,
other people) 3 2 6
ensure that crews and supervisors are
adequately trained and competent. HSE & Production M identify, risk asses and adequately control all
reasonably forseeable types operational incident where work at height activities can be expected
HSE & Production
ensure that adequate systems are in place to notify personnel about inclement weather at incident e.g high wind warning, etc ensure formulated an effective plan to rescue personnel who have become suspended in fall arrest equipment following a fall
HSE, Production & ERT
Failure to establish a safe system of work
Major injury, Fatality (Personnel,
other people) 2 2 4
ensure that an appropriate response is
mobilised to work at height incident HSE, Production & ERT M adopt a default to defensive mode until
suitable safe system of work is established Production
inappropriate use of tower scaffolds causing tips and falls
Major injury, Fatality (Personnel,
other people) 2 3 6
Equipment to be used only where there is a
firm level surface Production M
all equipment to be visually inspected before
use and records kept Production appropriate footwear to be worn Production equipment should be suitably stored after
used Production
work at height training to be undertaken HSE
Inappropriate use of ladders /
stepladders Injury 2 2 4
ladders only to be used for low risk work and a short duration of time (maximum 30 Minutes)
HSE & Production L ladders to be made secure by tying at the
top and bottom or footed by a person at the base of ladder.
HSE & Production safe procedures e.g. Three points of contact
to be maintained at all times when working to avoid overreaching
Produciton
M falls from height Major injury, Fatality (Personnel, other people) 3 3 9
Ensure permit to work, then attached blood pressure of workers range (100-150) fit to do the job.
HSE
use of long handled tools where appropriate Produciton suitable equipment used for specific jobs Produciton staff not to use furniture or other
inappropriate fixed/mobile structures for working at height
Produciton
consider use of fall arrest systems depending
on nature of a task, equipment and duration Produciton adequate and appropriate signs in place to
warm of hazards below work area HSE work scheduled to take place when
persons/others are not in the immediate area Produciton no work at height to be done outside in poor
wather Produciton
carrying o materials Injury 2 3 6
on a ladder or stepladder do not overload it -th person any-thing -there are taking up should not exceed the highest load stated on the ladder.
Produciton M if a task involves a worker carrying more than
10 kg (a bucket of something) up the ladderor steps it will need to be justified by a detailed manual handling assement.
Produciton
Falling objects Major injury, Fatality (Personnel,
other people) 2 3 6
good housekeeping in place to ensure nothing is stored in such a way that it will fall from weight
(17)
9
Loading & Unloading Material and Lifting Operation
Wrong assesment and wrong
Selection Body Injury, Property damage 2 2 4 Competent & experience lifting supervisor Produciton L Lifting can only be carried out with
recommended lifting gears and lifting machines
Produciton
Structure failure (eye lug) Body Injury, Property damage 3 2 6 Welding eye lug, must check by competent
person (e.g QA/QC, Enggineering, etc) Produciton M Verified NDT report prior to lifting operation Produciton
Falling from height (if rigging is required to be performed at height), falling lifting gears, improper handling
Hand and finger injury 3 6 Increase safety awareness through safety
briefing/training. HSE M
To be carried out be qualified rigger Produciton Appropriate PPE used (Hand Glove, etc) Produciton Select correct lifting gear for the task (size
and capacity) Produciton
all loose items must be secured/removed and safety harness to be used above 2M and on hanging staging
Produciton
Ensure crane operator, rigger and signalman
have clear communication (walkie talkie, etc) HSE & Production
Falling and caught by suspended load, crane failure, foul weather,
toppling
Body Injury, Property damage 3 3 9 Use lifting signals, Barricade the area and
use tag line Produciton M
ensure competent crane operator HSE & Production ensure proper lifting equipment used HSE & Production don't stand under suspended load HSE & Production put sign board and alert workers on the
operation HSE & Production
Ensure crane operator, rigger and signalman
have clear communication (walkie talkie, etc) Produciton
Hit by Object, restricted visibility, miscommunication (Load Positioning, swinging the load for
proper positioning)
Body Injury, Property damage 3 2 6
Use additional lifting gear, use tag line and ensure sufficient manpower to handle tag line, and barricade the area.
Produciton M stop work during foul wather ALL Employee ensure adequate lighting prior to lifting (maint) Produciton Don't stand under suspended load, use
whistle for area clearance and place signboard , and crane siren.
HSE & Production ensure the immediate lifting area is cordoned
off. Produciton
Swing slowing-observed HSE & Production
6 High 9 High 2
(Hazard Occur at least once a day) 3 ( Hazard can be expected to occur at least once during the work/continue
1 Low 2 Medium 3 Medium 2 Medium 4 High 6 High PREPARED BY HSE Officer
Severity Level (Tingkat Keparahan) Likelihood Level (Tingkat
Kemungkinan) (No Injury / First Aid 1 Injury)
APPROVED BY
HSE Manager
RISK LEVEL (Tingkat Resiko) 2 (Lost Time or Medical
Treatment Injury)
3 (Multiple Injuries/Fatality) 1
(18)
DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Proses Pengelasan (Welding)
Gambar Lampiran 1.1 Persiapan Proses Pengelasan
(19)
Gambar Lampiran 1.3 Generator
(20)
Gambar Lampiran 1.5 Pemasangan Elektrode Pengelasan
(21)
Gambar Lampiran 1.7 Keadaan Workshop Berlangsungnya Pengelasan
(22)
Gambar Lampiran 1.9 Posisi Kabel Yang Melilit
(23)
2. Proses Perancah (Scaffolding)
Gambar Lampiran 2.1 Scaffolder Mulai Memanjat Untuk Pemasangan
(24)
Gambar Lampiran 2.3 Scaffolding Yang Telah Terpasang Sempurna
(25)
Gambar Lampiran 2.5 Scaffolding Yang Telah Terpasang Sempurna
(26)
Gambar Lampiran 2.7 Material Yang Tidak Tertata Rapi
(27)
Gambar Lampiran 2.9 Material Yang Bertumpuk
(28)
Gambar Lampiran 2.11 Swivel Coupler
(29)
Gambar Lampiran 2.13 Barricade Selama Pemasangan Scaffolding
(30)
3. Proses Penggerindaan (Grinding)
Lampiran Gambar 3.1 Percikan Api Yang Berasal Dari Proses Penggerindaan
(31)
Lampiran Gambar 3.3 Persiapan Proses Penggerindaan
(32)
(33)
(34)
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2015. Analisa Potensi Bahaya dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) pada Proses Coal Chain di Pertambangan Batubara PT. Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014. Skripsi. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Australian Standard/ New Zealand Standard. 2004. Australian Standard/New Zealand Standard Risk Management 4360: 2004. Sydney and Wellington: Author.
Silalahi, B.N.B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja . Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Betania, V. 2014. Analisis Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Produksi Betaine di PT. Evonik Sumi Asih Tahun 2014. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Cahyanti, W P D. 2013. Risk Assesment Pekerjaan Pengelasan pada Bagian Doubel Bottom Pembangunan Kapal di PT X Surabaya . The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health : Vol 2, 45-51.
Cross, et.al.2004. OHS Risk Management Handbook. Australia: Standards Australia International Ltd.
Cross, J. 1998.Risk Management. Australia: University of New South Wales, Departmen of Safety Sciene
Dickson, T. 2001. Calculating Risk : Fines’s Mathematical Formula 30 Years Later. Australian Journal of Outdooreducation.
Direktoral Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2008. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Author.
(35)
E. Bird, Jr, Frank and L. Germain. (1985). Practical Loss Control Leadership. International Loss Control Institute.
Fine, W T. 1971. Mathematical Evaluation for Controlling Hazard. Australia: Central Queensland University.
Geller, E., S. 2001. The Physichology of Safety handbook. Washington D.C : Lewis Publisher.
Gusani, A. 2012. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Penyamakan Kulit X Tahun 2012. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Handayani, F. 2013. Penilaian Risiko Keselamatan Kerja dari Bahaya Mekanik pada Pekerja Pembuat Mebel Kayu di Industri Informal “Indah Jati Furniture” Kota Depok. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Healey, B. J. dan Walker K. T. 2009. Introduction to Occupational Health in Public Health Practice. San Fransisco: Jossey-Bass.
Heinrich H. W. (1980). Industrial Accident Prevention. New York: Mc. Graw Hill Book Company.
HSE Gov UK. 2011. Five Steps to Risk Assesment. www.hse.gov.uk/pubns/indg163.pdf di akses 13 Januari 2016.
International Organization for Standarization. 2008. ISO 31000: 2009 Risk Management. Principle and Guidelines of Implementation.
Kolluru, R Et al. 1996. Risk Assesment and Management Handbook for Environmental, Health and Safety Professionals. United States: McGraw-Hill Inc.
Kurniawidjaja, L M. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja.Jakarta: UI-Press. Mahendar, F. 2013. Identifikasi Bahaya, Pengendalian Risiko dan Keselamatan
(36)
Indah, Semarang . Skripsi. Semarang : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Moleong, L .1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Olii-Kamil, T. 1996. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Bandung : ITB.
Pratama, K. 2012. Identifikasi dan Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Area Produksi di Rumah Potong Ayam PT. Sierad Produce, Tbk. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001.Jakarta: Dian Rakyat.
. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management.Jakarta: Dian Rakyat.
Ridley, J., 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi ketiga, Jakarta: Erlangga
Rijanto, B. 2010. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)Industri Konstruksi. Jakarta : Mitra Wacana Media. Sahab, S. 1997. Tehnik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT. Bina Sumber Daya Manusia.
Santoso,G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Saragih, W L. 2015. Penilaian Risiko Kecelakaan pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan Tahun 2015. Skripsi. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(37)
Septianingrum, W U. 2011. Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Proses Pemasangan Ring Kolom dan Pemasangan Bekistingdi Ketinggian pada Pertambangan Gedung XY oleh PT. X Tahun 2011. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Siahaan, H., 2009. Manajemen Resiko Pada Perusahaan dan Birokrasi, Cetakan Kedua, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Silalahi, B.N.B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja . Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Soekidjo, N. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Soeripto, IR. “Job Safety Analysis”. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Volume XXXI : No. 1 Oktober – Desember 1997.
Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia.
. 2007. Manajemen Risiko – Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 dan Permenaker 05/1996, Jakarta: PPM.
Sucofindo, 2008. Identifikasi Potensi dan Faktor Bahaya. Jakarta : PT. Sucofindo. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta.
Tarwaka. 2004. Manajemen Risiko. Surakarta: PT Elex Media Komputindo. . 2004. Manajemen dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta:
Harapan Press.
. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional untuk mengidentifikasi bahaya dan memberikan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada proses modifikasi onshore rig. Identifikasi bahaya dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA), dipilihnya metode ini karena peneliti ingin mengidentifikasi bahaya yang berfokus pada interaksi antara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan. Kemudian penilaian risiko digunakan dengan menentukan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan dari setiap bahaya, nilai tersebut lalu dihitung. Metode yang digunakan dalam menentukan masing-masing nilai tersebut mengacu pada matriks semi kuantitatif Fine. Metode ini dipilih karena memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkan metode kualitatif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT X Kota Batam Kota Batam. Alasan dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian adalah dikarenakan beberapa hal, yaitu :
1. Jenis industri ini merupakan salah satu industri yang memiliki banyak hazard pekerjaan dengan risiko yang berbeda-beda,
2. Masih jarangnya penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada jenis industri fabrikasi rig.
(39)
60
3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak PT X Kota Batam 3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2016. 3.3. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah bahaya dan risiko yang terdapat dalam proses kerja modifikasi rig, yaitu pada proses :
1. Proses pengelasan (welding), 2. Proses penggerindaan (grinding), 3. Proses perancah (scaffolding). 3.4. Instrumen Penelitian
Penelitian ini sesuai dengan standar AS/NZS 4360: 2004, adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Identifikasi bahaya, digunakan lembar Job Safety Analysis (JSA) dan kamera, 2. Penilaian risiko, digunakan metode semi kuantitatif dengan tabel penilaian
risiko Metode Fine.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan melalui cara yakni :
1. Melalui proses observasi langsung, dilakukan dengan melihat dan mencermati secara langsung kondisi tempat kerja, cara kerja dan peralatan kerja yang digunakan serta mendokumentasikan dan mencatat tahapan proses yang dilakukan selama kegiatan produksi berlangsung.
(40)
61
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam melengkapi penelitian adalah data yang diperoleh dari perusahaan berupa profil perusahaan, SOP (Standar Operasional Prosedur), instruksi kerja, data kecelakaan dan data pendukung lainnya. Selain itu, studi literatur tentang bahaya dan risiko terkait proses modifikasi rig juga dilakukan untuk mengumpulkan data. Data-data tersebut dapat mendukung dalam penentuan nilai probabilitas, exposure dan konsekuensi tingkat risiko.
3.6. Definisi Istilah
1. Proses pengelasan (welding) :Teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan continue.
2. Proses penggerindaan (grinding) : Proses pengurangan partikel bahan dari bentuk kasar menjadi ukuran yang lebih halus untuk menyempurnakan proses hasil pencampuran yang merata dan mengindari segregasi partikel-partikel bahan.
3. Proses perancah (scaffolding) : Suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material
(41)
62
dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan lainnya.
4. Identifikasi bahaya : Upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja.
5. Analisis risiko : Kegiatan untuk menganalisis suatu risiko dengan cara menentukan besarnya kemungkinan dan tingkat keparahan dari konsekuensi suatu bahaya.
5a. Tingkat konsekuensi : Tingkat keparahan dari suatu kejadian yang terjadi karena adanya bahaya. Terbagi atas 6 tingkatan yakni, catastrophe, disaster, very serious, important dan noticeable.
5b. Tingkat kemungkinan : Ukuran kemungkinan terjadinya bahaya yang menyertai suatu kejadian/peristiwa. Terbagi atas 6 tingkatan yakni, almost certain, likely, unusual but possible, remotely possible, conceivable dan practically impossible.
5c. Tingkat paparan : Frekuensi pemaparan terhadap bahaya/sumber risiko. Terbagi atas 6 tingkatan yakni, continously, frequently,
(42)
63
occasionally, infrequent, rare dan very rare.
6. Tingkat risiko : Pengelompokkan tingkat risiko dari hasil perhitungan. Terbagi atas 5 level yakni, very high, priority 1, substantial, priority 3 dan acceptable.
3.7. Aspek Penilaian
1. Identifikasi bahaya yang terdapat selama proses kerja menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) dengan langkah sebagai berikut :
1. Memilih pekerjaan (Job selection), 2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown),
3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification), 4. Pengendalian bahaya (Hazard control),
5. Penyajian dalam bentuk lembar Job Safety Analysis (JSA).
2. Untuk memberikan penilaian risiko pada setiap bahaya yang sudah teridentifikasi diberikan nilai dengan menggunakan tabel penilaian risiko semikuantitatif dari Metode Fine untuk mendapatkan kategori tingkat risikonya (level of risk). Berdasarkan Jean Cross (2004), tabel penilaian risiko semikuantitatif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kriteria dan nilai dari faktor consequences
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Catastrophe Kerusakan fatal/parah beragam fasilitas lebih dari $ 1 juta, aktivitas dihentikan, terjadi kerusakan lingkungan yang sangat luas
(43)
64
Consequence (akibat yang mungkin ditimbulkan dari suatu kejadian atau peristiwa)
Disaster Kematian, kerusakan permanen yang bersifat lokal terhadap lingkungan, kerugian $ 500.000-2.000.000
50
Very Serious
Terjadi cacat permanen/penyakit parah, kerusakan lingkungan yang tidak permanen, dengan kerugian $50.000-500.000
25
Serious Terjadi dampak yang serius tapi bukan cedera dan penyakit parah yang permanen, sedikit berakibat buruk pada lingkungan, dengan kerugian $ 5.000-50.000
15
Important Membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi buangan di lokasi tetapi tidak mengakibatkan kerusakan, dengan kerugian $ 500-5.000
5
Noticeable Terjadi cedera atau penyakit ringan, memar bagiah tubuh, kerusakan kecil kurang dari $500, kerusakan ringan atau terhentinya proses kerja sementara waktu, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran luar lokasi
1
Tabel 3.2 Kriteria dan nilai dari faktor exposure
Faktor Tingkatan Dekripsi Rating
Exposure (paparan frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau sumber risiko)
Continously Sering terjadi dalam satu hari 10 Frequently Terjadi kira-kira satu kali dalam
sehari
6 Occasionally Terjadi satu kali seminggu
sampai satu kali sebulan
3 Infrequent Satu kali dalam sebulan sampai
satu kali dalam setahun
2
Rare Jarang terjadinya 1
(44)
65
Tabel 3.3 Kriteria dan nilai dari faktor probability
Setelah mendapatkan masing-masing nilai dari consequences, probabilty dan exposure, kemudian dihitung tingkat risiko (level of risk) dengan rumusan sebagai berikut:
Risk score = Consequence x Probability x Exposure
Hasil perhitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan tabel tingkat risiko sebagai berikut :
Tabel 3.4 Level/prioritas risiko
Tingkat risiko Comment Action
>350 Very high Penghentian aktivitas, risiko dikurangi hingga mencapai batas yang dapat diterima 180-350 Priority 1 Perlu dilakukan penangan
secepatnya
70-180 Substantial Mengharuskan ada perbaikan secara teknis
20-70 Priority 3 Perlu diawasi dan
diperhatikan secara berkesinambungan
<20 Acceptable Intensitas kegiatan yang
Faktor Tingkatan Dekripsi Rating
Probability (kemungkinan terjadinya bahaya yang menyertai suatu kejadian atau peristiwa
Almost certain Kejadian yang paling sering terjadi
10 Likely Kemungkinan terjadi kecelakaan
50%
6 Unusual but
possible
Tidak biasa namun memiliki kemungkinan terjadi
3 Remotely
possible
Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan terjadinya
1 Conceivable Tidak pernah terjadi kecelakaan
dalam tahun-tahun pemaparan tetapi mungkin terjadi
0,5
Practically impossible
(45)
66
seminimal mungkin
3.8. Analisis Data
Data yang telah diperoleh akan diidentifikasi dan diberikan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja secara deskriptif pada setiap proses pengelasan (welding), proses penggerindaan (grinding) dan proses perancah (scaffolding). Kemudian data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel.
(46)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum PT X Kota Batam
PT X Kota Batam didirikan pada tahun 2007 dan terletak di Unit S-12 Kav A-19F, Jl. Hang Kesturi IIIB, Kabil Industrial Estate Batam. PT X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri minyak dan gas (oil and gas) serta termasuk dalam salah satu perusahaan group PT Citra Tubindo Tbk . Kegiatan utama perusahaan ini adalah pekerjaan fabrikasi untuk industri minyak dan gas termasuk industri petrokimia, seperti fabrikasi anjungan minyak dan gas, structures, modules dan pipe spools. Kegiatan lainnya adalah konversi/ modifikasi dan renovasi rig (onshore dan offshore) dari ukuran kecil hingga menengah yang ditargetkan juga untuk industri minyak dan gas.
Sejak didirikan tahun 2007, PT X telah menyelesaikan berbagai proyek yakni Bluestone Topaz (Deepwater Geotechnical Vessel), Vik Sandvik (Norce Offshore,) Leighton International , Rigid Extension Undersea Pipe Laying Stinger Section II/ Leighton Eclipse, Gorgon Project Barrow Island LNG Plant, South Mahakam Field Development, Jinqiu TPO Feed Projec,DS 8 & DS 9 Rig.
Dalam menunjang produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas PT X memiliki fasilitas dan peralatan yang menunjang :
1. 5000 m2 area kerja, 2. 750 m2 area blasting, 3. 50ft x 60ft test pad, 4. 3 hektar area terbuka,
(47)
68
5. Mesin pengelasan 75 unit,
6. Kompressor 3 unit dengan tekanan udara 12 Bar/175 Psi, 7. Forklift 2 unit,
8. CNC 1 unit,
9. Emergency Generator 1 unit dsb.
Berikut adalah denah kawasan perkantoran maupun workshop berlangsungnya proses produksi :
Gambar 4.1 Area Kawasan PT X Kota Batam Sumber : PT X Kota Batam
Selain itu, untuk menunjang pengiriman produk melalui jalur laut PT X bekerja sama dengan PT Citranusa Kabil, dimana terdapat fasilitas yakni 3 pelabuhan yaitu Berth 1, Berth 2 dan Berth 3. Sertifikasi yang sudah diperoleh oleh PT X Kota Batam adalah sebagai berikut :
(48)
69
1. ISO 9001: 2008 DNV Sertifikasi Manajemen Mutu, 2. ISO 14001 Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan, 3. ISO/TS-29001Sertifikasi Manajemen Mutu Minyak dan Gas, 4. API 4 F Sertifikasi American Patroleum Institute,
5. ASME U, U2 &R WORKSHOP
6. SMK 3 PP NO 50 Tahun 2012, dengan peringkat Golden Flag, 7. Oil and Gas Certfication For Integrated Engineering Services. 4.2. Visi dan Misi PT X Kota Batam
1. Visi PT X Kota Batam
“To be the prefered fabricator and manufacturer of structural platforms, modules and equipment in the oil and gas industries”
2. Misi PT X Kota Batam
“To be innovative partner for the oil & gas, energy and process industry”
4.3. Struktur Organisasi PT X Kota Batam
Untuk mendukung operasional kerja dari PT X Kota Batam, perusahaan ini memiliki beberapa departemen berdasarkan kebutuhan dalam menjalankan teknis perusahaan dimana tanggung jawab tertinggi perusahaan ini di pimpin oleh General Manager.Berikut struktur organisasi PT X Kota Batam Tahun 2016 :
(49)
70
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT X Kota Batam tahun 2016 Sumber : PT X Kota Batam
4.4. Kebijakan Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L/QHSE) PT X Kota Batam
1. Patuh terhadap hukum dan persyaratan internasional, nasional dan lokal yang sesuai dengan perusahaan,
2. Memenuhi persyaratan pelanggan dan spesifikasi lain yang diketahui, 3. Menyediakan kondisi kerja yang baik, aman, sehat dan ramah lingkungan, 4. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dengan menjaga dan
memonitor proses, limbah dan emisi,
5. Melakukan peningkatan berkelanjutan terhadap efektifitas sistem manajemen,
(50)
71
6. Menyediakan pelatihan, sumber daya dan support yang dibutuhkan untuk pekerja yang berhubungan langsung dengan mutu produk untuk menjamin persyaratan kompetensi mereka terpenuhi dan terpelihara,
7. Menjaga kepuasan pelanggan melalui pengiriman barang bermutu yang tepat waktu dengan harga yang bersaing untuk menciptakan pengulangan pemesanan dan penciptaan bisnis baru.
4.5. HSE (Health Safety Environment) Departement 4.5.1. Struktur Organisasi HSE Department
Berikut adalah struktur organisasi di HSE Departement PT X Kota Batam:
Gambar 4.3 Struktur Organisasi HSE Departement Sumber : PT X Kota Batam
Departemen HSE merupakan departemen yang berada dibawah tanggung jawab QHSE yang terbagi atas dua departemen yakni QC (Quality Control) dan HSE. QHSE bertanggung jawab memberikan laporan yang terkait dengan deskripsi kerjanya kepada general manager. Departemen HSE terdiri dari HSE Supervisor sebagai kepala departemen dan pemegang kekuasaan tertinggi untuk
(51)
72
departemen ini. HSE Engineer merupakan bagian dari departemen ini yang bertanggung jawab atas perancangan manajemen K3 serta merancang dan mempersiapkan pelaporan untuk departemen HSE. Untuk tugas di lapangan/ workshop HSE Supervisor dibantu oleh HSE Spescialist yang bertugas untuk memberikan pelatihan dasar mengenai K3 di perusahaan untuk pekerja, selain itu untuk mengawasai berlangsungnya proses produksi agar sesuai dengan K3 terdapat HSE Officer yang bertugas di masing-masing workshop.
4.5.2. Program HSE Department 1. Program Kesehatan
a. Pemeriksaan kesehatan berkala, b. Perlengkapan P3K,
c. Evakuasi medis/ Medical Evacuation, d. Ruang P3K,
e. Rehabilitasi kesehatan,
f. Program kesehatan kerja yang terkait dengan bahaya di lingkungan kerja,
g. Identifikasi bahan kimia dengan Material Safety Data Sheet, h. Kawasan Tanpa Rokok,
i. Drug and Alcohol Test, j. Housekeeping,
k. Kampanye larangan penggunaan obat-obatan terlarang, alkohol dan barang selundupan.
(52)
73
2. Program Keselamatan
a. Safety Training, Orientation, Induction & Communication, b. Keselamatan kerja subkontraktor,
c. P2K3,
d. Inspeksi dan audit,
e. Pelaporan kecelakaan kerja, f. HSE Performance dan statistik, g. Alat pelindung diri (APD),
h. Seragam kerja sesuai aktfitas kerja, i. Work permit,
j. Pencegahan kebakaran, k. Safety Tool Box
l. HSE Alert,
m. Sistem tanggap darurat,
n. Bahan material dan penyimpanan,
o. Perilaku Berbasis Aman (Behavior Base Safety Program), p. Observation card,
q. Industrial Hygiene, r. Kesehatan lingkungan.
4.6. Proses Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam
Secara umum proses modifikasi onshore rig melalui beberapa tahap dari proses awal hingga rig di release. Sesuai dengan uraian pada latar belakang,
(53)
74
dikarenakan pengerjaan proyek yang masih berjalan 3 bulan hanya beberapa yang terlaksana. Adapun proses modifikasi onshore rig sebagai berikut :
4.6.1. Proses Pengelasan (Welding)
Proses pengelasan yang paling umum, terutama untuk mengelas baja yaitu memakai energi listrik sebagai sumber panas. Pengelasan dengan menggunakan energi listrik yang paling banyak digunakan adalah las busur listrik. Las elektroda terbungkus atau pengelasan busur listrik logam terlindung (Shield Metal Arc Welding) atau SMAW merupakan salah satu jenis yang paling sederhana dan paling canggih untuk pengelasan baja struktural. Jenis las ini merupakan jenis las yang paling banyak digunakan di PT X Kota Batam. Pemanasan dilakukan dengan busur nyala (listrik) antara elektroda yang dilapis dan logam yang akan disambung kemudian akan menjadi satu dan membeku bersama. Dalam cara pengelasan SMAW digunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan fluks.
Dalam proses pengelasan baja juga memperhatikan posisi pengelasan, dimana ada beberapa posisi dalam pengelasan yakni posisi pengelasan di bawah tangan, posisi pengelasan mendatar, posisi pengelasan tegak, dan posisi pengelasan di atas kepala. Sebelum melakukan proses pengelasan, welder harus mendapatkan instruksi pekerjaan yang akan dilakukan yang terdapat pada Welding Procedure Spesification (WPS)
4.6.2. Proses Penggerindaan (Grinding)
Proses penggerindaan merupakan proses yang tidak terlepas dari proses pengelasan. Proses penggerindaan (grinding) baja PT X Kota Batam menggunakan mesin gerinda tangan. Dimana, penggerindaan digunakan untuk
(54)
75
memperhalus/ mengikis permukaan baja atau besi setelah dilakukannya pengelasan dengan ukuran ketelitian yang tinggi. Mesin gerinda tangan menggunakan roda/disk gerinda yang memiliki kode sesuai dengan peruntukkan pada material.
4.6.3. Proses Perancah (Scaffolding)
Proses perancah (scaffolding) adalah proses pendirian/ bongkar pasang perancah untuk mendukung aktifitas konstruksi. Scaffolding merupakan alat bantu yang dapat dipasang dan dilepas kembali dalam proses pekerjaan konstruksi dan berfungsi sebagai alat bantu untuk menggapai sisi bangunan yang tinggi. Dalam pendirian dan pemasangan scaffolding di sekitar area pemasangan dipasang barikade untuk menghindari terjadinya kondisi yang membahayakan bagi pekerja lain. Peralatann yang digunakan dalam proses scaffolding diantaranya :
1. Pipa tubular yang berdiameter 2,5 cm, 2. Papan,
3. Double coupler, 4. Sleeve joint, 5. Putlog coupler, 6. Beam clamp, 7. Swivel coupler, 8. Tangga.
(55)
76
4.7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pada Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam Tahun 2016
Identifikasi bahaya dilakukan dengan memperhatikan interaksi antara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan. Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi bahaya pada setiap proses, digunakan Job Safety Analysis sehingga setiap tahapan dari proses modifikasi onshore rig diuraikan. Kemudian dari setiap tahapan tersebut dapat diidentifikasi bahaya keesehatan dan keselamatan kerja secara sistematis.
Setelah dilakukan identifikasi bahaya dengan mengurutkan secara sistematis tahapan pekerjaan dan mendapatkan potensi bahaya yang terdapat dalam setiap tahapan tersebut, lalu dilakukan penentuan tingkat risiko dengan melakukan analisa risiko yakni memberikan penilaian terhadap keparahan, kemungkinan dan pajanan. Pemberian skor analisa dan tingkat risiko sesuai dengan teori dari Metode Fine.
(56)
77
4.7.1. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016
Berikut ini merupakan hasil identifikasi bahaya pada proses pengelasan (welding) dengan menggunakan Job Safety Analysis dan penilaian risiko dengan menggunakan metode semikuantitatif :
Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016.
No Tahapan Bahaya Analisis Risiko Tingkat Risiko Pengendalian
C P E
1.
Mempersiapkan peralatan dan material baja/besi yang akan di las.
Tergores 1 3 10 Priority 3 (30) Menggunakan safety gloves yang telah
disediakan.
Tersandung kabel 1 6 10 Priority 3 (60) Merapikan jalur yang dilewati kabel
agar tidak terlilit. Kaki tertimpa
material 1 6 6 Priority 3 (36)
Memperhatikan posisi pada saat mengangkat dan menggunakan safety shoes.
Kebisingan 1 1 10 Acceptable 3(10) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop.
2.
Menyambungkan arde (ground) pada benda kerja.
Tersengat/
Tersetrum listrik 15 6 10 Very high (900)
Pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas.
Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop.
3. Tersengat/tersetrum
listrik 15 6 10 Very high (900)
Pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas dan tidak menghidupkan mesin dengan tangan yang basah.
(57)
78
Menghidupkan sumber listrik yang berasalah dari generator AC/DC serta menyesuaikan ampere.
Tersandung kabel 1 0,5 10 Acceptable (5) Merapikan posisi kabel agar tidak terlilit. Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada di workshop. Korsleting 25 1 3 Substantial (75) Tidak meletakkan generator diatas genangan air.
Kebakaran 25 0,5 3 Priority 3 (37,5)
Tidak meletakkan generator diatas genangan air dan tidak meletakkan bahan kimia mudah meledak di dekat generator.
4. Melakukan proses pengelasan.
Terjepit holder 1 3 10 Priority 3 (30) Memposisikan dengan elektrode yang dijepit. tangan berlawanan Tersengat/tersetrum
listrik 15 6 10 Very high (900)
Pemeriksaan rutin kabel dan menggunakan safety gloves sebagai isolator.
Metal fume fever 5 10 10 Very high (500)
Memastikan terdapat pertukaran udara melalui ventilasi dan menggunakan APD berupa kedok pernapasan.
Iritasi kulit dan mata yang berasal dari sinar UV
5 6 10 Priority 1 (300)
Menggunakan APD berupa pakaian coverall, kacamata dan kedok las serta helm las.
Sinar inframerah 5 6 10 Priority 1 (300) Menggunakan APD berupa kedok las
dan helm las.
Kelelahan mata 1 6 10 Acceptable (60) Menggunakan kacamata.
Ledakan -100 -0,1 -10 Substantial (100) Tidak meletakkan bahan kimia di dekat
(58)
79
Terkena spark atau
spatter 1 10 10 Substantial (100)
Menggunakan helm las dan kedok las yang dilengkapi kaca penyaring
Kelelahan otot 1 10 10 Substantial (100)
Melakukan peregangan otot/ stretching ketika selesai melakukan aktivitas dan istirahat
Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop
5.
Mendinginkan material baja/ besi yang telah di las.
Terkena material
yang masih panas 1 6 10 Priority 3 (60)
Menggunakan APD berupa safety gloves
Tersandung kabel 1 0,5 10 Acceptable (5) Merapikan posisi kabel agar tidak
terlilit
Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop
6. Membersihkan material dengan chipping hammer.
Terpukul chipping
hammer 1 6 10 Priority 3 (60)
Memperhatikan dan berkonsentrasi pada saat memukul dengan chipping hammer
Tergores material
tajam 1 3 10 Priority 3 (30)
Menggunakan APD berupa safety gloves
Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop
7. Memutuskan sumber energi listrik AC/DC.
Tersandung kabel 1 0,5 10 Acceptable (5) Merapikan posisi kabel agar tidak
terlilit. Tersengat/tersetrum
listrik 15 6 10 Very high (900)
Pemeriksaan rutin kabel dan menggunakan safety gloves sebagai isolator
8. Memindahkan material
yang telah selesai dil las. Tertimpa material 1 5 10 Priority 3 (50)
Memperhatikan prosedur pada saat mengangkat dan menggunakan safety shoes
(59)
80
Tergores material
tajam 1 3 10 Priority 3 (30) Menggunakan safety gloves
9. Membersihkan area kerja.
Terhirup gram sisa
pengelasan 5 3 10 Subtantial (150) Menggunakan masker.
Tertusuk material
tajam 1 6 10 Priority 3 (60) Menggunakan safety gloves
Keterangan :
C = Consequences (Keparahan) P = Probability (Kemungkinan) E = Exposure (Pajanan)
(60)
81
Proses pengelasan merupakan proses pekerjaan inti dalam fabrikasi modifikasi onshore rig. Dalam pengerjaannya digunakan sebanyak 6 workshop, dimana dalam proses pengelasan di bagi menjadi beberapa team yang beranggotakan 10-15orang welder yang dipimpin oleh seorang Welder Foreman. Proses pengelasan (welding) terdiri dari 9 tahapan pekerjaan yang setiap tahapan tersebut memiliki bahaya/ hazard yang sama maupun berbeda.
Pada proses pengelasan (welding) terdapat 9 tahapan pekerjaan, dimana ditemukan 33 bahaya. Tingkat risiko dari ke-33 bahaya tersebut terdiri dari 10 (30%) potensi bahaya yang berada dalam kategori terendah/ acceptable.Selain itu, tingkat risiko tertinggi/ very high terdapat pada 5 (15%) potensi bahaya selama proses pengelasan (welding). Berikut diagram yang menunjukkan persentase tingkat risiko pada proses pengelasan (welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 :
Gambar 4.4 Persentase Tingkat Risiko pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016
30%
34% 15%
6%
15%
Persentase Tingkat Risiko pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016
1 acceptable 2 priority 3 3 substantial 4 priority 1 5 very high
(61)
82
Bahaya yang teridentifikasi dan setelah dilakukan penilaian risiko terdapat 5 bahaya dominan yang termasuk dalam tingkat risiko very high yakni tersetrum/ tersengat listrik pada tahapan menyambungkan arde (ground) pada benda kerja, menghidupkan sumber listrik yang berasal dari generator AC/DC serta menyesuaikan ampere, melakukan proses pengelasan dan memutuskan sumber energi listrik AC/DC, dengan jumlah skor perkalian yang didapatkan 900. Selain itu, bahaya Metal fume fever pada tahapan melakukan proses pengelasan juga memiliki tingkat risiko very high dengan skor 500.
(62)
83
4.7.2. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Penggerindaan (Grinding) di PT X Kota Batam Tahun 2016
Berikut ini merupakan hasil identifikasi bahaya pada proses penggerindaan (grinding) dengan menggunakan Job Safety Analysis dan penilaian risiko dengan menggunakan metode semikuantitatif :
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Penggerindaan (Grinding) di PT X Kota Batam Tahun 2016.
No Tahapan Bahaya Analisis Risiko Tingkat Risiko Pengendalian
C P E
1.
Mempersiapkan peralatan dan material yang akan di gerinda
Tertimpa material 1 3 10 Priority 3 (30) Menggunakan APD yakni safety shoes.
Tergores material 1 3 10 Priority 3 (30) Menggunakan APD yakni safety
gloves.
Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop.
2.
Menyetel batu/ disk gerinda dan menyalakan sumber listrik.
Tergores disk
gerinda 1 6 10 Priority 3 (60)
Menggunakan safety gloves.
Tersengat listrik 5 3 10 Subtantial (150) Pemeriksaan rutin kabel yang
terkelupas.
Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop.
(63)
84
material baja/ besi
Tertimpa material 1 3 10 Priority 3 (30)
Menggunakan APD yakni safety shoes.
Kebisingan 1 6 10 Priority 3 (60) Menggunakan ear plug selama berada
di workshop.
Tersetrum listrik 5 3 10 Subtantial (150) Pemeriksaan rutin kabel yang
terkelupas.
Terpotong 25 3 10 Very high (750)
Mematuhi prosedur penggerindaan dan konsentrasi pada saat proses berlangsung.
Terkena pecahan
disk 25 3 10 Very high (750)
Memastikan prosedur pemasangan disk dan mematuhi prosedur selama proses berlangsung.
Kebakaran 25 0,1 10 Priority 3 (25) Housekeeping dan tidak meletakkan bahan kimia yang mudah meledak didekat lokasi penggerindaan.
Carpal Tunnel Syndrome/ Hand Arm Vibration dan nyeri otot
1 3 10 Priority 3 (30) Pengaturan jadwal kerja dan
penggunaan sarung tangan yang dapat meredam getaran.
4.
Tahap akhir yakni
mematikan mesin gerinda melepaskan batu/disk gerinda
Tergores 1 3 10 Priority 3 (30) Menggunakan APD yakni safety
gloves.
Terhirup debu/gram 1 6 10 Priority 3 (60)
Menggunakan masker yang dapat mencegah masuknya partikel debu atau gram.
Kebisingan 1 1 10 Acceptable (10) Menggunakan ear plug selama berada
(1)
ix DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi ...i
Halaman Pengesahan ... ii
Abstrak... iii
Kata Pengantar ...v
Daftar Isi ...ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
Daftar Riwayat Hidup ...xv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1.Latar Belakang... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 9
1.3.Tujuan Penelitian... 9
1.3.1. Tujuan Umum ...9
1.3.2. Tujuan Khusus ...10
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...12
2.1. Bahaya...12
2.1.1. Jenis Bahaya...12
2.1.2. Sumber Bahaya ...14
2.1.3. Sumber Informasi Bahaya ...17
2.2. Risiko ...18
2.2.1. Jenis-Jenis Risiko...19
2.3. Kecelakaan Kerja ...22
2.3.1. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja ...23
2.3.2. Pencegahan Kecelakaan Kerja ...31
2.4. Manajemen Risiko...33
2.4.1. Proses Manajemen Risiko ...34
2.5. Rig ...55
2.5.1. Rig Darat ...57
2.6. Kerangka Pikir ...58
BAB III METODE PENELITIAN ...59
3.1. Jenis Penelitian ...59
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...59
3.2.1. Lokasi Penelitian ...59
3.2.2. Waktu Penelitian ...60
3.3. Objek Penelitian ...60
3.4. Instrumen Penelitian...60
(2)
x
3.5.1. Data Primer ...60
3.5.2. Data Sekunder ...61
3.6. Definisi Istilah ...61
3.7. Aspek Penilaian ...63
3.8. Analisis Data...66
BAB IV HASIL PENELITIAN ...67
4.1. Gambaran Umum PT X Kota Batam ...67
4.2. Visi dan Misi PT X Kota Batam ...69
4.3. Struktur Organisasi PT X Kota Batam...69
4.4. Kebijakan Mutu dan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3KL/QHSE)PT X Kota Batam ...70
4.5. HSE (Health, Safety and Enironment) Departement ...71
4.5.1. Struktur Organisasi HSE Department ...71
4.5.2. Program HSE Department...72
4.6. Proses Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam ...73
4.6.1. Proses Pengelasan (Welding) ...74
4.6.2. Proses Penggerindaan (Grinding) ...74
4.6.3. Proses Perancah (Scaffolding) ...75
4.7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...76
4.7.1. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...77
4.7.2. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Penggerindaan (Grinding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...83
4.7.3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig padaProses Perancah (Scaffolding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...87
BAB V PEMBAHASAN ...91
5.1. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...91
5.1.1. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...92
5.1.2. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Penggerindaan (Grinding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...98
5.1.3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Perancah (Scaffolding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ... 102
(3)
xi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 108 6.1. Kesimpulan ... 108 6.2. Saran... 109 Daftar Pustaka
(4)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ukuran kualitatif dari keparahan (consequences) ...47
Tabel 2.2 Ukuran kualitatif dari kemungkinan (probability) ...47
Tabel 2.3 Kriteria dan nilai dari faktor consequences ...49
Tabel 2.4 Kriteria dan nilai dari faktor exposure ...50
Tabel 2.5 Kriteria dan nilai dari faktor probability ...50
Tabel 2.6 Level/prioritas risiko ...50
Tabel 3.1 Kriteria dan nilai dari faktor consequences ...63
Tabel 3.2 Kriteria dan nilai dari faktor exposure ...64
Tabel 3.3 Kriteria dan nilai dari faktor probability ...65
Tabel 3.4 Level/prioritas risiko ...65
Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016...77
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya dan PenilaiN Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Penggerindaan (Grinding) di PT X Kota Batam Tahun 2016...83
Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig pada Proses Perancah (Scaffolding) di PT X Kota Batam Tahun 2016...87
(5)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 HSE Performance PT X Kota Batam ...9
Gambar 2.1 Teori Domino ...24
Gambar 2.2 The ILCI Loss Causation Model ...27
Gambar 2.3 The Safety Triad ...28
Gambar 2.4 Swiss Cheeese Model ...29
Gambar 2.5 Bagan Proses Manajemen Risiko ...34
Gambar 2.6 Detail Proses Manajemen Risiko ...35
Gambar 2.7 Matriks Analisis Risiko Kualitatif (level of risk)...48
Gambar 2.8 Hierarki Pengendalian Risiko ...53
Gambar 2.9 Land Rig ...57
Gambar 2.10 Kerangka Pikir ...58
Gambar 4.1 Area Kawasan PT X Kota Batam ...68
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT X Kota Batam tahun 2016 ...70
Gambar 4.3 Struktur Organisasi HSE Departement ...71
Gambar 4.4 Persentase Tingkat Risiko pada Proses Pengelasan (Welding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...81
Gambar 4.5 Persentase Tingkat Risiko pada Proses Penggerindaan (Grinding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...85
Gambar 4.6 Persentase Tingkat Risiko pada Proses Perancah (Scaffolding) di PT X Kota Batam Tahun 2016 ...90
Gambar 5.1 Kabel Las yang Terkelupas ...93
Gambar 5.2 Fume yang Berasal dari Proses Pengelasan ...96
Gambar 5.3 Proses Penggerindaan ... 101
(6)
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Zeremia Samosir
Tempat/Tanggal Lahir : Batam / 13 Juni 1994 Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Batak Toba
Anak ke : 2 Dari 3 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Ayah : Edison Samosir Suku Bangsa Ayah : Batak Toba
Nama Ibu : Hotni Limbong
Suku Bangsa Ibu : Batak Toba
Alamat Rumah : Bida Ayu Blok F Nomor 67-68, Tjg. Piayu Kelurahan Mangsang, Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Riwayat Pendidikan Formal :
1. SD Negeri 014 Sei Beduk, Batam : 2000 - 2006 2. SMP Negeri 16, Batam : 2006 - 2009
3. SMA Negeri 5, Batam : 2009 - 2012
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera : 2012 - 2016