Analasis Pengaruh Firm Size, Leverage, Profitabilitas, dan Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Manajemen Laba
2.1.1.1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba atau earning management dapat didefinisikan sebagai
“intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya
untuk memenuhi tujuan pribadi” Schipper (1989) dalam Ridhani (2012 : 12).
Proses ini mencakup mempercantik laporan keuangan, terutama laba. Sugiri
(dalam Ridhani, 2012 : 12) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:
a. Definisi Sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Manajemen laba didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk
bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya laba.
b. Definisi Luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana
manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)
profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Earnings management disebut juga dengan creative accounting, yaitu
aktivitas badan usaha yang memanfaatkan teknik dan kebijakkan akuntansi guna
mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam hal ini, hasil yang diinginkan oleh
penyusun laporan keuangan (pengelola perusahaan dengan bantuan akutan) dapat
berupaya menyajikan nilai laba atau aset yang lebih tinggi atau lebih rendah,
tergantung pada motivasi mereka melakukannya.

10
Universitas Sumatera Utara

Healy dan Wahlen (dalam Llukani, 2013 : 135) menyatakan:
“earnings management occurs when managers use judgement in financial
reporting and structuring transactions to alter financial reports to either
mislead some stakeholders about the underlying economics performance of
the company, or to influence contractual outcomes that depend on reported
accounting numbers”
yang artinya bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
keputusan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah
laporan keuangan dengan salah satu tujuannya menyesatkan beberapa pemegang
saham mengenai pokok kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi

hasil perjanjian yang berdasarkan nilai keuangan yang dilaporkan.
2.1.1.2. Strategi Manajemen Laba
Subramanyam dan Wild (dalam Ridhani, 2012 : 14) manajemen laba
terbagi atas tiga jenis strategi, antara lain :
1.

2.

3.

Meningkatkan laba (increasing income), manajer dapat meningkatkan
laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan
dipandang lebih baik. Selain itu, cara ini dapat membantu perusahaan
untuk meningkatkan laba selama beberapa periode kedepan.
Big Bath, strategi ini dilakukan pada saat mengalami kinerja yang buruk
(kemunduran kinerja) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak
biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi.
Makanya big bath ini sifatnya tidak biasa dan tidak berulang.
Perataan laba atau income smoothing merupakan bentuk umum dari
manajemen laba. Pada strategi ini manajer dengan sengaja meningkatkan

atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya
(gejolak dalam pelaporan laba), sehingga perusahaan terlihat stabil.

2.1.1.3. Motivasi Manajemen Laba
Ada beberapa motivasi yang mendorong manajer dalam melakukan
manajemen laba menurut Scott (dalam Siallagan, 2015 : 7), yaitu :

11
Universitas Sumatera Utara

1. Rencana Bonus (Bonus Plan)
Indikator penilaian prestasi manajer suatu perusahaan biasanya dilihat dari
laba, motivasi bonus plan ini dilakukan dengan cara manajer akan
berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dalam periode tertentu dengan
tujuan untuk memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.
2. Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant)
Apabila semakin dekat suatu perusahaan terhadap waktu pelanggaran
perjanjian utangnya, maka manajer cenderung memilih metode akuntansi
yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan
dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami

pelanggaran kontrak utang.
3. Motivasi Politik (Political Motivations)
Perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis
cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya
terutama saat periode kemakmuran yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.
4. Motivasi perpajakan (Taxation motivation)
Perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan (manajer)
menurunkan laba yang dilaporkan. Tujuannya karena agar dapat
meminimalkan atau mengurangi jumlah beban pajak yang harus dibayar.
5. Pergantian CEO (Chic/Executive Officer)
Dalam kasus pergantian CEO baik CEO yang akan pensiun atau masa
kontraknya akan berakhir biasanya akan melakukan strategi
memaksimalkan jumlah laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima.
6. Penawaran saham perdana (Initial public offering)
Pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi
keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber
informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat
dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai

perusahaan. Tujuannya adalah para manajer akan berusaha untuk
menaikkan jumlah laba yang dilaporkan agar dapat mempengaruhi
keputusan yang dibuat oleh para investor.
2.1.1.4. Mekanisme Manajemen Laba
Ridhani (2012) menjelaskan bahwa ada dua metode utama manajemen laba,
antara lain :
1. Pemindahan Laba
Bentuk manajemen laba ini adalah pemindahan laba yang dilakukan dari
satu periode ke periode lainnya dengan cara mempercepat atau menunda
pengakuan pendapatan atau beban.
2. Manajemen Laba melalui Klasifikasi
Laba juga dapat ditentukan dengan secara khusus mengklasifikasikan
beban (dan pendapatan) pada bagian tertentu laporan laba rugi. Bentuk

12
Universitas Sumatera Utara

umum dari manajemen laba melalui klasifikasi ini adalah memindahkan
beban di bawah garis, atau melaporkan beban pada pos luar biasa dan
tidak berulang.

2.1.2. Firm Size
Firm size atau ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi manajemen laba. Perusahaan besar cenderung bertindak hati-hati
dalam melakukan pengelolaan laba secara efisien. Perusahaan yang besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan berhati-hati dalam membuat
laporan keuangannya, yang akan berdampak pada perusahaan tersebut melaporkan
kondisi laporan keuangannya lebih akurat atau dalam kondisi yang sebenarnya.
Menurut Nuryaman (2009), perusahaan yang berukuran besar memiliki basis
kepentingan yang luas, sehingga berbagai kebijakan besar akan berdampak lebih
besar terhadap kepentingan publik daripada perusahaan kecil. Publik lebih
memerhatikan perusahaan dan bisa menekan tindakan manajemen laba.
2.1.3. Leverage
2.1.3.1. Pengertian Leverage
Leverage keuangan mengacu pada penggunaan sekuritas yang memberikan
penghasilan tetap yaitu utang dan saham preferen. Leverage keuangan digunakan
sebagai suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas
berpenghasilan tetap digunakan dalam struktur modal perusahaan. Foster (dalam
Agustia, 2013 : 30) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara rasio
leverage dengan return perusahaan. Artinya hutang dapat digunakan untuk
memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika


13
Universitas Sumatera Utara

berinvestasi pada suatu perusahaan. Semakin kecil hutang yang ditanggung
perusahaan maka semakin besar dividen yang akan di terima pemegang saham.
2.1.3.2. Fungsi Leverage
Pembiayaan perusahaan melalui utang bertujuan untuk meningkatkan return
bagi pemegang saham, namun leverage keuangan juga berpotensi terhadap
besarnya resiko yang dihadapi oleh investor jika beban tetap yang harus dibayar
perusahaan atas utang-utangnya lebih besar dari laba yang diperolehnya.
Konsekuensinya,

perusahaan

mengalami

financial

distress


yang

dapat

mengakibatkan kebangkrutan. Perusahaan akan mengalami default apabila arus
kas dari operasi tidak mencukupi untuk menutupi biaya bunganya dalam
pembiayaan melalui utang. Leverage keuangan timbul apabila perusahaan
menggunakan utang jangka panjang dengan bunga tetap untuk membiayai
investasinya.
Leverage keuangan menunjukkan sampai seberapa banyak sekuritas
berpendapatan tetap digunakan dalam struktur modal perusahaan. Resiko
tambahan yang ditanggung pemegang saham biasa sebagai akibat dari
penggunaan leverage keuangan disebut dengan resiko keuangan atau financial
risk.
Dalam mengukur leverage keuangan digunakan leverage ratio, hal ini
berdasarkan beberapa peneliti sebelumnya yang menggunakan leverage ratio.
Leverage ratio dapat dihitung dengan menggunakan yaitu debt ratio. Debt ratio
mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang


14
Universitas Sumatera Utara

berasal dari kreditur, yang mana debt ratio diukur dengan menggunakan total
utang dibagi dengan total aset untuk mengukur leverage keuangan
Semakin tinggi debt ratio maka semakin besar jumlah utang yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan. Namun semakin tinggi rasio ini maka
semakin besar resiko yang dihadapi dan juga menunjukkan proporsi modal sendiri
yang rendah untuk membiayai aktiva.

Leverage ratio ini digunakan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau
dengan kata lain untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan
usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas.
Penggunaan dana dari pihak kreditor sangat berpengaruh terhadap aliran
dana perusahaan. Sebab perusahaan harus membayar bunga dan pokok
pinjamannya. Semakin tinggi kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka pihak kreditor semakin enggan memberikan pinjaman.
Perusahaan selaku debitur melakukan manajemen laba untuk meningkatkan

tingkat pengembalian, sehingga perusahaan tersebut lebih mudah untuk
memperoleh pinjaman.
2.1.4. Proftiabilitas
Return On Invesment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah investasi yang dilakukan dalam perusahaan (Kasmir, 2008).
ROI merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya. Semakin tinggi rasio pengembalian atas investasi berarti semakin
baik produktivitas aset dalam memperoleh laba bersih. Hal ini akan menjadi daya
tarik bagi para investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang

15
Universitas Sumatera Utara

tinggi. Untuk mencapai rasio pengembalian yang tinggi perusahaan harus
berusaha untuk mencapai laba yang tinggi. Perusahaan melakukan praktik
manajemen laba untuk meningkatkan angka keuntungan perusahaan yang
nantinya akan mengubah nilai ROI, hal ini juga yang memengaruhi keputusan
pemilik modal dalam mengambil keputusan.
2.1.5. Proporsi Dewan Komisaris
Peran dewan komisaris bertugas memonitor kebijakan direksi yang

diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang muncul antara dewan
direksi dan pemengang saham. Ukuran dewan komisaris dapat memberikan
kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan
yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan.
Dapat dikatakan bahwa ukuran dewan komisaris mempunyai kecenderungan
mempengaruhi manajemen laba. Jumlah komisaris independen wajib mewakili
sedikitnya 30% dari jumlah komisaris dalam dewan komisaris (PERATURAN
OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/POJK.04/2014). Proporsi dewan
komisaris independen dihitung dengan menggunakan persentase dari komisaris
independen dibandingkan dengan total jumlah komisaris.
Dewan komisaris independen antara lain bertugas dan bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif
(memantau jadwal, anggaran, dan efektivitas strategi), mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku, serta menjamin bahwa prinsip-prinsip dan praktik good
corporate governance telah dipatuhi dan diterapkan dengan baik menurut
Sulistyanto (2008 : 144) dalam Agustia (2013 : 33). Melalui peranan dewan dalam

16
Universitas Sumatera Utara

melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak
manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang
efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas
atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan (Boediono, 2005
dalam Simorangkir 2015 : 35). Jika fungsi independensi dewan komisaris
cenderung kuat, maka tindakan manajemen laba cenderung dapat dihindari.
Sebaliknya, jika fungsi independensi dewan komisaris cenderung lemah, maka
tindakan manajemen laba juga akan cenderung lebih sering terjadi.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian mengenai
manajemen laba dan peneliti menggunakannya sebagai referensi untuk menyusun
penelitian ini.
Penelitian Utomo dan Siregar (2008) yang berjudul Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Proftiabilitas, dan Kontrol Kepemilikan Terhadap Perataan Laba
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
menunjukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan
logaritma natura asset serta kontrol kepimilikan yang diukur menggunakan
persentase saham tidak berpengaruh terhadap manajemen laba yang diukur
dengan Indeks Eckel. Akan tetapi profitabilitas yang diukur dengan menggunakan
laba bersih dibagi dengan total asset berpengaruh terhadap manajemen laba.
Penelitian Jao dan Pagalung (2011), studi yang dilakukan pada 28
perusahaan pada periode 2006-2009 berjudul Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur

17
Universitas Sumatera Utara

Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa corporate governance yang diukur
dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan
komisaris, kompisi dewan komisaris independen, dan komite auditmemiliki
pengaruh negatif signifikan. Ukuran perusahaan yang dihitung dengan
menggunakan logaritma natura dari total asset juga memiliki pengaruh negatif
signifikan. Akan tetapi, leverage yang diukur dengan membagi total hutang
dengan total ekuitas menunjukan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen
laba.
Ridhani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Arus
Kas Bebas dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia, uji
parsial yang dilakukan menunjukkan arus kas bebas, yang diukur dengan
menghitung selisih arus kas operasi dan investasi dalam operasi dibagi dengan
total aset yang dimiliki, berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan leverage keuangan, diukur dengan membagi total hutang dengan total
asset, tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan
properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Lubis (2012) dalam penelitiannya menggunakan sampel 14 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai 2010.
Berdasarkan hasil analisis data maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
bahwa rasio profitabilitas (ROI dan ROE) dan leverage secara signifikan
mempengaruhi terjadinya tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur di

18
Universitas Sumatera Utara

Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi dari tiga variabel
tersebut yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian hipotesis pertama sampai
ketiga penelitian yang menduga rasio profitabilitas (ROI dan ROE) dan leverage
dapat digunakan untuk memprediksi tindakan perataan laba pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian Agustia (2013), pada perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI,
mencari pengaruh good corporate governance, free cash flow, dan leverage
terhadap manajemen laba. Good corporate governance diukur dengan ukuran
komite audit, proporsi komite audit independen, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial.

Discretionary accrual digunakan sebagai proksi

manajemen laba. Sampel penelitian adalah 14 perusahaan tekstil yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, yang dipilih menggunakan purposive sampling selama
periode penelitian, tahun 2007-2011. Data dianalisis menggunakan regresi
berganda. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa semua komponen
good corporate governance (ukuran komite audit, proporsi komite audit
independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) tidak
berpengaruh

signifikan

terhadap

manajemen

laba,

sedangkan

leverage

berpengaruh, free cash flow berpengaruh negative dan signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini berarti perusahaan dengan free cash flow yang tinggi
akan membatasi praktek manajemen laba.
Llukani (2013) meneliti hubungan antara firm size (ukuran perusahaan)
dengan manajemen laba. Penelitian ini dilakukan pada Albanian Market.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan di Albanian Market terindikasi

19
Universitas Sumatera Utara

melakukan inisiatif manajemen laba dan tidak ada perbedaan signifikan mengenai
inisiatif manajemen laba dan praktek baik perusahaan kecil dan perusahaan besar.
Rivaldo (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh
Coroporate Governance, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia meneliti
dengan menggunakan jumlah sampel sebanyak 103 perusaahan pada periode
2011. Penelitian yang menggunakan pengambilan sampel dengan metode
purposive sampling ini menunjukan tidak ada pengaruh antara kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, komposisi
komite audit, leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to asset ratio,
dan profitabilitas yang diukur dengan menggunakan return to asset terhadap
manajemen laba yang diproksikan dengan menggunakan discretionary accrual
baik secara parsial maupun simultan.
Swastika

(2013)

dalam

penelitiannya

yang

berjudul

Corporate

Governance, Firm Size, and Earning Management : Evidence in Indonesia Stock
Exchange menggunakan analisis regresi linear berganda. Corporate governance
yang diproksikan dengan menggunakan ukuran direksi, kualitas audit, dan ukuran
komite independen serta ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natura
total aset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba yang diukur dengan
menggunakan discretionary accrual model Jones.
Zamri, dkk (2013) menguji hubungan antara leverage dan aktivitas real
earning management (REM). Pada penelitian ini digunakan Abnormal Cash Flow,
Abnormal Production Cost, Abnormal Discretionary Expense sebagai model

20
Universitas Sumatera Utara

proxy dari REM oleh Roychowdhury (2006) untuk periode 2006-2011 yang
terdaftar di Bursa Malaysia. Penelitian ini menunjukan bahwa antara leverage dan
REM memiliki hubungan negatif signifikan.
Agustina (2014) meneliti hubungan profitabilitas, financial leverage, dan
dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif. Penelitian
ini diuji dengan menggunakan metode generalized least square yang dianalisis
dengan dua pendekatan yaitu fixed effects model dan random effect model. Hasil
penelitiannya menunjukan profitabilitas yang diukur dengan menggunakan return
on asset berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, financial
leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to equity ratio berpengaruh
positif namun tidak signifikan, namun dividend payout ratio berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap perataan laba yang diukur dengan menggunakan
indeks Eckel.
Penelitian Siallagan (2015) bertujuan untuk menguji pengaruh firm size,
leverage, free cash flow, return on investment, dividend payout ratio, dan price
earning ratio terhadap earning management. Manajamen laba diukur dengan
discretionary accruals menggunakan model Kaznik. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yaitu perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan sampel yang
diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 36 perusahaan dari 141 perusahaan.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan firm size, leverage, free cash flow, return on
investment, dividend payout ratio, dan price earning ratio berpengaruh signifikan

21
Universitas Sumatera Utara

terhadap earning

management. Secara parsial firm size, leverage, return on

investment, dividend payout ratio, dan price earning ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap earning

management. Secara parsial free cash flow

berpengaruh signifikan terhadap earning management.
Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, penelitian Siregar (2014), menunjukan bahwa good
corporate governance memiliki pengaruh terhadap manajemen laba yang diproksi
berdasarkan rasio akrual modal kerja dengan penjualan dan leverage yang
dihitung dengan membagi total hutang dengan total asset tidak berpengaruh
terhadapnya.
Ikhtisar tinjauan penelitian terdahulu tentang pengaruh firm size, leverage
ratio, profitabilitas, dan proporsi dewan komisaris terhadap

manajemen laba

(earning management) disajikan pada tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1.
Tinjauan Penelitian Terdahulu

No
1

Nama
Peneliti
Nasution
dan
Setiawan
(2007)

Variabel
yang
Digunakan
Variabel
Dependen:
Manajemen
laba
Variabel
Independen:
Good
Corporate
Governance,

Indikator

Discretionary Accrual

Hasil
Penelitian
Good
corporate
governance
berpengaruh
negatif

Komposisi dewan komisaris
independen, ukuran dewan
komisaris, komite audit

22
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1.
2

3

4

5

Utomo dan
Siregar
(2008)

Jao dan
Pagalung
(2011)

Lubis
(2012)

Ridhani
(2012)

Variabel
Dependen
Manajemen
laba
Variabel
Independen:
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas
Kontrol
Kepemilikan
Variabel
Dependen:
Manajemen
laba
Variabel
Independen:

(Laba Bersih)/(Total Asset)

Good
Corporate
Governance,

Kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional,
ukuran dewan komisaris,
kompisi dewan komisaris
independen, komite audit

Ukuran
Perusahaan,
Leverage
Ratio
Variabel
Dependen:
Manajemen
laba
Variabel
Independen:
Return on
Investment,
Return on
Equity,
Leverage
Variabel
Dependen:
Manajemen
laba

Indeks Eckel

Log Aset

Ukuran
Perusahaan
berpengaruh,
Profitabilitas
berpengaruh,
Kontrol
Kepemilikan
tidak
berpengaruh

Persentase Saham

Discretionary Accrual

Good
Corporate
Governance
berpengaruh
negatif, ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh,
Leverage ratio
tidak
berpengaruh

ln (total asset)
(Total Hutang)/(Total Ekuitas)

Discretionary Accrual

(Laba Bersih)
/(Total Investasi)

Return on
Investment
berpengaruh,
Return on
Equity
berpengaruh,
Leverage
berpengaruh

(Laba Bersih)/(Total Ekuitas)
(Total Hutang)/(Total Aset)

Dait = Tait / Ait-1 –NDAit

Free Cash
Flow
berpengaruh
positif,

23
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1.
Variabel
Independen:
Free Cash
Flow

6

Agustia
(2013)

Leverage
Ratio
Variabel
Dependen:
Manajemen
laba
Variabel
Independen:
Good
Corporate
Governance
Free Cash
Flow
Leverage
Ratio

7

Llukani
(2013)

Variabel
Dependen
Earning
Management
Variabel
Independen:
Firm Size

8

Rivaldo
(2013)

(Arus Kas Operasi
− Investasi dalam Operasi)
/(Total Aset)

Leverage ratio
tidak
berpengaruh

(Total Hutang)/(Total Aktiva)

Discretionary Accrual

Ukuran komite audit, proporsi
dewan komisaris independen,
kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional
����� – ��������� �����ℎ
���� ����� �������
Total Hutang⁄Total Aset

Good
Corporate
Governance
tidak
berpengaruh,
Free Cash
berpengaruh
negatif,
Leverage ratio
berpengaruh

Firm Size tidak
berpengaruh

Discretionary Accrual

ln (total asset)

Variabel
Dependen
Manajemen
Laba
Variabel
Independen:

Discretionary Accrual

Good
Corporate
Governance

Kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial,
komisaris independen,
komposisi komite audit

Kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
proporsi
komisaris
independen,
komposisi
komite audit,
leverage dan

24
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1.
Leverage
Profitabilitas
9

10

Swastika
(2013)

Zamri dkk.,
(2013)

Variabel
Dependen
Manajemen
laba
Variabel
Independen
Good
Corporate
Governance
Firm Size
Variabel
Dependen:
Manajemen
laba

Total Hutang⁄Total Aset

(Laba Bersih)/(Total Asset)

Discretionary Accrual

Corporate Governance, board
independence, audit quality

profitabilitas
tidak
berpengaruh
signifikan
Good
Corporate
Governance
tidak
berpengaruh,
Firm Size tidak
berpengaruh

ln (total asset)
Leverage
berpengaruh
Abnormal Cash Flow, Abnormal negatif
signifikan
Production Cost, Abnormal
Discretionary Expense

Variabel
Independen:
Leverage
11

12

Siregar
(2014)

Siallagan
(2015)

Variabel
Dependen
Manajemen
laba
Variabel
Independen:
Good
Corporate
Governance
Leverage
Ratio
Variabel
Dependen:
Manajemen
laba
Variabel
Independen:
Ukuran
Perusahaan

(����� �����������)
/(����� ������)
(∆Modal kerja t)
/(Pendapatan t)

Ukuran anggota dewan direksi,
Ukuran dewan komisaris, komite
audit, kepemilikan manajerial
Total Hutang
Total Aset

Discretionary Accrual

�� (���������)

Good
Corporate
Governance
berpengaruh,
Leverage Ratio
tidak
berpengaruh

Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh,
Leverage ratio
berpengaruh
negatif, Free
Cash Flow

25
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1.
Leverage
Ratio
Free Cash
Flow
Return on
Investment
Dividend
Payout Ratio
Price Earning
Ratio
Simorangkir Variabel
(2015)
Dependen
Manajemen
laba
Variabel
Independen:
Ukuran KAP
Proporsi
Komisaris
Independen
Free Cash
Flow
Kepemilikan
Institusional
Ukuran
Perusahaan

����� �����������
� 100%
����� �����

�����−��������������ℎ���
�������������
(��� ������)/
(����� �����) � 100% x

�������� ��� �ℎ���
� 100%
������� ��� �ℎ���
����� ��� �ℎ���
������� ��� �ℎ���

berpengaruh
negatif, Return
on Investment
tidak
berpengaruh,
Dividend
Payout Ratio
tidak
berpengaruh,
Price Earning
Ratio tidak
berpengaruh

kepemilikan
institusional
berpengaruh
Discretionary Accrual
negatif
signifikan, free
cash flow
berpengaruh
Nominal
positif tidak
jumlah komisaris independesignifikan,
Total dewan komisaris ukuran KAP,
NOPAT – investasi bersih pada proporsi
komisaris
modal operasi
independen,
(Jumlah saham yang dimiliki institusi)
/(Seluruh modal saham yang beredar) dan ukuran
perusahaan
tidak
�� (���������)
berpengaruh

Sumber: berdasarkan penelitian terdahulu

2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas variabel dalam penelitian ini
yaitu variabel dependen manajemen laba dan variabel independen terdiri dari firm
size, leverage ratio, free cash flow (FCF), dan return on asset (ROA). Berikut ini
disajikan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1.

26
Universitas Sumatera Utara

Firm size (X1)

H1
Leverage ratio (X2)

H2
H3

Manajemen Laba (Y)

H4

Profitabilitas (X3)

Proporsi Komisaris
Independen(X4)

H5
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Kerangka konseptual menjelaskan secara
teoritis hubungan antarvariabel yang diteliti. Variabel dependen dalam penelitian
ini yaitu earning management (manajemen laba). Variabel independen yang
digunakan yaitu ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan (firm size) dapat dilihat dari kemampuan produksi,
pemasaran dan luasnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan tersebut.
Perusahaan dengan ukuruan besar selalu berusaha menampilkan kinerja yang baik
agar para investor tertarik untuk berinvestasi. Selain itu, perusahaan selalu
menginginkan untuk mengurangi beban pajak yang akan ditanggungnya. Semakin
besar ukuran perusahaan, maka akan semakin mungkin untuk melakukan
manajemen laba.

27
Universitas Sumatera Utara

Leverage dalam penelitian ini menggunakan debt ratio. Rasio leverage
merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar aset dibiayai oleh utang. Untuk
memberikan kepercayaan kepada kreditor bahwa perusahaan mampu membayar
kewajibannya maka perusahaan berupaya melakukan memanipulasi laba.
Return on asset merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengelola assetnya. Semakin tinggi rasio pengembalian atas asset berarti
semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh laba bersih. Saat kinerja
perusahaan buruk maka pihak manajer akan bertindak agar kinerja perusahaan
tetap terlihat baik bagi para investor.
Komisaris independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil
dari pemegang saham independen (minoritas) dan juga mewakili kepentingan
investor. Untuk melindungi kepentingan pemegang saham independen maka
keberadaan komisaris independen diwajibkan. Ukuran dan independensi dewan
komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan
keuangan. Dengan keberadaan komisaris independen, maka laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen cenderung lebih reliable.
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah dalam
suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2011) menyatakan bahwa dalam penelitian
terdapat dua jenis hipotesis penelitian yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan
variabel dependen dengan variabel independen.

28
Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Firm Size Terhadap Manajemen Laba
Ukuran perusahaan atau firm size dihitung dengan menggunakan
logaritma natural (ln) dari total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan
merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Ukuran perusahaan juga dapat memudahkan akses perusahaan untuk masuk ke
pasar modal. Setiap perusahaan menginginkan agar kinerja perusahaan selalu
terlihat baik. Utomo dan Siregar (2008) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh. Hal ini juga didukung oleh Jao dan Pagalung (2011). Hasil
penelitian mereka menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Perusahaan besar cenderung untuk memanipulasi laba untuk mengurangi
pajak yang terutang serta menghindari penurunan laba dari periode sebelumnya.
Sedangkan perusahaan yang kecil biasanya memanipulasi laba untuk menghindari
kerugian yang ada. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis alternatif pertama
sebagai berikut :
H1: Firm size berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba
2.4.2. Leverage Terhadap Manajemen Laba
Leverage merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar aset
perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin tinggi angka leverage, berarti
perusahaan memiliki kewajiban yang semakin besar. Leverage merupakan salah
satu cara manajer dalam meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja
perusahaan akan terlihat baik.

29
Universitas Sumatera Utara

Penelitian

oleh

Agustia

(2013)

menyimpulkan

bahwa

leverage

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan mempunyai rasio leverage yang tinggi cenderung melakukan
manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Agustia (2013) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung mengatur laba
yang akan dilaporkan dengan menaikkan atau menurunkan laba periode masa
mendatang ke periode saat ini. Siallagan (2015) dan Zamri dkk. (2013)
menyimpulkan bahwa leverage ratio berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai rasio ini, maka motivasi
manajemen untuk memanipulasi laba semakin rendah. Sedikit berbeda dengan
Siallagan (2015), Lubis (2012) dalam penelitiannya menyatakan leverage ratio
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka
hipotesis alternatif kedua sebagai berikut :
H2: Leverage ratio berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba
2.4.3. Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba
Rasio ini merupakan ukuran manajemen dalam mengelola assetnta. Rasio
ini semakin tinggi berarti manajemen berhasil dalam meningkatkan kekayaan
pemegang saham sesuai dengan yang diharapkan. Untuk menghasilkan nilai
profitabilitas yang tinggi maka manajemen juga harus meningkatkan laba
perusahaan. Laba perusahaan merupakan komponen untuk menghitung ROA.

30
Universitas Sumatera Utara

Utomo dan Siregar (2008) dan Lubis (2012) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh

terhadap manajemen laba.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba
2.4.4. Proporsi Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan. Keberadaan komisaris independen
diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh
direksi.
Penelitian Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa proporsi
komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tindakan manajemen laba,
artinya semakin tinggi persentase komisaris independen dalam jajaran komisaris
makasemakin rendah kemungkinan terjadinya manajemen laba. Oleh karena itu,
maka dapat diajukan hipotesis alternatif keempat sebagai berikut:
H4: Proporsi komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba
2.4.5. Firm

Size,

Leverage,

Profitabilitas,

dan

Proporsi

Komisaris

Independen Terhadap Manajemen Laba
Keempat hipotesis sebelumnya merupakan penarikan hipotesis dari
masing-masing variabel secara parsial. Untuk itu keempat variabel tersebut akan
31
Universitas Sumatera Utara

diuji seluruhnya secara simultan, dengan demikian maka dapat diajukan hipotesis
alternatif kelima sebagai berikut :
H5: Firm size, leverage, profitabilitas, dan proporsi komisaris independen
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap manajemen laba

32
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Firm Size, &Asset Tangibility terhadap Financial Leveragepada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 39 84

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 59 85

PENGARUH LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 13 44

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 9 21

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

0 8 104

Analasis Pengaruh Firm Size, Leverage, Profitabilitas, dan Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analasis Pengaruh Firm Size, Leverage, Profitabilitas, dan Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analasis Pengaruh Firm Size, Leverage, Profitabilitas, dan Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analasis Pengaruh Firm Size, Leverage, Profitabilitas, dan Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analasis Pengaruh Firm Size, Leverage, Profitabilitas, dan Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7