Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

(1)

(2)

Lampiran 1 : DAFTAR ITEM PENGUNGKAPKAN CORPORATE GOVERNANCE

No Item Point Item Pengungkapan

1. Pengungkapan tentang dewan komisaris

1. Anggota dewan Komisaris 2. Struktur dewan Komisaris

3. Peraturan untuk organisasi dan fungsi dari dewan komisaris dan komite

4. Fungsi dan tugas masing‐masing komisaris 5. Prosedur pemilihan dan pemberhentian dewan Komisaris

6. Pengungkapan bahwa dewan komisaris telah melaksanakan tugas sesuai aturan

7. Tanggung jawab dewan atas informasi yang diungkapkan ke pasar

8. Deskripsi secara eksplisit hubungan antara komisaris dan pemegang saham utama 9. Deskripsi secara eksplisit kondisi yang

menentukan bahwa komisaris telah indepanden 10. Kualifikasi untuk menjadi komisaris Independen 11. Pengungkapan kepada publik tentang komisaris independen yang bekerja untuk perusahaan lain 12. Gaji dewan komisaris

2. Rapat Umum Pemegang Saham

1. Resolusi yang diadopsi dalam RUPS terahir 2. Pemberitahuan RUPS

3. Pengungkapan informasi mengenai agenda 4. Pengungkapan informasi tentang resolusi yang Diusulkan


(3)

3. Struktur kepemilikan

1. Rincian presentase pemegang saham 2. Treasury stock yang dimiliki perusahaan 4. Informasi terkait

good governance

1. Kode etik perusahaan

2. Laporan triwulanan dan laporan tahunan untuk dua tahun terahir, beserta laporan audit eksternal 3. Publikasi laporan tahunan

4. Pernyataan bahwa perusahaan mengacu pada good corporate governance dan diterapkan dengan baik 5. Biaya audit

6. Biaya yang dibayarkan untuk jasa non‐audit yang diberikan oleh KAP

7. Pengungkapan informasi yang dibuat untuk para Stockholder

8. Ringkasan dari laporan yang dikeluarkan oleh analis, bank investasi, dan lembaga rating secara berkesinambungan

9. Pengungkapan laporan tentang corporate social resposibility (kebijakan terhadap lingkungan dan komitmen politik)

10. Apakah perusahaan tercatat di Bursa Efek lain, pengungkapan hasilnya dan kondisi keuangan berdasarkan penerapan peraturan yang berlaku di Bursa Efek tersebut


(4)

Lampiran 2 : Daftar Nilai Total Accrual / Total Aseet Periode t-1

No. Kode Perusahaan Tahun

2012 2013 2014

1. BIPP -0,08041356 0,647874864 -0,001264683

2. BKDP -0,023592856 -0,0436339 -0,009340773

3. CTRP -0,036476306 -0,011506917 -0,019513645

4. CTRS -0,101500632 -0,043457495 0,094724301 5. DGIK 0,039894564 -0,033665731 0,057276409

6. EMDE 0,015813168 -0,046472027 -0,041510971

7. GMTD -0,393222393 0,616020451 0,06111951

8. GPRA 0,078523921 0,064801156 0,01245546

9. KIJA -0,049068816 -0,118784707 0,012484067 10. KPIG 0,036054002 0,097430235 0,040500016 11. LAMI 0,030018288 0,030431436 0,011431685 12. MTSM -0,010562214 -0,084225276 0,040798113

13. PJAA -0,16415822 -0,017897721 -0,050959552

14. PWON -0,104704332 -0,127747483 0,065052878

15. SMDM 0,033953582 -0,03030971 0,06510825

Lampiran 3: Daftar Nilai Nondiscretionary Accruals (NDA)

No. Kode Perusahaan Tahun

2012 2013 2014

1. BIPP -0,007072796 -0,270162682 -0,071623522

2. BKDP -0,003629138 -0,007840436 0,033344242

3. CTRP -0,032358409 -0,028919253 -0,062558151

4. CTRS -0,015537842 -0,016534028 0,002895399 5. DGIK -0,012284407 0,025890758 0,072365072 6. EMDE -0,016493826 0,021441271 0,022438879

7. GMTD 0,032643363 0,022332773 0,00314851

8. GPRA -0,003782816 0,0365056 -0,010647711

9. KIJA -0,125004732 -0,037322558 -0,093585976

10. KPIG -0,032272212 -0,355547083 -0,128177745 11. LAMI -0,013627276 -0,030859993 -0,016045548 12. MTSM -0,043357711 0,017939176 0,014076185 13. PJAA -0,175514696 -0,157474613 -0,155389451 14. PWON -0,007428001 0,008022344 -0,005200347


(5)

Lampiran 4 : Daftar Nilai Discretionary Accruals (DA)

( Dalam dua desimal ) No. Kode Perusahaan

DA = TAC

it

/Ta

it-1

-NDA

2012 2013 2014

1. BIPP -0,07 0,92 0,07

2. BKDP -0,02 -0,04 -0,04

3. CTRP 0 0,02 0,04

4. CTRS -0,09 -0,03 0,09

5. DGIK 0,05 -0,06 -0,02

6. EMDE 0,03 -0,07 -0,06

7. GMTD -0,43 0,59 0,06

8. GPRA 0,08 0,03 0,02

9. KIJA 0,08 -0,08 0,11

10. KPIG 0,07 0,45 0,17

11. LAMI 0,04 0,06 0,03

12. MTSM 0,03 -0,1 0,03

13. PJAA 0,01 0,14 0,1

14. PWON -0,1 -0,14 0,07


(6)

Lampiran 5 : Data Variabel CG, Ukuran, dan Dewan

( dalam dua desimal ) No Kode Perusahaan Tahun CG (X1) UP (X2) DK (X3)

2012 7,14 25,91 0,67

1. BIPP 2013 7,14 27,05 0,33

2014 7,14 27,14 0,33

2012 5,71 27,53 0,5

2. BKDP 2013 5,71 27,46 0,5

2014 5,71 27,44 0,5

2012 7,14 29,41 0,4

3. CTRP 2013 7,14 29,67 0,4

2014 7,14 29,81 0,4

2012 6,07 29,12 0,5

4. CTRS 2013 6,07 29,38 0,5

2014 6,07 29,44 0,5

2012 6,79 28,2 0,4

5. DGIK 2013 6,79 28,37 0,4

2014 6,79 28,35 0,4

2012 6,43 27,51 0,33

6. EMDE 2013 6,43 27,57 0,33

2014 6,43 27,8 0,33

2012 5,71 27,53 0,2

7. GMTD 2013 5,71 27,9 0,22

2014 5,71 28,05 0,38

2012 6,43 27,9 0,33

8. GPRA 2013 6,43 27,92 0,33

2014 6,43 28,05 0,33

2012 6,07 29,59 0,33

9. KIJA 2013 6,07 29,74 0,5

2014 6,07 29,77 0,5

2012 7,5 28,63 0,33

10. KPIG 2013 7,5 29,63 0,33


(7)

2012 6,43 27,12 0,33

11. LAMI 2013 6,43 27,14 0,33

2014 6,43 27,17 0,33

2012 5,36 25,39 0,25

12. MTSM 2013 5,36 25,31 0,5

2014 5,36 25,25 0,5

2012 7,14 28,5 0,5

13. PJAA 2013 7,14 28,6 0,5

2014 7,14 28,7 0,5

2012 6,79 29,65 0,67

14. PWON 2013 6,79 29,86 0,67

2014 6,79 30,45 0,67

2012 5,36 28,6 0,33

15. SMDM 2013 5,36 28,71 0,33


(8)

Lampiran 6 : HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS 20.0 Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DA 45 -,43 ,92 ,0490 ,19566

CorporateGovernance 45 5,36 7,50 6,4048 ,66554

UkuranPerusahaan 45 25,25 30,45 28,2450 1,28413

DewanKomisaris 45 ,20 ,67 ,4136 ,11489

Valid N (listwise) 45 Sumber: Data sekunder diolah

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation ,18135350

Most Extreme Differences

Absolute ,181

Positive ,181

Negative -,167

Kolmogorov-Smirnov Z 1,216

Asymp. Sig. (2-tailed) ,104

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data. Sumber: Data sekunder diolah


(9)

Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,375a ,141 ,078 ,18787 2,269

a. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan

b. Dependent Variable: DA

Sumber: Data sekunder diolah

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz ed Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleran

ce

VIF

1

(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729

CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074 ,861 1,162

UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922 ,834 1,199 DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059 ,945 1,058 a. Dependent Variable: DA


(10)

Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729

CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074

UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922

DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059

a. Dependent Variable: DA

Sumber: Data sekunder diolah

Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729

CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074

UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922

DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059

a. Dependent Variable: DA


(11)

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,237 3 ,079 2,241 ,098b

Residual 1,447 41 ,035

Total 1,684 44

a. Dependent Variable: DA

b. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan Sumber: Data sekunder diolah

Hasil Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,375a ,141 ,078 ,18787

a. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan Sumber: Data sekunder diolah


(12)

(13)

(14)

(15)

Daftar Pustaka

Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto, 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT, Volume 2.

Almilia, L. S. dan Retrinasari, I., 2007, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ, Proceeding Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis, Jakarta.

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System, Edisi 11, penerjemah: F.X. Kurniawan Tjakrawala, dan Krista. Penerbit Salemba Empat, Buku 2, Jakarta.

Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi II.

Beasley, Mark S., 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between The Board of Director Composition and Financial Statement Fraud dalam Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Manajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. “Teori Akuntansi”. Jakarta: Salemba Empat.

Brealey, Myers, dan Marcus, 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Cadbury Committee, 1992. Report of the Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance dalam Tjager et.al (2003)."Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia." PT. Prenhallindo, Jakarta.

Cheung, Y., Jin, L., Rau, R., Stouraitis, A., 2005. Guanxi, Political Connections, and Expropriation: The Dark Side of State Ownership in Chinese Listed

Companies dalam Cresthyna, 2012. Analisi Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance Melalui Website Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010, Skripsi, Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.


(16)

Chtourou, S. M., Bedard, J., and Courteau, L. (2001). Corporate Governance and Earnings Management dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011. “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94

Copeland,R.M.1968.“Income Smoothing, Journal of Accounting Research” dalam Wiwik Utami, 2005, “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur)”, Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Deni Darmawati, dkk. 2005. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No.6; 65-81. Difianti, Fanny, 2014. Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan , dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -2012, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review dalam Muh. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka, (Eds.) Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Makassar ;Simposium Nasional Akuntansi X.

Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Falah, Mohammad Fajrul. 2010. Analisis Pengungkapan Corporate Governance Berbasis Internet oleh Perusahaan Publik di Indonesia Tahun 2010. Skripsi, Ekonomi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cet. IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono Jogiyanto, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 2004-2005, BPFE, Yogyakarta.

Hasyati, Dwi Indah, 2015. Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.


(17)

International Federation of Accountants (IFAC). 2009. Proposed Framework for International Education Standard for Professional Accountants. Exposure Draft.

IICG. 2002. Penilaian Penerapan Prinsip GCG pada Perusahaan di Indonesia. http//www.iicg.org/asset/doc/CGPI/CGPI2002-SWA.pdf.

Irsyad, Muhammad, 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Jensen dan Meckling. (1976). Theory of The Firm: “Managerial Behaviour: Agency

Cost and Ownership Structure” dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011. “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94

Kieso, Donald E, Weygandy, Jerry J. dan Warsield, Terry D. (2007). Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.

KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance). (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.

Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

M.L.T, Ruth Rogate, 2012. Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan. OECD (Economic Co-Operation and Development). (2004). Principles of Corporate

Governance dalam M.L.T, Ruth Rogate, 2012. Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Panjaitan, Thiodara, 2012. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate

Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Putri, W., (2006), Analisis Pengaruh Corporate Governance dan JumlahKomisaris Terhadap Kinerja perusahaan, Skripsi Tidak Diterbitkan.Yogyakarta: Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia


(18)

Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition dalam Sulistiawan dkk., 2011. Creative Accounting: Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.

Shleifer, A. and R.W. Vishny. (1997). “A Survey of Corporate Governance.” Journal of Finance dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011.

“Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94

Siagian, Fretty, 2011. Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siburian, Susy Sartika, 2014. Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siregar, S.V., Utama, S. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management)

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Kedua, cetakan kedua belas, CV. Alfabeta, Bandung.

Simposium Nasional Akuntansi (VIII) Solo.

Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Sutrisno. 2002. Studi Manajemen Laba (Earnings Management) Evaluasi Pandangan Profesi Akuntansi, Pembentukan dan Motivasinya‖. KOMPAK. No, 5 Mei, hal 158—179.

Suwito dan Herawaty. 2005. ”Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII Solo. September.

Stice, James D. et al. (2007). Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat. Syakfianto, Andy, 2015. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tjager et.al (2003)."Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia." PT. Prenhallindo, Jakarta.


(19)

Tambunan Heny Syarah, 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Skripsi Akuntansi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

The Indonesian Institute for Corporate Governance. (2000). Peranan Dewan

Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jakarta: Prentice Hall.

Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka, 2007. “ Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada

Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur), Simposium nasional Akuntansi X Unhas Makassar.

Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. (1990), “Positive Accounting Theory: A Ten YearPerspective” dalam Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, 2011. “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 Nomor 1 hal 43-94

www.idx.com

www.repository.usu.ac.id www.google.co.id


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Menurut Sugiyono (2007:30) “desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antaravariabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numerik. Data penelitian ini merupakan pooling data. Menurut Jogiyanto (2004:54) “panel data atau pooling data adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2008:193) “sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder dalam penelitian berupa laporan keuangan perusahaan property dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek


(21)

Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan website masing- masing perusahaan dengan periodesasi data tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di bidang Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79).

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kiteria-kriteria tertentu, yaitu:

1. Perusahaan Real Estate dan Property yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014 sehingga tersedia data yang lengkap.


(22)

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode 2012-2014.

3. Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki website perusahaan yang masih aktif sampai tahun 2014

Berdasarkan karateristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 15 perusahaan. Adapun sampel penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Real Estate dan Property yang menjadi sampel

No Kode Populasi Kriteria Sampel 1 2 3 4

1 ASRI PT Alam Sutera Realty Tbk √

√ √ -

2 BAPA PT Bekasi Asri Pemula Tbk √

√ √ -

3 BIPP PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk √

√ √ √ 1

4 BKDP PT Bukit Darmo Property Tbk √

√ √ √ 2 5 BKSL PT Sentul City (formerly Bukit Sentul) Tbk √

√ √ -

6 BMSR PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk √

√ -

7 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk √

√ -

8 COWL PT Cowell Development Tbk √

√ √ -

9 CTRA PT Ciputra Development Tbk √

√ √ -

10 CTRP PT Ciputra Property Tbk √

√ √ √ 3


(23)

11 CTRS PT Ciputra Surya Tbk √ √ √ √ 4

12 DART PT Duta Anggada Realty Tbk √

-

13 DGIK PT Duta Graha Indah Tbk √

√ √ √ 5

14 DILD PT Intiland Development Tbk √

√ √ -

15 DUTY PT Duta Pertiwi Tbk √

√ √ -

16 EMDE PT Megapolitan Development Tbk √ √ √ √ 6

17 ELTY PT Bakrieland Development Tbk √

√ √ - 18 GMTD PT.Gowa Makassar Tourism Development,

Tbk √ √ √ √ 7

19 GPRA PT Perdana Gapuraprima, Tbk √

√ √ √ 8 20 INPP PT Indonesian Paradise Property Tbk √

√ -

21 JAKA PT Jaka Inti Realtindo Tbk √

√ - 22 JIHD PT Jakarta International Hotel &

Development Tbk √ √ -

23 JRPT PT Jaya Real Property Tbk √

√ - 24 JSPT PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk √

√ √ - 25 KARK PT Dayaindo Resources International Tbk √

√ √ -

26 KIJA PT Kawasan Industri Jababeka Tbk √

√ √ √ 9

27 KPIG PT MNC Land Tbk √

√ √ √ 10

28 LAMI PT Lamicitra Nusantara Tbk √

√ √ √ 11

29 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk √

√ √ -

30 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk √

√ -

31 MAMI PT Mas Murni Indonesia Tbk √

√ √ -

32 MDLN PT Modernland Realty Tbk √

√ √ -


(24)

33 MTSM PT Metro Realty Tbk √ √ √ √ 12

34 OMRE PT Indonesia Prima Property Tbk √

√ -

35 PJAA PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk √

√ √ √ 13

36 PNSE PT Pudjiadi & Sons Tbk √

√ √ -

37 PSAB PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk √

√ √ -

38 PTRA PT New Century Development Tbk √

√ √ -

39 PUDP PT Pudjiadi Prestige Limited Tbk √

√ -

40 PWON PT Pakuwon Jati Tbk √

√ √ √ 14

41 PWSI PT Panca Wiratama Sakti Tbk √

√ √ - 42 RBMS PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk √

√ √ - 43 RODA PT Royal Oak Development Asia Tbk √

√ √ -

44 SMDM PT Suryamas Dutamakmur Tbk √

√ √ √ 15

45 SMRA PT Summarecon Agung Tbk √

√ √ -

46 SSIA PT Surya Semesta Internusa Tbk √

√ -

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu: a. Studi Pustaka

Mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku, dan penelitian terdahulu.


(25)

b. Studi Dokumenter

Pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan masing-masing perusahaan property dan real estate yang diperoleh dari Website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat (nilai dari orang, objek atau kegiatan) yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 3).

3.5.1 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2008:59) ”variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk

memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Dechow et al. (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007: 11) menyebutkan bahwa penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model karena model ini dianggap lebih baik di antara model lain untuk mengukur manajemen laba.


(26)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut:

TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1) + e Dengan menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :

NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1 - ΔRect/ Ait-1) + β3 (PPEt / Ait- 1 Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAit = TAit / Ait-1 – NDAit

Keterangan:

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

e = error


(27)

3.5.2 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2007: 4), variabel independen merupakan “variabel yang sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini: A. Corporate Governance

Salah satu variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Governance (CG) melalui laporan keuangan perusahaan. Tingkat pengungkapan CG pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 diukur melalui indeks pengungkapan yang dilihat dari website masing-masing perusahaan. Indeks pengungkapan tersebut diambil dari penelitian Gandia (dalam Falah, 2010: 13).

Item-item tersebut telah disesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Sehingga terdapat item-item yang dihapus karena tidak dapat diterapkan dengan ketentuan yang ada di Indonesia. Item yang harus diungkapkan terdiri dari 4 klasifikasi, yaitu pengungkapan tentang dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, struktur kepemilikan, dan informasi lain tentang corporate governance yang dibagi lagi menjadi 28 item. Jika perusahaan mengungkapkan maka diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak 0 (nol) (Falah, 2010: 12).

Berdasarkan penelitian Gandia (dalam Falah,2010: 13), pengukuran indeks pengungkapan CG didapatkan dengan rumus sebagai berikut:


(28)

CGI x ∑ ��� �� x10 Dimana:

CGI : indeks pengungkapan GCG perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j

nj : 28 item

Xij : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan. B. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva dari perusahaan sampel tahun 2012-2014. Alasan penggunan total aktiva dalam penelitian ini karena total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding kapitalisasi pasar (Almilia dan Retrinasari, 2007: 23). Ukuran perusahaan selanjutnya ditulis dengan “ukuran” yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva perusahaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran perusahaan = Ln Total Asset C. Dewan Komisaris

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris = Jumlah anggota komisaris independen


(29)

3.6 Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.2

Skala Pengukuran Variabel Jenis Variabel Variabel Penelitian Definisi Operasional

Indikator Skala Dependen Manajemen

Laba Manajemen laba adalah potensi penggunaaan manajemen laba akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi

DA = TACit /Tait-1 - NDA

Rasio

Independen Corporate Governance (X1) Sistem yang mengendalikan dan mengarahkan operasional perusahaan

CGI x ∑ ��� �� x10

Rasio Ukuran Perusahaan (X2) Ukuran suatu perusahaan dapat ditunjukkan dari total asset, penjualan, tenaga kerja dan

kapitalisasi

pasar.

Ln (Total Aset) Rasio

Dewan Komisaris (X3) Susunan keanggotaan yang terdiri dari komisaris dari luar

Jumlah anggota komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris

Rasio


(30)

perusahaan (outside director) dan komisaris dari dalam perusahaan (inside director).

3.7 Metode Analisis Data

Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang mengunakan regresi linier berganda dan menggunakan program Statistical Package for Social Sciense (SPSS). Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2007: 29), analisis statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau menggambaran atas objek yang diteliti melalui data sampel tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Analisis statistik deskriptif meliputi range , rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum, dan jumlah data penelitian.


(31)

3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik

Peneliti menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk menentukan apakah distribusi data normal, sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian tersebut meliputi :

a. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengatahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat grafik histrogram yang membandingkan dengan data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Menurut Ghozali (2006:110), ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi grafik dan analisis statistik.

1) Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut :


(32)

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2) Analisis Statistik

Untuk mendeteksi normalitas data dapat pula dilakukan melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

Ho : data terdistribusi secara normal (sig. > 0,05) Ha : data tidak terdistribusi normal (sig. < 0,05)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test) adalah sebagai berikut :

a) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik, maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.

b) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik, maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t


(33)

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006: 95). Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW test). Uji autokorelasi dengan Durbin-Durbin-Watson (DW test) hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu:

Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ( DW-Test)

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl Tidak ada autokorelasi poitif Tidak ada keputusan dl < d < du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4 - du < d < 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 – du

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2011:108), ”jika Varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoroskedstisitas, jika berbada disebut heteroskedastisitas.” Untuk melihat ada atau tidaknya


(34)

heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

(Ghozali,2006:105). d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk meneliti apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan adanaya multikolinieritas adalah nilai tolerance <0,01 atau sama dengan VIF >10 (Ghozali,2006: 91).

e. Analisis Regresi

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:


(35)

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ є

Dimana:

Y = Manajemen Laba

α = Konstanta

β 1 β,2, β 3 = Koefisisen regresi dari variable independen

X1 = Good Corporate Governance X2 = Ukuran Perusahaan

X3 = Dewan Komisaris

є = Error

3.7.3 Pengujian Hipotesis

3.7.3.1 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Ho = tidak semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Ha = semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

jika t-hitung < t-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak; jika t-hitung > t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.


(36)

3.7.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik ”F” atau uji signifikan simultan digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006 : 84). Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu current ratio, debt to total asset, net profit margin, price earning ratio dan total asset turn over terhadap variabel dependen yaitu dividend per share secara simultan (bersama – sama).

Ho : β1 = β2 = β3= 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005 : 84) adalah: 1) apabila nilai Fhitung > 4 dengan tingkat kepercayaan 5% dan Fhitung > Ftabel , maka Ha diterima (Ho ditolak),

2) apabila nilai Fhitung < 4 dengan tingkat kepercayaan 5% dan Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima (Ha ditolak).

3.7.3.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tujuan


(37)

menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2006: 48). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.


(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data dimulai dengan mengolah data menggunakan Microsoft Excel 2010, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0. prosedur dimulai dengan memasukkan semua variabel independen dan variabel dependen ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 15 perusahaan real estate dan property yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Periode penelitian adalah tahun 2012,2013, dan 2014. Sehingga total sampel adalah 45 perusahaan.

Tabel 4.1

Daftar Sampel Perusahaan Real Estate dan Property

No Nama Perusahaan Kode Tanggal

Berdiri

Tanggal Listing 1 PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk BIPP 21 Des 1981 1995


(39)

2 PT Bukit Darmo Property Tbk BKDP 12 Juli 1989 31 Okt 2001

3 PT Ciputra Property Tbk CTRP 15 Juni 1993 07 Nov 2007

4 PT Ciputra Surya Tbk CTRS 26 Juni 1989 2006

5 PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk DGIK 1982 02 Agus 2001

6 PT Megapolitan Development Tbk EMDE 1979 12 Jan 2011

7 PT.Gowa Makassar Tourism Development, Tbk

GMTD 25 April 1997 19 Juli 2004

8 PT Perdana Gapuraprima, Tbk GPRA 1987 31 Des 2003

9 PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA 1989 1994 10 PT Global Land Development Tbk KPIG 11 Juni 1990 2000

11 PT Lamicitra Nusantara Tbk LAMI 1998 2001

12 PT Metro Supermarket Realty Tbk MTSM 07 Feb 1980 30 Nov 1991

13 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PJAA 1966 2004

14 PT Pakuwon Jati Tbk PWON 1982 1989

15 PT Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM Sept 1989 24 April 1993

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi dari masing-masing variabel.


(40)

Variabel dalam penelitian ini meliputi Corporate Governance (CG), ukuran perusahaan, dan dewan komisaris sebagai variabel independen serta Manajemen laba sebagai variabel dependen. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DA 45 -,43 ,92 ,0490 ,19566

CorporateGovernance 45 5,36 7,50 6,4048 ,66554 UkuranPerusahaan 45 25,25 30,45 28,2450 1,28413

DewanKomisaris 45 ,20 ,67 ,4136 ,11489

Valid N (listwise) 45 Sumber: Data sekunder diolah

1. Variabel Manajemen Laba (DA) memiliki nilai minimum -0.43 dan maksimum 0.92 dengan rata-rata 0.0490 dan standar deviasi 0.19566. 2. Variabel Corporate Governance (CorporateGovernance) memiliki

nilai minimum 5.36 dan maksimum 7.50, dengan rata-rata sebesar 6.4048 dan standar deviasi 0.66554.

3. Variabel ukuran perusahaan (UkuranPerusahaan) memiliki nilai minimum 25.25 dan maksimum 30.45, dengan rata-rata sebesar 28.2450 dan standar deviasi 1.28413


(41)

4. Variabel Dewan Komisaris (DewanKomisaris) memiliki nilai minimum 0.20 dan maksimum 0.67, dengan rata-rata sebesar 0.4136 dan standar deviasi 0.11489.

Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai

menyimpang dari nilai yang diharapkan (dalam hal ini variabel DA, CG, Ukuran, dan Dewan). Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan (Gujarati, 1995).

.4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik dan analisis statistik.

Analisis grafik dapat dilihat dengan melihat grafik histogram ataupun dengan melihat grafik Normal Probability Plot. Uji normalitas yang pertama dengan melihat grafik histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.1 di bawah ini :


(42)

HISTOGRAM

Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber: Data sekunder diolah

Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi mendekati normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis


(43)

yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat Normal Probability Plot dapat dillihat pada gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2

Normal Probability Plot (Data Asli) Sumber: Data sekunder diolah

Gambar 4.2 merupakan kurva P-Plot yang menunjukkan penyebaran titik-titik data di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data pada variabel yang digunakan terdistribusi secara normal.


(44)

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini juga menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). dengan pedoman sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.

2. Jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

Berikut adalah hasil pengujian menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation ,18135350

Most Extreme Differences

Absolute ,181

Positive ,181

Negative -,167

Kolmogorov-Smirnov Z 1,216

Asymp. Sig. (2-tailed) ,104

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data. Sumber: Data sekunder diolah


(45)

Dari hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada tabel 4.3, besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 1,216 dan signifikansinya pada 0,104 yaitu lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa data berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (Uji DW). Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,375a ,141 ,078 ,18787 2,269

a. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan

b. Dependent Variable: DA


(46)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai DW adalah 2,269. Nilai dL dan dU dilihat dari tabel Durbin-Watson pada signifikansi 0,05, jumlah sampel (N) 45 dengan jumlah variabel bebas (K) 3. Diperoleh dL= 1,201 dan dU= 1,474. Dapat dihitung nilai 4-dU= 2,526 dan 4-dL= 2,526. Nilai DW sebesar 2,269 lebih besar dari batas atas (du) 1,474 dan kurang dari 4 – 1,474 (4 – du) sehingga dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson terletak pada daerah dU < DW < 4-dU (1,474 < 2,269 < 2,526), maka tidak terjadi autokorelasi.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2005:139)

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(47)

Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukkan pada gambar 4.3 dibawah ini:

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder diolah

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.


(48)

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor ( VIF ) dan nilai Tolerance, apabila nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance < 0.1 maka terjadi multikolinearitas dan apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0.1 maka tidak terjadi multikolineraritas. Hasil uji mutikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz ed Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleran

ce

VIF

1

(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729

CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074 ,861 1,162

UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922 ,834 1,199 DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059 ,945 1,058 a. Dependent Variable: DA


(49)

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel

independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,861, 0,834, 0,945 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu 1,162, 1,199, 1,058. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Hasil analisis regresi berganda pengaruh Corporate Governance (CG), ukuran perusahaan, dan dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729

CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074

UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922

DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059

a. Dependent Variable: DA


(50)

Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel coefficients yang dibaca adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Berdasarkan tabel 4.6 di atas maka model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut;

DA = -0.219 + 0.084 CG - 0.002 UkuranPerusahaan – 0.491 DewanKomisaris Dari persamaan regresi tersebut diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut: a) Konstanta sebesar -0.219 menyatakan bahwa jika nilai CG, Ukuran, dan

Dewan adalah nol maka DA yang terjadi adalah sebesar -0.219.

b) Koefisien regresi CG sebesar 0.084 menyatakan bahwa setiap penambahan CG sebesar 1% maka akan meningkatkan DA sebesar 8.4%.

c) Koefisien regresi UkuranPerusahaan sebesar -0.002 menyatakan bahwa setiap penambahan Ukuran sebesar 1% maka akan menurunkan DA sebesar 0.2%. d) Koefisien regresi Dewan sebesar -0.491 menyatakan bahwa setiap

penambahan Dewan sebesar 1% maka akan menurunkan DA sebesar 49.1%. 4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan


(51)

5%, jika nilai sig. > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai t-tabel. Dimana jika t-hitung < t-tabel pada α = 5% artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika t-hitung < t-tabel pada α = 5% artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7

Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,219 ,627 -,349 ,729

CG ,084 ,046 ,286 1,835 ,074

UkuranPerusahaan -,002 ,024 -,016 -,099 ,922

DewanKomisaris -,491 ,254 -,289 -1,939 ,059

a. Dependent Variable: DA

Sumber: Data sekunder diolah

a) Nilai T tabel diperoleh dengan menggunakan Microsoft Excel dengan rumus TINV (0.05,41) yaitu 2.019541


(52)

b) T hitung variabel CG yang diperoleh sebesar 1.835. Nilai T hitung < T tabel (1.835 < 2.019541) artinya H1 ditolak.kesimpulan ini diperkuat dengan nilai signifikansi 0.074 > 0.05 yang berarti pengungkapan CG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba (DA). c) T hitung variabel UkuranPerusahaan yang diperoleh sebesar -0.099.

Nilai T hitung < T tabel (-0.099 < 2.019541) artinya H2 ditolak.kesimpulan ini diperkuat dengan nilai signifikansi 0.922 > 0.05 yang berarti UkuranPerusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba (DA).

d) T hitung variabel DewanKomisaris yang diperoleh sebesar - 1.939. Nilai T hitung < T tabel (-1.939 < 2.019541) artinya H3 ditolak.kesimpulan ini diperkuat dengan nilai signifikansi 0.059 > 0.05 yang berarti DewanKomisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba (DA).

4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (CG, UkuranPerusahaan, dan DewanKomisaris) secara simultan (bersama – sama) terhadap variabel dependen (DA). Hasil uji F ditunjukkan pada tabel 4.8 sebagai berikut :


(53)

Tabel 4.8 Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,237 3 ,079 2,241 ,098b

Residual 1,447 41 ,035

Total 1,684 44

a. Dependent Variable: DA

b. Predictors: (Constant), DewanKomisaris, CG, UkuranPerusahaan Sumber: Data sekunder diolah

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika F hitung < F tabel untuk a =5% atau probalilitas >0.05.

H5 diterima jika F hitung > F tabel untuk a= 5% atau probabalitas <0.05.

Dari Hasil uji F pada tabel 4.10 di atas maka diperoleh analisis sebagai berikut:

a) Nilai F tabel diperoleh dengan menggunakan Microsoft Excel dengan rumus FINV (0.05,3,41) yaitu 2.832747.

b) F hitung yang diperoleh sebesar 2.241. Nilai F hitung > F tabel (2.241 < 2.832747) artinya H4 ditolak yakni Corporate Governace (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Dewan komisaris (X3) secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (Y).


(54)

c) Kesimpulan ini diperkuat dengan melihat nilai signifikansi 0.098 > 0.05 yang menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Governace (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Dewan komisaris (X3) secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (Y).

4.2.4.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat sejauhmana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah semakin kuat, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah terbatas (Ghozali, 2006: 48). Besarnya nilai koefisien determinasi dapat dijelaskan pada tabel 4.9 sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,375a ,141 ,078 ,18787


(55)

Sumber: Data sekunder diolah

Tabel 4.9 diatas menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R square). Nilai R menunjukkan tingkat hubungan antar variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil olahan data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.375 atau sama dengan 37.5% artinya hubungan antara variabel CG,Ukuran dan Dewan terhadap variabel DA tidak kuat. Definisi korelasi ini tidak kuat didasarkan pada nilai R yang berada di bawah 0.5 atau 50%.

Koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0.141 atau 14.1% yang berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sangat terbatas.

Pada tabel diatas juga ditunjukkan nilai Adjusted R Square. Dari hasil perhitungan, nilai adjusted R square sebesar 0.078 atau 7.8%. Artinya 7.8% variabel DA dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas yaitu CG, Ukuran dan Dewan. Sedangkan sisanya 92.2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.


(56)

4.3 Interpretasi Hasil

1. Pengaruh secara simultan

F hitung yang diperoleh sebesar 2.241. Nilai F hitung > F tabel (2.241 < 2.832747) dan nilai signifikansi sebesar 0,098 lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan yakni Corporate Governace, Ukuran Perusahaan, dan Dewan komisaris secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

2. Pengaruh secara parsial

a) Pengaruh pengungkapan CG terhadap manajemen laba

Hasil pengujian pengaruh pengungkapan CG terhadap manajemen laba dalam penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan CG tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,074 dan lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa pengungkapan CG melalui website perusahaan belum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba. Sebab website perusahaan belum digunakan secara maksimal dalam mengungkapkan informasi terkait CG.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Indah Hasyati (2015). Selain itu penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan Fanny Difianti (2014).


(57)

Hasil pengujian pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi 0,922 dan lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan belum tentu dapat memperkecil kemungkinan terjadinya manajemen laba, karena perusahaan besar lebih banyak memiliki aset dan memungkinkan banyak aset yang tidak dikelola dengan baik sehingga kemungkinan kesalahan dalam mengungkapan total aset dalam perusahaan tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Andy Syakfianto (2015) dan Fretty Siagian (2011) bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

c) Pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba

Hasil pengujian pengaruh proporsi komisaris independen terhadap manajemen laba dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan nilai signifikansi 0,059 dan lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa dengan atau tanpa adanya komisaris independen dalam suatu perusahaan dan dengan semakin banyaknya jumlah komisaris independen dalam suatu perusahaan, tidak mampu mengurangi tindakan manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan sampel penelitian melakukan penempatan atau


(58)

penambahan anggota dewan komisaris independen, diduga hanya untuk memenuhi ketentuan formal. Kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dewan komisaris menjadi tidak efektif.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fretty Siagian (2011) yang menyatakan komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Indah Hasyati (2015) serta Fanny Difianti (2014) bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis yang peneliti lakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS Statistic 20.0, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :

1. Dalam pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat adalah sebagai berikut : a) Corporate Governace

Pengungkapan CG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (DA). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Indah Hasyati (2015) dan Fanny Difianti (2014).

b) Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (DA). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Andy Syakfianto (2015) dan Fretty Siagian (2011).

c) Dewan komisaris

Dewan komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba (DA). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Indah Hasyati (2015) dan Fanny Difianti (2014).

2. Dalam pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji F, pengungkapan Corporate Governace (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan


(60)

Dewan komisaris (X3) secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (Y). Kesimpulan ini diperkuat dengan melihat nilai signifikansi 0.098 > 0.05 yang menunjukkan bahwa Corporate Governace (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Dewan komisaris (X3) secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba (Y).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris padahal masih banyak variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi manajemen laba.

2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga tahun pengamatan yaitu dari tahun 2012 – 2014.

3. Objek penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan sektor property dan real estate saja sehingga data bersifat homogen dan kurang dapat digeneralisasi.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini, maka adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :


(61)

1. Dalam menilai pengungkapan CG, diharapkan mengikutsertakan beberapa orang peneliti agar indeks yang diperoleh per perusahaan menjadi lebih objektif.

2. Proporsi dewan komisaris independen diharapkan dapat ditingkatkan sehingga pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan dapat berjalan lebih efektif.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memasukan variabel-variabel independen seperti:kepemilikan manajerial dan komite audit atau variabel lainnya.

4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengganti atau menambah objek penelitian selain perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan alat ukur manajemen laba yang lain, yang lebih relevan untuk memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukannya tindakan manajemen laba.

6. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah rentang waktu periode pengamatan sehingga diharapkan bisa memberikan data yang lebih valid terkait dengan masalah penelitian ini.


(62)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Teori agensi awalnya di diperkenalkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Hubungan keagenan timbul karena adanya kontrak antara pemegang saham (principal) dan menajemen perusahaan (agent) yang merupakan pengelola perusahaan, dalam kontrak tersebut pemilik memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan termasuk dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi, tidak ada jaminan bahwa manajemen perusahaan mengutamakan kepentingan pemilik perusahaan, (Brealey et al., 2008: 7).

Menurut Anthony dan Govindorajan (2005: 269), “salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah prinsipal dan agen memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda”. Jensen dan Meckling dalam Jao (2011: 44), menyatakan bahwa jika kedua kelompok (agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal.


(63)

Eisenhardt dalam Ujiyantho (2011: 5), menggunakan asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori keagenan, yaitu:

a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest) dimana, pada dasarnya manusia tidak berkorban untuk orang lain.

b. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality).

c. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Jensen dan Meckling dalam Jao (2011: 45), mengidentifikasi biaya keagenan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. The monitoring expenditures by principal adalah biaya pengawasan yang harus dikeluarkan oleh pemilik.

b. The bonding expenditures by agent adalah biaya yang harus dikeluarkan akibat pemonitoran yang harus dikeluarkan prinsipal (pemilik) kepada agen.

c. The residual loss adalah pengorbanan akibat berkurangnya kemakmuran principal karena perbedaan keputusan antara principal dan agent.

Teori keagenan mengasumsikan agen menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang telihat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut. Teori keagenan berkaitan dengan usaha-usaha untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan.

Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar


(64)

perusahaan. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.

Asimetri informasi antara agent dan principal dapat memicu manajer untuk melakukan disfuctional behavior. Adanya kesenjangan informasi antara manajer dan pemilik perusahaan maka manajemen mempunyai kesempatan untuk memaksimalkan kepentingan mereka yang salah satunya dengan melakukan manajemen laba.

2.1.2 Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang tujuannya untuk dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan tertentu. Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas dari laporan keuangan karena tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Para pemakai laporan keuangan dimungkinkan akan mengambil keputusan yang salah dikarenakan mereka memperoleh informasi keuangan yang salah.

Scott (1997) dalam Sulistiawan dkk. (2011 : 40) merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain:

1) Pola taking a bath, pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi (organizational stress) atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan.


(65)

2) Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis.

3) Pola income maximization, pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.

4) Pola income smoothing, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba atau memaksimalkan laba.

Ada beberapa teori mengenai motivasi manajemen laba. Watts dan Zimmerman (dalam Belkaoui, 2006: 189), mengemukakan 3 faktor yang terkait dengan perilaku manajer dalam pemilihan kebijakan akuntansi. Tiga faktor ini disebut dengan tiga hipotesis teori akuntansi positif.

1) Bonus Plan Hypothesis (Hipotesis Rencana Bonus)

Hipotesis ini membicarakan tentang hubungan pemilihan metode akuntansi dengan rencana bonus manajer. Manajer perusahaan dengan adanya rencana bonus kemungkinan besar memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Rencana bonus yang berdasarkan laba dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

2) Debt Covenant Hypothesis (Hipotesis Ekuitas Utang)

Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin tinggi utang/ekuitas perusahaan, yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin ketat) perusahaan terhadap batasan-batasan yang terdapat pada


(66)

perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar kemungkinan para manajer menggunkan metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba.

3) Political Cost Hypothesis (Hipotesis Biaya Politis)

Semakin besar perusahaan semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya mengenakan peraturan anti trust, subsidi pemerintah, pajak dan tarif, persaingan dengan perusahaan asing, serta regulasi-regulasi lain.

Stice et al. (2007: 421) menjelaskan pendorong para manajer untuk melakukan manajemen laba yaitu:

1) Memenuhi target internal perusahaan. 2) Memenuhi harapan eksternal.

3) Meratakan atau memuluskan laba (income smoothing).

4) Memperindah laporan keuangan (window dressing) untuk keperluan penjualan saham perdana (initioal public offering-IPO) atau untuk memperoleh pinjaman dari bank.

Perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan yang dapat menimbulkan tindakan manajemen laba. Perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prisipal dapat disejajarkan dengan penerapan mekanisme good corporate governanance baik mekanisme secara eksternal maupun internal.

Peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba bisa timbul apabila terdapat situasi dimana manajer mempunyai kesempatan dan upaya untuk mendeteksi sulit dilakukan. Menurut Kieso et al. (2007: 424), peluang tersebut sering timbul dari:


(67)

1) Tidak adanya dewan direksi atau komite audit yang mengawasi proses pelaporan keuangan.

2) Pengendalian internal yang lemah atau bahkan tidak ada.

3) Terjadi transaksi yang rumit atau tidak biasa, seperti merger dan penutupan operasi tertentu.

4) Estimasi akuntansi yang memerlukan pertimbangan subjektif yang signifikan oleh manajemen perusahaan, seperti cadangan atas kerugian piutang.

5) Staf audit internal yang tidak efektif yang disebabkan oleh jumlah staf audit yang tidak memadai dan lingkup audit yang amat terbatas.

Stice et al. (2007: 427), menyatakan bahwa

konsep akuntansi akrual yang fleksibel dan standar akuntansi yang telah disebarluaskan dapat memberikan kesempatan bagi manajemen untuk mengatur laba perusahaan. Para akuntan menambahkan nilai informasi dengan menggunakan estimasi dan asumsi-asumsi untuk mengubah data aliran kas yang masih mentah menjadi data akrual. Teknik-teknik yang secara umum yang digunakan dalam manajemen laba adalah sebagai berikut:

1) Penggantian secara startegis

2) Laba yang stabil dapat diperoleh perusahaan dengan memastikan bahwa beberapa transaksi penting telah diselesaikan dengan cepat atau ditunda sehingga dapat diakui pada kuartal yang paling menguntungkan.

3) Perubahan pada metode atau estimasi dengan pengungkapan penuh. Estimasi akuntansi berhubungan dengan piutang tak tertagih, retur atau dana pensiun, umur ekonomis asset, dan lain-lain. Apabila perubahan estimasi di ungkapkan secara menyeluruh dalam laporan keuangan, maka manajemen laba dapat dideteksi dengan mudah oleh para pengguna laporan keuangan.

4) Perubahan dalam metode akuntansi atau estimasi dengan pengungkapan yang minimal atau tanpa pengungkapan samasekali.

5) Akuntansi Non-GAAP. Manajemen laba yang secara sopan dapat dilakukan melalui akuntansi non-GAAP. Akuntansi non-GAAP sebenarnya dapat juga terjadi akibat kesalahan yang tidak disengaja atau kekurang hati-hatian.

6) Transaksi fiktif.Contoh dari transaksi fiktif seperti yang dilakukan oleh para manajer di Xerox Meksiko secara sembunyi-sembunyi menyewa gudang yang digunakan untuk


(68)

menyimpan barang-barang dagangan yang diretur untuk menghindari pencatatan retur penjualan.

2.1.3 Corporate Governance

Corporate Governance awalnya diperkenalkan oleh Cadbury Committee dalam Tjager (2003: 43) dengan definisi sebagai berikut, “A set a rules that define the relationship between shareholder, manager, creditor, government, employee and other internal and external stakeholder in respect to the right and responsibility”.

Shleifer dan Vishny dalam Jao (2011: 45) menjelaskan bahwa Corporate Governance adalah suatu cara atau mekanisme yang digunakan untuk menyakinkan para memilik modal dalam memperoleh imbal hasil yang sesuai dengan investasi yang ditanamkan.

The Organization for Economic Corporation and Development (OECD) dalam Rogate (2012: 16) ,

corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.

The Indonesia Institute for Corporate Governance atau IICG (2000: 195) mendefinisikan Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan mempunyai tujuan utama


(69)

yaitu meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang , walaupun demikian harus tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.

Good corporate governance merupakan sebuah sistem tata kelola perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham , pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) (Sutedi, 2011: 2).

Prinsip-prinsip dasar good corporate governance ini diharapkan dapat dijadikan titik acuan bagi para pemerintah dalam membangun framework bagi penerapan good corporate governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal, prinsip-prinsip ini dapat menjadi pedoman dalam mengelaborasi best practices bagi peningkatan nilai dan kelangsungan hidup perusahaan. Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006 telah mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Pedoman GCG merupakan panduan bagi perusahaan dalam membangun, melaksanakan dan mengkomunikasikan praktik GCG kepada pemangku


(1)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah ke depan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Mei 2016 Penulis

Khairina Audrine NIM. 120503211


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi... 9

2.1.2 Manajemen Laba... 11

2.1.3 Corporate Governance... 15

2.1.4 Ukuran Perusahaan... 17

2.1.5 Dewan Komisaris... 19

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 20

2.3 Kerangka Konseptual... 24

2.4 Hipotesis Penelitian... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 30

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data... 30

3.2.2 Sumber Data... 30

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi... 31

3.3.2 Sampel... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data... 34

3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen... 35


(3)

3.6 Skala Pengukuran Variabel... 39

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif... 40

3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik... 41

3.7.3 Uji Hipotesis 3.7.3.1 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t)... 45

3.7.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 46

3.7.3.3 Koefisien Determinasi (R2)... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian... 48

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik deskriptif... 49

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas... 51

4.2.2.2 Uji Autokorelasi... 55

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 57

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas... 58

4.2.3 Analisis Regresi Berganda... 59

4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)... 60

4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 62

4.2.4.3 Koefisien Determinasi (R2)... 64

4.3 Interpretasi Hasil... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 69

5.2 Keterbatasan Penelitian... 70

5.3 Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

3.1 Sampel Penelitian ... 32

3.2 Skala Pengukuran Variabel ... 39

3.3 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ( DW-Test)... 43

4.1 Daftar Sampel Perusahaan Real Estate dan Property... 48

4.2 Statistik Deskriptif ... 50

4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov... 54

4.4 Hasil Uji Autokolerasi dengan Durbin-Watson... 55

4.5 Uji Multikolinearitas ... 58

4.6 Hasil Analisis Regresi ... 59

4.7 Hasil Uji t ... 61

4.8 Hasil Uji F ... 63


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 25

4.1 Grafik Histogram ... 52

4.2 Normal Probability Plot ... 53


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Item Pengungkapan Corporate Governance... 78

Lampiran 2 Daftar Nilai Total Accrual/ Total Asset... 80

Lampiran 3 Daftar Nilai Nondiscretionary Accrual... 80

Lampiran 4 Daftar Nilai Discretionary Accrual... 81

Lampiran 5 Daftar Nilai Variabel CG, Ukuran ,dan Dewan... 82


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

2 38 113

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 42 90

Analisis Pengaruh Mekanismecorporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2012-2014

0 6 87

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 71

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 4 90

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 5

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

0 0 12