Penataan City Walk Pada Pasar Petisah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. City Walk
2.1.1. Pengertian City Walk
Dalam bahasa baku urban design,city walk dikenal dengan istilah mall
atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin Pedos yang artinya kaki.
Pedestrian dapat berupa trotoar, alun-alun dan sebagainya. Shivani (1985) dan
Lynch (1987) mengemukakan bahwa pedestrian bagian dari public space dan
merupakan aspek penting sebuah urban space, baik berupa square (lapangan-open
space) maupun street (jalan-koridor). Jika jalan dirancang sebagai public space

berarti memberikan porsi yang dominan bagi pejalan kaki dan membatasi fungsi
kendaraan bermotor. Pengembangan ruas jalan menjadi public space ini dapat
menggunakan pendekatan city walk atau mall. Mall berarti sebuah plaza umum,
jalan-jalan umum atau sekumpulan sistem jalan dengan belokan-belokan dan
dirancang khusus untuk pejalan kaki. Menurut Rubenstain (1978) mall adalah
sebagai suatu area pergerakan dengan pola linier pada suatu area pusat bisnis kota
atau Central Bussiness Distric (CBD) yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki,
berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang interaksional.
Sedangkan menurut Maitland (1987), mall adalah pusat perbelanjaan yang

didalamnya terdapat suatu atau beberapa department store besar sebagai daya
tarik dari beberapa retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti
toko-toko yang menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang

6
Universitas Sumatera Utara

merupakan unsur utama dari shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan
sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan
pedagang.
Menurut Maithland (1987), berdasarkan bentuknya mall terdiri dari tiga
jenis dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing, yaitu:
a. Open mall (mall terbuka), adalah mall tanpa penutup atap.
Keuntungan dari open mall ini adalah kesan luas dan
perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih murah.
Kerugiannya adalah kendala pada climatic control berpengaruh
terhadap kenyamanan dan kesan kewadahan kurang.
b. Enclosed mall (mall tertutup), adalah mall dengan penutup
atap. Keuntungannya dari segi kenyamanan. Kerugiaannya
adalah biaya yang mahal dan kesan ruang yang kurang luas.

c. Integrated mall, adalah penggabungan antara mall terbuka dan
mall tertutup. Biasanya berupa mall tertutup dengan akhiran
mall terbuka.

Berdasarkan dari cara pola penataannya, menurut Rubenstein (1987) mall
dapat dibedakan menjadi :
a. Full Mall, diperoleh dengan menutup suatu jalan yang
sebenarnya difungsikan untuk kendaraan, dan diubah menjadi
jalan untuk pejalan kaki atau plaza dengan jenis perkerasan
yang berbeda, dan dilengkapi dengan pepohonan, penerangan
dan elemen ruang luar lainnya.

7
Universitas Sumatera Utara

b. Transit Mall, dibuat dengan memindahkan kendaraan pribadi
dan kendaraan angkutan dari jalan yang sudah ada, dan hanya
mengizinkan sarana transportasi umum seperti bus, taxi dan
kendaraan umum lainnya pada jalan tersebut. Parkir ditepi jalan
(on-street parking) dilarang, jalur pejalan kaki diperbesar dan

dilengkapi juga elemen. ruang luar seperti paving, bangku dan
tempat duduk, pohon-pohon, pencahayaan buatan, patung, air
mancur.
c. Semi Mall. Pada mall jenis ini, jumlah lalu lintas dan kendaraan
parkir dikurangi,jalur untuk pejalan kaki diperluas serta
dilengkapi dengan taman dan pepohonan, penerangan dan
elemen luar lainnya.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa City Walk
merupakan ruang terbuka yang berbentuk koridor bagi pejalan kaki dan yang
menghubungkan beberapa massa bangunan dengan fungsi komersial dan ritel
yang ada.Setiap persimpangan koridor City Walk bisa digunakan sebagai ruang
terbuka untuk panggung pertunjukan, dan juga berfungsi sebagai penghubung atau
penyatu massa bangunan yang terpecah.
2.1.2. Tipologi City Walk
a. City Walk Sebagai Ruang Terbuka
Ruang terbuka publik merupakan ruang atau wadah untuk aktivitas
sosial yang melayani dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat
kota. Ruang terbuka juga merupakan wadah dari kegiatan fungsional

8

Universitas Sumatera Utara

maupun aktivitas ritual yang mempertemukan sekelompok masyarakat
dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan
periodik (Carr,1992). Dengan adanya pertemuan antar manusia, maka
akan timbul bermacam-macam aktifitas di ruang tersebut. Ruang
terbuka harusnya menjadi ruang kota mudah dicapai oleh semua orang
dan terkesan terbuka dan masih dapat dirasakan pengaruh dari alam
misalnya : angin, matahari, suara, dan air hujan.

Gambar 2.1.
City walk sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi
Sumber : www.google.com/Ruang Publik
b. City Walk Sebagai Fungsi Komersial
Kegiatan komersial merupakan wadah kegiatan perniagaan,
pembelian atau penjualan barang dan jasa khususnya secara besar-besaran
baik nasional maupun internasional (Winardi, kamus ekonomi 1976).
Fasilitas komersial adalah segala yang memudahkan sarana dan prasarana
untuk melakukan kegiatan perniagaan atau perdagangan baik itu barang
ataupun jasa (Poerwadarminta 1970). Orientasi dari fasilitas komersial


9
Universitas Sumatera Utara

adalah keuntungan finansial yang akan dihasilkan dengan adanya kegiatan
pedagangan dan kegiatan perekonomian didalamnya, dengan prinsip
ekonomi “pengeluaran sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya”.
Sesuai pengertian diatas, fasilitas komersial mempunyai sifat (skripsi
Pranantyo Harwantono) :
1. Marketable, yaitu dapat dipasarkan
2. Profitable, yaitu mendapatkan keuntungan
3. Manageable, yaitu mudah dikelola
4. Adjustable, yaitu mudah disesuaikan dengan kebutuhan
5. Sustainable, yaitu mempunyai keberlangsungan
Klasifikasi fasilitas komersial :
1. Fasilitas komersial untuk menjual barang, yaitu fasilitas komersial
yang menjual barang produk-produk berupa barang.
2. Fasilitas komersial yang memberikan pelayanan jasa.


Gambar 2.2
City walk sebagai fungsi komersial
Sumber : www.google.com/Sketsa Toko

10
Universitas Sumatera Utara

Sasaran fasilitas komersial dapat dicapai dengan memperhatikan citra
bangunan, yang mana perlu diperhatikan adalah (skripsi Pranantyo Harwantono ) :


Clarity (kejelasan), bertujuan memberikan kejelasan kepada seseorang

untuk mengenal suatu fasilitas dengan cepat. Kejelasan ini
ditranformasikan dengan bentuk, ukuran dan tekstur yang dominan
diantara lingkungannya. Bentuk yang komunikatif, arah bangunan
yang jelas, bukaan yang dapat diketahui semua orang, serta view.


Boldness (kemencolokan), yaitu bentuk yang berbeda dengan


bangunan disekitarnya, kemencolokan bangunan ini juga bisa
ditunjukan dengan iklan komersial yang besar sehingga mudah diingat
bagi orang yang melihatnya. Boldness dapat ditransformasikan melalui
bentuk, bahan, letak, tekstur, dan warna.


Intimacy (keakraban), yaitu menciptakan suasana yang membuat orang

merasa betah, yaitu dengan membuat skala manusia pada beberapa
bagian bangunan, menciptakan kesan alami, vegetasi yang cukup pada
lansekap, dan tangkapan visual dari pusat perbelanjaan.


Flexibility (fleksibilitas), ditransformasikan dalam bentuk peruangan

yang universal, suasana yang dapat berubah, dan dibentuk dengan
karakter yang kuat.



Eficiency (efisien), ditransformasikan dengan penggunaan ruang yang

optimal dan profitable dalam setiap luasan yang ada.

11
Universitas Sumatera Utara



Inventiveness (kebaruan), ditransformasikan dalam bentuk tatanan fisik

yang inovatif, ekspresif, dan spesifik untuk mencegah kebosanan dan
memberi atmosfir yang khas dalam bangunan komersial tersebut.
c. City Walk Sebagai Tujuan Perbelanjaan
Pusat perbelanjaan merupakan wadah/ruang terjadinya kegiatan
niaga dalam suatu lingkup kawasan maupun kota, dan tercipta transaksi
jual beli dan kegiatan didalamnya. Selain itu, pusat perbelanjaan dapat
juga diartikan sebagai sebuah kompleks toko-toko dan ritel-ritel dan
fasilitas yang berhubungan dengan perbelanjaan yang direncanakan
sebagai kelompok yang menyatu untuk memberikan kenyamanan

maksimum dalam berbelanja untuk para pelanggan dan keterbukaan
maksimum juga untuk barang dan jasa. Secara umum pusat perbelanjaan
mempunyai pengertian sebagai suatu wadah dalam masyarakat yang
menghidupkan kota atau lingkungan setempat, selain berfungsi sebagai
tempat untuk berkumpul, berekreasi, atau rileks.
Maka sebagai kesimpulan pusat perbelanjaan adalah suatu lingkup
kawasan dengan bangunan komersial yang dirancang dan direncanakan
beserta fasilitas pendukungnya untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan dalam melakukan aktivitas perdagangan.

2.2.

Penataan
Penataan merupakan suatu proses perencanaan dalam upaya meningkatkan

keteraturan, ketertiban, dan keamanan. Penataan menjadi bagian dari suatu proses

12
Universitas Sumatera Utara


penyelenggaraan pemerintah dimana dalam proses penataan tersebut dapat
menjamin terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Penataan dapat dirumuskan
sebagai hal, cara, hasil atau proses menata. (Badudu, Zein, 1995:132). Penataan
ini membutuhkan suatu proses yang panjang dimana dalam proses penataan ini
perlu ada perencanaan dan pelaksanaan yang lebih teratur demi pencapaian tujuan.
Dalam kamus Tata Ruang dikemukakan bahwa penataan merupakan suatu proses
perencanaan , pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan untuk semua
kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras,
seimbang dan berkelanjutan serta keterbukaan , persamaan keadilan dan
perlindungan hukum (Kamus Tata Ruang, Edisi I :1997)
Proses penataan ini juga mencakup penataan ruang dimana penduduk
menempati daerah tertentu. Wilayah penempatatan penduduk juga perlu ditata dan
diatur agar dapat mencipatakan suatu lingkungan masyarakat yang tertib dan
teratur dalam rangka mewujudkan pembangunan. Dalam UU RI No. 24 tentang
penataan ruang dikatakan bahwa penataan ruang adalah wujud struktural dari pola
pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Penataan ruang adalah
proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Sujarto dalam bukunya Pengantar Planologi mengemukakan bahwa
penataan sebagai proses perencanaan , pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan merupakan satu kesatuan sisem yang tidak terpisahkan satu dengan

yang lainnya. Kebutuhan suatu penataan pada berbagai tingkat wilayah pada
dasarnya

tidak dapat dilepaskan dari semakin banyaknya permasalahan

pembangunan.(Sujarto, 2003:50).

13
Universitas Sumatera Utara

Permasalahan pembangunan ini tidak terlepas dari peran penataan ruang.
Penataan ruang menjadi sangat penting karena dengan penataan ruang tersebut
dapat menjamin terciptanya keadaan masyarakat yang tertib dan teratur. Keadaan
masyarakat yang tertib dan teratur akan mampu mendukung terselenggaranya
pembangunan.
2.2.1. Penataan Ruang
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut
merupakan ruang lingkup penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi
Negara. Jadi, hukum penataan ruang menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 yaitu hukum yang berwujud struktur ruang (ialah sususnan pusat-pusat
pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional) dan pola ruang (ialah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya). Keseimbangan pertumbuhan dan
perkembangan antar daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan.
a. Asas dan Tujuan Penataan Ruang
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ditegaskan
bahwa penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:
1. Keterpaduan.

14
Universitas Sumatera Utara

Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor,
lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku
kepentingan antara lain, adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
2. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur
ruang dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan
lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar
daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
3. Keberlanjutan.
Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya
tamping lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi
mendatang.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber
daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata
ruang yang berkualitas.
5. Keterbukaan.

15
Universitas Sumatera Utara

Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan kemitraan.
Kebersamaan

dan

kemitraan

adalah

bahwa

penataan

ruang

diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan umum.
Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. Kepastian hukum dan keadilan.
Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan
perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak
dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian
hukum.
9. Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun
hasilnya.
b. Klasifikasi Penataan Ruang
Klasifikasi penataan ruang ditegaskan dalam Undang-Undang Penataan
Ruang bahwa penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi

16
Universitas Sumatera Utara

utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai
strategis kawasan. Selanjutnya ditegaskan sebagai berikut:
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan
sistem internal perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administrasi terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, penataaan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan
Ruang kawasan perkotaan, dan penataan ruang kawasan perdesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas
penataan ruang kawasan strategis nasional, penatan ruang kawasan
strategis

provinsi,

dan

penataan

ruang

kawasan

strategis

kabupaten/kota.

2.3.

Revitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses
revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan
aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan
potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat)

17
Universitas Sumatera Utara

(Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi
pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan
peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk
melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang
dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang
memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat
tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti
luas (Laretna, 2002).
Persamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern dan pasar
tradisional menimbulkan persaingan antara keduanya dan juga menimbulkan
modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern. Preferensi
prioritas faktor internal, faktor eksternal, faktor bertahan, dan daya tarik pusat
perbelanjaan modern menyebabkan pasar tradisional mengalami kondisi bertahan,
kehancuran, maupun modernisasi. Ketiganya ini dapat menyebabkan sebuah pasar
tradisional dapat tetap mempertahankan konsep dan fisik bangunannya sebagai
pasar, modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern, dan
menyebabkan suatu pasar tradisional ke arah kehancuran (Andreas Y.C. dan
Marinus W., 2006).
Menurut Mudrajad Kuncoro (2008), isu utama yang berkaitan dengan
perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut.
1. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling
berdekatan.

18
Universitas Sumatera Utara

2. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola
jaringan) ke wilayah pemukiman.
3. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel
modern yang memberatkan pemasok barang.
4. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka
perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dikembangkan berbagai
upaya untuk mengembangkan pasar tradisional. Salah satunya dilakukan dengan
pemberdayaan pasar tradisional, antara lain dengan mengupayakan sumbersumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan, meningkatkan kompetensi
pedagang dan pengelola, memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha
bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau
relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.

Gambar 2.3.
Salah Satu Konsep Revitalisasi Pasar Tradisional
Sumber : www.google.com/konseprevitalisasi

19
Universitas Sumatera Utara

2.4.

Pasar Tradisional
Pasar tradisional terdiri dari dua kata yaitu “pasar” dan tradisional”. Pasar

berasal dari kata bazaar yang berasal dari bahasa Parsi dan Arab berarti tempat
berjualan (Geertz, 1963, dalam Rochyansyah, 2009:200). Sedangkan dalam
Kamus Bahasa Indonesia “pasar” juga diartikan sebagai tempat berjual beli.
Sehingga dapat disimpulkan kata “pasar” secara umum memiliki arti sebagai
tempat berjualan.
Kata tradisional berasal dari serapam bahasa inggris yaitu traditional.
Dalam Kmaus Besar Bahasa Indonesia kata “tradisional” memiliki arti menurut
tradisi, yaitu adat kebiasaan yang masih diturunkan secara turun temurun.
Sedangkan dalam kamus Oxford for Advance Learners Dictionary, traditional
diartikan sesuatu yang bersifat dan didasarkan pada tradisi (kebiasaan). Dari
pengertian menurut bahasa, dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional yaitu
tempat yang mewadahi aktivitas jual beli yang dilakukan secara tradisional yaitu
dengan bertemunya penjual dan pembeli secara langsung.

2.5.

Ruang Terbuka Publik
Stephen Carr, dkk (1992) melihat ruang terbuka publik sebagai ruang

milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktivitas fungsional dan ritualnya
dalam suatu ikatan komunitas, baik kehidupan sehari-hari maupun dalam
perayaan berkala yang telah ditetapkan sebagai sesuatu yang terbuka, tempat
masyarakat melakukan aktivitas pribadi dan kelompok. Pengertian-pengertian

20
Universitas Sumatera Utara

mengenai ruang terbuka publik yang dikemukakan oleh para ahli perencanaan
kota sangat beragam, beberapa pengertian ruang terbuka publik tersebut, adalah:
1. Ruang terbuka publik adalah lahan tidak terbangun di dalam
kota dengan penggunaan tertentu. Pertama, ruang terbuka kota
didefinisikan sebagai bagian dari lahan kota yang tidak
ditempati

oleh

bangunan

dan

hanya

dapat

dirasakan

keberadaanya jika sebagian atau seluruh lahannya dikelilingi
pagar. Selanjutnya ruang terbuka didefinisikan sebagai lahan
dengan penggunaan spesifik yang fungsi atau kalitas terlihat
dari komposisinya (Rapuano, 1994).
2. Ruang terbuka publik merupakan ruang wadah aktivitas sosial
yang melayani dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat
kota. Ruang terbuka juga merupakan wadah dari kegiatan
fungsional maupun aktivitas ritual yang mempertemukan
sekelompok masyarakat dalam rutinitas normal kehidupan
sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik (Carr,1992).
3. Sedangkan menurut Daisy (1974), berdasarkan pemilikannya
ruang terbuka publik dapat diklasifikasikan berdasarkan dua
jenis :
a. Ruang terbuka publik yang merupakan milik pribadi atau
institusi yang dipergunakan oleh publik dalam kalangan
terbatas. Misalnya halaman bangunan perkantoran, halaman
sekolah atau mall shooping centre.

21
Universitas Sumatera Utara

b. Ruang terbuka publik yang merupakan milik publik dan
digunakan oleh orang banyak tanpa kecuali. Misalnya jalan
kendaraan, jalan pedestrian, arcade, lapangan bermain,
taman kota dan lain lain.
2.5.1. Tujuan Ruang Terbuka Publik
Secara umum, tujuan ruang terbuka publik (Carr dkk,1992) adalah:
1. Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat menjadi
motivasi dasar dalam penciptaan dan pengembangan ruang
terbuka publik yang menyediakan jalur untuk pergerakan, pusat
komunikasi, dan tempat untuk merasa bebas dan santai.
2. Peningkatan Visual (Visual Enhancement)
“Keberadaan ruang publik di suatu kota akan meningkatkan
kualitas visual kota tersebut menjadi lebih manusiawi,
harmonis, dan indah.”
3. Peningkatan Lingkungan (Environmental Enhancement)
“Penghijauan pada suatu ruang terbuka publik sebagai sebuah
nilai estetika juga paru-paru kota yang memberikan udara segar
di tengah-tengah polusi.”
4. Pengembangan Ekonomi (Economic Development)
“Pengembangan ekonomi adalah tujuan yang umum dalam
penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik.”
5. Peningkatan Kesan (Image Enhancement)

22
Universitas Sumatera Utara

“Merupakan tujuan yang tidak tertulis secara jelas dalam
kerangka penciptaan suatu ruang terbuka publik namun selalu
ingin dicapai.”
2.5.2. Fungsi Ruang Terbuka Publik
Ruang terbuka publik sebagai salah satu elemen perancangan mempunyai fungsifungsi:
1. Ruang terbuka publik melayani kebutuhan sosial masyarakat
kota dan memberikan pengetahuan kepada pengunjungnya.
Pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat sebagai
tempat untuk bersantai, bermain, berjalan-jalan dan membaca.
(Nazarudin, 1994).
2. Ruang terbuka publik adalah simpul dan sarana komunikasi
pengikat sosial untuk menciptakan interaksi antarkelompok
masyarakat (Carr, 1992).
2.5.3. Jenis Ruang Terbuka Publik
Ruang terbuka publik dapat berupa landscape (ruang terbuka hijau)
maupun hardscape (ruang terbuka terbangun), pengkategoriannya adalah:
1. Ruang terbuka publik skala lingkungan dengan luas dan
lingkup pelayanan kecil, seperti ruang sekitar tempat tinggal
(home

oriented

space),

ruang

terbuka

lingkungan

(neighbourhood space) (Rapuano, 1964).

23
Universitas Sumatera Utara

2. Ruang terbuka publik skala bagian kota yang melayani
beberapa unit lingkungan, seperti taman umum (public park),
ruang terbuka untukmasyarakat luas (community space).
3. Ruang terbuka publik dengan fungsi tertentu, seperti ruang
sirkulasi kendaraan (jalan raya/freeway, jalan arteri, dll), ruang
terbuka publik di pusat komersial (area parkir, plaza , dan mall),
ruang terbuka publik kawasan industri, dan ruang terbuka
publik peringatan (memorial) (Carr, 1992).
4. Pasar terbuka publik (markets), yaitu ruang terbuka publik atau
jalan yang digunakan untuk PKL, bersifat temporer pada ruang
yang ada seperti taman, daerah pinggir jalan, atau area parkir
(Carr, 1992).

2.6.

Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau kota merupakan salah satu bagian dari penataan ruang

yang berfungsi sebagai paru paru kawasan. Kawasan hijau kota terdiri atas
pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan
hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau
diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur
vegetasinya (Fandeli, 2004). Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur
dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuhnya tanaman-tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

24
Universitas Sumatera Utara

sengaja ditanam ( Pasal 29 UU No. 26 tahun 2007). Menurut Dinas Tata Kota,
ruang terbuka hijau kota meliputi:
1. Ruang terbuka hijau makro, seperti kawasan pertanian,
perikanan,

hutan

lindung,

hutan

kota,

dan

landasan

pengamanan bandar udara.

Gambar 2.4.
Ruang Terbuka Hijau Makro
Sumber : www.google.com/ruangterbukahijauhutankota
2. Ruang terbuka hijau medium, seperti kawasan area pertamanan
(city park), sarana olah raga, dan sarana pemakaman umum.

Gambar 2.5.
Ruang Terbuka Hijau Makro
Sumber : www.google.com/citypark

25
Universitas Sumatera Utara

3. Ruang terbuka hijau mikro, lahan terbuka yang ada di setiap
kawasan permukiman yang disediakan dalam bentuk fasilitas
umum seperti taman bermain (play ground), taman lingkungan
(community park), dan lapangan olah raga.

Gambar 2.6.
Ruang Terbuka Hijau Mikro
Sumber : www.google.com/lapanganolahraga
2.6.1. Fungsi dan Manfaat RTH
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di Wilayah Perkotaan, dengan tujuan sebagai berikut :
a.

Meningkatkan lingkungan hidup perkotaan yang nyaman,
segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan
perkotaan

b.

Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan
binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

Peranan RTH bagi pengembangan kota adalah sebagai berikut :

26
Universitas Sumatera Utara

a. Alat pengukur iklim amplitude (klimatologis). Penghijauan
memperkecil amplitude variasi yang lebih besar dari kondisi
udara panas ke kondisi udara sejuk.
b. Penyaring udara kotor (protektif). Penghijauan dapat mencegah
terjadinya pencemaran udara yang berlebihan oleh adanya asap
kendaraan, asap buangan industri dan gas beracun lainnya.
c. Sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh tepi jalan sebagai
tempat hidup satwa burung/unggas.
d. Sebagai penunjang keindahan (estetika). Tanaman ini memiliki
bentuk teksur dan warna yang menarik.
e. Mempertinggi kualitas ruang kehidupan lingkungan. Ditinjau
dari sudut planologi, penghijauan berfungsi sebagai pengikat
dan

pemersatu

elemen-elemen

(bangunan)

yang

ada

disekelilingnya. Dengan demikian, dapat tercipta lingkungan
yang kompak dan serasi.
Adapun manfaat RTH di wilayah perkotaan antara lain sebagai berikut :
a. Memberikan

kesegaran,

kenyamanan

dan

keindahan

lingkungan sebagai paru-paru kota.
b. Memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk
kota.
c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga dan
buah.
d. Sebagai tempat hidup satwa dan plasma nutfah.

27
Universitas Sumatera Utara

e. Sebagai resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam
tanah,mengurangi aliran air permukaan, menangkap dan
menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah agar kesuburan
tanah tetap terjamin.
f. Sirkulasi udara dalam kota.
g. Sebagai tempat sarana prasarana kegiatan rekreasi.

2.7.

Pedestrian
Istilah pejalan kaki

atau pedestrian berasal

dari bahasa

Latin

pedesterpedestris yaitu orang yang berjalan kaki atau pejalan kaki. Pejalan kaki

juga berasal dari kata pedos bahasa Yunani yang berarti kaki. Sehingga pedestrian
dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang berjalan kaki. Jalur pejalan kaki
yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki dengan lancar dan
aman,persyaratan ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan jalur
pedestrian. Untuk menyediakan jalur pedestrian yang dapat menampung
kebutuhan kegiatan pejalan kaki, maka perlu dirancang sesuai dengan katagori
perjalanan para pejalan kaki yang nyaman dan membuat simpul-simpul yang
menarik.

28
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7.
Pedestrian
Sumber : www.google.com/pedestrianwalkway
Jalur pedestrian yang ada di kota-kota besar mempunyai fungsi terhadap
perkembangan kehidupan kota, antara lain (Murtono,Aniaty; 1991):
a. Pedestrianisasi dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat,
sehingga mengurangi kerawanan kriminalitas.
b. Pedestrianisasi dapat merangsang berbagai kegiatan ekonomi,
sehingga akan berkembang kawasan bisnis yang menarik
c. Pedestrianisasi sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan
promosi, pameran, periklanan, kampanye, dan lain sebagainya.
d. Pedestrianisasi

dapat

menarik

bagi

kegiatan

sosial,

perkembangan jiwa dan spiritual
e. Pedestrianisasi mampu menghadirkan suasana dan lingkungan
yang spesifik, unik, dan dinamis di lingkungan pusat kota.
f. Pedestrianisasi berdampak pula terhadap upaya penurunan
tingkat pencemaran udara dan suara, karena berkurangnya
kendaraan bermotor yang lewat.

29
Universitas Sumatera Utara

Fungsi jalur pedestrian yang disesuaikan dengan perkembangan kota
adalah sebagai fasilitas pejalan kaki, sebagai unsur keindadahan kota, sebagai
media interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota dan sebagai tempat
bersantai serta bermain.
Menurut Shirvani (1985), jalur pejalan kaki harus dipertimbangkan
sebagai salah satu dalam perancangan kota, jalur pejalan kaki adalah bagian dari
kota dimana orang bergerak dengan kaki, biasanya disenjang sisi jalan sedang
fungsi jalur pejalan kaki adalah untuk keamanan pejalan kaki pada waktu bergerak
dari satu tempat ke tempat yang lain.

2.8.

Magnet atau Anchor City Walk
Hal yang mendorong orang berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain

sebagai pusat kegiatan biasa disebut dengan istilah magnet atau anchor . Magnet
bisa berupa pusat perbelanjaan, perkantoran, pelayanan umum

seperti

perpustakaan, museum, gedung bioskop dan sebagainya. Namun demikian faktor
penarik ini dapat juga berupa elemen arsitektur kota seperti relief bangunan,
perkerasan, penataan lampu, pedestrian, penataan lampu, penataan tanaman,
penataan tempat duduk dan sebagainya. Selain aspek fisik, aktifitas yang ada di
sepanjang pedestrian juga mampu menjadi pendorong aktifitas City Walk seperti
pedagang kaki lima, pertokoan dan aktifitas budaya/tradisional (Shirvani, 1985;
Danisworo, 1994).

30
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.8.
Keberadaaan anchor mendorong pergerakan pada area pedestrian, city walk atau
streetmall
Sumber : Absori, 2006

31
Universitas Sumatera Utara