Redevelopment Pasar Marelan Medan (Green Architecture)

(1)

REDEVELOPMENT PASAR MARELAN MEDAN

(GREEN ARCHITECTURE)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Asrsitektur

Oleh :

MOHD. ROZI ALFISYAHRINE

070406073

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

REDEVELOPMENT PASAR MARELAN MEDAN

(GREEN ARCHITECTURE)

OLEH :

MOHD. ROZI ALFISYAHRINE

070406073

Medan, Juli 2013

Disetujui Oleh :

Wahyu Abdillah, ST.

Ir. Basaria Talarosa, MT.

Pembimbing I

Pembimbing II

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT.

NIP. 196606221997021001


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : MOHD. ROZI ALFISYAHRINE

NIM : 070406073

Judul Proyek Tugas Akhir : Redevelopment Pasar Marelan Medan

Tema : Green Architecture

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang 4. Perbaikan

Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2013

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N. Vinky Rahman, MT. NIP. 196606221997021001

Koordinator TKA-490,

Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc NIP. 196201091987012001001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa saya tidak mampu menyelesaikan skripsi ini hanya dengan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu saya tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah banyak membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada :

Kedua orang tua saya ayah Asnawi HS dan mama Hj. Mariani Ismail, S.sos yang sangat saya sayangi. Terima kasih atas segala dukungan baik moril maupun materi, atas segenap perhatian yang ayah dan mama berikan serta doa yang tidak putus-putusnya dipanjatkan kepada Allah SWT demi kesuksesan ananda dalam menjalani hidup ini. Semoga ayah dan mama selalu dilimpahkan rezeki dan kesehatan dari-Nya.

Untuk kakakku Ichwanul Safitri, S.Psi. terima kasih atas doa dan dukungan selama ini. Terima kasih telah membantu dan mendengarkan keluh kesah zie mulai dari awal perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

Kebersamaan, canda tawa serta kebahagiaan dalam keluarga ini semoga tetap terjalin selamanya.

Bapak Wahyu Abdillah, ST. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

Ibu Ir. Basaria Talarosa, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

Ibu Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., Ph.D. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. Sebagai Koordinator Studio Tugas Akhir Semester A TA. 2012/2013.


(5)

Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU, khususnya Kak Dewi dan Kak Ayu.

Untuk my lovely Anjani tersayang terima kasih untuk doa, cinta, sayang, perhatian serta selalu mampu hadirkan semangat baru dan sudah setia menemani selama penyelesaian tugas akhir ini.

Teman-teman angkatan 2007 dan 2008: Imam, Rahadian, Zuhri Reza, Gredy, Te, Syahril, Guntur, Panji, Udin, Leo, Adit, Mora, Yudha, Eka, Bulsem, Tommy, Ite dll.

Akhir Kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Maksud dan Tujuan ... 4

I.3. Masalah Perencanaan ... 4

I.4. Pendekatan Masalah ... 5

I.5. Lingkup/Batasan ... 6

I.6. Kerangka Berfikir ... 7

I.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 8

BAB II: DESKRIPSI PROYEK ... 9

II.1. Terminologi Judul ... 9

II.2. Pelaku dan Kegiatan ... 16

II.3. Lokasi ... 18

II.4. Tinjauan Fungsi ... 30

II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis ... 34

BAB III: ELABORASI TEMA ... 40

III.1. Pengertian ... 42

III.2. Interpretasi Tema... 40


(7)

BAB IV: ANALISA ... 50

IV.1. Analisis Kondisi Tapak Lingkungan ... 50

IV.1.1. Data site ... 50

IV.1.2. Analisa Pencapaian ... 54

IV.1.3. Analisa Sirkulasi ... 57

IV.1.4. Analisa View Bangunan ... 61

IV.1.5. Analisa Matahari ... 62

IV.1.6. Analisa Ruang Terbuka Hijau ... 64

IV.1.7. Analisa Sarana dan Prasarana ... 65

IV.2. Analisis Fungsional ... 65

IV.2.1. Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 65

IV.2.2. Ruang ... 70

IV.2.3. Bentuk ... 77

IV.2.4. Utilitas ... 78

BAB V: KONSEP ...83

V.1. Konservasi Energi... 83

V.2. Bekerja Sama Dengan Alam ... 84

V.3. Meminimalisir Sumber Daya Baru ... 85

V.4. Ramah Terhadap Pengguna ... 85

V.5. Ramah Terhadap Lingkungan ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek ... 18

Gambar 2.2. Pertimbangan Pemilihan Lokasi ... 20

Gambar 2.3. Peta Pencapaian Lokasi... 21

Gambar 2.4. Peta Area Pelayanan ... 22

Gambar 2.5. Analisa Pemilihan Lokasi ... 23

Gambar 2.6. Dimensi Site ... 24

Gambar 2.7. GSB Eksisting ... 26

Gambar 2.8. Peta Ketinggian Bangunan ... 28

Gambar 2.9. Kondisi Eksisting ... 29

Gambar 2.10. Peta Satelit Pasar Beringharjo ... 34

Gambar 2.11. Tampak Depan Pasar Beringharjo ... 34

Gambar 2.12. Interior Pasar Beringharjo ... 35

Gambar 2.13. Peta Satelit Pasar BSD ... 36

Gambar 2.14. Tampak Depan Pasar BSD ... 36

Gambar 2.15. Situasi Loods di Pasar BSD ... 37

Gambar 2.16. Kondisi atap dan Sirkulasi Di Pasar BSD ... 37

Gambar 2.17. Tampak Depan Pasar Johar Semarang ... 38

Gambar 2.18. Kondisi Interior Pasar Johar Semarang ... 38

Gambar 2.19. Kondisi Atap Pasar Johar Semarang ... 39

Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park ... 46

Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park ... 46

Gambar 3.3. Roof Garden Sebagai Public Space Heping Park ... 46


(9)

Gambar 3.6. Eksterior Bagunan River Frontage ... 48

Gambar 3.7. Pintu Masuk River Frontage ... 48

Gambar 3.8. Eksterior Fukuoka ACROSS ... 49

Gambar 4.1. Kondisi Eksisting Tapak Perancangan` ... 50

Gambar 4.2. Kondisi GSB Eksisting... 51

Gambar 4.3. Kondisi Ketinggian Bangunan Eksisting ... 52

Gambar 4.4. Kondisi Eksisting Tapak ... 53

Gambar 4.5. Jalur Pencapaian Menuju Site Perancangan ... 55

Gambar 4.6. Jalur Pedestrian Sekitar Site ... 56

Gambar 4.7. Zoning Kondisi Eksisting ... 57

Gambar 4.8. Sirkulasi Dalam Loods... 58

Gambar 4.9. Sirkulasi Antar Kios ... 59

Gambar 4.10. Kondisi Sirkulasi Parkir Pasar Marelan ... 60

Gambar 4.11. Gambar Analisa Orientasi Bangunan ... 61

Gambar 4.12. Gambar Analisa Kondisi Matahari ... 62

Gambar 4.13. Gambar Kondisi Vegetasi Sekitar Site ... 64

Gambar 4.14. Gambar Eksisting Drainase Pasar Marelan ... 65

Gambar 4.15. Kondisi Saluran Pembuangan Air Kotor ... 80

Gambar 4.16. Jenis Sampah Yang Umumnya Berasal Dari Pasar ... 81

Gambar 5.1. Dimensi Untuk Biogas ... 83

Gambar 5.2. Konsep Rainwater Harvesting ... 84

Gambar 5.3. Lokasi Pendestrian Pasar ... 85


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian WPP Kota Medan ... 19

Tabel 2.2. Tabel Jenis Dagangan Dalam Pasar Marelan ... 32

Tabel 2.3. Tabel Jenis Dagangan Luar Pasar Marelan ... 34

Tabel 4.1. Tabel Pengelompokan Ruang ... 66

Tabel 4.2. Tabel Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ... 69

Tabel 4.3. Tabel Pertumbuhan Pedagang Jangka Waktu 5 Tahun ... 71

Tabel 4.4. Tabel Kebutuhan Ruang ... 75

Tabel 4.5. Tabel Kebutuhan Parkir ... 76


(11)

Abstrak

Pasar Marelan merupakan pasar tradisional yang berdiri sejak tahun 1985. Dan belum pernah mengalami pembangunan kembali sehingga membuat kondisi pasar sangat memprihatinkan.

Namun pada tanggal 7 September 2012 Pemerintah Kota Medan mendapatkan pinjaman investasi daerah dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) kementrian Republik Indonesia senilai Rp 77 miliar untuk revitalisasi 3 pasar tradisional di Medan yakni Pasar Marelan, Pasar Jawa Belawan dan Pasar Kampung Lalang.Permasalahan yang terdapat pada pasar ini umumnya hampir sama dengan permasalahan dengan pasar tradisional lainnya, yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-fisiknya. Perbaikan kondisi fisik meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai pemeliharaan pasar. Sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.

Kata Kunci : Redevelopment Pasar Marelan, Green Architecture

Abstract

Marelan market is a traditional market that stood since 1985. And have never experienced redevelopment thus making very poor market conditions.However, on 7 September 2012 the Government of Medan area of investment loans Government Investment Center (GIC) Ministry of the Republic of Indonesia at Rp 77 billion to revitalize traditional markets in the Medan 3 ie Marelan Market, Java Belawan Market,and Kampung Lalang Market.Problem contained in this market is generally about the same as the problem with the other traditional markets, ie there is no clear guidance as to the arrangement of the market should be. Efforts should be made to improve the back traditional market conditions can be improved physical condition of the market and non-physical condition. Improvements include the physical condition of the market building, and the entire facility in it, while the non-physical improvements may include market management, policy setting, and outreach to the traditional market of the maintenance market. So will be expected to increase the attractiveness of the traditional market which can then increase the competitiveness between the traditional and the modern market.


(12)

(13)

Abstrak

Pasar Marelan merupakan pasar tradisional yang berdiri sejak tahun 1985. Dan belum pernah mengalami pembangunan kembali sehingga membuat kondisi pasar sangat memprihatinkan.

Namun pada tanggal 7 September 2012 Pemerintah Kota Medan mendapatkan pinjaman investasi daerah dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) kementrian Republik Indonesia senilai Rp 77 miliar untuk revitalisasi 3 pasar tradisional di Medan yakni Pasar Marelan, Pasar Jawa Belawan dan Pasar Kampung Lalang.Permasalahan yang terdapat pada pasar ini umumnya hampir sama dengan permasalahan dengan pasar tradisional lainnya, yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-fisiknya. Perbaikan kondisi fisik meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai pemeliharaan pasar. Sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.

Kata Kunci : Redevelopment Pasar Marelan, Green Architecture

Abstract

Marelan market is a traditional market that stood since 1985. And have never experienced redevelopment thus making very poor market conditions.However, on 7 September 2012 the Government of Medan area of investment loans Government Investment Center (GIC) Ministry of the Republic of Indonesia at Rp 77 billion to revitalize traditional markets in the Medan 3 ie Marelan Market, Java Belawan Market,and Kampung Lalang Market.Problem contained in this market is generally about the same as the problem with the other traditional markets, ie there is no clear guidance as to the arrangement of the market should be. Efforts should be made to improve the back traditional market conditions can be improved physical condition of the market and non-physical condition. Improvements include the physical condition of the market building, and the entire facility in it, while the non-physical improvements may include market management, policy setting, and outreach to the traditional market of the maintenance market. So will be expected to increase the attractiveness of the traditional market which can then increase the competitiveness between the traditional and the modern market.


(14)

BAB I


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual.

Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja disana.

Namun pasar tradisional akhir akhir ini sudah mulai terpinggirkan dan tergerus dengan adanya pasar-pasar yang menyajikan barang dagangan yang sama dengan pasar tradisional tetapi dikemas lebih menarik dan modern,inilah nantinya memunculkan cikal bakar pasar dalam bentuk modern. Tetapi kita tidak boleh mengkambinghitamkan pasar modern sebagai penyebab hilangnya pasar tradisional, karena faktor penyebab lainnya adalah buruknya kualitas pasar tradisional dan cara pengolahan pasar itu sendiri.

Untuk itu hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern sebenarnya harus diperbaiki. Sehingga nantinya diperoleh suatu keselarasan antara bangunan pasar tradisional dengan pasar modern.

Salah satu contonya adalah ”kawasan pasar Marelan”. pasar ini merupakan pasar tradisional yang berdiri sejak tahun 1985. Dan belum pernah mengalami pembangunan kembali sehingga membuat kondisi pasar sangat memprihatinkan.


(16)

Gambar 1.1. Kondisi Pasar

Namun pada tanggal 7 September 2012 Pemerintah Kota Medan mendapatkan pinjaman investasi daerah dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) kementrian Republik Indonesia senilai Rp 77 miliar untuk revitalisasi 3 pasar tradisional di Medan yakni Pasar Marelan, Pasar Jawa Belawan dan Pasar Kampung Lalang.

Permasalahan yang terdapat pada setiap Pasar Tradisional umumnya hampir sama, yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Akibatnya tidak sedikit pasar tradisional yang akhirnya tidak dapat bertahan dan mati. Dan sebagian yang bertahan juga tidak berfungsi secara optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah Pasar Marelan. Banyak pedagang cenderung memilih untuk berjualan di dekat area pintu masuk atau yang mudah dijangkau oleh pembeli, sebagai imbasnya area yang telah tersedia dalam gedung pasar banyak yang kosong dan beralih fungsi menjadi tempat sampah.


(17)

Bukan hanya itu saja, kondisi fisik yang sudah tidak layak menyebabkan banyak orang tidak mau berbelanja di Pasar Tradisional.

Permasalahan yang terdapat pada setiap Pasar Tradisional umumnya hampir sama, yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Akibatnya tidak sedikit pasar tradisional yang akhirnya tidak dapat bertahan dan mati. Dan sebagian yang bertahan juga tidak berfungsi secara optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah Pasar Marelan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-fisiknya. Perbaikan kondisi fisik pasar meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai pemeliharaan pasar.

Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan semakin berkembangnya pasar modern, dibutuhkan suatu arahan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.


(18)

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Pengembangan Kawasan Pasar Marelan ini antara lain:

• Menciptakan wadah berjualan yang lebih layak dan efektif bagi pedagang Pasar Tradisional.

• Menciptakan Pasar yang nyaman dan bersih, serta dapat memberi kontribusi terhadap pendapatan daerah.

• Menciptakan pasar yang Ramah Lingkungan

• Mengubah persepsi masyarakat terhadap kondisi Pasar Tradisional yang panas, sumpek dan bau.

• Menciptakan lingkungan Pasar yang mampu mengatasi permasalahan sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan masalah perparkiran.

I.3. Masalah Perencanaan

Masalah perancangan yang berhubungan dengan kasus proyek antara lain :

• Bagaimana menerapkan tema perancangan terhadap desainan bangunan.

• Pengaturan sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan perparkiran sehingga tidak terjadi crossing yang mengakibatkan kemacetan.

• Bagaimana menyusun organisasi ruang agar ruang dalam pasar dapat menjadi sequence yang dapat mengendalikan pola pergerakan pengunjung.

• Bagaimana memadukan ruang dalam dan ruang luar agar dapat menciptakan keharmonisan dalam desain.

• Bagaimana cara peletakan fasilitas-fasilitas pendukung agar tidak menggagu peletakan fasilitas utama.


(19)

(20)

Dalam pendekatan masalah, metode yang akan dilakukan untuk mencapai desain akhir Proyek “Pengembangan Kawasan Pasar Tradisional Marelan” ini antara lain adalah:

- Survey : Dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi perancangan agar dapat menyimpulkan permasalahan yang terdapat di sekitar maupun di dalam site perancangan.

- Pengumpulan Data : Melakukan pengumpulan data terkait teori-teori yang terkait dengan judul maupun tema perancangan. Serta mengumpulkan faakta-fakta yang terkait dengan site perancangan.

- Analisa Data : Menganalisis data yang telah diperoleh agar dapat memecahkan masalah yang terdapat di dalam maupun di luar site perancangan.

- Konsep : Mengembangkan prospek terkait solusi yang telah didapat dari permasalahan site yang ada, yang kemudian dibuat dalam bentuk konsep perancangan.

- Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan skematik desain yang diterapkan pada perencanaan dan perancangan fisik Kawasan Pasar marelan.

I.5. Lingkup/Batasan

Lingkup perencanaan mencakup area Pasar Marelan dan kawasan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan “Pengembangan Kawasan Pasar Marelan” dengan menerapkan gagasan “Arsitektur Hijau” untuk memperoleh desain pasar dengan tingkat fleksibilitas, kenyamanan, keamanan, efektifitas yang tinggi utililitas dan sirkulasi yang baik serta memberi kontribusi positif terhadap permasalahan lingkungan saat ini.


(21)

I.6. Kerangka Berfikir `


(22)

I.7. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang pemilihan

judul, permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, asumsi dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK, membahas mengenai deskripsi, pengertian dan batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi tipologi bentuk pasar tradisional dan bangunan pusat perbelanjaan.

BAB III ELABORASI TEMA, mengemukakan mengenai tinjauan teoritis / pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA, membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan.

BAB V KONSEP, menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan konsep dasar perencanaan bangunan.


(23)

BAB II


(24)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. Terminologi Judul

Judul kasus yang diambil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Redevelopment Kawasan Pasar Marelan”, untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

II.1.1. Pengertian Judul

Redevelopmen bisa berupa pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari, atau seluruh unsur-unsur lama dari kawasan kota tersebut dengan unsur-unsur kota yang lebih baru dengan tujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan kawasan tersebut.

Maksud dari proses pembangunan kembali tergantung kepada kondisi wilayah yang akan diremajakan, pada dasarnya menyangkut tiga hal pokok :

1. Memberikan vitalitas baru 2. Meningkatkan vitalitas yang ada

3. Menghidupkan kembali vitalitas yang lama telah pudar

Tujuan tersebut dimaksudkan agar wilayah yang diremajakan tersebut dapat menyumbang kontribusi yang lebih positif kepada kehidupan kota baik dilihat dari segi ekonomi, sosial budaya, fisik, dan bahkan segi politik. Upaya peremajaan umumnya selalu mengambil tempat pada kawasan yang dianggap memiliki potensi ekonomi yang paling besar untuk dikembangkan.

Selain dari dampak yang bersifat membangun, redevelopmen juga dapat menimbulkan dampak-dampak negatif, antara lain :

1. Aspek fisik : lenyapnya unsur-unsur fisik kota yang tadinya telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dapat menimbulkan dampak psikologis pada masyarakat, misalnya hilangnya sumber-sumber fisik yang biasa dipakai sebagai patokan untuk


(25)

2. Aspek ekonomis : tergusurnya sarana ekonomi yang masih berfungsi kendati dianggap kurang memadai terutama yang menyangkut kehidupan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah

3. Aspek budaya : hilangnya bangunan tua yang memiliki arti sejarah maupun nilai-nilai arsitektur yang biasa menjadi landmark kota

4. Aspek sosial : tergusurnya masyarakat penghuni ke tempat yang lebih jauh dari sumber mata pencaharian semula.

5. Aspek politis : penanganan yang kurang baik dalam hal pembebasan tanah dan proses relokasi penduduk sering menimbulkan kegiatan-kegiatan yang secara politis sangat peka.

Pengertian pasar berdasarkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, ada beberapa, antara lain :

1. Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma.

2. Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari lamanya

Medan Marelan, merupakan salah satu Kecamatan di bagian utara Kota Medan.

Jadi dapat simpulkan pengertian dari ”Redevelopmen Kawasan Pasar Marelan” adalah ”Pembangunan kembali Kawasan Pasar Marelan dengan menambah luasan, yang diperuntukkan sebagai tempat berjual beli (kawasan Marelan) yang bertujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan pasar serta lingkungan di Sekitar Pasar. ”

II.1.2. Klasifikasi Pasar

Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Berikut merupakan jenis-jenis pasar berdasarkan klasifikasinya.


(26)

- Menurut sifatnya pasar di bagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar nyata/ konkret. Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli barang-barang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan, sayur, dll

b. Pasar abstrak. Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi, dll

- Menurut pelayanan dan area administrasi pemerintahan pasar dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar lingkungan.

Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari.

b. Pasar wilayah.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar lingkungan.

c. Pasar kota.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana barang-barang yang diperjualbelikan lengkap.

d. Pasar regional.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya.

e. Pasar perumahan.

Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT.


(27)

- Menurut sifat barang yang dijual pasar dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar induk.

Pasar yang merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan sandang pangan untuk disalurkan kepada grosir-grosir dan pusat-pusat.

b. Pasar Eceran.

Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara kecil atau eceran.

c. Pasar khusus.

Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis : pasar tekstil, bunga, buah, dll

- Menurut waktu berlangsungnya jual beli (waktu operasinya) pasar dibagi kedalam beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar siang hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB

b. Pasar malam hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB

c. Pasar siang malam Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari

d. Pasar pagi Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari

e. Pasar mingguan Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu.

- Secara operasional, pasar dibagi menjadi beberapa bagian, diantaanya: a. Pasar perusahaan daerah

b. Pusat pertokoan / perdagangan perseroan terbatas

c. Pasar tidak resmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah

d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat penjajaan hasil kerajinan rakyat

e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi


(28)

g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta

- Berdasarkan jenis pelayanannya, pasar dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar Tradisional.

Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini, yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya tawar menawar harga barang dan jasa.

b. Pasar Khusus:

• Produk yang ditawarkan berupa satu atau beberapa produk barang tertentu saja.

• Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah penunjang dari produk utama.

• Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat mungkin merata.

• Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum

• Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi.

c. Pasar Modern.

Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencanan sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang maksimal.

d. Pasar wisata.

Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung terhadap market tersebut, yaitu :

• Potensi wisata pada kawasan wisata

• Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut


(29)

• Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata

II.1.3. Unsur-Unsur Pokok Yang Terdapat Dalam Pasar A. Konsumen

Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali.

Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : a. Daya beli atau tingkat pendapatan

b. Daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja c. Waktu yang tersedia

d. Tingkah laku adat dan kebiasaan B. Lembaga Perdagangan/Wadah

Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Keuntungan yang relatif baik b. Harga dan biaya penjualan c. Cara pelayanan

d. Suplai barang yang diperdagangkan C. Barang

Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 :

a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari

yang dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik.

c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll


(30)

d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya : mebel, onderdil mobil , dll

II.1.4. Materi Yang Diperjual Belikan Di Dalam Pasar

Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya :

A. Jenis materi yang diperjual belikan a. bahan kebutuhan rohani / pemuas diri b. bahan sandang / tekstil

c. kebutuhan rekreasi

B. Sifat barang yang diperjual belikan: a. Basah

b. Kering c. Tahan lama

C. Tingkat urgensi materi perdagangan

a. barang kebutuhan sehari-hari (demand good) b. barang kebutuhan berkala (convinience good)

II.1.5. Unsur-Unsur Penunjang Pasar

Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar, unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta :

A. Pemerintah

Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anggaran daerah atau instruksi presiden.

B. Pengelola

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah menunjuk : a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau


(31)

b. Perusahaan daerah yang memberi otorita untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran

Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain:

a. Memelihara kebersihan

b. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar

c. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari.

C. Bank

Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui BRI, dll

D. Swasta

Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang menggerakkan kehidupan sehari-hari.

II.2. Pelaku dan Kegiatannya

Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari : a. Kelompok pengunjung

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.

b. Kelompok pedagang

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan menjual barang kebutuhan atau jasa, sebagai pengecer akhir, yang


(32)

memanfaatkan ruang toko atau pertokoan dengan sistem sewa kepada pihak pengelola

c. Kelompok Pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para pedagang atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan, kenyamanan, kemudahan dan keamanan


(33)

II.3. Lokasi

Lokasi proyek Tugas Akhir “Redevelopment Kawasan Pasar Marelan” ini terletak di Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara.

II.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari hampir semua proyek arsitektur. Namun dalam proyek ini, lokasi sudah ditentukan, karena merupakan redevelopmen dari kompleks pasar yang sudah ada. Sehingga tidak diperlukan adanya kriteria tertentu dalam pemilihan

Gambar 2.1. Peta Kota Medan

Gambar 2.2. Peta Lokasi Kecamatan


(34)

lokasi. Adapun hal yang diperlukan mengenai permasalahan lokasi ini adalah alasan apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut memang memenuhi kelayakan untuk di-redevelopmen sebagai proyek pasar dan pusat perbelanjaan yang lebih modern dan masih mempertahankan konsep berbelanja secara tradisional.

II.3.1.1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Berdasarkan RUTRK Kota Medan, maka wilayah kota Medan dapat dibagi menjadi 5 wilayah pengembangan dan pembangunan (WPP), berikut akan disajikan arah pengembangan dari masing-masing WPP :

Tabel Wilayah Pembangunan dan Pengembangan kota Medan WPP Cakupan

Kecamatan Pusat Pengembangan Peruntukan Lahan Program Pembangunan A M. Belawan

M. Marelan M. Labuhan

BELAWAN Pelabuhan,

Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim.

Jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan dan permukiman.

B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran,

Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman.

Jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas

AKSARA Permukiman,

Perdagangan, Rekreasi.

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesahatan.

D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon

INTI KOTA CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat

Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana


(35)

M. Polonia Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman. pendidikan.

E M. Barat M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan SEI SIKAMBING Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota.

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan

dankesehatan.

Tabel 2.1 Pembagian WPP Kota Medan (Sumber: RUTRK Medan 2005)

Kawasan Pasar Marelan berada pada WPP A. Arah pengembangan pada wilayah ini adalah sebagai wilayah Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, dan Maritim. Keberadaan Pasar Marelan sangat tepat karena berada di wilayah yang berorientasi pada wilayah Perdagangan dan dekat dengan permukiman penduduk.

Retail + Permukiman

Gambar 2.4. Pertimbangan Pemilihan Lokasi Retail + Permukiman

Permukiman Penduduk

Permukiman penduduk SITE


(36)

II.3.1.2. Pencapaian

Lokasi site berada di jalan Marelan Raya, sangat efisien untuk pencapaian karena banyak dilalui oleh angkutan umum, kendaraan, maupun truk barang. Untuk para pejalan kaki, site sangat mudah dijangkau karena banyak dilalui oleh berbagai jenis angkutan umum.

Site Kawasan Pasar Marelan ini dilalui oleh 2 jalur utama: 1. Jalan Marelan Raya

2. Jalan Rahmad Buddin

II.3.1.3. Area Pelayanan Pasar Marelan

Berdasarkan jenis pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa Pasar Marelan adalah pasar kecamatan, tepatnya adalah Pasar Kecamatan Medan Marelan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Pasar Marelan memiliki kriterial sebagai berikut :

Gambar 2.5. Peta Pencapaian Lokasi

Jalan Rahmad Buddin Jalan Marelan Raya

Jalan M.Basir Gang rusdi

Site Site

Jalur Utama KETERANGAN:


(37)

- Fasilitas pelayanan : pertokoan, perpasaran, kantor-kantor pelayanan umum dan civic center.

- Poupulasi pelayanan : 20.000 – 70.000 jiwa - Skala radius pelayanan : 0 - 1,5 km

- Perkiraan kepadatan : 80-100 ha - Status pasar lingkungan

Pasar Marelan

Gambar 2.6. Peta Area Pelayanan

Pasar Simpang Atap Super Market Irian


(38)

II.3.2. Analisa Pemilihan Lokasi

Pada site ini, lokasi merupakan lokasi tunggal, dikarenakan ini termasuk ke dalam proses redevelopmen. Sehingga tidak akan ada site lainnya sebagai pembanding. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain :

1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap.

2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak

3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki

4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Gambar 2.7. Analisa Pemilihan Lokasi

Merupakan kawasan permukiman penduduk sehingga pasar ini memiliki pelanggan yang tetap. Dilalui oleh Jl.Marelan

Raya dan Jl.Rahmad Buddin yang banyak dilalui oleh banyak Jenis


(39)

II.3.3. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi II.2.3.1 Luas lahan

Pasar Marelan yang ada saat ini bukan seutuhnya dikelola oleh Perusahaan Daerah Kota Medan tetapi juga sebagiannya dikelola oleh pihak Swasta. Luas gabungan dari keduanya mencapai ± 18.958 m2, tetapi yang dikelola pleh PD. Pasar hanya seluas 2400 m2.

Site ini terletak pada kecamatan Medan Marelan. Termasuk kedalam wilayah pengembangan yang berorientasi sebagai area Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim. Adapun site ini memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu antara lain :

Gambar 2.8. Dimensi Site 62 M

58 M

95 M 69 M

61 M

180 180 M


(40)

- Kelebihan:

1. Berada pada salah satu jalan utama di kecamatan Medan Marelan yaitu jalan Marelan raya.

2. Pencapaian yang mudah karena banyak dilalui oleh berbagai jenis kendaraan maupun angkutan umum.

3. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga target pasar dapat dengan mudah terpenuhi, karena tersedianya jumlah pembeli yang memadai.

4. Dekat dengan lahan pertanian sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi dengan baik.

- Kelemahan

1. Memiliki arus lalu lintas yang padat sehingga sangat sulit memarkirkan kendaraan di sekitar site.

2. Lahan parkir yang sangat terbatas mengakibabkan banyak kendaraan di badan jalan sehingga menimbulkan kemacetan. 3. Tidak tersedianya pemberhentian angkutan umum maupun selter

becak yang tetap mengakibabkan mereka berhenti dan menunggu penumpang di sembarang tempat.

4. Utilitas bangunan yang tidak terawat menimbulkan bau yang tidak sedap. Dan kadang menimbulkan banjir dan genangan air.

II.3.3.2. Peraturan Site

1. Land Use (RDTRK) : rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.

2. GSB = Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2xlebar jalan) + 1.


(41)

GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang diutarakan dalam penjelasan di atas, yaitu :

GSB sebelah Utara (Jl.M.Basir) (1/2x 0m) + 1 = 0m

GSB sebelah Timur (Gg.Rusdi): (1/2x 0m) + 1 = 0m

GSB sebelah barat (Jl.Marelan Raya) (1/2x 0m)+1=0m

GSB sebelah Selatan (1/2x 0m) + 1 =0m

Namun GSB yang terdapat pada kawasan perancangan pada saat ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.9. GSB Eksisting

GSB 2 – 8m GSB 1.5 – 6m GSB 1.5-10m GSB 1 - 3.5m GSB 3 – 8m

GSB 1 – 2m

GSB 2 – 15m


(42)

3. BC = Building Coverage (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan. Sebagai kawasan pusat perbelanjaan dan pasar, maka koefisen dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %

Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 18.958 m2 = 17.062 m2 4. FAR = Floor Area Ratio (Koefisien Lantai Bangunan). Yaitu

perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat.

Untuk daerah di sekitar Pasar Sei Sikambing, maka koefisien lantai bangunan sekitarnya adalah 2-3 lantai. Dengan KDB sekitar 90 % maka dengan kata lain KLB bisa mencapai 200 % - 300 %.

II.3.3.3. Ketinggian Bangunan

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui ketinggian bangunan di kawasan Pasar marelan. Penyajiannya adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian Bangunan Pasar marelan

Ketinggian bangunan Pasar Marelan adalah bangunan 1 lantai. Mulai dari kios hingga loods semuanya hampir sama ketinggiannya.

2. Ketinggian Bangunan di sekitar Pasar Marelan

Bangunan di sekitar pasar Marelan rata-rata adalah bangunan rumah toko dan permukiman penduduk. Ketinggiannya bervariasi, mulai dari 1 hingga yang paling tinggi adalah 3 lantai. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam gambar berikut.


(43)

Gambar 2.8. Peta Ketinggian Bangunan Keterangan :

Ketinggian 3 lantai Ketinggian 2 lantai Ketinggian 1 lantai


(44)

II.3.3.4. Eksisting

Tapak terletak di Jl. Marelan Raya, di samping Jl. M.Basir. Tapak terletak di Kecamatan Medan Marelan dengan KDB di kawasan tersebut sebesar 73%, dengan luasan site sekitar 18.958 m2. Berikut akan dijelaskan kondisi tapak di sekitar site.

Gambar 2.9. Kondisi Eksisting Sumber: Survey Lapangan Keadaan lalulintas disekitar site yang

cukup padat dsebabkan site dilalui oleh 2 jalan utama,yakni Jl.Marelan Raya dan Jl.Rahmad Buddin

Disekitar site dipenuhi rumah toko dengan ketinggian 2-3 lantai

Kondisi PKL ditepi Jl.M.Basir.Masalah PKL merupakan masalah yang banyak ditemui dipasar ini.

Keadaan PKL disekitar site yang kurang tertata mengakibatkan kemacetan.


(45)

II.4. Tinjauan Fungsi

II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pengguna pasar ini dapat dikelompokkan secara umum menjadi beberapa bagian demikian juga dengan kegiatan yang terjadi juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar. Penggunanya antara lain :

• Pengunjung yaitu masyarakat baik yang berasal dari daerah sekitar (dalam kota), maupun dari luar kota bisa pengunjung pasar.

• Pedagang pasar yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pasar.

• Pengelola yaitu pihak yang bertugas mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas kepada para pedagang baik di pasar.

Kegiatannya antara lain :

• Berdagang yang merupakan fungsi utama dari komplek bangunan ini. Merupakan kegiatan menjajakan barang kepada para pengunjung, baik dalam bentuk kios, lods, retail, maupun pameran.

Pembelian yang merupakan feedback dari kegiatan berdagang. Disini pembeli akan membayar untuk barang yang diinginkan.

Secara lebih lengkap akan dibahas mengenai kronologis kegiatan dan pelaku yang terdapat di komplek bangunan ini :

II.4.2. Dekripsi Kegiatan pasar Marelan

Dikarenakan oleh lokasi pasar yang berada pada pusat Kecamatan Marelan, maka pasar termasuk daerah yang hidup mulai dari pagi jam 04.00 s/d 18.00 WIB. Sedangkan untuk wilayah sekitarnya terdapat pedagang kaki lima yang beroperasi hingga malam hari, seperti pedagang VCD/CD serta pedagang makanan.

- Pada pukul 04.00 WIB barang dagangan mulai berdatangan ke pasar Marelan. Kebanyakan merupakan barang dagangan yang berupa sayur dan daging.

- Pada pukul 06.30 WIB, pembeli mulai berdatangan. Sehingga suasana pasar mulai ramai.


(46)

- Pukul 06.30-18.00 WIB merupakan waktu dimana kegiatan berdagang dilaksanakan.

- pukul 18.00 pasar ditutup

II.4.2. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Dalam perancangan pasar, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :

1. Fleksibilitas

Secara harfiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk dapat menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Pemilihan sistem struktur b. Pembagian ruang

c. Ketinggian ruang

d. Tata letak stan, kios, dan lods 2. Kenyamanan

Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusat perbelanjaan dan pasar dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.

3. Sirkulasi

Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung dan sirkulasi servis bangunan.


(47)

Kebutuhan ruang dari pasar tradisional dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu ruang utama, pendukung, pelengkap, dan servis, dimana pembagian masing-masing kelompok diuraikan sebagai berikut:

1. Ruang Utama, termasuk didalamnya kios dan lods.

2. Ruang Pendukung, yakni Kantor Pengelola dan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera).

3. Pelengkap, yakni Ruang Terbuka Hijau, Toilet, Mushalla, ATM Center, Pelayanan Kesehatan, dan Tempat Penitipan Anak.

4. Servis, yakni Loading deck, Ruang kontrol Panel, Tempat Sampah Sementara, Ruang Genset, Pos Jaga, Parkir.

Berdasaran data dan survey yang dilakukan, diperolehlah jumlah pedagang yang terdapat di Kawasan Pasar Marelan. Pasar yang merupakan milik swasta terdiri dari kios, lods, dan PKL. Kios berukuran 2 x 2m dan lods berukuran 1 x 2m.

Pedagang di dalam area pasar

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur Mayur 56

2. Ikan 56

3. Ayam 15

4. Rempah-Rempah 7

5. Kain 13

6. Emas 2

7. Buah-Buahan 2

8. Bumbu 15

9. Ikan Asin 6

10. Kue 3

11. Daging 8

12. Makanan/ Minuman 7

13. Gilingan 4

14. Sepatu/ Tas /Sandal 2


(48)

16. Mainan Anak 1

17. Kelapa 3

18. Pecah Belah 2

Jumlah 218

Pedagang di luar area pasar Jl.Marelan Raya (PKL)

No. Barang Dagangan Jumlah

1. Sayur - mayur 46

2. Ayam 1

3. Kain 5

4. Buah - Buahan 12

5. Ikan Asin 2

6. Makanan/Minuman 4

7. Gilingan 1

8. Kelapa 8

Jumlah/Total 79

Jl.M. Basir

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur - Mayur 27

2. Ikan 8

3. Ayam 7

4. Rempah - Rempah 1

5. Kain 3

6. Buah - Buahan 5

7. Ikan Asin 5

8. Daging 1

9. Makanan/Minuman 2

10. Gilingan 1


(49)

12. Kelapa 6

Jumlah/Total 67

Jl.Rahmad Buddin

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur - Mayur 52

2. Kue 3

Jumlah/Total 55

Tabel 2.4. Tabel jenis Dagangan Pasar Marelan Sumber: PD. Pasar

II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis

II.5.1. Pasar Beringharjo Yogyakarta

Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta. Dalam pasar ini, diatur dengan jelas pengelompokan jenis barang dagangan yang dijual. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk mencari barang yang diinginkan.

Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang dapat diambil dari pasar ini sebagai contoh studi banding, karena desain pasar yang akan dihasilkan adalah suatu pasar tradisional yang bebas dari

Gambar 2.10. Peta Satelit Pasar Beringharjo Sumber: Website

Gambar 2.11. Tampak Depan Pasar Beringharjo Sumber: Website


(50)

stereotip ”bau dan kotor”. Karena kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional.

Pembangunan pasar ini merupakan salah satu bagian dari rancang bangun pola tata kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang biasa disebut pola Catur Tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat transaksi ekonomi. Secara penempatan, Pasar Beringharjo berada di bagian luar bangunan Keraton Yogyakarta (njobo keraton), tepatnya di utara Alun-alun Utara.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dinas pasar Beringharjo Yogyakarta, luas tanah pasar Beringharjo Timur 12,502 M2, luas bangunan pasar 27,721,49 M2, dan luas lahan dasaran 10,696,32 M2. Dengan luas yang sebanyak itu pasar Beringharjo Timur menanpung pedagan sejumlah 2.730 orang. Dari sejumlah pedagang tersebut, kebanyakan pedagang berasal dari Yogyakarta, tetapi sebagian para pedagang juga berasal dari luar jogja, seperti Bandung, Jakarta, Jawa Timur, dan lain-lain. Pasar Beringharjo Timur di buka setiap hari pada waktu 05:00 sampai dengan 17:00 WIB. Para pedagang pasar Beringharjo Timur menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, emping, krupuk, daging, ayam dan lain-lain. Selain itu terdapat penjual tas dan sepatu.

Gambar 2.12. Interior Pasar Beringharjo Sumber: Website


(51)

Pasar Beringharjo Timur mempunyai terdapat fasilitas-fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:

• Tempat parkir

• Mushola

• Kamar mandi atau WC sejumlah 15 unit

• Kios

• Tempat dagang losd sebanyak 3.006 unit

• Tempat penitipan anak

• Kantor pengelolaan pasar

• Tempat layanan kesehatan

• Alat pemadam kebakaran

II.5.2. Pasar BSD (Bumi Serpong Damai) Jakarta

Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif.

Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari

Gambar 2.13. Peta Satelit Pasar BSD Sumber: Website

Gambar 2.14. Tampak Depan Pasar BSD Sumber: Website


(52)

sistem sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik.

Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini.

Gambar 2.15. Situasi Loods di Pasar BSD Sumber: Website

Gambar 2.16. Kondisi atap dan Sirkulasi Di Pasar BSD Sumber: Website


(53)

BAB III


(54)

BAB III


(55)

BAB III ELABORASI TEMA

III.1. Pengertian

Pendekatan tema Pengembangan Kawasan Pasar Marelan adalah melalui pendekatan Arsitektur Hijau (Green Architecture).

Kata Green, berasal dari bahasa Inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili lingkungan dan alam.

Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu sama seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal. Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri.

Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan).

Ciri-ciri Green Architecture diantaranya:

• Peka terhadap lingkungan.

• Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminim mungkin).

• Mengusahakan pencahayaan alami.

• Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri.

• Mengusahakan penghawaan alami.


(56)

Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya: penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat kegiatan yang terjadi di kawasan proyek.

Terdapat 6 prinsip Green Architecture sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brenda dan Robert Vale tentang Green Architecture, yakni:

1. Konservasi energi

• Meminimalkan penggunaan energi.

• Perlindungan terhadap sumber daya alam.

• Pendayagunaan alam sebagai sumber energi sebagai keperluan studi dan rekreasi.

• Memanfaatkan limbah dengan sebaik-baiknya.

• Penentuan lokasi yang tepat guna dengan cara memilih penggunaan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan atau proyek.

2. Bekerja sama dengan iklim

• Bekerja sama dalam pengunaan energi dari alam.

• Memanfaatkan energi yang tersedia dengan sebaik-baiknya.

• Pencahayaan alami pada siang hari.

• Penghawaan alami.

3. Meminimalisir sumber-sumber daya baru

• Penggunaan material daur ulang.

• Penggunaan material yang dapat diperbaharui.

• Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya.

• Penggunaan material yang ramah lingkungan. 4. Ramah /menghargai pengguna di dalamnya

• Menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun tetap selaras dengan prinsip-prinsip Green Architecture.


(57)

5. Menghargai site

• Seminimal mungkin merubah tapak yang sudah ada. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.

• Interaksi bangunan terhadap site. 6. Holistik

Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang akan dibangun.

Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain. Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor-faktor lingkungan.

Tujuan dari Green Architecture adalah menghasilkan suatu bangunan yang bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan konsep-konsep Green Architecture pada bangunan yang akan dirancang.

Dengan menerapkan prinsip Green pada bangunan, maka akan dapat menjawab beberapa isu global mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang sedang terjadi saat ini.

III.2. Interpretasi Tema

Dengan maraknya permasalahan golobal yang ada saata ini , banyak negara menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup. Hal ini banyak disebabkan karena kerusakan lingkungan yang akibatnya fatal bagi kehidupan manusia. Sala satu contohnya adalah kerusakan fisik bumi seperti rusaknya hutan yang mengakibatkan ketersediaan lahan hijau berkurang, otomatis oksigen yang diproduksi akan mengalami gangguan.

Untuk memecahkan permasalahan diatas maka ada beberapa solusi yang bisa dilakukan, yakni mengembangkan konsep-konsep kota yang berwawasan hijau (Green City). Selain itu polusi yang timbul juga menimbulkan dampak yang


(58)

buruk terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain keberlangsungan suatu kota sangat tergantung pada kualitas lingkungan perkotaan tersebut.

Di beberapa negara maju telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan tentang lingkungan hidup seperti pembangunan suatu kawasan yang harus ramah lingkungan, kontrol terhadap emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, hingga pembatasan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi terhadap lingkungan. Departemen Lingkungan hidup merupakan lembaga yang harus bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan.

Green Architecture Dalam Konteks Kota Medan

Pemerintah kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik (Restra) Kota Medan sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi: “Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup”

Selai visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota Medan yang menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “Green” terhadap perencanaan dan perancangan arsitektur kotanya.

Isu-isu tersebut diantaranya: pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan, transportasi, dan ruang terbuka hijau.

Dengan mempertimbankan isu tersebut, maka dalam pengembangan Kawasan Pasar Marelan akan diterapkan konsep Green Architecture.

Penerapan tema Green Architecture pada bangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

• Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan lahan hijau dengan lahan terbangun yang sesuai.

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum


(59)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40:60 %. Hal tesebut tercantum dalam KDH (koefisien Dasar Hijau) yaitu persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar bangunan gedung diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai.

• Mengembangkan Tata Vegetasi yang baik

Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim makro dan mengurangi polusi udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang secara otomatis akan mengurangi dampak pemanasan global.

Mengembangkan bangunan hijau (Green Building)

Dalam konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut:

- Membuat atap Hijau (Roof-Garden)

- Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan

udara pada tempat yang tepat

- Menggunakan teknologi Photovoltaic, water filtration, air filtration,

dan sebaginya.

- Menghadirkan taman pada bangunan.

- Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan - Melakukan penanganan limbah yang efektif

- Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan

hemat pemakaian air

- Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy.

Melakukan Proses recycle dan reuse untuk air dan limbah

Untuk mewujudkan konsep green pada bangunan perlu dilakukan proses pendaur ulangan dan pemanfaatan kembali air dan limbah.


(60)

III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Pasar tradisional merupakan salah satu topik yang sangat hangat saat ini. Banyaknya masalah yang disebabkan ketika beroperasi seperti kemacetan hingga limbah,dan sebab itu perlunya perhatian khusus dalam pemecahan masalahnya. Sebagai salah satu tempat publik, dimana berlangsungnya transaksi jual beli maka diperlukan suatu pasar yang nyaman bagi pengguna maupun pengunjung serta ramah terhadap lingkungan.

Selain itu isu krisis energi dan isu kerusakan lingkungan yang ada saat ini mengharuskan Kota Medan memerlukan banguan-bangunan yang hemat energi dan dapat memanfaatkan sumber energi alamiah. “Pengembangan Kawasan Pasar Marelan” merupakan suatu alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kondisi pasar yang ada saat ini.

Dengan menerapkan kosep Green Architecture, desain yang ada akan mampu memecahkan berbagai permasalahan lingungan, seperti penghematan energi sampai pengolahan limbah.

Sesuai dengan rencana pemerintah yang ingin memperbaiki kondisi pasar tradisional menjadi tempat yang dapat menjadi alternatif bukan hanya untuk masyarakat menengah ke bawah melainkan juga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat menegah ke atas.

Dengan adanya Pengembangan Pasar Marelan yang menerapkan konsep green architecture ini, diharapkan akan dapat menciptakan suatu suasana yang alami, yang dapat membuat nyaman para pengguna baik itu pedagang maupun pembeli. Serta dapat memberi kontribusi dalam pemecahan permasalahan lingungan.


(61)

III.4. Studi banding Tema Sejenis III.4.1.Heping Park, Tianjin, Cina

Ini adalah proyek Perkins Will untuk Heping Park di Tianjin, China. Melukiskan pita tumbuh-tumbuhan yang melukiskan zona atap. Proyek diberi tanda oleh 3 menara besar. Seperti halnya ruang parkir, ruang hijau di buat dengan menciptakan suatu langit-langit dengan benih tumbuh-tumbuhan setinggi level jalan. Pengembangan kembali rencana Lingkungan meliputi konstruksi kediaman bertingkat baru yang akan menekankan suatu yang lebih tinggi mutu hidup sampai pengintegrasian ruang hijau. Pita ruang hijau yang menggelombang ke seberang, memudahkan cahaya, ventilasi, dan akses ke parkiran bawah.

Pada proyek ini terlihat jelas bagaimana ruang-ruang terbangun digantikan oleh ruang ruang hijau pada atap (Green Roof), terlihat jelas bagaimana bangunan juga menjadi tempat hidup tumbuh-tumbuhan. Selain itu Green roof ini juga berfungsi sebagai ruang-ruang publik, sehingga pemanfaatan lahan menjadi sangat efektif.

Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park Sumber: Website


(62)

III.4.2. Green Rings City of Gwanggyo (Korea Selatan)

Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan kompetisi untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk Gwanggyo, sebuah kota baru yang akan dibangun di selatan Seoul, Korea. Direncanakan untuk menjadi swasembada kota bagi 77.000 jiwa penduduk korea.

Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota akan desain seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah luar, setiap bagian dari bangunan akan menerima teras untuk kehidupan diluar ruangan.”

Program dan kebutuhan ruang berbeda, membutuhkan peletakan serta ukuran ruang yang berbeda-beda. Pemecahan masalahnya adalah dengan memfasilitasi semua elemen dengan membentuknya kedalam bentuk cincin. Setiap bagian dari cincin-cincin tersebut akan ditanami tumbuh-tumbuhan yang juga berfungsi sebagai teras outdoor.

Bangunan ini nantinya akan difungsikan sebagai Residensial 200.000m2, Perkantoran 48.000m2, retail sebesar 200.000m2, serta pusat rekreasi dan sarana edukasi sebesar 200.000m2.

Gambar 3.4. Potongan Bangunan Green Ring City Sumber: Website


(63)

III.4.3. River Frontage Green Building (Uzbekistan)

Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di Uzbekistan, bangunan ini sungguh mengagumkan. Dengan konsep bangunan hijau, dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas tinggi kalangan masyarakat. Selain perumahan, bangunan ini juga akan digunakan sebagai gedung kantor dan spa.

Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn-Davies. Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu selama di dalam gedung dan menciptakan suasana segar.

Gambar 3.6. Eksterior Bagunan River Frontage (Sumber: Web)


(64)

III.4.4. Fukuoka ACROS (Jepang)

Di Kota Fukuoka di Jepang, mereka memiliki sebuah bangunan yang disebut “Fukuoka ACROS” terlihat sangat berbeda dari dua sisi: satu sisi seperti sebuah bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca, namun di sisi lain terdapat atap yang besar dan bertingkat dengan sebuah taman.

Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang tinggi, arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama, dibuat fasade bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai mempunyai taman yang berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke dalam bangunan ini berfungsi sebagai pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di sekitarnya Teras taman yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah, berisi 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies.

Pada proyek ini hadirnya atap-atap hijau yang ditanami vegetasi berfungsi untuk menurunkan suhu mikro. Hadirnya atap hijau juga berfungsi menjadi taman untuk tiap lantainya yang menjadi ruang relaksasi.


(65)

BAB IV

ANALISA


(66)

BAB IV

ANALISA

IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Site

Berikut ini akan dipaparkan data serta keterangan informasi yang berhubungan dengan site:

Batas-Batas Site: Utara : Jalan M.Basir

Selatan : Lahan Kosong dan Pemukiman Penduduk Barat : Jalan Marelan Raya

Timur : Gg.Rusdi dan Pemukiman Penduduk

Berdasarkan data-data site di atas, maka dapat dikatakan bahwa site terletak di sekitar pemukiman penduduk, sehingga letak site ini sangat mendukung terhadap persentase penjualan pasar, karena memiliki konsumen yang tetap.

Namun keadaan ini tidak hanya bersifat menguntungkan, tetapi juga mempunyai efek negatif, antara lain dengan dekatnya pasar dengan pemukiman penduduk menyebabkan padatnya lalu lintas di sekitar pasar

Gambar 4.1. Kondisi Eksisting Tapak Perancangan

Pemukiman Penduduk

Jl.Marelan Raya Ruko Jl.Rahmad Buddin

Jl.M.Basir

Pemukiman Penduduk Site


(67)

Peraturan-Peraturan Site:

1. GSB (Garis Sempadan Bangunan)

Garis sempadan bangunan yang ada di sekitar site ini berhubungan erat dengan peraturan lainnya, yaitu koefisien dasar bangunan. Dikarenakan KDB yang besar di daerah ini (sekitar 80 % - 90 %) menyebabkan lebar GSB juga menjadi lebih kecil, karena lahan kebanyakan dipakai menjadi bangunan.

Gambar 4.2. Kondisi GSB Eksisting

GSB 2-8m GSB 1.5-6m GSB 1.5-10m GSB 1-3.5m GSB 3-8m

GSB 1-2m


(68)

2. KLB (Koefisien Lantai Bangunan)

Koefisien Lantai Bangunan : Yaitu perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat. Untuk daerah di sekitar Pasar Marelan, maka koefisien lantai bangunan sekitarnya adalah 2-3 lantai. Dengan KDB sekitar 90 % maka dengan kata lain KLB bisa mencapai 200% - 300%.

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa ketinggian rata-rata bangunan di sekitar site adalah 1-3 lantai. Sehingga berdasarkan data tersebut hal yang dapat disimpulkan antara lain :

a. Bangunan yang akan didesain nantinya tidak boleh memiliki ketinggian yang terlalu jauh dari rata-rata bangunan, sehingga memiliki keharmonisan dengan lingkungan sekitar.

b. Karena bangunan yang akan didesain merupakan bangunan Pasar Tradisional, maka jumlah lantai yang akan dirancang harus Gambar 4.3. Kondisi Ketinggian Bangunan Eksisting

Keterangan :

Ketinggian 1 lantai

Ketinggian 2 lantai


(69)

3. KDB (Koefisien Dasar Bangunan)

Building Coverage (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perdagangan, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan. Sebagai kawasan pasar, maka koefisen dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %. Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 18.958 m2 = 17.062 m2

4. Kondisi Eksisting

Gambar 4.4. Kondisi Eksisting Tapak Kondisi eksisting

bagian barat site berupa ruko dan pkl yang kurang tertata yang mengakibatkan kemacetan

Kondisi eksisting bagian selatan site berupa

pemukiman penduduk, lahan pertanian warga dan kebun pisang.

Kondisi eksisting bagian timur site berupa

permukiman penduduk dan lahan pertanian warga.

Kondisi eksisting disebelah utara site merupakan jl.M.basir yang dipenuhi oleh PKL dan sering mengakibatkan kemacetan.


(70)

IV.1.2. Analisa Pencapaian

Untuk analisa pencapaian, maka akan dibagi 2 bagian besar,antara lain: A. Kendaraan

1. Kendaraan Pribadi (Kendaraan Roda 2 dan Roda 4)

Lokasi site yang berada di Jalan Marelan Raya, sangat efisien untuk pencapaian dari kendaraan, angkutan umum, maupun truk barang. Selain itu untuk para pejalan kaki, juga mudah dicapai, dikarenakan letak site yang dekat dengan jalur angkutan umum.

Site sangat dekat dengan 3 jalur : 1.Jalan Marelan Raya

2.Jalan M.Basir

3.Jalan Rahmad Buddin 2. Angkutan Umum

List angkutan umum yang melewati site berdasarkan jalan utama yang ada di sekitar site, antara lain :

- Angkutan umum yang melalui Jl. Marelan Raya

• KPUM 90

• PT.Rahayu Medan Ceria 105

• Cv.hikmah 62

• Cv.hikmah 26

- Angkutan umum yang melalui Jl. Rahmad buddin

• KPUM 40, 90


(71)

Potensi:

Site merupakan kawasan yang banyak dilalui oleh berbagi jenis kendaraan, baik itu kendaraan pribadi maupu segala jenis angkutan umum. Sehingga sangat mudah bagi masyarakat untuk mencapai kawasan Pasar Marelan ini.

Masalah:

Banyaknya kendaraan yang melalui kawasan ini kerap menimbulkan kemacetan, karena angkutan umum yang melintas di kawasan ini sering berhenti sembarangan untuk menaikkan penumpang.

Solusi:

Untuk mengatasi kemacetan yang disebabkan angkutan umum tersebut dapat dirancang halte ataupun jalur khusus angkutan umum yang menjorok kedalam site sehingga para pengguna kendaraan lain yang melintas di kawasan ini tidak terganggu.

Gambar 4.5. Jalur Pencapaian Menuju Site Perancangan

Jl.Marelan Raya

Jl.Rahmad Buddin Jl.M.Basir

Gg.Rusdi Site

KETERANGAN: Jalur Utama Jalur Skunder Site


(72)

B. Pejalan Kaki

Kawasan ini cukup banyak dilalui pejalan kaki,terutama dimulai dari pagi hingga sore hari.karena pada saat itu merupakan puncak dari kegiatan belanja didaerah tersebut.

Potensi:

Site merupakan kawasan yang banyak dilalui oleh berbagi jenis angkutan umum. Sehingga sangat mudah bagi masyarakat untuk mencapai kawasan Pasar Marelan ini.

Masalah:

- Pemberhentian angkutan umum yang tidak teratur, sering mengakibatkan kemacetan.

- Sering terjadi konflik antara pejalan kaki dan kendaraan karena tidak terdapat jalur pedestrian yang layak bagi pejalan kaki sehingga keduanya terkesan saling berebut.

Gambar 4.6. Jalur Pedestrian Sekitar Site Jalur Pejalan Kaki di

sisi JL.Marelan Raya

Jalur Pejalan Kaki di sisi Gg. Rusdi


(73)

Solusi:

- Merancang jalur berbeda antara pejalan kaki dan pengendara mobil. - Pemisahan tempat angkutan umum dengan kendaraan

lain,sehingga dapat mengaasi kemacetan.

IV.1.3. Analisa Sirkulasi

Analisa sirkulasi pada kawasan pasar Marelan ini akan dibagi kedalam dua bagian. Yakni kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut.

A. Kendaraan

Jalan yang dilalui oleh kendaraan pada kawasan ini, baik itu Jl. Marelan Raya maupun Jl.Rahmad Buddin merupakan jalan dua arah yang sangat padat. Jl.Marelan Raya memiliki lebar ± 12 meter, dan Jl. Rahmad Buddin selebar ±12 meter.

B. Pejalan Kaki Pada Pasar Marelan

Gambar 4.7. Zoning kondisi Eksisting

Loods Basah dan Kering Kios

Lahan kosong Parkir


(74)

Sirkulasi di dalam lods kering maupun lods basah merupakan sirkulasi 2 arah, namun

ukuannya yang terlalu kecil menyebabkan pengunjung kesulitan melewatinya ketika kondisi pasar sedang ramai dikunjungi.


(75)

Gambar 4.9. Sirkulasi Antar Kios

Masalah:

- Sirkulasi pejalan kaki di pasar marelan sangat tidak terater,karena banyaknya pedagang yang berjualan dipinggir jalan,bahkan tidak sedikit menepati badan jalan,sehingga para pejalan kaki juga menggunakan badan jalan.

- Para pengunjung naik turun kendaraan umum ditempat yang tidak sewajarnya (contoh:dipersimpangan jalan)sehingga menyebabkan kendaraan lain terganggu dan mengakibatkan kemacetan.

Sama halnya seperti loods, sirkulasi antar kios pada pasar Marelan ini juga sangat sempit, karena sebagian pemilik kios juga meletakkan barang dagangannya dengan memakai sebagian jalur sirkulasi.


(76)

Solusi:

- Memperjelas orientasi sirkulasi pada pasar yang akan di desain - Menyediakan halte untuk tempat turun dan naiknya penumpang

angkutan umum.

- Sirkulasi di Area Parkir

Sebagian besar kendaraan yang parkir di Area ini adalah kendaraan roda dua, kondisinya cukup teratur.sedangkan untuk becak tidak tersedianya area parkir sehingga sering mengakibatkan kemacetan.

Potensi:

Jumlah pengunjung yang mengunjungi Pasar ini masih cukup banyak, hal ini terbukti dari padatnya masyarakat, umumnya menegah kebawah, yang masih mau berbelanja di tempat ini mengingat harganya yang masih merakyat.

Masalah:

- Kondisi sirkulasi yang ada saat ini tidak begitu memadai, mengingat jumlah pengunjung yang datang pada waktu-waktu tertentu cukup banyak.

- Tidak menyediakan parkir untuk kendaraan roda 3 dan roda 4. Solusi:

- Merancang sirkulasi yang baik di dalam bangunan guna memberi kenyamanan bagi pengunjung pasar.


(77)

IV.1.4. Analisa View Bangunan

Untuk analisa view bangunan, maka akan dibagi menjadi 2 bagian besar, antara lain :

A. View ke Arah Bangunan (Ke dalam Site)

Diketahui bahwa site dilalui oleh satu jalan utama, yaitu jalan Marelan Raya. Sehingga bagian dari site yang lansung tampak dari jalan, harus diekspos sehingga mampu menarik minat masyarakat yang melintasinya.

B. View ke Luar Bangunan (Ke arah luar site)

Pada sekitar site, tidak ada bagian tertentu dari kawasan yang cukup menarik, sehingga bangunan tidak perlu diorientasikan ke satu arah tertentu. Maka bangunan direncanakan berorientasi pada jalan Marelan Raya sebagai akses utama.

Potensi:

- Site dilalui jalan yang cukup padat serta dikelilingi pemukiman penduduk, sehingga gampang untuk dilihat.

Gambar 4.11. Gambar Analisa Orientasi Bangunan KETERANGAN:

Bagian site yang tampak dari jalan.


(78)

- Ketinggian bangunan sekitar relatif rendah (1-3 lantai), sehingga tidak menggangu view dari luar menuju bangunan.

Masalah:

Degradasi (Penurunan) kualitas lingkungan sekitar, sehingga juga memperburuk citra kawasan sekitar, termasuk site.

Solusi:

- Pada bagian site yang terlihat langsung dari jalan sekitar, maka fasade bangunan di desain semenarik mungkin agar dapat menarik minat masyarakat untuk datang.

- Memperbaiki kualitas kawasan sekitar, sehingga nantinya bangunan yang akan didesain memiliki keharmonisan dengan kawasan sekitarnya, serta dapat memberi kenyamanan bagi warga sekitar

IV.1.5. Analisa Matahari

Untuk memahami permasalahan yang ada pada bagian analisa matahari ini, maka akan dijelaskan melalui peta pergerakan matahari pada kawasan yang akan dirancang, sebagai berikut :

Gambar 4.12. Gambar Analisa Kondisi Matahari

Sinar matahari pagi yang bagus untuk kesehatan kerena

mengandung vitamin D. Sinar matahari

sore yang kurang bagus bagi kesehatan


(1)

(2)

114 VII.1.16. Biogas dan Waste Plan


(3)

(4)

116 VII.1.18. Elektrikal


(5)

(6)

118 VII.1.19. Denah Masjid