Pengaruh Irigasi Dan Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Di Desa Sipoldas Kecamatan PaneI (1990-2000)

BAB II
KEADAAN MASYARAKAT DESA SIPOLDAS SEBELUM DIPERKENALKANNYA
IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN

2.1 Letak Geografis
Desa Sipoldas adalah salah satu desa dari 367 desa yang ada dalam wilayah
kecamatan panei kabupaten simalungun. Desa Sipoldas terdiri dari 7 dusun Sipoldas
Adapun Desa Sipoldas berbatasan dengan :
- Sebelah Utara dengan Kecamatan Pamabean Panai
- Sebelah Selatan dengan PTPN IV
- Sebelah Barat dengan Nagori Bangun Rakyat
- Sebelah Timur dengan PTPN IV
Secara keseluruhan Desa Sipoldas merupakan wilayah yang sangat subur karena Desa
Sipoldas adalah desa yang terletak di daerah dataran tinggi sehingga desa ini sangat cocok
digunakan sebagai lahan pertanian.
Keadaan jalan dan sarana transportasi menuju Desa Sipoldas juga sudah cukup baik.
Jalan-jalan desa sudah lebar, begitu juga jalan penghubung antara dusun-dusun di Desa
Sipoldas. Sebagian besar jalan-jalan desa telah beraspal namun ada juga jalan yang desa ini
masih berupa tanah biasa, tetapi sudah ada batu-batauan yang menopang jalan.

2.2 Sistem Mata Pencaharian

Desa Sipoldas adalah desa yang terletak di daerah dataran tinggi dan berbukit-bukit
dengan tanahnya yang subur sehingga cocok dijadikan sebagai lahan pertanian. Pada awalnya
penduduk yang datang ke Desa Sipoldas berusaha menebang hutan untuk dijadikan areal
perladangan. Melihat tanahnya yang subur, maka mereka menetap dan kemudian memanggil
sanak saudaranya.

10
Universitas Sumatera Utara

Bertambahnya penduduk dan semakin hilangnya hutan yang akan ditebang, sehingga
lahan pertanian yang akan digarap juga semakin kecil. Sehingga para masyarakat petani ini
mulai berpikir bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian tanpa meluaskan areal pertanian
yang digarap (intensifikasi). Realisasi dari usaha meningkatkan hasil pertanian tanpa
meluaskan areal pertanian, maka dibuatlah oleh masyarakat petani saluran irigasi yang sangat
sederhana yaitu dengan membuat saluran-saluran dengan mengorek tanah (paret).
Masyarakat Desa Sipoldas sering menyebut saluran irigasi seperti ini dengan sebutan
“Bondar”. Dengan adanya irigasi ini maka hasil yang di dapatkan oleh petani semakin
meningkat.
Secara umum sistem mata pencaharian penduduk Desa Sipoldas dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel I Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No

Jenis Mata Pencaharian

Jumlah

1

Petani

987

2

Pedagang Kecil

92

3


Pegawai Negri

18

4

Pegawai Swasta

81

5

Lain-lain

279

Jumlah

1457


Sumber data : Kantor Kepala Desa Sipoldas 1997
Jika dilihat dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Sipoldas
umumnya bekerja dalam sektor pertanian. Petani ini terdiri dari petani pemilik tanah, petani
penggarap, dan buruh tani. Petani pemilik tanah adalah petani yang memiliki areal pertanian
sendiri dan sistem garapannya dilakukan oleh kelompok keluarganya. Petani penggarap
adalah petani yang melakukan penggarapan di tanah milik orang lain dengan sistem sewa

11
Universitas Sumatera Utara

tanah. Mereka ini ada yang menyewa dengan membayar uang dan ada juga yang membayar
dengan hasil panen. Selain ada juga yang hanya mengerjakan lahan pertanian tetapi hasilnya
bukan untuk mereka tetapi untuk pemilik tanah. Mereka ini yang lazim disebut sebagai buruh
tani. Buruh tani mendapatkan upah dari pemilik tanah dari hasil jerih payah mereka
mengerjakan lahan pertanian sawah maupun lahan pertanian ladang. Upah yang didapat
mereka adalah berupa uang, tergantung dari luasnya lahan pertanian yang dikerjakan. Buruh
tani dipakai jika seorang petani memiliki tanah yang cukup luas, sehingga petani tersebut
memerlukan jasa mereka.
Secara umum sistem pertanian yang berlaku di Desa Sipoldas adalah pertanian lahan

kering(berladang) dan pertanian lahan basah (sawah). Pertanian lahan kering (berladang)
dikerjakan secara sambilan di dalamnya ditanami tanaman palawija misalnya jagung, kacangkacangan, buah-buahan, dan tanaman keras seperti kopi, durian, rambutan, mangga dan lainlain. Tanah yang dijadikan lahan perladangan berada jauh dari lokasi pemukiman penduduk.
Sementara itu bertani di lahan basah atau dikenal dengan bersawah ditanami padi yang
menjadi mata pencaharian pokok dari sinilah kebutuhan sehari-hari dipenuhi.
Selain sebagai petani masyarakat Desa Sipoldas ada juga yang bekerja sebagai
pegawai negri, pedagang kecil, dan lain-lain. Mereka ini bekerja paruh waktu dan selesai
bekerja mereka ada juga yang melakukan pekerjaan sampingan seperti bertani dan beternak.
Mengingat ada dua tipe kegiatan pertanian di ladang dan di sawah maka dalam
membicarakan tehnologi pertanianpun perlu dipisahkan antara pertanian di ladang dan
pertanian di sawah.

12
Universitas Sumatera Utara

a. Ladang.
Penduduk Desa Sipoldas yang sebahagian besar masih hidup dalam taraf tradisional
tidak terlepas dari tradisi yang dianutnya dalam mengerjakan kebun atau ladang.
Pembersihan ladang dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September. Alat-alat yang
dipakai adalah parang, sabit dan cangkul. Yang dimaksud dengan tanah ladang ialah tanahtanah yang ditumbuhi semak belukar. Pada umumnya mereka para petani bekerja sendiri
bersama keluarganya.

Apabila tanah ladang banyak ditumbuhi semak-semak dan rumput serta lahannya
yang luas maka pemilik ladang tersebut biasanya akan memperkerjakan orang untuk
membersihkan ladangnya sehinnga dapat ditanami dengan tanaman palawija. Pada bulan
Oktober lahan yang telah ditebas tadi dibakar, sesudah memilih emilih kayu-kayu yang akan
dijadikan pagar maupun kayu bakar. Kebun mulai ditanam pada bulan November sesudah
beberapa kali hujan turun. Penanaman jagung dilakukan kaum ibu sedangkan bapak
mengerjakan pagarnya. Alat yang dipakai untuk membagi tanah sebagai tempat bibit jagung
dan kacang adalah sepotong kayu yang diruncingkan ujungnya. Caranya seorang membuat
lubang ditanah dengan menancapkan kayu tadi dan seorang atau lebih memasukkan benih
kedalamnya. Kacang buncis dan jagung ditanam bersama dalam satu lubang, agar kacang
tersebut menjalar pada batang jagung. Semua tanaman yang ditanam diladang tidak pernah
dipupuk, sehingga kesuburan tanaman dan hasil yang akan diperoleh tergantung kepada
kemurahan alam semata-mata. Termasuk curah hujan sangat mempengaruhi hasil yang akan
diperoleh.

13
Universitas Sumatera Utara

Setelah panen jagung dijemur bersama kulitnya kemudian diikat dan digantung.
Selesai seluruh panen termasuk kacang-kacangan maka dibawa pulang untuk disimpan di

lumbung atau tempat-tempat yang sudah disediakan untuk menyimpan bahan makanan.

b. Sawah
Sitem bersawah yang berlaku di Desa Sipoldas dilaksanakan pada bulan Agustus atau
awal bulan September, karena pengolahan sawah pada umumnya tergantung sepenuhnya
pada curah hujan. Pada bulan-bulan tersebut curah hujan cukup bayak dan sumber-sumber air
seperti sungai sudah sangat melimpah. Tanah-tanah sawah yang dikerjakan harus digenangi
air agar tanahnya menjadi becek/lembek. Selanjutnya sistem pembajakan dengan
menggunakan tenaga kerbau masih sangat efisien dilaksanakan.
Di Desa Sipoldas terdapat dua cara dalam mengerjakan sawah yaitu : Pertama,
dengan menggunakan hewan. Tenaga hewan sangat berperan dalan dunia pertanian
tradisional. Jenis hewan yang berperan terutama kerbau. Pada umumnya kerbau
dipergunakan untuk mengolah tanah pertanian hingga siap ditanami. Kerbau dipergunakan
untuk menarik bajak. Dalam hubungan ini kerbau jantan lebih banyak dipergunakan daripada
kerbau betina. Untuk menarik bajak dipergunkan dua ekor kerbau. Kerbau selalu
dipasangkan dengan kerbau dari kelamin yang sejenis. Kerbau pada umumnya dipergunakan
di tanah-tanah pertanian yang bertanah liat sehingga tidak memungkinkan untuk
mempergunakan bajak. Kedua, dengan menggunakan cangkul saja, jadi tenaga manusia
sangat berperan aktif. Cara yang kedua ini sudah jarang dilakukan masyarakat, mengingat
setiap penduduk umumnya memilki kerbau. Kalaupun tidak memiliki hewan peliharaan

seperti kerbau, penduduk tersebut akan menyewa milik petani lain. Sewa setiap ekor kerbau

14
Universitas Sumatera Utara

diperhitungkan dengan padi. Bila panen gagal sewa kerbau masih dapat ditunda. Bila berhasil
sedikit maka sewa kerbau tersebut akan mendapat prioritas.
Jenis pengairan yang digunakan sebelum masuknya irigasi dapat dikatakan masih
menggunakan sistem pengairan yang sangat sederhana yaitu membuat saluran-saluran sejenis
paret yang berkedalaman setengah hingga satu meter. Untuk melaksanakan proses produksi
diperlukan tenaga-tenaga pelaksana. Ada beberapa jenis tenaga pelaksana yang terlibat di
dalam proses produksi ekonomi pertanian tradisional antara lain : Tenaga Upahan, Tenaga
Tanpa Upah dan Tenaga Pemilik. Keterlibatan mereka merupakan suatu perwujudan
tanggapan aktif

masyarakat dalam menanggapi lingkungannya yang bersumber kepada

dorongan sosial dan dorongan unutuk mempertahankan hidup. Dorongan sosial berarti
keterlibatan mereka terutama disebabkan oleh harkat diri mereka sebagai mahluk sosial.
Dorongan untuk mempertahankan hidup melahirkan tingkah laku yang dalam hubungan ini

bersifat ekonimis. Di Desa Sipoldas dalam melaksanakan proses produksi di lahan pertanian
dibagi atas tiga sistem pengolahan yaitu :
1. Tenaga Upahan
Untuk penggarapan sawah yang luas, seorang petani pemilik lahan banyak
menggunakan tenaga upahan. Diperlukan atau tidaknya tenaga upahan itu tergantung
dari tenaga yang tersedia dikeluarga inti. Pada tahap permulaan proses produksi, yaitu
pada tahap pengolahan tanah seorang petani sering kali memerlukan tenaga upahan
untuk mengendalikan bajak. Begitu pula pada tahapan selanjutnya hingga panen tiba.
Mengenai upah tergantung pada kesepakatan.
2. Tenaga Tanpa Upah

15
Universitas Sumatera Utara

Tenaga tanpa upahan berarti tenaga-tenaga yang terlibat di dalam suatu pekerjaan
tidak didasarkan atas upah. Mereka terlibat dalam kegiatan gotong-royong yang
merupakan

suatu


sistem

yang

dianut

masyarakat

sejak

lama.

Menurut

Koentjaraningrat, gotong-royong adalah suatu sistem pengerahan tenaga tambahan
dari luar kalangan keluarga yang tentunya untuk mengisi kekurangan tenaga dalam
lingkaran aktivitas bercocok tanam (tolong-menolong). 5 Lebih jauh Koentjaraningrat
membagi gotong-royong menjadi dua bagian yaitu : gotong-royong tolong-menolong
dan gotong-royong kerja bakti. 6
Di kalangan Desa Sipoldas gotong-royong sebagai suatu sistem masih dijalankan

dalam berbagai aspek kehidupan. Jika ditinjau dari segi penggeraknya gotong-royong
pada masyarakat Sipoldas terbagi atas tiga corak yaitu yang digerakkan oleh religi dan
adat, yang digerakkan oleh adanya permintaan dari pemilik kerja dan yang di gerakkan
oleh suatu badan di luar religi dan adat.
3. Tenaga Pemilik
Dikatakan dengan tenaga pemilik adalah tenaga petani yang menggarap tanahmiliknya
sendiri. Biasanya petani yang mampu mengarap tanah miliknya sendiri dan seluruh
tahapan proses produksi adalah petani-petani yang tidak memiliki tanah yang luas.
Dengan begitu dari sistem pengolahan tanah seperti membajak hingga panen tiba
dilakukan sepenuhnya oleh keluarga petani sendiri.
Masyarakat Desa Sipoldas mempunyai pekerjaan sambilan untuk mengisi waktu luang
setelah panen. Pekerjaan sambilannya antara lain :
a. Marmahan (mangembalakan kerbau)
5
6

Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1993, hal.57.
Ibid. Hal. 60.

16
Universitas Sumatera Utara

Marmahan adalah istilah yang berlaku di Desa Sipoldas untuk memberi makan hewan
peliharaan seprti kerbau. Hewan peliharaan tersebut di giring ke tengah-tengah padang
rumput, yang letaknya lumayan jauh dari perkampungan. Tugas marmahan yang paling
penting adalah menjaga agar hewan ternak tersebut tidak memasuki lahan pertanian
penduduk, karena bisa saja hewan tersebut masuk lahan pertanian dan merusaknya. Di
Desa Sipoldas berlaku apa yang dinamakan denda apabila hewan peliharaan memasuki
serta merusak pertanian milik warga, denda tersebut berupa uang. Ketika musim sawah
tiba barulah hewan-hewan tersebut digiring untuk merancah sawah. Hewan yang
digembalakan dalam marmahan ini bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain
yang sepenuhnya diupahkan kepada orang yang sepenuhnya diberi tugas mengembalakan
ternak tersebut. Upah yang diberikan dapat berupa uang tetapi ada juga yang berupa
ternak dengan ketentuan setiap kelahiran lima ekor ternak barulah sipengembala mendapat
seekor kerbau.
b. Berdagang
Pekerjaan sambilan yang lain yang ada di Desa Sipoldas adalah berdagang, seperti
menjual hasil-hasil kebun dan tambak. Hasil-hasil kebun ini berupa cabai, terong, pisang,
kelapa, dan lain-lain. Sementara itu hasil tambak seperti ikan mas, lele, dan lain-lain. Setiap
penduduk yang mengerjakan pekerjaan sambilan ini akan menjual dagangannya setiap hari
Selasa, rabu, dan Sabtu karena pada hari inilah pasar yang ada di Kecamatan Panei

2.3 Sistem Pemilikan Tanah
Negara Indonesia adalah salah satu yang berkembang di Asia yang masih menerapkan
sistem pertanian sebagai andalan sektor non migas. Dengan kata lain bahwa pertanian

17
Universitas Sumatera Utara

memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Ini dapat dibuktikan
dari besarnya penduduk yang mengandalkan hidupnya dengan bekerja pada sektor pertanain
atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Besarnya peranan pertanian di
Indonesia tentunya akan memberikan dorongan bagi masyarakat Indonesia terutama
masyarakat petani untuk memilki lahan pertanian yang dapat dijadikan sumber produksi.
Oleh karena itu mereka berupaya dengan berbagai cara untuk dapat memiliki lahan pertanian
baik yang ada di wilayah tempat tinggalnya atau di luar dari desanya. Ada suatu anggapan
jika seorang petani itu telah memilki lahan pertanian, maka mereka akan dapat mengatasi
kebutuhan hidup bagi keluarganya. Mereka hanya bekerja di sektor pertanian karena
disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.
Desa Sipoldas adalah desa yang pada umumnya dapat dikatakan bahwa penduduk
desa tersebut rata-rata bergerak di sektor pertanian yang otomatis memerlukan lahan
pertanian yang luas untuk pemenuhan hidup mereka.
Mengenai sistem pemilikan lahan/tanah yang berlaku di Desa Sipoldas terdiri dari dua
jenis yang sampai saat ini masih berlaku. Ada warga yang memiliki tanah dari warisan orang
tua, ada juga yang diperoleh dengan membeli dari warga lain. Luas pemilikan tanah yang
diperoleh dari warisan orang tua pada tiap-tiap penduduk juga berlainan tergantung dari luas
tanah dan jumlah keluarganya. Jika orang tuanya dahulu memiliki tanah yang luas tentu
anaknya akan mendapatkan tanah yang luas juga setelah dibagi dengan anggota keluarga
yang lain. Sebaliknya bila orang tuanya tidak memiliki tanah yang luas tentunya anak-anak
mereka juga akan memperoleh warisan tanah yang tidak begitu luas.
Selanjutnya bila dilihat pada kondisi perekonomian masyarakat yang cukup mampu
dan memiliki harta yang banyak akan mudah memperoleh ataupun menambah lahannya

18
Universitas Sumatera Utara

dengan cara membeli tanah orang lain yang kebutuhan akan dijual oleh warga. Itulah
sebabnya masyarakat yang seperti ini banyak memiliki lahan persawahan. Sebaliknya bagi
warga yang kekurangan modal, kadang kala menjual tanahnya kepada warga yang memiliki
modal tadi. Akibatnya mereka kehilangan lahan pertaniannya. Apabila mereka tidak sanggup
untuk membeli lahan lagi, berarti akan mempersulit diri sendiri karena tanah sebagai sumber
produksi sudah tidak dimiliki lagi. Akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam membiayai
hidup sehari-hari.

2.4 Sistem Kepemimpinan
Kepeminpinan muncul bersamaan dengan lahirnya suatu peradaban manusia, yaitu
sejak nenek moyang kita mengenal hidup berkumpul dan mengadakan interaksi sosial antar
individu. Bekerjasama adalah faktor mendasar di dalam mempertahankan eksistensi hidup
mereka yang setiap saat terancam oleh kebuasan binatang atau keganasan alam
lingkungannya. Kecenderungan untuk berkumpul dan bekerjasama melahirkan kelompokkelompok masyarakat. Di dalam kelompok itulah terjalinnya kerjasama antar warga dan
melahirkan unsur-unsur kepemimpinan.
Bila kita telusuri sejarah suatu bangsa tersebut untuk menaikkan taraf hidup
masyarakatnya banyak ditentukan oleh kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemimpin bangsa
tersebut. Peranan pemimpin sangat vital karena dapat menentukan nasib orang banyak
melalui kepemimpinannya. Begitu juga apabila satu masyarakat hidup tanpa pemimpin, maka
hanya kekacauanlah yang selalu didapatkan dalam hidup sehari-hari, tanpa dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Begitu pentingnya fungsi pemimpin dalam satu masyarakat,
sehingga setiap masyarakat selalu mempunyai pemimpin, walaupun masyarakat tersebut

19
Universitas Sumatera Utara

dalam satu kelompok kecil. Kehidupan bersama yang dilandasi oleh tujuan yang sama akan
melahirkan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat kecenderungan saling bergantung
antara yang di pimpin dengan yang memimpin. Namun karena banyaknya pengertian
kepemimpinan ini, maka sebelum melangkah lebih jauh tentang sistem kepemimpinan pada
masyarakat Sipoldas, maka perlu kiranya suatu batasan penertian tentang kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang ataupun kumpulan orang secara
kolektif untuk mengajak atau membawa orang dalam berbuat dan melakukan sesuatu yang
dianggap penting. Sementara tinggi rendahnya mutu kepememimpinan dilihat pertama-tama
dari efektivitas perbuatannya sehingga akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal.
Untuk dapat mewujudkan kepemimpinan pihak pengajak sendiri harus mempunyai
keunggulan tertentu terhadap pihak yang diajak dalam menjalani sesuatu. 7
Masyarakat Desa Sipoldas yang umumnya terdiri dari petani, pedagang, pegawai
negri membentuk kelompok atas dasar persamaan usaha/mata pencaharian, sudah barang
tentu akan melahirkan kelompok petani yang berkumpul dalam lokasi persawahan jika
musim tanam telah tiba. Dari sistem perkumpulan inilah baru muncul sistem kepemimpinan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan itu dapatlah diartikan
sebagai seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesetiaan untuk mendapatkan
kesepakatan bersama. Secara umum pola kepemimpinan ada dua macam yaitu:

1.

Kepemimpinan Formal

Kepemimpinan formal yaitu pemimpin yang diangkat berdasarkan keputusan bersama,
kemudian dilakukan suatu pengangkatan secara resmi untuk memangku suatu jabatan dalam
7

Sayidiman Suryohadiprojo, Membangun Peradaban Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995, hal. 191-193

20
Universitas Sumatera Utara

struktur organisasi. Hak dan kewajiban untuk mencapai sasaran organisasi telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Pengangkatan secara resmi oleh
pemerintah atas dasar diri seorang pemimpin formal di desa bukanlah merupakan suatu
jaminan akan penerimaan secara baik oleh anggota-anggota organisasi kemasyarakatan yang
akan dipimpinnya. Karena bisa saja pemimpin formal ini diangkat pemerintah tanpa ada
persetujuan dari masyarakat. Dengan demikian akan adanya kontra antar sesama warga.
Untuk itu seorang pemimpin formal itu harus berusaha keras untuk menyesuaikan dirinya
dengan segenap warga masyarakat terutama kepada orang-orang yang terhormat. Pemimpin
formal ini pendekatannya lebih banyak berorientasi ke atas atau kepada pemimpin yang lebih
tinggi.
Sementara kegiatan/organisasi sosial yang nampak di Desa Sipoldas adalah kegiatan
organisasi PKK. Inipun sudah termasuk dalam stuktur organisasi LKMD, dengan kata lain
organisasi PKK di desa ini bukan tumbuh sebagai kegiatan yang spontan dari masyarakat,
melainkan tumbuh karena persyaratan organisasi pemerintahan masyarakat desa. Kegiatankegiatan PKK di Desa Sipoldas masih belum dilaksanakan sebagaiman mestinya. Kesadaran
warga masyarakat belum tumbuh sesuai dengan yang diharapkan sehingga usaha yang
diharapkan pemerintah tidak akan pernah tercapai jika kondisinya tidak diubah.
Tingkat pengetahuan tentang kesejahteraan keluargapun belum sesuai dengan yang
diharapkan, di mana warga desa menganggap bahwa kesejahteraan itu bukanlah kekayaan.
Oleh sebab itu dalam rangka usaha mencapai kesejahteraan keluarga, mereka bekerja untuk
dapat memenuhi kebutuhannnya sehari-hari.

21
Universitas Sumatera Utara

2.

Kepemimpinan Informal

Kepemimpinan Informal adalah kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan
kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan di mana dalam pelaksanaannya
tanpa dilandasi peraturan. Telah disinggung sebelumnya bahwa sejak adanya manusia yang
berkumpul dan bekerja sama maka saat itu pulalah lahir pemimpin-pemimpin masyarakat.
Dalam adat masyarakat Desa Sipoldas pola kepemimpinan informal lahir bersamaan dengan
kebutuhan yang berlaku ketika itu. Dengan kata lain munculnya pemimpin itu dianggap perlu
untuk mengharapkan masyarakat kearah tujuan yang diinginkan dan biasanya muncul secara
spontan. Pemimpin informal ini dapat dikatakan seperti ketua adat, pemimpin agama, guru
mengaji, guru silat dan lain-lain dimana pengangkatannya tidak diperlukan surat keputusan
(SK) dari pemerintah yang berwenang. Kebutuhan akan pemimpin informal ini karena
kebutuhan masyarakat akan hal itu belum terpenuhi dan secara alami mendapatkan dukungan
dari anggota kelompok masyarakat.
Syarat-syarat dipilihnya seorang pemimpin informal ini tidak diatur dalam peraturanperaturan atau ketentuan-ketentuan seperti yang ada dalam pemilihan pemimpin formal
dalam masyrakat, tetapi dipilih berdasarkan pengakuan dari masyarakat karena:
a. Mempunyai kualitas keterampilan seperti menguasai sistem adat yang berlaku.
b. Memiliki kemampuan dalam mempengaruhi orang lain di dalam usaha pencapaian
suatu tujuan tertentu.
c. Selain bersifat jujur, arif dan bijaksana juga harus mau berkorban untuk kalangan
masyarakat.
d. Memiliki suatu hubungan yang baik dengan seluruh anggota masyarakat, pemerintah desa
dan segala unsur-unsur pimpinan masyarakat lain.

22
Universitas Sumatera Utara

Seorang ketua adat diangkat karena seorang itu memang mampu untuk mengemban
tugas itu, dimana masyarakat menilai bahwa pengetahuannya tentang adat cukup banyak
sehingga ia disegani oleh masyarakat tersebut. Penduduk desa selalu meminta petunjuk dan
nasehat kepadanya tentang suatu persoalan yang menyangkut adat istiadat dimana semua
nasehat dan anjurannya dipatuhi oleh masyarakat itu. Ketua adat istiadat di Desa Sipoldas
disebut dengan Natuatuani Huta.
Dalam perkembangan selanjutnya Natuatuani Huta sangat berpengaruh dan berperan
dalam masyarakat yang diistilahkan oleh masyarakat setempat sebagai orang yang
mempunyai keistimewaan, dimana warga masyarakat desa pada umumnya masih berpegang
teguh dengan adat istiadat bahkan begitu fanatiknya hingga adat itu disanjung oleh banyak
orang.

2.5 Sistem Kepercayaan
Sebelum kedatangan bangsa Eropa di tanah Batak agama Kristen Protestan belum di
kenal masyarakat Desa Sipoldas begitu juga dengan agama Islam yang datang dari daerah
Barus. 8 Masyarakat desa itu masih menganut kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang dan
benda-benda yang keramat. Kepercayaan ini memang merupakan kepercayaan masyarakat
Batak Toba. Sejak zaman dahulu masyarakat Batak Toba mempunyai suatu keyakinan bahwa

8

http://okahutabarat.wordpress.com/2009/02/27/sejarah-agama-di-tanah-batak/. Diakses tanggal 14
agustus 2013. Kedatangan bangsa Eropa ke dunia Timur memiliki 2 (dua) tugas yaitu berdagang dan sekaligus
menyebarkan agama. Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang
Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno)
adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati. Benda-benda mati
dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat dijadikan
tempat yang sakral (tempat sembahan)

23
Universitas Sumatera Utara

batu-batu besar, gunung dan pohon-pohon besar bisa mendatangkan rejeki dan kebahagiaan
bagi mereka. Kepercayaan seperti ini disebut dengan Sipelebegu. 9
Setelah masuknya Misionaris dan masuknya penyebaran agama Islam di Tanah
Batak, maka pada zaman sekarang ini masyarakat Desa Sipoldas telah menganut agama
Kristen dan Islam, hanya sebagian kecil saja yang menganut kepercayaan lama.
Masyarakat Desa Sipoldas mempunyai agama yang berbeda dan penganut agama
yang paling banyak adalah Kristen Protestan akan tetapi walaupun agama mereka berbedabeda, masyarakat desa ini tetap saling menghormati. Salah satu bentuk saling menghormati
antar umat beragama itu adalah apabila agama Kristen merayakan hari Natal maka umat
Islam akan datang berkunjung, demikian juga apabila umat Islam merayakan lebaran maka
orang Kristen datang untuk bersilaturahmi.
Rasa toleransi umat beragama di Desa Sipoldas juga cukup tinggi, karena masyarakat
sudah mempunyai kesadaran bahwa semua agama itu mengajarkan hal yang baik. Hal ini
dapat di lihat bahwa di Desa Sipoldas dari dulu sampai sekarang belum pernah terjadi
kerusuhan atau keributan karena agama. Kesemuannya itu tidak terlepas dari adanya tali
persaudaraan yang masih dekat, karena di desa ini antara yang satu dengan yang lainnya
masih merupakan kerabat dekat.
Untuk mendukung peribadatan masyarakat Desa Sipoldas mempunyai sarana
peribadatan masing-masing dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

9

http://sciencedanar.blogspot.com/2012/11/ulasan-tentang-sejarah-suku-batak.html. Diakses tanggal
14 agustus 2013. Pada umumnya orang Batak menganut agama Islam Sunni dan Kristen Protestan. Tetapi ada
pula yang menganut kepercayaan tadisional yakni: tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme
(disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.

24
Universitas Sumatera Utara

TABEL II
SARANA RUMAH IBADAH DI DESA SIPOLDAS
No.

Sarana Ibadah

Jumlah (Unit)

1

Gereja Protestan

8

2

Gereja Katolik

1

3

Mesjid

1

Jumlah

10

Sumber : kantor kepala Desa Sipoldas 1997
Jadi setelah masuknya agama di tengah-tengah kehidupan masyarakat Desa Sipoldas,
kepercayaan lama atau tradisional semakin lama semakin menipis. Mereka makin percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan langit dan bumi ini. Tuhan ini bukan
berasal dari batu-batu besar, kayu-kayu besar dan juga dari gunung-gunung tetapi yang
mengetahui asal-usul seluruh alam serta isinya.

2.6 Kehidupan Budaya
Manusia

sebagai

sosok

sosial

yang

prinsipnya

hidup

bersama

ternyata

dilatarbelakangi oleh suatu kebiasaan budaya. Ada suatu anggapan bahwa manusia tak dapat
hidup tanpa kebudayaan. Kebudayaan dapat menentukan dan mengajarkan bagaimana
seharusnya manusia hidup dalam masyarakat agar masyarakat tetap aman, tertib, tenang dan
sebagainya. Kebudayaan mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang bertingkah laku
dalam hubungan dengan alam sekitarnya, baik yang nampak maupun tidak nampak.
Kebudayaan pada mulanya diciptakan oleh manusia untuk kebutuhan suatu kelompok
masyarakat tertentu. Setelah kebudayaan itu tercipta, kebudayaan kemudian merupakan suatu
yang hidup dan pada gilirannya sangat mempengaruhi manusia untuk mengikutinya.

25
Universitas Sumatera Utara

Begitulah dalam salah satu aspek kebudayaan yang merupakan gambaran nyata dari
suatu masyarakat yang menunjukkan bagaimana pola tingkah laku yang dianggap baik
ataupun kurang baik. Sebagaimana suatu wujud nyata, budaya tersebut berada di dalam
maupun di luar jiwa manusia itu sendiri, atau diatas manusia sebagai mahluk hidup yang
mengontrol dengan ketat daripada tingkah laku anggota masyarakat ataupun pemangku
kebudayaan tersebut.
Ada pula anggapan yang menyatakan bahwa kuat longgarnya suatu kebudayaan
dalam menentukan wujud internal masyarakat ditentukan oleh tingkah laku dari
perkembangan suatu masyarakat. Begitulah sebaliknya, cepat lambat suatu masyarakat
berkembang juga banyak ditentukan oleh potensi yang terkandung dalam suatu kebudayaan.
Selain itu, ketahanan suatu kebudayaan ditentukan oleh kenyataan sampai sejauh mana suatu
sistem nilai tertentu dalam kebudayaan tersebut mampu memberikan kepada masyarakat
keuntungan yang secara kongkrit dapat dirasakan oleh masyarakat. Aspek kegunaan,
kebaikan-kebaikannya

harus

dapat

terasakan

oleh

pendukung

kebudayaan

yang

bersangkutan. Hanya dengan demikian suatu adat istiadat dapat bertahan dalam proses
perkembangan masyarkat.
Namun demikian mundurnya suatu kebudayaan tidak pernah berlangsung dengan
cepat. Sifat resisten dari suatu kebudayaan adalah salah satu pembawaan dari setiap
kebudayaan. Jika dihubungkan dengan uraian di atas dengan kebudayaan di Desa Sipoldas
dalam mempengaruhi pola tingkah laku masyarakat dengan datangnya suatu rencana
pembangunan seperti proyek irigasi dan masuknya mekanisasi pertanian. Dapat dikatakan
bahwa kebudayaan adat tersebut bisa saja menerima suatu rancangan tersebut, selama
rarncangan pembangunan tidak merusak nilai-nilai adat.

26
Universitas Sumatera Utara

Namun jika ada pembangunan yang mengganggu sistem adat, sudah tentu masyarakat
sebagai pembuat dan pelaksana adat tersebut akan melakukan suatu reaksi. Yang jelas
kehidupan budaya di Desa Sipoldas masih dominan dengan budaya adat Batak Toba. Budaya
etnis Batak Toba sudah dipengaruhi oleh hasil pencapuran melalui proses yang cukup lama
antara budaya Batak Toba asli yang relatif masih sederhana dengan keebudayaan yang lebih
modern. Ini dapat dilihat pada kehidupan lingkungan sehari-hari, misalnya dalam adat
perkawinan akan terlihat jelas penjelmaan tradisi dari pencampuran budaya tersebut sehingga
menjadi suatu tradisi bagi kelompok masyarakat yang sama-sama dihargai.
Tradisi dan nilai adat asli sebagaimana lazimnya di daerah-daerah lain banyak
dipertahankan oleh kalangan generasi tua. Namun kadar nilai dari tradisi tersebut semakin
berkurang sebagai akibat besarnya pengaruh masuknya paham-paham yang lebih modern
melalui berbagai sarana komunikasi. Pendatang dari luar daerah terutama pemerintah, guruguru ataupun komunikasi antar individu dari warga desa itu sendiri dengan orang luar itu
membawa pengaruh secara perlahan-lahan sehingga membawa perubahan di dalam
kehidupan sosial

27
Universitas Sumatera Utara