Pengaruh Irigasi Dan Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Di Desa Sipoldas Kecamatan PaneI (1990-2000)

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Harmal Sinaga Pendidikan : SMA

Usia : 45 Tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Sipoldas Alamat : Sipoldas

2. Nama : Loli Risna Napitupulu Pendidikan : S1

Usia : 27 Tahun

Pekerjaan : PNS Guru SD Alamat : Simpang Raya

3. Nama : Liza Butar-butar Pendidikan : SD

Usia : 65 Tahun

Pekerjaan : Petani Alamat : Sipoldas

4. Nama : Darianus Sidabutar Pendidikan : SMP


(2)

Pekerjaan : Pensiunan Guru SD Alamat : Sipoldas

5. Nama : Kalimah Malau Pendidikan : SMP

Usia : 64 Tahun

Pekerjaan : Petani Alamat : Sipoldas

6. Nama : Sukiman Damanik Pendidikan : SMA

Usia : 55 Tahun

Pekerjaan : PNS Guru SD Alamat : Sipoldas

7. Nama : Hongki Napitupulu Pendidikan : SMA

Usia : 52 Tahun

Pekerjaan : Petani Alamat : Sipoldas

8. Nama : Henri Sinaga Pendidikan : SMA


(3)

Usia : 50 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Sipoldas 9. Nama : S. Silitonga

Pendidikan : SMA

Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Simpang Raya

10. Nama : M. Pardede Pendidikan : SMA

Usia : 35 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Simpang Raya

11. Nama : Donni Sinaga Pendidikan : SMA

Usia : 45 Tahun

Pekerjaan : Petani Alamat : Sipoldas

12. Nama : Lemar Purba Pendidikan : SD


(4)

Usia : 67 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Sipoldas

13. Nama : J. Napitupulu Pendidikan : SMA

Usia : 58 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan dari Kecamatan Siantar Marihat Alamat : Simpang Raya

14. Nama : T. Hutagaol Pendidikan : SMP

Usia : 55 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Simpang Raya

15. Nama : Martua Sidabutar Pendidikan : D3

Usia : 63 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan Guru SD Alamat : Sipoldas


(5)

(6)

Gambar : 1

Kantor Kepala Desa Sipoldas yang Lama.

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 2

Kantor Kepala Desa Sipoldas yang Baru.

`


(7)

Gambar : 3

SD Negri 091299 yang Berada di Desa Sipoldas.

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 4

Sarana Transportasi dan Kondisi Jalan di Desa Sipoldas.


(8)

Gambar : 5

Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Desa Sipoldas.

Sumber : dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 6

Salah Satu Gereja di Desa Sipoldas


(9)

Gambar : 7

Mesjid Alikhsan Sipoldas Sebagai Tempat Ibadah Umat Muslim.

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 8

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Simalungun


(10)

Gambar : 9

Sarana Irigasi di Desa Sipoldas

Sumber Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 10

Sarana Irigasi di Desa Sipoldas


(11)

Gambar : 11

Sarana Irigasi dan Lahan Pertanian di Desa Sipoldas

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 12

Pertanian Ladang dan Pertanian Sawah. Salah satu pengaruh irigasi adalah beralihnya sistem pertanian ladang ke pertanian sawah. Gambar ini menunjukkan sebagian lahan tidak dapat dijangkau oleh sarana irigasi.


(12)

Gambar : 13

Lahan Pertanian Desa Sipoldas

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 14

Persawahan dan Sarana Irigasi di Desa Sipoldas


(13)

Gambar : 15

Cangkul Sebagai Peralatan Tradisional yang Digunakan Untuk Mengolah Lahan Pertanian

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 16

Traktor Tangan Sebagai Peralatan Modern yang Digunakan Untuk Mengolah Lahan Pertanian


(14)

Gambar : 17

Penanggulangan Hama Dengan Semprot Tangan Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Produktivitas

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 18

Penanggulangan Hama Dengan Semprot Mesin Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Produktivitas


(15)

Gambar : 19

Memanen Padi. Sikap Tolong-menolong Masih Terjalin Dengan Baik

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 20

Orang-orangan Dipergunakan Oleh Masyarakat Untuk Mengusir Burung Pemakan Padi dan Juga Tikus


(16)

Gambar : 21

Peralata tradisional Untuk Memanen Padi ( dengan membanting padi agar gabah terpisah dari jerami )

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 22

Peralatan Modern, Mesin Penggiling Padi


(17)

Gambar : 23

Membajak Sawah Dengan Cara Tradisional yaitu Dengan Mengandalkan Tenaga Hewan

Sumber : Dokumentasi Pribadi Pada Tanggal 4 Agustus 2013

Gambar : 24

Penanaman Padi di Areal Persawahan Desa Sipoldas


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahaman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu,1999. Abdullah, Makmur, Sistem Ekonomi Tradisional Daerah Sumatra Selatan, Jakarta : P dan K,

1986.

Ambler, John, Irigasi Di Indonesia, Jakarta : LP3ES, 1992.

Darnys, Raf, Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya di Daerah Lampung, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.

Gootschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Terj) Nugroho Notosusanto, Jakarta : UI Press, 1985. Herawati, Isni dan Sumintarsih, Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya di

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Indratinah, Tebok, Masyarakat Petani, Mata Pencaharian Sambilan dan Kesempatan Kerja Daerah Nusa Tengara Timur, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kartasapoetra A.G, Teknologi Penyuluhan Pertanian, Jakarta : Bumi Aksara, 1994.

Kartasapoetra, dkk, Teknologi Pengairan Pertanian (irigasi), Jakarta : Bumi Aksara, 1991. Kuntowijoyo, Metode Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana,1993.

Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : LP3ES, 1997.

Pasandaran, Effendi, Irigasi di Indonesia, Strategi dan Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1991.

Pusposutardjo, Suprodjo, Pengembangan Irigasi Usaha Tani Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air, Yogyakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2001.

Sastraatmadja, Entang, Ekonomi Pertanian Indonesia : Masalah, Gagasan, dan Strategi, Bandung : Bumi Aksara, 1985.

Soepono, Sri saadah, Corak dan Pola Kehidupan Sosial Ekonomi Pedesaan : Studi Tentang Kewiraswastaan Pada Masyarakat di Plered, jakarta : Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Direktorat Sejaran dan Nilai Tradisional Direktorat Jendral Kebudayaan, 1995.


(19)

Soekanto, Sarjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pres, 1986. Sukito, Wiranto, Renungan Tentang Sejarah, Jakarta : 1995.

Suhardiyono, L, Penyuluhan : Petunjuk Penyuluhan Pertanian, Jakarta: Erlangga, 1992.

Sunarti, dkk, Masyarakat Petani, Mata Pencaharian Sambilan dan Kesempatan Kerja di Kelurahan Cakung Timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.

Suryohadiprojo, Sayidiman, Membangun Peradaban Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995.


(20)

BAB III

LATAR BELAKANG KEBERADAAN IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN DI DESA SIPOLDAS

3.1.Sepintas Sejarah Pembangunan Irigasi di Desa Sipoldas

Ditinjau dari kesuburan tanahnya, Desa Sipoldas merupakan satu daerah yang sangat subur dan cocok untuk sebuah areal pertanian yang baik. Kesuburan tanah Desa Sipoldas ini, seperti umumnya tanah di wilayah Simalungun membuat banyak orang-orang berdatangan ke daerah ini. Kedatangan orang-orang pendatang tersebut adalah untuk mencari lahan pertanian sebagai pengganti lahan pertanian yang ditinggalkan karena kurangnya kesuburan tanah. Kedatangan mereka ini tidak menjadi satu permasalahan bagi masyarakat setempat karena tanahnya masih cukup luas untuk di usahakan. Tingkat kesuburan tanah dan masih banyaknya lahan pertanian yang kosong membuat semakin banyak orang berbondong-bondong datang ke daerah ini terutama dari daerah Tapanuli.

Usaha yang pertama yang mereka lakukan adalah dengan menebang hutan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. Berhubung karena sarana irigasi yang belum ada, maka mereka melakukan aktivitas pertanian darat. Pada lahan pertanian darat ini mereka menanami tanaman palawija seperti : jagung, ubi kayu, cabai, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. Tanamn inilah yang ditanami oleh masyarakat Desa Sipoldas untuk menyambung hidupnya sehari-hari.

Pendapatan masyarakat petani dari hasil pertanian darat memang dirasakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari hal ini dikarenakan masyarakat Desa Sipoldas masih memiliki pengetahuan yang minim dalam hal pertanian ladang. Keadaan yang tidak menentu


(21)

ini membuat masyarakat petani menjadi menderita dengan pendapatan yang tidak mencukupi. Hal itu dapat dilihat dengan bangunan-bangunan rumah-rumah mereka yang seadanya saja yang lazim mereka sebut dengan sopo. Dalam sopo inilah mereka berlindung dari terik matahari dan air hujan.

Latar belakang kehidupan yang menyedihkan ini, membuat beberapa orang penduduk mulai berpikir untuk memajukan kehidupan mereka. Hasil pemikiran tersebut dituangkan dengan rencana membuat saluran irigasi yang sederhana agar mereka dapat memanfaatkan lahan pertanian darat menjadi lahan pertanian sawah. Dengan harapan pertanian sawah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani.

Dengan dipimpin oleh pengetua desa, maka diadakan rapat desa untuk mematangkan rencana pembuatan sarana irigasi. Dalam akhir pertemuan di dapatkan satu kemufakatan bahwa akan dibangun sebuah saluran irigasi yang akan mengairi areal persawahan masyarakat. Saluran irigasi tersebut diharapkan menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan pendapatan petani di Desa Sipoldas.

Dengan tekad yang kuat untuk memperbaiki kehidupan dan disertai semangat gotong-royong, maka semua masyarakat petani Desa Sipoldas membuat sarana irigasi yang sangat sederhana yaitu dengan membuat saluran-saluran dengan mengorek tanah (paret). Masyarakat Desa Sipoldas sering menyebut saluran irigasi seperti ini dengan sebutan “Bondar”. Berhubung karena pekerjaan membangun saluran irigasi ini dilakukan secara gotong-royong, maka pekerjaan itu tidak dirasakan sebagai pekerjaan yang berat sampai selesainya salurn irigasi tersabut.


(22)

Pada tahun 1980-an saluran irigasi yang dibangun secara bersama oleh masyarakat petani sudah dapat dipergunakan untuk mengairi sawah masyarakat.10

10

Wawancara dengan D Sidabutar, Pensiunan Guru SD, Desa Sipoldas 10 Juni 2013.

Selesainnya saluran irigasi tersebut membuat masyarakat petani gembira dan mengerjakan sawah dengan tekun dengan harapan bahwa akan tiba saatnya pendapatan mereka menjadi naik. Harapan petani dengan naiknya tingkat pendapatan mereka sejalan dengan selesainya saluran irigasi tersebut memang menjadi satu kenyataan. Naiknya tingkat pendapatan masyarakat membuat kehidupan mereka sehari-hari juga mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dengan bergantinya rumah gubuk (sopo) menjadi rumah yang layak untuk di tempati.

Keadaan kehidupan sehari-hari masyarakat petani Desa Sipoldas tidak luput dari perhatian pemerintah setempat, pemerintah tetap memonitor keadaan masyarakat. Hasil monitor dari pemerintah setempat mengungkapkan bahwa pendapatan masyarakat petani Desa Sipoldas semakin naik tingkatnya bersamaan dengan dibangunnya saluran irigasi yang sederhana tersebut.

Dengan melihat perkembangan kehidupan perekonomian masyarakat petani di Desa Sipoldas, maka pemerintah mulai berpikir untuk membangun sarana irigasi teknis sebagai pengganti sarana irigasi sederhana yang dibuat oleh masyarakat sebelumnya. Dengan berpedoman dari hasil monitor tersebut, maka pada awal tahun 1990 di adakan studi kelayakan oleh team yang di bentuk oleh pemerintah. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang konkrit tentang potensi Desa Sipoldas apakah layak dikembangkan sebagai areal pertanian sawah.


(23)

Hasil yang didapatkan dari studi kelayakan tersebut adalah bahwa potensi Desa Sipoldas memungkinkan untuk dikembangkan sebagai daerah persawahan yang baik.11

Proyek pembangunan irigasi ini seluruh dananya bersumber dari bantuan pemerintah hal ini dilakukan untuk mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat petani yang secara otomatis mensejahtrakan masyarakat di Desa Sipoldas dan menjadi indikator pembangunan ekonomi di pedesaan. Sementara pekerjaan ini diserahkan pada pihak swasta sementara pengawasan dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan pekerjaan yang betul dan sesuai dengan perjanjian, maka selesailah pekerjaan itu dengan baik pada tahun itu juga.

Potensi Desa tersebut meliputi keadaan tanah sebagai areal persawahan, air yang akan mengairi baik secara kuantitas maupun kualitas serta medan petani itu sendiri mendukung pembangunan dan peningkatan sarana irigasi tersebut. Selain faktor itu faktor pemasaran juga menjadi perhatian team peneliti dan dianggap baik serta tidak merupakan daerah yang rawan banjir.

Dengan melihat hasil dari studi kelayakan tersebut maka pada tahun 1990 dilakukanlah pembangunan pengembangan tahap awal mengenai sarana irigasi teknik oleh pemerintah. Pembangunan tahap awal tersebut adalah memodernisasi sistem sarana irigasi yaitu dengan mengganti sistem irigasi sederhana tersebut dengan sistem irigasi teknis yang terbuat dari batu. Penggantian ini untuk lebih memperkuat dan lebih tahan lama dari sitem irigasi yang sedehana sebelumnya.

12

Dengan selesainya sarana irigasi di Desa Sipoldas ini, maka makin luaslah areal pertanian yang mendapat air. Sebelum digantinya sarana irigasi tersebut, sarana irigasi

11

Wawancara dengan Loli Risna Napitupulu, Sekretaris Desa Sipoldas, 10 Juni 2013. 12


(24)

sederhana itu hanya dapat mengairi sebagian lahan pertanian masyarakat. Maka setelah selesainya sarana irigasi ini, telah dapat mengairi seluruh areal pertanian di Desa Sipoldas.

Selesainnya bangunan sarana irigasi ini, bukan membuat selesainnya masalah yang dihadapi oleh para petani. Selesainnya satu masalah yaitu masalah pengairan sawah, tetapi muncul kemudian masalah yang lain seperti seringnya penduduk terlibat perselisihan air, kaena tidak meratanya pembagian air ke sawah-sawah penduduk serta tidak adanya pola tertib tanam di antara para petani. Tidak adanya pola tertib tanam ini membuat meluasnya hama penyakit tanaman seperti hama wereng dan tikus. Selama tidak adanya kesatuan di antara petani maka masalah-masalah di atas tidak akan pernah teratasi.

Melihat keadaan yang tidak menentu ini, maka pemerintah terjun langsung ke Desa Sipoldas untuk memberi penyuluhan agar dapat memanfaatkan sarana irigasi ini, diiringi dengan masuknya mekanisasi di bidang pertanian seperti penggunaan bibit unggul dan pengunaan pupuk serta melestarikan sarana irigasi tersebut sehingga pendapatan masyarakat Desa Sipoldas akan meningkat. Untuk meningkatkan hasil produksinya datang juga dari petani, dengan demikian dibentuklah organisasi-organisasi di bidang pertanian seperti Gapokta(gabungan kelompok tani).13

1. Jadwal tanam.

Organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi para petani, misalnya masalah penggunaan air arigasi tersebut. Dengan demikian untuk mengatasi masalah penggunaan air irigasi tersebut Gapokta mengadakan musyawarah yang menentukan :

2. Memberi masukan-masukan terhadap petani.

3. Mengusahakan dan mengawasi agar tata tertib tanam dapat bekerja dengan baik.

13


(25)

4. Menyelesaikan perselisihan air di antara penduduk pemakai air irigasi.

5. Mengendalikan para petani yang telah melanggar peraturan, yang telah disepakati. 6. Mencegah meluasnya hama penyakit seperti wereng dan tikus yang dapat merusak

tanaman padi.

7. Mengatur pembagian air ke sawah-sawah para petani sebagai pemakai air irigasi. 8. Memberi masukan-masukan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah-masalah

pengairan bila di tanya.

9. Mengerakkan gotong-royong di antara penduduk yang merupakan kawasan irigasi. Untuk lebih memudahkan pekerjaan yang dilaksanakan oleh organisasi ini, maka pemeritah setempat membentuk Panitia Pengairan Desa (PPD). Panitia Pengairan desa ini bekerja dengan mengurus satu desa dan hanya berwenang dalam lingkungan desanya. Panitia Pengairan desa ini terdiri dari :

1. Ketua merangkap anggota : Kepala kampung 2. Sekretaris merangkap anggota : Petugas pengairan 3. Anggota : Salah seorang PPD

4. Anggota : Gamot-gamot di kampung yang bersangkutan

Dalam susunan pengurus ini mempunyai titik kelemahan yaitu dalam kedudukan sekretaris sangat sulit diisi karena personil dari pengairan sangat terbatas. Disamping kelemahan ada juga keuntungan dalam kepengurusan ini yaitu dalam jabatan ketua yang dijabat oleh kepala kampung. Keuntungannya adalah karena kepala kampung merupakan adminstratur tunggal di desanya sehingga sebagai ketua ia dapat melaksanakan koordinasi yang baik.

Panitia Pengairan Desa yang bekerja sesuai dengan instruksi mempunyai tugas-tugas yang tidak ringan, yaitu:


(26)

1. Mengusulkan perbaikan-perbaikan sarana irigasi di desa yang bersangkutan apabila ada kerusakan.

2. Merencanakan pembagian air yang adil dan merata pada musim kemarau dan sesuai dengan luasnya sawah. Hal ini dilakukan secara bergiliran atau bergolongan.

3. Merencanakan jadwal tanam di daerah-daerah pengairan.

4. Meneliti hasil-hasil percobaan padi untuk menetapkan klasifikasi sawah-sawah yang ada.

5. Hal-hal lain yang berhubungan pengaturan air di desa, misalnya: perselisihan air. Selain dari Panitia Pengairan Desa dibentuklah satu lagi organisasi yang disebut Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Perkumpulan Petani Pemakai Air didirkan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani antara lain dengan meningkatkan produksi prtaniannnya dengan usaha memperbaiki pengairan secara kerjasama (gotong-royong) antara petani, disamping memcahkan persoalan-persoalan diluar bidang pengairan yang dihadapi para petani.Selain dari pada tujuan, Perkumpulan Petani Pemakai Air ini didirikan dengan maksud agar supaya:

1. Pemeliharaan, pebaikan serta pembuatan saluran-salursan atau bangunan-bangunan irigasi dapat dikerjakan secara gotong-royong oleh P3A yang diatur secara bergiliran sehingga saluran-saluran/bangunan-bangunan pengairan tetap terpelihara dan dapat bekerja sebagaimana mestinya.

2. Pembagian air dapat dilaksanakan dan diatur seefisien mungkin. Penggunaan air tidak boros sehingga dapat dicegah pertengkaran-pertengkaran yang disebabkan oleh saling memperebutkan air diwaktu malam hari.


(27)

3. Mengatur besarnya iuran untuk para petani anggota P3A didasarkan atas luas tanah yang diairi, sehingga biaya untuk pemeliharaan dan perbaikan selalu tersedia.

4. Agar peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Desa atau P3A ditaati dan dijalankan dngan baik, demikian pula sanksi yang dijatuhkan kepada yang melakukan pelanggaran, agar ketertiban tetap terjamin.

Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam menjalankan roda organisasinya terdiri dari pengurus dan anggota. Kepengurusan P3A dipilh dari para anggota P3A yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Para pengurus dan anggota P3A masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang saling berbeda. Para pengurus P3A mempunyai hak yaitu:

1. Mendapatkan jasa menurut keputusan musyawarah organisasi. 2. Bebas dari semua iuran yang dibebankan pada anggota. Sementara yang menjadi kewajibannya adalah :

1. Memegang dan memelihara administrasi dan organisasi. 2. Memungut iuran dari wajib dari para anggota.

3. Menyimpan sebaik-baiknya hasil iuran dan dana oorganisasi.

4. Menyampaikan perintah-perintah dari lembaga-lembaga pemerintah. 5. Menggantikan kerugian akibat kelalaian pengurus.

6. Meresncanakan, memelihara dan membangun bangunan baru. 7. Mengadakan rapat menurut seperlunya.

8. Menyediakan bahan yang diperlukan untuk menyadap air dari saluran ke sawah-sawah petani.

Sementara itu para anggota juga mempunyai hak dan kewajiban, hak-hak anggota yaitu: 1. Setiap anggota berhak mendapatkan pelayanan yang adil dalam hal kebutuhan air.


(28)

2. Berhak mengajukan pengaduan kepada tingkatan yang lebih tinggi dalam perkumpulan bila merasa dirugikan atau dilanggar haknya.

3. Berhak memilih atau dipilih menjadi pengurus P3A. Sedangkan kewajiban anggota yaitu :

1. Setiap panen menyerahkan iuran untuk tiap-tiap Ha menurut hasil musyawarah.

2. Turut bergotong-royong memperbaiki saluran air dan pintu-pintu air jika terjadi kerusakan-kerusakan.

3. Sebulan sekali memperbaiki saluran air.

Semua organisasi yang dibentuk memiliki peraturan-peraturan yang di tetapkan. Ini mempuyai tujuan yang sangat baik, agar keseluruhan irigasi tersebut dapat dirawat dengan baik.

3.2 Kronologis Perubahan Irigasi dan Mekanisasi Pertanian Di Desa Sipoldas

Di Indonesia hubungan antara sektor pertanian dengan pembangunan nasional pada dasarnya merupakan hubungan yang saling mendukung. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sedangkan mayoritas masyarakatnya hidup di pedesaan dengan jumlah terbesar bermata pencaharian di sektor pertanian. Salah satu tujuan Pembangunan Nasional lebih diarahkan pada upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan melalui pembangunan sektor pertanian.14

14

Entang Sastraatmadja, Ekonomi Pertanian Indonsia: Masalah, Gagasan, dan Strategi, (Bandung: Bumi Angkasa, 1985), hlm. 35.

Konsekuensi bagi negeri yang tergolong agraris, sektor pertanian merupakan bidang kehidupan yang paling vital. Begitupun dengan Indonesia. Sebagai salah satu negara yang sedang membangun dimana 60% bermata pencaharian di sektor pertanian, maka wajar kalau dalam beberapa pelita, sektor pertanian selalu diduduki pada


(29)

Daerah pedesaan di Kecamatan Panei merupakan wilayah yang memiliki potensi alam yang besar. Desa Sipoldas merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Panei, desa ini lebih banyak tertuju pada sektor primer, sehingga lebih banyak kegiatan mengolah tanah untuk kegiatan pertanian. Suatu desa memiliki tanah yang subur dengan pengairan yang lebih, maka dapat dipastikan kalau secara ekonomi penduduk desa itu ekonominya lebih baik. Sebaliknya apabila lingkungan alamnya kurang menunjang, pertaniannya kurang subur, maka ekonomi penduduk desa dapat dipastikan sebagian masyarakat desa masih hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan.15

Pada umumnya mata pencaharian di Desa Sipoldas adalah bertani. Hal ini disebabkan karena lahan pertanian di Desa Sipoldas sangat subur. Sebelum tahun 1990 sistem pertanian yang digunakan masih bersifat tradisional, hal ini dapat dilihat dari peralatan yang umumnya mereka pakai untuk mengolah lahan pertanian tersebut, peralatan yang digunakan yaitu : cangkul, parang, babat, bajak, dan lain-lain. Membuka ladang, membuka sawah maupun mengolah pertanian semuanya menggunakan peralatan yang sederhana serta menggunakan tenaga manusia dan hewan. Jadi, untuk mengolah tanah saja membutuhkan waktu yang lama apalagi menunggu hasil panennya yang biasanya sekali dalam setahun. Untuk mengatasi hal yang demikian maka pada awal tahun 1990 pemerintah melakukan penyuluhan pertanian didukung dengan pembangunan sarana irigasi dan masuknya teknologi pertanian ke Desa Sipoldas seperti masuknya jenis-jenis pupuk dan traktor yang membantu petani untuk meningkatkan produktifitasnya. Dengan adanya penyuluhan di Desa Sipoldas, produksi

prioritas yang utama. Peranan sektor pertaniaan, disamping tercatat sebagai devisa yang cukup besar juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduknya.

15

Sri Saadah Soepono, et al, Corak dan Pola Kehidupan Sosial Ekonomi Pedesaaan: Studi tentang Kewiraswastaan Pada Masyarakat di Plered, (Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1995), hlm 1.


(30)

pertanian akan bertambah maju dan pada akhirnya pendapatan pedesaan akan meningkat. Hal tersebut diatas disebut dengan modernisasi pertanian. Modernisasi pertanian bisa diartikan sebagai perubahan masyarakat tradisional menuju masyarakat yang lebih modern. Di sektor pertanian modernisasi dapat terjadi berupa penggunaan teknologi baru didalam kegiatan produksi pertanian. Modernisasi pertanian mempunyai tujuan yaitu mengubah sektor pertanian tradisional menjadi sektor pertanian modern yang mampu meningkatkan produksi sektor pertanian. Modernisasi diharapkan akan dapat merubah masyarakat tani di sektor pertanian dan pola-pola kehidupan yang lain Pengaruh atau dampak disektor pertaniannya tersebut antara lain:

• perubahan cara produksi

• tekhnik produksi

• hubungan-hubungan sosial di pedesaan

• Penggantian pupuk, dari pupuk kandang menjadi pupuk urea

• Pemakaian bibit padi, dari bibit local menjadi bibit unggul

• Pemakaian traktor, yang semulanya menggunakan sistem bajak dengan hewan

• Penerapan teknik irigasi baru

• Penggunaan mesin penggiling padi, yang semulanya menggunakan timbul padi

Peningkatan teknologi pertanian di Desa Sipoldas dapat dilihat dari sitem pertanian yang sudah diterapkan masyarakat petani. Masyarakat petani di Desa Sipoldas biasanya turun kesawah pada musim tanam pertama pada bulan April dan bulan September pada musim tanam kedua. Dalam mengolah tanah sampai kepada musim panen para petani sudah mempergunakan sistem modern dan telah meninggalkan sistem tradisional. Dalam mengolah


(31)

tanah mereka sudah mempergunakan traktor tangan. Begitu juga dalam memisahkan gabah dari jerami juga sudah mempergunakan mesin penghancur. Hasil panen dengan pengolahan modern tersebut menjadi naik disamping pemakaian pupuk kimia yang baik.

Perkembangan teknologi di Desa Sipoldas tidak dapat dilepas begitu saja dari faktor penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian bekerja tidak henti-hentinya untuk mengadakan penyuluhan kepada masyrakat petani Desa Sipoldas. Tujuan utama dari penyuluhan ini adalah untuk mengubah perilaku masyarakat itu sendiri dari petani tradisional ke petani modern. Sehingga alat-alat pertanian hasil teknologi maju yang tadinya belum dikenal oleh petani menjadi dikenal. Mengenal alat pertanian tersebut dalam arti dapat mempergunakannya sesuai dengan kegunaan peralatan tersebut.

Di Desa Sipoldas petugas penyuluhan pertanian di datangkan untuk membantu para petani mengenal dan mengetahui bagaimana cara meningkatkan efisiensi usaha tani, pemakaian pupuk kimia. Selain itu bagaimana mempergunakan alat-alat pertanian hasil teknologi maju seperti : traktor, mesin penggiling padi serta memperdalam pengetahuan para petani tentang pengolahan lahan pertanian yang lebih efisien. Hal itu semua adalah untuk dapat berjalan dengan baik dan berhasilnya intensifikasi pertanian, khususnya pertnian sawah di Desa Sipoldas yang diairi saluran irigasi.

3.3. Tanggapan Para Petani Terhadap Irigasi dan Mekanisasi di Desa Sipoldas

3.3.1 Tanggapan Para Petani Terhadap Irigasi di Desa Sipoldas

Maksud tanggapan disini adalah pandangan masyarakat petani atas keadaan yang berlaku ketika adanya sarana irigasi di Desa Sipoldas. Untuk seterusnya, penulis akan menggunakan istilah ini agar mudah dimengerti oleh umum. Oleh karena irigasi memberi


(32)

pengaruh yang berbeda-beda terhadap masyarakat setempat, maka disini juga akan dibedakan tanggapan-tanggapan penduduk menurut hubungan mereka dengan irigasi. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dilapangan, penulis melihat ada dua hal yang berbeda sekaligus mendasar diseputar jalur irigasi tersebut.16

1. Petani yang tidak mendapatkan saluran irigasi.

Dari lokasi saluran irigasi yang berada disekitar jalur lalu lintas darat, tentunya akan dijumpai pembagian petani berdasarkan letak areal sawahnya yaitu:

2. Petani yang mendapatkan saluran irigasi.

Dari dua hal ini akan sangat mempengaruhi pandangan petani terhadap proyek irigasi tersebut. Kemudian bagaimana tanggapan masyarakat yang memang tidak ada hubungannya dengan saluran irigasi tersebut, misalnya masyarakat Desa Sipoldas yang mata pencahariannya tidak dijalur pertanian. Melihat pandangan penduduk terhadap sarana irigasi, penulis mencoba untuk meneliti pandangan tentang fungsi irigasi dalam hubungannya dengan peningkatan produksi pertanian. Dari berbagai data yang didapat seterusnya diuraikan namun tetap memperhatikan perbedaan yang ada diantara ketiga golongan masyarakat tersebut:

1. Masyarakat desa yang mendapatkan saluran irigasi. 2. Masyarakat desa yang tidak mendapatkan saluran irigasi.

3. Masyarakat desa yang tidak melakukan tinadakan dalam pertanian.

Dari ketiga golongan masyarakat ini akan diketahui tanggapan-tanggapan yang berbeda untuk selanjutnya akan diuraikan lebih jauh.

16


(33)

a. Tanggapan Masyarakat Desa yang Mendapatkan Saluran Irigasi

Adanya rencana pemerintah untuk membangun saluran irigasi secara umum ditanggapi secara positif oleh masyarakat Sipoldas. Ini terlihat dari sikap masyarakat yang senang dan bangga bahwa desa mereka menjadi salah satu desa yang terkena pembangunan irigasi. Sikap yang begitu tampak jelas ketika penulis mewawancarai beberapa penduduk yang berkaitan dengan pembangunan tersebut dengan harapan pembangunan irigasi ini berjalan dengan lancar. Pada dasarnya pembangunan irigasi ini bertujuan untuk menanggulani musim kemarau, agar pertanian yang hanya sekali dilakukan selama ini menjadi dua kali, yang jelas pemabangunan ini akan memberikan arti bagi kehidupan masyarakat. Minimal rencana pembangunan irigasi yang terealisasikan ini akan membuat langkah-langkah awal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kenyataan dilapangan menunjukan, rasa optimisme pihak petani dari masyarakat secara keseluruhan semakin meningkat. Karena apa yang mereka dambakan selama ini yaitu pembangunan sarana irigasi akan membuka lahan yang potensial di wilayah ini. Selain akan meningkatkan pendapatan, juga akan menghilangkan persepsi masyrakat Desa Sipoldas bahwa pemerintah itu tidak mau peduli akan kehiupan petani.17

b. Tanggapan Masyarakat Desa yang Tidak Mendapatkan Saluran Irigasi

Tanggapan masyarakat Desa Sipoldas yang tidak mendapatkan saluran irigasi pada prinsipnya menyambut dengan baik renacana pembangunan tersebut, karena secara tidak langsung mereka juga dapat merasakan manfaatnya bersama sebagian masyarakat yang satu desa dengan mereka, apalagi adanya suatu sistem kekerabatan dalam diri mereka. Namun

17

Wawancara dengan J. Napitupulu, Ketua Organisasi Gapokta di Desa Sipoldas. Minngu 5 Juni 2013..


(34)

rasa kekecewaan mereka juga tidak dapat ditutup dengan begitu saja dari raut wajah mereka, tetapi walaupun begitu masyarakat Desa Sipoldas tidak menganggap bahwa fakta yang terlihat sekarang bukan suatu keadaan yang final. Hal ini tidak dapat ditafsirkan begitu saja dengan apa yang sudah dan sedang berlangsung, ini semua adalah sesuatu hal yang mungkin melatarbelakangi perubahan hidup masyarakat selanjutnya dan hal ini merupak proses perubahan yang memerlukan waktu.

Dari kondisi ini pemerintah melalui dinas pengairan sudah menyadari semuanya betapa besar harapan penduduk untuk mendapatkan sistem irigasi, dan ini merupakan suatu tantangan yang cepat ataupun lambat yang harus dijawab. Untuk sementara ini pemerintah mempunyai suatu alasan atas belum dipenuhinya harapan masyarakat tadi. Alasan itu berpangkal dari dana yang belum memenuhi dan kondisi alam yang kurang bersahabat.

c. Tanggapan Warga Desa yang Tidak Melakukan Tindakan Pertanian.

Jika ditinjau kembali masyarakat di Desa Sipoldas ini jumlah masyarakat yang benar-benar tidak bekerja dalam bidang pertanian hanya sedikit sekali. Mereka ini berada pada golongan tua yang berada di pondokan-pondokan tempat mereka menjalani hidup sekarang. Hidup mereka sendiri dibiayai oleh anak cucu mereka yang ada di desa maupun di kota.

Tanggapan mereka menjurus kearah kebaikan saja, maksudnya adalah selama pembangunan yang dijalankan membawa kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, mereka mendukung secara positif begitu pula dengan pembangunan irigasi yang ada di Desa Sipoldas. Mereka menganggap bahwa pembangunan irigasi yang ada sekarang telah membawa pengaruh kepada peningkatan sosial ekonomi penduduk. Bagi masyarakat desa


(35)

yang belum mendapatkan sistem irigasi harus bersabar. Semoga pemerintah akan melanjutkan pembangunannya keberbagai pelosok desa.

Selain dari golongan tua masyarakat yang tidak melekukan tindakan pertanian seperti masyarakat yang berprofesi sebagai PNS dan juga Pedagang mereka juga menanggapi secara positif karena dengan adanya irigasi di Desa Sipoldas secara tidak langsung mereka juga akan merasakan manfaatnya. Mereka senang dan juga bangga dengan adanya irigasi di desa karena di Desa Sipoldas sudah ada pembangunan.

3.3.2. Tanggapan Para Petani Terhadap Mekanisasi Pertanian di Desa Sipoldas

Tanggapan masyarakat khususnya para petani tentang mekanisasi pertanian sebenarnya tidak jauh beda dengan tanggapan masyarakat terhadap irigasi di Desa Sipoldas. Kemajuan teknologi akan membawa manfaat banyak bagi masyarakat. Sungguhpun demikian disadari pula bahwa pembaharuan tidaklah sesuatu yang begitu saja diterima dan disalurkan kedalam kenyataan hidup tanpa harus diseleksi terlebih dahulu. Sesuatu yang baru memang akan memikat masyarakat, akan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau masyarakat masih akan merindukan yang lama, punya kenangan-kenangan terhadap yang silam. Maka setiap proses dalam perubahan sosial pada saatnya akan dihambat oleh keharuan serta kerinduan terhadap yang lama. Nilai semangat daripada yang baru sering kali cenderung disambut oleh keinginan untuk kembali kepada yang lama.18

Begitupula dengan masyarakat Desa Sipoldas pada umumnya mereka menyambut baik atas masuknya mekanisasi pertanian di desa mereka yang merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat setempat. Mereka menyadari bahwa dengan masuknya tehnologi dalam bidang

18

Muhammad Rusli Karim. Seluk Beluk Perubahan Sosial, Surabaya : Ysaha Nasional, Tt., hal. 39 – 43.


(36)

pertanian akan meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat yang secara otomtis akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dengan masuknya mekanisasi pertaian di Desa Sipoldas juga memiliki pengaruh yang bersifat negatif, masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani akan kehilangan pekerjaannya karena sebagian besar pekerjaan mereka sudah digantikan dengan tenaga mesin dengan maksud untuk memperoleh hasil yang lebih banyak. Walaupun demikian masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani di Desa Sipoldas menanggapi dengan baik atas masuknya mekanisasi pertanian ke desa mereka. Mereka menyadari bahwa ini semua mungkin suatu saat akan terjadi dan mereka beranggapan bahwa ini semua akan melatarbelakangi hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.19 Dengan demikian tidak sedikit dari buruh tani ini yang beralih pekerjaan menjadi petani penggarap, pedagang,tenaga ahli untuk menggerakkan tehnologi pertanian tersebut misalnya traktor tangan.


(37)

BAB IV

PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI DESA SIPOLDAS

4.1. Kondisi Petani Sebelum Adanya Irigasi Dan Mekanisasi Pertanian

Kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat biasanya ditentukan oleh hasil pendapatan yang diperolehnya melalui pekerjaaan yang dilakukannya. Semakin banyak hasil yang diperolehnya semakin besar pula peluang baginya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Masalah pendapatan hasil kerja yang diperoleh di dalam kehidupan masyarakat, merupakan suatu hal yang sangat sering diperbincangkan dan malah merupakan suatu hal yang sulit dipecahkan, oleh karena itu menyangkut berbagai macam hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sering kita jumpai di dalam masyarakat bahwa hasil kerja yang diperoleh belum mencukupi biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan hidupnya. Walaupun masih mampu untuk melanjutkan hidupnya namun sebenarnya kehidupan mereka jauh di bawah standart atau ukuran yang ditentukan mengenai biaya hidup tersebut. Oleh karena itu taraf hidup suatu keluarga bukan hanya tergantung kepada pendapatan akan tetapi juga erat hubungannya dengan biaya pengeluaran maka sudah jelas kehidupan suatu keluarga akan baik dapat dikatakan taraf hidupnya semakin mencapai kesempurnaan, selanjutnya apabila keadaan yang terjadi sebaliknya maka taraf hidup keluarga berada dalam tahap yang memprihatinkan.

Sehubungan dengan apa yang telah diuraikan diatas maka bagi masyarakat Desa Sipoldas ini kehidupan sosial ekonominya berada dalam tahap perkembangan yang pada


(38)

akhirnya akan mencapai kehidupan yang sejahtera. Hal ini disebabkan oleh karena kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sipoldas semakin banyak sehingga pendapatan hasil kerja mereka semakin baik.

4.1.1. Petani Tradisional

Mata pencaharian utama masyarakat Desa Sipoldas adalah hidup dari usaha pengolahan lahan pertanian. Pekerjaan ini merupakan suatu pokok dalam kehidupannya. Bentuk pertanian yang digeluti masyarakat Desa Sipoldas adalah pertanian padi sawah. Tanah merupakan unsur terpenting dalam kehidupan masyarakat dan mempunyai nilai tersendiri dalam kaitannya sebagai penentu status seseorang di dalam masyarakat. Setiap kepala rumah tangga berkeinginan untuk dapat memiliki sebidang tanah atau lebih, baik sebagai tanah persawahan maupun sebidang tanah perumahan yang mereka miliki apakah itu berasal dari tanah warisan atau membeli sendiri selalu saja ada keinginan untuk memperluasnya20

Sebelum tahun 1990 usaha pertanian petani Desa Sipoldas masih bersifat tradisional. Petani menanam tanaman hanya dilakukan pada saat-saat tertentu. Khususnya untuk jenis tanaman padi diproduksi hanya untuk kehidupan keluarga dan tidak untuk kebutuhan pasar. Secara kasarnya dapat dikatakan bahwa masalah yang dihadapi keluarga petani adalah bagaimana dapat menghasilkan beras yang cukup untuk makan keluarga, untuk membeli beberapa barang kebutuhan seperti garam dan kain, dan untuk memenuhi tagihan-tagihan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dari pihak-pihak luar.21

20

Makmur Abdullah, Sistem Ekonomi Tradisional Daerah Sumatera Selatan, Jakarta : P dan K, 1986, hal. 21.

21


(39)

Sebelum berdirinya irigasi sistem pengairan di Desa Sipoldas pada waktu itupun masih sederhana yaitu dengan membuat saluran air sejenis paret masyarakat Desa Sipoldas juga mengandalkan musim penghujan, yaitu bulan Agustus sampai Desember. Sistem kerja yang diterapkan para petani Desa Sipoldas bersifat gotong royong. Ini didukung oleh keberadaan desa ini sebagai suatu wadah kesatuan hidup yang berdasarkan atas hubungan kekerabatan atau darah.

Sebelum petani Desa Sipoldas mengenal traktor sebagai alat untuk mengolah tanah pertanian, pekerjaan biasanya dilakukan oleh manusia. Mereka mengerjakan atau mengolah tanah persawahan dengan cara gotong royong. Agar dapat saling membantu dalam pekerjaan mengolah tanah tadi, ada kompromi antara pemilik sawah yang satu dengan yang lain sehingga pekerjaan mengolah tadi dapat dilakukan secara bergiliran. Sistem gotong royong seperti ini disebut dengan

Mereka belum mengenal sistem pembagian tenaga kerja secara teperinci, dan masyarakat ini dilukiskan sebagai masyarakat yang memiliki banyak kesamaan, maka oleh karena itu pula memiliki kebersamaan dalam keseluruhan kepercayaan dan sentimen yang sama. Perasaan yang demikian timbul apabila mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Marsiadapari

Pertanian masyarakat Desa Sipoldas pada saat ini diolah dengan cara yang masih sederhana. Pengolahan tanah hanya mengandalkan kesuburan tanah. Mereka belum mengenal penggunaan pupuk maupun obat-obatan, dan masa panennya sekali dalam setahun. Pertanian dikerjakan dengan cara yang sederhana, karena masih menggunakan peralatan seperti cangkul, babat, parang, dan membajak dengan kerbau yang relative lama dan membutuhkan banyak tenaga manusia. Tujuan usaha semata-mata untuk kebutuhan sendiri sedangkan


(40)

tujuan yang bersifat ekonomis belum terpikirkan masyarakat Desa Sipoldas, artinya bagi mereka usaha pertanian hanya untuk kebutuhan hidup dan ideal bagi keluarganya.

4.1.2. Kehidupan Ekonomi

Pada umumnya petani Desa Sipoldas adalah petani pemilik, dengan luas sawah garapannya kebanyakan tidak lebih dari setengah hektar, bahkan tidak sedikit yang menggarap beberapa petak (1 petak kurang lebih 20 x 20 meter). Pada hal kita ketahui bahwa besar kecilnya hasil yang diperoleh sangat erat kaitannya dengan luas sempitnya sawah yang dikerjakan, dan masih untung apabila sawah tadi milik sendiri, sehingga tidak harus menyerahkan sebahagian hasilnya kepada orang lain. Dengan hasil yang kurang dari pertanian itu, mereka harus memenuhi kebutuhan baik yang bersifat rutin maupun insidental.

Keadaan ekonomi seperti ini mendorong mereka mencari dan memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Mereka tidak segan-segan menggeluti pekerjaan yang dapat dikategorikan sebagai pekerjaan yang dianggap rendah. Seperti buruh tani. Sebagai buruh tani mereka menyediakan tenaga untuk mencangkul, menanam padi, memotong padi, dan memisahkan padi dari batangnya, serta mengangkut gabah dari sawah kerumah pemiliknya.

Seperti pada desa lainnya, petani Desa Sipoldas selain sebagai petani pemilik ada juga sebagai petani penggarap, penggarap artinya orang yang menggarap sawah milik orang lain dengan sistem sewa tanah sekali penanaman atau lebih.22

22

Sunarti dkk., Masyarakat Petani Mata Pencaharian Sambilan dan Kesempatan Kerja di Kelurahan Cakung Timur DKI Jakarta : P&K, 1990, hal. 74.

Hal ini mengingat bahwa penggarap harus menyerahkan sewa tanah kepada pemilik tanah berupa hasil panen maupun uang. Selain menyediakan sarana produksi seperti pupuk dan tenaga yang cukup,


(41)

keseluruhannya membutuhkan biaya. Pemilik sawah dalam hal ini tidak mau tahu karena peraturan sistim bagi hasil di Desa Sipoldas memang demikian, yaitu biaya produksi dan pemeliharaan di tanggung sepenuhnya oleh si penggarap. Pemilik sawah hannya berpedoman bahwa kelak apabila panen, dia menerima sewa tanah dari hasil sawahnya. Cara seperti itu tentu akan mengurangi hasil bersih yang diterima oleh si penggarap. Sehingga hasil yang diperoleh dari mata pencarian pokok, baik petani pemilik maupun petani penggarap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil yang diperoleh dari mata pencaharian pokok mereka setelah diuangkan tergantung harga yang berlaku pada saat panen terakhir, yakni harga gabah atau padi basah pada saat panen. Misalnya harga padi basah pada waktu panen Rp 10.000,-/kaleng, rata-rata petani Desa Sipoldas memiliki tanah 20x20 meter, biasanya hasil dari luas persawahan itu sebesar 50 kaleng. Jadi kalau dihitung secara ekonomi, maka pendapatan petani setiap sekali panennya adalah Rp500.000,-. Bila dilihat dari penghasilan setiap sekali penen memeng tidak mencukupi untuk biaya hidup keluarga petani.

4.2. Pengaruh Irigasi Terhadap Petani Di Desa Sipoldas

Kemajuan teknologi akan membawa manfaat banyak bagi masyarakat. Sungguhpun demikian disadari pula bahwa pembaharuan tidaklah sesuatu yang begitu saja diterima dan disalurkan kedalam kenyataan hidup tanpa harus diseleksi terlebih dahulu. Sesuatu yang baru memang akan memikat masyarakat, akan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau masyarakat masih akan merindukan yang lama, punya kenangan-kenangan terhadap yang silam. Maka setiap proses dalam perubahan sosial pada saatnya akan dihambat oleh keharuan serta kerinduan terhadap yang lama. Nilai semangat daripada yang baru sering kali cenderung


(42)

disambut oleh keinginan untuk kembali kepada yang lama.23

Desa Sipoldas adalah daerah yang mayoritas penduduknya sebagai petani, peranan pertanian dalam pembangunan perekonomian desa tersebut sangat vital dan besar. Oleh karena itu untuk memajukan perekonomian desa, maka salah satu jalan adalah dengan Begitu pula halnya dengan adanya proyek irigasi sebagai wujud dari pembangunan dan teknologi dikalangan masyarakat Desa Sipoldas yang tentunya akan membawa pengaruh positif, yang juga merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat setempat. Kebanggan itu karena dapat mempengaruhi sikap hidup masyarakat, baik itu peningkatan pendapatan ataupun peningkatan pola pikir masyarakat desa kearah yang lebih maju. Pengaruh lain yang dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakat tentunya ada juga yang bersifat negatif. Masyarakat berarti tidak bangga dengan adanya sarana irigasi di desa mereka, walaupun pengaruh negatif ini tidak seluruhnya berlangsung pada semua aspek kehidupan masyarakat.

Kondisi dilapangan yang muncul sekarang di Desa Sipoldas banyak dijumpai masyarakat menjual tanahnya yang lokasinya jauh dari sarana irigasi. Mereka berusaha untuk mencari lahan yang memang dekat dengan lokasi irigasi. Kemudian ada gejala lain yang menunjukkan bahwa masyarakat pada tahun-tahun terakhir ini telah melakukan perubahan pola tanam yaitu dari tanaman palawija menjadi tanaman pertanian padi sawah. Tanaman yang sebelumnya yang mereka tanami seperti jagung, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan lain-lain sudah jarng mereka laksanakan.

4.2.1. Sistem Pertanian

23


(43)

meningkatkan hasil produksi pertanian. Tanpa adanya peningkatan hasil produksi pertanian, maka pembangunan perekonomian desa tidak akan pernah terwujud.

Desa sipoldas adalah daerah agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Seperti disebut diatas maka pendapatan petani ini harus ditingkatkan jika ingin pembangunan perekonomian desa terwujud. Usaha meningkatkan pendapatan petani harus dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah desa dan petani itu sendiri. Dalam usaha meningkatkan hasil pertaniannya, para petani sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun kesulitan-kesulitan sering dialami oleh para petani tersebut. Kesulitan tersebut muncul akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pertanian. Kurangnya pengetahuan masyarakat ini membuat mereka susah menghadapi kesulitan-kesulitan yang muncul seperti serangan hama wereng. Akibatnya adalah produksi pertanian mengalami penurunan.

Di Desa Sipoldas para petani mengolah lahan pertaniannya adalah dengan cara tradisional, yaitu dengan mempergunakan alat-alat pertanian yang amat sederhana. Pada awalnya mereka belum mengenal apa itu yang disebut pupuk dan juga peralatan yang serba mekanis.

Pada awal mereka berada di Desa Sipoldas, penduduk bertani secara perladangan berhubung karena belum adanya sarana irigasi. Hasil yang didapat mereka tidak memadai, hal itu terlihat dengan rumah-rumah kecil yang mereka sebut dengan sopo. Dengan dasar kekurangan pendapatan ini, maka penduduk Desa Sipoldas merencanakan membuat sarana irigasi agar mereka dapat mengganti areal perladangan dengan areal persawahan. Dengan dipimpin seorang kepala desa disepakati membuat sarana irigasi yang sangat sederhana dengan membuat paret. Dengan dibangunnya irigasi ini diharapkan pendapatan para petani Desa Sipoldas akan meningkat. Semua pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan


(44)

sarana irigasi sederhana ini dibiayai sepenuhnya oleh rakyat atas dasar gotong-royong dan tanggung jawab bersama. Namun sarana irigasi sederhana ini memiliki banyak kekurangan misalnya sarana irigasi sederhana ini hannya dapat memenuhi sebagian kecil kebutuhan air bagi masyarakat petani. Dengan demikian pada awal tahun 1990 oleh pemerintah dibangunlah sarana irigasi teknis sebagai pengganti sarana irigasi sederhana yang dibuat oleh masyarakat. Dengan dibangunnya sarana irigasi ini maka penduduk mengalihkan pertanian dari pertanian ladang ke pertanian sawah. Pertanian sawah ini masih tetap menggunakan cara tradisional, dimana pemupukan belum berjalan dengan semestinya. Begitu juga dengan pemberantasan hama tanaman belum ditangani secara benar dan serius.

Marsiadapari adalah sistem sosial yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang menggambarkan satu kesatuan dalam mewujudkan satu cita-cita. Marsiadapari adalah cara pekerjaan sawah dengan bergoyong-royong. Cara ini biasanya dilakukan dengan perkelompok Dimana tiap kelompok biasanya berjumlah 8 sampai 10 orang. Dalam mengerjakan lahan pertanian tiap anggota kelompok ini secara bergiliran mengerjakan sawah para anggotanya. Tiap kelompok ini terdiri dari laki-laki apabila untuk mengolah areal pertanian, sedangkan kelompok perempuan adalah untuk menanam padi (marsuan).

Dalam pelaksanaan marsiadapari ini, apabila ada yang berhalangan, maka ia harus membayar kepada pemilik tanah diamana marsiadapari dilaksanakan sebanyak upah seorang dalam satu hari. Setiap anggota yang termasuk dalam kelompok tidak diwajibkan harus mempunyai tanah milik sendiri, tetapi bisa juga bagi yang tidak memiliki tanah. Apabila sampai waktunya para anggota kelompok bekerja ditanahnya, maka para anggota kelompok akan disuruh bekerja ditanah orang lain, dan upahnya diserahkan padanya. Tetapi dapat juga para anggota langsung membayar kepada orang yang tidak memiliki tanah tadi.


(45)

Berbicara mengenai buruh pertanian, ada juga yang datang khusus dari desa tetangga untuk mengambil upah dalam waktu menanam padi atau saat panen tiba. Dalam masa panen setiap 100 kaleng para buruh tani mendapatkan 13 kaleng sebagai upah. Dalam kegiatan sehari-hari dilahan pertanian belum ada tampak gejala bahwa para petani akan menuju modernisai pertanian. Oleh karena mereka masih tetap seperti biasa tanpa ada uasaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan belajar dari kemajuan teknologi khususnya teknologi pertanian. Cara kerjanya masih sangat sederhana dari mulai menyemai bibit, menanam bibit hingga panen tiba semuanya dilakukan oleh tangan petani itu sendiri dengan dibantu oleh tenaga hewan (kerbau). Sistem kerja yang sangat sederhana ini membuat lahan-lahan pertanian sawah di Desa Sipoldas tidak produktif.

Pada akhir tahun 1990 petani mulai memakai pupuk kimia dan memakai jenis bibit unggul yaitu IR 32. Jenis bibit unggul ini adalah pendek-pendek dan umurnya relatif pendek yaitu ± 100 hari. Cara-cara pemakaian pupuk kimia ini, para penduduk belajar dari petugas-petugas pemerintah yang disebut PPL (Petugas Pertanian Lapangan).

Para petugas PPL ini datang ke desa-desa untuk memberikan penerangan-penerangan tentang pertanian dan teknologinya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Apabila anggota PPL akan mengadakan penerangan atau penyuluhan maka oleh kepala desa rakyat dikumpulkan dalam satu tempat pertemuan. Akan tetapi ada kalanya juga para petugas PPl langsung mengadakan penyuluhan ke areal persawahan. Waktu-waktu yang diperlukan oleh para petugas adalah dikala para petani sedang istirahat, sehingga tidak akan mengganggu waktu petani dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari.

Penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas pertanian lapangan membawa pengaruh yang cukup baik bagi petani Desa Sipoldas. Para petani mulai mengikuti cara


(46)

bertani yang baik yang didapatkan dari penyuluhan pertanian yaitu dengan pemakaian pupuk kimia yang baik dan penggunaan bibit unggul.

Sekitar akhir tahun 1990 di Desa Sipoldas telah terjadi mekanisasi dalam bidang pertanian. Mekanisasi tersebut berupa alat-alat teknologi pertanian yang serba mesin seperti traktor. Masuknya traktor membuat pekerjaan para petani semakin ringan. Karena selama ini pekerjaan petani hanya dilakukan dengan bantuan tenaga hewan yaitu kerbau dan telah digantikan dengan traktor. Hasil kerja traktor ini juga berlipat ganda apabila dibandingkan dengan hasil kerja hewan. Dengan demikian lahan pertanian sawah yang diusahakan dalam satu musim tanam semakin meningkat.

Meningkatnya lahan pertanian yang dapat diusahakan dalam satu musim tanam ditambah dengan pemakaian pupuk kimia dan bibit unggul serta penerangan dan penyuluhan dari petugas pertanian, maka hasil yang didapatkan oleh para petani semakin meningkat. Hal itu ditambah lagi baiknya sarana irigasi dan pemeliharaan yang baik dari para petani itu sendiri. Baiknya pemeliharaan sarana irigasi tersebut adalah karena kesadaran para petani tersebut cukup tinggi dan kerja sama yang baik diantara petani.

4.2.2. Perkembangan Kehidupan Ekonomi Masyarakat

Pembangunan irigasi di Desa Sipoldas adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Peningkatan pendapatan masyarakat adalah dengan jalan membangaun perekonomian masyarakat tersebut, antara lain dengan jalan meningkatkan produksi pertanian. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang diarahkan untuk


(47)

menambah produksi perkapita, memperbesar pendapatan perkapita dan mempertinggi produktivitas dengan jalan menambah peralatan, modal dan skill.24

Masyarakat Desa Sipoldas sebelum adanya atau sebelum menerima program pembangunan yang dapat meningkatkan taraf hidup sosial ekonominya, adalah merupakan petani kecil yang tingkat pengetahuannya sangat minim sekali. Kemampuan modal yang Mempertinggi produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan perkapita berarti keberhasian pembangunan ekonomi mayarakat petani. Kenaikan pendapaan perkapita berarti tingkat pendapatan nasional juga naik. Namun kenaikan pendapatan nasional bukan berarti bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi. Karena dapat saja kenaikan pendapatan nasional hanya ada pada sebagian kecil masyarakat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan dan pengangguran masih merajalela. Bila kemiskinan dan pengangguran masih merajalela maka pembangunan ekonomi tersebut belum dapat dikatakan berhasil.

Dari urain tersebut berarti ada 3 hal lain yang mendukung keberhasilan pembangunan ekonomi selain kenaikan pendapatan nasional. Ketiga hal tersebut adalah mengurangi kemiskinan, pemeretaan dan kesempatan kerja. Tidak adanya kemiskinan, pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja yang luas berarti keberhasilan pembangunan ekonomi.

Dari uraian di atas, maka untuk keberhasilan pembangunan ekonomi di Desa Sipoldas harus merubah cara hidup, cara berpikir dan cara menghadapi persoalan. Hal ini berarti suatu proses untuk merubah kesadaran penduduk dan keadaannya dalam usaha untuk meningkatkan tingkat kehidupan. Setiap masyarakat selalu menghendaki peningkatan terutama dalam peningkatan perekonomian keluarga untuk menjamin kelangsungan kehidupan pada masa kini dan masa yang akan datang.

24


(48)

dapat ditanamkan pada areal persawahannya juga sangat terbatas. Kemampuan yang serba terbatas ini membuat produktivitas lahan pertanian juga menjadi terbatas. Sehingga peningkatan perekonomian keluarga tidak pernah terwujud.

Cita-cita pembangunan adalah untuk menciptakan suata pertanian modern sehingga produktivitas lahan pertanian tinggi, sehingga prodiksi pertanian juga tinggi. Untuk itu maka dunia pertanian harus di bantu dan dibina secara bertahap dan teratur agar cita-cita modernisasi dapat dicapai. Hal itu semua untuk meningkatkan pendapatan para petani di pedesaan.

Sarana untuk meningkatkan produktivitas lahan di Desa Sipoldas sudah direalisasikan dengan dibangunnya sarana irigasi oleh pemerintah. Namun pembangunan sarana irigasi ini tidak dapat meningkatkan pendapatan masyarakat karena pengetahuan masyarakat masih minim selain itu peralatan yang digunakan juga masih sangat sederhana yaitu dengan mengunakan tenaga hewan seperti kerbau untuk membajak sawah.

Pada tahun 1991 masyarakat petani di Desa Sipoldas mulai butul-betul memanfaatkan sarana irigasi diiringi dengan pemakain pupuk kimia dan bibit unggul. Selain itu juga usaha untuk meningkatkan produktivitasnya dilakukan dengan cara intensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian ini berjalan dengan baik berkat bantuan petugas penyuluhan lapangan yang memperkenalkan pupuk kimia, mekanisasi pertanian,pemakaian bibit unggul serta pemanfaatannya sehingga perekonomian masyarakat petani Desa Sipoldas meningkat dengan baik.

Desa Sipoldas adalah merupakan satu daerah pertanian dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian dari bertani. Hal itu berarti bahwa peningkatan ekonomi pertanian berarti meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan meningkatnya


(49)

perekonomian masyarakat berarti taraf hidup masyarakat juga naik. Pendapatan masyarakat petani dari tahun ke tahun meningkat setelah masyarakat tersebut memanfaatkan sarana irigasi dengan baik. Peningkatan pendapatan tersebut ditunjang dengan naiknya produksi pertanian. Distribusi pendapatan petani tersebut adalah merupakan gambaran laju perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Sipoldas.

Peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat petani di Desa Sipoldas dapat di lihat dari tingkat produktivitas lahan pertanian masyarakat. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani di Desa Sipoldas dapat kita lihat dari perincian pendapatan petani yaitu sebelum tahun 1990 hingga masuknya sarana irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas tepatnya tahun 1997.

Perincian pendapatan petani yang mempunyai lahan sebesar 0,5 Ha sebelum tahun 1990 adalah sebagai berikut :

1. Biaya produksi

- Bibit 30 kg x Rp.500 = Rp.15.000

- Biaya pengolahan lahan = Rp.12.000

- Biaya perawatan sampai panen = 2Rp.130.000

Total pengeluaran 1 x panen = Rp.157.000

2. Pendapatan petani

- Luas sawah 0,5 Ha

- Hasil per hektar = 5 ton (rata-rata)

- Hasil produksi = 0,5 x 5000 kg = 2500 kg - Harga padi = Rp. 250 / kg


(50)

- Pendapatan kotor = 2500 kg x Rp.250 = Rp. 625.000 - Pendapatan bersih = Rp. 625.000 - Rp. 157.000 = Rp. 468.000 - Pendapatan bersih per 2 tahun ( 2 x panen )

= 2 x Rp. 468.000 = Rp. 936.000

Perincian pendapatan petani yang mempunyai lahan sebesar 0,5 Ha sesudah masuknya sarana irigasi dan mekanisasi pertanian tepatnya pada tahun 1990 adalah sebagai berikut :

1. Biaya produksi

- Bibit = 30 kg x Rp. 2.000 = Rp. 60.000

- Biaya pengolahan lahan = Rp. 140.000

- Urea 2 Sak x Rp. 8.000 = Rp. 16.000

- KCL 1 Sak x Rp. 8.000 = Rp. 8.000

- TSP 1 Sak x Rp. 9.000 = Rp. 9.000

- ZA 1 Sak x Rp. 8.000 = Rp. 8.000

- Ponska 1 Sak x Rp. 10.000 = Rp. 10.000

- Obat hama = Rp. 20.000

- Biaya perawatan sampai panen = Rp. 350.000

Total pengeluaran 1 x panen = Rp. 621.000

2. Pendapatan petani - Luas sawah 0,5 Ha

- Hasil per hektar = 7 ton (rata-rata)

- Hasil produksi = 0,5 x 7000 kg = 3500 kg


(51)

- Pendapatan kotor = 3500 kg x Rp. 1.200 = Rp. 4.200.000 - Pendapatan bersih = Rp. 4.200.000 - Rp. 621.000 = Rp. 3.579.000 - Pendapatan bersih per 2 tahun ( 4 x panen )

= 4 x Rp. 3.579.000 = Rp.14.316.000

Dari perincian di atas dapat kita ambil satu kesimpulan bahwa dengan masuknya sarana irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas dapat meningkatkan pendapatan petani dan mensejahterakan masyarakat

4.2.3. Sarana Jalan

Pemerintah dalam melakukan usaha pembangunan irigasi telah memikirkan lingkungan di sekitarnya, termasuk sarana jalan yang akan menghubungkan desa-desa di sekitar proyek irigasi. Ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan jika telah terealisasikannya proyek irigasi tentunya diperlukan angkutan untuk mengangkut hasil-hasil produksi warga desa di sekitar kecamatan Panei. Dengan demikian pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum melakukan tindakan dengan memperbaiki jalan-jalan yang menghubungkan antara dusun-dusun di Desa Sipoldas yang sebelumnya rusak akibat sering terjadi banjir ketika musim hujan tiba. Irigasi yang dipergunakan warga Desa Sipoldas sangat sederhana sekali yaitu berupa paret-paret yang berkedalaman setengah hingga satu meter, sehingga jika hujan sedikit saja turun maka paret-paret tersebut tidak mampu menampung air hujan, dengan demikian menggenangi badan jalan didekatnya. Dengan dibangunnya sarana irigasi usaha untuk mencegah banjir juga telah mampu dilaksanakan, sehingga badan jalan yang dibangun tidak mudah rusak. Dari kondisi ini, pengaruh yang ditimbulkan oleh sarana irigasi ini telah mencakup berbagai aspek kehidupan warga desa, sehingga dapat dilihat jelas


(52)

betapa pentingnya arti sebuah irigasi bagi masyarakat petani di Desa Sipoldas kecamatan Panei. Dengan tindakan ini pemerintah tidak akan melakukan kerja dua kali dalam menangani pembangunan diberbagai bidang bagi kebutuhan masyarakat khususnya petani di desa-desa.

4.3. Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani di Desa Sipoldas

Kemajuan teknologi akan membawa manfaat banyak bagi masyarakat. Sungguhpun demikian disadari pula bahwa pembaharuan tidaklah sesuatu yang begitu saja diterima dan disalurkan kedalam kenyataan hidup tanpa harus diseleksi terlebih dahulu. Sesuatu yang baru memang akan memikat masyarakat, akan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau masyarakat masih akan merindukan yang lama, punya kenangan-kenangan terhadap yang silam. Maka setiap proses dalam perubahan sosial pada saatnya akan dihambat oleh keharuan serta kerinduan terhadap yang lama. Nilai semangat daripada yang baru sering kali cenderung disambut oleh keinginan untuk kembali kepada yang lama.

Semua masyarakat akan menerima dengan senang hati terhadap semua usaha yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan ekologi mereka selama usaha itu tidak mendatangkan kesulitan. Perbaikan prasarana pertanian yang memungkinkan hasil produksi dapat ditingkatkan, akan diterima oleh petani dimanapun ia berada. Sudah barang tentu bahwa segala perbaikan dan pembaharuan itu memerlukan penyelarasan di dalam proses pelaksanaannya dan yang justru di dalam proses tersebut akan menimbulkan berbagai persoalan dan masalah yang berkaitan dengan untung rugi suatu perbaikan itu.

Berbicara tentang teknologi yang diterapkan Desa Sipoldas, kita tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan dan cara-cara lama yang sudah menjadi pegangan mereka


(53)

ketika mengerjakan sawahnya. Kebiasaan cara-cara lama yang sudah menjadi pegangan mereka ketika mengerjakan sawahnya. Kebiasaan cara-cara lama tersebut dalam hal mencangkul, membersihkan rumput atau menuai padi.

Secara umum tingkat pendapatan petani Desa Sioldas memang hanya cukup sekedar membiayai kebutuhan sehari-hari saja. Petani tersebut belum mampu untuk hidup sebagaimana layaknya orang-orang diperkotaan. Dengan kehidupan yang sekarang yang dijalani saja sudah merasa bersyukur, sekalipun hati mereka sebenarnya ada keinginan untuk hidup layak sebagaimana kehidupan orang di kota.

Kehidupan yang demikian sangat erat hubungannya dengan teknologi yang diterapkan dalam pengolahan sawah. Mereka mempunyai keinginan untuk menggunakan teknologi pertanian yang modern sehingga dapat meningkatkan produktifitas hasil sawahnya. Kebiasaan dan cara-cara lama yang disebut diatas menyebabkan pula ada hambatan di dalam penyerapan teknologi pertanian. Penggunaan teknologi pertanian baru saja dilaksanakan oleh sebagian petani Desa Sipoldas. Penggunaan traktor dalam mengolah tanah, maupun pengalaman bibit unggul serta penggunaan pupuk bukan hal yang langka bagi petani Desa Sipoldas. Perubahan ini berjalan sekitar tahun 1990. Sebelum itu penduduk dalam mengerjakan sawahnya masih menggunakan cara-cara yang lama yang masih tradisional.

Untuk melihat atau mengetahui teknologi yang diterapkan perlu kita lihat pula tahap-tahap dalam bercocok tanam. Demikian pula dalam menjelaskan teknologi itu harus ada batas yang jelas. Dalam menjelaskan teknologi pembangunan pertanian kadang-kadang kita gunakan dua istilah yang berbeda, akan tetapi dapat dianggap sama dan bahkan sering dipertukarkan karena keduanya mempunyai arti yang sama yaitu adanya perubahan teknik dan inovasi.


(54)

Pengertian perubahan teknik disini jelas menyangkut perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun distribusi yang mengarah kepada perbaikan dan peningkatan produktifitas. Inovasi berarti suatu penemuan baru yang berbeda dengan yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.

4.3.1. Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Pemilik Lahan, Petani Penggarap, dan Buruh Tani

Masyarakat Desa Sipoldas adalah masyarakat yang mengutamakan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Petani di Desa Sipoldas terdiri dari petani pemilik lahan,petani penggarap dan buruh tani. Petani pemilik lahan adalah petani yang mengolah lahan pertaniannya di lahan miliknya sendiri petani yang seperti inilah yang disebut sebagai tuan-tuan tanah. Petani penggarap adalah petani yang melakukan penggarapan di tanah milik orang lain dengan sistem sewa tanah. Mereka ini ada yang menyewa dengan membayar uang dan juga yang membayar dengan hasil panen. Selain itu ada juga yang hanya mengerjakan lahan pertanian, tetapi hasilnya bukan untuk mereka melainkan untuk pemilik tanah. Mereka ini yang lazim disebut sebagai buruh tani. Buruh Tani mendapatkan upah dari pemilik tanah sebagai hasil jerih payah mereka mengerjakan lahan pertanian sawah, maupun lahan pertanian ladang. Upah yang didapat mereka adalah berupa uang, tergantung dari luasnya lahan pertanian yang dikerjakan. Untuk itu tanah memegang peranan penting sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi bagi petani.

Pada tahun 1990 pemerintah melakukan penyuluhan pertanian didukung dengan pembangunan sarana irigasi dan masuknya teknologi pertanian modern ke Desa Sipoldas


(55)

seperti masuknya jenis-jenis pupuk dan traktor yang membantu petani penggarap dan pemilik tanah untuk meningkatkan produktivitas pertaniannya. Akan tetapi, dengan masuknya teknologi pertanian modern ini para buruh tani banyak yang kehilangan pekerjaanya karena tenaga yang dibutuhkan untuk mengolah tanah lahan pertanian ini banyak yang beralih pekerjaan menjadi tenaga mesin sehingga para buruh tani banyak yang beralih pekerjaan menjadi petani pengarap dan pedagang.25

Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis tanpa adanya penanganan yang serius akan menimbulkan masalah baru yaitu berkurangnya lapangan pekerjaan karena peranan pekerja tergantikan oleh peralatan dan cara yang berbasis teknologi sehingga dalam pengelolaan lahan dapat mengurangi jumlah pekerja. Hal ini tentunya menguntungkan bagi pelaku tani dalam skala besar, tetapi tidak untuk petani kecil yang tidak dapat menjangkau dalam pembiayaan peralatan pertanian yang berbasis teknologi tersebut. Dengan demikian penerapan suatu teknologi dalam upaya efisiensi dan intensifikasi pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang dihasilkan baik juga harus dikaji ulang mengenai dampak sosial yang ditimbulkan. Jangan sampai penggunaan suatu teknologi akan mematikan mata pencaharian petani kecil yang mengakibatkan kesenjangan sosial sehingga rentan terhadap konflik sosial. Oleh karena itu, dalam penerapan modernisasi pertanian harus dikaji juga mau kemana para buruh tani yang peranannya tergantikan oleh suatu teknologi tepat guna, maka dalam penerapan modernisasi pertanian perlu adanya perluasan cakupan produksi yang tadinya hanya menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya penerapan Selain dari pemerintah usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitasnya datang dari petani itu sendiri yaitu dengan membentuk organisasi organisasi.

25


(56)

modernisasi pertanian proses produksi ditingkatkan menjadi produk yang siap dipasarkan , sehingga dalam proses tersebut terdapat perluasan lapangan pekerjaan yang nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang kehilangan pekerjaan akibat adanya penerapan teknologi. Dengan kata lain para pengambil kebijakan harus juga memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh suatu teknologi dengan memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan produksi pertanian. Sehingga terciptanya hubungan yang sinergis antara pemerintah selaku pengambil kebijiakan, petani dan para buruh tani dalam upaya menghasilkan produk dan jasa.

4.3.2. Bidang Sosial

Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi bila dibandingkan dengan mahluk lain ciptaan-Nya. Dalam kehidupannya sehari-hari manusia tersebut harus bermasyarakat. Dalam melakukan aktifitas masyarakat tersebut, manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dalam lingkungan masyarakat tersebut selalu ada yang harus dihargai atau dihormati. Selama dalam masyarakat ada selalu yang harus dihargai atau dihormati, maka selama itu pula selalu ada bibit yang menumbuhkan pelapisan dalam masyarakat itu sendiri.

Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka hal itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai


(57)

ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalahan dalam agama atau mungkin juga keturunan dari keluarga terhormat.26

Tingkatan di bawah orang kaya adalah golongan menengah. Mereka ini adalah orang-orang yang mempunyai kehidupan perekonomiannya yang cukup lumayan. Dan biasanya

Secara umum masuknya mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas jika di lihat dari sudut pandang ekonomi memang sangat menguntungkan. Akan tetapi perubahan juga terjadi pada sistem sosial masyarakat yang cenderung pada peleburan kesetiakawanan sosial.

Apabila kita selusuri ekonomi masyarakat Indonesia sekarang ini, maka akan kita lihat dengan jelas bahwa stratifikasi sosial itu ada. Hal itu dapat kita lihat ada masyarakat kaya, menengah, dan masyarakat miskin. Keberadaan keadaan ini sudah ada sejak zaman dahulukala. Stratifikasi sosial membedakan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas atau tingkatan. Dengan adanya kelas-kelas ini berarti adanya kelas yang tertingi dan kelas yang terrendah. Dan yang menjadi inti dari lapisan sosial ini adalah tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban serta tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara masyarakat.

Desa Sipoldas adalah tempat masyarakat untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari masyarakat yang berdiam dan beraktivitas di desa ini juga mempunyai sesuatu yang dihargai dan dihormati sehingga dalam masyarakat ini juga ada yang disebut lapisan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari lapisan tertinggi di Desa Sipoldas adalah kelompok yang kehidupan perekonomiannya cukup baik. Mereka ini lazim disebut sebagai orang kaya. Dan biasanya mereka memperoleh kekayaannya dari hasil-hasil tanah mereka yang cukup luas. Penduduk yang termasuk dalam golongan ini sangat dihormati oleh masyarakat kebanyakan.

26


(58)

tanah areal pertaniannya tidak seluas dengan tingkat orang kaya tadi. Para pegawai negeri masuk ke dalam kelompok ini, dalam kelompok ini biasanya orang yang memiliki pendidikan.

Tingkatan lainnya adalah tingkatan yang kehidupan keluarganya pas-pasan, para golongan ini biasanya tidak memiliki tanah untuk areal pertanian. Untuk membutuhi kehidupan mereka sehari-hari mereka bekerja sebagai buruh tani di lahan pertanian yang membutuhkan tenaga kerja. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai tukang bangunan dan lain sebagainya. Jadi mereka ini hidup dengan mengandalkan tenaganya semata tanpa banyak mempergunakan akal dan pikiran. Sesuai dengan pekerjaannya, maka tingkat pendidikan mereka juga termasuk cukup rendah.

Bila ditelusuri lebih mendalam, lapisan sosial yang ada di Desa Sipoldas dapat diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari, dalam cara berpakaian dan berbicara sudah dapat di golongkan tingkat sosialnya. Tetapi ada sebagian masyarakat itu tidak nampak bahwa tingkat sosialnya tinggi karena dari cara berpakaian dan cara berbicaranya cukup sederhana. Golongan ini biasanya adalah orang-orang tua yang mempunyai lahan pertanian yang luas yang merupakan harta warisan orang tuanya terdahulu.

Dalam kehidupan adat-istiadat tingkatan pengetahuan adat atau pimpinan adat sangat tinggi. Mereka ini biasanya sebagai tempat bertanya bagi masyarakat tentang adat-istiadat, karena mereka ini dianggap mengetahui tentang seluk-beluk adat-istiadat, sesuai dengan tingkatan mereka maka suara mereka sangan menentukan dalam kehidupan adat-istiadat. Dalam kehidupan sehari-hari pengetua adat ini sangat dihormati oleh masyarakat. Selain karena pengetua adat umur mereka juga sudah lanjut. Dan masyarakat sangat menghormati orang-orang tua yang sudah lanjut usia.


(59)

Sesuai dengan kedudukannya sebagai pengetua adat, yang dianggap mengetahui seluk-beluk adat-istiadat, maka dalam setiap acara adat mereka ini bertugas sebagai penasehat. Karena tanpa penasehat masyarakat sangat takut membuat kesalahan dalam acara adat. Kesalahan dalam melaksanakan adat-istiadat sangat fatal akibatnya. Apabila hal itu terjadi, maka yang melaksanakan acara adat tersebut akan disubut tidak tahu adat. Agar hal tersebut tidak pernah terjadi, maka sebelum acara adat dilangsungkan, maka mereka biasanya minta nasehat dan petunjuk mengenai acara tersebut.

Di Desa Sipoldas mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba. Dalam masyarakat Batak kedudukan marga sangat penting, baik itu dalam kehidupan adat-istiadat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Marga dari istri adalah marga yang dihormati, mereka ini lazim disebut sebagai hula-hula. Hula-hula ini biasanya memberikan berkat kepada pihak borunya. Tanpa kehadiran pihak hula-hula dalam satu adat-istiadat rasanya pesta tersebut kurang lengkap.

Kepada pihak boru, pihak hula-hula juga harus sayang karena mereka inilah yang bekerja dalam setiap acara adat yang dilakukan oleh pihak hula-hula. Supaya pekerjaan tersebut berjalan dengan baik,maka pihak boru harus disayangi agar hatinya senang dan mereka dapat megerjakan pekerjaannya dengan baik dan tidak memalukan. Selain harus sayang kepada pihak borunya, pihak hula-hula tersebut harus membina persaudaraan dengan teman atau saudara semarga.karena mereka inilah yang menjadi temannya dalam merundingkan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan adat. Apabila hubungan kita baik dengan teman atau saudara semarga, maka mereka akan setia setiap saat untuk membantu setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Pihak keluarga yang semarga dengan hula-hula disebut sebagai dongan.


(60)

Dari uraian di atas maka dapat kita ambil satu kesimpulan bahwa diantara ketiga pihak tersebut harus ada kerja sama yang baik dalam setiap pekerjaan adat. Kerja sama tersebut demi terwujudnya hasil yang diinginkan. Tanpa kerjasama yang baik maka hasilnya tidak akan baik. Hasil yang tidak baik tidak pernah diharapkan dalam setiap acara adat-istiadat.

4.3.3. Dalam Bidang Ekonomi

Secara umum jika dilihat dari sudut bidang ekonomi masuknya mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas memang sangat menguntungkan. Menguntungkan di sini karena semakin maraknya sistem pertanian yang di jalankan, dari sistem pertanian yang menghasilkan sekali panen menjadi sistem pertanian yang menghasilkan dua hingga tiga kali panen dalam satu tahun. Disini terlihat terjadinya perubahan yang mengarah pada peningkatan ekonomi.

Pengaruh irigasi dan mekanisasi pertanian dalam hal ekonomi juga terlihat dari peningkatan jumlah penduduk yang menempati daerah Desa Sipoldas. Sebelum tahun 1990 yaitu tepatnya tahun 1985 jumlah penduduk di Desa Sipoldas ± 2.325 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 412kk, namun pada tahun 1990 menjadi ± 2.493 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 427kk, pada tahun 1997 jumlah penduduk di Desa Sipoldas ± 2.570 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 450kk dan di tahun 2000 jumlah penduduk Desa Sipoldas ± 2.967 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 475kk. Jika dilihat dari segi harga tanah di Desa Sipoldas pada tahun 1990 adalah sebesar 3jt untuk sawah, 2,5jt untuk ladang, 5jt untuk rumah (per rente 1rente = 400 m²), sedangkan tahun 1997 adalah sebesar 4jt untuk sawah, 3jt untuk ladang dan 40 juta untuk rumah dan pada tahun 2000 adalah sebesar 5jt untuk sawah , 4jt untuk ladang dan 50jt


(61)

untuk rumah. Dari data-data di atas dapat dilihat dengan jelas pengaruh irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas.

Selain daripada itu pengaruh irigasi dan mekanisasi pertanian di Desa Sipoldas dapat terlihat dengan jelas peningkatan pendapatan petani pada tahun 2000 dimana rumah-rumah warga banyak yang dibangun menjadi rumah gedung yang dahulunya hanya rumah-rumah yang sederhana yang biasa disebut dengan sopo.

4.3.4. Bidang Pendidikan

Meningkatnya pendapatan ekonomi warga Desa sipoldas telah merambat pada sistem pendidikannya. Adanya pola pikir yang lebih maju telah mengantarkan anak-anak usia sekolah menjadi terjamin dalam melanjutkan jenjang pendidikan. Mereka menilai pendidikan mutlak diperluka n bagi anak cucu mereka. Anggapan bahwa sawah merupakan satu-satunya untuk mendapatkan kehidupan harus ditepiskan dari pikiran mereka karena masih ada usaha lain sebagai unit kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tentunya harus melalui jalur pendidikan yang lebih baik. Sawah tidak akan selamanya memenuhi kebutuhan hidup, karena lahan akan semakin sempit, tingkat persaingan hidup akan semakin ketat. Demikian sadarnya sekarang para orang tua di Desa Sipoldas akan pentingnya pendidikan bagi anak cucu mereka mengakibatkan dalam menerapkan itu para orang tua dengan dorongan moral semakin yakin bahwa dengan adanya penyuluhan pertanian diiringi dengan masuknya mekanisasi pertanian akan mampu meningkatkan pendapatan bagi para petani. Bahkan pada sebagian besar masyarakat berusaha untuk terus-menerus melakukan pergiliran tanaman untuk mendapatkan dana guna menyekolahkan anak cucu mereka.


(62)

Masyarakat Desa Sipoldas mengenal pendidikan sudah sejak lama. Ini dapat dilihat pada bagian penduduk yang telah banyak menamatkan sekolah baik itu SD, SLTP dan SLTA. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel berikut ini

Tabel III Kedaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Sarjana 12 9 21

2 Sarjana Muda _ _ _

3 SLTA 465 521 986 4 SLTP 218 221 439

5 SD 34 40 74

6 Putus Sekolah 52 46 98

Jumlah 781 837 1618 Sumber data : Kantor Kepala Desa Sipoldas, 1997

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keadaan pendidikan di Desa Sipoldas dapat dikatakan baik, hal ini dapat kita lihat dari jumlah persentase yang tamat SLTP maupun yang tamat SLTA dan sebagian masyarakat juga sudah ada yang sudah mendapat gelar sarjana.

Semakin meningkatnya pendidikan maka semakin meningkat pulalah pembangunan dan informasi yang membawa pengaruh besar terhadap sistem tingkah laku maupun pola hidup yang berlaku di Desa Sipoldas termasuk persepsi masyarakat tentang pendidikan. Dari data yang di dapat di Desa Sipoldas hanya satu Sekolah Dasar Negeri yang berlokasi tepat di muka jalan Desa Sipoldas. Sementara Sekolah Menengah Pertama ada dua yaitu berada di ibu kota kecamatan dan berada di Desa Simpang Raya lebih kurang dua kilo meter jaraknya


(63)

dari Desa Sipoldas, sedangkan Sekolah Menengah Atas hanya ada satu yaitu berada di Desa Simpang Raya. Tetapi banyak juga pemuda-pemuda yang menimba ilmu ke Ibu Kota Propinsi.

Bagi anak sendiri, adanya motivasi yang kuat dari orang tua merupakan alat yang paling ampuh untuk mendorong mereka belajar lebih giat. Kepercayaan orang tua itu hampir tidak ada yang menyia-nyiakan, karena pada dasarnya anak-anak desa memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan. Sebagai gambaran nyata berkat telah terbukannya pola pikir terhadap dunia pendidikan ini, kini anak-anak Desa Sipoldas yang telah mengecap pendidikan SLTP dan SLTA jumlahnya telah meningkat, sedangkan yang menduduki perguruan tinggi sudah berkisar 21 orang pada tahun 1997. Di antara mereka yang tinggal di ibu kota besar jarang sekali mau kembali ke desanya untuk membangun desa. Mereka lebih cenderung untuk menjadi pegawai negeri guru ataupun lainnya. Dalam menentukan pekerjaan maupun ketika lagi sekolah dan jurusan mana yang diinginkan anak, peranan orang tua tidak banyak dalam mempengaruhi. Umumnya si anak dibiarkan bebas dalam memilih mana yang dianggapnya terbaik buat masa depannya. Kecenderungan ini dapat dimaklumi, karena orang tua pada prinsipnya tidak mengerti terlalu jauh bagaimana dunia pendidikan sebenarnya. Ini disebabkan karena para orang tua sendiri tidak pernah mengecap pendidikan formal sejauh jenjang yang dicapai anaknya atau bahkan mereka ada yang tidak bersekolah sama sekali.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sejak awal hingga penyelesaian.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu Sejarah.

Suatu kebahagian tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul: Pengaruh Irigasi dan Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Di Desa Sipoldas Kecamatan Panei (1990-2000) sebab dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, banyak rintangan maupun hambatan yang dialami penulis. Akan tetapi dalam penyelesaian skripsi ini, penulis merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf pengajar Departemen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi yang memiliki pembahasannya yang sama kedepannya.

Medan, Penulis,

NIM: 08070617 (Elegus Napitupulu)


(2)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini bukan semata-mata kerja keras penulis sendiri. Namun, banyak pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk dukungan materi maupun moril. Oleh karenanya, penulis di sini berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka, yaitu:

1. Kepada orang tua penulis, J.Napitupulu dan T.Br Hutagaol yang telah memberikan cinta kasihnya kepada penulis selama kuliah. Penulis menyadari tanpa kasih sayang mereka, penulis tidak bisa menikmati dunia perkuliahan. 2. Kepada abang John feri Napitupulu dan Lely Br girsang yang memberikan

semangat serta motivasi kepada penulis

3. Kepada kakak Loli Risna Br Napitupulu dan N.Simanjuntak yang memberikan saran- saran kepada penulis dalam menyelesaikan skipsi ini.

4. Kepada adik-adik saya Menorisa Napitupulu dan Mernita Napitupulu yang telah mendoakan untuk kelancaran skripsa ini.

5. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, Dr. Syahron Lubis, M. A.

6. Bapak PD I Dr. M. Husnah Lubis, M.A dan PD II Drs. Samsul Tarigan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Ketua Departemen Sejarah, Drs. Edi sumarno, M. Hum, dan Sekretaris Departemen Sejarah, Drs. Nurhabsyah, M.Si yang telah memberikan dukungan kepada penulis.


(3)

9. Dosen Wali Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum yang juga memberikan motivasi bagi penulis

10. Dosen departemen sejarah dan pegawai yang telah memberikan amal ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.

11. Abang ampera yang juga telah memberi masukan serta motivasi selama penulis menjalankan perkuliahan di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

12. Puspita Sari Saragih yang juga telah memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

13. Sahabat saya Hotman, Kuasa, Erni, Glorika yang telah memberikan saran-saran kepada penulis.

14. Sahabat saya Defbrin, Martin, Coin, Johannes, Nico, Artono,Candra yang telah memberikan waktu dan setia menemani penulis dalam penyelesaian skripsi.

15. Kawan-kawan sejarah, khususnya stambuk ’08 yang namanya tidak bisa penulis suratkan secara satu persatu.

16. Seluruh responden dan pihak yang telah memberikan data untuk penulisan skripsi ini yang namanya tidak bisa penulis suratkan secara satu persatu. Semoga segala amal baik mereka mendapatkan balasan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Terima Kasih.

Penulis,

NIM: 080706017 (Elegus Napitupulu)


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4 Tinjauan Pustaka ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 7

BAB II KEADAAN MASYARAKAT DESA SIPOLDAS SEBELUM DIPERKENALKANNYA IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN ... 10

2.1 Letak Geografis ... 10

2.2 Sistem Mata Pencaharian ... 10

2.3 Sistem Pemilikan Tanah ... 17

2.4 Sistem Kepemimpinan ... 19

2.5 Sistem Kepercayaan ... 23

2.6 Kehidupan Budaya ... 25

BAB III LATAR BELAKANG KEBERADAAN IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN DI DESA SIPOLDAS ... 28

3.1

Sepintas Sejarah Pembangunan Irigasi di Desa Sipoldas ... 28

3.2 Kronologis Perubahan Irigasi dan Mekanisasi Pertanian Di Desa Sipoldas... 36

3.3 ... Tang gapan Para Petani Terhadap Irigasi dan Mekanisasi di Desa Sipoldas ... 39


(5)

3.3.1 Tanggapan Para Petani Terhadap Irigasi di Desa Sipoldas ... 39

3.3.2 Tanggapan Para Petani Terhadap Mekanisasi Pertanian di Desa Sipoldas ... 43

BAB IV PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP PETANI DI DESA SIPOLDAS ... 45

4.1 Kondisi Petani Sebelum Adanya Irigasi Dan Mekanisasi Pertanian ... 45

4.1.1 Petani Tradisional ... 46

4.1.2 Kehidupan Ekonomi ... 48

4.2 Pengaruh Irigasi Terhadap Petani Di Desa Sipoldas ... 49

4.2.1 Sistem Pertanian ... 50

4.2.2 Perkembangan Kehidupan Ekonomi Masyarakat... 54

4.2.3 Sarana Jalan ... 59

4.3 Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani di Desa Sipoldas ... 60

4.3.1 Pengaruh Mekanisasi Pertanian Terhadap Petani Pemilik Lahan, Petani Penggarap, dan Buruh Tani ... 62

4.3.2 Bidang Sosial ... 64

4.3.3 Dalam Bidang Ekonomi ... 68

4.3.4 Bidang Pendidikan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

1. Tabel I Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 11 2. Tabel II Sarana Rumah Ibadah ... 25 3. Tabel III Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 70