Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah D 762013002 BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.

Kesimpulan
Dari uraian terkait dengan kerangka teoretis, hasil
penelitian dan analisa yang ada, dapat ditarik sebuh refleksi
dan kesimpulan berkenaan dengan rekonstruksi ritual paska
konflik di Gunung Kemukus. Penutupan oleh pemerintah
menyebabkan menurunnya jumlah pengunjung di Gunung
Kemukus. Konflik vertikal antara pemerintah dan masyarakat
membuat kondisi kurang kondusif untuk para peziarah
melakukan ritual di Gunung Kemukus. Terlepas dari situasi
konflik, dari sudut pandang sosiologi agama, Marx menuliskan
pada hakekatnya manusia menciptakan agama untuk dapat
keluar dari tekanan dan permasalahan kehidupannya.
Statement tersebut terbukti di Gunung Kemukus.
Ritual ngalab berkah di Gunung Kemukus ramai
dilakukan oleh para peziarah yang sedang berusaha untuk
dapat melepaskan dirinya dari realitas hidupnya. Para peziarah

berusaha mengeluarkan diri dari realitasnya dengan
menciptakan ketenangan melalui sosok Pangeran Samudro dan
Dewi Ontrowulan. Sosok tersebut dipercaya dapat menjadi
juru selamat bagi permasalahan hidupnya. Ritual yang
dilakukan akhirnya menjadi sebuah pelarian dan pengasingan
akan realitas hidupnya. Ketenangan sementara akan
didapatkan ketika sedang menjalankan ritualnya, akan tetapi
akan menghadapi realitasnya kembali ketika keluar dari
kawasan Gunung Kemukus. Dalam kacamata Marx, ritual di
Gunung Kemukus telah menyebabkan candu bagi para
pelakunya.
Dari sisi tindakan sosial, Max Weber menekankan
adanya dua tindakan yaitu tindakan yang bersifat rasionalitas
purposif dan tindakan yang berasionalitas pada nilai. Dari
177

178 Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik …

kacamata Weber, tindakan sosial pelaku ritual ngalab berkah di
Gunung Kemukus lebih cenderung mengarah kepada tindakan

rasionalitas nilai. Mereka melakukan ritual dengan tujuan
memanjatkan doa (usaha rasionalitas) agar yang
dimohonkannya dikabulkan. Tindakan tersebut dipanjatkan
kepada Tuhan melalui orang yang berkharisma, yang dipercaya
sebagai wakil Tuhan. Dalam konteks ritual di Gunung
Kemukus, orang yang berkharisma tersebut adalah juru kunci.
Ia dipercaya dapat mengunjukkan doa-doanya kepada
Pangeran Samudro, sebagai junjungannya.
Dalam kacamata Durkheim, ritual yang berkembang
di dalam masyarakat merupakan keunikan tersendiri, dan
sebagai ciri khas dari komunitas tersebut. Kesadaran kolektif
akan adanya yang sacred dan profan menjadikan masyarakat
mempunyai ritual pemujaan yang sama dalam sebuah
komunitas. Di dalam ritual ngalab berkah di Gunung Kemukus,
Makam Pangeran Samudro dan Sendang Ontrowulan dijadikan
sebagai sacred dan disakralkan dalam memperlakukannya.
Konstruksi mitos, tradisi dan kepercayaan yang berkembang di
dalam masyarakatlah yang menjadikan simbolisasi atas bendabenda dan tokoh-tokoh yang disakralkan. Kesadaran kolektif
dari masyarakat kemudian memunculkan interaksi yang
tercermin di dalam lelaku ritualnya.

Ritual yang dibumbui dengan praktik prostitusi di
Gunung Kemukus, kemudian menjadi pemicu munculnya
konflik penutupan oleh pemerintah. Pengunjung yang terus
menurun, menyebabkan pendapatan masyarakat dan
pemerintah juga berkurang. Dalam kacamata Turner, kondisi
liminal dari masyarakat yang mengalami tekanan ekonomi
menyebabkan mencari jalan keluar melalui perubahanperubahan yang ditawarkan oleh pemerintah. Rekonstruksi
ritual menjadi salah satu cara untuk dapat keluar dari
liminalitas di dalam masyarakat. Rekonstruksi ritual dilakukan

Kesimpulan dan Rekomendasi 179

dengan bertujuan untuk menarik minat kembali peziarah
datang berkunjung di kawasan Gunung Kemukus.
Pemerintah mengajak masyarakat merekonstruksi
ritual ngalab berkah dengan memakai berproses memakai
kerangka teori dari Bell. Proses tersebut dimulai dengan
penolakan (repudiating) akan ritual yang telah ada.
Masyarakat mulai disadarkan bahwa berkembangnya
prostitusi di kawasan Gunung Kemukus menyebabkan nilai

kesakralan ritual berkurang, potensi penyakit menular
semakin berkembang dan stigma negatif bagi masyarakat di
wilayah setempat. Kesadaran ini memunculkan penolakan
masyarakat akan adanya praktek prostitusi di wilayah Gunung
Kemukus. Kemudian pemerintah melakukan pengalian sejarah
terkait asal muasal (returning) ritual ngalab berkah,
dilanjutkan dengan menanamkan kembali esensi dari ritual
(romantisme). Tahapan ini dilalui dalam proses rekonstruksi
ritual di Gunung Kemukus.
Rekonstruksi ritual yang dilakukan di Gunung
Kemukus, tidak terlepas dari bangunan ritual yang mencoba
dikembangkan dalam konteks ritual ngalab berkah di Gunung
Kemukus.
Ritual
yang
dikonstruksi
memanfaatkan
karakteristik, budaya dan tradisi yang ada di masyarakat
Gunung Kemukus. Hal ini sesuai dengan karakteristik ritual
yang dikemukakan oleh Bell. Enam karakteristik yang

digunakan dalam rekonstruksi ritual yaitu Pertama, aktivitas
ritual bersifat formal dan/atau diformalisasi, Kedua,
traditionalization,
Ketiga,
invarian,
Keempat,
sangat
menekankan aturan, Kelima, sakralisasi simbol, Keenam
berciri pertunjukan (performance). Bangunan ritual pasca
konflik di Gunung Kemukus memuat aspek dan karakteristik
yang kemukakan oleh Bell. Karakteristik dari ritual ngalap
berkah mampu dimaksimalkan oleh pemerintah dan
masyarakat untuk kembali menarik pengunjung berziarah di
Gunung Kemukus. Karakteristik tersebut difungsikan sebagai

180 Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik …

pondasi bangunan dari Rekonstruksi ritual di Gunung
Kemukus. Bangunan ritual yang dibangun telah berhasil
menarik kembali peziarah ke Gunung Kemukus.

Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan,
rekonstruksi ritual berhasil dilakukan dengan berlandaskan
kerangka rasionalisasi dan berparadigma agamis. Pemurnian
ritual yang dipercaya mirip dengan aslinya kembali ditawarkan
menjadi pemikat pengunjung untuk berziarah di Gunung
Kemukus. Simbol-simbol yang dulunya dianggap biasa,
dikonstruksi kembali menjadi sebuah simbol yang disakralisasi
dan diwingitkan kembali. Terkait dengan pengembangan ritual,
konsolidasi pemerintah dengan sesepuh desa dan tokoh
masyarakat dapat membangun kembali soliditas masyarakat,
untuk bersama mengembangkan wisata di Gunung Kemukus.
Story telling yang dikembangkan oleh masyarakat mampu
membentuk paradigma akan kekhasan tentang kuasa dari
Pangeran Samudro. Rekonstruksi ritual dapat menarik kembali
minat peziarah untuk berkunjung kembali di Gunung kemukus.
Rekonstruksi ritual di Gunung Kemukus telah
mengubah budaya ritualnya menjadi lebih agamis, dan
menafikan dimensi kosmologi Jawa. Prostitusi yang digadanggadang dihilangkan, dari hasil rekonstruksi ritual didapati
prostitusi berubah bentuk dengan memakai agama sebagai
kedoknya. Nikah Mut’ah, dan identitas islami dipakai sebagai

kedok improvisasi dari praktik ritual. Ritual seks dalam
kosmologi Jawa dipandang sebagai sesuatu yang sakral,
tergantikan dengan stigma negatif dalam pandangan
rasionalisasi Agamis, sehingga prostitusi marak dan berubah
kemasannya. Dari sisi tempat ritual, sakralisasi dan
modernisasi digunakan sebagai penarik minat pengunjung di
Gunung Kemukus. Alhasil, ritusnya terlihat modern, sehingga
mempunyai kecenderungan untuk mengubah ideologi dari
ritus tersebut. Ideologi yang berkembang akhirnya bukan
berdoa kepada Pangeran Samudro, yang dalam kosmologi Jawa

Kesimpulan dan Rekomendasi 181

sebagai orang Sakti dan bertuah. Namun, doa-doanya
diarahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hasil rekonstruksi
ritual dapat menghidupkan kembali wisata di Gunung
Kemukus, akan tetapi mengeliminir dan mengesampingkan
dunia kosmologi Jawa yang telah hidup lama sebelumnya.
Budaya sakral dari kosmologi Jawa telah tergantikan dengan
konsumerisme dan rasionalisasi agamis. Para peziarahnya pun

telah berubah motivasinya, yang awalnya merupakan sebuah
laku ritual ngalab berkah, menjadi hanya berwisata untuk
mencoba-coba dan mencari kesenangan semata. Rekonstruksi
ritual yang ada hanya memakai kerangka berpikir dari Bell,
terkait dengan repudiating, returning, dan romantis. Celah yang
ditinggalkan perlu diisi dengan rekognisi sebagai pengenalan
dan penghargaan atas ritus, mitos dan ritual dalam konteks
tradisinya. Ketika rekognisi dilakukan, maka rekonstruksi
ritual tetap dapat dilakukan tanpa meninggalkan esensi ritual,
yaitu ritus, mitos dan ritual dalam konteks tradisinya. Ritual
yang dikonstruksi tetap melekat kepada tradisinya, dan tetap
lestari di tengah perubahan sosial di masyarakat. Oleh sebab
itu, diperlukan rekognisi sebagai pelengkap melakukan
rekonstruksi ritual di dalam masyarakat, disamping ketiga hal
yang telah dikembangkan oleh Bell.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian di Obyek Wisata Religi Gunung
Kemukus, memunculkan beberapa rekomendasi terkait dengan
pengembangan dan pelestarian ritus di Gunung Kemukus.
1. Bagi Pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten

Sragen: Pengembangan di Gunung Kemukus memang
sesuatu yang diperlukan, guna pelestarian ritus dan
menyejahterakan
masyarakat.
Namun,
dalam
pengembangannya diperlukan pemahaman yang benar
(rekognisi) terkait dengan ritus dan mitos, sehingga dalam
menghasilkan kebijakan tidak mengebiri dunia kosmologi

182 Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik …

Jawa, dan memakai kacamata agama tertentu dengan
rasionalisasinya. Ketika kebijakan ini dilanjutkan, maka
ritus dan mitos di Gunung Kemukus akan kehilangan
esensi dan orisinalitasnya, yang tampak hanya gemerlap
pariwisata dengan konsumerismenya. Tradisi ritus dan
kosmologi Jawa akan hilang tertelan rasionalisasi dan
paradigma agamis di tengah masyarakat. Agar tidak
hilang,

pemerintah
perlu
melestarikan
dan
mengkonstruksi ritual dengan berlandaskan pandangan
kosmologi Jawa dimana ritual ngalab berkah hidup dan
berkembang.
2. Bagi masyarakat di wilayah Gunung Kemukus, perlu
memahami konteks kosmologi Jawa supaya ritus dan
mitos yang ada serta merawatnya sebagai bagian dari
kekayakan budaya masyarakat. Ketika pemahaman
tentang kosmologi Jawa sudah kuat, maka tidak ada orang
luar yang mampu merusak warisan tradisinya.
Pemahaman ini yang perlu diperkuat, sehingga wawasan
agamis dan rasionalisasi berkembang, tidak merusak
warisan tradisi yang luhur.
3. Bagi peziarah, diperlukan pemahaman yang benar tentang
ngalab berkah, sehingga benar-benar mendapatkan
pencerahan dan motivasi yang tepat. Ritual seks yang
berkembang dan menjadi daya tarik peziarah, perlu

diketahui oleh peziarah dalam konteks kosmologi Jawa,
bukan dalam kerangka agamis, rasionalisasi dan
konsumerisme, sehingga bukan nafsu yang memotorinya,
namun berdasarkan laku ritualnya.
4. Bagi masyarakat luas, stigma negatif yang berkembang
ketika
membincang
tentang
Gunung
Kemukus.
Rekomendasi untuk masyarakat luas, untuk tidak mudah
berprasangka dan berpandangan negatif, sebelum
mengetahui latar tradisi ritus dan mitos yang berkembang
di dalamnya. Kerangka pemahaman ritus, mitos dan ritual

Kesimpulan dan Rekomendasi 183

seks yang ada perlu ditempatkan ke dalam kosmologi
Jawa, dan tidak dipandang melalui paradigma agamis,
rasionalisasi dan konteks modernisasi. Stigma ini perlu
dieliminir,
dengan
mengembangkan
pemahaman
kosmologi Jawa yang benar.
Rekomendasi
ini
diberikan
dalam
kerangka
melestarikan tradisi mitos dan ritus dalam kosmologi Jawa,
supaya tidak tergerus oleh arus agamis dan rasionalisasi yang
ada. Apabila tidak dilestarikan, maka kekayaan tradisi budaya
akan hilang digantikan dengan budaya modern dan budaya
agamis.

184 Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik …

Dokumen yang terkait

PERILAKU WISATA RITUAL GUNUNG KEMUKUS (Studi Diskriptif Tentang Perilaku Ritual Wisatawan Obyek Wisata Makam Pangeran Samodra “Gunung Kemukus” Di Sumber Lawang, Sragen, Jawa Tengah)

2 16 121

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ngalap Berkah Gunung Kemukus dalam Perspektif Kejawen T2 752014015 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ngalap Berkah Gunung Kemukus dalam Perspektif Kejawen T2 752014015 BAB V

0 1 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ngalap Berkah Gunung Kemukus dalam Perspektif Kejawen

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku D 902008102 BAB V

0 3 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah D 762013002 BAB IV

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah D 762013002 BAB III

0 1 76

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah D 762013002 BAB II

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekonstruksi Ritual Pasca Konflik di Obyek Wisata Religi Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Jawa Tengah D 762013002 BAB I

0 0 28