Analisis Tata Guna Lahan Dalam Memitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kabupaten Simalungun) Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Pada

penelitian

Penelitian metode campuran

ini

penulis

adalah

menggunakan

penelitian

yang


metode

campuran.

melibatkan

penggunaan

dua metode, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif dalam studi tunggal (satu
penelitian). Penggunaan dua metode ini dipandang lebih memberikan pemahaman yang
lebih lengkap tentang masalah penelitian daripada penggunaan salah satu di antaranya.
Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengombinasikan
atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini
melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, serta pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu
penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekadar mengumpulkan dan menganalisis
dua jenis data; tetapi juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut
secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar daripada
penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Di dalam penelitian campuran, penting kiranya mempertimbangkan terlebih
dahulu sejumlah aspek penting dalam merancang prosedur-prosedur untuk penelitian.
(Creswell:2003), menjelaskan ada beberapa aspek prosedur dalam penelitian metode
campuran, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1.

Timing (waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekuensial) atau
dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu (konkuren).

2. Weigthing (bobot)
Bobot dalam penelitian metode campuran ini perlu diprioritaskan, karena bobot itu
bisa saja seimbang dan bisa juga lebih berat ke satu metode daripada metode
lainnya
3. Mixing (pencampuran)
Mencampurkan data, dalam pengertian lebih luas mencampur rumusan masalah,

filosofi, dan interpretasi penelitian. Mencampurkannya bukanlah pekerjaan yang
mudah mengingat data kualitatif terdiri dari teks-teks dan gambar-gambar,
sedangkan data kuantitatif terdiri dari angka-angka.
4. Teorizing (teorisasi)
Dalam prosedur metode campuran, perspektif teoretis yang akan menjadi landasan
bagi keseluruhan proses atau tahap penelitian.
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016
Kabupaten Simalungun. Dengan melakukan terlebih dahulu PRA Research sebagai
referensi awal.

Universitas Sumatera Utara

3.3. Narasumber (Key Informant)
Tabel. 3.1 Data dan sumber penelitian

No
1

Sasaran


Penggunaan
Data

2

3

1

Analisis
karakteristik
fisik alam di
daerah rawan
tanah longsor

2

Identifikasi
dan

analisis
tingkat
kapasitas
dan
kerentanan
masyarakat

3

Analisis
dasar faktor
penyebab
tanah longsor

4

kebijakan
1. UU tentang
tata ruang
Penataan

dan tata guna
Ruang
lahan
2. Perda tentag
RTRW
Simalungun

Jenis
Data
4

1. Peta administrasi Primer
2. Intensitas curah
dan
hujan
Skunder
3. Tata guna lahan
4. Kemiringan
Lereng
5. Das dan sub das

6. Foto daerah
1. lKepadatan
Primer dan
penduduk
Sekunder
2. Pemahaman
lingkungan
3. Tingkat
aksesibilitas

Referensi dan
data yang
berkaitan dengan
Tanah Longsor

Teknik
pengumpul
-an Data Sumber
5


6

Observasi Bappeda
dan Studi SUMUT
Pustaka
Bappeda
Simalungun

Observasi
dan Studi
Pustaka

Bappeda
Simalungun
BPS
Simalungun

Sekunder Studi
Pustaka


Pendapat para
Ahli

Sekunder Studi
Pustaka

Bappeda
Simalungun

Sumber : Penulis ( 2016)

Universitas Sumatera Utara

3.4. Instrumen Penelitian
1.

Hardware
a.

Komputer

1) Model

: Acer Aspire 4736

2) Processor : Core 3 CPU T6500 @ 2.10GHz (2 CPUs)

2.

3) Memory

: 3000MB RAM

4) VGA

: Internal 64 MB

Software
a.

Arc View GIS


3.

Operating Sistem : Windows 7 Ultimate 32 – bit ( 6,1, Build 7601)

4.

Lain-lain
a.

Rekap data bencana dalam waktu 5 tahun terakhir yaitu 2010 – 2015

b.

Kamera/Alat perekam suara

c.

Kendaraan roda dua ke lokasi penelitian

Universitas Sumatera Utara

3.5. Kerangka Berfikir
BENCANA TANAH LONGSOR DI
KABUPATEN SIMALUNGUN

latar belakang
Pemicu Gerakan tanah

faktor eksternalitas

1.
2.
3.
4.
5.

1. Deforestasi
2. Overgrazing
3. Aktifitas
pertanian
4. Eksploitasi
berlebihan
dan
5. Industri
bioindustri

Curah hujan (mm/tahun)
Tutupan lahan
Faktor topografi
Faktor manusia
DAS dan SUB DAS

Terjadinya
gerakan tanah

faktor – faktor pengontrol:
1.
2.
3.
4.
5.

Geomorfologi
Tanah
Geologi
Geohidrologi
Tata guna lahan
Research Question

Bagaimana mengidentifikasi faktor
penyebab,mendistribusikan lokasi dan untuk
mengetahui kebijakan tentang penataan ruang
pada daerah rawan tanah longsor
Tujuan Penelitian

Analisis faktor yang
mempengaruhi
longsor

Analisis tingkat
kerawanan lokasi

Analisis kebijakan
tentang penataan
ruang pada daerah
rawan tanah longsor

mitigasi
output

Kesimpulan dan rekomendasi
Outpu
Orientasi pada pemetaan wilayah di
Kabupaten Simalungun
Gambar 3.1 Kerangka berfikir

Universitas Sumatera Utara

3.6. Definisi konsep
Konsep adalah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial. Dari uraian diatas digunakan konsep pemikiran untuk mempersempit
perhatian yang akan diteliti. Maka definisi konsep, sebagai berikut:
1.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah: “Wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya”.

2.

Menurut Adisasmita (2005), pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan
mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka
usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup manusia.

3.

Oldeman (1994), menyatakan lima faktor penyebab degradasi tanah akibat campur
tangan manusia secara langsung, yaitu: deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian,
eksploitasi berlebihan,

dan aktivitas industri dan bioindustri. Sejalan dengan

pendapat sebelumnya, Lal (1986), mengemukakan bahwa faktor penyebab tanah
terdegradasi dan rendahnya produktivitas, antara lain: deforestasi, mekanisasi
dalam usahatani, kebakaran, penggunaan bahan kimia pertanian, dan penanaman
secara monokultur
4.

Menurut Pusat vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Tanah longsor adalah
perpindahan material tanah atau material pembentuk lereng berupa batuan, bahan

Universitas Sumatera Utara

rombakan, tanah atau mineral campuran yang bergerak ke bawah atau ke luar
lereng
5.

Faktor penyebab tanah longsor secara alamiah meliputi morfologi permukaan bumi,
penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, curah hujan, dan kegempaan. Selain
faktor alamiah, juga disebabkan oleh faktor aktivitas manusia yang mempengaruhi
suatu bentang alam, seperti kegiatan pertanian, pembebanan lereng, pemotongan
lereng, dan penambangan.

6.

Istilah bahaya atau hazard mempunyai pengertian kemungkinan terjadinya bahaya
dalam suatu periode tertentu pada suatu daerah yang berpotensi terjadinya bahaya
tersebut. Bahaya berubah menjadi bencana apabila telah mengakibatkan korban
jiwa, kehilangan atau kerusakan harta dan kerusakan lingkungan (Sutikno, 1997).
Quarantelli (1998) diacu dalam Smith (2001), memberikan pengertian bencana
sebagai suatu kejadian aktual, lebih dari suatu ancaman yang potensial atau
diistilahkan sebagai realisasi dari bahaya.

3.7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan dri pada penelitian ialah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditentukan. Ada beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya:
1.

Observasi

2.

Dokumentasi

Ada pun langkah-langkah dalam penelitian lapangan ini, sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

3.7.1

Observasi (Pengamatan)
Nasution (1988:118), yaitu, peneliti melakukan pengamatan guna memperoleh

data yang dibutuhkan sebagai bahan penelitian.Baik dalam data primer dan sekunder
pada penelitian.
3.7.2

Dokumentasi
Yaitu, pengambilan data data baik dalam bentuk dokumen tertulis ataupun tidak

tertulis yang ada dalam data primer dan sekunder.
1.

Data Primer
Yakni pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian
atau objek yang diteliti. Dalam hal ini data diperoleh dengan melakukan wawancara
yaitu mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan berhadapan langsung dengan
informan atau narasumber.

2. Data Sekunder
Yakni pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti yang
diperoleh dari buku dan referensi serta naskah lainnya. Data yang diperoleh
merupakan data sekunder dan digunakan sebagai data pendukung dalam
menganalisa data.
3.8 Metode Analisis Data
3.8.1 Analisis (SWOT)
Setelah pengisian data primer dan sekunder, maka akan didapatkan persepsi ahli
atas faktor faktor internal dan eksternal yang ada di lingkungan pemerintah daerah
Kabupaten Simalungun, sehingga kemudian akan didapatkan tabel indikator faktorfaktor internal dan eksternal, seperti yang dijelaskan pada tabel. Dari penilaian terhadap

Universitas Sumatera Utara

faktor-faktor internal dan eksternal, langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi
unsur-unsur yang dikategorikan sebagai kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
kesempatan dan peluang (opportunity) yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten
Simalungun.
Tabel 3.2 Indikator faktor Dalam SWOT
Penilaian Terhadap Indikator-Indikator Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal
Faktor eksternal
Faktor 1
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 2
Faktor 3 dst
Faktor 3 dst
Sumber : Soesilo (2002)
3.8.2 Tumpang Tindih (Overlay)
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data campuran,
dengan mengelola data primer dan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui
pengumpulan data kemudian akan diinterprestasikan sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah dirumuskan. Datanya disajikan berdasarkan fakta yang saling berkaitan yang
dapat di ambil, sehingga memberi gambaran yang jelas tentang implementasi
kebijaksanaan pelaksanaan otonomi daerah, kemudian apa yang tejadi untuk menarik
kesimpulan. Menurut Bogdan (2010 : 244), analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan diinformasikan kepada
orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah
menggunakan teknik overlay (Tumpang Tindih) peta. Proses overlay sendiri dibagi
kedalam 3 tahap. Pertama peta tematik dari data curah hujan dan kemiringan lereng.
Yang kedua, peta dari hasil overlay pertama dan peta penggunaan lahan. Yang terakhir,
peta dari hasil overlay kedua dan peta titik-titik padat penduduk.

Universitas Sumatera Utara

Curah hujan
Tutupan lahan
Kemiringan lereng

overlay

Kepadatan penduduk
DAS dan SUB DAS
PETA RAWAN LONGSOR

Gambar 3.2 Bagan pembuatan peta rawan longsor

3.9 Pembobotan Parameter
Tabel. 3.3 Kriteria Penilaian Curah Hujan

No
1
2
3
4
5

Besar Curah Hujan
(mm/tahun)
3000

Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

Harkat
1
2
3
4
5

Sumber : Taufik, dkk (2008) dan modifikasi penulis (2016)

Tabel. 3.4 Kriteria Penilaian Kemiringan Lereng
No
Kemiringan lereng %
kategori
Harkat
1
0-8
datar
1
2
8-15
Landai
2
3
15-25
Agak curam
3
4
4
25-45
Curam
5
5
>45
Sangat curam
Sumber : SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/1980

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 3.5 Vegetasi dan Pemanfaatan Lahan
No

Pemanfaatan lahan

1
2
3
4
5

Hutan tidak sejenis
Hutan sejenis
Perkebunan,kebun
Permukiman, Sawah, Kolam
Tegalan, Tanah terbuka

Harkat

Keterangan
Tidak peka terhadap erosi
Kurang peka terhadap erosi
Agak peka terhadap erosi
Peka terhadap erosi
Sangat peka terhadap erosi

1
2
3
4
5

Sumber : Karnawati (2003)

Tabel. 3.6 Kepadatan Penduduk
Jumlah Kepadatan
penduduk/km²
Kepadatan penduduk

Klasifikasi
(Km²)
1
< 50
51- 250
251- 400
> 400
Sumber : Undang-Undang No. 56 tahun 1960
No

Harkat
1
2
3
4

Tabel. 3.7 Das dan Wilayah Sungai
No
1

Das dan WS
Perbendungan
oleh percabangan
sungai /air pasang
surut

Klasifikasi
Tidak ada
Anak cabang sungai induk
Cabang sungai induk
Sungai induk / Bottle neck
Pasang laut
Sumber : Paimin,et al., 2006.

kategori
Rendah
Agak rendah
Sedang
Agak tinggi
tinggi

harkat
1
2
3
4
5

3.9.1 Tanah Longsor
Tabel. 3.8 Skoring variabel kerawanan bencana tanah longsor
No

Variabel

Kategori

Skor

Universitas Sumatera Utara

1

Curah hujan (tahun)

1001-1500mm
1501-2000mm
2001-2500mm
2501-3000mm
3001-3500mm
Hutan alam
Semak/belukar/rumput
Hutan/perkebunan
Tegal/perkarangan
Sawah/pemukiman
0-2%
2-15%
15-25%
25-40%
>40%
< 50
51- 250
251- 400
> 400

2

Tutupan lahan

3

Kemiringan lereng (%)

4

Kepadatan penduduk

5

Tidak ada
Das/ sub das dan wilayah
sungai ( perbendungan oleh Anak cabang sungai induk
Cabang sungai induk
percabangan sungai)
Sungai induk / Bottle neck
Pasang air laut

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
4
5

Penulis 2016

Tabel. 3.9 Parameter dan nilai bobot
Parameter
Nilai Bobot
Curah Hujan
35%
35/120×100 =29,167%
Kepadatan penduduk
20%
20/120×100 =16,667%
Kemiringan lereng
25%
25/120×100 =20,833%
Penggunaan Lahan
20%
20/120×100 =16,667%
Das dan Sub Das
20%
20/120×100 =16,667%
Total
120%
100%
Sumber : Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (2005) dan modifikasi
penuli,2016

Sehingga Model Pendugaan yang diperoleh sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Skor Komulatif : (29,167% x faktor curah hujan) + (16,667 % x Faktor
kepadatan penduduk) + (20,833% x Kemiringan Lereng) + (16,667% x
faktor penggunaan lahan) + (16,667% x Das dan Sub Das).
Sumber : Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (2005) dan modifikasi
penulis,2016
Tabel. 3. 10 Perhitungan skor komulatif dan pengklasifikasian bencana
No
Skor Komulatif
Klasifikasi Bencana
1
Kurang Rawan
≤ 2,5
2
Rawan
≥ 2,6− ≤ 3,6
3
Sangat Rawan
≥ 3,7
Sumber : Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (2005)

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Simalungun
4.1.1.1 Letak Geografis Kabupaten Simalungun
Kabupaten Simalungun letaknya diapit oleh 8 kabupaten

yaitu Kabupaten

Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota
Pematangsiantar. Letak astronomisnya antara 02°36'- 03°18' Lintang Utara dan 98°32'
99°35' Bujur Timur dengan luas 4.372,50 km² berada pada
beragam

dari

0-50

meter

ketinggian

yang

diatas permukaan laut hingga di ketinggian lebih dari

1.500 meter dengan kemiringan 0-2% seluas 236.176 ha, kemiringan lebih dari
40%

seluas 27.845Ha, selebihnya di kemiringan 2-40% atau 75 persen lahannya

berada pada kemiringan 0-15%.
Kabupaten Simalungun merupakan Kabupaten terluas ke-3 setelah Kabupaten
Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dengan memiliki letak yang cukup
strategis serta berada di kawasan wisata Danau Toba-Parapat. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Hatonduhan sedangkan terkecil adalah kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
dengan rata rata jarak tempuh ke ibukota Kabupaten

51,42 km dimana jarak

terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Ujung Padang 113 km.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.2 Kepadatan Penduduk tahun 2014-2015
Penduduk

Simalungun pertengahan

tahun 2014

sebesar 844.033

jiwa

Penduduk Simalungun tersebar di 31 kecamatan dimana penduduk terbesar di
Kecamatan Bandar 67.376 jiwa (7,98%), disusul oleh Kecamatan Siantar 65.335 jiwa
(7,74%) dan Kecamatan Tanah Jawa 47.361 jiwa (5,61%).
Tabel 4.1 Luas kecamatan dan Kepadatan penduduk tahun 2015

Kecamatan
Sub regency

Silimakuta
Pamatang Silimahuta
Purba
Haranggaol Horison
Dolok Pardamean
Sidamanik
Pamatang Sidamanik
Girsang Sipangan Bolon
Tanah Jawa
Hatonduhan
Dolok Panribuan
Jorlang Hataran
P a n e i
Panombeian Panei
R a y a
Dolok Silou
Silou Kahean
Raya Kahean
Tapian Dolok
Dolok Batu Nanggar
Siantar
Gunung Malela
Gunung Maligas
Hutabayu Raja
Jawa Maraja Bah Jambi
Pamatang Bandar
Bandar Huluan
Bandar
Bandar Masilam
Bosar Maligas
Ujung padang

Kabupaten Simalungun

Luas wilayah
Total Area
Km2

%

74,16
1,70
79,68
1,82
172,71
3,95
40,97
0,94
103,04
2,36
80,88
1,85
137,80
3,15
129,89
2,97
174,33
3,99
336,26
7,69
148,62
3,40
93,70
2,14
77,96
1,78
73,74
1,69
331,83
7,59
302,66
6,92
228,74
5,23
204,89
4,69
119,89
2,74
106,91
2,45
73,99
1,69
96,74
2,21
51,39
1,18
191,43
4,38
38,97
0,89
88,16
2,02
107,33
2,45
100,69
2,30
91,22
2,09
285,88
6,52
228,49
5,23
4 372,50
100,00

Jumlah penduduk
Number of
Population
Jumlah
%

15 114
10 692
23 373
5 058
16 157
27 512
16 560
14 730
47 362
21 316
18 253
15 574
21 984
19 456
31 869
14 213
17 403
17 715
40 237
40 306
65 335
34 162
27 415
29 630
21 403
31 598
26 274
67 376
24 728
40 136
41092
844 033

1,79
1,27
2,77
0,60
1,91
3,26
1,96
1,75
5,61
2,53
2,16
1,85
2,60
2,31
3,78
1,68
2,06
2,10
4,77
4,78
7,74
4,05
3,25
3,51
2,54
3,74
3,11
7,98
2,93
4,76
4,87
100,00

Kepadatan
penduduk
Population Density
(Orang/ Km2)
203.80
134.19
135.33
123.46
156.80
340.16
120.17
113.40
271.68
63.39
122.82
166.21
281.99
263.85
96.04
46.96
76.08
86.46
335.62
377.01
883.02
353.13
533.47
154.78
549.22
358.42
244.80
669.14
271.08
140.39
179.84
193.03

Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara/ BPS- Statistics of Sumatera Utara Province

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.3 Jarak Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan
Tabel 4. 2 Jarak Ibukota Kabupaten dengan ibukota Kecamatan
Kecamatan
1

jarak (km²)
2

Raya

- Silimakuta

34

Raya

- Pamatang Silimahuta

39

Raya

- Purba

19

Raya

- Haranggaol Horison

30

Raya

- Dolok Pardamean

35

Raya

- Sidamanik

47

Raya

- Pamatang Sidamanik

42

Raya

- Girsang Sipangan Bolon

74

Raya

- Tanah Jawa

51

Raya

- Hatonduhan

59

Raya

- Dolok Panribuan

45

Raya

- Jorlang Hataran

40

Raya

- P a n e i

18

Raya

- Panombeian Panei

20

Raya

- R a y a

0

Raya

- Dolok Silou

54

Raya

- Silou Kahean

127

Raya

- Raya Kahean

30

Raya

- Dolok Batu Nanggar

42

Raya

- Tapian Dolok

56

Raya

- Siantar

30

Raya

- Gunung Malela

46

Raya

- Gunung Maligas

51

Raya

- Hutabayu Raja

66

Raya

- Jawa Maraja Bah Jambi

55

Raya

- Pamatang Bandar

67

Raya

- Bandar Huluan

60

Raya

- Bandar

71

Raya

- Bandar Masilam

87

Raya

- Bosar Maligas

86

Raya

- Ujung Padang

113

Sumber/Source : Dinas PU. Bina Marga Kabupaten Simalungun/Public Work Service of Simalungun Regency

Universitas Sumatera Utara

Jarak Ibukota Kecamatan terjauh ialah Kecamatan Silou Kahean dengan jarak
127 km² sedangkan jarak Ibukota Kecamatan terdekat ialah Kecamatan Raya Sendiri,
dikarenakan Ibukota Kabupaten terletak di Raya.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi bencana tanah longsor di Kabupaten
Simalungun
1.

Curah Hujan
Kabupaten Simalungun memiliki tingkat dan intensitas hujan yang cukup tinggi

yang hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pemicu tanah longsor.
Ditahun 2014 -2015 intensitas Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu
560 mm dan 115 mm pada bulan juni.
Tabel. 4.3 Data curah hujan
Bulan/Month

1

Curah Hujan
Rainfall
(mm)

2

Hari Hujan
Rainy day
( hari)

3

Terpanjang tidak
Hujan
Longest no
rain
( hari)
4

Januari
Pebruari

480
367

20
18

3
5

Maret

208

10

9

April

386

17

4

Mei

246

13

5

Juni

115

8

17

Juli

133

10

6

Agustus

235

13

6

September

221

12

7

Oktober

427

23

2

November

392

16

4

Desember

560

14

4

Universitas Sumatera Utara

Rata-rata

314

15

-

Minimum

115

8

2

Maksimum

560

23

17

Sumber/ Source : Badan Meteorologi dan Geofisika Statiun Pusat Penelitian Marihat (MRS) Pematangsiantar/
Meteorology and Geophysics Agency Marihat (MRS) Pematangsiantar

Berdasarkan data- data yang dapat di rangkum oleh penulis ada beberapa bulan
yang cukup tinggi intensitasnya terjadi pada data 2014-2015 yang dapat menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor di Kabupaten Simalungun
diantaranya :
a.

Januari dengan curah hujan 480 mm, hari hujan 20 hari dan terpanjang hujan 3 hari

b.

Oktober dengan curah hujan 427 mm, hari hujan 23 hari dan terpanjang hujan 2 hari

c.

November dengan curah hujan 392 mm, hari hujan 16 hari dan terpanjang hujan 4
hari

d.

Desember dengan curah hujan 560 mm, hari hujan 14 hari dan terpanjang hujan 4
hari
Dengan rata-rata curah hujan 314 mm/ tahun dan besaran maksimum curah

hujan sebesar 560 mm dan besar minimum 115 mm.
Tabel. 4.4. Distribusi Kerawanan Tanah Longsor Berdasarkan curah hujan di wilayah
administrasi Kabupaten Simalungun tahun 2015

No

Kelas intensitas
curah hujan

1

Sangat rendah

Kecamatan
Pematang Silimahuta

Curah hujan
Tingkat
mm
intensitas
Sangat
1001-1500
rendah

1001-1500 mm
2

Rendah
1051-2000 mm

Silimakuta
Purba

1501-2000
1501-2000

Rendah

Universitas Sumatera Utara

Haranggaol horison
Bandar
Bandar Masilam
Dolok Batu Nanggar

1501-2000
1501-2000
1501-2000
1501-2000

3

Sedang
2001-2500

Silau Kahean
Dolok Silau
Tapian Dolok
Gunung Maligas
Gunung Malela
Huta Bayu Raja
Jawa Maraja Bah Jambi
Ujung Padang
Bosar Maligas
Bandar Huluan
Pamatang Bandar

2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500
2001-2500

Sedang

4

Menengah
2501-3000 mm

Raya Kahean
Raya
Dolok Panribuan
Pamatang Sidamanik
Sidamanik
Girsang Sipangan Bolon
Jorlang Hataran
Panombean Panei
Hatonduhan
Tanah Jawa
Siantar
Dolok Pardamean

2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000
2501-3000

Menengah

5

Tinggi
3001-3500 mm

3001-3500

Tinggi

Panei

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

2.

Tata Guna Lahan ( Tutupan lahan)

A. Luas sawah
Lahan sawah di Kabupaten Simalungun 43.896 Ha yang tersebar di 26
kecamatan.

Kecamatan Hutabayu Raja dan Kecamatan Tanah Jawa merupakan

kecamatan yang memiliki lahan sawah terluas mencapai 21,38 persen, masing masing
5.031 Ha dan 4.356 Ha dan seluruhnya telah menggunakan irigasi teknis sedangkan
kecamatan Purba, Haranggaol Horison, Dolok Pardamean, Silou Kahean dan Bosar
Maligas tidak memiliki lahan sawah.
B. Tanaman bahan makanan
Kabupaten

Simalungun

menghasilkan

padi

sawah

sebesar 526.331 ton dan

padi ladang sebesar 49.982 ton selama tahun 2014. Berarti Kabupaten Simalungun
menghasilkan padi sebesar 576.313 ton selama tahun 2014. Produksi padi sawah
tertinggi berasal dari kecamatan Hutabayu

Raja

sebesar

61.662

Tanah

Jawa

sebesar 56.358 ton. Produksi padi ladang tertinggi berasal dari Kecamatan Dolok Silou
yaitu sebesar 11.066 dan Pematang Silimahuta 5.386 ton. Namun produktivitas padai
sawah terbesar di Kecamatan Pematang Bandar yaitu 62,47 Kw per hektarnya
kemudian Kecamatan Siantar 61,95 kw per hektar sedangkan untuk padi ladang
produktivitas tertinggi di Kecamatan Silou Kahean mencapai 33,91 kw per hektar dan
Kecamatan Silimakuta 33,90 kw per hektarnya. Tanaman Bahan Makanan lainnya
adalah jagung, kedelai, kacang tanah,

kacang

hijau,

ubi

kayu,dan

ubi

jalar.

Penghasil jagung terbesar adalah Kecamatan Ujung Padang sebesar 61.748 ton,
sementara tahun lalu adalah Kecamatan Hatonduhan selanjutnya Sidamanik sebesar
23.487 ton.

Produktivitas tertinggi di Kecamatan Bandar 66,91 kw per hektarnya

Universitas Sumatera Utara

sedangkan produktivitas terendah di Kecamatan Tapian dolok dan ujung padang,
masing-masing sebesar 54,85 dan 55,51 kwintal per hektarnya.
C. Tanaman holtikultura
Kabupaten

Simalungun

merupakan

daerah

potensi

produksi tanaman

hortikultura Produksi antara lain bawang pada tahun 2014 sebesar 1.602 ton dimana
produksi

terbanyak

ada

di

kecamatan

Pamatang Silimahuta.

Cabe, kentang,

kubis produksinya masing-masing 16.806 ton, 44.672 ton dan kubis 78.812 ton
dimana produksi terbesar berasal dari kecamatan Purba. Keunggulan produksi lain
dari kecamatan purba adalah tomat, petsai, dan buncis.
D. Tanaman perkebunan
Sektor

perkebunan

mempunyai

peranan

yang

cukup

besar

terhadap

perekonomian Kabupaten Simalungun yaitu perkebunan besar/Negara dan perkebunan
rakyat. Namun yang disajikan pada publikasi ini adalah hasil perkebunan rakyat. Hasil
perkebunan rakyat di Kabupaten Simalungun terdiri dari karet, kelapa

sawit,

kopi rabusta/arabika, kelapa, coklat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada ,aren, pinang,
vanili dan tembakau. Luas area perkebunan rakyat terbesar adalah tanaman kelapa
sawit sebesar
38.109,85 Ha dan tanaman karet seluas 14.410,87 Ha.
E. Peternakan
Populasi ternak sapi pada tahun 2014 sebesar 100.798 ekor, k e r b a u 7.723
ekor, kuda 234 ekor dan sapi perah 37 ekor. Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan
Kecamatan Bandar Huluan merupakan kecamatan terbesar menghasilkan produksi
daging sapi dan daging kambing dan domba, sementara untuk daging kerbau produksi

Universitas Sumatera Utara

terbesar dari Kecamatan Purba dan Dolok Panribuan, daging babi di Kecamatan Raya
dan Purba.
Populasi unggas Ayam Ras pedaging pada tahun 2014 sebesar 939.925 ekor,
ayam ras petelur 147.680 ekor, ayam bukan ras 1.075.961 ekor dan itik 51.730 ekor.
Kecamatan Gunung Maligas dan Kecamatan Bandar Masilam merupakan kecamatan
terbesar menghasilkan produksi ayam ras petelur . Sementara untuk ayam ras pedaging
produksi terbesar dari Kecamatan Tapian Dolok.

Produksi daging ayam bukan ras

terbesar dari kecamatan Tapian Dolok yaitu sebesar 157.674 ekor dan Kecamatan
Jorlang Hataran sebesar 93.826. Produksi daging itik manila terbesar dari Kecamatan
Tapian Dolok dan Hatonduhan.
F. Perikanan
Produksi ikan di Simalungun bersumber dari danau toba, kolam dan sawah.
Produksi ikan di Simalungun pada tahun 2014 sebesar 18.872,4 ton, yang
dibudidayakan di danau toba 1.292,4 ton, di kolam air tenang 8.500 ton, sawah 2.440
ton dan KJA 6.640 ton. Sumber ikan dari danau toba berasal dari 4 kecamatan yaitu
Kecamatan Haranggaol Horison, Dolok Pardamean, Pematang Sidamanik dan Girsang
Sipangan Bolon. Sumber produksi ikan dari kolam air deras terdapat di 8 kecamatan
dimana kecamatan Gunung Malela merupakan produksi terbesar yaitu 300 ton
sedangkan kolam air tenang ada setiap kecamatan kecuali Kecamatan Pamatang
Silimahuta, Haranggaol Horison dan Girsang Sipangan Bolon.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5 Lahan di Kabupaten Simalungun
No

Jenis lahan
1

1
2

3

Lahan Sawah

Luas ( Ha)
2
43.896 Ha

Perkebunan rakyat/Tegalan
1. Kelapa Sawit

38.109,85

2. Karet

14.410,87

3. Jagung

53.512

4. Kedelai

724

5. Kacang Tanah

1.561

6. Kacang Hijau

204

7. Ubi Kayu

12.351

8. Ubi jalar

3.394

9. Pinang

536,55

10. Vanili

26,80

11. Tembakau

215,00

12. Aren

825,70

13. Lada

18,36

14. Kemiri

479,63

15. Kulit manis

317,91

16. Cengkeh

783,33

17. Coklat

5.694,08

18. Kelapa

2.711,77

19. Kopi Arabika

8.219,81

20. Kopi Robusta

2.197,3

Hutan Negara
1. Hutan Produksi
2. Hutan Produksi Terbatas

98.200,84

3. Hutan Lindung

10.839,36

4. Hutan Konservasi

27.521,01
2.277,61

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

3.

Kemiringan Lereng ( Topografi)

Tabel 4.6. Kemiringan lereng berdasarkan wilayah administrasi Kabupaten
Simalungun
Klasifikasi kemiringan lereng %(km)
Kecamatan

0-2%

[1]

[2]

[3]

10 449

2 635

215

-

1 271

514
7 585
618
7 337
8 356
6 512
2 232
20 318
1 676
5 906
5 741
7 230
4 674
7 705
5 319
4 631
3 161
6 225
10 759
7 911
10 801
5 457
12 239
7 372
9 500
9 837
4 251
9 007
17 854
15513
236 176

2233
3 897
620
936
957
452
12 249
2 543
790
901
4 581
8 178
9 051
11 871
4 792
1 851
96
395
2 373
398
3 633
765
11 586
6 837
92 387

92
1 932
234
97
3 982
4 634
150
9 046
5 858
2 694
357
10 055
9 156
5 617
2 312
653
671
3 034
60 697

3 595
302
24
1 992
475
1 368
260
1 222
6 017
2 956
1 131
1 898
315
21 555

191
1 676
1 575
1 044
3 442
3 241
863
1 066
5 202
3 236
1 620
3 383
20
15
27 845

Silimakuta
Pamatang Silimahuta *)
Purba
Haranggaol Horison
Dolok Pardamean
Sidamanik
Pamatang Sidamanik
Girsang Sipangan Bolon
Tanah Jawa
Hatonduhan
Dolok Panribuan
Jorlang Hataran
P a n e i
Panombeian Panei
R a y a
Dolok Silou
Silou Kahean
Raya Kahean
Tapian Dolok
Dolok Batu Nanggar
Siantar
Gunung Malela
Gunung Maligas
Hutabayu Raja
Jawa Maraja Bah Jambi
Pamatang Bandar
Bandar Huluan
Bandar
Bandar Masilam
Bosar Maligas
Ujung Padang
Kabupaten Simalungun

2-15%

15-25%
[4]

25-40%
[5]

>40%
[6]

Berdasarkan pada tabel kemiringan tanah diatas dapat kita lihat bahwasannya
kemiringan tanah di Kabupaten Simalungun diatas > 40% sebahagian besar terdapat di
Kecamatan Raya 5.202 ha. Raya Kahean 3.383 ha dan Girsang Sipangan Bolon dengan
3.442 ha. Sedangkan beberapa wilayah yang ketinggian daerahnya mencapai 0-2%
ialah Kecamatan Tanah Jawa 20.318 ha. Bosar maligas 17.854 ha dan Ujung Padang
dengan 15.513 ha.
Tabel. 4.7. Ketinggian diatas permukaan laut berdasarkan wilayah administrasi

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Simalungun
Ketinggian/ Height

Kecamatan
Sub regency
[1]
Silimakuta
Pamatang Silimahuta *)
Purba
Haranggaol Horison
Dolok Pardamean
Sidamanik
Pamatang Sidamanik
Girsang Sipangan
Bolon
Tanah Jawa
Hatonduhan
Dolok Panribuan
Jorlang Hataran
P a n e i
Panombeian Panei
R a y a
Dolok Silou
Silou Kahean
Raya Kahean
Tapian Dolok
Dolok Batu Nanggar
Siantar
Gunung Malela
Gunung Maligas
Hutabayu Raja
Jawa Maraja Bah Jambi
Pamatang Bandar
Bandar Huluan
Bandar
Bandar Masilam
Bosar Maligas
Ujung padang
Kabupaten Simalungun

0-50

51-100

[2]

[3]

101-500 501-1.000
[4]

1001-1500

> 1.500

-

[5]
351
1 778
1 658
1 247
7 643
2 352

[6]
13 842
15 422
1 792
8 698
711
10 167

[7
377
-

-

-

898

10 572

830

2 246
4 448
6 212
4 342
286
1 893
13 731
6 262

21 395
11 380
2 032
1 796
41
2 307
1 233
4 428
20 146
16 747
11 690
10 364
7 212
10 897
5 852
11 122
7 372
3 091
3 017
7 111
1 995

9 442
9 949
5 260
7 189
5 875
20 293
11 001
1 904
4 853
699
-

6 482
3 449
2 169
38
12 034
13 300
1 025
-

276
116
-

39 420

161 230

92 392

-

-

43
197
2 876
10 632
7 879
8 598
14
44 318

99 701

1 599

Berdasarkan pada data yang tertera diatas dapat penulis lihat bahwasannya
daerah Kecamatan yang berada pada ketinggian lebih dari >1500 diatas permukaan laut
ialah kecamatan Girsang Sipangan bolon dengan 830 ha, Silimakuta dengan 377
ha,Hatonduhan 276 ha dan Dolok silou 116 ha.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.

Faktor Kepadatan Penduduk
Penduduk Simalungun tersebar di 31 kecamatan dimana penduduk terbesar di

Kecamatan Bandar 67.376 jiwa (7,98%), disusul oleh Kecamatan Siantar 65.335 jiwa
(7,74%)

dan Kecamatan Tanah Jawa 47.361 jiwa (5,61%) sedangkan Kecamatan

terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Haranggaol Horison yaitu 5.058 jiwa.
Kepadatan penduduk Simalungun 192 jiwa/km ² atau bertambah 1 orang per km ²
dibanding tahun lalu, sedangkan menurut kecamatan, maka

Kecamatan Siantar

merupakan daerah terpadat penduduknya yaitu 826 jiwa/km²

dan yang terjarang

penduduknya di Kecamatan Dolok Silou hanya 49 jiwa/ km²
Penduduk Simalungun

pertengahan tahun

2014 sebesar 844.033 jiwa

yang terdiri dari 420.591 laki-laki dan 423.442 perempuan dengan rasio jenis
kelamin 99,33, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 orang laki-laki.
Jumlah Rumahtangga 215.694 atau rata-rata penduduk per rumah tangga 3,91 jiwa.
Berdasarkan kelompok umur maka penduduk Simalungun 63,59 persen (536.684)
berada di usia produktif (15-64 tahun) sedangkan penduduk Balita (0-4 tahun) 90.542
(10,73%) dan 44.830 (5,31%) pada usia lansia (> 64 tahun).
Kepadatan penduduk setiap tahunnya di Kabupaten Simalungun mengalami
peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kelahiran yang lebih tinggi di setiap
tahunnya. Hal inilah yang harus menjadi faktor penting yang harus diperhatikan oleh
pemerintah Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 4.8 Distribusi kerawanan tanah longsor berdasarkan Luas dan kepadatan
penduduk di Kabupaten Simalungun

No
1

2

Kepadatan penduduk
Kelas klasifikasi
kepadatan
kepadatan
(jiwa/km²)
(jiwa/km²)
Sangat rendah
400

883.02
533.47
549.22

TOTAL

669.14
193.03

Panombean
Panei
Tapian
Dolok
Dolok Batu
Nanggar
Gunung
Malela
Pamatang
Bandar
Bandar
Masilam
Siantar
Gunung
Maligas
Jawa
Maraja Bah
Jambi
Bandar

73,74
119,89
106,91
96,74
88,16
91,22
73,99
51,39

1,69
2,74
2,45
2,21
2,02
2,09
1,69
1,18
0,89

38,97
100,69
4372,50

2,30

100,00

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

5.

Das dan Wilayah Sungai
Berikut ini merupakan Daerah Aliran Sungai berdasarkan wilayah administrasi

kabupaten simalungun.
Tabel 4.9 Daerah Aliran Sungai berdasarkan daerah kerawanan wilayah administrasi
Kabupaten Simalungun

No
1

Luas

Daerah Aliran
Sungai

Kecamatan

Das Asahan
Hatonduhan
Das Bah Bolon

1,61

35,94
6.803,68
170.172,20

Bandar

40,00

11.192,21

Bandar Masilam
Bosar Maligas

1.758,34
7.220,86

Dolok Panribuan

16.574,24

Dolok Pardamean

9.404,90

Girsang Sipangan bolon

5.638,96

Gunung Malela

4.423,09

Hatonduhan

18.180,88

Hutabayu raja

16.446,40

Jawa Maraja Bahjambi

3

%

6.839,62
Girsang Sipangan Bolon

2

Ha

4.576,41

Jorlang Hataran

9.084,74

Panei

7.762,95

Panombean Panei

2.098,98

Pematang Bandar

3.650,41

Pematang Sidamanik

7.595,46

Purba

1.134,84

Raya

5.240,91

Siantar

7.537,93

Sidamanik

11.765,89

Tanah Jawa

18.883,82

Das Bah Kapul

60.228,41
Bandar

2.826,50

Bandar Huluan

7.333,17

Bandara Masilam

4.429,64

Dolok Batu Nanggar

7.681,04

14,16

Lanjutan Tabel 4.9
No

Daerah Aliran

Kecamatan

Luas

Universitas Sumatera Utara

Sungai

Ha
Gunung Malela

3.917,84

Gunung Maligas

4.632,47

Panei

5.796,23

Pematang Bandar

6.035,90

Siantar
Tapian Dolok
Das Bedagai
Raya

5

Das Danau Toba

21.934,65
962,47

Hatonduhan

513,42

Pematang Sidamanik

67,04

Pematang Silimahuta

2.809,87

Purba

6.940,28

Sidamanik

8.671,48

Silimakuta

957,82
33.408,64

Tanah jawa
Ujung Padang
Das Padang
Panombean Panei

718,62
1.581,58
888,00
23.507,06

98,96
11.251,76

Raya Kahean

30.591,46

Silau Kahean

1.089,34
16.451,25

Bosar Maligas
Ujung Padang
Das Ular
Pematang Silimahuta

3,87

15.644,94
806,31
59.412,13

Dolok Silau

10,34

972,80

Raya

Das Perupuk

7,85

6.713,36

44.004,31
Dolok Batu Nanggar

5,16

1.012,27

Haranggaol Horison

Das Merbau

3,05

1.225,14
1.058,76

Huta Bayu Raja

9

3.965,52
12.969,13

10.685,23

Hatonduhan

8

2.207,39

Silou Kahean

Bosar Maligas

7

11.315,52

Raya Kahean

Dolok Pardamean

6

87,20

Panombean Panei
Raya

4

%

13,97

25.603,91
336,76

Purba

10.295,53

Raya

6.723,20

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel. 4.9
No

Daerah Aliran
Sungai

Luas

Kecamatan

%

Ha
Silau Kahean

11.272,57

Silimakuta

5.180,16
425.420,34

Total

100,00

Kemudian selain dari Wilayah das yang terdapat di Sumatera Utara. Terdapat
das yang mengaliri beberapa daerah di Kabupaten Simalungun. Berikut ini adalah das
yang terdapat di Kabupaten Simalungun :
Tabel. 4.10 Wilayah Sungai berdasarkan daerah kerawanan wilayah administrasi
Kabupaten Simalungun
Luas
No
1

Wilayah Sungai

Kecamatan

Bah Bolon
Bandar

Ha

%

280.260,50

65,88

14.018,71

Bandar Huluan

7.333,17

Bandar Masilam

6.187,98

Bosar Maligas
Dolok Batu Nanggar

29.579,16
7.681,04

Dolok Panribuan

16.574,24

Dolok Pardamean

9.404,90

Girsang Sipangan Bolon

5.638,96

Gunung Malela

8.340,93

Gunung Maligas

4.632,47

Hatonduhan

18.899,50

Huta Bayu Raja

18.027,98

Jawa Maraja Bahjambi

4.576,41

Jorlang Hataran

9.084,74

Panei

7.850,15

Panombean Panei

7.895,21

Pematang Bandar

9.686,31

Pematang Sidamanik

7.595,46

Purba

1.134,84

Raya

16.556,43

Siantar

9.745,32

Universitas Sumatera Utara

Sidamanik

11.765,89

Lanjutan Tabel 4.10
No

Wilayah Sungai

Luas

Kecamatan
Ha
Tanah Jawa

2

3.965,52

Ujung Padang

24.313,38
116.385,57

Dolok Batu Nanggar
Dolok Silau
Panombean Panei
Pematang Silimahuta

98,96
336,76

Raya

19.200,11

Raya Kahean

31.650,21

Silau Kahean

23.047,13
5.180,16
28.774,27

Dolok Pardamean
Girsang Sipangan Bolon
Haranggaol Horison
Hatonduhan
Pematang Sidamanik

Total

25.603,91

10.295,53

Toba Asahan

27,36

972,80

Purba

Silimakuta
3

19.771,83

Tapian Dolok
Belawan- Ular- Padang

%

6,76

1.012,27
35,94
962,47
7.317,10
67,04

Pematang Silimahuta

2.809,87

Purba

6.940,28

Sidamanik

8.671,48

Silimakuta

957,82
425.420,34

100,00

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Distribusi tingkat kerawanan tanah longsor di Kabupaten Simalungun
Tabel. 4.11 Distribusi Kerawanan Tanah Longsor Berdasarkan Wilayah administrasi
Kabupaten Simalungun

No
1

Kelas
Kerawanan
Longsor
Sangat rendah

Luas
Kecamatan

Ha

%

13.728,14
3.512,90
1.066,82
3.622,74
5.525,68

3,17

169.104,65
10.744,74
7.072,62
3.844,08
25.951,51
8.652,09
279,79
8.340,93
4.632,47
7.920,41
18.027,98
4.576,41
807,22
548,64
9.946,86
5,13
13,19
8.797,13
18.328,19
12.727,64
17.887,64
215.991,95
Dolok Panribuan
13.201,59
Dolok Pardamean
5.440,83
Dolok Silau
26.270,98
Girsang SipanganBolon 10.330,24
Haranggaol Horizon
757,44
Hatonduhan
17.618,22
Jorlang Hataran
4.982,91
Panei
7.850,15

39,05

Bandar
Bandar Masilam
Bosar Maligas
Ujung Padang
2

Rendah

Bandar
Bandar Huluan
Bandar Masilam
Bosar Maligas
Dolok Batu Nanggar
Dolok Panribuan
Gunung Malela
Gunung Maligas
Hatonduhan
Hutabayu Raja
Jawa Maraja Bah Jambi
Jorlang Hataran
Panombean Panei
Pematang Bandar
Raya
Raya Kahean
Siantar
Tanah Jawa
Tapian Dolok
Ujung Padang
3

Menengah

49,88

Universitas Sumatera Utara

Panombean Panei
Lanjutan Tabel. 4.11
Tingkat
No
kerawanan

Tinggi

Total

Kecamatan

7.445,53

Luas

Ha
Pematang Sidamanik
5.281,72
Pematang Silimahuta
4.814,08
Purba
11.730,80
Raya
35.751,41
Raya Kahean
22.188,53
Siantar
948,19
Sidamanik
9.322,84
Silau Kahean
22.967,89
Silimakuta
7.156,06
Tanah Jawa
1.443,64
Tapian Dolok
488,90
34.233,85
Dolok Panribuan
3.092,86
Dolok Pardamean
4.976,31
Dolok Silau
4.653,11
Girsang SipanganBolon
2.117,20
Haranggaol Horizon
408,45
Jorlang Hataran
3.294,61
Pematang Sidamanik
2.380,78
Pematang Silimahuta
1.916,32
Purba
6.436,44
Sidamanik
4.106,65
Silimakuta
851,12
433.058,59

%

7,91

100,00

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 4.12 Distribusi Kerawanan Tanah Longsor Berdasarkan Parameter tanah longsor
di Kabupaten Simalungun
Parameter
Kecamatan

Curah
hujan
(mm)

Kepadatan
penduduk
Orang/km²

1
Haranggaol
Horison
Pamatang
Silimahuta
Purba

2
20012500
10011500
20012500
25013000

3
123.46

Kemiringan
Lereng/
Tanah
%
4
>40%

134.19

25-40%

135.33

25-40%

113.40

>40%

25013000
20012500
30013500

156.80

>40%

46.96

25-40%

340.16

2-15 %

Pamatang
Sidamanik

25013000

120.17

2-15 %

Silimakuta

203.80

2-15 %

Dolok
Panribuan

15012000
30013500

122.82

2-15 %

Jorlang
Hataran
Silou
Kahean

25013000
25013000

166.21

2-15 %

76.08

25-40%

Raya
Kahean

25013000

86.46

2-15 %

Raya

25013000

96.04

2-15 %

Panei

25013000
25013000

281.99

2-15 %

263.85

2-15 %

25013000
25013000
25013000

883.02

0-2%

271.68

0-2%

63.39

2-15%

20012500

377.01

0-2%

Girsang
Simpangan
Bolon
Dolok
Pardamean
Dolok Silou
Sidamanik

Panombeian
Panei
Siantar
Tanah Jawa
Hatonduhan

Dolok Batu
Nanggar

Penggunaan lahan

5
Dominan kawasan
hutan lindung
Dominan kawasan
hutan lindung
Dominan kawasan
hutan konservasi
Dominan kawasan
hutan lindung
Dominan kawasan
hutan lindung
Dominan kawasan
hutan konservasi
Dominan kawasan
hutan
produksi,perkebunan
pemukiman
Dominan kawasan
hutan lindung dan
perkebunan
Dominan kawasan
hutan lindung
Dominan kawasan
hutan
produksi,perkebunan
Perkebunan,pesawahan
dan pemukiman
Dominan kawasan
hutan produksi dan
perkebunan
Dominan kawasan
hutan produksi dan
perkebunan
Perkebunan dan tanah
kosong
Dominan kawasan
hutan produksi
Dominan kawasan
hutan
produksi,perkebunan
Pemukiman dan
pesawahan
Perkebunan,pesawahan
dan pemukiman
Hutan lindung dan
hutan produksi
terbatas,perkebunan
Perkebunan dan
pemukiman

Das dan
WS

6
Toba
asahan
Wampu

Tingkat
kerawanan

7
Tinggi
Tinggi

Ular

Tinggi

Toba
asahan

Tinggi

Bah
bolon
Ular

Tinggi

Bah
bolon

Tinggi

Bah
bolon

Tinggi

Ular

Tinggi

Bah
bolon

Tinggi

Tinggi

Bah bolon

Tinggi

Bedagai
ular

Menengah

Padang

Menengah

Bah bolon
- merbau

Menengah

Bah bolon

Menengah

Bah bolon

Menengah

Bah bolon

Rendah

Bah
bolon
Bah
bolon

Rendah

Bah
bolon

Rendah

Rendah

Universitas Sumatera Utara

Tapian
Dolok

20012500

335.62

0-2%

Perkebunan dan
pemukiman

Bah
kapul

Rendah

Lanjutan Tabel. 4.12
Kecamatan

Curah
hujan
(mm)

Kepadatan
penduduk
Orang/km²

Gunung
Malela
Gunung
Maligas
Hutabayu
Raja

20012500
20012500
20012500

353.13

Jawa Maraja
Bah Jambi
Pamatang
Bandar
Bandar
Huluan
Bandar

20012500
20012500
20012500
15012000
15012000
15012000

Bandar
Masilam
Bosar
Maligas
Ujung
padang

1.

15012000

Kemiringan
Lereng/
Tanah
%
0-2%

533.47

0-2%

154.78

0-2%

549.22

0-2%

358.42

0-2%

244.80

0-2%

669.14

0-2%

271.08

0-2%

140.39

0-2%

179.84

0-2%

Parameter
Penggunaan lahan

Perkebunan,pesawahan
dan pemukiman
Perkebunan dan
pemukiman
Dominan kawasan
hutan produksi terbatas
dan sawah
Perkebunan dan
pemukiman
Pemukiman dan
pesawahan
Pesawahan dan kebun
Pesawahan,pemukima
n
Pemukiman dan kebun
Dominan kawasan
hutan produksi
terbatas,perkebunan
Perkebunan dan
pemukiman

DAS dan
WS

Tingkat
kerawanan

Bah
kapul
Bah
kapul
Bah
bolon

Rendah

Bah
bolon
Bah
kapul
Bah
kapul
Bah
bolon
Bah
kapul
Perupu
k

Rendah

Bah
bolon

Sangat
rendah

Rendah
Rendah

Rendah
Rendah
Sangat
rendah
Sangat
rendah
Sangat
rendah

Daerah kerawanan tanah longsor sangat rendah
Daerah kerawanan sangat rendah adalah daerah yang memiliki potensi longsor

yang paling kecil dan mungkin tidak akan terjadi. hal ini dikarenakan hasil olah data
dari parameter- parameter yang ada menunjukan angka ≤ 2,5 Skor komulatif yang telah
di tetapkan oleh Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi. Wilayah yang
termasuk dalam kategori daerah kerawanan longsor sangat rendah dengan luas
kerawanan 13.728,14 Ha 3,17%.

Universitas Sumatera Utara

2. Daerah kerawanan tanah longsor rendah
Daerah kerawanan tanah longsor rendah merupakan daerah yang memiliki potensi
longsor rendah. Dan biasanya tanah yang berbentuk dataran sehingga resiko longsor
tidak signifikan. Kecamatan yang tingkat kerawanan rendah dengan luas 169.104,65 Ha
39,05 %
3. Daerah kerawanan tanah longsor menengah
Daerah sangat kerawanan tanah longsor menengah merupakan daerah yang yang
cukup berpotensi mengalami longsor. Daerah kerawanan menengah longsor di
Kabupaten Simalungun dengan luas 215.991,95 Ha 49,88 %
4.

Daerah kerawanan tanah longsor tinggi
Daerah kerawanan tanah longsor tinggi merupakan daerah yang sangat rentan

dan rawan terjadinya tanah longsor. Hal tersebut terjadi dikarenakan keseluruhan
parameter-parameter tersebut menunjukan nilai kerentanan yang cukup tinggi≤ 3,7.
Wilayah Kabupaten Simalungun yang menunujukan kerawanan cukup tinggi dengan
luasan 34.233,85 Ha 7,91 % ialah Kecamatan :

1. Haranggaol Horison 408,45 Ha dengan ( curah hujan 2001-2500 mm, kepadatan
penduduk 123.46 orang/km², kemiringan lereng >40% penggunaan lahan di
dominasi oleh kawasan hutan lindung kemudian dialiri oleh Sungai Toba
Asahan),
2. Pamatang Silimakuta 1.916,32 Ha dengan (curah hujan 1001-1500 mm,
kepadatan penduduk 134.19 orang/km², kemiringan lereng 25-40% penggunaan

Universitas Sumatera Utara

lahan di dominasi oleh kawasan hutan lindung kemudian dialiri oleh Sungai
Wampu),
3. Purba 6.436,44 Ha dengan (curah hujan 2001-2500 mm, kepadatan penduduk
135.33 orang/km², kemiringan lereng 25- 40% penggunaan lahan di dominasi
oleh kawasan hutan konservasi kemudian dialiri oleh Sungai Ular ,

4. Girsang Sipangan Bolon 2.117,20 Ha dengan (curah hujan 2501-3000 mm,
kepadatan penduduk 113.40 orang/km², kemiringan lereng >40% penggunaan
lahan di dominasi oleh kawasan hutan lindung kemudian dialiri oleh Sungai
Toba Asahan
5. Dolok Pardamean 4.976,31 Ha dengan (curah hujan 2501-3000 mm, kepadatan
penduduk 156.80 orang/km², kemiringan lereng >40% penggunaan lahan di
dominasi oleh kawasan hutan lindung kemudian dialiri oleh Sungai Bah bolon ,
6. Dolok Silou 4.653,11 Ha dengan (curah hujan 2001-2500

mm, kepadatan

penduduk 46.96 orang/km², kemiringan lereng 25-40% penggunaan lahan di
dominasi oleh kawasan hutan konservasi kemudian dialiri oleh Sungai Ular.
7. Pematang Sidamanik Ha dengan (curah hujan 2501-3000

mm, kepadatan

penduduk 120.96 orang/km², kemiringan lereng 2-15% penggunaan lahan di
dominasi oleh kawasan hutan lindung dan perkebunan kemudian dialiri oleh
Bah Bolon.
8. Sidamanik Ha dengan (curah hujan 3001-3500

mm, kepadatan penduduk

340.16 orang/km², kemiringan lereng 2-15% penggunaan lahan di dominasi
oleh kawasan hutan produksi,perkebunan dan pemukiman kemudian dialiri oleh

Universitas Sumatera Utara

Bah Bolon.
9. Silimakuta Ha dengan (curah hujan 1501-2000

mm, kepadatan penduduk

203.80 orang/km², kemiringan lereng 2-15% penggunaan lahan di dominasi
oleh kawasan hutan lindung kemudian dialiri oleh Sungai Ular.
10. Dolok Panribuan

Ha dengan (curah hujan 3001-3500

mm, kepadatan

penduduk 122.82 orang/km², kemiringan lereng 2-15% penggunaan lahan di
dominasi oleh kawasan hutan produksi dan perkebunan kemudian dialiri oleh
Bah Bolon.
11. Jorlang Hataran Ha dengan (curah hujan 2501-3000 mm, kepadatan penduduk
166.21 orang/km², kemiringan lereng 2-15% penggunaan lahan di dominasi
oleh kawasan perkebunan, pesawahan dan pemukiman kemudian dialiri oleh
Bah Bolon.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Analisis kebijakan tentang penataan ruang pada daerah rawan bencana
tanah longsor
Tata ruang di Kabupaten Simalungun diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Simalungun Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2031. Secara Umum, Rencana Pola Ruang
Kabupaten Simalungun Terdiri dari 2 pola ruang, yaitu pola ruang kawasan lindung
dan pola ruang kawasan budidaya.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Simalungun
Penelitian ini diarahkan kepada kondisi fisik dan teritorial wilayah Kabupaten
Simalungun yaitu melihat pola ruang kawasan lindung yang sebahagian besar berupa
lereng dan fungsi hutan yang melindungi beberapa kawasan di kabupaten Simalungun.
Yang kemudian dapat diarahkan kepada pola kawasan budidaya seperti permukiman
penduduk dengan peregerakan dan fungsi lahan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan. Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan konservasi, kawasan rawan
bencana alam, kawasan lindung geologi.
Kemudian Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas: kawasan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian,
kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan peternakan, kawasan pertambangan,
kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan peruntukan
lainnya. “Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Simalungun adalah mewujudkan
ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berbasis

Universitas Sumatera Utara

pertanian, agroindustri dan pariwisata melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya
alam dan memperhatikan kelestarian lingkungan berdasarkan falsafah “Habonaron do
Bona”.
Pemanfaatan lahan dan peruntukan lahan di kalangan masyarakat masih banyak
kita lihat terutama dikawasan fungsi lindung yang memiliki potensi terjadinya bencana
tanah longsor. Karena pada hakikatnya ialah kawasan lindung merupakan kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya :
1.

Kawasan Hutan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf a,
meliputi sebagian wilayah pada Kecamatan Purba, Haranggaol Horison, Dolok
Pardamean, Pematang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon, Hatonduhan, Dolok
Panribuan, Pamatang Silimahuta, Silimakuta, Dolok Silou, Purba, Silou Kahean,
Raya Kahean, dan Sidamanik.
Didalam RTRW Kabupaten Simalungun dapat kita perhatikan ada beberapa daerah
yang akan direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun atau peruntukan
lahan. Seperti kawasan Haranggaol horison, Pamatang Sidamanik dan Girsang
Sipangan Bolon yang akan di Zonasikan menjadi Kawasan Danau Toba dsk.
Kemudian di daerah Kecamatan Pamatang Silimahuta dan Silimakuta di Zonasikan
untuk wilayah Kawasan Strategi Ekonomi yaitu Kawasan Agropolitan Dataran
Tinggi yang merupakan Kawasan Strategi Propinsi kemudian Kecamatan Dolok
Silou yang akan direncanakan menjadi Kawasan Strategis fungsi daya dukung
lingkungan yaitu PPA Gungung Simacik

2.

Kawasan hutan lindung yang diusulkan direvisi melalui Surat Gubsu no 522/8939
tgl 9 Septermber 2011 tentang Usulan Revisi Kawasan Hutan adalah seluas

Universitas Sumatera Utara

28.317,08 Ha (dua puluh delapan ribu tiga ratus tujuh belas koma kosong delapan
hektar)
3.

Kawasan

yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf b, meliputi kawasan resapan
air, diperuntukkan bagi daerah-daerah untuk melindungi ketersediaan air bagi mata
air, sungai dan danau, terutama di daerah tangkapan air Danau Toba.
4.

Kawasan perlindungan setempat s

Dokumen yang terkait

ANALISIS POTENSI TANAH LONGSOR DI KECAMATAN DLINGO KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI Analisis Potensi Tanah Longsor Di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Tahun 2016.

0 4 15

ANALISIS POTENSI TANAH LONGSOR DI KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI Analisis Potensi Tanah Longsor Di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Tahun 2016.

2 11 15

ANALISIS POTENSI BAHAYA TANAH LONGSOR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KECAMATAN SELO, KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 28

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP LAJU EROSI DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 41

Analisis Tata Guna Lahan Dalam Memitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kabupaten Simalungun)

0 0 15

Analisis Tata Guna Lahan Dalam Memitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Analisis Tata Guna Lahan Dalam Memitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kabupaten Simalungun)

0 0 9

Analisis Tata Guna Lahan Dalam Memitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kabupaten Simalungun)

0 0 48

Analisis Tata Guna Lahan Dalam Memitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) (Studi Kasus: Kabupaten Kediri)

0 0 5