Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching (studi empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bei 2010-2014)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Audit merupakan fungsi pembuktian mengenai kewajaran laporan keuangan
yang dilakukan oleh pihak independen. Namun menurut “Report of the Committee
on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association”
(Accounting Review, vol. 47) menyatakan bahwa:
“A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence
regarding assertions about economic actions and events to ascertain
the degree of correspondence between those assertions and established
criteria and communicating the results interested users”.
Setiap perusahaan di era globalisasi mempunyai tugas untuk menyajikan
laporan keuangan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan dalam jangka waktu tertentu serta menyediakan berbagai
informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak
internal maupun pihak eksternal perusahaan.
Menurut PSAK No. 1 (revisi 1998):
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur untuk
memenuhi kebutuhan bersama \ sebagian besar pengguna laporan.
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam membuat keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaaan sumber-sumber yang dapat dipercayakan.
Untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan relevan, reliabel dan
mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak-pihak pemakai laporan
keuangan, maka laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh auditor
Universitas Sumatera Utara
independensi. Independensi merupakan sikap yang dimiliki auditor yang bersifat
tidak memihak. Sedangkan menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001)
menyebutkan bahwa sikap independen yang dimiliki oleh akuntan tidak mudah
dipengaruhi oleh kepentingan umum. Secara umum, independensi terbagi atas dua
bagian yaitu : independence in fact dan independence in appreance. Independence
in fact merupakan sikap yang dimiliki auditor dimana auditor harus jujur dalam
mempertimbangkan fakta yang ada dan dapat bersikap tidak memihak dalam
memberikan pendapat. Sedangkan independence in appearance merupakan sikap
yang dimiliki oleh auditor yang dilihat dari penampilan dan mendapatkan kesan
bagi masyarakat bahwa akuntan publik dapat mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakan independensinya karena dalam melaksanakan proses audit,
auditor harus menjaga kepercayaan publik terhadap profesi akuntan dengan
mempertahankan independensi, integritas, dan objektivitas.
Salah satu cara untuk menjaga independensi, integritas dan objektivitas
dalam fungsi audit sebagai akibat adanya masa perikatan yang lama adalah
dengan melakukan auditor switching (pergantian auditor). Pergantian auditor
(auditor switching) merupakan pergantian KAP yang dilakukan perusahaan.
Pergantian auditor ini dapat terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang
membatasi pemberian jasa audit. Di mana pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas perusahaan memiliki beberapa alasan dan
pertimbangan dalam melakukan pergantian auditor tersebut. Menurut (Boynton,
2001 : 234) pergantian auditor dapat diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya
yaitu: 1) merger antara perusahaan yang memiliki auditor independen yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda, 2) kebutuhan mengenai jasa profesional yang lebih luas, 3)
ketidakpuasan dengan kantor akuntan tertentu, 4) keinginan untuk mengurangi
biaya audit, dan 5) merger antara kantor CPA.
Penelitian mengenai auditor switching dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pergantian auditor yang dapat terjadi secara mandatory (wajib) dan secara
voluntary (sukarela). Jika pergantian auditor dikatakan secara mandatory (wajib),
maka pergantian auditor terjadi karena adanya suatu peraturan yang mewajibkan
khususnya di Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah mengatur peraturan
mengenai pergantian auditor dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Kemudian peraturan
tersebut disempurnakan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2015, tentang “Praktik Akuntan Publik” pasal 11, dimana pemberian jasa audit
atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas yang dilakukan oleh
seorang Akuntan Publik untuk waktu 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
Sedangkan pergantian auditor bila dikatakan secara voluntary (sukarela),
maka pergantian auditor terjadi karena adanya faktor-faktor penyebab yang dapat
berasal dari auditor mengundurkan diri dari penugasan yang diterima atau klien
mengganti auditor untuk jasa yang diberikan dan tidak ada peraturan yang
mewajibkan untuk melakukan pergantian auditor.
Pergantian auditor di Indonesia idealnya dilakukan secara mandatory.
Namun
kenyataannya
fenomena
pergantian
auditor
di
Indonesia
yang
menunjukkan adanya perusahaan yang melakukan pergantian auditor secara
voluntary (Kurniaty, 2014). Jika perusahaan melakukan pergantian auditor secara
Universitas Sumatera Utara
voluntary maka perlu dipertanyakan hal-hal apa saja yang menyebabkan
perusahaan melakukan pergantian auditor (Susan, 2011).
Ada beberapa peneliti yang telah menguji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi auditor switching antara lain Nasser, et al (2006), Chadegani, et al
(2011), Susan (2011), Sudarno (2012), Aprillia (2013), Juliantari (2013), Pratini
(2013), Wijaya (2013), Kistini (2014), dan Suarjana (2015) dengan memberikan
hasil yang tidak konsisten, kemungkinan faktor yang dapat mempengaruhi
pergantian auditor yaitu kualitas audit, pergantian manajemen, pertumbuhan
perusahaan dan debt to total assets ratio.
Peneliti yang telah melakukan pengujian tentang auditor switching dengan
berbagai faktor dan hasil yang berbeda. Pertama dalam penelitian Chadegani, et al
(2011) menyatakan bahwa kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap auditor switching. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sudarno
(2012), Aprillia (2013) dan Juliantari (2013) Kistini (2014) menyatakan bahwa
variabel pergantian manajemen tidak mempengaruhi perusahaan untuk melakukan
auditor switching, sedangkan Susan (2011), Nasser, et al (2006), Sudarno (2012)
dan Pratini (2013) berhasil membuktikan bahwa variabel pergantian manajemen
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Ketiga, peneliti yang
mendukung pertumbuhan perusahaan dapat berpengaruh terhadap auditor
switching adalah Wijaya (2013). Namun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh
Suarjana (2015) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
tidak memiliki pengaruh terhadap auditor switching. Keempat, peneliti
menambahkan variabel debt to total assets ratio yang merupakan rasio
Universitas Sumatera Utara
solvabilitas dimana rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya. Hal yang mendasari ditambahkan variabel rasio
solvabilitas ini adalah menurut (Pratini,2013). Dengan adanya variabel debt to
total assets ratio kemungkinan variabel tersebut bisa berpengaruh terhadap
pergantian auditor dengan mengindikasikan adanya masalah dari beberapa bagian
aktiva yang dibiayai oleh hutang yang dapat dilihat dari laporan keuangan
perusahaan.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Susan dan Estralita (2011). Adapun variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berupa auditor switching. Variabel yang digunakan adalah
pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, ukuran
KAP, dan perubahan ROA. Akan tetapi peneliti hanya menggunakan variabel
pergantian manajemen dan menambahkan variabel independen lain yang tidak
dipertimbangkan oleh Susan dan Estralita (2011). Maka perbedaan dalam
penelitian ini adalah tempat penelitian, tahun penelitian, dan variabel penelitian.
Variabel independen yang digunakan peneliti terdiri dari kualitas audit, pergantian
manajemen, pertumbuhan perusahaan, dan debt to total assets ratio. Penelitian ini
memiliki periode waktu 5 tahun yaitu tahun 2010-2014 dan memiliki modifikasi
yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya sehingga dapat
memberikan hasil yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
AUDITOR
SWITCHING
(Studi
Empiris
Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2010-2014).
Universitas Sumatera Utara
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya akan menjadi
dasar dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Apakah kualitas audit mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan di Indonesia?
2.
Apakah pergantian manajemen mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan di Indonesia?
3.
Apakah pertumbuhan perusahaan mempengaruhi auditor switching
pada perusahaan di Indonesia?
4.
Apakah kondisi keuangan mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan di Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk:
1.
Memperoleh bukti empiris apakah kualitas audit berpengaruh terhadap
auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
2.
Memperoleh bukti empiris apakah pergantian manajemen berpengaruh
terhadap auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
3.
Memperoleh
bukti
empiris
apakah
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
4.
Memperoleh bukti empiris apakah debt total assets ratio berpengaruh
terhadap auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian diharapkan sebagai berikut:
1.
Bagi Profesi Akuntan Publik
Menjadi bahan informasi bagi profesi akuntan publik mengenai
praktik pergantian auditor.
2.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan wawasan
di bidang auditing, khususnya mengenai auditor switching (pergantian
auditor).
3.
Bagi Akademisi
Memberikan pandangan dan wawasan pengembangan pengauditan
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor switching.
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan
penelitian selanjutnya mengenai pembahasan auditor switching.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Audit merupakan fungsi pembuktian mengenai kewajaran laporan keuangan
yang dilakukan oleh pihak independen. Namun menurut “Report of the Committee
on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association”
(Accounting Review, vol. 47) menyatakan bahwa:
“A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence
regarding assertions about economic actions and events to ascertain
the degree of correspondence between those assertions and established
criteria and communicating the results interested users”.
Setiap perusahaan di era globalisasi mempunyai tugas untuk menyajikan
laporan keuangan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan dalam jangka waktu tertentu serta menyediakan berbagai
informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak
internal maupun pihak eksternal perusahaan.
Menurut PSAK No. 1 (revisi 1998):
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur untuk
memenuhi kebutuhan bersama \ sebagian besar pengguna laporan.
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam membuat keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaaan sumber-sumber yang dapat dipercayakan.
Untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan relevan, reliabel dan
mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak-pihak pemakai laporan
keuangan, maka laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh auditor
Universitas Sumatera Utara
independensi. Independensi merupakan sikap yang dimiliki auditor yang bersifat
tidak memihak. Sedangkan menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001)
menyebutkan bahwa sikap independen yang dimiliki oleh akuntan tidak mudah
dipengaruhi oleh kepentingan umum. Secara umum, independensi terbagi atas dua
bagian yaitu : independence in fact dan independence in appreance. Independence
in fact merupakan sikap yang dimiliki auditor dimana auditor harus jujur dalam
mempertimbangkan fakta yang ada dan dapat bersikap tidak memihak dalam
memberikan pendapat. Sedangkan independence in appearance merupakan sikap
yang dimiliki oleh auditor yang dilihat dari penampilan dan mendapatkan kesan
bagi masyarakat bahwa akuntan publik dapat mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakan independensinya karena dalam melaksanakan proses audit,
auditor harus menjaga kepercayaan publik terhadap profesi akuntan dengan
mempertahankan independensi, integritas, dan objektivitas.
Salah satu cara untuk menjaga independensi, integritas dan objektivitas
dalam fungsi audit sebagai akibat adanya masa perikatan yang lama adalah
dengan melakukan auditor switching (pergantian auditor). Pergantian auditor
(auditor switching) merupakan pergantian KAP yang dilakukan perusahaan.
Pergantian auditor ini dapat terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang
membatasi pemberian jasa audit. Di mana pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas perusahaan memiliki beberapa alasan dan
pertimbangan dalam melakukan pergantian auditor tersebut. Menurut (Boynton,
2001 : 234) pergantian auditor dapat diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya
yaitu: 1) merger antara perusahaan yang memiliki auditor independen yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda, 2) kebutuhan mengenai jasa profesional yang lebih luas, 3)
ketidakpuasan dengan kantor akuntan tertentu, 4) keinginan untuk mengurangi
biaya audit, dan 5) merger antara kantor CPA.
Penelitian mengenai auditor switching dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pergantian auditor yang dapat terjadi secara mandatory (wajib) dan secara
voluntary (sukarela). Jika pergantian auditor dikatakan secara mandatory (wajib),
maka pergantian auditor terjadi karena adanya suatu peraturan yang mewajibkan
khususnya di Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah mengatur peraturan
mengenai pergantian auditor dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Kemudian peraturan
tersebut disempurnakan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2015, tentang “Praktik Akuntan Publik” pasal 11, dimana pemberian jasa audit
atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas yang dilakukan oleh
seorang Akuntan Publik untuk waktu 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
Sedangkan pergantian auditor bila dikatakan secara voluntary (sukarela),
maka pergantian auditor terjadi karena adanya faktor-faktor penyebab yang dapat
berasal dari auditor mengundurkan diri dari penugasan yang diterima atau klien
mengganti auditor untuk jasa yang diberikan dan tidak ada peraturan yang
mewajibkan untuk melakukan pergantian auditor.
Pergantian auditor di Indonesia idealnya dilakukan secara mandatory.
Namun
kenyataannya
fenomena
pergantian
auditor
di
Indonesia
yang
menunjukkan adanya perusahaan yang melakukan pergantian auditor secara
voluntary (Kurniaty, 2014). Jika perusahaan melakukan pergantian auditor secara
Universitas Sumatera Utara
voluntary maka perlu dipertanyakan hal-hal apa saja yang menyebabkan
perusahaan melakukan pergantian auditor (Susan, 2011).
Ada beberapa peneliti yang telah menguji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi auditor switching antara lain Nasser, et al (2006), Chadegani, et al
(2011), Susan (2011), Sudarno (2012), Aprillia (2013), Juliantari (2013), Pratini
(2013), Wijaya (2013), Kistini (2014), dan Suarjana (2015) dengan memberikan
hasil yang tidak konsisten, kemungkinan faktor yang dapat mempengaruhi
pergantian auditor yaitu kualitas audit, pergantian manajemen, pertumbuhan
perusahaan dan debt to total assets ratio.
Peneliti yang telah melakukan pengujian tentang auditor switching dengan
berbagai faktor dan hasil yang berbeda. Pertama dalam penelitian Chadegani, et al
(2011) menyatakan bahwa kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap auditor switching. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sudarno
(2012), Aprillia (2013) dan Juliantari (2013) Kistini (2014) menyatakan bahwa
variabel pergantian manajemen tidak mempengaruhi perusahaan untuk melakukan
auditor switching, sedangkan Susan (2011), Nasser, et al (2006), Sudarno (2012)
dan Pratini (2013) berhasil membuktikan bahwa variabel pergantian manajemen
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Ketiga, peneliti yang
mendukung pertumbuhan perusahaan dapat berpengaruh terhadap auditor
switching adalah Wijaya (2013). Namun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh
Suarjana (2015) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
tidak memiliki pengaruh terhadap auditor switching. Keempat, peneliti
menambahkan variabel debt to total assets ratio yang merupakan rasio
Universitas Sumatera Utara
solvabilitas dimana rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya. Hal yang mendasari ditambahkan variabel rasio
solvabilitas ini adalah menurut (Pratini,2013). Dengan adanya variabel debt to
total assets ratio kemungkinan variabel tersebut bisa berpengaruh terhadap
pergantian auditor dengan mengindikasikan adanya masalah dari beberapa bagian
aktiva yang dibiayai oleh hutang yang dapat dilihat dari laporan keuangan
perusahaan.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Susan dan Estralita (2011). Adapun variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berupa auditor switching. Variabel yang digunakan adalah
pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, ukuran
KAP, dan perubahan ROA. Akan tetapi peneliti hanya menggunakan variabel
pergantian manajemen dan menambahkan variabel independen lain yang tidak
dipertimbangkan oleh Susan dan Estralita (2011). Maka perbedaan dalam
penelitian ini adalah tempat penelitian, tahun penelitian, dan variabel penelitian.
Variabel independen yang digunakan peneliti terdiri dari kualitas audit, pergantian
manajemen, pertumbuhan perusahaan, dan debt to total assets ratio. Penelitian ini
memiliki periode waktu 5 tahun yaitu tahun 2010-2014 dan memiliki modifikasi
yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya sehingga dapat
memberikan hasil yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
AUDITOR
SWITCHING
(Studi
Empiris
Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2010-2014).
Universitas Sumatera Utara
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya akan menjadi
dasar dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Apakah kualitas audit mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan di Indonesia?
2.
Apakah pergantian manajemen mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan di Indonesia?
3.
Apakah pertumbuhan perusahaan mempengaruhi auditor switching
pada perusahaan di Indonesia?
4.
Apakah kondisi keuangan mempengaruhi auditor switching pada
perusahaan di Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk:
1.
Memperoleh bukti empiris apakah kualitas audit berpengaruh terhadap
auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
2.
Memperoleh bukti empiris apakah pergantian manajemen berpengaruh
terhadap auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
3.
Memperoleh
bukti
empiris
apakah
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
4.
Memperoleh bukti empiris apakah debt total assets ratio berpengaruh
terhadap auditor switching pada perusahaan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian diharapkan sebagai berikut:
1.
Bagi Profesi Akuntan Publik
Menjadi bahan informasi bagi profesi akuntan publik mengenai
praktik pergantian auditor.
2.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan wawasan
di bidang auditing, khususnya mengenai auditor switching (pergantian
auditor).
3.
Bagi Akademisi
Memberikan pandangan dan wawasan pengembangan pengauditan
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor switching.
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan
penelitian selanjutnya mengenai pembahasan auditor switching.
Universitas Sumatera Utara