Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Tapanuli Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sebagaimana halnya perekonomian suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos
pengeluaran.Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara.Tanpa pajak,
sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dilaksanakan.Penggunaan uang pajak
mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah,
fasilitas kesehatan, kantor polisi dan sebagainya dibiayai dengan menggunakan
uang yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan
rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.Setiap warga negara mulai saat
dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan
dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Pajak juga digunakan untuk menyubsidi barang-barang yang sangat dibutuhkan
masyarakat, membayar utang negara ke luar negeri juga membantu Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) baik dalam hal pembinaan dan modal.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas fiskal daerah, melalui UndangUndang (UU) Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
daerah telah diberikan kewenangan untuk memungut jenis pajak baru. Salah satu
jenis pajak baru yang dapat dipungut oleh daerah adalah Pajak Bumi dan
Universitas Sumatera Utara
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan/ PBB-P2yang sebelumnya adalah pajak pusat
(sebelum 1 Januari 2014 PBB-P2 dikelola oleh pemerintah pusat).
PBB-P2 pada awalnya adalah pajak pusat yang alokasi penerimaannya
dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu, namun dalam
perkembangannya sesuai denganUU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, pajak ini khususnya sektor perkotaan dan pedesaan
sepenuhnya menjadi pajak daerah.
PBB merupakan salah satu pemasukan daerah yang penting karena
digunakan untuk pembangunan daerah. Selain itu, PBB mempunyai wajib pajak
terbesar dibanding pajak lainnya. Oleh karena itu, kepatuhan wajib pajak bumi
dan bangunan merupakan hal penting dalam kontribusinya terhadap pembangunan
dan kesejahteraan daerah. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk
tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan
ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.
Tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai UU Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) adalah untuk meningkatkan local taxing
power pada kabupaten/kota, seperti:
1. memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah;
2. menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk pengalihan PBB
Perdesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan/
BPHTBmenjadi pajak daerah);
3. memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah;
Universitas Sumatera Utara
4. menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan
pada daerah.
Pemerintah pusat mengalihkan semua kewenangan terkait pengelolaan
PBB-P2
kepada
prosespendataan,
kabupaten/kota. Kewenangan
penilaian,
penetapan,
tersebut
antara
lain:
pengadministrasian,
pemungutan/penagihan dan pelayanan.Penerimaan dari PBB-P2seratus persen
masuk ke pemerintah kabupaten/kota. Saat dikelola oleh pemerintah pusat (DJP/
Direktorat
Jenderal
Pajak), pemerintah
kabupaten/kota
mendapatkan
bagian sebesar 64,8 %.
Daerah yang taraf hidup masyarakatnya tergolong sejahtera menyambut
pengalihan PBB dari pusat ke daerah ini dengan sangat antusias, misalnya Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Surabaya dan Medan. Namun untuk daerah yang taraf
hidup masyarakatnya masih tergolong menengah ke bawah pengalihan PBB ini
menjadi sebuah dilema, karena jika target PBB tidak tercapai maka dana bagi
hasil yang seharusnya diperoleh dari pusat akan jauh lebih besar daripada realisasi
PBBdi kabupaten.
PBB minimal di Kabupaten Tapanuli Utara masih sangat rendah yaitu
Rp.5.000 (lima ribu rupiah). Separuh WP yang berada di daerah pedesaan
memiliki PBB terutang hanya sebesar Rp.5.000 dan biasanya pada saat jatuh
tempo kepala desalah yang membayarkan PBB tersebut. Ada unsur politisnya,
yaitu dahulu pada saat kampanye pemilihan kepala desa, sudah dijanjikan bahwa
masyarakat bebas pajak bumi dan bangunan dan biasanya kepala desa membayar
pajak bumi dan bangunan dari alokasi dana desanya, dan hal ini sepertinya sudah
membudaya mulai dari kepala desa – kepala desa yang terdahulu, sehingga jika
Universitas Sumatera Utara
pajak ditagih mereka enggan membayar karena dari masa-masa sebelumnya
memang kepala desalah yang membayarkan PBB mereka.
Landasan Filosofi PBB adalah bahwa pajak merupakan sumber
penerimaan negara yang penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan
nasional untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, oleh sebab
itu perlu peningkatan peran serta masyarakat, serta bahwa bumi dan bangunan
memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi
orang/badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat
darinya, oleh sebab itu wajar apabila kepada WPdiwajibkan memberikan sebagian
dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak.
Penyebab WP tidak patuh bervariasi, sebab utama adalah penghasilan
yang
diperoleh
WPyang
utama ditujukan
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya,timbul konflik antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan
negara.Sebab lain adalah WPkurang sadar tentang kewajiban bernegara, tidak
patuh pada aturan, kurang menghargai hukum, tingginya tarif pajak, dan kondisi
lingkungan sekitar (Jatmiko, 2006).
Berkaitan dengan penerimaan PBB yang diperoleh daerah, masih banyak
terlihat
kekurangan
terutama
masih
rendahnya
partisipasi
masyarakat
dalampembayaran PBB yang menjadi kewajibannya.Sesuai dengan info,kesadaran
WP diKabupaten Tapanuli Utara terhadap pembayaran pajak khususnya PBB
sangatlah kurang. Rendahnya kepatuhan wajib pajak tersebut disebabkab oleh
belum optimalnya penerapan aturan, kurangnya jumlah fiskus/ personel tim dan
kurangnya motivasi tim, kurangnya kesadaran wajib pajak terhadap kewajiban
perpajakan yang disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak dan
Universitas Sumatera Utara
kurang optimalnya penegakan hukum atas WPyang tidak patuh.Kesadaran untuk
memenuhi kewajiban pajak dapat timbul bila masyarakat memiliki pengetahuan
yang baik mengenai perpajakan yaitu mengapa harus membayar pajak,
mengetahui sifat dari pajak dan mengetahui sanksinya bila tidak membayar pajak.
Target dan realisasi PBB Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk 6 tahun
terakhir (tahun 2010 sampai dengan 2015) dapat dilihat pada lampiran 4.
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan WP merupakan
faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif
dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan WP.
Berkaitan dengan fenomena tentang penunggakan pembayaranWPatas
PBB, akan menarik untuk diteliti apakah penunggakan tersebut ada hubungannya
dengan beberapa faktor yakni meliputi pelayanan pajak bumi dan bangunan,
sanksi perpajakan, NJOP, pengetahuan PBB dan kesadaran WP. Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten Tapanuli Utara”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dirumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut.
1.
apakah pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi perpajakan, NJOP,
pengetahuan pajak bumi dan bangunan serta kesadaran wajib pajak,
berpengaruh secara serempak dan parsial terhadap kepatuhan wajib pajak?
Universitas Sumatera Utara
2.
apakahpendapatan masyarakatmampu memoderasi hubunganantara pelayanan
pajak bumi dan bangunan, sanksi perpajakan, NJOP, pengetahuan pajak bumi
dan bangunan serta kesadaran wajib pajak dengankepatuhan wajib pajak?
1.3
Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut.
1.
untuk menganalisis pengaruh antara pelayanan pajak bumi dan bangunan,
sanksi perpajakan, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan bangunan serta
kesadaran wajib pajaksecara serempak dan parsial terhadap kepatuhan wajib
pajak;
2.
untuk menganalisis pendapatan masyarakat mampu memoderasi hubungan
antara pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi pajak, NJOP, pengetahuan
pajak bumi dan bangunan serta kesadaran wajib pajak dengankepatuhan
wajib pajak.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain.
1.
bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan peneliti untuk memperdalam
wawasan dan pengetahuan tentang pajak bumi dan bangunan;
2.
bagi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan;
3.
bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya dan memberi masukan tentang pajak bumi dan
bangunan.
Universitas Sumatera Utara
1.5
Originalitas Penelitian
Dilihat dari kerangka konsep yang dikembangkan, penelitian ini
merupakan replikasi dari penelitian Ananda (2015) yang berjudul Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan
Pendapatan Masyarakat sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Wajib Pajak di
Kota Medan). Beberapa perbedaan antara penelitian Ananda (2015) dengan
penelitian ini terletak pada :
1. Tempat, Populasi, dan Sampel
Ananda (2015) meneliti di Kota Medan, Populasi Ananda (2015) adalah
wajib pajak yang terdaftar di Kota Medan. Sampelnya adalah WP yang
kebetulan bertemu dengan peneliti di Dinas Pendapatan Kota Medan yang
berjumlah 100 WP.
Penelitian ini meneliti pada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Populasi
dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar di Kabupaten Tapanuli
Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 orang WP yang terdaftar di
Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Variabel Penelitian
Ananda (2015) meneliti 4 (empat) variabel bebas yaitu pelayanan PBB, sanksi
pajak, NJOP dan pengetahuan PBB dan 1 (satu) variabel moderating yaitu
pendapatan masyarakat serta 1 (satu) variabel terikat kepatuhan wajib pajak.
Pada penelitian ini peneliti menambah 1 (satu) variabel bebas yaitu kesadaran
wajib pajak sehingga variabel bebasnya menjadi 5 (lima) yaitu: pelayanan
pajak bumi dan bangunan, sanksi pajak, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan
bangunan dan kesadaran wajib pajak dan 1 (satu) variabel moderating yaitu
Universitas Sumatera Utara
pendapatan masyarakat serta 1 (satu) variabel terikat kepatuhan wajib pajak.
Untuk lebih ringkasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Originalitas Penelitian
Uraian
Variabel
Independen
Penelitian Terdahulu
4 variabel bebas yaitu:
pelayanan PBB, sanksi
perpajakan,
NJOP,
pengetahuan PBB.
Penelitian sekarang
5
variabel
bebas
yaitu:
pelayanan
PBB,
sanksi
perpajakan, NJOP, pengetahuan
PBB dan kesadaran wajib pajak.
Variabel
Dependen
Kepatuhan wajib pajak
dalam membayar PBB.
Kepatuhan wajib pajak dalam
membayar PBB.
Variabel
Moderating
Pendapatan masyarakat.
Pendapatan masyarakat.
Lokasi
Penelitian
Pemerintah Kota
Medan,Sumatera Utara.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara, Sumatera Utara.
Waktu
Penelitian
2015
2016
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sebagaimana halnya perekonomian suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos
pengeluaran.Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara.Tanpa pajak,
sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dilaksanakan.Penggunaan uang pajak
mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah,
fasilitas kesehatan, kantor polisi dan sebagainya dibiayai dengan menggunakan
uang yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan
rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.Setiap warga negara mulai saat
dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan
dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Pajak juga digunakan untuk menyubsidi barang-barang yang sangat dibutuhkan
masyarakat, membayar utang negara ke luar negeri juga membantu Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) baik dalam hal pembinaan dan modal.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas fiskal daerah, melalui UndangUndang (UU) Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
daerah telah diberikan kewenangan untuk memungut jenis pajak baru. Salah satu
jenis pajak baru yang dapat dipungut oleh daerah adalah Pajak Bumi dan
Universitas Sumatera Utara
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan/ PBB-P2yang sebelumnya adalah pajak pusat
(sebelum 1 Januari 2014 PBB-P2 dikelola oleh pemerintah pusat).
PBB-P2 pada awalnya adalah pajak pusat yang alokasi penerimaannya
dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu, namun dalam
perkembangannya sesuai denganUU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, pajak ini khususnya sektor perkotaan dan pedesaan
sepenuhnya menjadi pajak daerah.
PBB merupakan salah satu pemasukan daerah yang penting karena
digunakan untuk pembangunan daerah. Selain itu, PBB mempunyai wajib pajak
terbesar dibanding pajak lainnya. Oleh karena itu, kepatuhan wajib pajak bumi
dan bangunan merupakan hal penting dalam kontribusinya terhadap pembangunan
dan kesejahteraan daerah. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk
tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan
ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.
Tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai UU Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) adalah untuk meningkatkan local taxing
power pada kabupaten/kota, seperti:
1. memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah;
2. menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk pengalihan PBB
Perdesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan/
BPHTBmenjadi pajak daerah);
3. memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah;
Universitas Sumatera Utara
4. menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan
pada daerah.
Pemerintah pusat mengalihkan semua kewenangan terkait pengelolaan
PBB-P2
kepada
prosespendataan,
kabupaten/kota. Kewenangan
penilaian,
penetapan,
tersebut
antara
lain:
pengadministrasian,
pemungutan/penagihan dan pelayanan.Penerimaan dari PBB-P2seratus persen
masuk ke pemerintah kabupaten/kota. Saat dikelola oleh pemerintah pusat (DJP/
Direktorat
Jenderal
Pajak), pemerintah
kabupaten/kota
mendapatkan
bagian sebesar 64,8 %.
Daerah yang taraf hidup masyarakatnya tergolong sejahtera menyambut
pengalihan PBB dari pusat ke daerah ini dengan sangat antusias, misalnya Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Surabaya dan Medan. Namun untuk daerah yang taraf
hidup masyarakatnya masih tergolong menengah ke bawah pengalihan PBB ini
menjadi sebuah dilema, karena jika target PBB tidak tercapai maka dana bagi
hasil yang seharusnya diperoleh dari pusat akan jauh lebih besar daripada realisasi
PBBdi kabupaten.
PBB minimal di Kabupaten Tapanuli Utara masih sangat rendah yaitu
Rp.5.000 (lima ribu rupiah). Separuh WP yang berada di daerah pedesaan
memiliki PBB terutang hanya sebesar Rp.5.000 dan biasanya pada saat jatuh
tempo kepala desalah yang membayarkan PBB tersebut. Ada unsur politisnya,
yaitu dahulu pada saat kampanye pemilihan kepala desa, sudah dijanjikan bahwa
masyarakat bebas pajak bumi dan bangunan dan biasanya kepala desa membayar
pajak bumi dan bangunan dari alokasi dana desanya, dan hal ini sepertinya sudah
membudaya mulai dari kepala desa – kepala desa yang terdahulu, sehingga jika
Universitas Sumatera Utara
pajak ditagih mereka enggan membayar karena dari masa-masa sebelumnya
memang kepala desalah yang membayarkan PBB mereka.
Landasan Filosofi PBB adalah bahwa pajak merupakan sumber
penerimaan negara yang penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan
nasional untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, oleh sebab
itu perlu peningkatan peran serta masyarakat, serta bahwa bumi dan bangunan
memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi
orang/badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat
darinya, oleh sebab itu wajar apabila kepada WPdiwajibkan memberikan sebagian
dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak.
Penyebab WP tidak patuh bervariasi, sebab utama adalah penghasilan
yang
diperoleh
WPyang
utama ditujukan
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya,timbul konflik antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan
negara.Sebab lain adalah WPkurang sadar tentang kewajiban bernegara, tidak
patuh pada aturan, kurang menghargai hukum, tingginya tarif pajak, dan kondisi
lingkungan sekitar (Jatmiko, 2006).
Berkaitan dengan penerimaan PBB yang diperoleh daerah, masih banyak
terlihat
kekurangan
terutama
masih
rendahnya
partisipasi
masyarakat
dalampembayaran PBB yang menjadi kewajibannya.Sesuai dengan info,kesadaran
WP diKabupaten Tapanuli Utara terhadap pembayaran pajak khususnya PBB
sangatlah kurang. Rendahnya kepatuhan wajib pajak tersebut disebabkab oleh
belum optimalnya penerapan aturan, kurangnya jumlah fiskus/ personel tim dan
kurangnya motivasi tim, kurangnya kesadaran wajib pajak terhadap kewajiban
perpajakan yang disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak dan
Universitas Sumatera Utara
kurang optimalnya penegakan hukum atas WPyang tidak patuh.Kesadaran untuk
memenuhi kewajiban pajak dapat timbul bila masyarakat memiliki pengetahuan
yang baik mengenai perpajakan yaitu mengapa harus membayar pajak,
mengetahui sifat dari pajak dan mengetahui sanksinya bila tidak membayar pajak.
Target dan realisasi PBB Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk 6 tahun
terakhir (tahun 2010 sampai dengan 2015) dapat dilihat pada lampiran 4.
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan WP merupakan
faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif
dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan WP.
Berkaitan dengan fenomena tentang penunggakan pembayaranWPatas
PBB, akan menarik untuk diteliti apakah penunggakan tersebut ada hubungannya
dengan beberapa faktor yakni meliputi pelayanan pajak bumi dan bangunan,
sanksi perpajakan, NJOP, pengetahuan PBB dan kesadaran WP. Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten Tapanuli Utara”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dirumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut.
1.
apakah pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi perpajakan, NJOP,
pengetahuan pajak bumi dan bangunan serta kesadaran wajib pajak,
berpengaruh secara serempak dan parsial terhadap kepatuhan wajib pajak?
Universitas Sumatera Utara
2.
apakahpendapatan masyarakatmampu memoderasi hubunganantara pelayanan
pajak bumi dan bangunan, sanksi perpajakan, NJOP, pengetahuan pajak bumi
dan bangunan serta kesadaran wajib pajak dengankepatuhan wajib pajak?
1.3
Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut.
1.
untuk menganalisis pengaruh antara pelayanan pajak bumi dan bangunan,
sanksi perpajakan, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan bangunan serta
kesadaran wajib pajaksecara serempak dan parsial terhadap kepatuhan wajib
pajak;
2.
untuk menganalisis pendapatan masyarakat mampu memoderasi hubungan
antara pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi pajak, NJOP, pengetahuan
pajak bumi dan bangunan serta kesadaran wajib pajak dengankepatuhan
wajib pajak.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain.
1.
bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan peneliti untuk memperdalam
wawasan dan pengetahuan tentang pajak bumi dan bangunan;
2.
bagi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan;
3.
bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya dan memberi masukan tentang pajak bumi dan
bangunan.
Universitas Sumatera Utara
1.5
Originalitas Penelitian
Dilihat dari kerangka konsep yang dikembangkan, penelitian ini
merupakan replikasi dari penelitian Ananda (2015) yang berjudul Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan
Pendapatan Masyarakat sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Wajib Pajak di
Kota Medan). Beberapa perbedaan antara penelitian Ananda (2015) dengan
penelitian ini terletak pada :
1. Tempat, Populasi, dan Sampel
Ananda (2015) meneliti di Kota Medan, Populasi Ananda (2015) adalah
wajib pajak yang terdaftar di Kota Medan. Sampelnya adalah WP yang
kebetulan bertemu dengan peneliti di Dinas Pendapatan Kota Medan yang
berjumlah 100 WP.
Penelitian ini meneliti pada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Populasi
dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar di Kabupaten Tapanuli
Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 orang WP yang terdaftar di
Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Variabel Penelitian
Ananda (2015) meneliti 4 (empat) variabel bebas yaitu pelayanan PBB, sanksi
pajak, NJOP dan pengetahuan PBB dan 1 (satu) variabel moderating yaitu
pendapatan masyarakat serta 1 (satu) variabel terikat kepatuhan wajib pajak.
Pada penelitian ini peneliti menambah 1 (satu) variabel bebas yaitu kesadaran
wajib pajak sehingga variabel bebasnya menjadi 5 (lima) yaitu: pelayanan
pajak bumi dan bangunan, sanksi pajak, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan
bangunan dan kesadaran wajib pajak dan 1 (satu) variabel moderating yaitu
Universitas Sumatera Utara
pendapatan masyarakat serta 1 (satu) variabel terikat kepatuhan wajib pajak.
Untuk lebih ringkasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Originalitas Penelitian
Uraian
Variabel
Independen
Penelitian Terdahulu
4 variabel bebas yaitu:
pelayanan PBB, sanksi
perpajakan,
NJOP,
pengetahuan PBB.
Penelitian sekarang
5
variabel
bebas
yaitu:
pelayanan
PBB,
sanksi
perpajakan, NJOP, pengetahuan
PBB dan kesadaran wajib pajak.
Variabel
Dependen
Kepatuhan wajib pajak
dalam membayar PBB.
Kepatuhan wajib pajak dalam
membayar PBB.
Variabel
Moderating
Pendapatan masyarakat.
Pendapatan masyarakat.
Lokasi
Penelitian
Pemerintah Kota
Medan,Sumatera Utara.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara, Sumatera Utara.
Waktu
Penelitian
2015
2016
Universitas Sumatera Utara