Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1996:87) ”mendefinisikan teori agensi
merupakan hubungan keagenan suatu kontrak antara pemilik (principal)
dengan manajer (agent). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan
baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan
kepada agent”.
Tujuan dari teori agensi adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The
beliefrevision role).
2.
Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja
(Theperformance evaluation role), Hubungan inilah disebut dengan teori
keagenan.
Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi
terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent.
Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja
perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya
pemisahan antara principal dan agent cenderung menimbulkan konflik
keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan
xviii
agent sama–sama berusaha memaksimumkan kesejahteraannya masingmasing.
Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu
positiveagency research dan principal agent research. Positive agent research
memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai
tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya
menjaga perilaku self serving agen. Principal agent research mengungkapkan
bahwa hubungan agent - principal dapat diaplikasikan secara lebih luas,
misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer
dengan kliennya, auditor dengan auditee.
Menurut Scott (2000:56) ada dua jenis asymmetric information yaitu
“adverseselection dan moral hazard”. Adverse selection adalah suatu tipe
informasiasimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelakupelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatankegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain, sedangkan moral
hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar perusahaan (investor)mendelegasikan
tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor tidak dapat sepenuhnya
memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut. Dibutuhkan pihak
ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen
yang berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agent) agar bertindak sesuai
dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu
menjembatani kepentingan pihak principal (shareholders) dengan pihak
manajer dalam mengelola keuangan perusahaan.
xix
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory).
Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa ”perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri”. Salah
satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan
sinyal pada pihak luar termasuk investor.
Teori sinyal (signaling theory) adalah teori yang menjelaskan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi.
Auditing dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan
stakeholders perusahaan, karena memungkinkan pihak diluar perusahaan
untukmemverifikasi validitas laporan keuangan dengan memberikan opini
audit.
2.1.3 Auditing
Pengertian Auditing menurut Alvin dan Randal (1996: 203)” Auditing
is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person”.
xx
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa auditing terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu; akumulasi dan evaluasi bukti yang berkaitan dengan
laporan keuangan perusahaan untuk menentukan apakah laporan keuangan
yang telah disajikan memang telah sesuai dengan ketentuan yang diterima umum
dan telah dapat dipercaya.
Untuk meningkatkan keakuratan informasi ini,
dibutuhkan seorang auditor yang handal, dan dapat dipercaya, tidak memihak
kepada siapapun yang berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.
Pengertian auditing menurut tokoh lain, dalam hal ini penulis kutip dari
Mulyadi (2002:70).
Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antar pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihakpihak yang berkepentingan.
Sedangkan pengertian auditing menurut Konrath (2002:5). mendefinisikan
auditing sebagai:
Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara
asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
xxi
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa poin penting yang dapat penulis rangkum dari ketiga pengertian
auditing diatas, yaitu auditing merupakan :
a.
Suatu proses akumulasi yang sistematis
Auditing merupakan proses pengumpulan informasi-informasi keuangan
yang disajikan oleh auditee secara terstuktur, terorganisir, danmemiliki tujuan
yang jelas.
b.
Mengevaluasi bukti yang dikumpulkan secara objektif
Salah satu bagian dari proses yang sistematis sebagaimana yang telah
disebutkan
diatas
adalah
pengumpulan
bukti
sebagai
dasar
untuk
pernyataan(asersi) yang dibuat oleh individu atau badan usaha yang membuat
asersi tersebut, tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti yang telah
dikumpulkan.
c.
Menilai dan membandingkan kesesuaian antara informasi yang disajikan
dengan apa yang terjadi pada kenyataannya
Bukti yang terkumpul dibandingkan dengan melihat nilai riil dari yang
terdapat pada bukti tersebut. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan program
audit yang telah direncanakan oleh auditor. Standar yang dipakai sebagaidasar
untuk menilai pernyataan tersebut adalah : peraturan yang ditetapkan oleh suatu
badan tertentu; anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha; standar
Akuntansi Keuangan (SAK)
d.
Menyampaikan hasil dari temuan yang diperoleh dari proses audit Setelah
membandingkan antara bukti dan nilai riilnya, maka temuan temuan yang
xxii
didapat
disampaikan
kepada
pihak
perusahaan
yang
kemudian
akanditetapkan apakah sesuai atau tidaknya laporan perusahaan. Hal
tersebut disampaikan dalam bentuk laporan audit (audit report).
Laporanaudit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar
(introductoryparagraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf
pendapat (opinion paragraph). Tujuan dari penyampaian ini adalah untuk
memberikan informasai dan membantu pihak eksternal perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan untuk memberikan keputusan
yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan.
e.
Seseorang yang melakukan audit (auditor) bersifat independen Auditor
haruslah bersifat independen, artinya tidak memihak pada
kepentingan pihak internal maupun ekternal perusahaan. Tujuannya
adalahuntuk meningkatkan keakuratan dari informasi audit yang
disampaikan.
2.1.4 Opini Audit
Bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit adalah pemberian opini
atas laporan keuangan yang disajikan auditee. Opini audit disajikan pada paragraf
terakhir laporan audit. Laporan yang telah diperiksa kewajarannya dituangkan
dalam opini sesuai dengan yang telah ditetapkan.Opini audit diberikan oleh
auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan
kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Opini audit menurut kamus standar akuntansi laporan yang diberikan
seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran
xxiii
laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Dalam melakukan suatu proses audit, auditor melakukan pemeriksaan dan
penelusuran terhadap dokumen pendukung yang berkaitan dengan informasi
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk memperoleh keyakinan
atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Setelah melakukan
serangkaian tahapan dalam suatu penugasan audit, barulah auditor dapat
menentukan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang telah disajikan yang
dinyatakan dalam laporan auditor independen. Laporan auditor independen
memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan
arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. (SPAP,
2011:508.2).
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik – PSA 29 SA Seksi 508
(2011), terdapat lima jenis opini auditor, yaitu:
1.
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinionwith
explanatory language)
Auditor
menyatakan
bahwa
keadaan
tertentu
sering
kali
xxiv
mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf penjelasan (atau
bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan
tersebut meliputi:
a.
Pendapatan auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen
lain.
b.
Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan-keadaan
yang
luar
biasa,
laporan
keuangan
disajikan
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia.
c.
Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas,
namun
setelah
mempertimbangkan
rencana
manajemen,
auditor
berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d.
Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
e.
Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan
keuangan komparatif.
f.
Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review.
g.
Informasi tambahan yang diharuskan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia—Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang
penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh
xxv
Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang
berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan
tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
h.
Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan
auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.
Selain itu, auditor dapat menambahkan paragraf penjelasan untuk
menekankan suatu hal tentang laporan keuangan.
3.
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
Pendapat ini dinyatakan bilamana:
a.
Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak
dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified
opinion)
dan
ia
berkesimpulan
tidak
menyatakan
tidakmemberikan pendapat (disclaimer opinion).
b.
Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia, yang
berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan
xxvi
pendapat tidak wajar (adverse opinion).
4.
Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
5.
Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Auditor tidak memberikan pendapat atas suatu laporan keuangan perusahaan.
Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat
merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Jika auditor menyatakan
tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan
semua
alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut.
2.1.5 Opini Audit Going Concern
Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam menjalankan
aktivitas operasional usahanya dalam kurun waktu yang lama pada masa yang
akan datang. Kosasih (1985: 33) menyatakan bahwa istilah ini diartikansebagai
anggapan bahwa operasi satuan ekonomi akan berlangsung terus di masa yang
akan datang. Going concern merupakan suatu asumsi akan kelangsungan hidup
perusahaan yang berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dalam melunasi
utang-utangnya, dan kemampuan perusahan dalam menagih piutangnya.
xxvii
Carmichael dalam The Auditor‟s Reporting Obligation menyatakan bahwa going
concern dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sangat material yang mengancam
kelangsungan hidup suatu entitas atau perusahaan.
Menurut Altman dan McGough (1974:65) masalah going concern terbagi
dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas,
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah
operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan
yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah
atas operasi.
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh
auditoruntuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (SA Seksi 341).
Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk
mengevaluasi adanya kondisi yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hidupnya (SA Seksi 341,
paragraf 02).
Pada saat menentukan opini going concern, auditor dapat mengidentifikasi
informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu, jika dipertimbangkan secara
keseluruhan akan menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang
diharapkan. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan
tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkian hanya menjadi
signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain.
xxviii
Berikut ini beberapa contoh peristiwa yang menjadi pertimbangan auditor dalam
memberikan opini audit goingconcern − dalam hal ini tidak hanya terbatas pada
pristiwa berikut−diantaranya :
1.
Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan perusahaan, dan
rasio keuangan penting yang menunjukkan nilai dibawah standar
perusahaan.
2.
Kesulitan keuangan, misalnya kegagalan melunasi kewajiban yang telah
jatuh tempo, penunggakan pembayaran deviden, dan restrukturisasi utang.
3.
Masalah intern, misalnya adanya karyawan yang melakukan mogok kerja,
ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen yang panjang
yang
tidak ekonomis,
dan
kebutuhan
untuk
secara
signifikian
memperbaiki operasi.
4.
Masalah luar, misalnya masalah gugatan pengadilan baik yang dilakukan
oleh pemasok, maupun pelanggan yang merasa tidak puas dengan
pelayanan perusahaan, kehilangan pelanggan dan pemasok utama,
kerugian
akibat
bencana
besar,
keluarnya
undang-undang
yang
mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau
paten yang penting, dan bencana yang tidak diasuransikan.
Auditor perlu mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengatasi
kondisi buruk yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang dalam
periode tidak lebih dari satu tahun. Dalam SA (Standar Auditing) Seksi 341
dinyatakan pertimbangan – pertimbangan tersebut antara lain:
xxix
1.
Rencana untuk menjual aktiva.
2.
Rencana penarikan utang atau restrukturisasi.
3.
Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran.
4.
Rencana untuk menaikkan modal pemilik.
Perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian bukan berarti
telah bebas dari kebangkrutan. Oleh karena itu auditor mengevaluasi tingkat
kekuatan kelangsungan hidup perusahaan klien. Berikut beberapa pedoman yang
diberikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia mengenai dampak dari pengaruh
kelangsungan hidup perusahaan terhadap opini yang dikeluarkan oleh auditor,
yaitu :
1.
Tanggungjawab auditor
Seorang auditor bertanggungjawab dalam mengevaluasi kelangsungan
hidup perusahaan klien. Jika auditor menemukan adanya tanda-tanda yang
menunjukkan gangguan operasional perusahaan, maka auditor harus :
a.
Berkordinasi dengan pihak manajemen dan memastikan apa rencana
manajemen dalam meminimalisir atau menghilangkan dampak yang akan
mungkin terjadi pada masa yang akan datang dari temuan auditor.
b.
Memastikan rencana tersebut efektif dan aman jika direalisasikan, dan
memastikan pada manajemen bahwa mereka akan melaksanakan rencana
tersebut.
2.
Prosedur audit
Prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik
yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.
xxx
Auditor cukup membuat suatu prosedur yang dapat menggambarkan kondisi klien
yang sesungguhnya dimana dalam prosedur tersebut dapat dilihat kemungkinankemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang yang dapat
merugikan iinternal maupun eksternal perusahaan. Menurut Mulyadi (2002)
Berikut contoh prosedur audit yang dapat dibuat oleh auditor, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
Prosedur ananalitik,
Review terhadap peristiwa kemudian,
Review terhadap kepatuhan atas syarat-syarat utang,
Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite
penting yang dibentuk,
Permintaan keterangan kepada penasehat hokum entitas dan pendapatnya,
Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mepunyai hubungan istimewa.
Pertimbangan atas kondisi peristiwa
Auditor dapat mempertimbangkan suatu peristiwa yang terjadi pada
perusahaan klien dalam memberikan opini going concern. Mengidentifikasi
kejadian tersebut, apakah berdampak merugikan atau tidak terhadap pihakpihak yang berkaitan dengan perusahaan klien kemudian menentukan seberapa
tingkat pengaruh kejadian tersebut terhadap operasional perusahaan.
4.
Pertimbangan atas manajemen
Rencana manajemen perusahaan klien juga perlu dipertimbangkan dalam
hal pemberian opini going concern. Hal ini apat dilihat pada contoh berikut :
a.
Apabila manajemen tidak memiliki rencana dalam hal pengurangan resiko
buruk suatu peristiwa untuk mempertahankan kelangsung hidup suatu
perusahaan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
b.
Apabila manajemen memiliki rencana untuk mengurangi resiko buruk yang
xxxi
terjadi pada perusahaan, maka auditor memiliki dua pilihan, diantaranya :
a) Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan tidak
efektif, maka auditor mempertimbangkan untuk menyatakan tidak
memberikan opini (disclaimer opnion).
b) Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan
efektif dan mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, serta
manajemen mengungkapkan rencana tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan, maka auditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
c) Jika menurut auditor rencana manajemen tersebut efektif, namun tidak
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor dapat
mempertimbangkan
untuk
memberikan
pendapatwajar dengan
pengecualian (qualified opinion) atau pendapat tidakwajar (adverse
opinion).
5.
Pertimbangan Dampak Informasi Kelangsungan Hidup Entitas Terhadap
Laporan Auditor Setelah auditor mempertimbangkan rencana manajemen,
maka apabila auditor mendapat kesangsian akan kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam jangka waktu pantas,
auditor harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas
laporan keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Berikut
beberapa informasi yang dapat diungkapkan, yaitu :
a.
Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
xxxii
dalam waktu pantas.
b.
Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut.
c.
Evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa
dan factor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya.
d.
Kemungkinan diberhentikan operasi satuan waktu.
e.
Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan).
f.
Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha
atau klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi utang.
2.1.6 Kualitas Audit
De Angelo (1981:78) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih
besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat dipahami
bahwa kualitas audit berkaitan dengan kemampuan auditor dalam menemukan,
mengidentifikasi, dan melaporkan pelanggaran yang dilakukan oleh klien
diserta dengan bukti-bukti yang ditemukan. Semakin besar KAP-nya, semakin
tinggi kualitas auditnya.
Dalam penelitian yang lain yang dilakukan oleh Deis dan Giroux
(2000:90), dikatakan bahwa beberapa hal yang mempengaruhi kualitas audit
yaitu:
1.
Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan
xxxiii
2.
3.
4.
audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin rendah.
Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan
semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan
berusaha menjaga reputasinya.
Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien
maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar.
Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak
ketiga.
Dari berbagai faktor diatas, dalam penelitian ini lebih menekankan pada
ukuran Kantor Akuntan Publik sebagai tolok ukur kualitas audit. Adapun ukuran
perusahaan tersebut diproksikan pada big four dan non big four. Berikut namanama perusahaan yang tergolong dalam KAP big four, yaitu :
1.
Price Water House Coopers (PWC), yang bekerjasama dengan KAP
Haryanto Sahari dan rekan.
2.
Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing
Satrio dan rekan.
3.
Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, yang
bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
4.
Ernst and Young (E&Y), yang bekerjasama dengan KAP Purwantoro,
Sarwoko, dan Sandjaja. Suherman & Surja.
2.1.7 Pertumbuhan Perusahaan
Salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk
menanamkan modalnya adalah pertumbuhan perusahaan. Pada umumnya,
xxxiv
pertumbuhan perusahaan diproksikan pada tingkat rasio penjualan. Hal ini
disebabkan karena penjualan merupakan aktivitas utama dan merupakan
pemasukan terbesar suatu perusahaan, termasuk perusahaan pertambangan. Pada
penelitian Solikah (2007:38)”mengatakan bahwa ―rasio penjualan mengukur
seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam
industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan”, Sedangkan
menurut Fabozzi (2000;90)“pertumbuhan penjualan merupakan perubahan
penjualan pada laporan keuangan pertahun. Dengan demikian, pertumbuhan
perusahaanjuga menjadi salah satu poin penting bagi auditor dalam memberikan
opini audit”.
Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin tinggi
pertumbuhan perusahaannya dan semakin kecil kemungkinan untuk mendapat
opini audit going conern, dan semakin meningkatkan kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin
kecil rasio penjualan perusahaannya, semakin besar kemungkinan untuk
mendapat opini going concern, dan semakin kecil pula kepercayaan investor
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan
rasiopertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan
laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan,
perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai
xxxv
pengaruh opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan kualitas
audit terhadap opini audit going concern. Masing-masing penelitian ini
menggunakan variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun, dan
hasil penelitiannya juga berbeda-beda diantara masing-masing peneliti. Berikut ini
adalah beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
No.
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Peneliti
1.
Ompusunggu(2
014)
Variabel independen :
likuiditas, leverage,
profitabilitas, kualitas audit,
opini audit tahun sebelumnya
Variabel dependen :
penerimaan opini audit Going
Concern
Likuiditas, leverage , profitabilitas
dan kualitas audit, tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern Sedangkan opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan
opini audit going concern.
2.
Doris(2010)
Variabel independen : quick
ratio, long term debt to asset
ratio, return on asset, kualitas
audit, pertumbuhan
perusahaan Variabel
dependen: opini audit wajar
dengan pernyataan going
concern
Long term debt to asset ratio dan
kualitas audit berpengaruh positif
terhadap pemberian opini audit
going concern. Sedangkan quick
ratio, return on asset, dan
pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern. Variabel independen :
quick ratio, long termdebt to asset
ratio, retur n on asset, kualitas
audit, pertumbuhan perusahaan
Variabel dependen: opini audit
wajar dengan pernyataan going
concern
3.
Magdalena
(2012)
Variabel independen: kualitas
audit, profitabilitas, leverage
opini audit tahun sebelumnya,
Variabel dependen:
penerimaan opini audit going
Variabel kualitas audit, leverage,
profitabilitas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap opini
audit Going Concern. sedangkan
opini audit tahun sebelumnya
xxxvi
concern
4.
Setyarno dkk
(2006)
Variabel independen : kondisi
keuangan perusahaan,
pertumbuhan penjualan,
kualitas audit, opini audit
tahun sebelumnya. Variabel
dependen : opini audit going
concern.
5.
Demak (2012)
Variabel independen: kualitas
audit, opini audit tahun
sebelumnya, leverage, dan
pertumbuhan perusahaan
Variabel dependen: opini
audit going concern
perusahaan
6.
Susarni dan
Jatmiko ( 2011 )
Variabel independen kondisi
keuangan: perusahaan, debt
default kualitas audit, opini
audit tahun sebelumnya
pertumbuhan perusahaan
Variabel dependen: opini
audit going concern,
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap
opini audit Going Concern.
Kondisi keuangan perusahaan dan
opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern sedangkan kualitas audit
dan pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern.
Opini audit tahun sebelumnya dan
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan opini audit
going concern Sedangkan kondisi
keuangan. perusahaan, debt default,
dan kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan
going concern.
Opini audit tahun sebelumnya dan
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan kondisi
keuangan perusahaan, debt default,
dan kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan
going concern.
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti 2016
Peneliti terdahulu yang menggunakan variabel kualitas audit pada
perusahaan pertambangan menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dilihat dari penelitian
yang dilakukan oleh Ompusunggu (2014) dan penelitian yang dilakukan oleh
Susarni dan Jatmiko (2011).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur
yang menggunakan variabel kualitas audit. Doris (2010) mendapatkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh
Magdalena (2012), Demak (2012) dan Setyarno dkk (2006) menunjukkan hasil
xxxvii
bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concer pada perusahaan manufaktur.
Penelitian terdahulu yang menggunakan variabel opini audit tahun
sebelumnya menunjukkan hasil bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern baik pada
perusahaan manufaktur maupun pada perusahaan pertambangan. Penelitian yang
menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan hasil bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimnaan opini audit
going
concern
pada
perusahaan
manufaktur.
Sedangkan
peneliti
belummenemukan pada penelitian terdahulu pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel
yang, sampel penelitian dan periode sampel yang digunakan.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teoritis diatas, peneliti mengambil kualitas audit,
pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel
independen dan opini audit going concern sebagai variabel dependen.
Hubungan antara kualitas audit, pertumbuhan perusahaan dan opini audit
tahun sebelumnya dengan opini audit going concern dapat digambarkan
sebagai berikut :
xxxviii
Variabel independen
Variabel dependen
Kualitas Audit (X1)
H1
Opini Audit
Opini Audit Tahun
H2
Going Concern
sebelumnya (X2)
Pertumbuhan Perusahaan
H3
(Y)
(X3)
H4
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
xxxix
Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit (Ruiz
et.al, 2004). Semakin tinggi reputasi auditor semakin bagus kualitas audit yang
didapat, dan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan para investor untuk
menanamkan modal pada perusahaan auditan. Kualitas audit juga sering
dihubungkan dengan ukuran KAP. Semakin besar ukuran KAP auditor, auditor
semakin
independen
untukmengungkapkan
dan
memiliki
temuan
pada
kekuatan
laporan
yang
keuangan
lebih
jika
besar
ditemui
adanyapenyimpangan yang dilakukan oleh klien. Selain itu, semakin besar
ukuran KAP auditor, berarti semakin besar pula kemampuan auditor jika
dituntut dalam pengadilan, sehingga semakin kecil kemungkinan auditor untuk
tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan auditan.
Pertumbuhan perusahaan sering diproksikan pada tingkat penjualan.
Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin baik pertumbuhan
perusahaan dan semakin besar kekuatan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan operasional perusahaan. Kemampuan perusahaan meningkatkan
rasio penjualannya mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu
mempertahankan pangsa pasar ekonominya. Hal ini disebabkan karena penjualan
merupakan aktivitas utama operasional dan sumber pendapatan utama perusahaan.
Semakin kuat perusahaan mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan
maka semakin kecil kemungkinan utnuk mendapat opini going concern.
Pada saat melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan, auditor akan
melihat bagaimana kinerja perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya. Apakah
perusahaan klien pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu atau tidak.
xl
Jika perusahaan pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu maka
kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern akan semakin
tinggi. Oleh karena itu opini laporan keuangan perusahaan pada tahun lalu juga
bagian dari pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern pada
periode saat ini.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008 : 49) ―Hipotesis merupakan penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan
terjadi‖. Karena hipotesis hanya berfungsi sebagai jawaban sementara, maka
perlu dilakukan pembuktian atas jawaban tersebut melalui data empiris. Dari
kerangka konseptual diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut :
H1: Kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going
concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
H2 :Pertumbuhan perusahaan berpengaruh pada opini audit going
concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
H3: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini
auditgoing concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
xli
H4 : Kualitas audit,Pertumbuhan perusahaan dan Opini audit tahun
sebelumnyaberpengaruh terhadap opini auditgoing
concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
xlii
TINJAUAN PUSTAKA
2.4
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1996:87) ”mendefinisikan teori agensi
merupakan hubungan keagenan suatu kontrak antara pemilik (principal)
dengan manajer (agent). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan
baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan
kepada agent”.
Tujuan dari teori agensi adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The
beliefrevision role).
2.
Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja
(Theperformance evaluation role), Hubungan inilah disebut dengan teori
keagenan.
Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi
terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent.
Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja
perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya
pemisahan antara principal dan agent cenderung menimbulkan konflik
keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan
xviii
agent sama–sama berusaha memaksimumkan kesejahteraannya masingmasing.
Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu
positiveagency research dan principal agent research. Positive agent research
memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai
tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya
menjaga perilaku self serving agen. Principal agent research mengungkapkan
bahwa hubungan agent - principal dapat diaplikasikan secara lebih luas,
misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer
dengan kliennya, auditor dengan auditee.
Menurut Scott (2000:56) ada dua jenis asymmetric information yaitu
“adverseselection dan moral hazard”. Adverse selection adalah suatu tipe
informasiasimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelakupelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatankegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain, sedangkan moral
hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar perusahaan (investor)mendelegasikan
tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor tidak dapat sepenuhnya
memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut. Dibutuhkan pihak
ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen
yang berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agent) agar bertindak sesuai
dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu
menjembatani kepentingan pihak principal (shareholders) dengan pihak
manajer dalam mengelola keuangan perusahaan.
xix
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory).
Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa ”perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri”. Salah
satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan
sinyal pada pihak luar termasuk investor.
Teori sinyal (signaling theory) adalah teori yang menjelaskan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi.
Auditing dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan
stakeholders perusahaan, karena memungkinkan pihak diluar perusahaan
untukmemverifikasi validitas laporan keuangan dengan memberikan opini
audit.
2.1.3 Auditing
Pengertian Auditing menurut Alvin dan Randal (1996: 203)” Auditing
is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person”.
xx
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa auditing terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu; akumulasi dan evaluasi bukti yang berkaitan dengan
laporan keuangan perusahaan untuk menentukan apakah laporan keuangan
yang telah disajikan memang telah sesuai dengan ketentuan yang diterima umum
dan telah dapat dipercaya.
Untuk meningkatkan keakuratan informasi ini,
dibutuhkan seorang auditor yang handal, dan dapat dipercaya, tidak memihak
kepada siapapun yang berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.
Pengertian auditing menurut tokoh lain, dalam hal ini penulis kutip dari
Mulyadi (2002:70).
Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antar pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihakpihak yang berkepentingan.
Sedangkan pengertian auditing menurut Konrath (2002:5). mendefinisikan
auditing sebagai:
Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara
asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
xxi
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa poin penting yang dapat penulis rangkum dari ketiga pengertian
auditing diatas, yaitu auditing merupakan :
a.
Suatu proses akumulasi yang sistematis
Auditing merupakan proses pengumpulan informasi-informasi keuangan
yang disajikan oleh auditee secara terstuktur, terorganisir, danmemiliki tujuan
yang jelas.
b.
Mengevaluasi bukti yang dikumpulkan secara objektif
Salah satu bagian dari proses yang sistematis sebagaimana yang telah
disebutkan
diatas
adalah
pengumpulan
bukti
sebagai
dasar
untuk
pernyataan(asersi) yang dibuat oleh individu atau badan usaha yang membuat
asersi tersebut, tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti yang telah
dikumpulkan.
c.
Menilai dan membandingkan kesesuaian antara informasi yang disajikan
dengan apa yang terjadi pada kenyataannya
Bukti yang terkumpul dibandingkan dengan melihat nilai riil dari yang
terdapat pada bukti tersebut. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan program
audit yang telah direncanakan oleh auditor. Standar yang dipakai sebagaidasar
untuk menilai pernyataan tersebut adalah : peraturan yang ditetapkan oleh suatu
badan tertentu; anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha; standar
Akuntansi Keuangan (SAK)
d.
Menyampaikan hasil dari temuan yang diperoleh dari proses audit Setelah
membandingkan antara bukti dan nilai riilnya, maka temuan temuan yang
xxii
didapat
disampaikan
kepada
pihak
perusahaan
yang
kemudian
akanditetapkan apakah sesuai atau tidaknya laporan perusahaan. Hal
tersebut disampaikan dalam bentuk laporan audit (audit report).
Laporanaudit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar
(introductoryparagraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf
pendapat (opinion paragraph). Tujuan dari penyampaian ini adalah untuk
memberikan informasai dan membantu pihak eksternal perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan untuk memberikan keputusan
yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan.
e.
Seseorang yang melakukan audit (auditor) bersifat independen Auditor
haruslah bersifat independen, artinya tidak memihak pada
kepentingan pihak internal maupun ekternal perusahaan. Tujuannya
adalahuntuk meningkatkan keakuratan dari informasi audit yang
disampaikan.
2.1.4 Opini Audit
Bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit adalah pemberian opini
atas laporan keuangan yang disajikan auditee. Opini audit disajikan pada paragraf
terakhir laporan audit. Laporan yang telah diperiksa kewajarannya dituangkan
dalam opini sesuai dengan yang telah ditetapkan.Opini audit diberikan oleh
auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan
kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Opini audit menurut kamus standar akuntansi laporan yang diberikan
seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran
xxiii
laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Dalam melakukan suatu proses audit, auditor melakukan pemeriksaan dan
penelusuran terhadap dokumen pendukung yang berkaitan dengan informasi
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk memperoleh keyakinan
atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Setelah melakukan
serangkaian tahapan dalam suatu penugasan audit, barulah auditor dapat
menentukan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang telah disajikan yang
dinyatakan dalam laporan auditor independen. Laporan auditor independen
memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan
arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. (SPAP,
2011:508.2).
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik – PSA 29 SA Seksi 508
(2011), terdapat lima jenis opini auditor, yaitu:
1.
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinionwith
explanatory language)
Auditor
menyatakan
bahwa
keadaan
tertentu
sering
kali
xxiv
mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf penjelasan (atau
bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan
tersebut meliputi:
a.
Pendapatan auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen
lain.
b.
Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan-keadaan
yang
luar
biasa,
laporan
keuangan
disajikan
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia.
c.
Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas,
namun
setelah
mempertimbangkan
rencana
manajemen,
auditor
berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d.
Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
e.
Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan
keuangan komparatif.
f.
Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review.
g.
Informasi tambahan yang diharuskan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia—Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang
penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh
xxv
Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang
berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan
tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
h.
Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan
auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.
Selain itu, auditor dapat menambahkan paragraf penjelasan untuk
menekankan suatu hal tentang laporan keuangan.
3.
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
Pendapat ini dinyatakan bilamana:
a.
Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak
dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified
opinion)
dan
ia
berkesimpulan
tidak
menyatakan
tidakmemberikan pendapat (disclaimer opinion).
b.
Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia, yang
berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan
xxvi
pendapat tidak wajar (adverse opinion).
4.
Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
5.
Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Auditor tidak memberikan pendapat atas suatu laporan keuangan perusahaan.
Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat
merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Jika auditor menyatakan
tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan
semua
alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut.
2.1.5 Opini Audit Going Concern
Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam menjalankan
aktivitas operasional usahanya dalam kurun waktu yang lama pada masa yang
akan datang. Kosasih (1985: 33) menyatakan bahwa istilah ini diartikansebagai
anggapan bahwa operasi satuan ekonomi akan berlangsung terus di masa yang
akan datang. Going concern merupakan suatu asumsi akan kelangsungan hidup
perusahaan yang berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dalam melunasi
utang-utangnya, dan kemampuan perusahan dalam menagih piutangnya.
xxvii
Carmichael dalam The Auditor‟s Reporting Obligation menyatakan bahwa going
concern dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sangat material yang mengancam
kelangsungan hidup suatu entitas atau perusahaan.
Menurut Altman dan McGough (1974:65) masalah going concern terbagi
dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas,
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah
operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan
yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah
atas operasi.
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh
auditoruntuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (SA Seksi 341).
Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk
mengevaluasi adanya kondisi yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hidupnya (SA Seksi 341,
paragraf 02).
Pada saat menentukan opini going concern, auditor dapat mengidentifikasi
informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu, jika dipertimbangkan secara
keseluruhan akan menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang
diharapkan. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan
tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkian hanya menjadi
signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain.
xxviii
Berikut ini beberapa contoh peristiwa yang menjadi pertimbangan auditor dalam
memberikan opini audit goingconcern − dalam hal ini tidak hanya terbatas pada
pristiwa berikut−diantaranya :
1.
Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan perusahaan, dan
rasio keuangan penting yang menunjukkan nilai dibawah standar
perusahaan.
2.
Kesulitan keuangan, misalnya kegagalan melunasi kewajiban yang telah
jatuh tempo, penunggakan pembayaran deviden, dan restrukturisasi utang.
3.
Masalah intern, misalnya adanya karyawan yang melakukan mogok kerja,
ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen yang panjang
yang
tidak ekonomis,
dan
kebutuhan
untuk
secara
signifikian
memperbaiki operasi.
4.
Masalah luar, misalnya masalah gugatan pengadilan baik yang dilakukan
oleh pemasok, maupun pelanggan yang merasa tidak puas dengan
pelayanan perusahaan, kehilangan pelanggan dan pemasok utama,
kerugian
akibat
bencana
besar,
keluarnya
undang-undang
yang
mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau
paten yang penting, dan bencana yang tidak diasuransikan.
Auditor perlu mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengatasi
kondisi buruk yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang dalam
periode tidak lebih dari satu tahun. Dalam SA (Standar Auditing) Seksi 341
dinyatakan pertimbangan – pertimbangan tersebut antara lain:
xxix
1.
Rencana untuk menjual aktiva.
2.
Rencana penarikan utang atau restrukturisasi.
3.
Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran.
4.
Rencana untuk menaikkan modal pemilik.
Perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian bukan berarti
telah bebas dari kebangkrutan. Oleh karena itu auditor mengevaluasi tingkat
kekuatan kelangsungan hidup perusahaan klien. Berikut beberapa pedoman yang
diberikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia mengenai dampak dari pengaruh
kelangsungan hidup perusahaan terhadap opini yang dikeluarkan oleh auditor,
yaitu :
1.
Tanggungjawab auditor
Seorang auditor bertanggungjawab dalam mengevaluasi kelangsungan
hidup perusahaan klien. Jika auditor menemukan adanya tanda-tanda yang
menunjukkan gangguan operasional perusahaan, maka auditor harus :
a.
Berkordinasi dengan pihak manajemen dan memastikan apa rencana
manajemen dalam meminimalisir atau menghilangkan dampak yang akan
mungkin terjadi pada masa yang akan datang dari temuan auditor.
b.
Memastikan rencana tersebut efektif dan aman jika direalisasikan, dan
memastikan pada manajemen bahwa mereka akan melaksanakan rencana
tersebut.
2.
Prosedur audit
Prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik
yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.
xxx
Auditor cukup membuat suatu prosedur yang dapat menggambarkan kondisi klien
yang sesungguhnya dimana dalam prosedur tersebut dapat dilihat kemungkinankemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang yang dapat
merugikan iinternal maupun eksternal perusahaan. Menurut Mulyadi (2002)
Berikut contoh prosedur audit yang dapat dibuat oleh auditor, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
Prosedur ananalitik,
Review terhadap peristiwa kemudian,
Review terhadap kepatuhan atas syarat-syarat utang,
Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite
penting yang dibentuk,
Permintaan keterangan kepada penasehat hokum entitas dan pendapatnya,
Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mepunyai hubungan istimewa.
Pertimbangan atas kondisi peristiwa
Auditor dapat mempertimbangkan suatu peristiwa yang terjadi pada
perusahaan klien dalam memberikan opini going concern. Mengidentifikasi
kejadian tersebut, apakah berdampak merugikan atau tidak terhadap pihakpihak yang berkaitan dengan perusahaan klien kemudian menentukan seberapa
tingkat pengaruh kejadian tersebut terhadap operasional perusahaan.
4.
Pertimbangan atas manajemen
Rencana manajemen perusahaan klien juga perlu dipertimbangkan dalam
hal pemberian opini going concern. Hal ini apat dilihat pada contoh berikut :
a.
Apabila manajemen tidak memiliki rencana dalam hal pengurangan resiko
buruk suatu peristiwa untuk mempertahankan kelangsung hidup suatu
perusahaan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
b.
Apabila manajemen memiliki rencana untuk mengurangi resiko buruk yang
xxxi
terjadi pada perusahaan, maka auditor memiliki dua pilihan, diantaranya :
a) Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan tidak
efektif, maka auditor mempertimbangkan untuk menyatakan tidak
memberikan opini (disclaimer opnion).
b) Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan
efektif dan mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, serta
manajemen mengungkapkan rencana tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan, maka auditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
c) Jika menurut auditor rencana manajemen tersebut efektif, namun tidak
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor dapat
mempertimbangkan
untuk
memberikan
pendapatwajar dengan
pengecualian (qualified opinion) atau pendapat tidakwajar (adverse
opinion).
5.
Pertimbangan Dampak Informasi Kelangsungan Hidup Entitas Terhadap
Laporan Auditor Setelah auditor mempertimbangkan rencana manajemen,
maka apabila auditor mendapat kesangsian akan kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam jangka waktu pantas,
auditor harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas
laporan keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Berikut
beberapa informasi yang dapat diungkapkan, yaitu :
a.
Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
xxxii
dalam waktu pantas.
b.
Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut.
c.
Evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa
dan factor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya.
d.
Kemungkinan diberhentikan operasi satuan waktu.
e.
Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan).
f.
Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha
atau klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi utang.
2.1.6 Kualitas Audit
De Angelo (1981:78) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih
besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat dipahami
bahwa kualitas audit berkaitan dengan kemampuan auditor dalam menemukan,
mengidentifikasi, dan melaporkan pelanggaran yang dilakukan oleh klien
diserta dengan bukti-bukti yang ditemukan. Semakin besar KAP-nya, semakin
tinggi kualitas auditnya.
Dalam penelitian yang lain yang dilakukan oleh Deis dan Giroux
(2000:90), dikatakan bahwa beberapa hal yang mempengaruhi kualitas audit
yaitu:
1.
Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan
xxxiii
2.
3.
4.
audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin rendah.
Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan
semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan
berusaha menjaga reputasinya.
Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien
maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar.
Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak
ketiga.
Dari berbagai faktor diatas, dalam penelitian ini lebih menekankan pada
ukuran Kantor Akuntan Publik sebagai tolok ukur kualitas audit. Adapun ukuran
perusahaan tersebut diproksikan pada big four dan non big four. Berikut namanama perusahaan yang tergolong dalam KAP big four, yaitu :
1.
Price Water House Coopers (PWC), yang bekerjasama dengan KAP
Haryanto Sahari dan rekan.
2.
Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing
Satrio dan rekan.
3.
Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, yang
bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
4.
Ernst and Young (E&Y), yang bekerjasama dengan KAP Purwantoro,
Sarwoko, dan Sandjaja. Suherman & Surja.
2.1.7 Pertumbuhan Perusahaan
Salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk
menanamkan modalnya adalah pertumbuhan perusahaan. Pada umumnya,
xxxiv
pertumbuhan perusahaan diproksikan pada tingkat rasio penjualan. Hal ini
disebabkan karena penjualan merupakan aktivitas utama dan merupakan
pemasukan terbesar suatu perusahaan, termasuk perusahaan pertambangan. Pada
penelitian Solikah (2007:38)”mengatakan bahwa ―rasio penjualan mengukur
seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam
industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan”, Sedangkan
menurut Fabozzi (2000;90)“pertumbuhan penjualan merupakan perubahan
penjualan pada laporan keuangan pertahun. Dengan demikian, pertumbuhan
perusahaanjuga menjadi salah satu poin penting bagi auditor dalam memberikan
opini audit”.
Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin tinggi
pertumbuhan perusahaannya dan semakin kecil kemungkinan untuk mendapat
opini audit going conern, dan semakin meningkatkan kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin
kecil rasio penjualan perusahaannya, semakin besar kemungkinan untuk
mendapat opini going concern, dan semakin kecil pula kepercayaan investor
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan
rasiopertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan
laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan,
perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai
xxxv
pengaruh opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan kualitas
audit terhadap opini audit going concern. Masing-masing penelitian ini
menggunakan variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun, dan
hasil penelitiannya juga berbeda-beda diantara masing-masing peneliti. Berikut ini
adalah beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
No.
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Peneliti
1.
Ompusunggu(2
014)
Variabel independen :
likuiditas, leverage,
profitabilitas, kualitas audit,
opini audit tahun sebelumnya
Variabel dependen :
penerimaan opini audit Going
Concern
Likuiditas, leverage , profitabilitas
dan kualitas audit, tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern Sedangkan opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan
opini audit going concern.
2.
Doris(2010)
Variabel independen : quick
ratio, long term debt to asset
ratio, return on asset, kualitas
audit, pertumbuhan
perusahaan Variabel
dependen: opini audit wajar
dengan pernyataan going
concern
Long term debt to asset ratio dan
kualitas audit berpengaruh positif
terhadap pemberian opini audit
going concern. Sedangkan quick
ratio, return on asset, dan
pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern. Variabel independen :
quick ratio, long termdebt to asset
ratio, retur n on asset, kualitas
audit, pertumbuhan perusahaan
Variabel dependen: opini audit
wajar dengan pernyataan going
concern
3.
Magdalena
(2012)
Variabel independen: kualitas
audit, profitabilitas, leverage
opini audit tahun sebelumnya,
Variabel dependen:
penerimaan opini audit going
Variabel kualitas audit, leverage,
profitabilitas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap opini
audit Going Concern. sedangkan
opini audit tahun sebelumnya
xxxvi
concern
4.
Setyarno dkk
(2006)
Variabel independen : kondisi
keuangan perusahaan,
pertumbuhan penjualan,
kualitas audit, opini audit
tahun sebelumnya. Variabel
dependen : opini audit going
concern.
5.
Demak (2012)
Variabel independen: kualitas
audit, opini audit tahun
sebelumnya, leverage, dan
pertumbuhan perusahaan
Variabel dependen: opini
audit going concern
perusahaan
6.
Susarni dan
Jatmiko ( 2011 )
Variabel independen kondisi
keuangan: perusahaan, debt
default kualitas audit, opini
audit tahun sebelumnya
pertumbuhan perusahaan
Variabel dependen: opini
audit going concern,
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap
opini audit Going Concern.
Kondisi keuangan perusahaan dan
opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern sedangkan kualitas audit
dan pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going
concern.
Opini audit tahun sebelumnya dan
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan opini audit
going concern Sedangkan kondisi
keuangan. perusahaan, debt default,
dan kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan
going concern.
Opini audit tahun sebelumnya dan
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan kondisi
keuangan perusahaan, debt default,
dan kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan
going concern.
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti 2016
Peneliti terdahulu yang menggunakan variabel kualitas audit pada
perusahaan pertambangan menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dilihat dari penelitian
yang dilakukan oleh Ompusunggu (2014) dan penelitian yang dilakukan oleh
Susarni dan Jatmiko (2011).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur
yang menggunakan variabel kualitas audit. Doris (2010) mendapatkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh
Magdalena (2012), Demak (2012) dan Setyarno dkk (2006) menunjukkan hasil
xxxvii
bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concer pada perusahaan manufaktur.
Penelitian terdahulu yang menggunakan variabel opini audit tahun
sebelumnya menunjukkan hasil bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern baik pada
perusahaan manufaktur maupun pada perusahaan pertambangan. Penelitian yang
menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan hasil bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimnaan opini audit
going
concern
pada
perusahaan
manufaktur.
Sedangkan
peneliti
belummenemukan pada penelitian terdahulu pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel
yang, sampel penelitian dan periode sampel yang digunakan.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teoritis diatas, peneliti mengambil kualitas audit,
pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel
independen dan opini audit going concern sebagai variabel dependen.
Hubungan antara kualitas audit, pertumbuhan perusahaan dan opini audit
tahun sebelumnya dengan opini audit going concern dapat digambarkan
sebagai berikut :
xxxviii
Variabel independen
Variabel dependen
Kualitas Audit (X1)
H1
Opini Audit
Opini Audit Tahun
H2
Going Concern
sebelumnya (X2)
Pertumbuhan Perusahaan
H3
(Y)
(X3)
H4
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
xxxix
Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit (Ruiz
et.al, 2004). Semakin tinggi reputasi auditor semakin bagus kualitas audit yang
didapat, dan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan para investor untuk
menanamkan modal pada perusahaan auditan. Kualitas audit juga sering
dihubungkan dengan ukuran KAP. Semakin besar ukuran KAP auditor, auditor
semakin
independen
untukmengungkapkan
dan
memiliki
temuan
pada
kekuatan
laporan
yang
keuangan
lebih
jika
besar
ditemui
adanyapenyimpangan yang dilakukan oleh klien. Selain itu, semakin besar
ukuran KAP auditor, berarti semakin besar pula kemampuan auditor jika
dituntut dalam pengadilan, sehingga semakin kecil kemungkinan auditor untuk
tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan auditan.
Pertumbuhan perusahaan sering diproksikan pada tingkat penjualan.
Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin baik pertumbuhan
perusahaan dan semakin besar kekuatan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan operasional perusahaan. Kemampuan perusahaan meningkatkan
rasio penjualannya mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu
mempertahankan pangsa pasar ekonominya. Hal ini disebabkan karena penjualan
merupakan aktivitas utama operasional dan sumber pendapatan utama perusahaan.
Semakin kuat perusahaan mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan
maka semakin kecil kemungkinan utnuk mendapat opini going concern.
Pada saat melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan, auditor akan
melihat bagaimana kinerja perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya. Apakah
perusahaan klien pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu atau tidak.
xl
Jika perusahaan pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu maka
kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern akan semakin
tinggi. Oleh karena itu opini laporan keuangan perusahaan pada tahun lalu juga
bagian dari pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern pada
periode saat ini.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008 : 49) ―Hipotesis merupakan penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan
terjadi‖. Karena hipotesis hanya berfungsi sebagai jawaban sementara, maka
perlu dilakukan pembuktian atas jawaban tersebut melalui data empiris. Dari
kerangka konseptual diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut :
H1: Kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going
concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
H2 :Pertumbuhan perusahaan berpengaruh pada opini audit going
concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
H3: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini
auditgoing concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
xli
H4 : Kualitas audit,Pertumbuhan perusahaan dan Opini audit tahun
sebelumnyaberpengaruh terhadap opini auditgoing
concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
xlii