SKRIPSI JADI ASYHAR revisi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika seringkali dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh
sebagian besar siswa. Selama ini matematika cenderung dianggap sebagai
pelajaran yang sulit. Sulit atau tidaknya itu tergantung cara pandang dan penilaian
siswa itu. Selama ini matematika terlanjur dicap sebagai mata pelajaran yang sulit,
lebih karena pengalaman tidak menyenangkan banyak siswa ketika belajar
matematika. Pengalaman tersebut ditularkan pada siswa lain. Sehingga siswa yang
akan belajar matematika turut mempersepsi matematika sebagai bidang studi yang
sulit. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi minat siswa terhadap
matematika.1 Jika dapat mempengaruhi minat siswa, tentu saja hal tersebut akan
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
Kita sebagai calon guru sebaiknya dapat membuat suasana pembelajaran
yang lain dari biasanya mengubah pendapat yang tidak baik tentang matematika,
misalnya saja dengan memilih model pembelajaran yang baru. Menurut Trianto,
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
untuk pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainya. 2 Model
pembelajaran harus sesuai dengan pemahaman siswa, kondisi ruang kelas, usia

1

Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematik, (Yogyakarta: Galangpress, 2007), hlm. 7
Triyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 5
2

1

2

siswa, sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak sekolah dan juga kondisi
lingkungan sekolah tersebut. Memilih model pembelajaran yang tepat diharapkan
para siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Kenyataannya
didalam kelas, banyak dijumpai saat penyampaian materi matematika biasanya
berjalan satu arah yaitu guru masih mendominasi kelas dan interaksi antara guru
dengan siswanya masih kurang. Biasanya pada saat itu guru menerapkan model
ceramah. Pada penerapan model ceramah didalam kelas, sebagian siswa merasa
bosan pelajaran. Akibatnya, terdapat beberapa siswa masih bicara sendiri saat
guru menjelaskan materi didepan kelas. Tentunya hal ini akan mengganggu teman

lain saat memahami materi pelajaran.
Supaya proses pembelajaran berjalan lebih efektif, perlu adanya suatu
model pembelajaran yang tepat, banyak sekali model pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengedepankan
pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Adapun jenis-jenis model pembelajaran
kooperatif: CTL (Contextual Teaching and Learning), TAI (Team Assisted
Individualization atau Team Accelarated Instruction), Jigsaw, NHT (Numbered
Heads Together), TGT (Team Game Tournament), STAD (Student Team
Achievement Devisions), dan masih banyak lainya.3
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning/ CTL, merupakan
konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
3

Zuha Farhana, http://www.slideshare.net/zuhaany/jenis-jenis-model-pembelajarankooperatif, diakses tanggal 24/06/2014.

3

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.4 Model pembelajaran yang paling sederhana dan
merupakan salah satu model yang banyak digunakan adalah model pembelajaran
Student Teams Achievement Devisions (STAD), merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang terdiri atas lima komponen utama, yaitu: kelas, tim,
kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi.5
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan siswa yang merasa bosan
pada pelajaran matematika yang dikarenakan guru masih mendominasi kelas
yakni dengan penerapan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin, pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah pembelajaran dimana para siswa belajar dalam
kelompok-kelompok suatu mata pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, para
siswa diharapkan dapat saling membantu, berdiskusi, dan mengeluarkan pendapat
untuk meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki.6 Lungren menyebutkan
bahwa unsur-unsur dasar yang perlu untuk ditanamkan kepada siswa agar
pembelajaran kooperatif dapat berjalan lebih efektif adalah sebagai berikut:7
Siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau
“berenang” bersama; siswa memiliki tanggung jawab pada siswa lain dalam
kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi; siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya
memiliki tujuan yang sama; siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung
4


Imam Suyitno, Memahami Tindakan Pembelajaran Cara Mudah Dalam Perncanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Bandung:PT Refika Aditama, 2011), hal. 59
5
Robert. E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2008), hlm 143
6
Ibid, hlm 4
7
Triyanto, Model-Model Pembelajaran…, hlm. 47

4

jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok; siswa akan diberikan satu
evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh
anggota kelompok; siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerjasama dalam belajar; siswa akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Melihat kondisi dilapangan saat saya melakukan PPL di MTs Sultan Agung
Jabalsari, dalam kegiatan belajar mengajar mayoritas guru masih menggunakan

model ceramah. Sehingga peserta didik kurang memahami/menguasai apa yang
disampaikan oleh guru. Saat saya melakukan kegiatan PPL, saya tertarik
menggunakan model pembelajaran CTL, karena siswa akan lebih mudah
memahami materi jika materi tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Hasil pembelajaran selama PPL yang saya lakukan dengan menggunakan
model pembelajaran CTL ada perubahan, akan tetapi masih belum efektif. Setelah
saya konsultasi dengan guru matematika, ternyata faktor yang mempengaruhi
ketidakefektifan tersebut disebabkan oleh kondisi siswa itu sendiri yang
kemampuannya dibawah rata-rata. Dengan karakteristik siswa yang beraneka
ragam tersebut, dalam penelitian skripsi ini saya menggunakan model
pembelajaran yang paling sederhana dan sering digunakan yaitu model
pembelajaran STAD.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin membandingkan
kedua model pembelajaran tersebut. Peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran CTL Dan

5

Model Pembelajaran STAD Pada Materi Operasi Hitung Pecahan Di MTs
Sultan Agung Jabalsari”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu:
Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran
CTL dan model pembelajaran STAD pada materi operasi hitung pecahan di
MTs Sultan Agung Jabalsari ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan:
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran CTL dan model pembelajaran STAD pada materi operasi hitung
pecahan di MTs Sultan Agung Jabalsari.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah suatu kesimpulan awal yang masih bersifat
sementara. Dalam penelitian ini diduga :
“Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan
model pembelajaran CTL dan model pembelajaran STAD pada materi
operasi hitung pecahan di MTs Sultan Agung Jabalsari”.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis, yakni:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dan

memperkaya

khasanah

ilmu

pengetahuan,

khususnya

mengenai

penggunaan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran STAD
dalam pelajaran matematika.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Siswa

6

1) Diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam

memahami materi dengan menggunakan metode pembelajaran
yang tepat.
2) Dapat menciptakan kebiasaan-kebiasaan positif seperti kerja
kelompok, aktif pada proses pembelajaran, mudah bersosialisasi,
berani mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang
lain.
b. Bagi Guru
Menjadi bahan pertimbangan guru dalam memilih model
pembelajaran yang tepat diterapkan dalam kelas khususnya dalam
mata pelajaran matematika.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk

menentukan

kebijakan

dalam

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya mata

pelajaran matematika.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian.
1. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas
dan variabel terikat. Penelitian ini terdiri dari model pembelajaran CTL
dan model pembelajaran STAD sebagai variabel bebas, sedangkan hasil
belajar matematika sebagai variabel terikat. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar matematika menggunakan model
pembelajaran CTL dan model pembelajaran STAD pada siswa kelas VII
MTs Sultan Agung Jabalsari.
2. Keterbatasan Penelitian
Untuk menghindari perluasan

masalah

dan

mempermudah

pemahaman dalam penelitian ini, maka penelitian memberikan batasanbatasan dalam pembahasan yaitu sebagai berikut:


7

a. Sampel hanya terdiri atas siswa kelas VII A dan VII C di MTs Sultan
Agung Jabalsari.
b. Penelitian hanya mencari perbedaan hasil belajar matematika
menggunakan model pembelajaran CTL dan

model pembelajaran

STAD.
G. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi salah penafsiran tentang istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan tentang
istilah-istilah tersebut:
1. Model Pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement Devisions ).
STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas
lima komponen utama, yaitu: kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual,
dan rekognisi tim.8
2. Model Pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning ).

CTL adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.9
3. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya.10
4. Matematika
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang
abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.11
H. Sistematika Skripsi

8

Robert. E. Slavin, Cooperative Learning…, hlm. 143
Imam Suyitno, Memahami Tindakan…, hlm. 59
10
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 22
11
Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: DepDikNas, 2006), hlm.
1
9

8

Sistematika pembahasan skripsi ini disajikan dalam 5 (lima) bab, dan di
setiap babnya terdapat sub-sub bab sebagai perincianya. Maka sistematika
pembahasannya sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, untuk memberikan gambaran secara singkat apa
yang akan dibahas dalam skripsi yaitu latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, ruang
lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasioanal dan serta sistematika
penulisan skripsi.
Bab II Landasan teori, terdiri dari (a) pembelajaran matematika (hakekat
matematika, proses belajar mengajar matematika), (b) model pembelajaran
CTL, model pembelajaran STAD (c) hasil belajar, (d) materi bilangan
pecahan, (e)kajian penelitian terdahulu, (e) kerangka berfikir.
Bab III Metode penelitian, bagian ini memuat tentang rancangan
penelitian (berisi pendekatan dan jenis penelitian), populasi, sampling dan
sampel penelitian, sumber data, variabel dan skala pengukurannya, teknik
pengumpulan data dan instrument penelitian serta analisis data.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari : (a) hasil penelitian
(yang berisi deskripsi data dan pengujian hipotesis) serta (b) pembahasan.
Bab V Penutup, terdiri dari: (a) kesimpulan dan (b) saran.

9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika
1. Hakikat Matematika
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur
yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.12 James dan James
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya, serta terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar,
analisis, dan geometri.13
Menurut Klime, matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri
yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu
terutama untuk membantu dalam memahami dan menguasai permasalahan
social, ekonomi, dan alam.14 Menurut Jhonson dan Rising, matematika
merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logic,
pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori

12

Ibid, hal. 1
Erman Suherman. dkk,Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 16
14
Ibid, hal 17
13

11

10

dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan,
aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.15
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu yang mempelajari tentang pola pikir yang logis, terorganisasi
dan membantu manusia dalam memahami serta menguasai permasalahan
social, ekonomi, dan alam.
2. Landasan Al-Qur’an tentang metode pengajaran.
Surat Al-Maidah ayat 67
‫ت نفنما تنعفنععل ل نعم نوسإعن نر سبننك سمعن سإل ني عنك أ من عسزنل نما بنلس نعغ ل نرمسومل‬
‫ال نناسس سمنن ي نععسصممنك ا نوالل نمه سرنسال نتنمه بنل نعغ ن‬
‫ن‬
‫نياأي نمنها‬
‫كاسفسرينن ال عنقعونم ي نعهسدي ل ن الل ننه‬
‫ال ع ن‬
‫سإ نن‬

67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
tidak

menyampaikan

amanat-Nya.

Allah

memelihara

kamu

dari

(gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.16
3. Proses Belajar Mengajar Matematika
a.

Belajar Matematika
Menurut Witherington, belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang
baru berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan
kecakapan.17 Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku

15

16

Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran, hal. 1
Mamap
Ismi,
http://skripsitesis4u.blogspot.com/2012/07/ayat-ayat-al-quran-

tentang-pendidikan.html, diakses Tgl 3/4/2014
17

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 155

11

pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu
dengan lingkungannya.
Dalam pengertian tersebut terdapat kata “perubahan” yang
berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan
mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilanya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu
menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan.18
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
matematika adalah sesuatu proses perubahan yang dialami oleh siswa
baik berupa pengetahuan maupun pemahaman dalam mempelajari
pelajaran matematika.
b.

Mengajar Matematika
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar
dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Di
samping itu ada beberapa definisi lain, yang dirumuskan secara rinci
dan tampak bertingkat.19
Pendapat lain mengatakan bahwa mengajar merupakan suatu
perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat.
Berhasilnya

18
19

pendidikan

pada

siswa

sangat

bergantung

pada

Uzer Utsman, Menjadi Guru Proposional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 5
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hal. 47

12

pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar
pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar
atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubunganya dengan siswa dan
bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.20
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan
mengajar matematika adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru
untuk menciptakan suasana yang mendukung siswanya memahami
materi pelajaran matematika.
c.

Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara
guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
proses belajar mengajar.21
Jadi, proses belajar mengajar matematika merupakan sebuah
hubungan yang tercipta antara guru dan siswa saat pemberian materi
pelajaran matematika.

B. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dan
Model Pembelajaran Student Teams Achievement Devisions (STAD)
20
21

Uzer Utsman, Menjadi Guru Proposional, hal. 6
Ibid, hal. 4

13

1. Model Pembelajaran CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang
membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.22
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi siswa dengan mengaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
social, dan cultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau
keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu
permasalahan (konteks) ke permasalahan lainnya.23
Model pembelajaran CTL terdiri dari komponen-komponen, yaitu:
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan
barunya.24
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif

22

Imam Suyitno, Memahami Tindakan…, hlm. 59
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2007), hlm. 35
24
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung:CV. Wacana Prima, 2007), hlm. 14
23

14

dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan,
bukan guru.25
b. Menemukan
Menemukan merupakan proses pembelajaran yang didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan
proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui
proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik
intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.
Guru dalam proses perencanan bukan mempersiapkan sejumlah
materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus
dipahaminya. Guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa,
sehingga para siswa bekerja menggunakan prosedur mengenali
masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur penelitian/
investigasi, dan menyiapkan kerangka berfikir, hipotesis, dan
penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada dunia nyata.26
c. Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keinginan
setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berfikir.27

25

Triyanto, Model-Model Pembelajaran…, hlm. 108
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran…, hlm. 16
27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2011), hlm. 266
26

15

Kegiatan bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,
antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa
dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya dapat
ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya.
d. Masyarakat belajar
Pembelajaran
kontekstual
menekankan
arti

penting

pembelajaran sebagai prose social. Melalui interaksi dalam komunitas
belajar proses dan hasil belajar menjadi lebih bermakna. Hasil belajar
diperoleh dari berkolaborasi dan berkooperatif. Konsep masyarakat
belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari sharing
antar teman, kelompok, dan antara yang sudah tahu ke yang belum
tahu.
e. Pemodelan
Pemodelan (modeling) adalah menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran. Siswa akan lebih mudah memahami dan
menerapkan proses dan hasil belajar jika dalam pembelajaran guru
menyajikan dalam bentuk suatu model, bukan hanya berbentuk lisan.
Siswa akan mampu mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukan
oleh guru. Oleh karena itu guru hendaknya mempertunjukan hal-hal
yang penting dan mudah diterima oleh siswa. Model member peluang
bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan
begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.
f. Refleksi

16

Refleksi adalah pengendapan pengalaman yang telah dipelajari,
yang telah dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadiankejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. Penilaian Sebenarnya
Assessment atau penilaian adalah proses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Assesment menekankan pada proses pembelajaran, maka data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan
siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
2. Model Pembelajaran STAD
Student Teams Achievement Devisions (STAD) merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik digunakan sebagai permulaan untuk
para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.28 Buchari
berpendapat bahwa model pembelajaran STAD ini ada saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna memperoleh
prestasi maksimal.29
Model pembelajaran STAD terdiri dari lima (5) komponen, yaitu:
a. Prestasi Kelas
Materi pembelajaran disampaikan secara presentasi di depan
kelas. Seperti pembelajaran langsung yang sering kali dilakukan atau
diskursi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Presentasi disini haruslah
28

Robert. E. Slavin, Cooperative Learning…, hlm. 143
Buchari Alma, Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, (Alfabeta:
Bandung, 2009), hlm. 83
29

17

benar-benar fokus pada model pembelajaran STAD. Dengan ini, para
siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberikan
perhatian penuh selama presentasi kelas. Karena dengan demikian
akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis. Dari
kuis-kuis tersebut, mereka akan memperoleh skor yang akan
menentukan skor tim mereka.
b. Tim
Satu tim terdiri dari 4-5 siswa yang terdiri atas kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras maupun suku yang berbeda-beda. Tim
merupakan faktor yang paling penting dalam STAD. Setiap anggota
tim harus melakukan yang terbaik untuk membantu anggota timnya.
c. Kuis
Setelah satu atau dua kali guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua kali kerja tim, para siswa akan diberikan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab
secara individual untuk memahami materinya.
d. Skor Kemajuan Individual
Tujuan sebenarnya dalam skor kemajuan individual adalah
untuk memberikan tujuan kinerja yang akan dicapai oleh setiap siswa
apabila mereka belajar lebih giat dan memberikan hasil belajar yang
lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan poin
kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi siswa tidak akan dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha terbaiknya. Setiap siswa
diberikan skor awal, yang diperoleh dari rata-rata skor yang diperoleh
dari mengerjakan kuis secara bersama. Selanjutnya siswa akan

18

mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kemajuan
skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata
mereka mencapai criteria tertentu. Skor tim mereka juga dapat
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran STAD didalam kelas,
yaitu:30
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara
individual sehingga diperoleh skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok siswa
terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
( tinggi, rendah, dan sedang anggota kelompok ). Jika mungkin
anggota kelompok dari, budaya, suku yang berbeda serta
kesetaraan gender.
4) Bahan materi yeng telah dipersiapkan, didiskusikan dalam
kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran STAD
biasanya digunakan untuk penguatan pemahan materi.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi yang telah
dipelajari.
6) Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara
individual.

30

Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif,
(Departemen Pendidikan Nasional: Yogyakarta, 2006), hlm. 8

19

7) Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya (terkini).
C. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa
keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau
pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs
mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang
sesudah mengikuti proses belajar.
a. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Terdapat tiga kawasan dalam hasil belajar, yaitu:
1) Ranah kognitif
Hasil belajar dalam ranah ini secara rinci mencakup kemampuan
mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah
dipelajari oleh siswa.
2) Ranah afektif
Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan
belajar, dan hubungan social.
3) Ranah psikomotoris
Tipe hasil belajar ranah

psikomotoris

berkenaan

dengan

keterampilan atau kemampuan bertindak setelah siswa menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap
lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.

20

Pada penelitian ini mengambil hasil belajar dari ranah kognitif,
karena dalam ranah kognitif mencakup kemampuan mengingat dan
memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari oleh
siswa.
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa akan tampak dari tingkah laku mereka sehari-hari,
seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru, teman, kebiasaan belajar dan hubungan social.
D. Bilangan Pecahan
1. Landasan Al-Qur’an Surat An-nisa Ayat 12
‫نول نك عكم منكصعف نما تننرنك أ نكزنواعجك عكم إمكن ل نكم ي نك عكن ل نعه منن نول ندد نفإمكن نكانن ل نعه منن نول ندد نفل نك ععم ال معرعبعع مم م نما تننرككنن‬
‫ممكن نبكعمد نومصيم ننة عيومصينن مبنها أ نكو ندي كنن نول نعه منن ال معرعبعع مم م نما تننرككتعكم إمكن ل نكم ي نك عكن ل نك عكم نول ندد نفإمكن نكانن ل نك عكم‬
‫ث نكنلال نةة‬
‫نول ندد نفل نعه منن الثمععمعن مم م نما تننرككتعكم ممكن نبكعمد نومصيم ننة عتوعصونن مبنها أ نكو ندي كنن نوإمكن نكانن نرعجدل عيونر ع‬
‫ل نوامحند ممن كعهنما ال معسعدعس نفإمكن نكاعنوا أ نككثننر ممكن نذل منك نفعهكم عشنرنكاعء مفي‬
‫أ نمو اكمنرأ ندة نول نعه أ ندخ أ نكو أ ع ك‬
‫ت نفل مك ع م م‬
‫خ د‬
‫الثمعل ع م‬
‫ث ممكن نبكعمد نومصيم ننة‬
‫نومصيم نةة ممنن الل م نمه نوالل م نعه‬. ‫غيكنر عمنضانمر‬
‫عيونصى مبنها أ نكو ندي كنن ن‬
‫حمليدم‬
‫ن‬
‫عمليدم ن‬
Artinya : Dan bagi kalian (suami-suami) setengah dari harta yang
ditinggalkan oleh istri-istri kalian apabila mereka tidak mempunyai anak
(laki-laki atau perempuan). Apabila mereka mempunyai anak, maka bagi
kalian seperempat harta yang mereka tinggalkan, setelah dipenuhinya
wasiat atau dibayarnya hutang mereka. Dan bagi kalian (istri-istri)
seperempat dari harta yang ditinggalkan oleh suami-suami kalian apabila
mereka tidak mempunyai anak (laki-laki atau perempuan). Apabila
mereka mempunyai anak, maka bagi kalian seperdelapan harta yang
mereka tinggalkan, setelah dipenuhinya wasiat atau dibayarnya hutang
mereka. Apabila ada seseorang yang meninggal (laki-laki atau
perempuan) dan dia tidak memiliki ayah (ke atas) atau anak (ke bawah),

21

tetapi memiliki satu orang saudara lelaki atau perempuan (seibu), maka
masing-masing mendapatkan

seperenam

dari harta (orang yang

meninggal). Tetapi apabila saudara-saudara seibu itu lebih dari satu orang,
maka mereka bersama-sama mendapatkan sepertiga bagian harta mayyit
setelah dipenuhinya wasiat atau dibayarnya hutang mereka, dengan tanpa
memberi madharat. (Allah mewasiati kalian dengan) sebenar-benar
wasiat. Dan Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.31
2. Pengertian Pecahan
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari yang utuh. Dalam
ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan,
biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan
pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.32 Pecahan juga diartikan
bilangan rasional yang tidak termasuk bilangan bulat. Bilangan pecahan
memiliki bentuk umum sebagai berikut:
Bilangan bulat a disebut dengan pembilang, sedangkan bilangan bulat tak
nol b disebut dengan penyebut.33
Selain itu pengertian bilangan pecahan pada Sekolah Dasar dapat
didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa
bagian yang sama. Misalnya seorang ibu yang baru pulang dari pasar
membawa jeruk 3 buah sedangkan anaknya ada 2 orang. Supaya anak
mendapat bagian yang sama maka, 3 buah jeruk tersebut harus dibagi 2.
Sehingga dalam pembagian jeruk sama maka, 3 buah jeruk tersebut harus
31

M-kita, http://mkitasolo.blogspot.com/2012/02/tafsir-surat-nisa-4-ayat-12.html, diakses
tanggal 3/4/2014
32

Herman, Model Pembeajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Remaja
Rondakarya, 2008), hal. 43
33
Abdusysyakir, Ada Matematika dalam Al-Qur’an, (UIN-Malang Press, 2006), 97

22

dibagi 2. Sehingga dalam pembagian jeruk tersebut setiap anak

(satu setengah) bagian.34

mendapatkan

3. Penjumlahan Pecahan Biasa dan Campuran
Penjumlahan pecahan dapat dilakukan bila bilangan penyebut sama
besar. Misalnya 2/5 + 4/5 = 6/5, sedangkan 2/3 + 3/5 belum dapat
diselesaikan, karena penyebutnya tidak sama besar. Dalam penjumlahan
pecahan yang dijumlahkan adalah bilangan pembilangnya, sedangkan
bilangan penyebutnya tidak dijumlahkan.35
Kemudian kemampuan prasyarat yang harus dikuasai pada
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, yang harus disiapkan siswa
terlebih dahuluyaitu, penguasaan pecahan senilai dan penjumlahan
pecahan berpenyebut sama. Caranya dengan menyamakan penyebut
dengan

menggunakan

KPK

dari

penyebut-penyebutnya.

Adapun

kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari
penjumlahan pecahan campuran adalah konsep pecahan campuran,
pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama, dan penjumlahan pecahan
campuran. 36
Contoh:
a.

b.

+

+

=

=

=

+ =

+

=

=

34
Lisnawati Simanjuntak, et.Al, Metode Mengajar Matematika, (Bandung: Rineka Cipta,
1993), 48-51
35
Ibid, hal. 154-155
36
Herman, Model Pembeajaran …, hal. 61-68

23

⟶ (KPK dari 3 dan 6 adalah 6)
c.

+

=

+

⟶ (KPK dari 3 dan 5 adalah 15)
=

=4

⟶(karena

=

).

4. Pengurangan Pecahan Biasa dan Campuran
Operasi pengurangan mempunyai aturan yang sama dengan operasi
penjumlahan.37 Dalam operasi pengurangan, kemampuan prasyarat yang
harus dikuasai oleh siswa adalah konsep nilai pecahan, pecahan senilai,
dan pengurangan bilangan bulat. Kemampuan penguasaan pecahan senilai
lebih ditekankan terutama dalam pengurangan pecahan berpenyebut tidak
sama.38 Dalam pengurangan pecahan berbeda penyebutnya dilakukan
dengan menyamakan dahulu penyebutnya dengan cara menggunakan KPK
dari penyebut-penyebutnya.39
Contoh:
a.

- =
=

= ⟶(Pecahan senilai)

b. 8 - 1 = 7

37

- 1 = 6 ⟶ (Ingat 8 = 7 )

Abdusysyakir, Ada Matematika …,hal.99
Herman, Model Pembeajaran …,hal 58
39
M. Cholik Adinawan dan Sugiono, Matematika untuk SMP kelas VII, (Jakarta: Erlangga,
2006), hal 59
38

24

c.

- =

-

⟶ (KPK 4 dan 6 adalah 12)
=

=

5. Perkalian pecahan biasa dan campuran
Hasil kali pecahan diperoleh dengan cara mengaikan penyebut dengn
penyebut dan pembilang dengan pembilang. Untuk pecahan sembarang

bilangan pecahan dan dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0 selaku berlaku:

=
Jika dalam perkalian pecahan terdapat pecahan campuran, maka
pecahan campuran harus kita nyatakan dahulu sebagai pecahan biasa.
Contoh:

1.

x =

=

=
⟶ ( pecahan senilai)

2. 1 x 2 =

=

=3

6. Pembagian pecahan biasa dan pecahan campuran
Membagi dengan suatu pecahan sama artinya dengan mengalikan
dengan kebalikan pecahan itu. Untuk sembarang pecahan dan
≠ 0 dan d ≠ 0 berlaku:

dengan b

25

,

=

=

Pecahan

=

=

adalah kebalikan dari

Contoh:40
kebalikannya

a.

: = x =

b. 5 : 4 =

=

:
kebalikannya

=

x

= x

= =1

E. Kajian Penelitian Terdahulu
1. Rifatur Rohmah dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Pembelajaran
Quantum Teaching pada Peserta Didik Kelas VIII MTs Darul Huda
Wonodadi Blitar Sub Pokok Bahasa Volume Prisma dan Limas”, (Skripsi,
STAIN tulungagung, 2010). Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar matematika
peserta didik setelah dilakukan pengajaran dengan menggunakan kooperatif

40

Ibid, hal. 64

26

tipe STAD dengan pembelajaran Quantum Teaching kelas VIII MTs Darul
Huda Wonodadi Blitar Sub Pokok Bahasan Volume Prisma dan Limas.
2. Alin Nurrohmah dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan NHT
pada Siswa Kelas VII MTs Tulungagung, (Skripsi, STAIN tulungagung,
2012). Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah ada perbedaan hasil
belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan NHT pada siswa kelas VII MTsN Tulungagung.
Pada penelitian Rifatur Rohmah dengan menggunakan model STAD
dan Quantum Teaching, tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil
belajar matematika di MTs Darul Huda Wonodadi Blitar. Penelitian yang
dilakukan Alin Nurohmah dengan menggunakan model STAD dan NHT,
ternyata ada perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan
model STAD dan NHT di MTsN Tulungagung.
3. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herina Binti pada tahun 2012
Universitas Negeri Malang dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa kelas VII G SMPN 07 Malang pada Materi Pertidaksamaan Linear
Satu Variabel”.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan data
hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran STAD prestasi
belajar siswa kelas VII G, pada siklus pertama diperoleh prosentase banyak
siswa yang mendapat nilai kuis >75 belum mencapai 75%, pada siklus
kedua diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis > 75

27

telah mencapai 75% yaitu pada pertemuan pertama 78,5% dan pertemuan
kedua 85,73%.41
Pada penelitian ini saya menggunakan model pembelajaran CTL dan
model pembelajaran STAD di MTs Sultan Agung Jabalsari. Jumlah sampel
yang saya ambil sebanyak 40 siswa, dari hasil analisis membuktikan bahwa
ada perbedaan hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran
CTL dengan STAD pada siswa kelas VII MTs Sultan Agung Jabalsari. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai thitung sebesar 3,88, sedangkan nilai ttabel pada taraf
signifikan 5% sebesar 1,73. Oleh karena nilai thitung > ttabel, yaitu 3,88 > 1,73
maka hipotesis diterima.

F.

Kerangka Berfikir

41

Herlina Binti Marthin, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas VII G SMPN 07, (Malang: tidak
diterbitkan).

28

Alur pelaksanaan penelitian perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran STAD dengan model
pembelajaran CTL.
Gambar 2.1

Masalah yang dihadapi siswa:
-kemampuan siswa dibawah rata-rata
-Tidak faham terhadap materi yang
disampaikan
-Konvensional

Komponen :

Komponen :
1.
2.
3.
4.

Prestasi Kelas
Tim
Quis
Skor Kemajuan
Individual
5. Rekognisi Tim

Model
CTL
Tes

Model
STAD
Tes
Hasil
Belajar
Siswa

dibandingkan

Hasil
Belajar
Siswa

1.
2.
3.
4.

Konstruktivisme
Menemukan
Bertanya
Masyarakat
belajar
5. Pemodelan
6. Refleksi
7. Penilaian
sebenarnya.

Menghasilkan
model pembelajaran
yang
lebih III
efektif.
BAB

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
untuk memperoleh signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti yaitu

29

perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran STAD dan model pembelajaran CTL.
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan pola
pikir kuantitatif yang terukur dan teramati, kerangka teori dirumuskan
secara spesifik, dan bertujuan menyusun generalisasi.42 Pendapat lain
mengatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
kegiatan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian,
baik tentang tujuan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel
data, sumber data, maupun metodologinya (mulai pengumpulan data
hingga analisis data).43
Jadi, pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian dimana data
atau hasil penelitian diolah secara statistik.
2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian
eksperimen, merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik.
32

Penelitian ini mencoba meneliti ada tidaknya sebab akibat. Caranya
dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang
diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang
tidak menerima perlakuan.44
Jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian pra-eksperimen. Penelitian pra-eksperimen adalah salah
42

Tatang Yuli Eko Siswono, Penelitian Pendidikan Matematika, (Surabaya: Unesa
University Press, 2010), hlm. 42
43
Puguh Suharsono, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan
Praktis, (Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 3
44
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),hlm.207

30

satu jenis dari penelitian eksperimen dimana tidak terdapat variabel
control dan sampel tidak dipilih secara random.45Karena pada penelitian
ini kedua kelas merupakan kelas eksperimen. Pengambilan sampel
didasarkan karena kedua kelas ini bersifat homogen. Jadi, sampel tidak
dipilih secara random atau acak, tetapi berdasarkan tujuan tertentu.
Pada penelitian ini, data yang diperlukan adalah dari hasil belajar
siswa setelah program pengajaran, yaitu dengan mengadakan eksperimen
belajar mengajar terhadap dua kelas dengan menggunakan model STAD
dengan CTL. Kelas VII A diterapkan model pembelajaran STAD
sedangkan kelas VII C diterapkan model pembelajaran CTL. Pada akhir
proses pembelajaran, kedua kelas tersebut diukur dengan menggunakan
alat ukur yang sama yaitu melalui tes hasil belajar matematika.
B. Populasi, Sampling dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 46 Pada penelitian ini
populasinya adalah seluruh siswa kelas VII MTs Sultan Agung Jabalsari tahun
pelajaran 2013/2014 dengan jumlah sampel 40 siswa.
2. Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cluster random sampling (area sampling). Alasan saya mengambil Cluster
random sampling karena dalam penelitian ini membedakan dua kelas atau
mengambil sampel dari kelas VII A dan kelas VII C. Cluster random sampling

45
46

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 1999), hlm 64
Ibid, hlm. 173

31

yaitu teknik sampling daerah yang digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.47
3. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.48Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas VII A dengan jumlah siswa 20
dan kelas VII C sebanyak 20 siswa MTs Sultan Agung Jabalsari, sehingga
jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa.
C. Data, Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran
1. Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun
angka.49Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa pada
lembar penilaian.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan benda, hal atau orang, tempat peneliti mengamati,
membaca atau bertanya tentang data.50 Sumber data dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.) Sumber data primer adalah data yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.
Sumber data primer pada penelitian ini adalah siswa MTs Sultan
Agung Jabalsari kelas VII A dan kelas VII C tahun pelajaran
2013/2014 berupa nilai tes setelah akhir proses pembelajaran.
b.) Sumber data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam
bentuk dokumen-dokumen. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah:
47

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 83
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka
Cipta, 2010),hlm.174
49
Ibid, hlm. 161
50
Suharsimi Arikunto, Manajemen…, hlm. 88

32

1.) Kepala sekolah dan guru yang berupa data-data mengenai
lokasi sekolah, sarana dan prasarana yang ada di MTs Sultan
Agung Jabalsari.
2.) Dokumentasi tentang struktur organisasi.
3.

Variabel Penelitian
Variabel adalah kondisi-kondisi, karakteristik-karakteristik atau atribut

yang dimanipulasi, dikontrol, diamati, atau menjadi pusat perhatian peneliti.
Adapun variabel yang digunakan oleh penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas adalah suatu atau karakteristik yang merupakan manipulasi
perlakuan yang diberikan pada suatu kelompok untuk menerangkan
hubungan dengan fenomena yang diobservasi.51 Dalam penelitian ini
variabel bebasnya adalah model pembelajaran STAD dan model
pembelajaran CTL yang disebut “X”.
b. Variabel Terikat adalah suatu kondisi atau karakteristik yang berubah atau
muncul/tidak muncul ketika peneliti memberikan manipulasi atau
perlakuan.52 Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar
matematika siswa yang disebut “Y”.
4. Skala pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.53 Dalam penelitian ini menggunakan 2
skala pengukuran, yaitu:
a. Skala nominal
51

Tatang Yuli Eko Siswono, Penelitian…, hlm. 44
Ibid, hlm. 45
53
Sugiyono, Metode Penelitian......................, hal 92
52

33

Skala nominal adalah angka yang tidak mempunyai arti hitung.
Angka yang diterapkan hanya merupakan symbol/tanda dari obyek yang
akan dianalisis.54 Skala ini digunakan untuk mengukur variabel bebas yaitu
model pembelajran CTL dan STAD.
b. Skala Rasio
Skala rasio adalah suatu skala yang mempunyai rentangan konstan
dan mempunyai angka 0 mutlak.55 Skala ini digunakan untuk mengukur
variabel terikat yaitu hasil belajar matematika.
Setelah data yang berupa hasil belajar siswa kedua kelas eksperimen
terkumpul, maka dapat dilakukan pengukuran untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan nilai dikedua kelas tersebut dengan menggunakn ttest.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian
1.
Teknik Pengumpulan Data Tes
Tes, yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.56 Tes
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes subjektif, yang berbentuk
esai (uraian).
2.

Instrumen penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah57. Dalam penelitian ini digunakan

54

Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Kencana, 2004), hal 18

55

Ibid, hal 20

56

Suharsimi Arikunto, Prosedur…, hlm.193
Ibid, hlm. 203

57

34

instrument penelitian adalah lembar tes, yaitu alat bantu berupa soal-soal
tertulis yang digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur dalam
penelitian.
E. Analisis Data
Analisis data adalah suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.
Karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, maka menganalisis
datanya

dilakukan

dengan

menggunakan

analisis

statistik.

Peneliti

menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service Solution) yaitu
alat bantu berupa software yang dirancang untuk membantu pengolahan data
secara statistik pada penelitian ini. SPSS yang dipakai dalam penelitian ini
adalah SPSS 16.0. Dalam penelitian ini untuk menganalisis datanya melalui
beberapa tahap, diantaranya:
1. Tahap Awal
Proses analisis data pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak dan juga apakah kedua sampel memiliki varians yang
sama atau tidak. Data diambil dari rata-rata hasil ulangan siswa yang
diperoleh dari guru bidang studi matematika.
a) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua
sampel memiliki varians yang sama atau tidak. Rumus yang
digunakan dalam uji homogenitas ini adalah uji Harley. Uji Harley
merupakan uji homogenitas varians terbesar dengan varians terkecil.
Rumusnya sebagai berikut:
F (max) =

35

Hasil hitung F (max) disbanding dengan F (max) table pada signifikan
5%, adapun kriterian pengujiannya yaitu :
Terima H0 jika F (max)hitung ≤ F (max)tabel
Tolak H0 jika F (max)hitung > F (max)tabel
Adapun H0 menyatakan variasi homogen,

sedangkan

H1

menyatakan variasi tidak homogen. Uji homogenitas variasi dengan
rumus Harley bisa digunakan jika jumlah sampel antar kelompok
sama.
b) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain uji chi-kuadrat, uji
lilliefors, dan uji kolmogorov-smirnov.
Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Adapun langkah-langkah pengujian normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah menghitung normalitas suatu data dengan rumus
manual yaitu:58
Langkah 1 : menentukan hipotesis dan standart signifikansi.
Langkah 2 : menentukan rata-rata data.
Langkah 3 : menghitung standart deviasi.

58

), hal 272-273

36

Langkah 4 : menghitung frekuensi masing-masing, frekuensi komulatif (F),
serta nilai Z dari masing-masing skor.

Keterangan :
adalah rata-rata populasi

adalah simpangan baku populasi
Langkah 5 : mencari nilai Ft, dengan cara melihat tabel distribusi normal
Langkah 6 : menentukan nilai Fs, dengan cara :

Langkah 7 : menentukan nilai D dengan cara | Ft – FS |
Langkah 8 : menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi sekaligus tabel
penolong.
Langkah 9: membandingkan angka teringgi dari D dengan tabel
Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria pengujian adalah:
Terima H0 jika D maksimum

Tolak H1 jika D maksimum
Langkah-langkah
menggunakan SPSS :

Dtabel, data berdistribusi normal

Dtabel, data tidak normal

dalam

menghitung

normalitas

suatu

data

37

Langkah 1 : aktifkan program SPSS.
Langkah 2 : buat data pada variabel view.
Langkah 3 : masukkan data pada Data view.
Langkah 4 : klik Analyze – Non Parametric test – 1 Sample K-S.
Langkah 5 : pindahkan nilai(x) pada Test Variable List lalu klik OK.
Kriteria pengujian sebagai berikut :
1) Nilai signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 maka sampel berasal dari
populasi yang tidak berdistribusi normal.
2) Nilai signifikasi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2. Tahap Akhir
Setelah melalui tahap