Karakterisasi Cangkang Kepiting Laut Dan Kitin Serta Karakterisasi Kitosan Dari Hasil Deasetilasi

BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kepiting merupakan salah-satu hasil dari perikanan pantai yang banyak disenangi
masyarakat karena rasa dagingnya yang enak terutama daging kepiting yang
sedang bertelur serta kandungan proteinnya yang tinggi.kepiting banyak dijual di
pasar-pasar (Kasry A.1996). Namun kebanyakan masyarakat banyak yang
membuang limbah cangkang kepiting, padahal kepiting dapat dijadikan kitosan
yang memiliki banyak fungsi. Contohnya sebagai obat-obatan dan kesehatan,
kosmetik, pertanian dan pengawetan makanan serta juga digunakan dalam industri
tekstil material untuk serat selulosa, nilon, kapas dan wool (Kaban., 2007).
Di alam, kitin di kenal sebagai polisakarida yang paling melimpah setelah
selulosa. Kitin biasanya banyak dijumpai pada hewan avertebrata laut, darat, dan
jamur dari genus mucor, phycomyces, dan sacharomiches. keberadaan kitin di
alam umumnya terikat dengan protein, mineral dan berbagai macam pigmen.
Sebagian besar kelompok Crustacea, seperti kepiting, udang, dan lobster
merupakan sumber utama kitin.
Kitosan diperoleh dari deasetilasi kitin. Proses deasetilasi kitin dengan
proses kimiawi dilakukan dengan basa, misalnya NaOH dan dapat menghasilkan
kitosan dengan derajat deasetilasi yang tinggi yaitu mencapai 85-93 % (Sugita,

dkk, 2009). Dalam penelitian ini Crustacea yang digunakan adalah kepiting
karena lebih mudah diperoleh. Tahap awal yang dilakukan dalam pembuatan

Universitas Sumatera Utara

kitosan adalah tahap demineralisasi yang dilakukan untuk menghilangkan kadar
mineral yang terdapat dalam cangkang kepiting.
Dilakukan perbandingan untuk mengetahui perbandingan kadar mineral
pada cangkang kepiting sebelum dan sesudah di demineralisasi. Tahap selanjutnya
adalah tahap deproteinasi yang bertujuan untuk menghilangkan kadar protein
setelah tahap demineralisasi. Dalam hal ini juga dilakukan perbandingan kadar
protein dari cangkang kepiting hingga tahap deproteinasi untuk mengetahui
perbandingan kadar protein setelah melalui tahap tersebut.
Tahap yang terakhir

yaitu

proses deasetilasi yang dilakukan untuk

memutuskan gugus asetil yang terdapat dalam kitin sehingga ter bentuk kitosan.

Dalam tahap ini dilakukan beberapa uji yaitu uji ninhidrin, uji kelarutan,
penentuan kadar air dan penentuan derajat deasetilasi.

1. 2 Permasalahan
1. Bagaimana perbandingan kadar protein pada cangkang kepiting, hasil
demineralisasi dan kitin
2. Bagaimana perbandingan kadar mineral pada cangkang kepiting dan kitin
3. bagaimana cara penentuan % derajat deasetilasi dan

spektra dari dari

cangkang kepiting, kitin dan kitosan

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbandingan kadar protein pada cangkang kepiting, hasil
demineralisasi dan kitin
2. Untuk mengetahui perbandingan kadar mineral pada cangkang kepiting dan
hasil demineralisasi

3. Untuk mengetahui % derajat deasetilasi dan

spektra dari dari cangkang

kepiting, kitin dan kitosan

I.4 Manfaat
Manfaat dilakukannya karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
kitosan serta karakterisasi dari kitosan.

1.5 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Oleokimia Pusat Penelitian Kelapa Sawit
( PPKS ). Uji mineral dan protein dilakukan di laboratorium Pelayanan ( PPKS ).
Uji ninhidrin dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA
USU.

Universitas Sumatera Utara

1.6 Metodologi
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.Dimana cangkang kepiting di ekstraksi

dengan HCl 1M yang disebut dengan demineralisasi. Produk dari hasil
demineralisasi di ekstraksi kembali dengan NaOH 3,5 % yang disebut dengan
deproteinasi. Kitin yang dihasilkan di deasetilasi dengan NaOH 50 % sehingga
diperoleh kitosan. Untuk menguji kadar mineral digunakan alat AAS dan untuk
menguji kadar protein digunakan dengan metode kleldahl dan Analisa gugus
fungsi digunakan FT-IR.

Universitas Sumatera Utara