Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Rinitis alergi merupakan suatu reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat
paparan alergen terhadap individu yang telah tersensitisasi dan ditandai dengan
gejala berupa bersin (5-10 kali berturut-turut), rinore, hidung tersumbat serta
dapat dijumpai mata berair, rasa gatal (pada mata, hidung, telinga, tenggorokan,
palatum), post nasal drip, tekanan pada sinus, dan rasa lelah.1 Berdasarkan
bangkitannya, rinitis alergi dapat terjadi secara seasonal (musiman) ataupun
secara parennial (menahun). Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA)
telah

mengklasifikasikan

rinitis

alergi

berdasarkan

lamanya


serangan

(intermittent/persistent) dan derajat keparahan penyakit (mild/moderate/severe).2
Rinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan dan telah
menjadi masalah global yang menyerang 10-20 % populasi dunia. Oleh sebab itu,
rinitis alergi telah menjadi masalah kesehatan yang serius dikarenakan
prevalensinya yang terus meningkat dan memberikan dampak terhadap kehidupan
sosial, aktivitas sekolah, dan produktivitas kerja penderita.3
The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) telah
melakukan pemetaan terhadap prevalensi rinitis alergi di beberapa negara belahan
dunia, antara lain: USA (12-30%), Amerika Latin (5,5-45,1%), Afrika (7,254,1%), Eropa (23-30%), Turki (2,9-37,7%), kawasan Timur Tengah (7,4-45,2%),
China / Hong kong / Taiwan (1,6-43%), Australia (12,41,3%), Asia Tenggara
(5,5-44,2%), dan Jepang / Korea (9,1-35,7%).4
Selanjutnya penelitian Wong et al lebih spesifik di kawasan Asia Pasifik
menunjukkan prevalensi berdasarkan usia 6-7 tahun dan 13-14 tahun. Pada anak
usia 6-7 tahun, di Jepang 10,6%, Korea (Seoul) 9%, Thailand (Bangkok) 13,4%,
Singapura 8,7%, dan Indonesia 3,6%. Sementara untuk anak usia 13-14 tahun, di
Jepang 17,6%, Korea (Seoul) 11,9%, Thailand (Bangkok) 23,9%, Singapura
16,5%, dan Indonesia 4,8%. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa


Universitas Sumatera Utara

negara dengan prevalensi tertinggi di Asia Pasifik adalah Hong Kong dan
Thailand (Bangkok).5
Berdasarkan studi prevalensi yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama periode Juli – Oktober 2014
menggunakan kuesioner modifikasi ECRHS II, diperoleh data prevalensi rinitis
alergi sebanyak 41,4%. Kejadian rinitis alergi lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan (61%) dibandingkan dengan laki-laki (39%). Riwayat keluarga atopi
berpengaruh terhadap 55,3% sampel yang mengalami rinitis alergi. Sebanyak
32,7% penderita rinitis alergi disertai dengan adanya komorbid, dengan faktor
komorbid terbanyak adalah eksema sebesar 22,0%.6
Hidung sebagai organ penting yang terlibat dalam rinitis alergi memiliki
sejumlah fungsi penting. Selain sebagai penghidu, hidung juga berperan untuk
purifikasi udara. Rongga hidung memiliki vibrisa pada vestibulum nasi yang
berperan untuk filtrasi udara. Silia dan lapisan mukus berperan penting terhadap
fungsi transpor mukosiliar yaitu pembersihan saluran hidung dari benda asing,
termasuk bakteri dan virus dengan cara diekspektoran atau disterilkan oleh asam
lambung. Mukus juga berfungsi untuk menghangatkan udara inspirasi dan

mendinginkan udara ekspirasi, serta melembapkan udara inspirasi dengan lebih
dari satu liter uap setiap harinya.7
Oleh karena itu kebersihan hidung merupakan hal yang perlu untuk
diperhatikan, terlebih jika dijumpai adanya gangguan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan cara cuci hidung. Terapi cuci hidung merupakan
prosedur sederhana yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala di rongga
sinonasal. Prinsipnya adalah dengan menyemprotkan larutan salin pada salah satu
lubang hidung dan membiarkannya mengalir keluar melalui lubang hidung
sebelahnya. Cuci hidung diindikasikan untuk beberapa kasus seperti sinusitis
(akut & kronis), rinitis alergi, ISPA, dan terapi pasca bedah sinus endoskopi
(BSE). Sedangkan kontraindikasinya jika terdapat penyembuhan trauma wajah
yang inkomplit.8 Studi meta-analisis menunjukkan hasil yang menarik mengenai
cuci hidung dengan larutan salin, didapati sebanyak 27,66% terjadi perbaikan
gejala hidung, 62,1% mengurangi konsumsi obat, 31,19% terjadi peningkatan

Universitas Sumatera Utara

kecepatan waktu transpor mukosiliar, dan 27,88% terjadi perbaikan kualitas
hidup.9
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali

mengenai pengaruh cuci hidung dengan larutan NaCl 0,9% terhadap peningkatan
kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara selama 14 hari.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
penelitian yaitu :
“Bagaimana pengaruh cuci hidung dengan NaCl 0,9% terhadap peningkatan
kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara ?”

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui dan menilai pengaruh cuci hidung dengan NaCl 0,9% terhadap
peningkatan kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang mengalami rinitis alergi.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui prevalensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang mengalami rinitis alergi.
2. Mengetahui total skor kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara yang mengalami rinitis alergi sebelum
mendapat perlakuan cuci hidung dengan NaCl 0,9%.
3. Mengetahui total skor kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang mengalami rinitis alergi setelah
mendapat perlakuan cuci hidung dengan NaCl 0,9%.

Universitas Sumatera Utara

1.4.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
terkait, antara lain:
1. Bagi bidang pendidikan dan penelitian, dapat menjadi referensi dan
kepustakaan untuk penelitian selanjutnya serta menjadi bahan diskusi
ataupun pembelajaran.
2. Bagi subjek penelitian dan masyarakat, dapat menjadi pengetahuan
tambahan mengenai cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% sebagai terapi
adjuvan pada penderita rinitis alergi.
3. Bagi peneliti, sebagai bentuk implementasi terhadap ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh selama mengikuti program studi pendidikan dokter.


Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

1 18 64

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

0 0 14

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

0 0 4

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1 2 13

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

0 1 2

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

0 1 18

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Chapter III VI

0 2 24

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1 1 4

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1 1 44