Kajian Sifat Fisika Tanah Ultisol Menggunakan Pembenah Kompos Bertanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) Dengan Tingkat Pemberian Air Berbeda
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Ultisol
Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi, setempatsetempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan bumi,
mengandung gejala-gejala kehidupan, dan mampu menopang pertumbuhan
tanaman di luar rumah. Tanah meliputi horison-horison tanah yang terletak di atas
bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim,
organisme hidup, bahan induk dan relief. Pada umumnya, ke arah bawah tanah
beralih ke batuan yang keras atau ke bahan bumi (yang tidak keras) yang tidak
mengandung akar, tanaman, hewan, atau tanda-tanda kegiatan biologi lain
(Hardjowigeno, 1993).
Tanah melestarikan beragam komunitas organisme tanah yang membentuk
simbiosis dengan akar tanaman, mendaur ulang nutrisi penting bagi tanaman,
memperbaiki struktur tanah dengan dampak positif bagi kapasitas memegang air
tanah dan nutrisi, yang pada akhirnya meningkatkan produksi tanaman
(Anikwe et al., 2016).
Tanah alami adalah kesatuan yang kompleks terdiri dari padat, cair dan
gas. Distribusi ukuran partikel yang luas, struktur pori yang kompleks, dan
permukaan kasar, perbedaan sifat kimia yang cukup adalah keunggulan dari tanah
alami, dan sering menyebabkan peningkatan retensi karena pori-pori tanah yang
sempit dan lebih bergerak atau lambat alirannya (Wang et al., 2014).
Tanah ultisol umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di indonesia
banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan
bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk
7
Universitas Sumatera Utara
8
pertanian. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian
Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian
dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang
alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga
menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan
tindakan pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno, 1993).
Tanah ultisol yang terdegradasi ditandai dengan kesuburan rendah dan
keasaman tinggi yang mungkin karena erosi atau pencucian. Petani dalam upaya
untuk mengatasi tantangan ini menggunakan aplikasi pupuk kimia. Pendekatan
petani terhadap penggunaan pupuk kimia telah menjadi ancaman besar untuk
status mutu fisik tanah. Kurangnya perhatian yang diberikan kepada status fisik
tanah tanpa mempertimbangkan fakta bahwa baik kimia dan fungsi biologis dari
tanah dengan mengacu produksi tanaman dikendalikan oleh status fisik tanah.
Struktur tanah yang buruk dan keasaman adalah efek jangka panjang dari aplikasi
berkelanjutan dari pupuk kimia (Anikwe et al., 2015).
Karakteristik tanah ultisol (USDA) adalah tanah jenis tropis dan subtropis
yang memiliki iklim monsoon dan sangat lapuk. Tanah ini memiliki warna merah,
coklat, dan kuning kecoklatan (Horizon B) dengan kejenuhan kurang dari 50 %.
Biasanya tanah ini memiliki ocrhid/umbric horizon A dan satu atau lebih dari
kadar bahan organik di horizon B, ada kandungan besi dan kandungan air. Pada
umumnya tanah ini memiliki kesuburan yang rendah karena dua unsur hara makro
dan mikro sering ditambahi dengan aluminium. Dalam pengembangan atau
pemanfaatan tanah-tanah yang kurang subur di bidang pertanian perlu adanya
Universitas Sumatera Utara
9
upaya untuk meningkatkan kesuburannya baik kesuburan fisika, kimia dan
biologi, seperti dengan pembenahan tanah dengan kompos (Fitzpatrick, 1986).
Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,
jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Proses
pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia.
Membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad-jasad renik)
untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan hingga
terurai menjadi senyawa lain. Penguraian bahan-bahan tersebut dibantu oleh suhu
60oC. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam
senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga berguna bagi
tanaman (Lingga dan Marsono, 2000).
Pengomposan bertujuan untuk menurunkan rasio C/N. Tergantung jenis
tanamannya, rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga
mendekati rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon) dan
N (nitrogen). Bila bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak
dikomposkan terlebih dahulu (langsung diberikan ke tanah) maka proses
penguraiannya akan terjadi di tanah. Ini tentu kurang baik karena proses
penguraian bahan segar dalam tanah biasanya berjalan cepat karena kandungan air
dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2 dalam tanah meningkat sehingga dapat
berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman. Bahkan, untuk tanah ringan dapat
mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur tanahnya
menjadi kasar dan berserat (Lingga dan Marsono, 2000).
Universitas Sumatera Utara
10
Berdasarkan SNI 19-7030-2004, Standart kualitas kompos dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Standart Kualitas Kompos
No.
1
2
Parameter
Kadar air
Temperatur
3
Warna
4
Bau
5
Ukuran
partikel
Kemampuan
ikat air
Ph
Mm
%
Bahan asing
Unsur
Makro
Bahan
Organik
Nitrogen
%
Karbon
Phosfor
(P205)
C/N-rasio
6
7
8
9
10
11
12
13
Satuan
%
°C
Min
-
Maks
50
Suhu air
tanah
Kehitaman
No.
17
18
Satuan
mg/kg
mg/kg
Min
*
*
Maks
34
210
mg/kg
*
100
mg/kg
*
0,8
21
Parameter
Kobal (Co)
Kromium
(Cd)
Tembaga
(Cu)
Merkuri
(Hg)
Nikel (Ni)
20
0,55
Berbau
tanah
25
mg/kg
*
62
58
-
22
Timbal (Pb)
*
150
7,49
23
*
2
1,5
24
Selenium
(Se)
Seng (Zn)
Unsur lain
mg/kg
mg/kg
mg/kg
6,80
mg/kg
*
500
19
%
27
58
25
Kalsium
%
*
25,5
%
0,40
-
26
%
*
0,60
%
%
9,80
0,10
32
-
27
28
%
%
*
*
2,00
2,20
10
20
29
Magnesium
(Mg)
Besi (Fe)
Aluminium
(Al)
Mangan
(Mn)
%
*
0,10
14
Kalium
%
0,20
*
(K20)
Unsur Mikro
Bakteri
15
Arsen
mg/kg
*
13
30
Fecal Coli
MPN/g
16
Kadmium
mg/kg
*
3
31
Salmonelia
MPN/4
(Cd)
sp.
g
Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
1000
3
(Badan Standardisasi Nasional, 2004)
Kompos biotik produk Ipteks Bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus
(IBIKK) Compost Centre Universitas Sumatera Utara. Keunggulan kompos
dinyatakan oleh Uji Laboratorium BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
Sumatera Utara Tahun 2004. Fungsi dari kompos biotik ini adalah asupan hara
bagi tanaman, keseimbangan iklim mikro tanah, penyerapan unsur hara lebih
efektif, pengendali penyakit, dan mengembalikan kesuburan tanah. Hasil
pengukuran kompos dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
11
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kompos
Parameter
N-Total
P2O5
K2O
MgO
Na2O
C-Organik
C/N
Sumber: (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2014).
Dari data
kompos
yang diperoleh
(%)
2,10
2,96
4,45
2,13
1,44
22,51
10,72
disimpulkan
bahwa
kompos
dikategorikan sebagai kompos yang baik karena sesuai dengan SNI 19-7030-2004
dimana batas maksimum dan minimum yang ditetapkan dalam parameter sesuai
(Tabel 1.) sehingga penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah dapat
meningkatkan bahan organik tanah, berperan baik untuk meningkatkan kesuburan
tanah dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh
tanaman serta kemampuan tanah dalam menahan air meningkat.
Kompos dapat meningkatkan bahan organik tanah, meningkatkan pH,
meningkatkan aktivitas enzim dan respirasi tanah. Pertumbuhan tanaman secara
umum dapat ditingkatkan setelah penambahan kompos, tetapi jumlah pemberian
kompos harus disesuaikan dengan kebutuhan tanah terhadap pertumbuhan
tanaman. Kompos dapat digunakan pada perbaikan tanaman dan sifat fisik tanah.
Tanah yang miskin unsur hara dan tanah yang terdegradasi seperti tanah bekas
pertambangan
adalah
target penting dalam
langkah
memperbaiki atau
memulihkan fungsi tanah tersebut karena kegiatan pertambangan, dapat dilakukan
dengan meningkatkan kandungan bahan organik dan aktivitas mikroba pada tanah
(Oliva et al., 2016).
Selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, pupuk
organik ini pun terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian.
Universitas Sumatera Utara
12
Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa
tanaman, hewan, dan manusia. Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik ini
sehingga ia sangat disukai petani, diantaranya sebagai berikut: (1) memperbaiki
struktur tanah, (2) menaikkan daya serap tanah terhadap air, (3) menaikkan
kondisi kehidupan di dalam tanah, (4) sebagai sumber zat makanan bagi tanaman
(Lingga dan Marsono, 2008).
Kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung
dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan
unsur hara kompos sebagai berikut: nitrogen 0,1-0,6 % ; phospor 0,1-0,4 % ;
kalium 0,8-1,5 % ; kalsium 0,8-1,5 %. Ciri fisik kompos yang baik adalah
berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan pembentuknya
sudah tidak tampak lagi. Produsen kompos yang baik akan mencantumkan
besarnya kandungan unsur hara pada kemasan. Meskipun demikian, dosis
pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena kelebihan dosis
pupuk organik tidak akan merusak tanaman. Penggunaan dosis tertentu pada
pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan
kimia tanah dari pada untuk menyediakan unsur hara (Novizan, 2002).
Kompos dapat memberikan nutrisi bagi tanaman dan juga dapat
memperbaiki kondisi fisik tanah untuk pertumbuhan tanaman. Kompos tersebut
mengandung berbagai zat gizi mikro, termasuk magnesium, tembaga dan besi
serta konsentrasi penting dari nitrogen, fosfor dan kalium. Efek dari kompos pada
tanaman, air yang tersedia tergantung pada jenis tanah dan komposisi kompos
seperti kepadatan dan bahan organik (Donn et al., 2014).
Universitas Sumatera Utara
13
Tekstur Tanah
Batasan tekstur tanah sebagai ukuran yang menyusun tanah. Para pakar
edapologi hanya membatasi perhatian pada jarah-jarah dengan ukuran < 0,002
mm (pisahan lempung), 0,002-0,05 mm (pisahan debu) dan 0,05-0,2 mm (pisahan
pasir). Berdasarkan ini maka tekstur tanah diberi batasan sebagai perbandingan
nisbi pisahan-pisahan tanah di dalam suatu volume massa tanah. Pada kasus
khusus, pemerian terhadap jarah-jarah berukuran lebih besar dari pisahan pasir
dan lebih kecil dari pisahan lempung juga dilakukan (Poerwowidodo, 1991).
Tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam memegang
air. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memegang
air dari pada tanah bertekstur pasir hal ini terkait dengan luas permukaan
adsorbtifnya. Semakin halus teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan
airnya (Haridjaja et al., 2013).
Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut
sistem USDA dan Sistem Internasional tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa Karakteristik Dari Separat Tanah
Diameter (mm)
Separat Tanah
Pasirsangat
kasar
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir
Pasir halus
Pasir
sangat
halus
Debu
Debu
Liat
Luas
Permukaan
(cm2 g-1)
USDA
Internasional
Jumlah Partikel
(g-1)
2,00-1,00
-
90
11
1,00-0,50
0,50-0,25
0,25-0,10
2,00-0,20
-
720
5.700
4.088
46.000
23
45
29
91
0,10-0,05
-
722.000
227
0,05-0,002
Tanah Ultisol
Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi, setempatsetempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan bumi,
mengandung gejala-gejala kehidupan, dan mampu menopang pertumbuhan
tanaman di luar rumah. Tanah meliputi horison-horison tanah yang terletak di atas
bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim,
organisme hidup, bahan induk dan relief. Pada umumnya, ke arah bawah tanah
beralih ke batuan yang keras atau ke bahan bumi (yang tidak keras) yang tidak
mengandung akar, tanaman, hewan, atau tanda-tanda kegiatan biologi lain
(Hardjowigeno, 1993).
Tanah melestarikan beragam komunitas organisme tanah yang membentuk
simbiosis dengan akar tanaman, mendaur ulang nutrisi penting bagi tanaman,
memperbaiki struktur tanah dengan dampak positif bagi kapasitas memegang air
tanah dan nutrisi, yang pada akhirnya meningkatkan produksi tanaman
(Anikwe et al., 2016).
Tanah alami adalah kesatuan yang kompleks terdiri dari padat, cair dan
gas. Distribusi ukuran partikel yang luas, struktur pori yang kompleks, dan
permukaan kasar, perbedaan sifat kimia yang cukup adalah keunggulan dari tanah
alami, dan sering menyebabkan peningkatan retensi karena pori-pori tanah yang
sempit dan lebih bergerak atau lambat alirannya (Wang et al., 2014).
Tanah ultisol umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di indonesia
banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan
bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk
7
Universitas Sumatera Utara
8
pertanian. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian
Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian
dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang
alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga
menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan
tindakan pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno, 1993).
Tanah ultisol yang terdegradasi ditandai dengan kesuburan rendah dan
keasaman tinggi yang mungkin karena erosi atau pencucian. Petani dalam upaya
untuk mengatasi tantangan ini menggunakan aplikasi pupuk kimia. Pendekatan
petani terhadap penggunaan pupuk kimia telah menjadi ancaman besar untuk
status mutu fisik tanah. Kurangnya perhatian yang diberikan kepada status fisik
tanah tanpa mempertimbangkan fakta bahwa baik kimia dan fungsi biologis dari
tanah dengan mengacu produksi tanaman dikendalikan oleh status fisik tanah.
Struktur tanah yang buruk dan keasaman adalah efek jangka panjang dari aplikasi
berkelanjutan dari pupuk kimia (Anikwe et al., 2015).
Karakteristik tanah ultisol (USDA) adalah tanah jenis tropis dan subtropis
yang memiliki iklim monsoon dan sangat lapuk. Tanah ini memiliki warna merah,
coklat, dan kuning kecoklatan (Horizon B) dengan kejenuhan kurang dari 50 %.
Biasanya tanah ini memiliki ocrhid/umbric horizon A dan satu atau lebih dari
kadar bahan organik di horizon B, ada kandungan besi dan kandungan air. Pada
umumnya tanah ini memiliki kesuburan yang rendah karena dua unsur hara makro
dan mikro sering ditambahi dengan aluminium. Dalam pengembangan atau
pemanfaatan tanah-tanah yang kurang subur di bidang pertanian perlu adanya
Universitas Sumatera Utara
9
upaya untuk meningkatkan kesuburannya baik kesuburan fisika, kimia dan
biologi, seperti dengan pembenahan tanah dengan kompos (Fitzpatrick, 1986).
Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,
jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Proses
pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia.
Membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad-jasad renik)
untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan hingga
terurai menjadi senyawa lain. Penguraian bahan-bahan tersebut dibantu oleh suhu
60oC. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam
senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga berguna bagi
tanaman (Lingga dan Marsono, 2000).
Pengomposan bertujuan untuk menurunkan rasio C/N. Tergantung jenis
tanamannya, rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga
mendekati rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon) dan
N (nitrogen). Bila bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak
dikomposkan terlebih dahulu (langsung diberikan ke tanah) maka proses
penguraiannya akan terjadi di tanah. Ini tentu kurang baik karena proses
penguraian bahan segar dalam tanah biasanya berjalan cepat karena kandungan air
dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2 dalam tanah meningkat sehingga dapat
berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman. Bahkan, untuk tanah ringan dapat
mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur tanahnya
menjadi kasar dan berserat (Lingga dan Marsono, 2000).
Universitas Sumatera Utara
10
Berdasarkan SNI 19-7030-2004, Standart kualitas kompos dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Standart Kualitas Kompos
No.
1
2
Parameter
Kadar air
Temperatur
3
Warna
4
Bau
5
Ukuran
partikel
Kemampuan
ikat air
Ph
Mm
%
Bahan asing
Unsur
Makro
Bahan
Organik
Nitrogen
%
Karbon
Phosfor
(P205)
C/N-rasio
6
7
8
9
10
11
12
13
Satuan
%
°C
Min
-
Maks
50
Suhu air
tanah
Kehitaman
No.
17
18
Satuan
mg/kg
mg/kg
Min
*
*
Maks
34
210
mg/kg
*
100
mg/kg
*
0,8
21
Parameter
Kobal (Co)
Kromium
(Cd)
Tembaga
(Cu)
Merkuri
(Hg)
Nikel (Ni)
20
0,55
Berbau
tanah
25
mg/kg
*
62
58
-
22
Timbal (Pb)
*
150
7,49
23
*
2
1,5
24
Selenium
(Se)
Seng (Zn)
Unsur lain
mg/kg
mg/kg
mg/kg
6,80
mg/kg
*
500
19
%
27
58
25
Kalsium
%
*
25,5
%
0,40
-
26
%
*
0,60
%
%
9,80
0,10
32
-
27
28
%
%
*
*
2,00
2,20
10
20
29
Magnesium
(Mg)
Besi (Fe)
Aluminium
(Al)
Mangan
(Mn)
%
*
0,10
14
Kalium
%
0,20
*
(K20)
Unsur Mikro
Bakteri
15
Arsen
mg/kg
*
13
30
Fecal Coli
MPN/g
16
Kadmium
mg/kg
*
3
31
Salmonelia
MPN/4
(Cd)
sp.
g
Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
1000
3
(Badan Standardisasi Nasional, 2004)
Kompos biotik produk Ipteks Bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus
(IBIKK) Compost Centre Universitas Sumatera Utara. Keunggulan kompos
dinyatakan oleh Uji Laboratorium BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
Sumatera Utara Tahun 2004. Fungsi dari kompos biotik ini adalah asupan hara
bagi tanaman, keseimbangan iklim mikro tanah, penyerapan unsur hara lebih
efektif, pengendali penyakit, dan mengembalikan kesuburan tanah. Hasil
pengukuran kompos dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
11
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kompos
Parameter
N-Total
P2O5
K2O
MgO
Na2O
C-Organik
C/N
Sumber: (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2014).
Dari data
kompos
yang diperoleh
(%)
2,10
2,96
4,45
2,13
1,44
22,51
10,72
disimpulkan
bahwa
kompos
dikategorikan sebagai kompos yang baik karena sesuai dengan SNI 19-7030-2004
dimana batas maksimum dan minimum yang ditetapkan dalam parameter sesuai
(Tabel 1.) sehingga penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah dapat
meningkatkan bahan organik tanah, berperan baik untuk meningkatkan kesuburan
tanah dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh
tanaman serta kemampuan tanah dalam menahan air meningkat.
Kompos dapat meningkatkan bahan organik tanah, meningkatkan pH,
meningkatkan aktivitas enzim dan respirasi tanah. Pertumbuhan tanaman secara
umum dapat ditingkatkan setelah penambahan kompos, tetapi jumlah pemberian
kompos harus disesuaikan dengan kebutuhan tanah terhadap pertumbuhan
tanaman. Kompos dapat digunakan pada perbaikan tanaman dan sifat fisik tanah.
Tanah yang miskin unsur hara dan tanah yang terdegradasi seperti tanah bekas
pertambangan
adalah
target penting dalam
langkah
memperbaiki atau
memulihkan fungsi tanah tersebut karena kegiatan pertambangan, dapat dilakukan
dengan meningkatkan kandungan bahan organik dan aktivitas mikroba pada tanah
(Oliva et al., 2016).
Selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, pupuk
organik ini pun terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian.
Universitas Sumatera Utara
12
Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa
tanaman, hewan, dan manusia. Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik ini
sehingga ia sangat disukai petani, diantaranya sebagai berikut: (1) memperbaiki
struktur tanah, (2) menaikkan daya serap tanah terhadap air, (3) menaikkan
kondisi kehidupan di dalam tanah, (4) sebagai sumber zat makanan bagi tanaman
(Lingga dan Marsono, 2008).
Kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung
dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan
unsur hara kompos sebagai berikut: nitrogen 0,1-0,6 % ; phospor 0,1-0,4 % ;
kalium 0,8-1,5 % ; kalsium 0,8-1,5 %. Ciri fisik kompos yang baik adalah
berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan pembentuknya
sudah tidak tampak lagi. Produsen kompos yang baik akan mencantumkan
besarnya kandungan unsur hara pada kemasan. Meskipun demikian, dosis
pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena kelebihan dosis
pupuk organik tidak akan merusak tanaman. Penggunaan dosis tertentu pada
pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan
kimia tanah dari pada untuk menyediakan unsur hara (Novizan, 2002).
Kompos dapat memberikan nutrisi bagi tanaman dan juga dapat
memperbaiki kondisi fisik tanah untuk pertumbuhan tanaman. Kompos tersebut
mengandung berbagai zat gizi mikro, termasuk magnesium, tembaga dan besi
serta konsentrasi penting dari nitrogen, fosfor dan kalium. Efek dari kompos pada
tanaman, air yang tersedia tergantung pada jenis tanah dan komposisi kompos
seperti kepadatan dan bahan organik (Donn et al., 2014).
Universitas Sumatera Utara
13
Tekstur Tanah
Batasan tekstur tanah sebagai ukuran yang menyusun tanah. Para pakar
edapologi hanya membatasi perhatian pada jarah-jarah dengan ukuran < 0,002
mm (pisahan lempung), 0,002-0,05 mm (pisahan debu) dan 0,05-0,2 mm (pisahan
pasir). Berdasarkan ini maka tekstur tanah diberi batasan sebagai perbandingan
nisbi pisahan-pisahan tanah di dalam suatu volume massa tanah. Pada kasus
khusus, pemerian terhadap jarah-jarah berukuran lebih besar dari pisahan pasir
dan lebih kecil dari pisahan lempung juga dilakukan (Poerwowidodo, 1991).
Tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam memegang
air. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memegang
air dari pada tanah bertekstur pasir hal ini terkait dengan luas permukaan
adsorbtifnya. Semakin halus teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan
airnya (Haridjaja et al., 2013).
Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut
sistem USDA dan Sistem Internasional tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa Karakteristik Dari Separat Tanah
Diameter (mm)
Separat Tanah
Pasirsangat
kasar
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir
Pasir halus
Pasir
sangat
halus
Debu
Debu
Liat
Luas
Permukaan
(cm2 g-1)
USDA
Internasional
Jumlah Partikel
(g-1)
2,00-1,00
-
90
11
1,00-0,50
0,50-0,25
0,25-0,10
2,00-0,20
-
720
5.700
4.088
46.000
23
45
29
91
0,10-0,05
-
722.000
227
0,05-0,002