Pengaruh Sodium Hipoklorit 0,5% terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan Surface Detail Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hemimaksilektomi sering dilakukan pada pasien dengan tumor rongga mulut.
Hemimaksilektomi merupakan operasi pengangkatan salah satu sisi rahang atas,
termasuk premaksila, rahang atas dan palatum keras yang dilakukan untuk
pengangkatan tumor. Pasca hemimaksilektomi hubungan antara rongga hidung ke
antrum dan nasofaring menjadi terbuka, bakteri patogen seperti Klebsiella
pneumoniae dapat dengan mudah melakukan penetrasi ke rongga mulut. Pasca
hemimaksilektomi diperlukan integrasi bedah mulut dengan prostodontis untuk
pembuatan obturator. Pembuatan obturator memerlukan pencetakan rahang pasien
dengan menggunakan alginat (Singh, 2013; Omo, 2014).
Alginat merupakan salah satu bahan cetak yang sering digunakan di
kedokteran gigi karena mudah dimanipulasi, nyaman untuk pasien dan ekonomis.
Cetakan alginat merupakan hidrokoloid gel yang terdiri dari 80% air. Cetakan alginat
bila dibiarkan di udara terbuka air yang terkandung di dalamnya akan menguap
sehingga cetakan menyusut (shrinkage), yang disebut sineresis. Cetakan alginat bila
ditempatkan di dalam air, air akan diabsorbsi dan cetakan mengembang (expand)

disebut imbibisi (Power, 2008).
Cetakan alginat berperan sebagai sarana transmisi mikroorganisme dari pasien
ke dokter gigi, asisten, perawat dan tekniker. Jumlah bakteri pada permukaan alginat
lebih banyak dibandingkan elastomer karena alginat mempunyai sifat hidrofilik
sehingga menyatu dengan saliva dan darah yang berpotensi mengandung
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi (Power, 2008; Egusa,
2008). Cetakan alginat bila dilihat dengan Scanning Electron Microscope (SEM)
dengan pembesaran 700x menunjukkan karakteristik topografi yang tidak beraturan
sehingga mikroorganisme mudah melekat pada cetakan alginat (Bustos, 2010).
Satu mililiter saliva mengandung hampir 1 juta mikroorganisme, kebanyakan
bakteri dan sedikit fungi. Bakteri dan fungi berada di jaringan keras, jaringan lunak,

Universitas Sumatera Utara

2

nasofaring berkembang biak dengan bantuan saliva (Lamont, 2006). Cetakan alginat
dapat terkontaminasi banyak mikroorganisme, seperti Streptococcus (100%),
Staphylococcus (55,6%), Candida


(25,9%), methicillin-resistant Staphylococcus

aureus (25,9%), dan Pseudomonas aeruginosa (5,6%) (Egusa, 2008). Mayoritas
bakteri yang ditemukan pada cetakan alginat adalah Staphylococcus sp, Streptococcus
sp, Enterococcus, Micrococcus, dan Acinetobacter (Haralur, 2012). Pada daerah
pasca pembedahan pada kepala dan leher yang mengalami infeksi luka pembedahan
sering ditemukan Klebsiella pneumoniae (Cunha, 2012). Pada luka pasca operasi
dapat ditemukan bakteri Gram positif (22,5%) dan Gram negatif (77,5%). Klebsiella
pneumoniae merupakan bakteri patogen Gram negatif yang sering ditemukan pada
luka pasca operasi berdasarkan penelitian di rumah sakit Dar Es Salaam, Tanzania
pada September 2011 sampai Februari 2012 (Manyahi, 2012). Klebsiella pneumoniae
sering ditemukan pada kavitas pasca operasi rahang atas (Wieckiewicz, 2002).
Klebsiella

pneumoniae

termasuk

genus


Klebsiella

dalam

famili

Enterobacteriaceae yang umumnya menyebabkan penyakit pada manusia. Klebsiella
pneumoniae dapat diisolasi dari orofaring atau saluran pencernaan pada 5% orang
sehat dan tingkat isolasi lebih tinggi di rumah sakit. Klebsiella pneumoniae dapat
menyebabkan

severe

destructive

pneumoniae

dan

infeksi


saluran

kemih

(Samaranayake, 2012). Infeksi lokal Klebsiella pneumoniae bila tidak dilakukan
pengobatan dapat menyebabkan infeksi sistemik yang cepat dan tidak terkendali.
Infeksi yang disebabkan Klebsiella pneumoniae pada pasien immunocompromised,
dirawat di rumah sakit dan lansia, sangat berbahaya dengan tingkat mortalitas sampai
60% (Lawlor, 2005; Kumar, 2013).
Pencegahan terhadap infeksi silang diperlukan kontrol infeksi. Salah satu
kontrol infeksi adalah dengan mendesinfeksi cetakan. British Dental Association
(2009) dan Centers for Disease Control and Prevention (2003) mempublikasikan
pedoman untuk mendisinfeksi cetakan. Pedoman tersebut terdiri dari membersihkan
dan disinfeksi cetakan menggunakan disinfektan rumah sakit yang aktif yang
terdaftar di Environmental Protection Agency.

Universitas Sumatera Utara

3


Cetakan alginat setelah dikeluarkan dari rongga mulut sebaiknya dibilas
dengan air terlebih dahulu untuk membersihkan darah, saliva, atau debris yang dapat
menghalangi permukaan cetakan dari paparan disinfektan. Cetakan alginat yang telah
didisinfeksi juga harus dibilas untuk menghilangkan sisa disinfektan yang dapat
mempengaruhi permukaan model (Al-Jabrah, 2007). Cetakan alginat tidak cukup
hanya dibilas dengan air tanpa diikuti prosedur disinfeksi karena mikroorganisme
dapat terabsorbsi ke dalam cetakan dan tidak dapat dieliminasi hanya dengan
pembilasan dengan air mengalir. Membilas cetakan alginat dengan air hanya
mengurangi jumlah mikroorganisme sebesar 48,5% (Correia-Sousa, 2013).
Disinfektan idealnya harus mempunyai dua tujuan yaitu sebagai agen
antimikrobial yang efektif dan tidak menyebabkan pengaruh terhadap stabilitas
dimensi dan surface detail cetakan (Amin, 2009). Namun, tidak semua bahan cetak
kompatibel

dengan

semua

jenis


desinfektan.

Beberapa

desinfektan

dapat

mempengaruhi kualitas bahan cetak, perubahan surface detail, surface roughness dan
stabilitas dimensi (Al-Jabrah, 2007). Centers for Disease Control and Prevention
merekomendasikan bahan pemutih rumah tangga (household bleach) dengan
pengenceran 1:10, iodophor, atau synthetic phenol sebagai disinfektan untuk
mendisinfeksi cetakan.
Sodium hipoklorit merupakan bahan disinfektan yang sering digunakan di
kedokteran

gigi

sebagai


larutan

irigasi

saluran

akar.

Sodium

hipoklorit

direkomendasikan oleh Environmental Protection Agency dan merupakan disinfektan
yang bersifat sangat aktif pada bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora
(Fukuzaki, 2006). Sodium hipoklorit mudah dijumpai di setiap rumah tangga dengan
konsentrasi 5,25%. Sodium hipoklorit efisien untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dan mendisinfeksi cetakan (Badrian, 2012). Konsentrasi larutan
sodium hipoklorit yang digunakan untuk mendisinfeksi cetakan bervariasi 0,5-5,25%.
Sodium hipoklorit 0,5% merupakan disinfektan terbaik untuk mendisinfeksi cetakan

alginat karena efektif terhadap koloni bakteri aerob dan anaerob (Haralur, 2012).
Metode disinfeksi ada dua yaitu dengan penyemprotan dan perendaman.
(Sakaguchi, 2012). Lamanya penyemprotan atau perendaman tergantung dari jenis

Universitas Sumatera Utara

4

disinfektan yang digunakan. Berdasarkan aplikasi praktisnya, disinfeksi dengan
perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter
gigi. Sementara itu, disinfeksi dengan penyemprotan dengan menggunakan sprayer
dianggap sebagai metode yang paling efektif dan mencegah terjadinya distorsi pada
cetakan alginat. British Dental Association (2009) merekomendasikan untuk
disinfeksi cetakan dengan perendaman karena semua permukaan sendok cetak dan
cetakan dapat terpapar bahan disinfektan. Disinfeksi cetakan alginat dengan sodium
hipoklorit 0,5% lebih efektif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif bila
dibandingkan dengan glutaraldehid 2% (Aeran, 2010). Disinfeksi cetakan alginat
dengan sodium hipoklorit 0,525% selama 5 menit efektif terhadap Candida albicans,
Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa (Badrian, 2012). Perendaman
cetakan alginat dalam sodium hipoklorit 0,5% selama 5 menit efektif terhadap bakteri

dan jika dilihat dengan SEM tidak terdapat perbedaan surface detail cetakan
dibandingkan dengan yang tidak didesinfeksi. Mengurangi waktu perendaman dapat
meminimalkan perubahan sifat fisis seperti stabilitas dimensi dan surface detail
(Bustos, 2010).
Surface detail merupakan sifat penting untuk menghasilkan tiruan yang tepat
dari struktur anatomis yang dicetak. Surface detail dapat diamati secara langsung
melalui cetakan (Guiraldo, 2012). Surface detail pada cetakan harus dapat ditransfer
ke model (Power, 2008). Surface detail cetakan alginat yang telah didesinfeksi dapat
berubah karena dipengaruhi konsentrasi dan waktu pemaparan desinfektan (Amin,
2009).
1.2 Permasalahan
Cetakan alginat

pasien pasca

hemimaksilektomi

terdapat

Klebsiella


pneumoniae. Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri patogen yang dapat
menyebabkan infeksi pneumonia. Dokter gigi memiliki peran penting dalam upaya
pencegahan infeksi silang antara pasien ke dokter gigi, perawat, dan tekniker
laboratorium. Salah satu kontrol infeksi adalah disinfeksi cetakan alginat dengan
menggunakan sodium hipoklorit 0,5% dengan metode perendaman.

Universitas Sumatera Utara

5

Penilaian surface detail cetakan alginat sebelum dan setelah didisinfeksi
masih jarang dilakukan. Proses disinfeksi tidak boleh mempengaruhi surface detail
cetakan alginat sehingga harus dipertimbangkan waktu yang diperlukan untuk
mendisinfeksi cetakan alginat yang sesingkat mungkin dengan efektivitas maksimal
terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae. Efek disinfektan pada cetakan yang
terkontaminasi secara artifisial (in vitro) mungkin berbeda dengan cetakan yang
dicetak dari pasien (in vivo) karena adanya saliva pada permukaan cetakan atau
perbedaan komposisi mikroorganisme rongga mulut setiap individu. Penelitian
penggunaan sodium hipoklorit pada cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi

dengan perendaman masih terbatas. Sodium hipoklorit tidak dapat dicampurkan ke
dalam adonan alginat karena dapat menimbulkan nekrosis pada jaringan vital,
meningkatnya permeabilitas vaskuler dan pelepasan mediator kimia seperti histamin
yang menyebabkan rasa sakit hebat, edema dan pendarahan.
Dari uraian di atas maka timbul pemikiran untuk memanfaatkan sodium
hipoklorit 0,5% yang efektif sebagai antimikroba spektrum luas dan mudah dijumpai
di setiap rumah tangga sebagai salah satu bahan desinfektan untuk mendesinfeksi
cetakan alginat pasien pasca hemimaksilektomi.
1.3 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah bakteri Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri dominan pada
pasien pasca hemimaksilektomi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara?
2. Apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat pasien pasca
hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 1, 3, dan 5 menit
terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae?
3. Apakah ada pengaruh perendaman cetakan alginat dengan larutan sodium
hipoklorit 0,5% selama 1, 3, dan 5 menit terhadap surface detail cetakan alginat?

Universitas Sumatera Utara

6

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk:
1. Mengetahui bakteri Klebsiella pneumoniae sebagai bakteri dominan pada
pasien pasca hemimaksilektomi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Mengetahui

pengaruh

perendaman

cetakan

alginat

pasien

pasca

hemimaksilektomi dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% selama 1, 3, dan 5 menit
terhadap jumlah bakteri Klebsiella pneumoniae.
3. Mengetahui pengaruh perendaman cetakan alginat dengan larutan sodium
hipoklorit 0,5% selama 1, 3, dan 5 menit terhadap surface detail cetakan alginat.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi informasi di bidang kedokteran gigi tentang kontrol infeksi
dengan mendisinfeksi cetakan alginat untuk mencegah infeksi silang yang dapat
terjadi pada dokter gigi, perawat, tekniker dan pasien.
2. Sebagai dasar penelitian untuk penelitian lebih lanjut.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Manfaat Klinis
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi dokter gigi dalam mendisinfeksi cetakan alginat
yang efektif dengan menggunakan sodium hipoklorit.
2. Sebagai pedoman bagi dokter gigi untuk memilih bahan disinfektan dengan
perubahan surface detail yang minimal sehingga akan didapatkan model yang akurat
untuk pembuatan obturator.

Universitas Sumatera Utara

7

1.5.2.2 Manfaat Laboratoris
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mencegah infeksi silang terhadap tekniker melalui model untuk pembuatan
obturator.
2. Mempermudah tekniker supaya tidak perlu mendisinfeksi model yang
diterima laboratorium dental.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Dengan Sodium Hipoklorit 0,5% Terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae dan Perubahan Dimensi Model

0 1 28

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Dengan Sodium Hipoklorit 0,5% Terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae dan Perubahan Dimensi Model

0 0 2

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Dengan Sodium Hipoklorit 0,5% Terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae dan Perubahan Dimensi Model

0 1 9

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Dengan Sodium Hipoklorit 0,5% Terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae dan Perubahan Dimensi Model

0 0 38

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Dengan Sodium Hipoklorit 0,5% Terhadap Jumlah Klebsiella pneumoniae dan Perubahan Dimensi Model

0 0 2

Pengaruh Sodium Hipoklorit 0,5% terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan Surface Detail Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi

1 4 20

Pengaruh Sodium Hipoklorit 0,5% terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan Surface Detail Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi

0 0 2

Pengaruh Sodium Hipoklorit 0,5% terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan Surface Detail Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi

0 3 26

Pengaruh Sodium Hipoklorit 0,5% terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan Surface Detail Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi Chapter III V

0 1 33

Pengaruh Sodium Hipoklorit 0,5% terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae dan Surface Detail Cetakan Alginat Pasien Pasca Hemimaksilektomi

0 0 5