TANGGUNG JAWAB LESSOR DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN SISTEM OPERATING LEASE SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN SUATU PERUSAHAAN (Studi PT.Summit Oto Finance Palu) | MUZNAH | Legal Opinion 6673 22204 1 PB

TANGGUNG JAWAB LESSOR DALAM PERJANJIAN LEASING
DENGAN SISTEM OPERATING LEASE SEBAGAI SALAH SATU
ALTERNATIF PEMBIAYAAN SUATU PERUSAHAAN
(Studi PT.Summit Oto Finance Palu)

MUZNAH / D 101 09 312

ABSTRAK

Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha ( leasing ) adalah bergerak di
bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh lessee.
Pembiayaan di sini maksudnya jika lessee membutuhkan barang-barang modal seperti
peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit dapat
diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai keinginan lessee sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.
Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas permasalahan tentang bagaimana
tanggung jawab lessor dalam perjanjian leasing serta hambatan-hambatannya.
Tanggung jawab dari lessor, pada prinsipnya menyerahkan barang yang akan disewa
guna usahakan oleh lesse sesuai dengan permintaan dan perjanjian antara lessor dan
lesse.
Berdasarkan pembahasan tersebut maka penulis menarik kesimpulan bahwa

pemabagian dan pengaturan mengenai tanggung jawab para pihak dalamperjanjian
leasing pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis pembiayaan yang terdapat
dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus pembagian dan pengaturan
tersebut pada dasarnya harus didasarkan pada kesepakatan para pihak dalam
perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya harus dilakukan berdasarkan undangundang. Serta hambatan dalam perjanjian leasing yang pada umumnya disebabkan oleh
wanprestasi atau ingkar janji dari pihak lessee.

Kata Kunci : Tanggung Jawab , Perjanjian Leasing, Lessor.
I
. PENDAHULUAN

pemerintah

A.Latar Belakang

Lembaga

Salah

satu


lembaga

adalah
ini

di

leasing.
perkenalkan

melalui Surat Keputusan Bersama

pembiayaan yang pertama kali di

(SKB)

perkenalkan di Indonesia oleh

Menteri


1

Menteri

Keuangan,

Perindustrian,

dan

Menteri

Perdagangan

Koperasi

Nomor

:


pembiayaan yang masih relatif

dan

baru,

Kep-

pada

awal

perkembangannya usaha leasing

122/MK/IV/1/1974;
dan

dipacu oleh pemerintah dalam


No.30/Kpb/I/1974, tertanggal 17

rangka mendorong perkembangan

Februari 1974 tentang perizinan

dunia usaha dengan memberikan

usaha

Kemudian

beberapa

Keputusan

dengan memberikan penundaan

No.32/M/SK/2/1974;


leasing.

berdasarkan

Surat

Menteri

Keuangan

fasilitas

antara

lain

RI

pembayaran perpajakan , sehingga


No.48/KMK.013/1991. Lembaga

usaha leasing berkembang dengan

ini kemudian diberi nama resmi

sangat maju dan pesat.

“Sewa Guna Usaha”.1
Setelah

di

perkenalkan

Leasing

sebagai

lembaga


pembiayaan

dalam

sistem

secara resmi pada tahun 1975

kerjanya akan menghubungkan

mulailah di dirikan perusahaan-

kepentingan dari beberapa pihak

perusahaan leasing di Indonesia.

yang berbeda , yaitu :

Pada tahun 1981 kegiatan leasing


1. Lessor adalah pihak leasing

di Indonesia terjadi peningkatan
yang

pesat

perusahaan

pada

jumlah

leasing

yang

itu sendiri sebagai pemilik
modal, yang nantinya akan

memberikan modal alat atau

beroperasi di Indonesia dengan
berbagai

bidang

menggunakan

jasa

usaha

membeli suatu barang.

yang

2. Lessee adalah nasabah atau

perusahaan


perusahaan yang bertindak

leasing.

sebagai

Perusahaan
leasing

merupakan

pemakai

pembiayaan

peralatan/barang yang akan

perusahaan

di lease atau yang akan
disewakan pihak penyewa /
lessor.

1

Dhaniswara
K.
Harjono,Pemahaman Hukum Bisnis, Jakarta,
PT Rajagrafindo Persada, 2006. hlm 3.

3. Vendor atau leveransir atau
disebut

2

supplier ,

sebagai

pihak ketiga penjual suatu

perjanjian financial lease atau

barang yang akan dibeli oleh

kontrak leasing.

untuk

lessor

disewakan
B. Rumusan Masalah

kepada lessee.

Dari uraian latar belakang tersebut

Kegiatan utama perusahaan

di atas, maka penulis membahas

leasing adalah bergerak di bidang

pembiayaan

untuk

barang-barang

masalah sebagai berikut :

keperluan

modal

yang

1. Bagaimanakah tanggung jawab

nasabah.

lessor dalam perjanjian leasing

Pembiayaan di sini maksudnya

dengan sistem operating lease

jika

sebagai salah satu alternatif

diinginkan

oleh

seorang

membutuhkan

nasabah
barang-barang

pembiayaan suatu perusahaan ?

modal seperti peralatan kantor
2. Apakah yang menjadi hambatan-

atau mobil dengan cara disewa

hambatan yang biasa timbul

atau dibeli secara kredit dapat

dalam perjanjian leasing ?

diperoleh di perusahaan leasing.
Pihak leasing dapat membiayai

II.PEMBAHASAN

keinginan nasabah sesuai dengan

A. Pengertian Perjanjian dan

perjanjian yang telah disepakati
Syarat-Syarat Perjanjian

kedua belah pihak.2

Untuk

Hubungan lessor dan lessee

memahami

istilah

timbal

mengenai perikatan dan perjanjian

balik, menyangkut pelaksanaan

terdapat beberapa pendapat para

kewajiban dan peralihan suatu hak

sarjana. Adapun pendapat tersebut,

atau

antara lain:

merupakan

hubungan

tuntutan

kenikmatan

kewajiban

dari

menggunakan

Menurut R.Subekti, definisi

fasilitas pembiayaan, untuk itu

perjanjian adalah :

antara lessor dan lessee dibuat
“perjanjian adalah suatu
peristiwa di mana seorang

2

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis,
Cet I, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005.
hlm 103.

3

berjanji kepada seorang lain
atau di mana dua orang itu
saling
berjanji
untuk
melaksanakan suatu hal”.3

atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih”.

Sedang

Abdul

mengenal empat unsur pokok yang

merumuskan

harus ada agar suatu perbuatan

Kadir

menurut

Muhammad

Setiap perjanjian mempunyai
dasar pembentukan. Ilmu hukum

kembali definisi Pasal 1313 KUH

hukum

Perdata sebagai berikut :

perjanjian yang sah, keempat unsur

dapat

di

sebut

dengan

“bahwa
yang
disebut
perjanjian
adalah
suatu
persetujuan dengan mana dua
orang atau lebih saling
mengikatkan
diri
untuk
melaksanakan sesuatu hal
dalam
lapangan
harta
4
kekayaan”.

tersebut diatur dalam Pasal 1320

Berdasarkan pada beberapa

biasanya diekspresikan dengan

KUHPerdata, yaitu:
1. Berdasarkan kesepakatan para
pihak
Kesepakatan

merupakan

faktor esensial yang menjiwai
perjanjian,

kesepakatan

pengertian perjanjian di atas, maka

kata

dapat disimpulkan bahwa di dalam

pembubuhan

suatu

sebagai bukti persetujuan atas

perjanjian

minimal

harus

“setuju”
tanda

disertai
tangan

terdapat dua pihak, dimana kedua

segala

belah pihak saling bersepakat untuk

dalam

menimbulkan suatu akibat hukum

perjanjian suatu kesepakatan

tertentu.

dinyatakan tidak sah, apabila

Perjanjian/

persetujuan

hal

yang

perjanjian.

tercantum
Dalam

batasannya diatur dalam Pasal 1313

kesepakatan

KUH perdata yang berbunyi:

tersebut

“Suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang

kekhilafan atau dibuat dengan

yang
terjadi

dicapai
karena

suatu tindakan pemaksaan atau
penipuan.

3

R.Subekti, Aspek-Aspek Hukum
Perikatan Nasional, Alumni, Bandung,
1986, hlm 3.

2. Pihak-pihak dalam perjanjian
harus cakap untuk membuat

4

Abdul Kadir Muhammad, Hukum
Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1992. hlm 20.

perjanjian

4

misalnya;

Setiap orang dan badan

istri

dalam

hukum (legal entity) adalah

melakukan

subjek

untuk transaksi-transaksi

hukum,

namun

KUHPerdata membatasi subjek

tertentu

hukum

mendapatkan

yang

dapat

menjadi

perjanjian

harus

persetujuan suami.

pihak dalam perjanjian. Untuk

3. Perjanjian menyepakati suatu

itu kita perlu mengetahui siapa
saja yang menurut hukum tidak

hal tertentu

cakap atau tidak mempunyai
kedudukan
membuat

hukum

untuk

perjanjian.

Berikut

Hukum mewajibkan setiap
perjanjian

adalah pihak-pihak yang tidak
cakap

secara

hukum

dewasa,

mengenai

sesuatu hal tertentu sebagai

untuk
objek

membuat perjanjian:
a) .Orang

harus

yang

perjanjian,

misalnya tanah sebagai objek

belum

yaitu

dari

orang

perjanjian jual beli.

yang belum berumur 21
4. Dibuat berdasarkan suatu sebab

tahun
b) Orang-orang

yang halal

yang

ditaruh

dibawah

Perjanjian

menuntut

pengampuan, misalnya:
adanya itikad baik dari para

anak-anak, orang yang

pihak dalam perjanjian, oleh

pikirannya kurang sehat
atau

mengalami

karena itu perjanjian yang

gangguan mental.
c) Semua

pihak

disebabkan oleh sesuatu yang

yang

tidak halal, misalnya karena

menurut undang-undang
yang berlaku tidak cakap
atau
kecakapannya
membuat

paksaaan atau tipu muslihat

dibatasi
tidak

untuk

sebagai

perjanjian,

5

memenuhi
suatu

syarat

perjanjian.

Suatu sebab atau causa yang

dalam proses produksi. Mengenai
definisi

halal yang di maksud dalam

pendapat,berikut
Pasal

1320

KUHPerdata

mendorong orang membuat
perjanjian melainkan sebab
dalam arti “isi perjanjian itu
yang

menggambarkan tujuan yang
akan di capai oleh pihakyang

perjanjian

melakukan
yang

tidak

bertentangan

dengan

perundang-undangan,
ketertiban

umum,

dan

kesusilaan.
B. Pengertian Leasing dan Dasar

dari

Menurut Pasal 1 ayat (1)

Hukum

Surat Keptusan Bersama Menteri

Secara
merupakan
funding,

kutipan

“Leasing adalah
perjanjian
(kontrak) antara
lessor dan lessee
untuk menyewa
suatu
jenis
barang
modal
tertentu
yang
dipilih/ditentuka
n oleh lessee.
Hak
atas
kepemilikan
barang
modal
tersebut
ada
pada
lessor ,
adapun lessee
hanya
menggunakan
barang
modal
tersebut
berdasarkan
pembayaran
uang sewa yang
telah ditentukan
dalam
suatu
jangka
waktu
5
tertentu.”

yang menyebabkan atau yang

pihak

banyak

salah satu pendapat:

bukanlah sebab dalam arti

sendiri”

ada

leasing

umum
suatu

yaitu

pembiayaan

leasing

Keuangan, Menteri Perindustrian,

equipment

suatu

kegiatan

dalam

bentuk

dan

Menteri

Perdagangan

No.122,No.32,No.30 Tahun 1974
tentang Perizinan Usaha Leasing,

peralatan atau barang modal pada
5

perusahaan

untuk

Amin Widjaja Tunggal dan Arif
Djohan Tunggal, The Equipment Leasing
Association, Inggris,1994, hlm 8.

digunakan

6

ditentukan bahwa yang dimaksud

keuangan). OJK adalah lembaga

dengan

independen

adalah

leasing

setiap

yang

dibentuk

kegiatan pembiayaan perusahaan

menurut Undang-Undang No.21

dalam bentuk penyediaan barang

Tahun 2011. Merupakan sebuah

modal untuk digunakan oleh suatu

lembaga

perusahaan dalam jangka waktu

keuangan yang independen dan

tertentu, berdasarkan pembayaran

mengawasi industri perbankan,

secara berkala disertai dengan hak

pasar

pilih

perusahaan

perusahaan pembiayaan dan lain-

tersebut untuk membeli barang

lain. OJK mempunyai fungsi,

modal yang bersangkutan, atau

tugas dan wewenang pengaturan,

memperpanjang

pengawasan,

(opsi)

leasing

bagi

jangka

waktu

berdasarkan nilai sisa
C.

Dasar Hukum Leasing di
SKB

Menkeu

dan

Menperin

dan

Mendag

No.

122/MK/2/1974,

No.

32/M/SK/1974,

dan

NO.30/Kpb/I/1974

tanggal

Leasing.

Menteri

Kegiatan

Klasifikasi

dan

leasing sebagai lessor adalah

pihak
penyediaan

yang
barang

modal.

biasanya memilih barang modal

Guna

yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan leasing,

Leasing merupakan lembaga

perjanjian

membiayai

Penyewa guna usaha (lessee)

Usaha.

perjanjian

Jenis-Jenis

ini, perusahaan

finance lease

7

no

Sewa

dan

Tehnik pembiayaan menurut

1169/KMK.01/1991, 21 Nov 1991
tentang

pemeriksaan

1. Finance Lease

Keputusan

Keuangan

reksadana,

Leasing

Februari 1974 tentang Perjanjinan
Usaha

modal,

jasa

penyidikan.

yang telah disepakati bersama.

Indonesia

pengawasan

dimana
tersebut

di

sebagai

pemilik barang modal tersebut,

lembaga

melakukan pemesanan, pemeriksa

bawah

serta pemeliharaan barang modal

pengawasan OJK (otoritas jasa

yang

7

menjadi

objek

transaksi leasing.

Selama

barang modal yang di-lease-kan

melakukan

atau melalui beberapa kontrak

pembayaran sewa secara berkala

leasing lainnya. Operating lease

di

dalam

masa leasing, lessee

mana

jumlah

ditambah

dengan

seluruhnya
pembayaran

pelaksanaannya

membutuhkan

suatu

keahlian

terutama

untuk

nilai sisa (residual value). Kalau

khusus

ada,

mencakup

pemeliharaannya dan pemasaran

perolehan

kembali barang modal yang di-

akan

pengembalian

harga

lease-kan tersebut.7

barang modal yang dibiayai serta
bunganya,

yang

merupakan
D.

pendapatan perusahaan leasing.6

Pihak-pihak

yang

terlibat

dalam Perjanjian Leasing
2. Operating Lease
Setiap
Leasing dalam

ini, lessor sengaja

transaksi leasing sekurang-

bentuk

kurangnya melibatkan 4 pihak

membeli

yang

barang modal dan selanjutnya di-

finance lease,

atau kreditor.

dalam

berkala

Dimana Lessor

merupakan

operating lease jumlah seluruh

pembayaran

yaitu

: lessor , lessee, supplier dan bank

lease-kan kepada lessee. Berbeda

dengan

berkepentingan,

perusahaan leasing atau

tidak

yang

mencakup jumlah biaya yang

memberikan

pembiayaan

dikeluarkan untuk memperoleh

pihak
jasa
kepada

pihak lessee dalam bentuk barang

barang modal tersebut berikut

modal

dengan bunganya. Perbedaan ini

dan

perusahaan

disebabkan

Lessee

atau

pihak

adalah
yang

memperoleh pembiayaan dalam

perusahaan leasing mengharapkan

bentuk barang modal dari lessor .

keuntungan justru dari penjualan

Setelah
6

itu,

perusahaan

Munir Fuady, Hukum Tentang
Pembiayaan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006.hlm 18.

Supplier

atau

pihak

sebagai
yang

mengadakan atau menyediakan
7

8

Ibid hlm 19.

barang untuk dijual kepada lessee

untuk melaksanakan undang-undang.

dengan pembayaran secara tunai

9

oleh lessor .

Kemudian

dalam

Responsibility

berarti

hal

kontrak leasing, pihak bank atau

yang dapat dipertanggungjawabkan

kreditor

secara

atas suatu kewajiban, dan termasuk

langsung dalam kontrak tersebut,

putusan, ketrampilan, kemampuan

namun pihak bank memegang

dan

peranaan dalam hal penyediaan

kewajiban bertanggung jawab atas

dana

kepada lessor terutama

undang-undang yang dilaksanakan.

mekanisme leverage

Dalam pengertian dan penggunaan

tidak

dalam
lease di

terlibat

mana

sumber

dan

meliputi

juga

praktis, istilah liability menunjuk

pembiayaan lessor diperoleh
melalui kredit bank.

kecakapan

pada pertanggungjawaban hukum,

8

yaitu

tanggung

kesalahan
E. Tanggung jawab lessor dalam

yang

gugat
dilakukan

akibat
oleh

subyek hukum, sedangkan istilah

perjanjian leasing dengan sistem

responsibility

operating lease.

menunjuk

pada

pertanggungjawaban politik.10
yang

Secara umum prinsip-prinsip

menunjuk pada pertanggungjawaban

tanggung jawab dalam hukum dapat

dalam kamus hukum, yaitu liability

dibedakan sebagai berikut:11

dan

1.

Ada

dua

istilah

responsibility.

Liability

menunjuk

hampir

Tanggung

Jawab

Berdasarkan Unsur Kesalahan

merupakan istilah hukum yang luas
yang

Prinsip

Prinsip

semua

tanggung

jawab

karakter risiko atau tanggung jawab,

berdasarkan unsur kesalahan (fault

yang pasti, yang bergantung atau

liability atau liability based on fault)

yang

mungkin

meliputi

semua

9

Ridwan H.R., Hukum
Administrasi Negara , Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2006, hlm. 335-337.
10
Ibid hlm 338.
11
Shidarta, Hukum Perlindungan
Konsumen Indonesia, Edisi Revisi,
Gramedia
Widiasarana
Indonesia,
Jakarta, 2006, hlm. 73-79.

karakter hak dan kewajiban secara
aktual

atau

potensial

seperti

kerugian, ancaman, kejahatan, biaya
atau kondisi yang menciptakan tugas
8

Op cit.

9

adalah prinsip yang cukup umum

jawab

berlaku dalam hukum pidana dan

principle),

perdata.

membuktikan

Dalam

Kitab

Undang-

(presumption

of

sampai

liability

ia

bahwa

ia

dapat
tidak

bersalah.12

Undang Hukum Perdata, khususnya
pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip

Kata “dianggap” pada prinsip

ini dipegang secara teguh. Prinsip ini

“presumption of liability” adalah

menyatakan, seseorang baru dapat

penting, karena ada kemungkinan

dimintakan pertanggungjawabannya

tergugat

secara

tanggung jawab, yaitu dalam hal ia

hukum

jika

ada

unsur

kesalahan yang dilakukannya.

perbuatan

pasal

diperlukan

tentang

melawan

dari

“mengambil” semua tindakan yang

Undang Hukum Perdata yang lazim
sebagai

diri

dapat membuktikan bahwa ia telah

Pasal 1365 Kitab Undang-

dikenal

membebaskan

untuk

terjadinya kerugian.

hukum,

Dalam

menghindarkan
13

prinsip

ini,

beban

mengharuskan terpenuhinya empat

pembuktiannya ada pada si tergugat.

unsur pokok, yaitu:

Dalam

a. adanya perbuatan;

pembuktian terbalik (omkering van

b. adanya unsur kesalahan;

bewijslast).

c. adanya kerugian yang diderita;

bertentangan dengan asas hukum

d.

praduga tidak bersalah (presumption

adanya

hubungan

kausalitas

antara kesalahan dan kerugian.
Yang

ini

Hal

innocence).

tampak

ini

Namun

beban

tentu

jika

kesalahan

diterapkan dalam kasus konsumen

bertentangan

akan tampak asas demikian cukup

dengan hukum. Pengertian hukum

relevan. Jika digunakan teori ini,

tidak hanya bertentangan dengan

maka

undang-undang tetapi juga kepatutan

membuktikan kesalahan itu ada pada

dan kesusilaan dalam masyarakat.

pihak pelaku usaha yang digugat.

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu

Tergugat harus menghadirkan bukti-

Bertanggung Jawab

bukti bahwa dirinya tidak bersalah.

adalah

unsur

dimaksud

of

hal

yang

yang

berkewajiban

Prinsip ini menyatakan bahwa
12

tergugat selalu dianggap bertanggung

13

10

Ibid hlm 80.
Ibid

untuk

Tentu saja konsumen tidak dapat

dengan

sekehendak

mengajukan

absolut (absolute liability). Kendati

gugatan. Posisi konsumen sebagai

demikian ada pula para ahli yang

penggugat

membedakan kedua terminologi di

hati

selalu

terbuka

untuk

prinsip

tanggung

jawab

atas.15

digugat balik oleh pelaku usaha, jika
ia gagal menunjukkan kesalahan

Ada

pendapat

yang

tergugat.14

menyatakan, strict liability adalah

3. Prinsip Praduga Untuk Tidak

prinsip

Selalu Bertanggung Jawab

menetapkan kesalahan tidak sebagai

tanggung

jawab

faktor yang menentukan. Namun ada

Prinsip ini adalah kebalikan
dari prinsip yang kedua, prinsip

pengecualian-pengecualian

praduga

memungkinkan

untuk

tidak

yang

selalu

untuk

yang

dibebaskan

bertanggung jawab hanya dikenal

dari tanggung jawab, misalnya pada

dalam lingkup transaksi konsumen

keadaan force majeure. Sebaliknya

yang sangat terbatas. Contoh dari

absolute

penerapan prinsip ini adalah pada

tanggung jawab tanpa kesalahan dan

hukum pengangkutan. Kehilangan

tidak ada pengecualiannya.16

liability

adalah

prinsip

atau kerusakan pada bagasi kabin

Menurut E. Suherman, strict

atau bagasi tangan, yang biasanya

liability disamakan dengan absolute

dibawa dan diawasi oleh penumpang

liability, dalam prinsip ini tidak ada

(konsumen) adalah tanggung jawab

kemungkinan untuk membebaskan

dari penumpang. Dalam hal ini

diri dari tanggung jawab, kecuali

pengangkut (pelaku usaha) tidak

apabila kerugian yang timbul karena

dapat

kesalahan

dimintakan

pertanggungjawabannya. Pihak yang

sendiri.

dibebankan

mutlak.17

untuk

membuktikan

pihak

yang

dirugikan

Tanggung jawab adalah

kesalahan itu ada pada konsumen.
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

15

Ibid hlm 82.
Ibid
17
E. Suherman,
Masalah
Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat
Udara Dan Beberapa Masalah Lain Dalam
Bidang
Penerbangan
(Kumpulan

Prinsip tanggung jawab mutlak

16

(strict liability) sering diidentikkan
14

Ibid hlm 81.

11

5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan

Kantaatmaja sebagaimana dikutip

Pembatasan

oleh Shidarta menyatakan tanggung

Prinsip tanggung jawab dengan

jawab profesional adalah tanggung

pembatasan (limitation of liability

jawab hukum (legal liability) dalam

principle) ini sangat disenangi oleh

hubungan dengan jasa profesional

pelaku usaha untuk dicantumkan

yang

sebagai klausula dalam perjanjian

Tanggung

standar

dapat timbul karena mereka (para

yang

dibuatnya.

Dalam

diberikan

kepada

jawab

klien.

profesional

ini

perjanjian cuci cetak film, misalnya

penyedia

ditentukan, bila film yang ingin

memenuhi perjanjian yang mereka

dicuci atau dicetak itu hilang atau

sepakati dengan klien mereka atau

rusak (termasuk akibat kesalahan

akibat dari kelalaian penyedia jasa

petugas), maka si konsumen hanya

tersebut mengakibatkan terjadinya

dibatasi

perbuatan melawan hukum.18

ganti

kerugian

sebesar

sepuluh kali harga satu rol film baru.

jasa

profesional)

tidak

B. Hambatan–Hambatan Dalam

Dalam ketentuan pasal 19 ayat

Perjanjian Leasing

1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999

tentang

Pada prinsipnya ada tiga macam

Perlindungan

penghambat dan putusnya perjanjian

Konsumen ditentukan bahwa pelaku
usaha

bertanggung

memberikan ganti
kerusakan,
kerugian

leasing yaitu : 1.Konsensus,

jawab

2.Wanprestasi, 3.Force Majeure19.

kerugian atas

pencemaran

dan/atau

konsumen

akibat

1.Putusnya

dihasilkan.

Dalam

Leasing

Karena Konsensus

mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang

Kontrak

Dalam praktek, pemutusan

kaitan

kontrak leasing secara konsensus ini

dengan pelaksanaan jabatan notaris

sangat

maka diperlukan tanggung jawab

dikarenakan

jarang

terjadi.

Hal

karakteristik

ini
dari

profesional berhubungan dengan jasa
18

Abdulkadir Muhamad, Etika
Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hlm. 60.
19
Sunaryo, Hukum Lembaga
Pembiayaan, CetII, Jakarta, SinarGrafik,
2009, hlm 20.

yang diberikan. Menurut Komar
Karangan), Cet. II, Alumni, Bandung, 1979,
hlm. 21.

12

kontrak leasing dimana salah satu

tunggal dari pihak lessor. Sebab,

pihak berprestasi tunggal, dalam hal

sekali lessor sudah berprastasi maka

ini dari pihak lessor . Artinya, pihak

tidak mungkin kontrak di putus di

lessor cukup sekali berprestasi, yaitu

tengah

menyerahkan dana untuk pembelian

transaksi

leasing

barang leasing. Sekali

belum

sempat

cairkan

maka

selesailah

pada

prinsipnya

terhadap

dimana

lessor

memberikan

prestasinya dalam bentuk apapun,
ataupun dalam leasing dengan mana

supplier

lessor dengan mudah dapat menjual

berkewajiban menyerahkan barang

barang modal dengan harga yang

kepada lessee dan selanjutnya pihak

mencukupi.

tinggal

substansial

Kecuali

dari

lessor ,

tugas

dana di

jalan.

pihak

lessee harus mengembalikan uang

cicilan

kepada

lessor .

2.Putusnya

Setelah

Kontrak

Leasing

Karena Wanprestasi

mencairkan dana, selesailah tugas
substansial dari lessor , oleh karena

Wanprestasi atau breach of

itu sangat sulit bagi lessor untuk ikut

contract merupakan salah satu sebab

setuju

ingin

hingga berjalannya kontrak menjadi

memutuskan kontrak di tengah jalan.

terhenti. Dalam hal ini yang di

Karena kalau kontrak putus, lalu

maksud dengan wanprestasi adalah

bagaimana dengan nasib dana yang

salah satu pihak atau lebih tidak

telah di cairkan itu.20

melaksanakan

jika

pihak

lessee

dengan kontrak.

Kadang-kadang terdapat juga
kontrak dimana kedua belah pihak
dapat

bebas

memutuskannya

prestasinya

sesuai

21

Pasal 2139 BW menentukan

di

bahwa

dalam

hal

suatu

pihak

tengah jalan dengan atau tanpa sebab

melakukan wanprestasi, maka pihak

sama sekali. Model kontrak seperti

lain dapat menuntut diberikan ganti

ini jarang di praktekkan dan tidak

rugi berupa biaya, rugi dan bunga.

sesuai dengan karakteristik kontrak
sebagai

leasing
20

kontrak

prestasi

21

Mashudi dan Moch.Chidir Ali,
Pengertian-Pengertian Elementer Hukum
Perjanjian Perdata , Cetakan Kedua, Mandar
Maju, Bandung, 2001, hlm 67.

Ibid

13

Alternatif selain dari tuntutan hanya

Hanya saja dalam praktek, isu

ganti rugi oleh pihak tang dirugikan,

resiko ini tidak begitu menjadi

maka

persoalan,

dapat

juga

dituntut

berhubung

biasanya

pelaksanaan perjanjian itu sendiri

barang leasing yang bersangkutan

dengan atau tanpa ganti rugi. Khusus

telah diasuransikan. Bahkan sering

terhadap

juga dalam bentuk asuransi

kontrak

maka

leasing,

“all

sebagai kemungkinan wanprestasi

risk” dimana hak untuk menerima

dapat terjadi dengan konsekuensi

ganti kerugian dari asuransi ini telah

yuridis yang berbeda-beda pula.

dialihkan kepada lessor .

3.Putusnya

Kontrak

Namun demikian pengaturan

Leasing

tentang resiko ini tetap penting

Karena Force Majeure

mengingat jika terjadi sesuatu dan
Walaupun hak milik belum

lain hal yang menyebabkan pihak

beralih kepada lessee sebelum hak

asuransi tidak dapat atau tidak mau

opsi beli dilaksanakan oleh pembeli,

membayar seluruhnya atau sebagian

tetapi karena lessor memang dari
semula

bertujuan

hanya

dari ganti kerugian jika terjadi force

sebagai

majeure, misalnya dengan alasan

penyandang dana, bukan pemilik,

bahwa asuransi bukan untuk “all

maka sudah selayaknya jika beban

risk” atau perusahaan asuransi jatuh

resiko dari suatu leasing yang dalam

pailit ataupun karena ada “dispute”

keadaan force majeure dibebankan
kepada

lessee.

kontrak

leasing,

Dalam

dengan melihat sebabnya terjadi

kontrak-

memang

peristiwa force majeure tersebut,

jelas

oleh karena itu dalam hal seperti ini

kelihatan bahwa lessor tidak ingin

pihak

mengambil resiko. Jadi, pengaturan

lessee-lah

menjadi

resiko pada transaksi leasing lebih

pihak

yang

akhirnya
harus

menanggung resiko. Dalam praktek,

condong ke resiko yang ada pada

hal ini diikuti sepenuhnya.23

transaksi jual beli ketimbang sewa
menyewa.22

22

yang

23

Ibid hlm 68.

14

Ibid hlm 70.

Dalam

III.PENUTUP

perjanjian leasing

A.Kesimpulan
1. Pembagian
mengenai

praktek
di PT.

Summit Oto Finance terdapat
dan

resiko atau hambatan dalam

pengaturan

tanggung

perjanjian sewa guna usaha

jawab

para pihak dalam leasing pada

yang

umumnya

dipengaruhi

dan

disebabkan oleh wanprestasi

ditentukan

oleh

jenis

atau ingkar janji dari pihak

yang

terdapat

pembiayaan

pada

umumnya

lessee.

dalam perjanjian leasing itu
B.Saran

sendiri, namun secara khusus
pembagian

dan

pengaturan

Berdasarkan kesimpulan

tersebut pada dasarnya harus

diatas, maka saran yang penulis

didasarkan pada kesepakatan

berikan yaitu :

para pihak dalam perjanjian.
Sedangkan

untuk

1.Kepada perusahaan pembiayaan

pelaksanaannya

harus

(lessor ) yang melakukan perjanjian

dilakukan

leasing

berdasarkan

penghambat

yang
dan

melaksanakan

tanggung jawabnya agar dapat

undang-undang.
2. Hal-hal

untuk

mencegah

menjadi

terjadinya

kerugian

akibat wanprestasi yang dilakukan

putusnya

oleh lessee.

perjanjian leasing yaitu :
a). Putusnya Kontrak Leasing

2.Kepada lessee disarankan untuk

Karena Konsensus.

mengukur kemampuannya sebelum

b). Putusnya Kontrak Leasing
Karena Wanprestasi.
c). Putusnya Kontrak Leasing

melakukan

leasing

melakukan

wanpreatasi

permohonan

Karena Force Majeure.

dikabulkan.

15

agar

tidak
setelah

leasing-nya

DAFTAR PUSTAKA
A.Buku-Buku
Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perikatan,Citra Aditya Bakti,Bandung,1992.
Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal,The Equipment Leasing
Association,Inggris,1994.
Dhaniswara K. Harjono,Pemahaman Hukum Bisnis,Jakarta,PT Rajagrafindo
Persada,2006.
E. Suherman, Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan
Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan (Kumpulan Karangan),
Cet. II, Alumni, Bandung, 1979.
Mashudi dan Moch.Chidir Ali, Pengertian-Pengertian Elementer Hukum
Perjanjian Perdata , Cetakan Kedua, Mandar Maju, Bandung, 2001.
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006.
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara , Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006.
R.Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung, 1986.
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi , Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006.
Sunaryo,Hukum Lembaga Pembiayaan, CetII, Jakarta, SinarGrafik, 2009.
Zaaeni Asyhadie, HukumBisnis, CetI, Jakarta, RajagrafindoPersada, 2005.
B.Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Staatsblad 1847 Nomor
23 tentang Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie (BW).
Undang-Undang No.21 tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5253.
Peraturan Presiden No.9 tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263.

16

C.Internet
http://dwi30.blogspot.com/2012/06/bab-ipendahuluan-latar-belakang-orix.html

BIODATA

17

Nama

: MUZNAH

TTL

: KOTARINDAU,08 JUNI 1990

Agama

: ISLAM

Alamat

: Jl. PALU KULAWI

No. Telp

: 085241458192

Alamat E-mile : Muznah_muna@yahoo.com

18