Prevalensi Penderita Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2012

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Serviks

Gambar 2.1. Anatomi uterus
Sumber: Graff, D.V., 2001. Female Reproductive System. In: Human Anatomy.
6th ed. McGraw-Hill, 735.
Serviks merupakan bagian dari uterus. Serviks dari uterus yang sedang tidak
hamil berbentuk kerucut, panjangnya berukuran sekitar 2-4 cm dan berdiameter
sekitar 2.5 cm. Sebagian dari panjang serviks berada di supravaginal dan terletak
di dekat anterior vesica urinaria . Posisi serviks dipertahankan oleh uterosacral
ligaments dan transverse cervical ligaments (cardinal ligaments). Persarafan dari

serviks adalah melalui cabang saraf kedua, saraf ketiga, dan saraf keempat dari
nervus sacralis. Sedangkan perdarahan serviks berasal dari arteri dan vena

servikalis kanan dan kiri (Goldman, 2001).


Universitas Sumatera Utara

5

2.2. Histologi Serviks

Gambar 2.2. Histologi serviks
Sumber: Kuehnel, W., 2003. Female Sexual Organs. In: Color Atlas of Cytology,
Histology, and Microscopic Anatomy. 4th ed. New York: Thieme. 416-417
Secara anatomis, serviks terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian ektoserviks dan
bagian endoserviks. Ektoserviks adalah bagian dari serviks yang menonjol ke
dalam lumen vagina.

Bagian ektoserviks disusun atas stratified squamous

epithelium. Sedangkan bagian endoserviks disusun atas simple columnar
epithelium. Pada pertemuan ektoserviks dan endoserviks ini disebut sebagai

“Transformation Zone (T-zone)”. Serviks memiliki sedikit jaringan otot polos dan
mengandung lebih banyak dense connective tissue yaitu sekitar 85%. Mukosa

serviks mengandung kelenjar serviks. Kelenjar ini akan lebih banyak dan lebih
kental pada saat kehamilan (Junqueira, 2007).

2.3. Kanker Serviks
2.3.1. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker primer serviks (kanalis servikalis dan atau
porsio). Kanker pada kehamilan merupakan hal yang jarang dan kanker serviks
merupakan keganasan yang paling sering pada kehamilan (Sarwono, 2008).

Universitas Sumatera Utara

6

2.3.2. Etiologi Kanker Serviks
Etiologi utama kanker serviks adalah infeksi HPV (Human Papilloma
Virus). Beberapa faktor risiko juga mempengaruhi penyebab terjadinya kanker

serviks. HPV subtipe 16 merupakan agen utama penyebab kanker serviks. HPV
subtipe 16 teridentifikasi dalam 5% wanita normal dalam pemeriksaan sitologi, 50%
mengandung CIN 1 dalam pemeriksaan Pap smear , dan lebih dari 90% invasif

kanker serviks. Selain HPV subtipe 16, HPV subtipe 18, 31, dan 33 juga terlibat
menjadi penyebab kanker serviks (Pitkin et al, 2003).

2.3.3. Faktor Risiko Kanker Serviks
Menurut

American

Cancer

Society

(2012),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kanker serviks yaitu:
1. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)

Infeksi HPV merupakan faktor risiko yang paling utama. HPV dapat
menginfeksi kulit, alat kelamin, mulut dan tenggorokan, tapi tidak pada darah
dan kebanyakan organ internal seperti jantung dan paru-paru. HPV 6 dan
HPV 11 merupakan 2 tipe HPV yang menyebabkan kutil kelamin. Kelompok
tersebut digolongkan dalam tipe risiko rendah dari HPV karena jarang
menimbulkan kanker serviks. Beberapa tipe tertentu digolongkan dalam tipe
risiko tinggi karena sering menimbulkan kejadian kanker, termasuk kanker
serviks, vulva, dan vagina pada wanita, penis pada pria, kanker anus dan
mulut pada pria dan wanita. Tipe risiko tinggi meliputi HPV 16, HPV 18,
HPV 31, HPV 33, dan HPV 45, dan beberapa tipe lainnya. Sekitar dua per
tiga kasus kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18. Menurut Crum et
al (2003), HPV 16 memberikan persentase sebesar 53,7% dan HPV 18

memberikan persentase sebesar 14,7% untuk kanker serviks.
2. Merokok
Wanita yang merokok memiliki peluang dua kali lebih besar untuk terkena
kanker serviks. Zat-zat kimia pencetus kanker dalam rokok mempengaruhi
seluruh organ tubuh. Zat-zat kimia berbahaya ini terserap ke dalam paru-paru
dan dibawa melaui aliran darah ke seluruh tubuh. Tembakau pernah


Universitas Sumatera Utara

7

ditemukan dalam mukus serviks pada wanita perokok. Zat-zat kimia ini
merusak DNA dari sel serviks dan mencetus pertumbuhan kanker serviks. Di
sisi lain, merokok juga menurunkan sistem imun tubuh untuk melawan
infeksi HPV.
3. Imunosupresi
Human immunodeficiency virus (HIV), virus penyebab AIDS, merusak sistem

imun tubuh dan menempatkan wanita kepada risiko yang besar terhadap
infeksi HPV. Pada wanita yang terinfeksi HIV, pre-kanker serviks dapat
berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat daripada normalnya. Risiko
tinggi juga terjadi pada kelompok wanita lain yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan respon imun sebagai obat penyakit autoimun, atau yang baru
menjalani transplantasi organ.
4. Infeksi Chlamydia
Chlamydia adalah bakteri yang umumnya menyerang sistem reproduksi dan


menular melalui kontak seksual. Infeksi Chlamydia menyebabkan inflamasi
pelvis yang dapat berujung infertilitas. Beberapa studi menunjukkan risiko
kanker serviks yang lebih tinggi pada wanita yang pemeriksaan darahnya
menunjukkan riwayat atau sedang terinfeksi Chlamydia dibandingkan dengan
wanita dengan pemeriksaan normal. Infeksi Chlamydia sering tidak
menunjukkan gejala sehingga wanita yang terinfeksi tidak mengetahui bahwa
dia sedang terinfeksi.
5. Diet
Wanita dengan diet yang rendah buah-buahan dan sayur-sayuran menaikkan
risiko terkena kanker serviks. Wanita dengan berat badan berlebih juga
cenderung lebih sering terkena adenokarsinoma serviks.
6. Kontrasepsi oral
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama dapat menaikkan
risiko kanker serviks. Risiko kanker serviks menjadi dua kali lebih besar pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara

8


7. Paritas (Jumlah kelahiran)
Wanita yang memiliki 3 atau lebih kali persalinan akan meningkatkan risiko
pertumbuhan kanker serviks. Perubahan hormonal selama kehamilan
menyebabkan wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV atau pun
pertumbuhan kanker. Di samping itu, sistem imun selama kehamilan lebih
lemah dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi HPV dan pertumbuhan
kanker.
8. Usia pertama kali hamil
Wanita yang hamil pertama kali di bawah umur 17 tahun hampir 2 kali lebih
besar kemungkinan menderita kanker serviks daripada wanita yang hamil
pertama kali pada umur 25 atau lebih.
9. Sosial ekonomi
Banyak wanita dengan penghasilan rendah tidak memiliki akses

pelayanan

kesehatan yang baik, termasuk skrining pap smear.
10. Diethylstilbestrol (DES)
DES merupakan obat hormonal yang digunakan untuk mencegah keguguran
pada tahun 1940-1971. Wanita yang ibunya mengkonsumsi DES juga

berisiko terkena SCC (Squamous Cell Carcinoma) dan pre-kanker serviks.
11. Riwayat keluarga
Jika ibu atau saudara perempuan wanita menderita kanker serviks, peluang
wanita tersebut untuk terkena kanker serviks 2-3 kali lebih besar daripada
wanita yang riwayat keluarganya tidak menderita kanker serviks.

2.3.4. Patogenesis Kanker Serviks
HPV ditemukan pada 85% hingga 90% lesi prakanker dan neoplasma
invasif, dan secara lebih spesifik, HPV tipe risiko tinggi tertentu, termasuk 16, 18,
31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59. Sebaliknya, kondiloma, yang merupakan
lesi jinak, berkaitan dengan infeksi oleh tipe risiko-rendah (yaitu 6, 11, 42, dan
44). Pada lesi-lesi ini, DNA virus tidak terintegrasi ke genom pejamu, dan tetap
berada dalam bentuk episomal bebas. Sebaliknya, HPV tipe 16 dan 18 memiliki
gen yang, setelah terintegrasi ke genom pejamu, mengkode protein yang

Universitas Sumatera Utara

9

menghambat atau menginaktifkan gen penekan tumor TP53 dan RB1 di sel epitel

sasaran serta mengaktifkan den terkait siklus sel, seperti siklin E sehingga terjadi
proloferasi sel yang tidak terkendali.
Prakanker

serviks

menyebabkan

kelainan

sitologik

yang

sering

mencerminkan keparahan CIN. Saat ini, evaluasi Pap smear merupakan hal pokok
dlam permeriksaan penapisan kanker serviks. Yang menarik, sebagian besar
(lebih dari 70%) CIN dari semua derajat dilaporkan berkaitan dengan HPV
“risiko-tinggi”. Namun, hanya sebagian kecil yang berisiko berkembang menjadi

kanker invasif. Hampir separuh dari kelainan Pap smear yang “nondiagnostik”
(missal, sel gepeng atipikal yang maknanya tidak diketahui) juga mungkin
berkaitan dengan HPV risiko-tinggi, tetapi kurang dari dari 25% dari perubahan
ini diikuti oleh CIN II atau CIN III (dibuktikan dengan biopsi). Sepuluh hingga 15%
persen perempuan dengan asupan yang secara sitologis normal mengandung HPV
risiko-tinggi. Dari jumlah ini, sekitar 10% akhirnya mengalami CIN derajat berat.
Meskipun pemeriksaan HPV dapat mengidentifikasi kelompok perempuan
yang berisiko mengidap kanker serviks, sebagian besar perempuan yang aktif
secara seksual akan terjangkit infeksi HPV di serviksnya pada suatu saat selama
kehidupan mereka. Hal ini membatasi kegunaan pemeriksaan HPV sebagai alat
penapisan untuk kanker serviks. Oleh karena itu, sitlogi serviks dan pemeriksaan
serviks (kolposkopi) tetap merupakan alat utama untuk mencegah kanker serviks.
Bagaimanapun, perempuan dengan uji HPV negative pada pemeriksaan dengan
probe molecular untuk DNA HPV sangat kecil kemungkinannya mengidap CIN.

Informasi ini mungkin bermanfaat bagi berbagai strategi yang dirancang untuk
memilah secara lebih efisien perempuan yang Pap smear -nya abnormal (Kumar et
al, 2004).

2.3.5. Stadium dan Klasifikasi Kanker Serviks

Menurut International Federation of Gynecology and Obstetricts (WHO,
2009), stadium kanker serviks adalah sebagai berikut:
Stadium 1
1A

: Karsinoma masih terbatas pada serviks
: Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik,

Universitas Sumatera Utara

10

lesi dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang
sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium 1b. Kedalaman
invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak
lebih dari 7mm
1A1

: Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan
lebar tidak lebih dari 7mm.

1A2

: Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang
dari 5mm dan lebar tidak lebih dari 7mm.

1B

: Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari 1a.

1B1

: Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm.

1B2

: Besar lesi secara klinis lebih dari 4cm.

Stadium II

: Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau
infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.

IIA

: Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium.

IIB

: Infiltrasi ke parametrium,tetapi belum mencapai dinding
panggul.

Stadium Ш

: Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan
sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau
gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali
kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

ШA

: Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum
mencapai dinding panggul.

ШB

: Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis
atau gangguan fungsi ginjal.

Stadium ІV

: Perluasan ke luar organ reproduktif.

ІVA

: Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum.

ІVB

: Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

Menurut American Joint Committee on Cancer (2009), pembagian
stadium kanker serviks berdasarkan T (Tumor), N (Regional Lymph Nodes), M
(Distant Metastasis) adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

11

Tabel 2.1. Stadium kanker serviks berdasarkan TNM

Tumor (T)

TX
Tumor primer tidak dapat dinilai
T0
Tidak ada bukti tumor primer
Tis
Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
T1
Karsinoma serviks terbatas pada rahim (ekstensi untuk corpus
harus diabaikan)
T1a
Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Invasi
stroma dengan kedalaman maksimum 5.0 mm diukur dari dasar
epitel dan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang.
Keterlibatan vaskuler, vena atau limfatik, tidak mempengaruhi
klasifikasi
T1a1
Diukur invasi stroma 3,0 mm atau kurang mendalam dan 7,0
mm atau kurang dalam penyebaran horisontal
T1a2
Diukur invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0
mm dengan penyebaran horisontal 7,0 mm atau kurang
T1b
Lesi klinis terlihat terbatas pada serviks atau lesi mikroskopis
lebih besar dari T1a/IA2
T1b1
Secara klinis terlihat lesi 4,0 cm atau kurang dalam dimensi
terbesar
T1b2
Lesi klinis terlihat lebih dari 4,0 cm di dimensi terbesar
T2
Serviks karsinoma menyerang di luar rahim tetapi tidak ke
dinding panggul atau sepertiga bawah dari vagina
T2a
Tumor tanpa invasi parametrium
T2a1
Klinis terlihat lesi 4,0 cm atau kurang dalam dimensi terbesar
T2a2
Lesi klinis terlihat lebih dari 4,0 cm di dimensi terbesar
T2b
Tumor dengan invasi parametrium
T3
Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau melibatkan bawah
vagina, dan / atau menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal

Universitas Sumatera Utara

12

T3a
Tumor melibatkan bawah vagina, tidak ada perluasan ke
panggul dinding
T3b
Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau penyebab
hidronefrosis atau gagal ginjal
T4
Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum, dan /
atau melampaui panggul sejati (edema bulosa tidak cukup untuk
mengklasifikasikan tumor sebagai T4)
NX
Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai
Regional
N0
Lymph
Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
Nodes (N)
N1
Metastasis regional kelenjar getah bening
M0
Tidak ada metastasis jauh
Distant
M1
Metastasis
Metastasis jauh (penyebaran termasuk peritoneal, keterlibatan
(M)
kelenjar supraklavikula, mediastinum, atau getah bening
paraaortic, paru-paru, hati, atau tulang)
Sumber: American Joint Committee on Cancer, 2009. Cervix Uteri Cancer
Staging 7th edition.
Klasifikasi kanker serviks berdasarkan histologi menurut WHO (2013):
a. Karsinoma sel skuamosa (karsinoma epidermoid)
-Keratinizing
-Non-keratinizing
-Spindle cell carcinoma
b. Adenokarsinoma jenis endoserviks
-Varian: adenoma malignum (karsinoma deviasi minimal)
-Varian: adenokarsinoma papiler villoglandular
c. Adenokarsinoma endometrioid
d. Clear cell adenocarcinoma
e. Adenokarsinoma serosa
f. Adenokarsinoma mesonefrik
g. Intestinal type (signet ring) adenocarcinoma
h. Tumor epitel lainnya

Universitas Sumatera Utara

13

-karsinoma adenosquamosa
-Adenoid kistik karsinoma
i. Karsinoma sel kecil
j. Undifferentiated carcinoma
k. Metastasis tumor (payudara, ovarium, usus besar, dan penyebaran langsung
ke karsinoma endometrium)

2.3.6. Gambaran Klinik Kanker Serviks
Kanker invasif sering menimbulkan pendarahan setelah aktivitas seksual,
intermenstruasi, ataupun postmenopause. Pada pasien yang belum aktif secara
seksual, pendarahan dari kanker serviks jarang terjadi kecuali perjalanan penyakit
memasuki tahap lanjut. Gejala keputihan, nyeri pada bagian pelvis, edema pada
kaki, dan gangguan berkemih. Pada negara berkembang, tidak jarang dijumpai
pengeluaran urin maupun feses dari vagina, karena pembentukan fistula (Hacker
et al, 2010).

2.3.7. Diagnosis Kanker Serviks
Simptoms. Sebagian besar wanita yang terdiagnosis kanker serviks bersifat
asimptomatis. Pada wanita yang memiliki symptoms, stadium awal kanker serviks
dapat memberikan gejala seperti keputihan bercampur darah, edema pada kaki,
nyeri pinggang, tumor yang bertumbuh juga dapat menekan ke organ sekitar
sehingga menimbulkan gejala lainnya.
Pemeriksaan fisik. Kebanyakan wanita dengan kanker serviks memiliki
pemeriksaan fisik yang normal. Tetapi, seiring perjalanan penyakit, pembesaran
kelenjar supraklavikular atau inguinal lymphadenopathy, edema tungkai, ascites,
ataupun penurunan suara nafas dengan auskultasi paru dapat menunjukkan adanya
metastasis. Pada wanita yang diduga terkena kanker serviks, pemeriksaan
genitalia eksterna dan vagina harus dilakukan. HPV merupakan faktor risiko
umum pada kanker serviks, vagina, dan vulva. Dengan pemeriksaan spekulum,
penampakan serviks dapat normal apabila kanker masih mikroinvasif. Sekret yang
bersifat cair, purulen, atau bercampur darah, juga dapat dijumpai. Untuk alasan ini,

Universitas Sumatera Utara

14

kanker serviks dapat memiliki gambaran klinis yang serupa dengan penyakit lain,
seperti leiomioma serviks, polip serviks, vaginitis, servisitis, plasenta previa,
kehamilan servikal, kondiloma akuminata, herpetic ulcer , dan chancre. Pada
pemeriksaan bimaual, dapat diraba pembesaran uterus akibat dari invasi dan
pertumbuhan tumor. Pada kanker serviks tahap lanjut, perlu dilakukan
pemeriksaan rektovaginal. Palpasi pada septum rektovaginal memberi gambaran
septum yang tebal, keras, dan irregular. Invasi paling sering terjadi pada bagian
proksimal posterior dari dinding vagina.
Papanicolaou Smear. Evaluasi secara histologi pada biopsi serviks

dulunya merupakan alat diagnosis utama untuk kanker serviks. Meskipun Pap
smears digunakan untuk skrining, tes ini tidak selalu dapat mendeteksi kanker
serviks. Pada wanita dengan stadium I kanker serviks, hanya 30-50% dari
cytologic smears yang didapati sebagai positif kanker. Oleh karena itu,

pemeriksaan

Pap smear tunggal untuk evaluasi lesi mencurigakan tidak

disarankan. Lesi-lesi tersebut harus langsung dibiopsi dengan Tischler forceps
biopsy atau kuret Kevorkian.

Kolposkopi dan Biopsi Serviks. Jika ditemukan pemeriksaan Pap smear
yang tidak normal, kolposkopi dapat dilakukan. Selama evaluasi ini, seluruh zona
transformasi idealnya diidentifikasi, dan biopsi serviks dan endoserviks yang
memadai diperoleh. Biopsi serviks atau spesimen konisasi adalah yang metode
paling akurat untuk penilaian invasi kanker serviks. Kedua jenis sampel biasanya
berisi stroma yang mendasari dan memungkinkan diferensiasi antara invasif dan
karsinoma in situ. Spesimen konisasi menyediakan jaringan sampel yang lebih
besar dan sangat membantu untuk mendiagnosis karsinoma in situ dan kanker
serviks mikroinvasif (Williams, 2008).
Pengujian tambahan dengan pemeriksaan sitologi dan pengujian HPV
pada hasil skrining yang abnormal sangat disarankan oleh American College of
Obstetricians and Gynaecologists pada wanita dengan rentang usia 30-64 tahun

(Massad et al, 2012).

Universitas Sumatera Utara

15

2.3.8. Terapi Kanker Serviks
Menurut National Cancer Institute (2012) ada berbagai jenis pengobatan
untuk penderita kanker serviks. Sebagian pengobatan merupakan terapi standar
(pengobatan yang saat ini digunakan), dan sebagian lainnya sedang diuji dalam uji
klinis. Sebuah uji klinis pengobatan adalah studi penelitian yang dimaksudkan
untuk membantu meningkatkan perawatan saat ini atau memperoleh informasi
tentang perawatan baru untuk pasien dengan kanker. Ketika uji klinis
menunjukkan bahwa pengobatan baru lebih baik daripada pengobatan standar,
pengobatan baru dapat menjadi pengobatan standar.
Tiga jenis terapi standar yang umumnya digunakan:
1.

Operasi
Pembedahan (pengangkatan kanker dalam sebuah operasi) kadang-kadang

digunakan untuk mengobati kanker serviks. Prosedur bedah berikut dapat
digunakan:
a. Konisasi: Sebuah prosedur untuk mengangkat sebagian jaringan berbentuk
kerucut dari serviks dan saluran serviks. Ahli patologi akan melihat jaringan
dibawah mikroskop untuk mencari sel-sel kanker. Konisasi dapat digunakan untuk
mendiagnosis atau mengobati kondisi kanker serviks. Prosedur ini juga disebut
biopsi kerucut.
b. Histerektomi total: Operasi untuk mengangkat rahim, termasuk serviks.
Jika rahim dan serviks dibawa keluar melalui vagina, operasi ini disebut sebagai
histerektomi vaginal. Jika rahim dan serviks dibawa keluar melaui sayatan besar
di perut, operasi ini disebut histerktomi abdominal keseluruhan. Jika rahim dan
serviks dibawa keluar melalui sayatan kecil di perut dengan menggunakan
laparoskopi, operasi ini disebut histerektomi total laparoskopi.
c. Radikal histerektomi: Operasi untuk mengangkat rahim, serviks, bagian
dari vagina, dan wilayah yang luas dari ligamen dan jaringan di sekitar organorgan ini. Ovarium, saluran tuba, atau kelenjar getah bening di dekatnya juga
dapat diangkat.
d. Modifikasi histerektomi radikal: Operasi untuk mengangkat rahim, serviks,
bagian atas vagina, dan ligamen dan jaringan yang erat mengelilingi organ-organ

Universitas Sumatera Utara

16

ini. Kelenjar getah bening juga dapat diangkat. Dalam jenis operasi ini, tidak
sebanyak jaringan dan organ dikeluarkan seperti histerektomi radikal.
e. Salpingo-ooforektomi bilateral: Pembedahan untuk mengangkat kedua
ovarium dan kedua tuba fallopi.
f. Eksenterasi pelvis: Operasi untuk mengangkat usus besar yang lebih
rendah, rektum, dan kandung kemih. Pada wanita, serviks, vagina, ovarium, dan
kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Bukaan buatan (stoma) dibuat
untuk urin dan feses agar dapat keluar dari tubuh ke kantung urin dan feses.
Operasi plastik mungkin diperlukan untuk membuat vagina buatan setelah operasi
ini.
g. Cryosurgery: Terapi yang menggunakan instrumen untuk membekukan
dan menghancurkan jaringan abnormal, seperti karsinoma in situ. Jenis
pengobatan ini juga disebut cryotherapy.
h. Operasi laser: Sebuah prosedur bedah yang menggunakan sinar laser
sebagai pisau untuk melakukan pemotongan tanpa perdarahan pada jaringan atau
membuang lesi permukaan seperti tumor.
i. Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP): Sebuah terapi yang
menggunakan arus listrik yang dilewatkan melalui loop kawat tipis seperti pisau
untuk mengangkat jaringan yang tidak normal atau kanker.
2.

Terapi radiasi

Terapi radiasi adalah terapi kanker yang menggunakan sinar-x energy tinggi atau
jenis radiasi lain untuk membunuh sel kanker atau menghambat pertumbuhan sel
kanker. Ada dua jenis terapi, terapi radiasi eksternal yang menggunakan mesin
diluar tubuh untuk mengirim radiasi terhadap kanker. Terapi radiasi internal
menggunakan zat radioaktif yang disegel dalam jarum, bibit, kawat, kateter yang
ditempatkan langsung ke dalam atau dekat kanker. Cara radiasi diberikan
tergantung pada jenis dan tahap kanker yang sedang dirawat.
3.

Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang menggunakan obat untuk
menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel atau dengan
menghentikan pembelahan sel kanker. Bila kemoterapi diberikan melalui mulut

Universitas Sumatera Utara

17

atau disuntikkan ke dalam pembuluh darah atau otot, obat akan memasuki aliran
darah dan dapat mencapai sel kanker di seluruh tubuh (sistemik kemoterapi). Bila
kemoterapi ditempatkan langsung ke dalam cairan cerebrospinal, organ, atau
rongga tubuh seperti perut, obat akan mempengaruhi sel-sel kanker di daerah
tersebut (kemoterapi regional).
Terapi kanker serviks berdasarkan stadiumnya:
Karsinoma In Situ (Stadium 0)
-

Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP)

-

Operasi Laser

-

Konisasi

-

Cryosurgery

-

Histerektomi total bagi wanita yang tidak atau tidak lagi ingin memiliki
anak.

-

Terapi radiasi internal untuk wanita yang tidak dapat menjalani operasi.

Stadium IA Kanker Serviks
-

Histerektomi total dengan atau tanpa bilateral salpingo-ooforektomi.

-

Konisasi

-

Modifikasi histerektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening.

-

Terapi radiasi internal.

Stadium IB Kanker Serviks
-

Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal.

-

Histerektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening.

-

Histerektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti
dengan terapi radiasi ditambah kemoterapi.

-

Terapi radiasi ditambah kemoterapi.

Stadium IIA Kanker Serviks
-

Kombinasi terapi radiasi internal dan terapi radiasi eksternal ditambah
kemoterapi.

-

Histerektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening.

-

Histerektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti
dengan terapi radiasi ditambah kemoterapi.

Universitas Sumatera Utara

18

Stadium IIB Kanker Serviks
Pengobatan stadium IIB kanker serviks dapat dilakukan dengan terapi radiasi
internal dan eksternal dikombinasikan dengan kemoterapi.
Stadium III Kanker Serviks
Pengobatan meliputi terapi radiasi internal dan eksternal dikombinasikan dengan
kemoterapi.
Stadium IVA Kanker Serviks
Pengobatan dilakukan dengan terapi radiasi internal dan eksternal dikombinasikan
dengan kemoterapi.
Stadium IVB Kanker serviks
-

Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk meredakan gejala yang
disebabkan oleh kanker dan meningkatkan kualitas hidup.

-

Kemoterapi

-

Uji klinis obat antikanker baru atau kombinasi obat.
Penanganan kanker serviks, baik bedah atau non-bedah, sangat kompleks

dan melibatkan multidisiplin spesialis. Manajemen perlu direncanakan pada setiap
penderita dengan mempertimbangkan luasnya penyakit, komorbiditas medis yang
dapat membatasi pengobatan baik dengan metode bedah atau non-bedah, dan juga
keinginan penderita (Palmer, 2010).
Penderita kanker serviks yang diterapi dengan terapi radiasi memiliki
fungsi seksual yang lebih buruk dibandingkan dengan penderita yang mendapat
terapi histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening. Oleh karena itu,
perlu pertimbangan tepat sebelum memulai terapi pada kanker serviks. (Frumovitz
et al, 2013).

2.3.9. Prognosa Kanker Serviks
Menurut American Cancer Society (2013), angka ketahanan hidup
penderita kanker serviks berdasarkan stadium oleh American Joint Committee on
Cancer edisi ke-7 dan berdasarkan diagnosa pada tahun 2000 hingga 2002 adalah

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

19

Tabel 2.2. Prognosa kanker serviks (ACS, 2013)
Stadium

Angka ketahanan hidup 5 tahun

0

93%

IA

93%

IB

80%

IIA

63%

IIB

58%

IIIA

35%

IIIB

32%

IVA

16%

IVB

15%

Sumber: American Cancer Society, 2013. Survival Rates for Cervical Cancer by
Stage. Available from:
www.cancer.org/cancer/cervicalcancer/detailedguide/cervical-cancer-survival.
[Accessed 3 April 2013].
2.3.10. Pencegahan Kanker Serviks
Menurut World Health Organization (2013), pencegahan kanker serviks
dibagi atas 3 yaitu, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tersier.
1.

Pencegahan primer:
Anak perempuan 9-13 tahun
o

Vaksinasi HPV

Anak perempuan dan laki-laki
o

Informasi kesehatan dan peringatan tentang penggunaan tembakau.

o

Pendidikan seksualitas disesuaikan dengan usia dan budaya.

o

Promosi kondom / penyisihan bagi yang terlibat dalam aktivitas
seksual.

o
2.

Sirkumsisi pada laki-laki.

Pencegahan Sekunder
Wanita diatas 30 tahun
Skrining dan pengobatan sesuai yang dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

20

o

“Skrining dan obati” dengan Visual Inspection with Acetic Acid
(VIA) diikuti oleh cryotherapy.

o
3.

Tes HPV untuk jenis HPV risiko tinggi (tipe 16,18, dan lain-lain)

Pencegahan Tersier

Semua wanita yang membutuhkan
Pengobatan kanker invasif pada usia berapa pun
o

Operasi ablatif

o

Radioterapi

o

Kemoterapi

Vaksinasi HPV memberi perlindungan terhadap infeksi HPV sebesar 89%
(Andrijono, 2007). Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV dan lesi prakanker
hingga 5 tahun, tetapi tidak mengobati infeksi HPV yang sudah ada (Scarinci et al,
2010). Saat ini, telah tersedia 2 vaksin untuk pencegahan kanker serviks yaitu
Gradasil (Merck & Co., Inc.), mencegah dari infeksi HPV 6, 11, 16, dan 18
(kuadrivalen), dan yang lain, Cervarix (GlaxoSmithKline), mencegah dari infeksi
HPV 16 dan 18 (bivalen) (Saslow, 2007).

Universitas Sumatera Utara