Karakteristik Penderita Ottitis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2008 -2009

(1)

Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

pada tahun 2008-2009

Oleh : ADE KURNIADI

080100150

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

pada tahun 2008-2009

KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh : ADE KURNIADI

080100150

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Karakteristik Penderita Ottitis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2008 -2009.

Nama : ADE KURNIADI

Nim : 080100150

Pembimbing Penguji I

(dr. Aliandri, Sp. THT – KL) (dr. H. Delyuzar, Sp.PA(K) NIP. 19690609 199903 2 001 NIP. 19630219 19903 1 001

Penguji II

(dr.Maya Savira, M.Kes) NIP. 19761119 200312 2 001 Medan, Desember 2011

Dekan

Fakultas kedokteran Universitas sumatera utara

(prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat di negara berkembang dan negara maju. Prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%). Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi.

Penelitian ini adalah dengan desain cross sectional study bersifat retrospective, untuk mengetahui karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008 -2009.

Tujuan penelitian memperoleh gambaran karekteristik otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008-2009.

Proporsi OMSK di RSUP H.Adam Malik selama 2 tahun yang terbanyak pada 2008 sebanyak 1.4% dari jumlah total kunjungan , usia penderita tertinggi adalah pada usia 21- 30 tahun 25.4%, jenis kelamin tersering yaitu laki laki 53.8%, diketahui gejala klinis tersering yaitu telinga berair terdapat 86%, tipe OMSK tersering adalah jinak (benigna) 78.8%, komplikasi tersering yaitu mastoiditis sebanyak 3.8%.


(5)

ABSTRACT

Chronic suppurative otitis media (omsk) is a disease that has an ear infection and a high prevalence of health problems in communities in the developing and developed countries. Omsk prevalence ranged from 1 – 46%, with the highest prevalence occurs in the Eksimo population (12 – 46%). Health survey in Indonesia according to the Sense of Sight and Hearing, omsk prevalence of MOH in 1993-1996 was 3.1% of the population.

This study is a cross sectional study design is retrospective, to investigate the characteritics of patients with chronic suppurative otitis media in dr.H. Adam Malik in 2008 – 2009.

The research objective characteristics obtain a picture of chronic suppuratif otitis media in Dr H. Adam Malik in the year 2008 – 2009.

The proportion of Omsk in the department of H. Adam Malik for 2 years ever in 2008 as much as 1.4% of the total number of visit, patient age was highest at age 21 – 30 years 25.4%, which is common gender male 53.8%, were most common clinical symptoms of ear there is a 86% aqueous, omsk most common type is benign 78.8%, which is the commonest complication of mastoiditis as much as 3.8%.


(6)

KATA PENGANTAR

Pertama tama saya ucapkan puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Penulisan karya tulis ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di fakultas kedokteran. Dalam penulisan proposal ini saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Aliandri sp, THT-KL selaku guru pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikiranya dalam penyelesaian hasil karya tulis ilmiah ini.

2. dr. Irma sepala siregar , sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara yang telah mendidik dan membimbing saya.

3. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Mustar dan ibunda Hj. Tuminah atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya. Dan juga saya ucapkan terima kasih buat abangda/kakanda Masytah, Dedi Prianto, Sari, Miftah Khul Jannah, Anggi Rizki Utami NST yang telah banyak membantu dan mendukung dalam pembuatan karya ilmiah ini.

4. Bapak/ibu dosen Ilmu Kedokteran Komonikasi (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra utara yang telah memberikan panduan, tanggapan, dan saran kepada saya sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

5. Teman-teman kelompok penulisan karya tulis ilmiah dan juga teman-teman lain yang telah banyak memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama penulisan dilakukan


(7)

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki kesilapan dan juga menambah ilmu pengetahuan agar karya yang dihasilkan berkualitas.

Semoga Allah S.W.T selalu melimpahkan rahmat-NYA kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Anatomi Telinga ... 4

2.1.1. Anatomi Telinga Luar ... 4

2.1.2. Anatomi Telinga Tengah ... 4

2.1.3. Anatomi Telinga Dalam ... 6

2.2. Fisiologi Pendengaran ... 7

2.3. Definisi Otitis Media Supuratif Kronis ... 7

2.4. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronis ... 8

2.5. Faktor Resiko ... 8

2.6. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronis ... 9

2.6.1. Tipe Tuba Timpani ... 9

2.6.2 Tipe Atikoantral... 10

2.7. Gejala Klinis Otitis Media Supuratif Kronis ... 11

2.8. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis ... 12

2.8.1. Pengobatan OMSK Tipe Tubatimpani ... 13

2.8.2. Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral ... 13

2.8.3. Tindakan Operasi ... 14

2.9. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2. Definisi Operasional ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel ... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 20


(9)

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Diskripsi Hasil Penelitian ... 21

5.1.2. Pasien OMSK Berdasarkan Angka Kejadian ... 21

5.1.3. Pasien OMSK Berdasarkan Usia ... 22

5.1.4. Pasien OMSK Berdasarkan Jenis Kelamin ... 22

5.1.5. Pasien OMSK Berdasarkan Gejala Klinis ... 23

5.1.6. Pasien OMSK Berdasarkan Tipe OMSK ... 23

5.1.7. Pasien OMSK Berdasarkan Komplikasi ... 24

5.2. Pembahasan ... 25

5.2.1. Pasien OMSK Berdasarkan Angka Kejadian ... 25

5.2.2. Pasien OMSK Berdasarkan Usia ... 25

5.2.3. Pasien OMSK Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

5.2.4. Pasien OMSK Berdasarkan Gejala Klinis ... 26

5.2.5. Pasien OMSK Berdasarkan Tipe OMSK ... 27

5.2.6. Pasien OMSK Berdasarkan Komplikasi ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. saran ... 29

DAFTAR PUSATAKA ... 30 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Anatomi Telinga ... 5


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 5.1 Pasien OMSK Berdasarkan Angka Kejadian

Di RSUP. H Adam Malik ……… 21

5.2 Pasien OMSK Di RSUP H. Adam Malik Pada

Tahun 2008 -2009 Berdasakan Usia ………. 22

5.3 Pasien OMSK Di RSUP H. Adam Malik Pada

Tahun 2008 -2009 Berdasakan Jenis Kelamin ………... 22

5.4 Pasien OMSK Di RSUP H. Adam Malik Pada

Tahun 2008 -2009 Berdasakan Gejala Klinis …………. 23

5.5 Pasien OMSK Di RSUP H. Adam Malik Pada

Tahun 2008 -2009 Berdasakan Tipe OMSK ………….. 23

5.6 Pasien OMSK Di RSUP H. Adam Malik Pada

Tahun 2008 -2009 Berdasakan Komplikasi ………….. 24


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 2 SURAT PERSETUJUAN KOMITE ETIK

LAMPIRAN 3 SURAT IJIN REKAM MEDIK


(13)

ABSTRAK

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat di negara berkembang dan negara maju. Prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%). Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi.

Penelitian ini adalah dengan desain cross sectional study bersifat retrospective, untuk mengetahui karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008 -2009.

Tujuan penelitian memperoleh gambaran karekteristik otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008-2009.

Proporsi OMSK di RSUP H.Adam Malik selama 2 tahun yang terbanyak pada 2008 sebanyak 1.4% dari jumlah total kunjungan , usia penderita tertinggi adalah pada usia 21- 30 tahun 25.4%, jenis kelamin tersering yaitu laki laki 53.8%, diketahui gejala klinis tersering yaitu telinga berair terdapat 86%, tipe OMSK tersering adalah jinak (benigna) 78.8%, komplikasi tersering yaitu mastoiditis sebanyak 3.8%.


(14)

ABSTRACT

Chronic suppurative otitis media (omsk) is a disease that has an ear infection and a high prevalence of health problems in communities in the developing and developed countries. Omsk prevalence ranged from 1 – 46%, with the highest prevalence occurs in the Eksimo population (12 – 46%). Health survey in Indonesia according to the Sense of Sight and Hearing, omsk prevalence of MOH in 1993-1996 was 3.1% of the population.

This study is a cross sectional study design is retrospective, to investigate the characteritics of patients with chronic suppurative otitis media in dr.H. Adam Malik in 2008 – 2009.

The research objective characteristics obtain a picture of chronic suppuratif otitis media in Dr H. Adam Malik in the year 2008 – 2009.

The proportion of Omsk in the department of H. Adam Malik for 2 years ever in 2008 as much as 1.4% of the total number of visit, patient age was highest at age 21 – 30 years 25.4%, which is common gender male 53.8%, were most common clinical symptoms of ear there is a 86% aqueous, omsk most common type is benign 78.8%, which is the commonest complication of mastoiditis as much as 3.8%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Otitis media supuratif kronik adalah suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (ottorhea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. (Soepardi, 2007).

Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna. Otitis media merupakan masalah utama sebelum antibiotik ditemukan pada pertengahan 1930-an dan sampai sekarang masalah otitis media masih sering muncul di negara kita (Paparella MM, 1994).

Para peneliti mendapat persentase yang berbeda mengenai jenis bakteri pada OMSK. Adenin Adenan (1973) mendapatkan Proteus sp sebagai kuman yang dominan (48%) dan perbandingan kuman gram negatif dan positif adalah 3 : 1. Brook (1979) dan Palca (1965) mengatakan bakteri aerob yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Stafilokokus. Finegald (1981) menemukan kuman aerob yang dominan adalah Pseudomonas aeruginosa (36 dari 68 penderita) sedangkan Proteus sp hanya 7 dari 68 penderita (Nursiah, 2003).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk. (Djaafar ZA, 2007).

Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mukoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo. OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran sehingga menimbulkan dampak yang serius terutama bagi anak-anak, karena dapat menimbulkan pengaruh jangka panjang pada komunikasi anak, perkembangan bahasa, proses pendengaran, psikososial dan perkembangan kognitif serta kemajuan pendidikan. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat


(16)

pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom seperti abses ekstradural, abses subdural, tromboflebitis, meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis (Djaafar ZA, 2007; Helmi, 2005)

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK.( Soetjipto D, 2007; Boesoirie S, 2007)

Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh orang awam dikenal sebagai "congek") sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.( Abes T G, 2001)

Sampai saat ini belum adan data mengenai otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik selama kurun waktu 2 tahun terahir. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik dari periode 2008- 2009.

1.2. Rumusuan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian tentang bagaimanakah karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik.pada tahun 2008-2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum


(17)

Memperoleh gambaran karekteristik otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2008-2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus pada penelitia ini adalah:

1. Mengetahui jumlah penderita OMSK(otitis media supuratif kronik) yang berobat di RSUP H. Adam Malik selama 2008-2009

2. Melihat kecendrungan peningkatan atau penurunan angka kejadian otitis media supuratif kronik pada tahun 2008-2009.

3. Untuk mengetahui peringkat usia terbanyak pada penderita otitis media supuratif kronik

4. Mengetahui jenis kelamin tersering pada penderita otitis media supuratif kronik

5. Mengetahui tipe OMSK yang paling sering dijumpai pada penderita OMSK di RSUP H Adam Malik.

6. Mengetahui gejala klinis tersering pada otitis media supuratif kronik 7. Mengetahui komplikasi tersering pada penderita OMSK

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

• Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai

karakteristik otitis media supuratif kronis di RSUP H. Adam Malik tahun 2008-2009

• Memberikan informasi tambahan bagi RSUP H. Adam Malik

• Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi telinga

Gambar 1 anatomi telinga (Sumber: Kaneshiro N K,2011)

2.1.1. Anatomi telinga luar

Anatomi luar terdiri dari, heliks, lipatan heliks, kanal heliks,kanalis auditorius eksterna, lobulus, tragus, antitragus.

2.1.2. Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari :

• Membran timpani. • Kavum timpani. • Prosesus mastoideus. • Tuba Eustachius

2.1.2.1. Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical


(19)

rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm.

2.1.2.2. Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm.

Kavum timpani terdiri dari :

1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes). 2. Dua otot.

3. Saraf korda timpani. 4. Saraf pleksus timpanikus

2.1.2.3. Prosesus Mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.

Aditus antrum mastoid adalah suatu pintu yang besar iregular berasal dari epitisssmpanum posterior menuju rongga antrum yang berisi udara, sering disebut sebagai aditus ad antrum. Dinding medial merupakan penonjolan dari kanalis semisirkularis lateral. Dibawah dan sedikit ke medial dari promontorium terdapat kanalis bagian tulang dari n. fasialis. Prosesus brevis inkus sangat berdekatan dengan kedua struktur ini dan jarak rata-rata diantara organ : n. VII ke kanalis semisirkularis 1,77 mm; n.VII ke prosesus brevis inkus 2,36 mm : dan prosesus brevis inkus ke kanalis semisirkularis 1,25 mm.

Antrum mastoid adalah sinus yang berisi udara didalam pars petrosa tulang temporal. Berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus dan mempunyai sel-sel udara mastoid yang berasal dari dinding-dindingnya. Antrum sudah berkembang baik pada saat lahir dan pada dewasa mempunyai volume 1 ml, panjang dari depan kebelakang sekitar 14 mm, daria atas kebawah 9mm dan dari


(20)

sisi lateral ke medial 7 mm. Dinding medial dari antrum berhubungan dengan kanalis semisirkularis posterior dan lebih ke dalam dan inferiornya terletak sakus endolimfatikus dan dura dari fosa kranii posterior. Atapnya membentuk bagian dati lantai fosa kranii media dan memisahkan antrum dengan otak lobus temporalis. Dinding posterior terutama dibentuk oleh tulang yang menutupi sinus. Dinding lateral merupakan bagian dari pars skumosa tulang temporal dan meningkat ketebalannya selama hidup dari sekitar 2 mm pada saat lahir hingga 12-15 mm pada dewasa. Dinding lateral pada orang dewasa berhubungan dengan trigonum suprameatal ( Macewen’s) pada permukaan luar tengkorak. Lantai antrum mastoid berhubungan dengan otot digastrik dilateral dan sinus sigmoid di medial, meskipun pada aerasi tulang mastoid yang jelek, struktur ini bisa berjarak 1 cm dari dinding antrum inferior. Dinding anterior antrum memiliki aditus pada bagian atas, sedangkan bagian bawah dilalui n.fasialis dalam perjalanan menuju ke foramen stilomastoid. (Siti Nursiah, 2003)

2.1.2.4. Tuba Eustachius

Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drenase secret dan menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke telingah tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar.

Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring dan sepertiga nya terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukan nya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37.5 mm dan pada anak anak dibawah 9 bulan adalah 17.5.mm (Djaafar ZA, 2007)

2.1.3. Anatomi telinga dalam

Bentuk telinga dalam sedemikian kompleknya sehingga disebut sebagai labirin. Labirin itu sendiri terisi oleh endolimfe, satu satunya cairan ekstraseluler dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membrane


(21)

dikelilingi oleh cairan perilimfe ( tinggi natrium rendah kalium) yang terdapat dalam kapsula otika bertulang. Labirin tulang dan membrane memiliki vestibular dan bagian koklear. Bagian vestibular (pars superior berhubungan dengan keseimbangan sementara bagian koklearis (pars inferior) merupakan bagian pendengaran.(L Stephen, 1997).

2.2. Fisiologi pendengaran

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum) terdorong ke arah luar.

Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus temporalis.(Siti Nursiah, 2003)

2.3. Definisi Otitis media supuratif kronik

Otitis media supuratif kronik adalah Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Soepardi, 2007).


(22)

2.4. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronis

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down Sindrome. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat (Nursiah, 2003).

Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis(Nursiah,2003). 2.5. Epidemiologi OMSK

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Dan jenis kelamin tersing pada OMSK Berdasarakan penelitian di Medan mendapatkan jenis kelamin tertinggi yaitu laki laki (Nora Balqis, 2010). Dan di Surabaya jenis kelamin tersering pada OMSK adalah laki-laki (Suryanti, 2003)

2.6. OMSK dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet dan tempat tinggal yang padat.


(23)

b. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

c. Otitis media sebelumnya

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.

d. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah baik aerob ataupun anaerob menunjukkan organisme yang multipel. Organisme yang terutama dijumpai adalah gram negatif, bowel-type flora dan beberapa organisme lainnya.

e. Infeksi saluran napas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah dan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. f. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis.

g. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi.

h. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis media supuratif kronis aktif, tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui.(Ballenger, 1997)


(24)

2.7. KLASIFIKASI

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

2.7.1. Tipe tubotimpanal = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tiperespirasi dan mukosiliar yang jelek. (Nursiah, 2003).

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret yang dikeluar:

• Penyakit aktif

OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif • Penyakit tidak aktif (tenang )

Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering

2.7.2.Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotik (Soepardi EA, 2007).

Bentuk perforasi membran timpani adalah :

1. Perforasi sentral Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total.


(25)

2. Perforasi marginal Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atik Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma (Soepardi EA, 2007).

Primary acquired cholesteatoma adalah kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flaksida (Djaafar ZA, 2007; Nursiah, 2003; Paparella MM, 1997). Secondary acquired cholesteatoma terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi) (Djaafar ZA,2007; Nursiah, 2003; Ballenger JJ, 1997; Paparella MM, 1997).

2.8. GEJALA KLINIS Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Jika berbau busuk, abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga), polip atau jaringan granulasi diliang telinga, terlihat koletetoma pada telinga tengah tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe bahaya. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi


(26)

saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. (Nursiah, 2003; Djaafar, 2007)

Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. (Nursiah, 2003).

Nyeri telinga (Otalgia)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis. (Nursiah, 2003).

Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.


(27)

Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. (Paparella, Adams & Levine, 1997; Helmi, 2005).

2.9. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis

Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat – obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas :

• .Konservatif • Operasi

2.9.1. Pengobatan OMSK Tipe Tubatimpani a. OMSK Tipe Tubatimpani Tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

b. OMSK Tipe Tubatimpani Aktif

Keadaan ini harus dilakukan pembersihan liang telinga dan kavum timpani ( toilet telinga). Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga


(28)

merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme (Soepardi, 2001).

2.9.2. Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe tubatimpani atau tipe atikoantral, antara lain (Soepardi, 2001).

2.9.3.Tindakan operasi Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang


(29)

semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

Miringoplasti

Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe tubatimpani dengan perforasi yang menetap.

Timpanoplasti

Dikerjakan pada OMSK tipe tubatimpani dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe tubatimpani yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Dikerjakan pada kasus OMSK tipe atikoantral atau OMSK tipe tubatimpani dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK tipe atikoantral belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma (Soepardi EA, 2007).


(30)

3.1. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis

Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe atikoantral seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe tubatimpani pun dapat menyebabkan suatu komplikasi (Nursiah, 2003). Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang pendengaran dan paralisis nervus fasial. Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf (sensorineural). Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan petrositis. Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis. (Helmi S, 1990).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang gambaran penderita otitis media supuratif kronis pada tahun 2008-2009 di RSUP H Adam Malik akan diuraikan berdasarkan variable katagorik. Variabel katagorik mencakup: angka kejadian, kecendrungan peningkatan atau penurunan selama 2 tahun, usia terbanyak, jenis kelamin pada penderita, tipe Otitis media supuratif pada penderita, gejala klinis, komplikasi pada otitis media supuratif kronik.

3.2. Definisi operasional Otitis media supuratif kronik

Gambaran karakteristik penderita otitis media supuratif kronis

• Angka kejadian penderita selama 2 tahun (2008-2009). • Kecendrungan peningkatan

atau penurunan selama 2 tahun (2008-2009).

• Umur terbanyak • Jenis kelamin tersering • Tipe OMSK tersering

• Gejala klinis tersering pada penderita

• Komplikasi tersering pada penderita.


(32)

Penderita otitis media supuratif kronik adalah pasien yang dinyatakan menderita otitis media kronik supuratif berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tercatat dalam rekam medis.

• Angka kejadian adalah jumlah penderita otitis media supuratif kronik yang berobat di RSUP H Adam Malik untuk tahun 2008-2009, ini dipilih dari semua peringkat usia anak sampai dewasa yang tercatat dalam rekam medis

Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal

• Usia adalah lamanya hidup penderita otitis media supuratif kronik yang dihitung berdasarkan tahun sejak pasien lahir sampai terdiagnosa otitis media supuratif kronik sesuai yang tercatat dalam rekam medis yang dikatagorikan atas:

 0 -10 tahun  11- 20 tahun  21-30 tahun  31- 40 tahun  41-50 tahun  51- 60 tahun  61-70 tahun  > 70 tahun

Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Interval

• Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita otitis media supuratif kronik sesuai yang tercatat dalam rekam medis yang dikatagorikan: laki laki dan perempuan.


(33)

Alat ukur : Rekam medis Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal

• Gejala klinis adalah gejala yang dijumpai pada penderita otitis media supuratif kronik sesuai dalam rekam medis yang dikatagorikan : otorrhoe, nyeri telinga, berbau busuk

Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal

• Tipe Otitis media supuratif kronik ada 2 yaitu tipe tubatimpani dan artikoantral yang tercatat dalam rekam medis.

Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal

• Komplikasi adalah penyakit lain yang timbul karena diakibatkan oleh otitis media supuratif kronik sesuai yang tercatat dalam rekam medis. Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional

Alat ukur : Rekam medis Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menggambaran karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP H Adam Malik pada tahun 2008-2009. Pendekatan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan desain cross sectional study bersifat retrospective, dimana akan


(34)

dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei rekam medis di RSUP H Adam Malik.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan juli sampai September 2011 dan tempat penelitian ini dilakukan di RSUP H Adam Malik.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah pada seluruh penderita otitis media supuratif kronik yang berobat di RSUP H Adam Malik untuk tahun 2008-2009. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang didapat dari rekam medis. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan data yang diambil dari rekam medis sesuai dengan status penelitian pada lampiran. Dimana hal yang diperlukan dalam mendapatkan karakterisitik penderita otitis media supuratif kronik akan dicatat dan diuraikan berdasarkan kebutuhan peneliti.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan SPSS dan kemudian akan dianalisa secara deskriptif.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat


(35)

unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ±10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Pasien OMSK Berdasarkan Angka Kejadian

Angka kejadian pasien OMSK di RSUP H.Adam Malik Medan selama 2 tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1. Pasien OMSK Berdasarkan Angka Kejadian di RSUP. H. Adam Malik

Tahun

Frekuensi Persentasi (%)

2008 154 1.4

2009 82 0.6

Jumlah 236

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa angka kejadian penderita otitis media supuratif kronis (OMSK) di RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2008 – 2009: 236 orang. Pada tahun 2008 terdapat 154 orang penderita OMSK (1.4%) dan pada tahun 2009 terdapat 82 orang penderita OMSK (0.6%).Jumlah total kunjungan ke bagian THT pada tahun 2008 adalah 10632 orang sedangkan pada tahun 2009 adalah 13207 orang.

5.1.3. Pasien OMSK Berdasarkan Usia

Pasien OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2008 – 2009 berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2. Pasien OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2008 – 2009 Berdasarkan Usia

Usia

frekuensi Persentasi (%)


(36)

11-20 51 21.6

21-30 60 25.4

31-40 29 12.3

41-50 31 13.1

51-60 20 8.5

61-70 9 3.8

>70 3 1.3

Jumlah 236 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa usia penderita tertinggi adalah pada usia 21- 30 tahun terdapat 60 orang (25.4%), usia 11-20 tahun terdapat 51 orang (21.6%), usia 0-10 tahun terdapat 33 orang (14.0%), usia 41- 50 tahun terdapat 31 orang (13.1%), usia 31-40 tahun terdapat 29 orang (12.3%), usia 51-60 tahun terdapat 20 orang (8.5%), usia 61-70 tahun terdapat 9 orang (3.8%), usai terendah yaitu > 70 tahun terdapat 3 orang (1.3%).

5.1.4. Pasien OMSK Berdasarkan Jenis Kelamin

Pasien OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2008 – 2009 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3. Pasien OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2008 – 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentasi (%)

Laki - laki 127 53.8

Perempuan 109 46.2

Jumlah 236 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jenis kelamin tertinggi yaitu laki laki terdapat 127 orang ( 53.8%) sedangkan pada perempuan terdapat 109 orang (46.2%).

5.1.5. Pasien OMSK Berdasarkan Gejala Klinis

Pasien OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2008 – 2009 berdasarkan gejala klinis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(37)

Tabel 5.4. Pasien OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2008 – 2009 Berdasarkan Gejala Klinis

Gejala klinis Frekuensi Persentasi (%)

Telinga berair 203 86

Nyeri telinga 61 25

Sekret berbau busuk 26 11

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa gejala klinis dari jumlah penderita 236 orang yang mengalami gejala klinis telinga berair terdapat 203 orang ( 86%), nyeri terlinga terdapat 61 orang (25%) dan sekret berbau busuk terdapat 26 orang ( 11%).

5.1.6. Pasien OMSK berdasarkan Tipe OMSK

Pasien OMSK di RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2008 - 2009 berdasarkan tipe OMSK dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5. Pasien OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada Tahun 2008 – 2009 Berdasarkan Tipe OMSK

Tipe OMSK Frekuensi Persentasi (%)

Jinak (benigna) 186 78.8

Ganas (maligna) 50 21.2

Jumlah 236 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tipe OMSK tertinggi pada penderita OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2008 – 2009 adalah tipe jinak (benign) 186 orang (78.8%), sedangkan tipe ganas (maligna) sebanyak 50 orang (21.1%).

5.1.7. Pasien OMSK Berdasarkan Komplikasi

Pasien OMSK di RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2008 - 2009 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(38)

Tabel 5.6. Pasien OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada Tahun 2008 – 2009 Berdasarkan Komplikasi

Komplikasi Frekuensi Persentasi (%)

Labirinitis 2 0.8

Meningitis 4 1.7

Fistel retroaurikuler 6 2.5

Mastoiditis 9 3.8

Kolestetoma 2 0.8

Abses retroaurikuler 3 1.3

Granulasi LT Tidak ada komplikasi

4 206

1.7 87

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa komplikasi yaitu labirinitis terdapat 2 orang (0.8%), kolesteatoma terdapat 2 orang (0.8%), meningitis terdapat 4 orang (1.7%) fistel retroaurikuler 6 orang (2.5 %), mastoiditis 9 orang (3.8%), abses retroaurikuler 3 orang (1.3%) granulasi LT(liang telinga) 4 orang (1.7%). Tidak ada komplikasi sebanyak 206 orang (87%).


(39)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pasien OMSK Berdasarkan Angka Kejadian

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa angka kejadian penderita otitis media supuratif kronis (OMSK) di RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2008 – 2009: 236 orang. pada tahun 2008 terdapat 154 orang penderita OMSK (1.4%) dari jumlah total kunjungan pasien ke bagian THT dan pada tahun 2009 terdapat 82 orang penderita OMSK (0.6%) dari jumlah total kunjungan pasien ke bagian THT. Dapat dilihat bahwa angka kejadian OMSK pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0.6% dari jumlah total kunjungan dirumah sakit dibanding dengan tahun 2008.

5.2.2. Pasien OMSK Berdasarkan Usia

Berdasarkan penelitian ini usia tertinggi yang menderita OMSK adalah pada usia 21- 30 tahun terdapat 60 orang (25.4%).%. Berdasarkan penelitian ini bahwa tidak ada perbedaan dengan penelitain sebelumnya, yaitu Sri mella tala di Medan (2010) berdasarkan kelompok umur terbanyak penderita OMSK yaitu antara 21- 30 tahun 42.6%. Suryanti di Surabaya (2003) mendapatkan kelompok terbanyak menderita OMSK adalah kelompok umur 21 – 30 tahun sebesar 51,95

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya termasuk kondisi padat penghuni, status sosio ekonomi rendah, malnutrisi (Bellenger, 1997).


(40)

5.2.3. Pasien OMSK Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki laki terdapat 127 orang ( 53.8%) sedangkan pada perempuan terdapat 109 orang (46.2%).

Berdasarkan penelitian ini jenis kelamin tertinggi adalah laki laki 129 orang (53.8%). Berdasarakan penelitian lain Balqis Nora di Medan (2010) mendapatkan jenis kelamin tertinggi yaitu laki laki 50.96%. Suryanti (2003) di Surabaya mendapatkan penderita laki-laki sebanyak 56,5%. Dina permata S (1999) di semarang mendapatkan penderita laki – laki sebanyak 54.17% Akinpelu di Nigeria (2008) mendapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan penderita OMSK adalah 1,2 : 1.

5.2.4. Pasien OMSK Berdasarkan Gejala Klinis

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa gejala klinis tertinggi yaitu telinga berair terdapat 203 orang ( 86%), berdasarkan penelitian lain Siska Arvina (2010) di medan mendapat dengan keluhan telinga berair 98.3%. Balqis Nora (2011) mendapatkan telinga berair 70.9%. Adoga di Nigeria (2010) dari 74 pasien mendapatkan 78,4% dengan keluhan telinga berair. Berdasarkan penelitian ini bahwa tidak ada perbedaan dengan penelitian sebelumnya tentang gejala klinis yg di keluhkan dan gejala klinis pada OMSK yang tersering adalah telinga berair

Penderita OMSK mengalami keluhan yang berbeda beda dan mengalami lebih dari satu keluhan, gejala OMSK adalah telinga berair, nyeri telinga, gangguan pendengaran dan vertigo, gejala yang sering terjadi adalah telinga berair. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. (Nursiah, 2003; Djaafar, 2007).

5.2.5. Pasien OMSK berdasarkan Tipe OMSK

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tipe OMSK tertinggi pada penderita OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2008 – 2009 adalah tipe jinak (benigna)186 orang (78.8%). Berdasarkan penelitian lain Balqis Nora di Medan (2011) tipe tuba timpani 77.4%. Suryanti di Surabaya (2003) dimana tipe


(41)

OMSK terbanyak adalah tipe benigna sebanyak 75,36%. Albert di India (2005) juga mendapatkan tipe OMSK terbanyak adalah tipe benigna yaitu sebanyak 50,6%. Berdasarkan penelitian ini tidak ada perbedaan dengan penelitian sebelumnya bahwa tipe OMSK tersering adalah tipe jinak (benigna) 78.8%.

5.1.7. Pasien OMSK Berdasarkan Komplikasi

Berdasarkan penelitian ini komplikasi terbanyak yaitu tidak ada komplikasi 206 orang (87%) sedangkan komplikasi tersering yaitu pada mastoiditis 9 orang (3.8%). Penelitian lain menyebutkan Syafeefah A (2010) di medan mastoiditis (42.3%). Siska arvina (2010) di medan mastoiditis 5.8%,

Pada OMSK tipe bahaya sering kali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakan diagnosis dini seperti perforasi pada marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat dijumpai abses atau fistel retroaurikuler, granulasi, kolesteatoma pada telinga tengah (Djaafar Z A, Helmi, D Ratna, 2007).


(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Angka kejadian OMSK di RSUP H.Adam Malik selama 2 tahun

mengalami penurunan yaitu pada tahun 2009 sebanyak 0.6%, dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 1.4%.

2. Pasien OMSK berdasarkan usia penderita tertinggi adalah pada usia 21- 30 tahun 25.4% dan yang terendah pada usia > 70 tahun 1.3%

3. Pasien OMSK berdasarkan jenis kelamin tertinggi yaitu laki laki 53.8% sedangkan pada perempuan 46.2%.

4. Pasien OMSK berdasarkan gejala klinis tersering yaitu telinga berair 86%,sedangkan terendah adalah berbau busuk 11%.

5. Pasien OMSK berdasarkan tipe OMSK tersering adalah tipe jinak (benigna) 78.8%, sedangkan tipe ganas (maligna) 21.1%.

6. Pasien OMSK berdasarkan komplikasi terbanyak yaitu tidak ada komplikasi 87% dan yang tersering yaitu mastoiditis 3.8%, sedangkan terendah yaitu pada labirinitis 0.8%, kolesteatoma 0.8%.

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit supaya lebih melengkapi data pada rekam medis mengenai status penderita khususnya tipe OMSK di Rumah Sakit sehingga pada peneliti selanjutnya memperoleh data yang lengkap. 2. Buat peneliti selanjutnya agar dapat lebih mengembangkan penelitian seperti

menambah rentang waktu ataupun mengganti lokasi penelitian mengenai karakteristik penderita otitis media supuratif kronik


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abis T G,2001; Cermin dunia kedokteran otitis media supuratif kronik from

Adoga A, Nimkur T, Silas O, 2010. Chronic suppurative otitis media: Socio-economic implications in a tertiary hospital in Northern Nigeria. PanAfrican Medical Jour-nal. Nigeria. 4:3. hal 1-8.

Akinpelu AV, Amusa HB, Komolafe EO et al, 2008. Challenges in management of chronic suppurative otitis media in a developing country. The Journal of Laryn-gology and Otology. Nigeria. 122. p 16-20.

Albert et al, 2005, ‘ Outcome of Bacterial Culture from Mastoid Granulations : it is relevant in chronic ear disease’ in the Journal of Laryngology and Otology. 119 (10): 774-809

Arvina S. 2010: karakteristik penderita otitis media supuratif kronik rawat jalan dr Pringadi Medan. Avalaible from : [akses 21 juni 2011]

Ballenger J.J, 1997. Komplikasi Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Dalam: Jilid 2, edisi 13, Alih Bahasa: Staff Ahli Bagian THT RSCM- FKUI, Jakarta, Binapura Aksara; hal.410-412

Ballenger JJ, (1997). Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Dalam: Jilid 2, Edisi 13, Alih Bahasa: Staf Ahli Bagian THT RSCM-FKUI, Jakarta, Binapura Aksara; hal.107-118

Boesoirie S, 2007. Gangguan Pendengaran (tuli). Available from: http://www.ketulian.com/web/index.php?to=article&id=13. [Accessed 10 April 2010].

Djaafar ZA, 2004. ‘Kelainan Telinga Tengah’ dalam Soepardi EA, Iskandar N (Ed) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. hal: 54-8.


(44)

Djaafar Zainul A. dkk. 2008. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Efiati Arsyad Soepardi dkk(eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal:69-74.

Farida, Riskiana Djamin,Eka Savitri, Abdul Kadir, Burhanuddin Bahar: 2006 Alergi sebagai faktor risiko terhadap kejadian otitis media supuratif

kronik tipe benigna fro

[Accesed 20

Nopember 2010]

Helmi S, (1990). Perjalanan Penyakit dan Gambaran Klinik Otitis Media Suppuratif Kronik. Dalam: Pengobatan Non Operatif Otitis Media Supuratif, Editor Helmi dkk, Balai Penerbit FK-UI, Jakarta; 17-35

Helmi, 2005. ‘Otitis Media Supuratif Kronis’ dalam Otitis Media Supuratif Kronis Pengetahuan Dasar Terapi Medik Mastoidektomi Timpanoplasti’ Balai Penerbit FK UI. Jakarta. hal: 55-69.

Kaneshiro N K, 2010) Ear infection – acute images: ear anatomi. Adam, inc. from Maret 2011]

L. Stephen, Liston, Arndt J. Duvall, III. Embriologi,Anatomi dan Fisiologi Telinga. Boies Buku ajar penyakit THT . Alih Bahasa : Dr. Caroline Wijaya, Edisi 6 . Jakarta, ECG, :1997: 27 -38.

Nora Balqis 2011:Gambaran otitis media supuratif kronik di RSUP. H.Adam Malik tahun 2008 available from: 20 April 2011]

Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi) Jakarta : 75-89.


(45)

Nursiah Siti. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU Digital Library.

Paparella MM, Adams GL, Levine SC, 1997. ‘Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid’ dalam Adams GL, Boies LR, Higler PA (Ed). Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam. EGC. Jakarta. hal: 88-118

Paparella MM, et all Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid, Editor Effendi H, Santosa K, Dalam : Boies Buku Ajar Penyakit THT, Alih Bahasa : Dr. Caroline Wijaya, Edisi 6, Jakarta, ECG, 1994 ; 88-113

Sari, Permata D. 2010. Faktor Risiko Terjadinya Kurang Pendengaran Campuran pada Otitis Media Supuratif Kronis , Suatu Kajian Pengaruh Lama Penyakit dan Frekuensi Eksaserbasi Akut Terhadap Terjadinya Kurang Pendengaran Campuran pada OMSK di Klinik THT RSUP Dr.Kariadi Semarang. Available from : http://eprints.undip.ac.id/14162/

Soepardi, EA , Nurbaiti, Jenny, Restuti, DR, 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi 6, Jakarta ; 69-74

Soetjipto, D 2007. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Available from : http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 [Akses 21 Nopember 2010]

Suryanti DP, 2003. ‘Otitis Media Supuratif Kronik di Poli THT RS. Dr Soetomo Surabaya tahun 2002’ dalam Buku Abstrak Kongres Nasional XIII-PERHATI. Bali. hal: 240


(46)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ade Kurniadi

Tempat/tanggal lahir : Bagan Batu, 16 Desember 1990

Agama : Muslim

Alamat : Jln. Setia Budi komplek Tasbih blok SS no .47

Nomor telpon/HP : 081361650909

Orang Tua : H. Mustar

: HJ. Tuminah

Riwayat Pendidikan :

1. Taman kanak-kanak Al- Hikmah, Bagan Tahun 1995-1996

2. Sekolah Dasar Negri 033, Bagan Batu Tahun 1996-2002

3. Sekolah Menengah Pertama Almajidiyah

Bagan Batu

Tahun 2002-2005

4. Sekolah Menengah Atas Negri 1, Bagan Batu

Tahun 2005-2008 Riwayat Organisasi : Anggota HMI


(47)

tahun nama

nomor

RM umur jenis kelamin gejala klinis tipe

2008

namonangan

simanjuntak 364693 41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008

ahmad nasir

simanjuntak 356717 21-30 laki - laki telinga berair artikoantral

2008 nelson perangin angin 355817 21-30 laki - laki nyeri telinga artikoantral

2008 fitriyani rangkuti 358811 21-30 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 surya tambunan 357722 11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 febry yanza nasution 187 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 agustina simatupang 338624 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 andika erlangga 347638 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 les bukit 20227 41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 jon hardi 290512 41-50 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 setromen malau 20906 41-50 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 pamah Br sembiring 157571 71-80 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 geroldo situmorang 303769 0-10 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 sembiring 12213 41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 luker aman 371394 61-70 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 wiro sibagariang 368126 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 evi 371030 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 topan fainteno siagian 360853 31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 elfrida sinurat 375956 21-30 perempuan nyeri telinga artikoantral

2008 carles siregar 364827 51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 lian arsenius 370106 21-30 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 fitri dede 368929 0-10 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 lenta Br sembiring 365689 0-10 perempuan telinga berair artikoantral

2008 karien 350442 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 m. basir 370211 61-70 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 aldi raiso 366736 11-20 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 riwana ginting 369758 41-50 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 yanik 370121 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 dahlia 369599 31-40 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 lando sidabutar 369763 11-20 laki - laki nyeri telinga artikoantral

2009 rasat angkat 374204 41-50 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 m. ilyas maghfirullah 368978 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 fitriadi 374805 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 melan simanjuntak 379205 0-10 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 eva bronita siregar 371585 0-10 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 nurul handayani 370083 0-10 perempuan telinga berair, berbau busuk artikoantral 2008 nor supinah 364997 31-40 perempuan nyeri telinga, berbau busuk artikoantral


(48)

2008

arta permata

situmorang 326458 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 jayanti simanjorong 276180 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 dinul fahmi 263937 11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008

yeyen ramadhani

sembiring 330339 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 tin ceria Br manaloh 332828 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 jendakim singarimbun 31658 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 purnama sinulingga 31150 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 jery raharja silain 337270 31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 yusniar 318500 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 surya tambunan 335955 11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 julia diah 9992 41-50 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 habunazar 300497 51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 suryapurba 249489 31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 bagakin simaibang 299293 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 ricardo b sihombing 354595 0-10 laki - laki nyeri telinga artikoantral

2008 muklis nasution 359421 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 amir husain 354854 21-30 laki - laki berbau busuk artikoantral

2008 maisa 358450 11-20 perempuan nyeri telinga artikoantral

2008 rogita nadadan 359376 21-30 perempuan telinga berair artikoantral

2008 tani sitorus 247727 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 raimah 286817 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 yosua sigmanuang 370901 11-20 laki - laki telinga berair, berbau busuk artikoantral

2008 ralda dalimunte 375570 0-10 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 roy barus 212577 11-20 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 friz situmorang 257517 0-10 laki - laki telinga berair artikoantral

2008 samuel pinem 372772 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 danau kurnia 369872 31-40 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 helen manaluh 374395 0-10 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 surmini 299750 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 johanta pinem 240480 41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 wira prianida 312444 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 janes sibutar butar 372038 31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 sri wahyuni 371069 31-40 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 adrian habib 371794 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 santi gultom 373498 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 prapto simanungkalit 240658 21-30 laki - laki telinga berair,nyeri telinga tubatimpani 2008 marsono 202982 41-50 laki - laki telinga berair,nyeri telinga tubatimpani

2008 amron situmorang 279743 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 novalina manulang 125814 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani


(49)

2008 mampe silitongga 306661 51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 masdewana dalimunte 244039 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 martalina tarigan 280139 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2008

rumondang

simanjuntak 325850 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 rifka sari butar butar 248309 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 ahmad reza harahap 237782 11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 hambang harahap 221660 41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 r lidya peranginangin 222026 71-80 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 boni sitepu 51606 41-50 laki - laki telinga berair,nyeri telinga tubatimpani

2008 hadijah Br barus 169510 41-50 perempuan berbau busuk artikoantral

2008 tiarlin sinaga limbang 214511 41-50 perempuan telinga berair,nyeri telinga tubatimpani 2008 delvina tambunan 320419 21-30 perempuan telinga berair, berbau busuk artikoantral

2008 yanti sembiring 282418 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 m. yahya 361997 31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 fanni maria sihombing 363743 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008

dicki paramagita

sembirin 367424 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 ita salsalina 362734 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 daniel jamlumpe 363133 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 hermanudin 363527 41-50 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 charles siregar 364827 51-60 perempuan telinga berair, berbau busuk artikoantral

2008 jainudin 365357 71-80 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 yustika 364348 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 hendrik tambunan 360756 11-20 laki - laki telinga berair,nyeri telinga tubatimpani

2008 poniem 363659 61-70 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 pinondan sitompul 371711 41-50 laki - laki telinga berair artikoantral

2008 krispina 364268 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 nurlela 368805 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 randi manuel 360814 11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 wahyudi riski tarigan 362708 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 ria pardam l gaul 367280 41-50 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 bismi suriyadi 363638 11-20 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 susi wanti tumorang 364000 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 wisman berni 362817 51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 setuju bangun 362599 51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 lesman sianturi 361833 11-20 laki - laki telinga berair artikoantral

2008 siti asri panggabean 362596 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 rudi haryono siregar 365361

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 gompar napit 366325


(50)

2008 suryani 367379

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 sri wahyuni 374935

21-30 perempuan telinga berair artikoantral 2008 aldi taiso 363736

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 jahiya tumanggor 362555

51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 repita bakara 372335

51-60 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 pirhot pardede 368120

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 cut herawati pane 365335

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 a jonatan tarigan 375539

61-70 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2008 sarah tarigan 369154

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 kimin narita sitompul 368940

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 saril 363576

31-40 laki - laki nyeri telinga tubatimpani 2008 darman meliala 361494

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 juiana manao 363117

21-30 perempuan nyeri telinga tubatimpani 2008 generi perangin angin 362408

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 lena trina sinambela 364282

11

-20 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 dasmiati situmorang 366197

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani 2009 hariyanto 414294

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani 2009 baik sitepu 4789

51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 aritha ginting 87691

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani 2009 firman hamonangan 330172

41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 kasrin sebayang 222854

41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani 2009 tengku hazmi 289257

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani 2009 m. ridwan 314421

11-20 laki - laki

telinga berair,nyeri


(1)

2008 masdewana dalimunte 244039 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 martalina tarigan 280139 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani 2008

rumondang

simanjuntak 325850 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 rifka sari butar butar 248309 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 ahmad reza harahap 237782 11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 hambang harahap 221660 41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 r lidya peranginangin 222026 71-80 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 boni sitepu 51606 41-50 laki - laki telinga berair,nyeri telinga tubatimpani 2008 hadijah Br barus 169510 41-50 perempuan berbau busuk artikoantral 2008 tiarlin sinaga limbang 214511 41-50 perempuan telinga berair,nyeri telinga tubatimpani 2008 delvina tambunan 320419 21-30 perempuan telinga berair, berbau busuk artikoantral 2008 yanti sembiring 282418 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 m. yahya 361997 31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 fanni maria sihombing 363743 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani 2008

dicki paramagita

sembirin 367424 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 ita salsalina 362734 31-40 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 daniel jamlumpe 363133 21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 hermanudin 363527 41-50 laki - laki nyeri telinga tubatimpani 2008 charles siregar 364827 51-60 perempuan telinga berair, berbau busuk artikoantral 2008 jainudin 365357 71-80 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 yustika 364348 21-30 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 hendrik tambunan 360756 11-20 laki - laki telinga berair,nyeri telinga tubatimpani 2008 poniem 363659 61-70 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 pinondan sitompul 371711 41-50 laki - laki telinga berair artikoantral 2008 krispina 364268 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 nurlela 368805 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 randi manuel 360814 11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 wahyudi riski tarigan 362708 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 ria pardam l gaul 367280 41-50 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 bismi suriyadi 363638 11-20 laki - laki nyeri telinga tubatimpani 2008 susi wanti tumorang 364000 11-20 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 wisman berni 362817 51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 setuju bangun 362599 51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani 2008 lesman sianturi 361833 11-20 laki - laki telinga berair artikoantral 2008 siti asri panggabean 362596 51-60 perempuan telinga berair tubatimpani 2008 rudi haryono siregar 365361

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 gompar napit 366325


(2)

2008 suryani 367379

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 sri wahyuni 374935

21-30 perempuan telinga berair artikoantral

2008 aldi taiso 363736

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 jahiya tumanggor 362555

51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 repita bakara 372335

51-60 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 pirhot pardede 368120

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 cut herawati pane 365335

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 a jonatan tarigan 375539

61-70 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2008 sarah tarigan 369154

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 kimin narita sitompul 368940

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 saril 363576

31-40 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2008 darman meliala 361494

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 juiana manao 363117

21-30 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2008 generi perangin angin 362408

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 lena trina sinambela 364282

11

-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 dasmiati situmorang 366197

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 hariyanto 414294

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 baik sitepu 4789

51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 aritha ginting 87691

41-50 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 firman hamonangan 330172

41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 kasrin sebayang 222854

41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 tengku hazmi 289257

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 m. ridwan 314421

11-20 laki - laki

telinga berair,nyeri


(3)

2009 dahliana simanjuntak 388967 20 perempuan telinga tubatimpani 2009 adely febrina 383962 0-10 perempuan nyeri telinga tubatimpani 2009 rasad angkat 374304

41-50 laki - laki nyeri telinga tubatimpani

2009 emy marliani 409652

21-30 perempuan

telinga berair, nyeri

telinga, berbau busuk artikoantral 2009 melda simangunsong 320197

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 mampe silitonga 306661

51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 ringan perangin angin 314316

61-70 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 minus simanjuntak 57385

51-60 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 padrepio sitepu 320663 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani 2009 ida sari pohan 238054

61-70 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 dian mala 187 1120 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 rahaya a mst 323034

11-20 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 jeksi harahap 378007

41-50 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 candra auliadi ginting 379375 0-10 laki - laki nyeri telinga tubatimpani 2009 zulfitri 315294

51-60 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 sadam hanip 374780

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 muklis nasution 359421

21-30 laki - laki

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 budi manda putra 379762

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 anita fitria nst 378447

11-20 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 h. ginagan hsb 379498

61-70 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 irma hennyanti 378051

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 eko syahputra warau 354234

11-20 laki - laki nyeri telinga artikoantral

2009 hanny f rajagukguk 401546

11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2009

yeni paratika br

tarigan 400780 0-10 perempuan berbau busuk artikoantral


(4)

40 telinga 2009 suhendi 391467

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 ramawati 399243

11-20 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 manajib 389846

11-20 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009

novalia boang

manaluh 398843

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 ersan 384235

11-20 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 romida hutahurup 386061

31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 sahat napitupulu 375498

51-60 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 lijah 407405

11-20 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 teja prayuda 400012 0-10 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 panggabean sitio 413420

31-40 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga artikoantral

2009 salmah 391731

21-30 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 budina jaluthu 394162

41-50 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009

andi wiranata

sembiring 397027

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 jadi situmorang 392916

51-60 laki - laki

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 sodikania gulo 384118

31-40 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 mutia rafika 384649

11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 roni silitonga 389452

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 tiamsi 388639

41-50 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 elfrida sinurait 375956

21-30 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 hasrizal ST 378017

31-40 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 eko setiawan 359631

11-20 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga artikoantral

2008 hasan 355817

21-30 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga artikoantral


(5)

2008 gempar napit 366325

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 deni afrizal 353126

21-30 laki - laki

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2008 beni situmorang 374204

41-50 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 rosita nababan 359376

21-30 perempuan

telinga berair, berbau

busuk tubatimpani

2008 rizki kristian zega 358788 0-10 laki - laki telinga berair artikoantral 2008 ginal 350442

21-30 laki - laki

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2008 surya tambunan 357722

11-20 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 ramzy aulia 338405

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 sukiman 350530

41-50 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga artikoantral

2009 tommy 389302 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani 2009 robiansyah 410594

21-30 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga artikoantral

2009 bunharun sihombing 393108

21-30 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga artikoantral

2009 supri 414680

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 panggabean sitio 413420

31-40 laki - laki telinga berair artikoantral

2009 retno 379498

61-70 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009

friska wulan dari

marpaun 380264 0-10 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 riska fsisayanti amelia 378383

11-20 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 gampar napit 366325

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 afranyah 412209 0-10 laki - laki telinga berair tubatimpani 2009 azka 405010 0-10 perempuan telinga berair tubatimpani 2009 mutiar afrilda ginsang 408451 0-10 perempuan

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2008 roknihut sianturi 315127

41-50 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 Paol 330339

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 hakim albana 340686

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani


(6)

40 2009 elfrida sinurait 375956

21-30 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2009 dinda mariana gultom 379789 0-10 perempuan

telinga berair, berbau

busuk tubatimpani

2008 andru sitepu 374204

41-50 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga tubatimpani

2009 supriadi 413163

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 zuliqbal 154038

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 zamzami 378933

11-20 laki - laki telinga berair artikoantral

2009 olly firdiyansyah 381431

31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 irmahenyanti 378051

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2008 supiandi hadi 371386

11-20 laki - laki telinga berair tubatimpani

2008 indah permata sari 358771

11-20 perempuan

telinga berair, nyeri

telinga, berbau busuk artikoantral 2009

labora sinta

simalango 391228

21-30 perempuan

telinga berair, berbau

busuk tubatimpani

2008 amir mirza 350437 0-10 laki - laki nyeri telinga artikoantral 2009 sendi syahputra 413027

11-20 laki - laki

telinga berair,nyeri

telinga artikoantral

2009 romida hutahuruk 386061

31-40 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 zaiya 401683

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2009 sri willi 410665

21-30 perempuan telinga berair artikoantral

2009 eka suryani 379461

21-30 perempuan telinga berair tubatimpani

2009

joni posta perangin

angin 378278

11-20 laki - laki telinga berair artikoantral

2008 anisa aulia zahra 370049 0-10 perempuan telinga berair tubatimpani 2009 laila 377925

51-60 perempuan

telinga berair, berbau

busuk artikoantral

2008 herman harahap 260120

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani

2009 mariati ginting 257234

21-30 perempuan nyeri telinga tubatimpani

2009 binul fahmi 263937

21-30 laki - laki telinga berair tubatimpani