Pertanian Kopi Di Desa Tamba Dolok Kabupaten Samosir (1992-2002)

BAB II
KONDISI DAN PERTANIAN MASYARAKAT DESA TAMBA DOLOK SEBELUM
TAHUN 1992

Desa Tamba Dolok merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sitiotio
Kabupaten Samosir. Jarak antara Desa Tamba Dolok dengan Kecamatan Sitiotio sekitar 12
km, sedangkan ke pusat Kabupaten Samosir sekitar 15 km. Desa Tamba Dolok merupakan
suatu desa kesatuan dengan nama Negeri Tamba, yang pada saat sekarang Negeri Tamba itu
terdiri dari 4 desa, yaitu desa Cinta Maju, Desa Parsaoran, Desa Janjimaria dan Desa Tamba
Dolok. Sebenarnya masyarakat yang tinggal di Negeri Tamba tidak tahu secara pasti kapan
terbentuknya negeri ini8.
Asal mula Negeri Tamba ini diambil dari nama orang yang pertama datang ke Desa
Tamba yaitu si Tamba Tua yang merupakan nenek moyang dari Marga Tamba, ini terbukti
dimana mayoritas penduduk

Negeri

Tamba adalah marga Tamba yang merupakan

keturunan dari Raja Tamba Tua. Kalaupun sekarang ada beberapa marga yang lain dari
marga Tamba, itu pasti ada hubungannya dengan marga Tamba tesebut. Asal nama Desa

Tamba Dolok karena desa ini terletak berada paling atas ( dataran tinggi) dari permukaan
Danau Toba dibanding dengan desa yang lain yang ada di Negeri Tamba. Pada tahun 2010

8

Wawancara, dengan Osdeman Gultom, tanggal 17 Januari 2013, Desa Janjimaria Kecamatan Sitio-

tio.

11
Universitas Sumatera Utara

terjadi pemekaran desa di Desa Tamba Dolok yaitu Desa Tamba Dolok sebagai desa induk
dan Desa Janjimaria sebagai desa pemekaran9.
Desa Tamba Dolok terletak di Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir yang
berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sihotang,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Siria ria Kabupaten Humbahas,
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Maju,
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutagalung Kec.Harian.

Desa Tamba Dolok terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Sitonggor, Sosortoruan,
Sitoluoppu dengan jumlah penduduk 1.692 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga 417 kk10.
Luas Desa Tamba Dolok secara keseluruhan yaitu 12,69 km2 . Dan kepadatan penduduknya
sekitar 133,3 jiwa/km. Bila ditinjau dari luas daerah ini secara keseluruhan berdasarkan
penggunaan tanahnya maka kehidupan penduduknya diwarnai dengan kehidupan agraris.
Pola pemukiman penduduk Desa Tamba Dolok, umumnya berada di tepi jalan lintas
desa, berderet rapat dan juga berhadap-hadapan satu sama lain yang hanya dibatasi oleh
halaman rumah dengan rumah lainnya. Biasanya pemukiman di desa ini dibatas-batasi yang
disebut dengan pembatasnya adalah Banjar11. Jarak antara rumah yang satu dengan yang

9

Pemerintah Desa Tamba Dolok, Peraturan Desa tentang RPJM Desa Tamba Dolok, Samosir:
Pemerintah desa, 2012.hal.10.
10
Badan Pusat Statistik Samosir.
11
Banjar adalah istilah dalam bahasa setempat yang atinya gang (semacam gang), gang di desa ini
adalah dibatasi dengan halaman rumah.


12
Universitas Sumatera Utara

lainnya hanya sekitar 2 meter saja, hanya dipisahkan dengan jalan kecil. Lokasi pemukiman
yang ada di desa ini dikelilingi oleh perladangan. Sehingga masyarakat yang berada di
pinggiran pemukiman hanya berjarak 10 meter dari perladangan. Masyarakat di Desa Tamba
Dolok ini rata-rata hidup sebagai petani, hanya sebagian kecil yang menjadi pegawai negeri
namun itupun tetap bertani. Penduduk di desa ini semuanya bersuku Batak Toba dan
sebagian besar bermarga Tamba. Kemudian agama yang mereka anut itu adalah Kristen
Protestan dan sebagian kecil beragama Khatolik.
Adapun sarana dan prasarana di desa ini sangat minim, terutama di bidang kesehatan
dan pendidikan. Di bidang kesehatan sebelum tahun 1992, puskesmas belum

ada.

Masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalau pun mau berobat secara
medis akan menempuh jarak yang sangat jauh untuk menemukan puskesmas di kabupaten
maupun di seberang danau (Desa Simbolon). Sementara itu untuk bidang pendidikan di desa
ini, hanya memiliki satu Sekolah Dasar. Untuk Sekolah Lajutan Tingkat Pertama (SLTP),
masyarakat harus menyekolahkan anak-anaknya ke desa sebelah yaitu Desa Cinta Maju,

sedangkan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), masyarakat harus menyekolahkan
anaknya ke kabupaten. Untuk tempat ibadah di desa ini terdapat empat buah gereja yaitu tiga
gereja Kristen Protestan dan satu gereja Katholik.
Sampai tahun 1950-an, untuk sarana transportasi seperti kendaraan umum belum ada.
Apabila masyarakat di desa ini mau keluar dari desa harus jalan kaki sekitar 7 km dan
setelah jalan 7 km baru naik perahu ke Pangururan untuk pergi ke onan12 .

12
Onan adalah bahasa setempat untuk menyebut pasar dan biasanya pasar ini terjadi hanya sekali
dalam seminggu yaitu hari rabu.

13
Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya untuk melangsungkan kehidupannya masyarakat yang tinggal di desa
memiliki mata pencaharian sebagai petani. Bertani sudah mendarah daging dan dilakukan
secara turun-temurun. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari-hari

terutama bagi


masyarakat yang tinggal di dekat pegunungan. Perekonomian masyarakat ini pada umumnya
bergantung pada pertanian dan sering sekali disebut sebagai petani subsisten. Hal ini juga
yang terjadi pada Desa Tamba Dolok yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada
pertanian.
Sebelum tahun 1992 mata pencaharian masyarakat Desa Tamba Dolok menanam
padi dan bawang sedangkan ubi, jagung, dan pisang adalah sebagai tanaman tambahan saja.
Tingkat perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan
perekonomian yang tergolong rendah. Pertanian yang seperti ini juga terkadang bergantung
pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen. Masyarakat Desa Tamba Dolok
dengan kondisi yang masih tertinggal melakukan pertanian dengan mengandalkan tenaga
keluarga dan hanya menggunakan alat pertanian yang sederhana. Seperti cangkul, sabit, dan
yang lainnya, sedangkan untuk membajak persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya
seperti tenaga hewan yaitu tenaga kerbau. Pengetahuan tentang pertanian juga masih
berdasarkan pengalaman dari masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka.
Berikut ini ada beberapa tanaman pokok yang dijadikan masyarakat sebagai mata
pencaharian utama :

14
Universitas Sumatera Utara


2.1. Pertanian Padi
Tanaman padi adalah tanaman yang sangat dibutuhkan di desa ini karena merupakan
tanaman pokok bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup.
Pertanian padi yang ada di Desa Tamba Dolok ini tidak diketahui tepatnya kapan dimulai
tetapi jelas diketahui bahwa pertanian padi ini sudah turun-temurun dan mendarah daging di
kehidupan masyarakatnya bahkan dari nenek moyang mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat desa ini sudah tidak nomaden lagi. Masyarakat sudah menetap dan melakukan
pertanian selama berpuluh-puluh tahun yang lalu sekalipun pertanian yang dilakukan tersebut
masih secara tradisional.
Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat pada waktu itu. Padi
juga merupakan tanaman pokok dan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi
masyarakat tanpa melalui pasar karena padi ditanam sendiri oleh masyarakat tersebut sebagai
petani subsisten . Biasanya padi ditanam dua kali dalam setahun oleh masyarakat Desa
Tamba Dolok, dan

menyebutnya dengan marsitalolo13. Selain

masyarakat desa ini

menanam padi masyarakat juga menanam ubi, jagung, dan pisang sebagai tanaman

tambahan. Tujuan penanaman tanaman tambahan ini bukan saja sebagai aktivitas ketika
menunggu padi siap untuk di panen namun juga untuk makanan tambahan. Sudah menjadi
sebuah kebiasaan di Desa Tamba Dolok dan di berbagai daerah lainnya yang berada di
Kabupaten Samosir bahwa sebelum makan nasi, mereka terlebih dahulu makan ubi14. Hal ini
bertujuan untuk menghemat persediaan beras yang terbatas. Untuk lauknya biasanya
13

Marsitalolo adalah istilah untuk kegiatan pertanian yang menanam padi dua kali dalam setahun.
Istilah ini sudah sangat jarang di dengar oleh masyarakat untuk saat ini.
14
Kegiatan ini biasanya disebut dengan budaya ‘manggadong’ pada masyarakat Batak Toba yang
tinggal di Kabupaten Samosir.

15
Universitas Sumatera Utara

masyarakat di desa ini pergi ke danau untuk memancing dan terkadang juga berburu ke
hutan. Masyarakat Desa Tamba Dolok ini juga memelihara hewan ternak seperti ayam, babi,
kerbau, kambing,dll. Hewan ini bukan untuk dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Jadi
ketika masyarakat di desa ini kedatangan tamu, mereka tidak kewalahan harus pergi ke onan

untuk membeli hewan karena sudah ada hewan peliharaan mereka sebagai persediaan lauk
mereka.
Tanaman padi ditanam dua kali dalam setahun. Biasanya masyarakat menanam jenis
padi yang berumur sekitar 4-5 bulan. Jenis padi yang ditanam ada banyak seperti Apollo,
Sigabetaon, Siperak, dll. Musim penanaman padi di Desa Tamba Dolok yaitu dimulai bulan
November sampai Desember, dan musim panen itu sekitar bulan April sampai Mei.
Kemudian berlanjut dengan penanaman lagi pada bulan Juni tahun itu juga15. Hal inilah
salah satu penyebab yang membuat penurunan hasil panen padi di daerah ini. Selain unsur
hara dan mahalnya harga pupuk saat itu, kemudian dibarengi juga dengan lahan yang tidak
pernah istirahat dan selalu ditanam tanpa jedah waktu sehingga mengakibatkan penurunan
hasil panen. Pada saat itu, harga pupuk sangat tinggi dan masyarakat setempat tidak sanggup
membeli pupuk untuk menyuburkan tanah. Meskipun pupuk kandang tersedia namun tidak
bisa sepenuhnya untuk menyuburkan tanah karena jika areal persawahan memakai pupuk
kandang ke daerah persawahan maka padi yang masih berumur 2 minggu itu akan habis di
makan oleh hama yang berasal dari pupuk kandang tersebut. Padi tersebut akan rusak dan

15

Wawancara, dengan Mordita Naibaho, tanggal 17 Januari 2013, Desa Janjimaria Kabupaten


Samosir.

16
Universitas Sumatera Utara

timbul bercak-bercak pada daun padi. Masyarakat sering menyebut keadaan padi tersebut
dengan istilah Gatipon16.
Untuk mengurangi kegagalan panen, masyarakat petani di daerah ini berinisiatif
untuk penanaman padi menjadi sekali dalam setahun. Akan tetapi penanaman padi yang
akan berubah menjadi sekali dalam setahun ini menjadi masalah bagi masyarakat karena
akan berkurangnya hasil padi, oleh sebab itu masyarakat harus lebih memperhatikan proses
pertanian dan cara bercocok tanam yang lebih baik. Masyarakat harus mulai membangun
sistem irigasi agar memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk menunggu padi di panen
masyarakat biasanya menanam ubi dan jagung. Karena umumnya di Desa Tamba dolok ini
biasanya menyisakan lahan untuk berladang seperti untuk menanam ubi, sayuran, dll. Lahan
yang disisakan itu adalah lahan yang tidak bisa ditanami padi karena lahan tersebut terjal dan
tidak ada saluran irigasi. Setelah panen selesai masyarakat mengistirahatkan lahan
persawahan tersebut sambil menunggu bulan November untuk ditanam kembali.
Dalam mengerjakan lahan pertanian mulai dari penanaman sampai dengan panen
masyarakat Desa Tamba Dolok biasanya melakukannya dengan sistem marsirippa, yaitu

saling membantu dengan perjanjian tenaga diganti dengan tenaga17. Dalam pengolahan lahan
pertanian masyarakat Desa Tamba Dolok masih belum menggunakan traktor melainkan
dengan tenaga kerbau untuk membajak lahan pertanian. Lahan yang digunakan oleh
masyarakat sebagai lahan untuk persawahan hanyalah lahan yang bisa dialiri oleh sungai dan

16

Gatipon adalah kerusakan yang diakibatkan hama tanaman dengan tanda-tanda timbulnya bercakbercak kuning di daun padi dan membuat padi tidak berdaun.
17
Marsirippa adalah sebuah istilah dengan bahasa setempat masyarakat yang artinya saling tolong
menolong dengan cara bergantian ke ladang petani dalam setiap penanaman maupun panen. Hal ini dilakukan
sendiri oleh petani yang mempunyai lahan persawahan.

17
Universitas Sumatera Utara

yang agak landai. Karena lahan di daerah Desa Tamba lebih banyak terjal dan bebatuan, ini
diakibatkan letak desa tersebut sangat dekat dengan pegunungan.
Dengan sedikitnya lahan yang bisa digunakan untuk penanaman padi membuat
masyarakat desa ini tetap menanam ubi dan jagung serta pisang sebagai tanaman tambahan.

Untuk menghemat pengonsumsian terhadap beras sebelum makan nasi masyarakat memakan
ubi dulu. Bukan hanya itu saja, masyarakat juga ada yang mencampur jagung dan beras
untuk dibubur. Masyarakat di Desa Tamba Dolok juga memanfaatkan ubi dan jagung untuk
jajan anak-anak. Mengingat pada waktu itu, jajanan yang instan belum ada ditemui di Desa
Tamba Dolok.
Lahan yang ditanami padi adalah lahan-lahan yang dialiri air sungai. Karena
minimnya sistem irigasi yang ada di desa tersebut. Masyarakat hanya menanam lahan yang
bisa dijangkau oleh air sungai. Pada saat itu, pompa air seperti alat untuk mengaliri lahan
kering juga belum ada. Desa ini mempunyai lahan yang terjal karena terletak di kaki
pegunungan. Hasil panen yang dihasilkan setiap tahunnya belum tentu bisa mencukupi
pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Tamba Dolok sekalipun hasil panen baik.
Sehingga untuk menghindari resiko gagal panen, masyarakat berusaha dengan menanam
tanaman palawija dan juga menanam umbi-umbian. Hal ini untuk berjaga-jaga kalau-kalau
beras pada akhir tahun akan habis sebelum tiba saat untuk memanen lagi.
Dalam hal pemupukan tanaman padi masyarakat desa ini hanya melakukan sekedar
saja dan biasanya hanya sekali pemupukan18. Hal ini dikarenakan oleh tingginya harga

18

Wawancara, dengan Mordita Naibaho, tanggal 17 Januari 2013, Desa Janjimaria Kabupaten

Samosir.

18
Universitas Sumatera Utara

pupuk sedangkan masyarakat tidak sanggup untuk membeli pupuk. Saat itu pupuk yang
tersedia adalah pupuk non subsidi karena pupuk subsidi pemerintah baru muncul di tahun
2000-an. Untuk lahan seluas setengah hektar masyarakat hanya menggunakan pupuk sekitar
8-10 kg dari mulai menanam sampai panen. Masyarakat di desa ini untuk menyebutkan luas
tanah dengan ukuran per rantai. Luas setengah hektar itu sama dengan 2 rantai sawah,
menurut penilaian masyarakat setempat19. Masyarakat sering mengalami kegagalan panen
karena tidak mampu mengatasi masalah kekurangan pupuk untuk kesuburan tanah.
Kalaupun ada masyarakat yang mampu membeli pupuk namun mereka pasti enggan untuk
melakukan pemupukan karena jika gagal panen maka hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan pengeluaran yang sudah ada. Selama pertumbuhan tanaman padi, sangat dianjurkan
pemupukan yang ideal. Ketika padi yang kekurangan salah satu unsur pokok pada
pertumbuhan akan menyebabkan tanaman padi tumbuh tidak normal seperti pertumbuhan
terhambat, anakan padi berkurang, rentan terhadap penyakit dan hama tanaman. Oleh karena
itu komposisi pemberian pupuk yang tepat adalah nitrogen, fosfor,dan kalium20. Pemberian
komposisi pupuk ini terkandung dalam jenis pupuk Urea, pupuk TSP dan pupuk KCL.
Pemupukan yang ideal itu biasanya dilakukan dengan beberapa tahap seperti satu hari
sebelum/sesudah tanam, kira-kira satu bulan setelah tanam, 45 hari setelah tanam. Sementara
di Desa Tamba Dolok ini, pemupukan tanaman padi hanya dilakukan sekali saja dan ada
sebagian masyarakat yang hanya memupuk tanamannya dengan satu jenis pupuk saja,
sehingga hasil pertanian kurang memuaskan.

19

Luas satu rantai persawahan berukuran 20x20 meter. Wawancara, dengan Jalo Tamba, tanggal 18
Januari 2013, Desa Janjiimaria Kabupaten Samosir.
20
Suparyono dan Agus Setyono, Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi, Jakarta: Penebar
Swadaya,1997, hal 49.

19
Universitas Sumatera Utara

Untuk biaya pengolahan lahan masyarakat tidak mengeluarkan biaya karena mereka
melakukannya dengan sistem marsirippa.

Selain resiko gagal panen diakibatkan oleh

minimnya pemakaian pupuk untuk kesuburan tanah, resiko lain juga ada yaitu serangan
hama tanaman seperti tikus yang merusak tanaman padi, ada juga karena kondisi alam, ketika
padi sudah mulai merunduk tiba-tiba datang angin kencang (dalam bahasa setempat dikenal
dengan alogo) yang dapat merusak tanaman padi dan membuat padi rusak dan berjatuhan.
Hal ini yang bisa membuat gagal panen. Apabila panen berhasil masyarakat biasanya
menghasilkan 90 ampang padi. (Ampang dalam bahasa setempat adalah alat ukur untuk padi
yang dihasilkan, satu ampang itu berkisar 1 kaleng padi sama dengan 10 liter padi). Untuk
setengah hektar luas lahan, atau sekitar dua rantai persawahan membutuhkan bibit kurang
lebih 30 kaleng padi. Namun apabila masyarakat mengalami gagal panen, hasil yang
didapat

tidak sebanding dengan bibit dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan

untuk

membeli pupuk yang dibutuhkan. Jika gagal panen biasanya dengan bibit 30 ampang padi
itu hanya memperoleh hasil sekitar 50-60 kaleng padi. Hal ini tidak sesuai lagi dengan biaya
dan tenaga yang sudah dikeluarkan. Hasil yang didapatkan ini tentu saja tidak mencukupi
untuk persediaan selama setahun untuk satu keluarga. Oleh sebab itu masyarakat menanam
tanaman tambahan seperti ubi,jagung, dan pisang.
Dari tahun ke tahun produksi padi di Desa Tamba Dolok mengalami penurunan yang
drastis. Semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil panen padi.
Tanaman padi yang menjadi tanaman inti di desa ini menjadi merosot dan menghantar
masyarakat pada kemiskinan dan mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah tingkat
perekonomian ini akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila masyarakat

20
Universitas Sumatera Utara

tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain yang lebih mampu
meningkatkan kehidupan mereka. Tanaman padi yang ditanam secara serentak pada bulan
November belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan hati para petani, dan tidak dapat
dipastikan hasil setiap tahunnya.
Akibat penurunan hasil tanaman padi dalam pertanian masyarakat yang cenderung
tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun, maka sulit bagi para petani untuk
tetap bertahan dengan menanam padi saja. Masyarakat tidak jarang hanya memakan ubi di
pagi hari dan memakan nasi pada siang harinya untuk menghemat beras tersebut. Hasil
panen yang dihasilkan biasanya untuk kelangsungan hidup selama setahun. Namun tidak
jarang juga masyarakat harus menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya,
itupun jika hasil panen bagus. Namun lain lagi jika para petani mengalami kegagalan panen,
masyarakat harus berusaha menghemat dan menanam jagung dan ubi supaya bisa membantu
biaya untuk kehidupan sehari-hari.
Keterbatasan ekonomi di Desa Tamba Dolok sebelum tahun 1960 sangat jelas
kelihatan. Ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Sebelum tahun 1960 pendidikan
di Desa Tamba Dolok ini sangat rendah, masih banyak masyarakat yang menyekolahkan
anaknya hanya sebatas sekolah dasar dan yang paling tinggi saat itu adalah hanya setingkat
SLTP21. Rendahnya perekonomian masyarakat yang hanya mengandalkan tanaman padi
sebagai mata pencaharian juga dapat dilihat dari bentuk-bentuk rumah yang ada di Desa
Tamba Dolok. Rumah-rumah masih sangat sederhana seperti rumah gubuk kecil dan masih
banyak ditemukan rumah-rumah penduduk yang berlantai tanah. Sekalipun ada yang sudah

21

Wawancara, dengan Rustini Tamba, tanggal 27 maret 2013, Desa Janjimaria Kabupaten Samosir.

21
Universitas Sumatera Utara

mempunyai rumah bolon (rumah adat) itu adalah beberapa orang saja, karena masyarakat
yang mempunyai rumah bolon adalah masyarakat yang sudah dikategorikan kaya pada saat
itu22. Pembangunan terhadap infrastruktur belum maju di Desa Tamba Dolok, salah satu
contohnya adalah sekolah yang ada di desa ini hanya sekolah dasar.

2.2. Pertanian Bawang
Akibat hasil tanaman padi yang sangat menurun masyarakat

kesulitan terhadap

kelangsungan hidupnya. Hal inilah yang membuat perekonomian masyarakat hanya seperti
jalan di tempat. Berkurangnya tanaman padi dari tahun ke tahun membuat masyarakat
berpikir dan melirik tanaman yang lebih cocok untuk kondisi tanah di desa tersebut.
Tanaman bawang adalah tanaman yang berhasil mencuri perhatian masyarakat desa ini, hal
ini disebabkan oleh harga bawang yang lumayan tinggi kemudian masa panen bawang
yang relatif singkat yaitu hanya tiga bulan saja mulai dari penanaman sampai dengan panen.
Pertanian bawang bisa mengantarkan masyarakat ke kehidupan yang lebih layak.
Tanaman bawang pertama kalinya masuk ke daerah Pangururan sekitar tahun 1950,
akan tetapi masuk ke Desa Tamba Dolok baru tahun 1960-an yang dibawa oleh masyarakat
yang pergi ke onan. Masyarakat Desa Tamba Dolok masih sangat kurang pengetahuannya
tentang tata cara penanaman bawang sehingga tidak serentak melakukan penanaman bawang.
Namun, ada beberapa kelompok

masyarakat yang

berani

mengambil resiko untuk

melakukan penanaman bawang dan ternyata mereka berhasil dan mendapat untung yang

22

Wawancara, dengan Geloria Lumban Gaol, tanggal 17 Januari 2013,Desa Janjimaria Kabupaten

Samosir.

22
Universitas Sumatera Utara

banyak saat itu. Melihat keberhasilan tersebut, banyak masyarakat lain yang tertarik dan
berlomba-lomba untuk menanam tanaman bawang. Sehingga hampir semua masyarakat di
Desa Tamba Dolok ini melakukan penanaman bawang.
Jenis tanaman bawang yang ada di Desa Tamba Dolok ini ada bermacam-macam
seperti bawang merah, bawang putih, bawang rambut (sering disebut dengan bawang batak),
bawang pre ( ini sering dikenal dengan bawang sup)23. Namun jenis tanaman bawang yang
sering di tanam oleh masyarakat Desa Tamba Dolok hanya bawang merah dan bawang
putih. Bawang batak hanya untuk dikonsumsi sendiri oleh masyarakat setempat karena tidak
terlalu banyak permintaan di pasar. Bawang pre juga ditanam namun tidak bisa tumbuh
dengan subur dan tidak menghasilkan hasil yang baik, padahal kalau ditinjau dari segi cuaca
yang dingin dan iklim yang sejuk, bawang sup ini sangat cocok ditanam di daerah ini karena
berada di dataran tinggi. Permintaan terhadap bawang pre yang rendah juga mengakibatkan
masyarakat tidak terlalu membudidayakan jenis bawang ini di Desa Tamba Dolok.
Sekali pun masyarakat desa ini menanam bawang, namun mereka tidak meninggalkan
tanaman padi. Hanya saja padi yang ditanam tersebut tidak sebanyak seperti sebelum
menanam bawang. Padi yang ditanam sekali dalam setahun ini hanya untuk kebutuhan
mereka saja. Tanaman ubi, jangung serta pisang juga tidak mereka tinggalkan karena
tanaman tersebut bisa ditanam berdampingan dengan tanaman bawang. Tanaman bawang
menjadi tanaman utama masyarakat desa ini. Tapi tidak jelas diketahui tahun berapa
masyarakat menanam bawang secara keseluruhan di Desa Tamba Dolok ini.Bawang
sebagai tanaman pokok tersebut terlihat dari banyaknya peralihan dari ladang ubi menjadi
23

Wawancara, dengan Geloria Lumban Gaol, tanggal 20 Agustus 2012, Desa Janjimaria Kabupaten

Samosir.

23
Universitas Sumatera Utara

ladang bawang. Sedangkan ubi ataupun jagung hanya di tanam di sela-sela tanaman bawang
tersebut. Tidak ada lagi perladangan yang khusus untuk ubi maupun untuk jagung.
Dalam

hal

penanaman

tanaman

bawang

ini,

masyarakat

tidak

serentak

melakukannya seperti halnya mereka menanam padi. Bawang yang paling dominan mereka
tanam adalah jenis bawang merah. Proses penanaman bawang sampai dengan panen hanya
memakan waktu 3 (tiga) bulan. Hal ini tergolong cepat, hanya saja cara untuk mengurus dan
memelihara tanaman bawang ini sangatlah rumit karena membutuhkan perawatan dan juga
pengendalian hama serta pupuk yang cukup.
Tanaman bawang mendapat respon baik dari masyarakat Desa Tamba Dolok dan
dijadikan sebagai tanaman pokok. Oleh sebab itu

penduduk berlomba-lomba untuk

menanam tanaman bawang. Hal ini dibarengi juga dengan harga bawang yang melonjak pada
saat itu, selain hal tersebut bawang dari desa ini yang mempunyai nilai kualitas yang bagus
dan mempunyai harga yang tinggi dan masyarakat dari luar samosir menyebutnya dengan
“bawang Samosir”. Penanaman

bawang biasanya dilakukan oleh masyarakat setelah

penanaman padi pada bulan Januari sampai padi dipanen. Bawang biasanya ditanam tiga kali
dalam setahun. Masyarakat menanam bawang

setelah menanam padi. Biasanya bulan

Januari masyarakat lebih banyak menanam bawang merah. Hal ini dikarenakan cuaca dan
juga untuk mengejar harga pada bulan April24.
Pada tahun 1970-an, bawang menjadi tanaman primadona di daerah ini. hal ini
diakibatkan oleh harga bawang yang terus melonjak tinggi dipasaran. Permintaan terhadap

24

Wawancara, dengan Lasmian Naibaho, tanggal 03 Januari 2013, Desa Janjimaria Kabupaten

Samosir.

24
Universitas Sumatera Utara

bawang terus meningkat terutama dari daerah daerah lain di luar Kabupaten Samosir seperti
Sidikalang,dll. Harga bawang yang melonjak ini membuat masyarakat Desa Tamba Dolok
lebih banyak memperluas lahan untuk menanam tanaman bawang sehingga sangat jarang
ditemui lahan khusus ubi maupun lahan untuk jagung. Harga bawang pada saat itu adalah
berkisar Rp.4500-5500 per tumbanya25.

Harga yang diberikan tergantung pada kualitas

bawang yang di pasarkan seperti besar umbinya, bawang tidak busuk, serta tergantung pada
warna yang bagus untuk ukuran bawang. Semakin merah bawang yang dipasarkan maka
semakin mahal harga bawang tersebut.
Harga bawang merah dan bawang putih memang sama-sama tinggi namun karena
bawang putih lebih jarang di tanam di daerah ini, sehingga lebih banyak permintaan terhadap
bawang putih. Bisa dipastikan harga bawang putih lebih mahal dibandingkan bawang merah.
Bawang putih hanya ditanam sekali dalam setahun. Ada juga masyarakat yang menanam
bawang putih dua kali dalam setahun namun tidak sebanyak menanam bawang merah karena
bawang putih sangat rentan terhadap hama tanaman seperti “gulma” dan juga sangat sensitif
pada curah hujan. Bawang putih ini sangat sulit pemasarannya. Hanya sedikit tauke yang
mau menjadi “tauke bawang putih”. Hal ini

dikarenakan pemasaran sulit serta peluang

untuk mendapat keuntungan sedikit diakibatkan banyaknya produksi bawang merah.
Ada hal yang unik pada pertanian masyarakat desa ini. Ketika masyarakat selesai
memanen padi maka untuk memanfaatkan sisa bekas batang padi (jerami). Selain untuk
menghemat tenaga untuk mencari daun- daunan sebagai penutup bawang putih masyarakat

25

4500-5500 rupiah pada tahun 1970-an adalah sama halnya dengan nilai yang sekarang sekitar 45.000
– 55.000 rupiah per tumbanya. 1 tumba sama dengan 2 liter sama dengan 1,8 kg. Wawancara, dengan Geloria
Lumban Gaol, tanggal 19 Agustus 2012, Desa Janjimaria Kabupaten Samosir.

25
Universitas Sumatera Utara

lebih menggunakan sisa batang padi (jerami) yang sudah dipanen untuk menutupi bawang
putih. Masyarakat menutupi bawang putih dengan jerami ataupun dedaunan yaitu untuk
menghindari serangan hama seperti burung. Alasan lain masyarakat menutupi bawang putih
supaya bawang putih yang ditanam tersebut cepat tumbuh dan berkembang. Selain itu
penutupan (mulsa) dari jerami berfungsi untuk mempertahankan suhu dan kelembapan
permukaan tanah disamping memperbaiki strukturnya26. Ada juga masyarakat yang
memanfaatkan sisa batang padi tersebut menjadi pupuk organik yang digunakan untuk
menambah pupuk yang digunakan ke tanaman bawang. Bawang putih biasanya di tanam
pada bulan April dan bulan Juli. Pada bulan Juli ini lah masyarakat memanfaatkan bekas
batang padi untuk penutup bawang putih yang ditanam. Masyarakat biasanya tidak menanam
bawang putih pada bulan Oktober karena curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan
bawang akan busuk dan tidak tumbuh dengan baik. Masyarakat pada bulan Oktober sampai
bulan Desember lebih fokus ke pertanian padi yaitu pada saat padi akan ditanaman sampai
selesai penanaman.
Dalam melakukan pertanian bawang, sangat banyak dibutuhkan pupuk baik pupuk
kimia maupun pupuk organik (pupuk kandang). Tidak begitu jelas berapa banyak pupuk
kimia yang digunakan di dalam pengurusan bawang tetapi menurut pengakuan masyarakat,
penggunaan pupuk kimia lebih banyak diberikan pada bawang daripada padi pada luas lahan
yang sama, belum lagi dengan penambahan pupuk kandang serta pemberian pupuk kandang
pada saat mengolah tanah sebelum menanam bawang tersebut. Pemberian pupuk dilakukan
dua tahap yaitu ketika bawang berumur 2 minggu dan 4 minggu.

26

Tim Penulis PS, Bawang Putih Dataran Rendah, Jakarta: Penebar Swadaya, 1992, hal. 35.

26
Universitas Sumatera Utara

Pemberian pupuk yang ideal terhadap pertanian bawang adalah:
a. Dosis pupuk 100-120 kg N, 150 kg P2O5, dan 100 kg K2O per hektar atau setara
dengan 222-267 kg Urea atau 476 kg ZA + 489 kg TSP,217 kg KCL per hektar.
Pemberian pupuk tersebut dilakukan dua kali yaitu ketika umur bawang 2 minggu
setelah tanam dengan pupuk TSP dan KCL serta setengah dosis pupuk urea atau ZA,
dan setelah berumur sekitar sebulan setelah tanam, baru diberikan lagi sisa setengah
dosis Urea dan ZA tersebut.
b. Dosis pupuk NPK sebanyak 300-400 kg per hektar. Setengah dosis diberikan pada
saat tanam, yakni dicampur merata dengan tanah. Setengah dosis sisanya diberikan
pada saat tanaman bawang berumur 1-2 minggu dengan cara disebarkan diantara
barisan tanaman kemudian ditutup dengan tanah.27
Untuk pertanian bawang ini, sebagian masyarakat ada yang

membeli bibit dari

daerah lain, namun ada juga masyarakat yang menyisihkan hasil pertanian bawang mereka
untuk dijadikan bibit. Dari tahun ke tahun, produksi tanaman bawang yang ada di daerah ini
semakin banyak dan memuaskan. Dari hasil tanaman bawang masyarakat Desa Tamba Dolok
sudah mampu untuk membeli kebutuhan sekunder. Bahkan sudah banyak masyarakat yang
memiliki

kendaraan baik roda dua maupun roda empat seperti mobil pick up untuk

27
Rahmat Rukman, Bawang Merah: Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen, Yogyakarta: Kanisius,
1994, hal 35.

27
Universitas Sumatera Utara

mengangkut bawang. Akan tetapi ada juga masyarakat yang masih mengangkut bawang
dengan cara tradisional seperti dengan menggunakan tenaga kuda28.
Tanaman bawang sangat tergantung pada musim, maka musim hujan merupakan
musim yang sangat dihindari oleh masyarakat terutama saat mengelola pertanian bawang
karena jika bawang kebanyakan menerima curah hujan maka kemungkinan besar bawang
yang masih kecil akan busuk dan menjadi kerdil, sedangkan untuk bawang yang sudah mulai
bisa dipanen juga akan merugikan masyarakat karena umbi yang sudah membesar tersebut
akan lembek dan lambat laun akan membusuk juga. Petani bawang di desa ini lebih memilih
mengelola bawang pada musim kemarau karena penduduk lebih bisa mengatasi dan
menjauhi resiko gagal panen dengan menyiram bawang pada pagi hari maupun sore hari,
mengingat air tidak sulit di dapatkan di desa ini.
Jika dalam pertanian bawang terjadi curah hujan yang berlebihan maka akibatnya
umbi bawang yang masih kecil tidak akan tumbuh dengan baik dan juga sebagian akan
membusuk. Keadaan tersebut akan semakin besar kemungkinan terserang hama dan penyakit
tanaman. Hal ini menambah biaya produksi terhadap pertanian bawang karena akan
membutuhkan penyemprotan pestisida untuk mengurangi hama. Penyemprotan pestisida
dilakukan untuk memperbaiki bawang supaya tidak gagal panen.
Ketika panen bawang tiba, inilah saat yang sangat merepotkan bagi masyarakat
karena proses untuk mengurus bawang pasca panen sangat rumit. Bawang tersebut harus
dibersihkan dulu dari tanah dan daun bawang serta akar-akar bawang. Kemudian dilakukan
pengikatan antara bawang tersebut sehingga lebih mudah pengangkutan dari ladang ke
28

Wawancara, dengan Jalo Tamba, tanggal 21 Oktober 2012, Perumnas Simalingkar Medan.

28
Universitas Sumatera Utara

rumah. Bukan hanya itu saja bawang ini pun tidak bisa langsung dipasarkan setelah
dibersihkan harus dijemur dulu supaya mendapat warna yang bagus serta bawang tidak
lembek ataupun berair. Selain itu pengeringan dilakukan supaya bawang tidak mudah
terserang cendawan dan bakteri pembusuk. Pengeringan bawang tersebut dilakukan secara
tradisional yaitu dengan cara dijemur dibawah sinar matahari selama 1-2 minggu sambil
dibolak-balik hingga keringnya merata. Kalau masyarakat terlalu sibuk dan tidak mempunyai
waktu untuk melakukan pengeringan yang intensif, maka masyarakat biasanya akan
menggantungkan bawang di tempat pengeringan dan penyimpanan bawang. Biasanya
masyarakat menyimpan bawang di gudang yang tembus sinar yaitu gudang yang tidak
mempunyai dinding tetapi memakai atap saja.
Walaupun rumit mengurus bawang mulai dari penanaman sampai pasca panen,
namun tidak melunturkan semangat masyarakat Desa Tamba Dolok untuk tidak menanam
tanaman bawang lagi. Dengan tanaman bawang inilah kehidupan ekonomi masyarakat
mulai membaik. Ini dibandingkan dengan pendapatan ketika menanam padi. Kehidupan
masyarakat ketika melakukan pertanian padi sedikit berbeda dengan pertanian bawang. Dari
hasil pertanian bawang, masyarakat sudah bisa menyekolahkan anaknya sampai setingkat
SPG (Sekolah Pendidikan Guru) meskipun itu hanya beberapa orang saja. Dalam hal tempat
tinggal, pembagunan rumah juga sudah ada masyarakat yang meninggalkan rumah panggung
dengan membangun rumah semi permanen. Meskipun saat itu rumah semi permanen sangat
sulit ditemui di desa ini karena biaya untuk pembagunan rumah semi permanen sangatlah
mahal.

29
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan, sampai tahun 1990-an
masyarakat Desa Tamba Dolok masih menanam bawang sekalipun bawang pada saat itu
sudah mulai mengalami gagal panen. Masyarakat sudah banyak menjumpai tanaman bawang
yang ditanam sudah tidak sebagus seperti sebelumnya dan umbi nya semakin tahun semakin
kecil. Dengan kecilnya umbi bawang yang dihasilkan oleh petani bawang sehingga
penawaran terhadap harga bawang sangat jatuh dan rendah. Semakin tahun hasil pertanian
bawang semakin memburuk, diakibatkan mahalnya harga pupuk kimia dan semakin
banyaknya hama dan penyakit tanaman bawang yang terjadi di Desa Tamba dolok.
Biaya produksi dengan hasil panen yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan
masyarakat. Jelas saja karena harga bibit bawang, pupuk kimia, pestisida itu saja sangat
mahal sementara harga bawang sangat rendah. Harga yang rendah ini diakibatkan kualitas
bawang yang dihasilkan menurun serta kegagalan panen yang dialami oleh para petani.
Dengan keadaan yang seperti ini masyarakat dihadapkan pada keadaan yang terjepit dan
kesusahan. Dari tahun ke tahun produksi bawang semakin menurun dan membuat kehidupan
di daerah ini semakin sulit. Penyebab menurunnya produksi bawang dan kualitas bawang
yang rendah tidak begitu jelas diketahui masyarakat di desa ini karena pengetahuan tentang
pertanian hanya berdasarkan pengalaman saja. Masyarakat beranggapan tanaman bawang
tidak bagus lagi ditanam di desa ini karena unsur hara yang ada dalam tanah yang diperlukan
oleh tanaman bawang sudah berkurang. Jika masyarakat memperbaiki unsur hara dalam
tanah dengan pupuk, masyarakat kesulitan membeli pupuk karena harga pupuk mahal.
Selain itu, untuk ukuran memperbaiki kesuburan tanah pun masyarakat

tidak terlalu

mengerti. Hal ini yang membuat tanaman bawang tidak bisa dipertahankan di desa ini.

30
Universitas Sumatera Utara

Selain pemakaian pupuk yang dianggap memberatkan pertanian yang dilakukan
masyarakat, penggunaan pestisida dan herbisida juga menambah biaya perawatan tanaman
bawang. Masyarakat biasanya memakai pestisida

untuk mengurangi hama dan

mengendalikan hama. Herbisida juga diperlukan untuk membasmi rumput liar disekitar
tanaman bawang yang bisa menghambat pertumbuhan bawang.
Penanaman serta pemeliharaan bawang sangat sulit yaitu mulai dari pemilihan bibit,
dalam pemilihan bibit ini yang perlu diperhatikan yaitu bibit harus cukup kering supaya tidak
mudah terkena hama penyakit tanaman. Kemudian dalam hal pengolahan tanah masyarakat
harus melakukan penggemburan tanah, saluran air yang baik, pengapuran serta pemberian
pupuk dasar. Setelah pengolahan tanah maka dilakukan penanaman, setelah ditanam tentu
harus diperhatikan dan dirawat. Dalam hal pemeliharaan tentu saja membutuhkan pemberian
air, penyulaman, penyiangan dan penggemburan serta pemupukan. Kemudian jika terserang
hama maka dilakukan penyemprotan pestisida. Semua hal ini tentu membutuhkan biaya yang
sangat banyak sehingga masyarakat harus menghabiskan banyak tenaga serta biaya material
untuk melakukan pertanian bawang.
Dari hasil penelitian, masyarakat mengatakan dengan menanam bibit satu kaleng,
hasil yang diperoleh adalah sekitar 10 kaleng dengan pemupukan dua tahap dan dilakukan
penyemprotan hama. Hal ini yang mengakibatkan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
biaya serta tenaga untuk perawatan tanaman bawang tersebut. Pemupukan dengan dua tahap
tersebut tidak memenuhi syarat untuk memenuhi unsur hara yang telah terpakai di dalam
tanah. Pemupukan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tidak ideal. Pemupukan yang
dilakukan masyarakat memang ada dua tahap namun, jumlah dan kadar komposisi yang

31
Universitas Sumatera Utara

cocok dengan unsur hara dalam tanah tidak bisa dipenuhi. Dari pengakuan masyarakat
penggunaan pupuk untuk satu hektar pertanian bawang diberikan pupuk urea sekitar 80 kg,
ZA sekitar 160 kg, dan Mutiara 16 sekitar 40 kg29. Dengan penggunaan pupuk yang sangat
minim ini, tentu saja membuat tanaman bawang tidak bisa tumbuh dengan subur lagi di
daerah ini karena unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah tidak terpenuhi.
Hasil panen padi dan tanaman bawang dari tahun ke tahun mengalami penurunan
membuat masyarakat kembali mengalami kesulitan dalam perekonomian. Keberhasilan
masyarakat Desa Tamba Dolok dalam mengelola tanaman bawang tidak bisa dipertahankan
sehingga kehidupan masyarakat Desa Tamba Dolok ini kembali sulit. Dalam hal pendidikan
masyarakat di Desa Tamba Dolok ini terpaksa menjual tanah untuk menutupi biaya
pendidikan anaknya, namun ada juga masyarakat yang tidak mau menjual tanahnya sehingga
mereka menarik kembali anaknya untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang
lebih tinggi. Masih ada pola pikir masyarakat yang lebih mementingkan warisan untuk
anaknya nanti daripada untuk menyekolahkan anaknya. Namun ada sebagian warga
masyarakat yang rela menjual tanahnya demi pendidikan anaknya

apalagi anak yang

disekolahkan tersebut anak laki-laki.
Dengan keadaan yang seperti ini membuat masyarakat menjadi lebih sulit dan
kehidupan serta

perekonomian yang mulai membaik itu kembali merosot dan tingkat

pendapatan menurun. Banyak masyarakat yang tetap mencoba untuk menanam tanaman
bawang namun tetap tidak mendapatkan hasil yang layak. Penyebab rusaknya tanaman
bawang sebenarnya tidak diketahui secara pasti oleh masyarakat Desa Tamba Dolok, namun
29

Wawancara, dengan Osdeman Gultom, tanggal 20 Maret 2013, Desa Tamba Dolok Kabupaten

Samosir.

32
Universitas Sumatera Utara

ada dugaan bahwa kegagalan panen tersebut akibat tanah yang tidak pernah istirahat
sehingga unsur hara dalam tanah yang mendukung tumbuhnya tanaman bawang sudah
hilang, banyaknya hama serta pemupukan yang kurang memadai. Biaya untuk produksi
tanaman bawang seperti mengurus serta pengendalian hama tersebut tidak sesuai dengan
hasil yang didapatkan oleh masyarakat. Selain itu dibarengi juga dengan anjloknya harga
bawang pada saat itu semakin membuat masyarakat malas untuk mengusahakan pertanian
bawang.
Dengan keadaan yang seperti inilah masyarakat berusaha untuk mencari tanaman
yang lebih cocok untuk daerah Desa Tamba Dolok yang kebetulan wilayah daerah ini
terdiri dari dataran tinggi serta terjal dan banyak bebatuan. Masyarakat mencari tanaman
yang lebih mudah perawatannya dan tidak terlalu banyak memakan tenaga serta
pemeliharaan yang intensif.

33
Universitas Sumatera Utara