Partisipasi Wanita dalam Usahatani Kubis dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Sekilas Tentang Kubis
Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk
tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica
oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun
ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop
atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Berdasarkan tata nama sistematika
botani, tanaman kubis diklasifikasikan ke dalam :
Division

: Spermatophyte

Subdivision

: Angiospermae

Kelas


: dicotyledonae

Ordo

: Papavorales

Family

: Cruciferae ( Brassicaceae)

Genus

: Brassica Spesies : Brassica oleracea L. var. capitata.L.

Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada
bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil
pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris.Nama "kubis" diambil
dari bahasa Inggris cabbage, yang juga merupakan pinjaman dari bahasa
Normandia caboche.Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda yaitu kool.
Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, beberapa B, C, dan E).

Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan
akut).Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium,
danbesi.

Universitas Sumatera Utara

Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang
pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun
dalam tubuh manusia.
2.1.2 Usahatani
Usahatani adalah kesatuan organisasi antara faktor produksi berupa lahan,
tenaga kerja, modal dan manajemen yang bertujuan untuk memproduksi
komoditas pertanian. Usahatani sendiri pada dasarnya merupakan bentuk interaksi
antara manusia dan alam di mana terjadi saling mempengaruhi antara manusia dan
alam sekitarnya (Suratiyah,2009). Bachtiar Rivai (1980) dalam Hernanto, F
(1996:7) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.Tata laksana pertanian
berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang,
segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai
pengelolanya.

Defenisi usahatani di atas kemudian diturunkan pengertian adanya empat
unsur pokok yang selalu ada pada suatu usahatani. Unsur tersebut juga dikenal
dengan istilah lain dengan sebutan faktor-faktor produksi diantaranya: tanah,
tenaga kerja, modal, dan Pengelolaan (management) (Hernanto, F:1996).
Tanah merupakan faktor produksi yang penting dan mempunyai nilai
terbesar dalam usahatani karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman,
ternak, dan usahatani keseluruhannya.Hubungan tanah dan manusia dapat
dibedakan dalam tiga tingkat dari yang terkuat sampai yang terlemah yaitu hak
milik, hak sewa, dan hak bagi hasil (sakap). Perbedaan hubungan tersebut akan
berpengaruh pada kesediaan petani dalam meningkatkan produksi, memperbaiki
kesuburan tanah, dan intensifikasi (Suratiyah, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Tenaga kerja manusia dalam usahatani dibedakan atas tenaga kerja pria,
wanita, dan anak-anak.Tenaga kerja tersebut dapat diperoleh dari dalam keluarga
dan dari luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan,
sambatan, dan arisan tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja dalam keluarga
umumnya oleh para petani tidak diperhitungkan dan sulit pengukuran
penggunaannya (Hernanto, 1996).

Menurut Suratiyah (2009) sistem upah dibedakan menjadi 3 yaitu : a) upah
borongan yaitu upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja
dengan pekerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja; b) upah waktu adalah
upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja ; c) upah premi adalah
upah yang diberikan dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja.
Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka
semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Pengukuran luas
usahatani dapat diukur dengan: a) luas total lahan yaitu seluruh jumlah tanah yang
ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan
sebagainya; b) luas lahan pertanaman yaitu jumlah seluruh tanah yang dapat
ditanami/diusahakan; dan c) luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada
pada suatu saat.
Lokasi lahan usahatani menentukan kelancaran pemasaran.Lokasi yang
jauh dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani dari
aspek ekonomi.Keberadaan fasilitas-fasilitas dalam usahatani berupa pengairan
dan drainase sangat membantu dalam pertumbuhan tanaman sehingga
meningkatkan produksi dan penerimaan (Suratiyah, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani sebagai
manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya. Jenis komoditas yang akan
diusahakan tergantung modal. Komoditas yang padat modal memerlukan biaya
yang cukup tinggi untuk mengusahakannya. Demikian pula seberapa besar tingkat
penggunaan

faktor

produksi

tergantung

pada

modal

yang

tersedia


(Suratiyah,2006)
Pengelolaan (management) adalah kemampuan petani menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya
sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang
diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktifitas dari
setiap faktor maupun produktifitas dari setiap usahanya (Hernanto,F,1996).
2.1.3 Tenaga Kerja Wanita
Banyaknya partisipasi wanita dalam pasar kerja dikarenakan peranan
wanita secara tradisional sebenarnya cukup besar, terutama di daerah pedesaan
dan khususnya sektor pertanian.Banyaknya jumlah wanita yang bekerja
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu peningkatan dari penawaran dan
pemintaan.Dari sisi penawaran disebabkan oleh semakin membaiknya tingkat
pendidikan wanita.Hal tersebut didorong oleh kondisi dimana semakin besarnya
masyarakat yang menerima wanita bekerja di luar rumah. Sedangkan dari sisi
permintaan, tenaga kerja wanita diperlukan dalam proses produksi seperti industri
tekstil dan garmen. Sedangkan fenomena lain yang mendorong masuknya wanita
ke lapangan pekerjaan adalah karena semakin tingginya biaya hidup jika hanya
ditanggung oleh pendapatan rendah (Ihromi, 1995).

Universitas Sumatera Utara


Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja merupakan suatu
fenomena yang umum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan GBHN Bab IV
mengenai “peranan wanita dalam pembangunan dan pembinaan bangsa”, yang
antara lain menyebutkan “pembangunan menyeluruh mensyaratkan ikut sertanya
pria maupun wanita secara maksimal di ssegala bidang”. Oleh karena itu, wanita
mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut
serta sepenuhnya dalam segala kegiatan pembangunan (Notopuro, 1979).
Konteks pembangunan segala sumber daya seharusnya dikembangkkan
dan didayagunakan, baik sumber daya fisik maupun sumber daya insani termasuk
didalamnya wanita yaitu dengan usaha meningkatkan peran wanita, baik dalam
lingkup rumah tangga maupun dalam lingkup masyarakat. Jadi wanita dalam
statusnya sebagai ibu rumah tangga memiliki peranana untuk mengatur rumah
tangga dengan kegiatannya yang terpusat sekitar rumah dan kegiatan pria diluar
rumah (Sajogyo, 1983)
Secara konseptual ada beberapa macam pengelompokan kerja perempuan,
seperti system produksi terdiri atas subsistem yaitu pekerjaan tanpa upah dalam
produksi keluarga, dan systemputting-up, seperti pekerjaan rumah (home worker),
pembantu rumah tangga, buruh upahan, dan usaha mandiri (self employed).
Semua itu menunjukkan bahwa hanya itulah ruang yang tersisa bagi perempuan

marjinal (Chotim dan Ratih, 2004)
Wanita disamping sebagai ibu rumah tangga ia juga berperan dalam
peningkatan pendapatan keluarga, besarnya kemampuan dalam memberi
kontribusi terhadap pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi
yang dalam penelitian ini dibatasi pada faktor upah dan jumlah pendapatan suami
(Moenandar, 1985).

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Partisipasi Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga
Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatanterhadap total pendapatan
rumah tanggatergantung pada produktivitas faktor produksiyang digunakan dari
jenis kegiatan yangbersangkutan. Stabilitas pendapatan rumah tanggacenderung
dipengaruhi dominasi sumber-sumberpendapatan.Jenis-jenis pendapatan yang
berasaldari luar sektor pertanian umumnya tidak terkaitdengan musim dan dapat
dilakukan setiap saatsepanjang tahun (Nurmanaf, 2006).
Partisipasi wanita saat ini bukan sekadar menuntut persamaan hak tetapi
jugamenyatakan fungsinya mempunyai arti bagipembangunan dalam masyarakat
di Indonesia.Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu
ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian yangsemakin tidak menentu, hargahargakebutuhan pokok yang semakin meningkat,pendapatan keluarga yang

cenderung

tidakmeningkat

akan

berakibat

pada

terganggunya

stabilitas

perekonomian keluarga. Kondisi inilah yang mendorong ibu rumah tangga yang
sebelumnya hanya menekuni sektor domistik (mengurus rumahtangga), kemudian
ikut berpartisipasi disektor publik dengan ikut serta menopang perekonomian
keluarga.Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya ibu rumah tangga
cenderung memilih bekerja disektor informal.Hal ini dilakukan agar dapat
membagi waktu antara pekerjaan dankeluarga.


2.2. Landasan Teori
2.2.1

Pendapatan Keluarga

a. Pendapatan Isteri
Keinginan para wanita untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan
perbaikan ekonomi serta keadilan social keluarga senantiasa tergambar dari upaya
yang selalu mereka lakukan, misalnya dengan bekerja dibidang pertanian atau

Universitas Sumatera Utara

mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga. Wanita pada umumnya
sangat peka dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga,
wanita akan menjadi penengah untuk setiap masalah yang terjadi dalam keluarga
dan juga tidak akan segan-segan untuk memasuki dunia pekerjaan yang beresiko
tinggi apabila keadaan keluarga mengharuskan untuk berbuat demikian(Ihromi,
1995).
Sebagai wanita yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga inti

sebagai istri, sebagai pengurus rumah tangga, dan sebagai pencari nafkah.Ini pada
umumnya dirasakan sebagai tugas utama dari seseorang wanita yang terkait dalam
gambaran perkawinan.Dalam tiga peran tersebut, wanita memberikan diri
sepenuhnya demi kesejahteraan bagi keluarganya. Banyak wanita merasa tidak
puas dalam ketiga peran diatas dan sering keadaan ekonomi keluarganya menuntut
untuk bekerja diluar, atau mencari suatu kegiatan yang menambah penghasilan
keluarganya (Moenandar, 1985)
Pendapatan rata-rata rumah tangga yang kecil biasanya memberikan
kelonggaran yang sedikit sekali untuk pengeluaran-pengeluaran lain, selain
daripada itu untuk keperluan mencukupi kebutuhan hidup sangat minim seperti
makanan dan pakaian umumnya mereka tidak mempunyai uang tabungan.
Kesukaran-kesukaran kecil biasanya dapat menyebabkan krisis keuangan dalam
rumah tangga sehingga mereka terpaksa melakukan pinjaman atau seluruh
anggota keluarga terpaksa bekerja untuk mepertahankan hidup keluarga

dan

untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan (Sumardi dan Hans, 1982).

Universitas Sumatera Utara

b. Pendapatan Suami
Partisipasi laki-laki dalam golongan kajian wanita justru perlu, mengingat
bahwa pembahasan perempuan hanya bermakna bila dilakukan dalam konteks
lingkunganya, termasuk bahwa dalam setiap lingkungan dimana ia berada selalu
ada pula laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu program kajian wanita
diperkaya dengan adanya partisipasi kaum laki-laki, karena yang dituju bukan
suatu masyarkat tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga
dapat dilihat pada dominasi pendapatan rumah tangga tidak melulu didominasi
oleh pendapatan kaum lelaki saja tetapi juga ada kaum perempuan yang turut andil
didalamnya (Ihromi, 1995)
Suatu kenyataan menunjukkan bahwa kultur dominasi laki-laki merupakan
aspek yang tidak begitu saja disingkirkan meskipun perempuan desa telah terbiasa
melakukan perilaku mandiri sejak dini. Bias any anak-anak tergantung pada
orangtuanya sampai mereka menikah. Kondisi ini menyebabkan perempuan lebih
banyak tergantung pada orang lain dan kurang mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan kemandirian (Notopuro, 1979)
Pendapatan seorang (wanita atau pria) telah menetapkan mereka pada
posisi sentral perekonomian rumah tangga.Sayangnya posisi sentral ini sering
tidak tampak karena nilai-nilai patriarki yang membudaya di masyarakat.Seperti
konsep bahwa kepala rumah tangga dan pencari nafkah adalah pria. Konsep ini
telah membawa implikasi pada kerja produktif wanita yang selalu dipandang oleh
masyarakat dan kadang-kadang oleh wanita sendiri sebagai kerja sampingan
(Ihromi, 1995)

Universitas Sumatera Utara

2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan Skripsi Emmi Jelita Tampubolon tahun 2007 dengan judul
“Analisi curahan tenaga kerja wanita dan Peran Istri dalam Pengambilan
Keputusan di desa Gajah,Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo”
menyatakan bahwa dari hasil tabulasi curahan tenaga kerja pria dan wanita
menurut tahapan kegiatan usahatani kubis maka dapat diketahui bahwa curahan
tenaga kerja wanita lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja pria dimana persentase
curahan tenaga kerja wanita adalah 56,39 % (12,45 HKP) per petani dan 52,89 %
(28,01 HKP) per Hektar,wanita pada setiap tahapan kegiatan seperti pengolahan
tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan lebih banyak mencurahkan tenaganya
dibandingkan tenaga kerja pria tetapi pada tahapan kegiatan pemberantasan hama
dan penyakit hanya pria saja yang melakukanya.dalam kegiatan usahataninya istri
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi,setelah dilakukan analisi liner berganda
diperoleh hasil, faktor sosial yang mempengaruhi istri bekerja secara tidak nyata
dalam usahatani kubis adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan sedangkan
faktor sosial yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja istri dalam usahatani
kubis adalah luas lahan, umur, pengalaman bertani dan pendapatan keluarga.
Berdasarkan Skripsi Tri Kuntari Devira tahun 2013 dengan judul “Peranan
Tenaga Kerja Wanita sebagai Buruh di Industri Kacang Intip dan kontribusinya
terhadap pendapatan Rumah Tangga di kecamatan Rambutan Kota Tebing
Tinggi” hasil penelitian diperoleh curahan tenaga kerja wanita sebagai buruh di
industry kacang intip cukup besar yaitu 120,38 jam dalam satu bulan, pendapatan
yang diperoleh tenaga kerja wanita sebagai buruh di industry kacang intip adalah
sebesar Rp 481280/bulan dan kontribusi tenaga kerja wanita sebagai buruh
didaerah penelitian sebesar 25,64 % serta alasan tenaga kerja wanita bekerja

Universitas Sumatera Utara

sebagai buruh di industry kacang intip adalah menambah pendapatan keluarga,
mengisi waktu luang dan lokasi industry tersebut dekat dengan rumah.
2.4 Kerangka Pemikiran
Dewasa ini wanita Indonesia bukan hanya menuntut persamaan hak antara
wanita dan pria, tetapi juga menuntut peranan sebagai sumber daya manusia
dalam berbagai pekerjaan.Begitu pula dalam rumah tangga pertanian yang terdiri
dari

suami

dan

istri

sama-sama

berupaya

memberikan

sumbangan

dalammenambah pendapatan keluarga.
Usahatani adalah kegiatan produksi yang merupakan kombinasi dari
berbagai faktor produksi yang terdiri dari alam (lahan), modal, tenaga kerja, dan
pengelolaan (manajemen), tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi penting
sangat berpengaruh pada kegiatan usahatani dan sangat menentukan keberhasilan
usahatani karena berjalan atau tidaknnya suatu usaha produksi ditentukan oleh
orang-orang yang bekerja mencurahkan seluruh potensi sumber daya melalui
tenaga dan pikiran secara maksimal.
Dalam usahatani sayuran seperti kubis pada setiap tahapan kegiatan
usahataninya membutuhkan tenaga kerja, tenaga kerja keluarga petani merupakan
tulang punggung dari pengelolaan tata rumah tangga usahatani karenanya
penggunaan tenaga kerja keluarga yang terlibat ada tenaga kerja wanita/istri dan
tenaga kerja pria/suami, satuan hari kerja dinyatakan dalam satuan HKP.Petani
dalam usahatani kubis mempunyai peranan sebagai tenaga kerja dan juga sebagai
pengambil keputusan.
Dalam usahatani kubis ada perbedaan curahan tenaga kerja antara tenaga
kerja wanita dan tenaga kerja pria, demikian juga antara curahan tenaga kerja istri
dan suami hal ini disebabkan adanya berbagai tahapan kegiatan dalam usahatani

Universitas Sumatera Utara

yang memiliki kebutuhan tenaga kerja yang berbeda-beda. Adapun tahapan
kegiatan dalam usahatani kubis adalah pengolahan tanah, penanaman,pemupukan,
penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Dari penjelasan singkat diatas maka dapat dibuat skema kerangka
pemikiran sebagai berikut :

Usahatani
kubis

Tenaga kerja wanita
Kegiatan Usahatani :
- Pengolahan tanah
- Penanaman
- Pemupukan
- Penyiangan
- Pemberantasan
Hama dan Penyakit

Pendapatan

Curahan
tenaga kerja

Upah/Pendapatan

Pendapatan Keluarga

Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Menyatakan Mempengaruh
: Menyatakan Hubungan

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Curahan tenaga kerja wanita dalam usahatani Kubis adalah besar.
2. Pendapatan yang diperoleh keluarga wanita tani dari usahatani kubis di
daerah penelitian adalah besar.
3. Kontribusi curahan tenaga kerja wanita dari usahatani Kubis terhadap
total pendapatan keluarga besar.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

15 160 96

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

6 56 84

Karakteristik Wanita Buruh Tani Pada Usahatani Kopi Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Di Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)

0 41 115

Partisipasi Wanita dalam Usahatani Kubis dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

0 10 60

Partisipasi Wanita dalam Usahatani Kubis dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

0 0 13

Partisipasi Wanita dalam Usahatani Kubis dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

0 0 1

Partisipasi Wanita dalam Usahatani Kubis dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

0 1 8

Partisipasi Wanita dalam Usahatani Kubis dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

0 0 2

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

0 0 25

KABUPATEN KARO( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 3 11