Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

(1)

ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN

SIMPANG EMPAT

(Studi Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

JULPRIDA SARAGIH 100304141 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN

SIMPANG EMPAT

(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

JULPRIDA SARAGIH 100304141 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan. Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD) (Siti Khadijah, SP, M.Si) NIP. 1967 0303 1998 02 2 001 NIP.1973 1011 1999 03 2 002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Julprida Saragih (100304141). “ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT” di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja), dikarenakan Kecamatan Simpang Empat merupakan salah satu kecamatan penghasil utama kubis diantara kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung, dan Desa Gajah dipilih karena merupakan salah satu desa yang telah kembali melakukan kegiatan usahataninya. metode penentuan sampel menggunakan metode Stratified Random Sampling dan besar sampel ditentukan menggunakan metode Slovin.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis; dan untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian. metode penelitian menggunakan metode uji rata – rata atau t-hitung dengan uji dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test).

Dari hasil penelitian diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung; dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan pendapatan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Julprida saragih, lahir pada tanggal 21 februari 1991 di Simpang Kawat, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara, dari pasangan Bapak Jonner Saragih dan Ibu Anur Manurung.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No. 053 Semunai Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 2005. 3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pinggir

Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Bulan Agustus – September 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Buluh, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Tahun 2015 melakukan penelitian skripsi di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat Kabupaten Karo.

7. Tahun 2010 – 2015 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Departemen Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan anugerah-Nya yang senantiasa menyertai dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG

TERHADAP PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN

SIMPANG EMPAT (Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo)”. Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk mengajari dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang juga telah meluangkan banyak waktu untuk mengajari, membimbing dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayahanda tercinta Bapak Jonner Saragih, ibunda tersayang Ibu Anur

Manurung, kakanda Jurlia Saragih, abangnda Jansarlim Saragih dan juga adik-adik tersayang Yuvilani Norfiana Saragih, Lurinse Mariana Saragih, Nestalida Marsaulina Saragih dan Rogiana Febryanti Saragih, penulis menyampaikan rasa hormat terima kasih atas seluruh cinta, kasih sayang motivasi dan dukungan baik secara materi dan doa yang penulis terima dan


(6)

rasakan selama ini terutama saat penulis kuliah dan saat penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec Selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi penyelenggaraan perkuliahan serta kegiatan administarsi dan organisasi di kampus.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

4. Seluruh masyarakat di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat dan seluruh masyarakat di Desa Gundaling II, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

5. Seluruh teman-teman agribisnis angkatan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

RIWAYAT HIDUP ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1.2Identifikasi Masalah ... 1.3Tujuan Penelitian ... 1.4Kegunaan Penelitian ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 2.2 Landasan Teori ... 2.2.1 Produksi ... 2.2.2 Pendapatan Usahatani ... 2.3 Kerangka Pemikiran ... 2.4 Hipotesis Penelitian ...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 3.2 Metode Penentuan Sampel ...


(8)

3.4 Metode Analisis Data ... 3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional ... 3.5.1 Defenisi ... 3.5.2 Batasan Operasional ...

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ...

4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis ... 4.1.2 Keadaan Penduduk ... 4.1.3 Sarana Dan Prasarana ... 4.2 Karakteristik Petani Sampel Penelitian ... 4.3 Karakteristik Usahatani ...

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Kubis Di Daerah Yang Terkena Dan Daerah Yang Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung ... 5.2 Pendapatan Petani Kubis Di Daerah Terkena Dan Daerah Tidak Terkena

Dampak Erupsi Gunung Sinabung ...

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Produksi Sayur-Sayuran Menurut Kecamatan (Ton) Tahun

2013………..

2 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kubis di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2008 – 2013……… 3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rp)... 4 Data luas lahan di kecamatan yang terkena erupsi gunung

sinabung……… 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa

Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo………….. 6 Sarana dan Prasarana di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat, Kabupaten Karo………... 7 Karakteristik Petani Sampel di Desa Gajah, Kecamatan

Simpang Empat, Kabupaten Karo 2015………... 8 Tingkat Pendidikan Petani Kubis Responden di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2015……. 9 Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2015…….. 10 Rata – Rata Luas Lahan, Rata – Rata Produksi dan

Produktivitas Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015……….. 11 Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Kubis di

Daerah Terkena dan Tidak Terkena………. 12 Jumlah Produksi, Harga dan Penerimaan Petani di Daerah yang

Terkena dan Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015………. 13 Total Biaya Produksi di Daerah Terkena dan Daerah Tidak


(10)

14 Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani Kubis di Daerah yang Terkena dan di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015………... 15 Rata – Rata Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar di Daerah

Terkena dan Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung………... 16 Rata – Rata Biaya Saprodi Per Hektar Di Daerah Terkena Dan

Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015……….. 17 Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Karakteristik Petani Sampel di Daerah yang Terkena Dampak Erupsi 2 Karakteristik Petani Sampel di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi 3 Biaya Sarana Produksi Per Petani di Daerah yang Terkena dan Tidak

Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

4 Biaya Sarana Produksi Per Ha Di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Dampak Erupsi Sinabung Selama 1 Musim Tanam

5 Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Per Petani di Daerah Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

6 Biaya Penyusutan Per Petani di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

7 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Petani di Daerah Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

8 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Ha di Daerah Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

9 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Petani di Daerah Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

10 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Petani di Daerah Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

11 Total Biaya Usahatani Per Petani Selama 1 Musim Tanam di Daerah Terkena Erupsi Gunung Sinabung

12 Total Biaya Usahatani Per Petani Selama 1 Musim Tanam di Daerah Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung

13 Total Biaya Usahatani Per Ha di Daerah yang Terkena Erupsi Sinabung Selama 1 Musim Tanam

14 Total Biaya Usahatani Per Ha di Daerah yang Tidak Terkena Erupsi Sinabung Selama 1 Musim Tanam

15 Produksi, Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Per Petani dan Per Ha di Daerah yang Terkena Dampak Selama 1 Musim Tanam


(13)

16 Produksi, Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Per Petani dan Per Ha di Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

17 Hasil Output SPSS Uji Beda Rata – Rata Produksi


(14)

ABSTRAK

Julprida Saragih (100304141). “ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT” di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja), dikarenakan Kecamatan Simpang Empat merupakan salah satu kecamatan penghasil utama kubis diantara kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung, dan Desa Gajah dipilih karena merupakan salah satu desa yang telah kembali melakukan kegiatan usahataninya. metode penentuan sampel menggunakan metode Stratified Random Sampling dan besar sampel ditentukan menggunakan metode Slovin.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis; dan untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian. metode penelitian menggunakan metode uji rata – rata atau t-hitung dengan uji dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test).

Dari hasil penelitian diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung; dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan pendapatan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap PDB, penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian mereka meskipun negara telah menjadi negara industri. Sehubungan dengan itu, pengendalian lahan pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional yang strategis untuk tetap memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas penyediaan pangan, dalam kaitannya untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dalam jangka panjang mengingat sifat multi fungsi lahan pertanian (Bappenas, 2013).

Pembangunan sektor pertanian dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, juga untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Hingga kini sayuran sebagai tanaman hortikultura masih diperlakukan sebagai tanaman sekunder atau tanaman sela, sehingga penanganannya masih kurang terarah baik oleh petani sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pelayanan yang ada. Padahal tanaman tersebut memerlukan penanganan yang lebih baik. Dengan kondisi seperti itu praktis seluruh aspek penanganan baik menyangkut produksi, pasca panen dan pemasaran secara konsepsional perlu ditangani dengan baik (Silitonga, 2005).

Kabupaten Karo sejak lama sudah dikenal sebagai daerah penghasil aneka sayuran ekspor dan buah-buahan. Agroklimat yang sesuai untuk budidaya aneka


(16)

sayuran dataran tinggi dan buah merupakan salah satu keunggulan Kabupaten Karo dibandingkan dengan Kabupaten lain, disamping jarak yang relatif dekat dengan sentra pemasaran domestik dan ekspor. Hal ini merupakan peluang yang ditawarkan pasar dunia dari komoditi kubis Indonesia khususnya di Kabupaten Karo adalah cukup menjanjikan dari sisi ekspor artinya masyarakat luar negeri harus mengkonsumsi kubis Indonesia khususnya dari Kabupaten Karo. Menurut Dinas Koperindag Kabupaten Karo volume dan nilai ekspor kubis sebesar 7,22% per tahun atau nilai ekspor US$493.243 per tahun (Sinuhaji, 2013).

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, kubis/kol merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak diproduksi di Kabupaten Karo dan merupakan jenis sayuran yang banyak diproduksi di Kecamatan Simpang Empat bila dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya, seperti: tomat, kentang, petsai, dan sayuran lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Produksi Sayur-Sayuran Menurut Kecamatan (Ton) Tahun 2013

Kecamatan Tomat Kol/Kubis Kentang Petsai Bawang Merah

Bawang Putih

01 Mardingding 0 0 0 0 0 0

02 Laubaleng 0 0 0 0 0 0

03 Tigabinanga 60 0 0 0 0 0

04 Juhar 0 0 0 0 0 0

05 Munte 16 70 0 0 0 0

06 Kutabuluh 0 0 0 0 0 0

07 Payung 15 681 0 0 1 328 46 0

08 Tiganderket 4 701 0 0 437 32 0

09 Simpang Empat 236 9 098 3 041 5 071 0 0

10 Naman Teran 27 453 18 992 22 584 13 244 0 0

11 Merdeka 3 771 6 153 5 606 2 473 0 0

12 Kabanjahe 4 307 20 308 7 237 4 725 0 0

13 Berastagi 3 080 3 898 2 083 1 656 0 0

14 Tigapanah 3 12 957 3 178 1 792 0 0

15 Dolat Rayat 632 2 789 1 410 1 183 0 0

16 Merek 10 660 5 355 7 076 588 948 5

17 Barusjahe 170 638 1 744 338 0 0

Karo 70 768 80 187 53 958 32 834 1 026 54 Sumber: Badan Pusat Statistik Karo 2014


(17)

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang terdapat di Sumatera Utara, Indonesia, selain gunung Sibayak. Pada 28 Agustus 2010, telah terjadi letusan Gunung Sinabung yang membuat panik masyarakat sekitar. Hasil erupsi Gunung Sinabung berupa debu vulkanik menyebar ke beberapa daerah dengan jarak terjauh 6 km dari kaki gunung. Debu-debu ini menutupi seluruh tanah dan benda-benda di atasnya.

Lahan pertanian yang merupakan mata pencarian masyarakat sekitar tidak luput dari tutupan debu vulkanik tersebut. Secara kasat mata, kondisi tanaman yang terkena dampak debu vulkanik masih tumbuh baik, namun di beberapa tempat yang terkena penutupan debu vulkanik yang tebal menunjukkan gejala kelayuan sampai kematian dengan pembagian luasan yang berbeda-beda, yakni tanaman pangan (jagung, padi, ubi jalar, kacang tanah) seluas 2.639 ha, tanaman sayuran (cabe, tomat, kubis, kentang, petsai, dan lain-lain) seluas 2.368 ha, tanaman buah-buahan (jeruk, pisang, alpukat, dan lain-lain) seluas 828 ha, serta tanaman perkebunan (kopi, kakao, dan lain-lain) seluas 1.126 ha. Dengan demikian, luas keseluruhan yang tertutup debu adalah 6.961 ha.

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2008 - 2012

No Tahun Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 2008 1818 68792 37,8

2 2009 1818 68792 37,8

3 2010 1818 68792 37,8

4 2011 415 13976 33,68

5 2012 307 9098 29,64

Sumber : Badan Pusat Statistik Karo 2009 - 2013 (diolah).

Tabel 1.2 di atas memperlihatkan bahwa produktivitas kubis di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo sebelum Gunung Sinabung meletus (tahun 2008 – 2010) adalah konstan yaitu 37,8 ton/ha. Hal ini terjadi karena luas


(18)

panen dan produksi sayuran jenis kubis di Kecamatan Simpang Empat sebelum Gunung Sinabung meletus adalah konstan yaitu sebesar 1818 ha dan 68792 ton. Kemudian produksi kubis mengalami penurunan setelah Gunung Sinabung Meletus (tahun 2011 – 2012) yaitu sebesar 4,12 ton/ha pada tahun 2011 dan kembali turun sebesar 4,04 ton/ha pada tahun 2012.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung saat erupsi tidak berpengaruh terhadap tanaman para petani. Berdasarkan erupsi tahun 2010 silam, debu tersebut lebih menyuburkan tanah, namun memerlukan proses waktu yang lama. Tiga tahun silam, erupsi gunung tersebut sangat mengganggu proses pembuahan jenis tanaman Solanase seperti kentang, kubis, tomat dan cabai. Karena tanaman tersebut tidak mampu bertahan di lingkungan ekstrim. Tanaman tersebut tidak mampu bertahan di kondisi cuaca ekstrim, karena debu vulkanik tersebut, mampu membuat daunnya menjadi melepuh. Akan tetapi produksinya tidak berkurang, hanya kualitasnya saja yang menurun (Yonavilbia, 2013).

Menurut kepala Dinas Pertanian Dan Perkebunan Karo, debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung tahun 2010 lebih menyuburkan tanah. Namun menurut data Badan Pusat Statistik setelah Gunung Sinabung meletus, produktivitas kubis di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo tidak mengalami peningkatan. yang juga berpengaruh pada pendapatan petani kubis di daerah tersebut.

Untuk mengetahui apakah debu vulkanik yang menyuburkan tanah di sekitarnya akibat erupsi Gunung Sinabung mempengaruhi produktivitas dan


(19)

pendapatan petani di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, perlu dilakukan suatu analisis dampak erupsi Gunung Sinabung tersebut.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis di daerah penelitian?

2. Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani untuk meningkatkan motivasi dalam mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatannya.

2. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka

Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih. Kubis merupakan tanaman setahun atau yang berbentuk perdu. Rasa daunnya segar, renyah dan sedikit pedas. Kubis dapat digunakan sebagai sayur, lalap maupun bahan pelengkap masakan lainnya. Tanaman kubis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik hampir di semua jenis tanah (Sutarno, 1995).

Kubis telah dikenal manusia sejak tahun 2.500-2.000 Sebelum Masehi. Dan mulai dibudidayakan di Eropa sekitar abad ke-9 Masehi. Pada abad ke-16 atau ke-17 mulai ditanam di Indonesia. Pada abad tersebut orang Eropa mulai berdagang dan menetap di Indonesia. Sekarang, penanaman kubis sebagai komoditas sayuran telah tersebar luas di seluruh Indonesia (Pracaya, 2001).

Kabupaten Karo yang terletak di Sumatera Utara, terbentang pada ketinggian 600 - 1.400 m di atas permukaan laut. Kawasan berhawa sejuk dengan suhu berkisar 14o - 26oC dan kelembapan rata-rata 89. Dengan topografi itu, dataran tinggi Karo sangat potensial sebagai daerah penghasil komoditas hortikultura. Letak Karo sangat menguntungkan bagi pendistribusian produk pertanian karena berada pada jalur lintas dari beberapa kabupaten/kota di Sumut. Secara administratif, Karo berbatasan dengan empat kabupaten. Sebelah Utara dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, sebelah Timur dengan


(21)

Dairi dan Toba Samosir, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Dadang, 2008).

Kabupaten Karo masih mengandalkan sektor pertanian sebagai kegiatan ekonomi, sekitar 75% lapangan usaha masyarakat di sana bekerja di sektor pertanian dan sekitar 60% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita berasal dari pertanian. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rp)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 1 770 599,85 1 853 345,66 1 953 697,52 2 067 277,12 2 193 695,52 2. Pertambangan Dan

Penggalian

10 024,67 11 126,55 12 445,27 13 963,52 14 482,20

3. Industri 23 808,49 24 077,37 24 707,44 25 849,72 27 144,38 4. Listrik, Gas Dan

Air Minum

9 119,99 9 523,86 9 980,26 10 465,73 10 964,07

5. Bangunan 108 026,33 113 276,76 118 974,58 126 077,53 133 541,57 6. Perdagangan,

Hotel Dan Restoran

430 314,26 456 113,97 490 182,51 529 540,80 571 096,23

7. Pengangkutan Dan Komunikasi

282 954,35 291 327,24 301 981,13 314 803,95 33 199,52

8. Keuangan, Usaha Persewaan Dan Jasa Perusahaan

49 092,44 51 904,29 55 167,75 58 838,05 63 072,06

9. Jasa-Jasa 335 447,22 364 903,67 408 048,82 442 313,16 469 615,03

Jumlah 3 019 387,60 3 175 599,37 3 367 185,28 3 589 129,58 3 816 810,59 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Gunung Sinabung yang meletus pada tahun 2010 dan terus berlanjut erupsi hingga tahun 2013 berdampak terhadap kehidupan manusia. Dampaknya bergantung kepada besarnya kekuatan letusan gunung api tersebut namun secara umum dampak yang mungkin terjadi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan


(22)

kesehatan masyarakat khususnya sekitar lokasi letusan gunung berapi tersebut. Letusan gunung juga menyebabkan perubahan kegiatan ekonomi daerah tersebut, harga-harga sayuran dan produksi pertanian sedangkan masyarakat di sekitar gunung sendiri tidak memperoleh pendapatan selama kondisi bencana (Tindaon, 2013).

Sisa abu vulkanik dan kondisi cuaca menyebabkan hasil pertanian tidak optimal dan petani tidak memperoleh pendapatan yang layak, sehingga ketahanan pangan dalam keluarga rendah. Memperhatikan hal tersebut, diperlukan strategi khusus untuk mengatasi kerawanan pangan. Solusi yang dapat dilakukan melalui diversifikasi tanaman dan ternak yang dipelihara. Selain itu, perlu dipertimbangkan alternatif varietas tanaman yang lebih tahan cuaca dan dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat (Rahmawati, 2014).

Berdasarkan perhitungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo, kerugian di sektor pertanian dan perkebunan sejak Gunung Sinabung erupsi hingga 6 Januari 2014 diperkirakan Rp 712,2 miliar, di mana 10.406 hektar lahan pertanian dan perkebunan puso. Luas lahan pertanian dan perkebunan ini meliputi tanaman pangan (1.837 ha), hortikultura (5.716 ha), tanaman buah (1.630 ha), tanaman biofarmaka (1,7 ha), dan perkebunan (2.856 ha). Hal ini terdapat di 4 kecamatan yaitu Naman Teran, Simpang Empat, Payung dan Tiganderket. Kerugian dan kerusakan dampak erupsi Sinabung nanti akan dihitung secara menyeluruh, di sektor perumahan dan permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya dan lintas sektor (BPTP, 2014).


(23)

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo luas pertanaman di empat kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung adalah seluas 6.961 hektar. Hal ini untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Data Luas di Kecamatan yang Terkena Erupsi Gunung Sinabung

No Kecamatan Jumlah KK Luas Pertanaman (Ha)

1 Simpang Empat 1.519 Tanaman Pangan 615

Tanaman Sayuran 596

Tanaman Buah-Buahan 590 Tanaman Perkebunan 215

2 Namanteran 2.609 Tanaman Pangan 588

Tanaman Sayuran 1.282 Tanaman Buah-Buahan 140 Tanaman Perkebunan 181

3 Tiganderket 2.053 Tanaman Pangan 425

Tanaman Sayuran 82

Tanaman Buah-Buahan 17 Tanaman Perkebunan 334

4 Payung 1.718 Tanaman Pangan 1.011

Tanaman Sayuran 408

Tanaman Buah-Buahan 72 Tanaman Perkebunan 396

JUMLAH 7.899 6.961

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2014

2.2Landasan Teori

2.2.1 Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi


(24)

yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2005).

Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003).

Menurut Samuelson (2002) fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah output maksimum yang bisa dilakukan masing-masing dari tiap tiap perangkat input (faktor produksi). Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka


(25)

proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Tentu saja proses produksi atau usahatani tidak berjalan jika tidak ada tenaga kerja. Begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.

2.2.2 Pendapatan Usahatani

Pendapatan dari suatu usahatani adalah ditentukan dari jumlah penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan jumlah biaya variabel yang dikeluarkan. Penerimaan pertama merupakan harga yang dibayar oleh pedagang dari hasil tanaman yang diperoleh. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dan modal yang dikeluarkan dalam usahatani. Perhitungan keuntungan merupakan suatu cara yang cocok untuk memperlihatkan keadaan keuangan dari usahatani di suatu tempat pada periode tertentu. Perhitungan keuntungan merupakan alat yang baik untuk membandingkan hasil dari tanaman yang berbeda, tahun yang berbeda atau petani yang berbeda (Sutarno, 1995).

Usahatani yang dilakukan pada akhirnya akan memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara yang dikeluarkan dengan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya.

Soekartawi (1986) menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan pengukuran pendapatan usahatani antara lain:


(26)

1. Penerimaan usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan usahatani.

2. Penerimaan tunai didefinisikan sebagai nilai mata uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi.

3. Penerimaan tidak tunai adalah pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, hasil panen yang digunakan untuk bibit atau makanan ternak, untuk pembayaran, disimpan di gudang dan menerima pembayaran dalam bentuk benda.

4. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani meliputi pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. 5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala

pengeluaran untuk keperluan kegiatan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.

6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda.

7. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi.


(27)

Pendapatan petani adalah selisih antar penerimaan (TR) dengan semua biaya (TC). Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh faktor produksi yang digunakan, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dengan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

2.3 Kerangka Pemikiran

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung berapi yang aktif yang terdapat di Sumatera Utara, Indonesia, selain gunung Sibayak. Tanaman kubis merupakan salah satu komoditi yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Simpang Empat. Daerah ini merupakan salah satu kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung.

Meletusnya Gunung Sinabung mempengaruhi produksi ataupun hasil panen usahatani kubis yang diperoleh petani di daerah yang terkena dampak. Hasil panen tanaman kubis yang telah diperoleh petani akan dijual ke pasar baik pasar domestik maupun ekspor. Sesuai dengan level grade kubis yang diperoleh, jika kubis memiliki grade yang baik maka produk mampu masuk ke pasar internasional dan jika hanya memiliki mutu yang sedang maupun kurang bagus, maka kubis hanya bisa dipasarkan di pasar domestik. Hasil penjualan output yang diterima petani akan menjadi penerimaan petani.


(28)

Selain berpengaruh pada produksi kubis, erupsi Gunung Sinabung juga mempengaruhi penggunaan input usahatani di daerah yang terkena dampak, karena debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung yang sampai pada tanaman kubis petani. Hal ini mengakibatkan adanya pengaruh terhadap biaya produksi yang digunakan dalam usahatani kubis di daerah tersebut.

Adanya pengaruh erupsi Gunung Sinabung terhadap penerimaan dan biaya produksi pada usahatani yang terkena dampak menunjukkan erupsi Gunung Sinabung juga mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima oleh petani. Artinya selain berpengaruh pada produksi atau hasil panen dan penerimaan, erupsi Gunung Sinabung secara langsung juga mempengaruhi pendapatan petani kubis.

Pada umumnya para petani tidak mempunyai catatan tentang usahatani yang dilakukannya. Maka pendapatan usahatani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung juga perlu dianalisis. Pendapatan petani di daerah yang tidak terkena dampak ini digunakan untuk membandingkan pendapatan petani sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.


(29)

Dengan demikian skema kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Usahatani kubis

Usahatani yang tidak terkena erupsi Usahatani yang

terkena erupsi

Produksi Penggunaan

input

Produksi Penggunaan

input

penerimaan biaya

penerimaan biaya

Pendapatan Pendapatan

Tidak ada perbedaan Ada perbedaan


(30)

2.4Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka diambil hipotesis penelitian sebagai berikut yaitu:

1. Terdapat perbedaan produktivitas kubis di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.

2. Terdapat perbedaan pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja, berdasarkan pra survey yang dilakukan dengan tujuan-tujuan penelitian, daerah penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Kecamatan Simpang Empat dipilih karena merupakan salah satu penghasil utama kubis di antara kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Adapun desa yang dipilih adalah Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat. Daerah ini dipilih menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung dan sudah kembali melakukan kegiatan usahataninya. Sedangkan Kecamatan Berastagi dipilih sebagai daerah penelitian yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Adapun desa yang dipilih adalah Desa Gundaling II.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah metode metode Stratified Random Sampling, yaitu menggolongkan populasi dalam golongan atau strata menurut kriteria. Pada penelitian ini kriteria yang dimaksud adalah luas lahan. Luas lahan dengan klasifikasi sempit (luas lahan < 0,5 ha), sedang (luas lahan 0,5 – 1 ha), dan luas (luas lahan > 1 ha) (Supriana, 2013).


(32)

Sedangkan penentuan besar/jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan metode Slovin dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana:

n : Besar sampel N : Jumlah populasi

e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Jumlah populasi petani kubis menurut data kependudukan Desa Gajah adalah 65KK. Dengan batas toleransi 10% (0.1), maka besar sampel yang diambil adalah:

n =

=

40 KK

Pada penelitian ini Desa Gundaling II menggambarkan Desa Gajah sebelum Gunung Sinabung meletus. Sebagai pembanding jumlah sampel yang diambil dari Desa Gundaling II sama dengan besar sampel yang diambil dari Desa Gajah yaitu 40 KK.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data produksi sayur-sayuran di Kabupaten Karo menurut kecamatan (ton) tahun 2013, data luas panen, produksi dan rata-rata produksi kubis di Kecamatan Simpang Empat pada

n =


(33)

tahun 2008-2012, data Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 (jutaan Rp) tahun 2013 dan lain-lain. Data sekunder diperoleh dari buku, literatur, internet dan lembaga atau instansi terkait dengan penelitian ini seperti Kantor Kepala Desa, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik.

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada masing-masing petani yang menjadi sampel pada penelitian ini dengan menggunakan alat bantu kuisioner (daftar pertanyaan). Data primer yang dikumpulkan adalah data identitas petani, data luas lahan yang digunakan, data proses produksi, data jumlah dan jenis saprodi yang digunakan dan data jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk proses usahatani. Data daerah yang tidak terkena dampak adalah data dari Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, sedangkan data daerah yang terkena dampak adalah data dari Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Dalam hal ini dari Desa Gundaling II menggambarkan Desa Gajah sebelum terkena erupsi Gunung Sinabung.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi dan selanjutnya dianalisis. Identifikasi masalah 1 dan 2 dianalisis dengan menggunakan Uji t dengan bantuan SPSS. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan rata – rata dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test). Adapun uji yang digunakan adalah Uji Two Sampel Kolmogorov – Smirnov Z (Supriana, 2010).


(34)

Pada penelitian ini perbedaan dua sampel yang ingin diketahui adalah perbedaan produktivitas dan pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung dengan produktivitas dan pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi > α ; H0 diterima, H1 ditolak, (α = 0,05).

Jika nilai signifikansi < α; H0 ditolak, H1 diterima, (α = 0,05).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0: D = 0 (perbedaan antara dua pengamatan adalah 0), artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara produktivitas dan pendapatan di daerah yang terkena dampak dengan produktivitas dan pendapatan di daerah yang tidak terkena dampak Erupsi Gunung Sinabung.

2. H1: D ≠ 0 (perbedaan antara dua pengamatan tidak sama dengan 0), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas dan pendapatan di daerah yang terkena dampak dengan produktivitas dan pendapatan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

3.4.1 Perhitungan Pendapatan

Pendapatan petani dapat dihitung dengan terlebih dahulu menghitung biaya produksi dan penerimaan. Analisis biaya produksi dihitung dengan rumus:


(35)

Keterangan:

TC = Total Cost/ Total biaya (Rp/ha/musim tanam) FC = Fixed Cost/ Biaya tetap (Rp/ha/musim tanam) VC = Variable Cost/ Biaya variabel (Rp/ha/musim tanam) Sedangkan total penerimaan dihitung dengan rumus:

Keterangan:

TR = Penerimaan usahatani (Rp/ha/musim tanam) Y = Jumlah Produksi (Kg/ha/musim tanam) Py = Harga y (Rp/Kg)

Perhitungan pendapatan dilakukan dengan menggunakan analisis total pendapatan. Pendapatan dihitung dengan rumus:

Keterangan:

I = Income (pendapatan bersih usahatani) (Rp/ha/musim tanam) TR = Total Revenue (penerimaan usahatani) (Rp/ha/musim tanam) TC = Total Cost (total biaya) (Rp/ha/musim tanam).

TR = Y . Py


(36)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1Definisi

1. Produksi adalah hasil panen kubis selama 1 periode tanam (kg/ha/musim tanam),

2. Produktivitas adalah rata – rata jumlah hasil panen kubis selama 1 periode tanam (kg/ha/musim tanam),

3. Penerimaan adalah hasil yang diterima petani dari jumlah penjualan kubis setelah dikalikan dengan harga jual kubis, selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam),

4. Total biaya adalah seluruh total pengeluaran petani yang dilimpahkan untuk usahataninya selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam)

5. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih petani yaitu selisih antara total penerimaan terhadap total biaya yang dikeluarkan (Rp/ha/musim tanam),

6. Petani adalah petani yang mengusahatanikan kubis yang lahan dan tanamannya terkena dan tidak terkena erupsi Gunung Sinabung.


(37)

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Daerah penelitian adalah Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

2. Petani sampel adalah petani kubis di Desa Gajah yang lahan dan tanamannya terkena erupsi Gunung Sinabung dan petani kubis di Desa Gundaling II. 3. Penelitian ini dilakukan pada Januari – Februari 2015.


(38)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1.Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Desa Gajah memiliki luas wilayah 460 ha atau 2,4% dari luas kecamatan dan berada pada ketinggian ± 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jarak dari Ibukota Kabupaten (Kabanjahe) adalah 10 km dengan waktu tempuh 10 menit, jarak Ibukota Kecamatan adalah 3 km dengan waktu tempuh 5 menit dan jarak dari Ibukota Provinsi (Medan) adalah 87 km dengan waktu tempuh 150 menit.

Secara administratif, Desa Gajah mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Semangat.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ndokum Siroga. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bulan Baru. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Surbakti.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data dari potensi desa tahun 2013. Jumlah penduduk di Desa Gajah sebanyak 1.542 jiwa dengan 456 KK. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 793 jiwa penduduk laki-laki (51,42%) dan 749 jiwa penduduk perempuan (48,57%). Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :


(39)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No. Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Penduduk (%)

1. Pertanian 936 92,95

2. Industri Rumah Tangga 29 2,88

3. PNS/ABRI 22 2,19

4. Lainnya 20 1,98

Jumlah 1.007 100

Sumber : Kecamatan Simpang Empat dalam Angka, Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Gajah didominasi berkerja di sektor pertanian yaitu sebanyak 936 jiwa (92,95%), sedangkan penduduk yang bekerja di sektor industri rumah tangga sebanyak 29 jiwa (2,88%), penduduk yang bekerja sebagai PNS/ABRI adalah sebanyak 22 jiwa (2,19%), penduduk yang bekerja di sektor lainnya (misalnya Pedagang, Wiraswasta, Pensiunan, dan lain-lain) adalah sebanyak 20 jiwa (1,98%).

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa tersebut. Jika sarana dan prasarana yang ada di suatu desa semakin baik, maka akan semakin mempercepat laju perkembangan desa tersebut.

Sarana dan prasarana di Desa Gajah sudah tersedia cukup memadai. Hal ini dapat dilihat bahwa sarana vital seperti Pos Kesehatan Desa, Sekolah Dasar, dan Sarana Ibadah sudah cukup tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :


(40)

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No. Uraian Jumlah

1. SD Negeri 1 buah

2. Poskesdes 2 unit

3. Posyandu 1 unit

4. Mesjid 1 buah

5. Gereja Protestan 3 buah

6. Industri Rumah Tangga 30 buah

7. Bengkel Sepeda Motor 1 buah

8. Bengkel Mobil 1 buah

9. Tenaga Medis (Bidan/Bides) 3 orang

10. Jambur 1 buah

11. Jenis Kendaraan -Mobil Penumpang -Pickup

-Sepeda motor

25 buah 33 buah 56 buah

12. Jalan

-Aspal 1,0 km

-Diperkeras 3,0 km

-Tanah 5,0 km

-Setapak 5,0 km

Sumber : Kecamatan Simpang Empat dalam Angka, Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Gajah sudah tersedia dengan memadai. Walaupun sarana pendidikan yang ada hanya satu Sekolah Dasar Negeri, tetapi penduduk dapat melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan yang ada di Berastagi dan Ibukota Kabupaten (Kabanjahe). Hal ini tidak mempersulit penduduk karena jaraknya tidak terlalu jauh dan mudah ditempuh, serta didukung oleh sarana jalan dan tranportasi yang memadai.

Pada bidang kesehatan terdapat 2 unit Poskesdes, 1 unit Posyandu, dan 3 orang Bidan/Bindes sebagai tenaga medis. Pada bidang keagamaan terdapat 1 buah mesjid, 3 buah gereja dan sebagai wadah untuk melakukan segala kegiatan kemasyarakatan terdapat 1 buah jambur. Di Desa Gajah juga terdapat 2 buah


(41)

bengkel, yaitu bengkel untuk sepeda motor dan mobil. Dan terdapat juga industri rumah tangga sebanyak 30 buah, yang membantu penambahan pendapatan masyarakat di Desa Gajah. Sarana tranportasi juga sudah memadai, karena jalan menuju Desa Gajah sudah cukup baik yaitu aspal 1 km, diperkeras ada 3 km, tanah ada 5 km dan setapak 5 km.

4.2. Karakteristik Petani Sampel Penelitian

Karakteristik petani sampel menggambarkan kondisi atau keadaan serta status petani tersebut. Pembahasan tentang karakteristik petani kubis pada penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu umur petani sampel, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

Tabel 4.3 Karakteristik Petani Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo 2015

No Uraian Satuan Range Rataan

1 Umur Petani Sampel Tahun 26 - 52 41,5 2 Tingkat Pendidikan Tahun 6 - 12 9,7 3 Pengalaman Bertani Tahun 7 - 30 16,8

4 Jumlah Tanggungan Jiwa 2 - 7 5

5 Luas Lahan Ha 0,25 – 1,2 0,73

Sumber: Lampiran 1

4.2.1 Umur

Tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahatani yang dikerjakannya. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sedangkan semakin tua umur petani maka kemampuan kejanya relative menurun. Umur


(42)

petani sampel bervariasi antara petani yang satu dengan petani yang lainnya. Umur petani kubis di Desa Gajah berkisar antara 26 – 52 tahun dengan rata – rata umur 41,5 tahun.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang pembangunan pertanian. Kemampuan petani dalam mengelolausahataninya sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan bersifat formal maupun nonformal. Pendidikan petani yang lebih baik akan memungkinkan petani untuk mengambil langkah yang bijaksana dalam bertindak atau mengambil keputusan serta memungkinkan petani untuk mempelajari dan menerapkan teknologi baru dalam pengembangan usahataninya. untuk mengetahui lebih rinci tingkat pendidikan dari petani responden dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Petani Kubis Responden di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2015

No Tingkat Pendidikan (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 Tamat SD 8 20

2 Tamat SLTP 13 32,5

3 Tamat SLTA 17 42,5

4 Tamat D3, S1, S2 2 5

Total 40 100,00

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa petani responden dalam penelitian ini didominasi oleh petani dengan tingkat pendidikan SLTA dengan jumlah 17 orang (42,5%). Ini menunjukkan tingkat pendidikan penduduk di Desa Gajah


(43)

sudah tergolong sedang meskipun penduduk di desa itu didominasi oleh penduduk yang bermatapencaharian di bidang pertanian.

4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Pada penelitian ini, yang menjadi jumlah tanggungan keluarga adalah anak dan istri petani (keluarga). Dimana jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Rata – rata jumlah tanggungan petani responden di Desa Gajah adalah 5 orang/jiwa.

4.2.4 Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani akan berpengaruh terhadap pola pengelolaan usahataninya. Pada umumnya petani yang berpengalaman dalam usahatani kubis lebih terampil dalam melakukan aktivitas usahataninya. Adapun pengalaman berusahatani responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2015

No Pengalaman Berusahatani (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 1 – 10 8 20

2 11 – 20 25 62,5

3 21 – 30 7 17,5

Total 40 100

Sumber: Lampiran 1

Lamanya bertani yang cukup lama dapat menjadi modal awal bagi petani dalam membudidayakan usahataninya. Hal ini dikarenakan petani sudah


(44)

memahami teknik – teknik usahatani dari pengalamannya selama bertahun – tahun. Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa pengalaman berusahatani para petani responden di daerah penelitian berkisar antara 1 – 30 tahun. Petani kubis di daerah penelitian kebanyakan memiliki pengalaman bertani 11 – 20 tahun yaitu sebesar 62,5 % dari seluruh sampel penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa rata - rata petani kubis di daerah penelitian telah memiliki pengalaman bertani yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan petani di daerah penelitian telah melakukan usahatani sejak berusia muda, bahkan telah melakukan usahatani sejak masih belum berumah tangga atau sejak masih bersama orang tua mereka.

4.3 Karakteristik Usahatani

Kubis/kol merupakan salah satu komoditas unggulan jenis sayuran di Desa Gajah dan Desa Gundaling II selain wortel dan tomat. Jenis kubis yang banyak dibudidayakan di daerah tersebut adalah kubis jenis Grenova dan Grand 11. Kegiatan budidaya yang dilakukan petani kubis meliputi pengolahan tanah hingga pemeliharaan. Di daerah penelitian kubis ditanam secara monokultur dan polikultur. Penanaman secara polikultur, tanaman kubis biasanya ditanam bersama dengan tomat, cabai ataupun buncis. Pada penelitian ini yang termasuk dalam sampel penelitian adalah petani yang menanam kubis secara monokultur.

Tanaman kubis ditanam di atas lahan yang terlebih dahulu diolah hingga membentuk sebuah bedengan yang lebarnya + 1 meter dengan panjang bedengan biasanya disesuaikan dengan panjang/lebar lahan yang diusahakan. Pembuatan bedengan biasanya digunakan menggunakan cangkul dan tanah bedengan diolah hingga lahan siap untuk ditanam. Kubis ditanam tepat pada lobang tanam yang


(45)

telah dipersiapkan terlebih dahulu. Lubang tanam dibuat 2 baris setiap bedengan dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm. Sebelum kubis ditanam, petani terlebih dahulu mengaplikasikan pupuk organik/kompos ke dalam lubang tanam.

Pemeliharaan tanaman kubis yang dilakukan petani di daerah penelitian meliputi kegiatan pemupukan tanaman, penyemprotan hama tanaman, penyiangan tanaman dan penyiraman. Kegiatan penyiangan dilakukan sekaligus dengan kegiatan pemupukan. Dimana tanah dan gulma yang berada di sekitar tanaman dijadikan sebagai penutup pupuk yang diaplikasikan.

Pemupukan pada tanaman kubis dilakukan 2 kali selama satu musim tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman kubis berumur 2 – 3 minggu setelah tanam. Petani di daerah penelitian melakukan pemupukan kedua setelah tanaman kubis berumur 2 – 2,5 bulan. Selain pupuk organik, pupuk yang biasa dipakai oleh petani untuk memupuk tanaman kubisnya adalah pupuk NPK, pupuk hidrokomplit, pupuk amophos dan pupuk lainnya.

Pemeliharaan lain yang dilakukan petani adalah kegiatan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan rata – rata 8 – 10 kali selama 1 musim tanam. Penyemprotan pestisida umumnya dilakukan 8 kali, namun apabila hama yang menyerang tanaman kubis lebih banyak dari biasanya, maka petani melakukan kegiatan penyemprotan yang ke-9 hingga melakukan penyemprotan yang ke-10. Pestisida yang biasa digunakan adalah pestisida jenis enduro, antracol, lannet, ludo, prevaton dan serpa.

Pemeliharaan lain yang dilakukan petani adalah kegiatan penyiraman. Kegiatan penyiraman dilakukan oleh petani yang berada di daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung. Hal ini dilakukan untuk membersihkan debu vulkanik


(46)

yang terkena ke tanaman kubis. Namun tidak semua petani di daerah yang terkena erupsi melakukan penyiraman tersebut, karena petani tidak melakukan penyiraman jika hujan turun. Sedangkan petani di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung tidak melakukan kegiatan penyiraman.

Untuk melakukan kegiatan usahatani, para petani di daerah yang terkena maupun petani di daerah yang tidak terkena menggunakan tenaga kerja dalam melancarkan usahataninya. tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga. Pada penelitian ini biaya tenaga kerja yang dihitung hanya biaya tenaga kerja luar keluarga, karena pendapatan yang dihitung adalah pendapatan bersih usahatani kubis yang dilakukan petani tersebut. Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan di daerah penelitian biasa disebut Aron, dengan biaya upah tenaga kerja Rp 60.000,- hingga Rp 75.000 per orang per hari.

Hasil produksi tanaman kubis dipanen 1 – 2 kali per musim tanam. Panen pertama adalah kubis itu sendiri dan panen kedua adalah tunas kubis yang ditunggu sekitar 2 – 4 minggu setelah panen pertama dilakukan. Namun petani kubis di daerah penelitian tidak melakukan kegiatan pemanenan sendiri. Hal tersebut terjadi karena kubis yang siap dipanen langsung dijual kepada agen atau pedagang pengumpul di ladang dengan cara dilelang tanpa dipanen terlebih dahulu. Maka yang memanen kubis adalah pihak pedagang pengumpul yang membeli kubis tersebut. Hasil panen kubis di daerah penelitian ada yang dipasarkan ke ibukota Kecamatan Berastagi (Berastagi), ada juga yang dipasarkan ke ibukota kabupaten Karo (Kabanjahe), ada juga yang dipasarkan hingga ke luar kota seperti Kota Medan. Bahkan kubis dari daerah penelitian ini juga termasuk salah satu pemasok kubis yang akan diekspor ke luar negeri.


(47)

Umur tanaman kubis hingga panen di daerah penelitian umumnya sama dengan tanaman kubis di daerah lain. Tanaman kubis dapat dipanen kurang lebih 4 bulan setelah tanam. Produksi kubis di daerah penelitian pada umumnya berkisar antara 0,75 – 1,5 kg per batang. Apabila tanaman kubis benar benar bagus atau tidak diserang hama produksi kubis dapat mencapai hingga 2 – 3 kg per batang. Namun hal ini jarang terjadi karena rata – rata produksi kubis di daerah penelitian berkisar antara 0,75 – 2 kg per batang.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang berkenaan dengan tujuan penelitian yang meliputi uji beda rata-rata antara produktivitas dan pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

5.1 Produktivitas Kubis di Daerah yang Terkena dan Daerah yang Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung

Produktivitas kubis merupakan rata – rata jumlah produksi petani yang dihitung dalam satuan kg/hektar/musim tanam. Di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II), rata – rata produksi kubis per petani adalah sebesar 17.800 kg/musim tanam, maka rata – rata total penerimaan per petani adalah sebesar Rp 12.390.000,- per musim tanam dengan rata – rata harga jual adalah sebesar Rp780,- per kg. Rata – rata produksi kubis per petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung (Desa Gajah) adalah sebesar 18.925 kg/musim tanam, maka rata – rata total penerimaan per petani adalah sebesar Rp13.921.250,- per musim tanam dengan rata – rata harga jual adalah sebesar Rp 750,- per kg. Produksi kubis di daerah yang terkena dampak erupsi berbeda dengan produksi kubis di daerah yang tidak terkena dampak. Perbedaan juga terdapat pada produktivitas kubis di daerah yang terkena dampak erupsi dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak. Perbedaan ini mengakibatkan rata- rata penerimaan petani juga berbeda. Hal tersebut disajikan dalam Tabel 5.1 berikut ini:


(49)

Tabel 5.1 Rata – Rata Luas Lahan, Rata – Rata Produksi dan Produktivitas Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015.

Erupsi Rata - Rata Luas Lahan (Ha/MT)

Rata – Rata Produksi (Kg/MT)

Produktivitas (Kg/Ha/MT)

Tidak Terkena 0,645 17.800 26.640,48

Terkena 0,7325 18.925 25.825,29

Selisih 0,0875 1.125 715

Sumber: Lampiran 15 dan 16.

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa selisih produktivitas kubis di daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung (Desa Gajah) dengan produktivitas di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II) adalah sebesar 715 kg/ha/musim tanam. Produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas kubis di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Perbedaan produktivitas tersebut disebabkan oleh perbedaan rata – rata produksi dan input produksi yang digunakan petani kubis di daerah penelitian.

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dan tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung, dilakukan uji beda rata – rata dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test)). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini:


(50)

Tabel 5.2 Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena

Produktivitas Kubis Most Extreme

Differences

Absolute

,250

Positive ,100

Negative -,250

Kolmogorov-Smirnov Z 1,118

Asymp. Sig. (2-tailed) ,164

a Grouping Variable: dampak erupsi Gunung Sinabung Sumber: Lampiran 17

Tabel 5.2 di atas memperlihatkan bahwa hasil analisis uji beda rata – rata produktivitas kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,164. Nilai signfikansi yang diperoleh (0,164) lebih besar dari α (0,05) maka diambil kesimpulan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dampak dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Perbedaan kegiatan usahatani di daerah terkena dan daerah tidak terkena erupsi Gunung Sinabung terletak pada kegiatan pemeliharaan tanaman kubis. Pada usahatani di daerah yang terkena dampak ada kegiatan penyiraman untuk membersihkan kubis dari debu vulkanik yang menempel pada tanaman kubis, sedangkan di daerah yang tidak terkena tidak melakukan kegiatan penyiraman.

5.2 Pendapatan Petani Kubis Di Daerah Terkena Dan Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih petani yaitu selisih antara total penerimaan terhadap total biaya yang dikeluarkan


(51)

oleh petani (Rp/ha/musim tanam). Dimana total penerimaan adalah total hasil yang diterima petani dari penjualan kubis yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga jual kubis selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam), sedangkan total biaya adalah seluruh total pengeluaran petani yang dilimpahkan petani untuk usahataninya selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam).

5.2.1 Total Penerimaan

Total penerimaan adalah total hasil yang diterima petani dari penjualan kubis yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga jual kubis selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam). Adapun total penerimaan petani kubis di daerah penelitian ditampilkan pada Tabel 5.3 di bawah ini:

Tabel 5.3 Jumlah Produksi, Harga dan Penerimaan Petani di Daerah yang Terkena dan Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015.

Erupsi Jumlah

Produksi (Kg/Ha/MT)

Rata – Rata Harga Jual

(Rp/Kg)

Rata – Rata Penerimaan (Rp/Ha/MT)

Tidak Terkena 26.640 780,- 20.779.574

Terkena 25.285 750,- 19.368.967

Selisih 715 30,- 1.410.607

Sumber: Lampiran 15-16

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata penerimaan petani kubis di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung (Desa Gajah) dengan rata – rata penerimaan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II). Hal ini terjadi disebabkan adanya perbedaan rata – rata produksi dan perbedaan rata – rata harga jual di daerah tersebut. Perbedaan produksi tersebut disebabkan oleh perbedaan rata – rata luas lahan petani di daerah terkena dengan rata – rata luas lahan di daerah


(52)

tidak terkena, dimana luas lahan di daerah yang terkena lebih luas dibanding dengan luas lahan di daerah yang tidak terkena erupsi gunung sinabung. Selain luas lahan yang berbeda, penggunaan jumlah bibit yang berbeda juga menyebabkan perbedaan jumlah produksi yang dihasilkan. Perbedaan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan perbedaan jumlah produksi dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Sedangkan rata – rata harga jual pada Tabel 5.3 di daerah terkena dengan harga jual di daerah yang tidak terkena berbeda sebesar Rp 30,- per kg. Berdasarkan observasi di lapangan, hal ini disebabkan jarak lokasi daerah yang terkena erupsi lebih jauh ke lokasi pemasaran dibandingkan dengan jarak lokasi daerah yang tidak terkena erupsi.

5.2.2 Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah seluruh total pengeluaran petani yang dilimpahkan petani untuk usahataninya selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam). Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya relatif tetap selama masa produktif. Petani harus tetap membayarnya, berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahataninya. Dalam hal ini, biaya tetap meliputi biaya penyusutan dari peralatan yang dugunakan oleh petani dan biaya PBB. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada jumlah produksi. Umumnya biaya variabel meliputi biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi (saprodi).


(53)

Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah penelitian ditampilkan secara lebih rinci pada Tabel 5.4 di bawah ini:

Tabel 5.4 Total Biaya Produksi di Daerah yang Terkena dan Daerah yang Tidak Terkena Tahun 2015

Keterangan

Daerah Terkena Dampak (Rp/Ha/MT)

Daerah Tidak Terkena Dampak

(Rp/Ha/MT) Biaya Tetap

1. Biaya PBB 21.667 21.667

2. Biaya Penyusutan 29.884 25.071

Biaya Variabel

1. Biaya Tenaga Kerja 3.793.463 2.997.200

2. Biaya Saprodi 6.735.229 6.343.604

Total Biaya 10.581.353 9.387.542

Sumber: Lampiran 13-14

5.2.3 Pendapatan Petani

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih petani yaitu selisih antara total penerimaan terhadap total biaya yang dikeluarkan oleh petani (Rp/ha/musim tanam). Untuk mengidentifikasi pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dampak dan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung sinabung dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini:


(54)

Tabel 5.5 Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani Kubis di Daerah yang Terkena dan di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

Keterangan Daerah Terkena

Dampak

Daerah Tidak Terkena Dampak

Rata-Rata (Rp/Ha/MT)

Rata-Rata (Rp/Ha/MT)

Penerimaan 19.368.967 20.779.574

Biaya Tetap

1. Biaya PBB 21.667 21.667

2. Biaya Penyusutan 29.884 25.071

Biaya Variabel

1. Biaya Tenaga Kerja 3.793.463 2.997.200

2. Biaya Saprodi 6.735.229 6.343.604

Total Biaya 10.581.353 9.387.542

Pendapatan 9.138.974 9.338.232

Sumber: Lampiran 3-16(Diolah)

Tabel 5.5 di atas memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata pendapatan petani kubis di daerah yang terkena (Desa Gajah) dengan rata – rata pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II) yaitu sebesar Rp 199.258,- per hektar per musim tanam. Rata – rata pendapatan petani di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung lebih tinggi daripada Rata – rata pendapatan petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Hal ini disebabkan adanya perbedaan rata – rata penerimaan yang diterima dan rata – rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah yang terkena dengan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Adapun perbedaan rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung adalah sebesar Rp 1.410.607,- per hektar per musim tanam. Rata – rata


(55)

penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang tidak terkena lebih tinggi daripada rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Sedangkan perbedaan total biaya yang dikeluarkan oleh petani di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena disebabkan oleh adanya perbedaan biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani, adanya perbedaan biaya saprodi dan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah yang terkena dengan petani di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung. biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani di daerah yang terkena lebih tinggi daripada biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani di daerah yang tidak terkena. Adapun perbedaan rata – rata biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 4.813,- per hektar per musim tanam. Namun perbedaan ini tidak relevan terhadap erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 5.5 di atas juga memperlihatkan bahwa perbedaan juga terdapat pada biaya tenaga kerja yang digunakan petani untuk usahataninya. Perbedaan rata – rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 796.263,- per hektar per musim tanam. Biaya tenaga kerja yang digunakan oleh petani di daerah yang terkena lebih tinggi daripada di daerah yang tidak terkena. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani terhadap usahataninya, dimana di daerah yang terkena erupsi petani melakukan kegiatan penyiraman, sedangkan di daerah tidak terkena tidak melakukan penyiraman. Perbedaan biaya tenaga kerja dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 5.6 berikut ini:


(56)

Tabel 5.6 Rata – Rata Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

No Tenaga Kerja Daerah Terkena (Rp/Ha/MT)

Daerah Tidak Terkena (Rp/Ha/MT)

1 Pengolahan Tanah 1.055.089 891.449

2 Penanaman 784.877 471.393

3 Pemupukan 720.078 477.195

4 Penyemprotan 987.268 1.176.063

5 Penyiraman 246.150 -

Total 3.793.463 2.997.200

Sumber: Lampiran 7-10

Selain perbedaan rata – rata penggunaan tenaga kerja, perbedaan rata – rata biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani juga ditunjukkan oleh Tabel 5.5 di atas. Biaya saprodi yang dikeluarkan petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung lebih tinggi daripada biaya saprodi yang dikeluarkan petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Perbedaan rata – rata biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani tersebut adalah sebesar Rp 391.625,- per hektar per musim tanam. Namun perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh Gunung Sinabung yang mengalami erupsi. Perbedaan biaya saprodi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan luas lahan yang dimiliki petani. Perbedaan biaya saprodi yang dikeluarkan petani dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 5.7 berikut ini:


(1)

Sam-pel

Lahan (Ha)

Petani (Kg)

(Rp/ Kg)

Petani (Rp)

(Rp) Petani (Rp)

Ha (Kg)

Ha (Rp)

(Rp) Ha

(Rp) 1 0,8 18.000 800 14.400.000 9.333.334 5.066.666 22500 18000000 11666668 6333333 2 0,6 16.000 800 12.800.000 7.373.167 5.426.833 26667 21333333 12288612 9044722 3 0,8 17.000 700 11.900.000 8.512.334 3.387.666 21250 14875000 10640418 4234583 4 1 25.000 800 20.000.000 11.192.667 8.807.333 25000 20000000 11192667 8807333 5 0,5 12.000 800 9.600.000 5.356.334 4.243.666 24000 19200000 10712668 8487332 6 0,9 28.000 600 16.800.000 10.910.500 5.889.500 31111 18666667 12122778 6543889 7 0,4 10.000 800 8.000.000 4.055.084 3.944.916 25000 20000000 10137710 9862290 8 0,8 22.000 700 15.400.000 8.765.001 6.634.999 27500 19250000 10956251 8293749 9 1,2 28.000 700 19.600.000 13.257.000 6.343.000 23333 16333333 11047500 5285833 10 0,7 15.000 800 12.000.000 8.433.500 3.566.500 21429 17142857 12047857 5095000 11 1 28.000 750 21.000.000 11.739.334 9.260.666 28000 21.000.000 11739334 9260666 12 0,7 16.000 1000 16.000.000 7.018.167 8.981.833 22857 22857143 10025953 12831190 13 0,75 17.000 1000 17.000.000 8.521.750 8.478.250 22667 22666667 11362333 11304333 14 0,6 18.000 800 14.400.000 7.137.833 7.262.167 30000 24000000 11896388 12103612 15 0,25 10.000 600 6.000.000 2.538.250 3.461.750 40000 24000000 10153000 13847000 16 0,5 15.000 800 12.000.000 5.615.834 6.384.166 30000 24000000 11231668 12768332 17 0,8 28.000 500 14.000.000 8.705.167 5.294.833 35000 17500000 10881459 6618541 18 0,6 12.000 800 9.600.000 6.206.333 3.393.667 20000 16000000 10343888 5656112 19 1 22.000 800 17.600.000 10.129.667 7.470.333 22000 17600000 10129667 7470333 20 0,8 20.000 800 16.000.000 8.233.001 7.766.999 25000 20000000 10291251 9708749 21 1 25.000 750 18.750.000 10.303.250 8.446.750 25000 18750000 10303250 8446750 22 0,5 12.000 600 7.200.000 4.726.834 2.473.166 24000 14400000 9453668 4946332 23 0,7 18.000 800 14.400.000 7.038.084 7.361.916 25714 20571428,57 10054406 10517023 24 0,5 18.000 500 9.000.000 4.859.917 4.140.083 36000 18000000 9719834 8280166


(2)

Lampiran 15. Lanjutan No

Sam-pel

Luas Lahan

(Ha)

Produksi/ Petani

(Kg)

Harga (Rp/

Kg)

Penerimaan/ Petani

(Rp)

TC/Petani (Rp)

Pendapatan/ Petani

(Rp)

Produksi/ Ha (Kg)

Penerimaan/ Ha (Rp)

TC/Ha (Rp)

Pendapatan/ Ha (Rp) 25 0,8 20.000 600 12.000.000 7.094.334 4.905.666 25000 15000000 8867917,5 6132083 26 1 22.000 700 15.400.000 8.400.167 6.999.833 22000 15400000 8400167 6999833 27 0,25 12.000 800 9.600.000 2.364.334 7.235.666 48000 38400000 9457336 28942664 28 1 24.000 800 19.200.000 8.767.917 10.432.083 24000 19200000 8767917 10432083 29 0,75 22.000 800 17.600.000 7.436.417 10.163.583 29333 23466666,67 9915222,7 13551444 30 1 28.000 600 16.800.000 10.362.967 6.437.033 28000 16800000 10362967 6437033 31 1 30.000 500 15.000.000 10.979.734 4.020.266 30000 15000000 10979734 4020266 32 0,8 18.000 800 14.400.000 8.175.834 6.224.166 22500 18000000 10219793 7780208 33 0,8 18.000 800 14.400.000 8.201.334 6.198.666 22500 18000000 10251668 7748333 34 0,5 14.000 750 11.000.000 5.046.834 5.953.166 28000 22000000 10093668 11906332 35 1 22.000 800 17.600.000 9.726.417 7.873.583 22000 17600000 9726417 7873583 36 0,5 12.000 800 9.600.000 6.042.500 3.557.500 24000 19200000 12085000 7115000 37 1 26.000 750 20.000.000 10.626.417 9.373.583 26000 20000000 10626417 9373583 38 0,4 10.000 1000 10.000.000 4.915.000 5.085.000 25000 25000000 12287500 12712500 39 0,6 15.000 800 12.000.000 5.764.000 6.236.000 25000 20000000 9606666,7 10393333 40 0,5 14.000 700 9.800.000 5.603.250 7.996.750 28000 19600000 11206500 8393500 Total 29,3 757000 32000 556850000 309469798 248380202 981361 774758680 423254117 365558978

Rata-rata

0,7325 18925 750 13921250 7736744,96 6309505,05 25825,29 19368967 10581353 9138974 Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)


(3)

No

Sam-pel

Luas Lahan

(Ha)

Produksi/ Petani

(Kg)

Harga (Rp/

Kg)

Penerimaan/ Petani

(Rp)

TC/Petani (Rp)

Pendapatan/ Petani

(Rp)

Produksi/ Ha (Kg)

Penerimaan/ Ha (Rp)

TC/Ha (Rp)

Pendapatan/ Ha (Rp) 1 1 30.000 800 24.000.000 12.306.334 11.693.666 30000 24000000 12.306.334 11693666 2 0,4 8.000 700 5.600.000 3.499.667 2.100.333 20000 14000000 8.749.167 5250833 3 0,4 10.000 700 7.000.000 3.584.500 3.415.500 25000 20000000 8.961.250 11038750 4 0,8 25.000 500 17.500.000 8.432.000 9.068.000 31250 21875000 10.540.000 11335000 5 0,5 18.000 800 14.400.000 4.820.000 9.580.000 36000 28800000 9.640.000 19160000 6 0,8 18.000 500 9.000.000 6.880.000 2.120.000 22500 11250000 8.600.000 2650000 7 1 22.000 800 17.600.000 9.973.334 7.626.666 22000 17600000 9.973.334 7626666 8 0,5 17.000 500 8.500.000 4.519.500 3.980.500 34000 17000000 9.039.000 7961000 9 0,6 13.000 800 10.400.000 5.297.500 5.102.500 21667 17333333,3 8.829.167 8504167 10 0,5 14.000 500 7.000.000 3.765.500 3.234.500 28000 14000000 7.531.000 6469000 11 0,3 8.000 800 6.400.000 2.509.333 3.890.667 26667 21333333,3 8.364.445 12968890 12 0,2 5.000 800 4.000.000 2.706.167 1.293.833 25000 20000000 13.530.834 6469165 13 0,7 18.000 500 9.000.000 5.393.500 3.606.500 25714 12857142,9 7.705.000 5152143 14 0,5 15.000 500 7.500.000 4.639.667 2.860.333 30000 15000000 9.279.334 5720666 15 1 30.000 800 24.000.000 8.429.167 15.570.833 30000 24000000 8.429.167 15570833 16 0,8 20.000 500 10.000.000 7.802.667 2.197.333 25000 12500000 9.753.334 2746666 17 0,8 21.000 700 14.7 00.000 7.555.334 7.144.666 26250 18375000 9.444.167 8930832 18 0,5 13.000 600 7.800.000 4.924.667 2.875.333 26000 15600000 9.849.334 5750666 19 0,75 20.000 600 12.000.000 5.436.084 6.563.916 26667 16000000 7.248.111 8751888 20 1 30.000 700 21.000.000 10.098.334 10.901.666 30000 21000000 10.098.334 10901666 21 0,5 15.000 1000 15.000.000 5.405.000 9.595.000 30000 30000000 10.810.000 19190000 22 0,25 4.000 800 3.200.000 2.209.083 990.917 16000 12800000 8.836.334 3963668 23 1 28.000 800 22.400.000 8.414.167 13.985.833 28000 22400000 8.414.167 13985833 24 1 40.000 950 38.000.000 11.289.334 23.710.666 40000 35000000 11.289.334 23710666


(4)

Lampiran 16. Lanjutan No

Sam- Pel

Luas Lahan

(Ha)

Produksi/ Petani

(Kg)

Harga (Rp/

Kg)

Penerimaan/ Petani

(Rp)

TC/Petani (Rp)

Pendapatan/ Petani

(Rp)

Produksi/ Ha (Kg)

Penerimaan/ Ha (Rp)

TC/Ha (Rp)

Pendapatan/ Ha (Rp) 25 0,8 26.000 500 13.000.000 8.182.334 4.817.666 32500 16250000 10.227.917 6022083 26 0,4 8.000 800 6.400.000 3.741.667 2.658.333 20000 16000000 9.354.167 6645833 27 0,5 10.000 700 7.000.000 3.949.167 3.050.833 20000 14000000 7.898.334 6101666 28 0,5 10.000 800 8.000.000 4.599.167 3.400.833 20000 16000000 9.198.334 6801666 29 1 40.000 500 20.000.000 9.271.500 10.728.500 40000 20000000 9.271.500 10728500 30 0,5 10.000 900 9.000.000 5.446.834 3.553.166 20000 18000000 10.893.667 7106332 31 0,7 14.000 600 14.000.000 5.566.167 8.433.833 20000 20000000 7.951.667 12048333 32 1 32.000 500 16.000.000 8.785.334 7.214.666 32000 16000000 8.785.334 7214666 33 0,8 22.000 800 17.600.000 7.464.000 10.136.000 27500 22000000 9.330.000 12670000 34 0,5 17.000 600 10.200.000 6.019.167 4.180.833 34000 20400000 12.038.334 8361666 35 0,3 5.000 1000 5.000.000 3.812.000 1.188.000 16667 16666666,7 12.706.667 3960000 36 0,5 14.000 500 7.000.000 4.045.500 2.954.500 28000 14000000 8.091.000 5909000 37 0,7 18.000 800 14.400.000 4.452.834 9.947.166 25714 20571428,6 6.361.191 14210237 38 0,6 16.000 800 12.800.000 5.602.167 7.197.833 26667 21333333,3 9.336.945 11996388 39 0,5 12.000 700 8.400.000 4.174.167 4.225.833 24000 16800000 8.348.334 8451666 40 0,7 16.000 800 12.800.000 5.941.000 6.859.000 22857,14 18285714,3 8.487.143 9798571 Total 25,8 712000 31200 495600000 240943844 254656156 1065619 831182960 375501682 373529271

Rata-rata

0,645 17800 780 12390000 6023596,05 6366403,9 26640,48 20779574,4 9387542 9338231,76 Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)


(5)

Frequencies

dampak erupsi

Gunung Sinabung

N

produktivitas

kubis

tidak terkena

erupsi

40

terkena erupsi

40

Total

80

Test Statistics(a)

produktivitas

kubis

Most Extreme

Absolute

,250

Differences

Positive

,100

Negative

-,250

Kolmogorov-Smirnov Z

1,118

Asymp. Sig. (2-tailed)

,164


(6)

Lampiran 18. Hasil Output SPSS Uji Beda Rata

Rata Pendapatan Petani

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

dampak erupsi

Gunung Sinabung

N

pendapatan

petani

tidak terkena

erupsi

40

terkena erupsi

40

Total

80

Test Statistics(a)

pendapatan

petani

Most Extreme

Differences

Absolute

,150

Positive

,125

Negative

-,150

Kolmogorov-Smirnov Z

,671

Asymp. Sig. (2-tailed)

,759


Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

1 10 91

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 11

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 1 7

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 11

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

0 0 40

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 1 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 1 11

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 1 13