Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Bank
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Howard
D. Crosse and George J. Hemple dalam Rivai et al (2013: 1) bank adalah suatu
organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan
untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat
dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik.
Rivai et al (2013: 2) menjelaskan mengenai asas, fungsi dan tujuan bank di
Indonesia, yaitu:
1) Asas
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

2) Fungsi
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpunan dan
penyaluran dana masyarakat.

10
Universitas Sumatera Utara

3) Tujuan
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan kesehatan rakyat banyak.
Berdasarkan fungsinya jenis bank dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah.
Bank umum sering disebut bank komersil (comercial bank)
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya
disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan
bank umum.
Menurut Manurung (2009: 145) manajemen risiko adalah suatu proses di
mana manajer mengidentifikasikan, menilai, memonitor dan mengendalikan risiko
yang berhubungan dengan aktivitas bank. Manajemen risiko bank digunakan
untuk mengidentifikasikan semua risiko yang berhubungan dengan aktivitas bank

11
Universitas Sumatera Utara

dan agregasi informasi untuk mengevaluasi risiko aktivitas bank. Ada enam tipe
risiko bank, yaitu:
1) Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko yang berhubungan dengan kualitas berbagai aset
dan kemungkinan gagal dari aset bank.
2) Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah potensi risiko dari pendapatan dan nilai pasar

sekuritas di mana bank tidak dapat membayar atau memenuhi kewajibannya
pada waktu tertentu.
3) Risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko potensial dari pendapatan dan nilai sekuritas
sebagai akibat dari perubahan dan pergerakan harga pasar.
4) Risiko operasi
Risiko operasi adalah kemungkinan bahwa biaya operasi bank bervariasi
secara signifikan sehingga pendapatan dan nilai aset turun.
5) Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko publisitas negatif yang memengaruhi nasabah
bank dan tingkat profitabilitas bank.
6) Risiko hukum
Risiko hukum adalah risiko kegagalan kontrak, perubahan undang-undang
atau penilaian negatif dari publik dan berpengaruh terhadap profitabilitas dan
solvabilitas bank.

12
Universitas Sumatera Utara

Menurut Warjiyo (2004: 172) secara sederhana dapat dikatakan bahwa

bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan
baik. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal
yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik dan
mengoperasikan

bank

berdasarkan

prinsip

kehati-hatian,

menghasilkan

keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta
memelihara likuiditasnya sehingga mampu memenuhi kewajibannya setiap saat.
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earning
dan Liqudity). Kelima faktor itu berkaitan dan memang merupakan faktor yang

menentukan kondisi suatu bank.
2.1.2. Saham
Saham menurut Tandelilin (2001:18) adalah surat bukti bahwa
kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. dengan memiliki
saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap
pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran
semua kewajiban perusahaan. Terdapat dua jenis saham, yaitu saham preferen dan
saham biasa.
1) Saham Preferen (Preferen Stock)
Menurut Keown et al(2011: 266) Saham Preferen adalah sebuah surat
berharga hibrid dengan karakteristik saham biasa dan obligasi. Saham
preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh
tempo, dividen tidak dibayarkan tidak menyebabkan kebangkrutan, dan

13
Universitas Sumatera Utara

deviden tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Akan tetapi saham
preferen serupa dengan obligasi yang memberikan deviden dalam jumlah
yang tetap. Terdapat karakteristik saham preferen menurut Keown et al(2011:

226), yaitu:
a. Berbagai jenis golongan
Perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu seri atau golongan saham
preferen, dan setiap golongan memiliki perbedaan karakteristik. Dalam
kenyataan, perusahaan biasanya menerbitkan saham preferen lebih dari
satu seri.
b. Klaim terhadap aktiva dan penghasilan
Saham preferen lebih diprioritaskan dibanding saham biasa berkenaan
dengan klaim terhadap aktiva sewaktu terjadi kebangkrutan. Jika sebuah
perusahaan dilikuidasi, klaim saham preferen dipenuhi sesudah obligasi
dan sebelum saham biasa. Berbagai macam penerbitan saham preferen
dapat diurutkan sesuai prioritas. Saham preferen juga mempunyai klaim
atas penghasilan yang diutamakan sebelum saham biasa. Ini berarti,
perusahaan harus membayar dividen saham preferen sebelum membayar
dividen saham biasa. Jadi, apabila dikaitkan dengan risiko, saham
preferen lebih aman dibandingkan saham biasa karena klaimnya lebih
diprioritaskan atas aktiva dan penghasilan. Akan tetapi, lebih berisiko
dibandingkan hutang jangka panjang karena klaim atas aktiva dan
pendapatan dilakukan setelah obligasi.


14
Universitas Sumatera Utara

c. Sifat kumulatif
Saham preferen kumulatif menghendaki agar semua dividen saham
preferen dibayar sebelum dividen saham biasa diumumkan.
d. Ketentuan-ketentuan perlindungan
Ketentuan-ketentuan ini memungkinkan adanya hak voting pada saat
dividen tidak dibayarkan atau saat mereka membatasi pembayaran
dividen saham biasa bila pembayaran sinking fund tidak terpenuhi atau
jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
e. Dapat diubah
Saham preferen yang dapat diubah memungkinkan pemegang saham
preferen untuk mengubah saham preferen ke sejumlah saham biasa jika
pemegang menghendaki.
f. Tarif saham preferen yang dapat disesuaikan
Saham preferen yang dimaksudkan untuk memberikan keamanan bagi
investor bila terjadi gejolak niali saham akibat naik atau turunnya tingkat
bunga. Tingkat dividen berubah seiring dengan perubahan tingkat bunga.
g. Partisipasi

Memungkinkan pemegang saham preferen untuk mengambil bagian
dalam pembayaran di luar pembayaran pada dividen yang ditetapkan.
h. Saham preferen payment in kind
Investor tidak menerima dividen di muka, mereka mendapatkan lebih
banyak saham preferen, yang pada gilirannya membayar dividen lebih
banyak lagi.

15
Universitas Sumatera Utara

i. Sifat penghentian
Walaupun saham preferen tidak ditentukan periode jatuh temponya,
perusahaan penerbit biasanya menyediakan semacam metode penghentian
saham. jika saham preferen tidak bisa dihentikan, perusahaan yang
mengeluarkan saham tersebut tidak memperoleh keuntungan dari
menurunnya suku bunga.
2) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa, dikenal sebagai sekuritas penyertaan, sekuritas ekuitas atau
cukup disebut ekuitas (equity), menunjukkan bagian kepemilikan disebuah
perusahaan. Masing-masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang

segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut
dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan (Bodie et al.,
2006: 59). Menurut Bodie et al. (2006: 60) terdapat dua karakteristik penting
dari saham biasa sebagai alat investasi, yaitu fitur klaim sisa (residual claim)
dan kewajiban terbatas (limited liability).
a. Klaim sisa
Pemegang saham berada di barisan terakhir dari pihak-pihak yang
memiliki klaim atas aset dan pendapatan perusahaan.
b. Kewajiban terbatas
Mayoritas pemegang saham harus menanggung kerugian jika perusahaan
gagal sebesar nilai investasi aslinya.

16
Universitas Sumatera Utara

Analisis penilaian saham perlu digunakan untuk menghindari atau
memperkecil risiko yang mungkin akan dihadapi. Terdapat dua jenis analisis yang
dapat digunakan dalam penilaian saham, yaitu:
1) Analisis teknikal (technical analysis)
Menurut Bodie et al. (2006: 481) Analisis teknikal (technical analysis) pada

dasarnya merupakan upaya pencarian pola perulangan yang dapat diprediksi
dalam harga saham. kunci untuk analisis teknikal yang berhasil adalah respon
harga saham yang lambat terhadap faktor-faktor fundamental permintaan dan
penawaran. Analisis teknikal kadang kala disebut sebagai pembuat bagan
(chatist) karena mereka mempelajari catatan atau bagan-bagan harga saham
di masa lalu, berharap dapat menemukan pola yang dapat dimanfaatkan untuk
mendapatkan laba. Teori Dow (Dow Theory), dinamakan sesuai penemunya
Charles Dow (yang mendirikan The Wall Street Journal) merupakan dasar
dari sebagian besar analisis teknikal. Teori Dow menyebutkan tiga kekuatan
yang secara bersaman memengaruhi harga saham:
a. Tren primer (primary trend) adalah pergerakan harga dalam jangka waktu
panjang, berlalu beberapa bulan hingga beberapa tahun.
b. Tren sekunder atau perantara (secondary atau intermediate trend)
disebabkan oleh deviasi harga jangka pendek dari garis trennya. Deviasi
ini akan dieliminasi dengan koreksi, ketika harga kembali pada nilai
trennya.
c. Tren tersier atau minor (tertiary atau minor trend) yaitu fluktuasi harian
yang kurang penting.

17

Universitas Sumatera Utara

2) Analisis fundamental (fundamental analysis)
Menurut Bodie et al. (2006: 485) Analisis fundamental (fundamental
analysis) menggunakan prospek laba dan deviden perusahaan, harapan
tingkat bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk
menentukan harga saham yang tepat. Analisis fundamental biasanya memulai
sebuah studi tentang laba masa lalu dan menguji neraca perusahaan. Analisis
fundamental jauh lebih sulit daripada sekedar mengidentifikasi perusahaan
yang dijalankan dengan baik dan mempunyai prospek yang baik.penemuan
perusahaan yang baik untuk investasi bukanlah analisis yang baik ketika
seluruh pasar juga telah mengetahui bahwa perusahaan itu baik. Jika
pengetahuan itu telah menjadi pengetahuan publik, maka investor akan
dipaksa untuk membayar harga yang mahal atas perusahaan tersebut sehingga
investor tidak dapat merealisasi imbal hasil superior. Triknya bukanlah untuk
menemukan perusahaan yang baik, tetapi untuk menemukan perusahaan yang
lebih baik dibandingkan estimasi semua orang. Dengan kata lain, perusahaan
yang dikelola dengan cara yang buruk dapat menjadi posisi tawar yang besar
jika ternyata perusahaan itu tidak seburuk dari apa yang tercemin pada harga
(Bodie, 2006: 486).
2.1.3. Return Saham
Return menurut Jogiyanto (2003: 109) adalah hasil yang diperoleh dari
investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang.

18
Universitas Sumatera Utara

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukura kinerja dari perusahaan. Return historid
ini juga berguna sebagai dasr penentuan return ekspektasi (expected return) dan
risiko di masa datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang
diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan
return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum
terjadi (Jogiyanto, 2003: 109).
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut return saja. Return total
terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 2003: 110).
������

= ������� ���� (����) + �����

Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Capiatal gain atau capital loss
dapat dihitung dengan:
������� ���� (����) =

�� − ��−1
��−1

Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode
lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi
kerugian modal (capital loss). Yield merupakan persentase penerimaan kas
periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk
saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya.

19
Universitas Sumatera Utara

Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas
secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung
sebagai berikut (Jogiyanto, 2011) dalam (Siregar, 2015):

Dimana:

������ ��ℎ��

Pt

= harga saham pada periode t

Pt-1

= harga saham pada periode t-1

=

�� − ��−1
��−1

2.1.4. Analisis CAMELS
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis
besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asse Quality, Management,
Earning dan Liquidity).kelima faktor tersebut berkaitan dan memang merupakan
faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami
permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank
mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor), maka bank
tersebut akan mengalamai kesulitan. Apabila masalah tersebut tidak segera
diatasi, maka dapat dipastikan bank tersebut akan menjadi tidak sehat.
Meskipun secara faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank,
tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank.
Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk Bank Umum dan BPR ditetapkan
sebagai berikut (Warjiyo, 2004: 173-174):

20
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Bobot penilaian Faktor CAMEL untuk Bank Umum dan BPR
No.
Faktor CAMEL
Bank Umum
BPR
1 Permodalan
25%
30%
2 Kualitas Aktiva Produktif
30%
30%
3 Kualitas Manajemen
25%
20%
4 Rentabilitas
10%
10%
5 Likuiditas
10%
10%
Sumber: Bank Indonesia

1. Aspek Permodalan (Capital)
Modal merupakan salah satu yang penting bagi bank dalam rangka
mengembangkan usaha dan menopang kerugian yang mungkin timbul dari
penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengundang resiko serta
untuk membiayai penanaman dalam aktiva lainnya (Sawir, 2005) dalam
(Anugrah, 2013). Modal bank yang terdiri dan berkantor di Indonesia terdiri
atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary
capital (Dendawijaya, 2005: 39). Menurut Martono (2007) dalam Anugrah
(2013), pada aspek penilaian ini yang dinilai adlaah permodalan yang
didasarkan kepada Capital Adequacy Ratio (CAR).
2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)
Kualitas aktiva menunjukkan tingkat risiko aktiva dan tingkat kekuatan
keuangan dalam bank. Elemen ini memiliki peran utama dalam menilai
kondisi sekarang dan kelangsungan hidup perusahaan di masa depan (Pertiwi,
2010). Kualitas keuangan dari segi aset diukur melalui kualitas aktiva
produktifnya. Indikator kualitas aset yang dipakai adalah rasio Non
Performing Loan (NPL) (Anugrah, 2013).

21
Universitas Sumatera Utara

3. Aspek Kualitas Manajemen (Management)
Evaluasi kualitas manajemen paling sulit diukur karena hanya tergantung
pada kinerja keuangan. Kualitas manajemen tidak hanya dari kualitas sumber
daya manusia dalam bekerja, tetapi juga mencakup tingkat pendidikan seta
pengalaman karyawan dalam manangani berbagai kasus yang terjadi. Unsurunsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajemen permodalan,
aktiva, umum, rentabilitas dan likuiditas, yang didasarkan pada jawaban dari
pertanyaan yang diajukan (Pertiwi, 2010). Dendawijaya merumuskan aspek
manajemen berdasarkan manajemen modal, manajemen aktiva, manajemen
umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Aspek manajemen
pada penilaian kinerja bank dapat diproksikan dengan Net Profit Margin
(NPM) (Anugrah, 2013).
4. Aspek Rentabilitas (Earning)
Earning bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu, dan untuk mengukur tingkat efektivitas
manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. Masa depan
kelangusngan hidup bank sangat tergantung pada kemampuan untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang memadai atas aktiva perusahaan.
Laba digunakan sebagai sarana untuk memerluas dana, mempertahankan
posisi kompetitif, dan menambah modal perusahaan (atau paling tidak stabil)
(Pertiwi, 2010). Adapun komponen yang diniali mencakup earning adlah
return on Asset (ROA), return on equity (ROE), Net Interest Margin (NIM)
dan tingkat efisiensi bank (Aprilian dan Augustine, 2014).

22
Universitas Sumatera Utara

5. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas dapat dijelaskan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahan serta mempertahankan solvabilitas
perusahaan, suatu bank dikatakan liquid apabila dapat memnuhi kewajiban
utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan
(Pertiwi, 2010). Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam
menilai kinerja suatu bank antara lain adalah cash ratio, reserve requirement,
loan to deposit ratio, loan to asset ratio dan rasio kewajiban bersih call
money (Dendawijaya, 2005: 114).
Berdasarkan penjumlahan nilai kredit dari faktor-faktor CAMEL sesuai
bobotnya, kemudian dikurangi dengan penalti karena pelanggaran atas ketentuan
yang mempengaruhih tingkat kesehatan bank, maka akan diperoleh total nilai
kredit tingkat kesehatan bank. Total nilai kredit tersebut selanjutnya akan
menentukan predikat tingkat kesehatan suatu bank, sebagai berikut (Bank
Kesentralan, 2004: 175):
80 - 100

= Predikat Sehat

66 - < 81

= Predikat cukup baik

51- < 66

= Predikat kurang sehat

0 - < 51

= Predikat tidak sehat

2.1.4.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Dendawijaya (2005: 121) Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mendukung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut

23
Universitas Sumatera Utara

dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lainlain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.CAR
merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva
yang berisiko. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang
disebutkan oleh aktiva yang berisiko. Bank Indonesia menetapkan CAR sebagai
kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh
setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko
(ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank dikali masingmasing bobot risiko aktiva tersebut. Jika aktiva tersebut tidak memiliki risiko
diberi bobot 0% dan untuk aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100% (Lubis,
2010: 46). Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004, rasio CAR cukup baik berkisar antara 8% dan semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik kesehatan bank tersebut.
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio
CAR ≥ 12%
9% ≤CAR ≤ 12%
8% ≤CAR≤ 9%
6% ≤CAR≤ 8%
CAR ≤ 6%

Predikat
Sangat Signifikan
Cukup Signifikan
Sesuai Ketentuan
Dibawah Ketentuan Berlaku
Tidak Solvable

Sumber : Bank Indonesia

24
Universitas Sumatera Utara

2.1.4.2. Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu pengukuran dari rasio
usahan bank yang menunjukkan besarnya resiko kredit bermasalah yang ada pada
suatu bank (Masyhud, 2004:77) dalam Muhammad (2015). Salah satu risiko yang
tidak luput dari bank adalah risiko gagal bayar atau kredit macet (Non Performing
Loan). Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap
penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi
kewajibannya (Dendawijaya, 2009: 64). Semakin besar rasio NPL suatu bank
maka jumlah kredit yang diberikan semakin menurun (Dendawijaya, 2009: 65).
Semakin besar nilai rasio ini maka akan semakin buruk kinerja suatu bank
dalam mengelola kredit bermasalahnya (Anugrah, 2010).
Tabel 2.3
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio
Non Performing Loan (NPL)
Rasio
Predikat
NPL ≤ 5%
Sehat
NPL ≥ 5%
Tidak Sehat
Sumber: Bank Indonesia
Net Profit Margin (NPM)
Menurut Dendawijaya (2005: 120) Net Profit Margin adalah rasio yang
menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan
dengan pendapatan yang diterima darin kegiatan opersaionalnya. Rasio NPM pun
mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan
pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko
kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas
(jika kredit diberikan dalam valas) dan lain-lain.

25
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4
Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank rasio
Net Profit Margin (NPM)
Rasio
Predikat
NPM ≥ 5%
Bagus
3% ≤ NPM < 5%
Cukup
NPM ≤ 3%
Buruk
Sumber: Bank Indonesia
2.1.4.3. Net Interest Margin (NIM)
Menurut Riyadi (2004: 140) Net Interest Margin(NIM) adalah
perbandingan antara Interest Income dikurangi Interest Expensess dibagi dengan
Average Interest Earning Asset. Net Interest Marginmenurut Devitra (2013)
adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan
pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit.
Net Interest Margin berdasarkan Surat edaran bank Indonesia No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktivitasnya dalam
rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Tabel 2.5
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Rasio Net Interest Margin (NIM)
Rasio
NIM ≥ 2%
NIM ≤ 2%

Predikat
Sehat
Tidak Sehat

Sumber : Bank Indonesia
2.1.4.4. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Kasmir (2004: 272) Loan to Deposit Ratio(LDR) merupakan
rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Menurut
Dendawijaya (2005: 116) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara

26
Universitas Sumatera Utara

seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank. Loan to Deposit Ratio
tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat engimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar
(Dendawijaya, 2005: 116).
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004, Bank Indonesia menetapkan kriteria peringkat komponen likuiditas :
1. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50% - 75% atau 50% <

Rasio ≤ 75% artinya likuiditas bank tersebut sangat likuid.
2. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75% - 85% atau 75% <

Rasio ≤ 85% artinya likuiditas bank tersebut likuid.
3. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85% - 100% atau 85% <

Rasio ≤ 100% artinya likuiditas bank tersebut cukup likuid.
4. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100% - 120% atau 100% <

Rasio ≤ 120% artinya likuiditas bank tersebut kurang likuid.

27
Universitas Sumatera Utara

5. Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120% atau Rasio≥ 120%

artinya likuiditas bank tersebut tidak likuid.
Tabel 2.6
Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank
Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio
50% ≤LDR≤ 75%
75% ≤LDR≤ 85%
85% ≤ LDR ≤ 100%
100% ≤ LDR ≤ 120%
LDR ≥ 120%

Predikat
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Buruk

Sumber : Bank Indonesia
2.2.

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
1. Fariz Abdullah dan L.Suryanto (2004) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pengaruh Rasio-rasio CAMEL sebagai Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta”. Dengan hasil penelitian CAR, ALR, NPM dan ROA
berpengaruh positif terhadap harga saham.
2. Setya Ningsih Sri Utami (2005) melakukan penelitian dengna judul “Pengaruh
Rasio Keuangan terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Perbankan di
Bursa Efek Jakarta)”. Dengan hasil penelitian LDR, ROE berpengaruh negatif
terhadap harga saham. CAR, NPM, EPS berpengaruh positif terhadap harga
saham dan ROA, DPS, DER tidak berpengaruh terhadap harga saham.
3. Muammar Khaddafi dan Ghazali Syamni (2008) dengan judul “Hubungan
Rasio CAMel dengan Return Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa
Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa CAR, NPL, FBI,

28
Universitas Sumatera Utara

ROE, BOPO dan NIM berpengaruh positif terhadap return saham. PPAP,
ROA dan LDR berpengaruh negatif terhadap return saham.
4. Ristintya Kurniadi (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh CAR,
NIM, LDR terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Indonesia”. Hasil
penelitian ini menyebutkan bahwa CAR, NIM dan LDR secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap returnsaham. NIM dan LDR secara parsial
berpengaruh terhadap returnsaham.
5. Joni Devitra (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Kinerja Keuangan
dan Efisiensi terhadap Returnsaham Perbankan di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011”. Hasil dalam penelitian ini menyebutkan bahwa CAR,
NPL, ROE, LDR, NIM dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap
returnsaham. Metode efisiensi DEA berpengaruh positif signifikan terhadap
returnsaham.
6. Novita Dianasari, Henny Medyawati dan Muhammad Yunanto (2013) dalam
penelitian yang berjudul “Financial Ratios, Return Stock and Financial
Report: Do They Always Affect Each Other?”. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa variabel CAR, ROE, LDR dan NPL tidak berpengaruh
terhadap return saham. hal ini bisa menjelaskan bahwa ada masalah
fundamental di dalam sistem perbankan di Indonesia.
7. Aprilian dan Augustine (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Rasio Keuangan, penerapan PSAK 50&55 (Revisi 2006), Manajemen Laba
dan

Peranan

Good

CorporateGovernance

terhadap

Returnsaham”.

Penelitiannya menyebutkan bahwa CAR secara parsial berpengaruh

29
Universitas Sumatera Utara

signifikan positif terhadap return saham, BOPO dan LDR secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, PSAK secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, GCG secara parsial
berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
8. Nahdia Kinanti Muhammad (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh CAR, NPL, dan BOPO terhadap Profitabilitas dan ReturnSaham
pada Bank-Bank yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013”. Hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa. CAR berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.BOPO
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.CAR tidak berpengaruh
signifikan terhadap returnsaham. NPL berpengaruh signifikan terhadap
return

saham.BOPO

berpengaruh

signifikan

terhadap

return

saham.Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Tabel 2.7
Penelitian Terdahulu
No.
1.

Nama
Peneliti
Fariz
Abdullah
dan
L.Suryanto
(2004)

Judul
Penelitian
Analisis
Pengaruh
Rasio-rasio
CAMEL
sebagai
Penilaian
tingkat
Kesehatan Bank
terhadap Harga
Saham
perusahaan
perbankan yang
terdaftar di
Bursa Efek
Jakarta

Variabel
Penelitian
Dependen:
Harga
Saham

Metode
Hasil penelitian
Penelitian
Regresi
1. CAR, ALR, NPM
Linier
dan ROA
Berganda
berpengaruh
positif terhadap
hargasaham.
Independen:
2. LDR berpengaruh
CAR, ALR,
negatif terhadap
NPM, ROA
harga saham
dan LDR

30
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.7
No.
2.

3

4.

5.

Nama
Peneliti
Setyaningsih
Sri Utami
(2005)

Khaddafi,
Muammar.
dan Ghazali
Syamni

Kurniadi,
Ristintya
(2012),

Devitra, Joni
(2013),

Judul
Penelitian
Pengaruh
Rasio
Keuangan
terhadap Harga
Saham (Studi
pada
Perusahaan
Perbankan di
Bursa Efek
Jakarta)

Variabel
Penelitian
Dependen:
Harga
Saham

Hubungan
Rasio Camel
dengan Return
Saham pada
Perusahaan
Perbankan di
Bursa Efek
Indonesia

Dependen:
Returnsaham

Independen:
LDR,
Capital
Ratio, ROA,
ROE, NPM,
EPS, DPS,
DER.

Independen:
CAR, NPL,
PPAP, FBI,
ROA, ROE,
LDR,
BOPO, NIM
dan RS
Pengaruh CAR, Dependen:
NIM, LDR
Returnsaham
terhadap
Returnsaham
Independen:
Perusahaan
CAR, NIM,
Perbankan
LDR
Indonesia

Kinerja
Keuangan dan
Efisiensi
terhadap
Returnsaham
Perbankan di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 20072011

Dependen:
Returnsaham
Independen:
CAR, NPL,
ROE, LDR,
NIM, BOPO,
DEA.

Metode
Hasil penelitian
Penelitian
Regresi
1. LDR dan ROE
Linier
berpengaruh
Berganda
negatif terhadap
harga saham
2. CAR, NPM, EPS
berpengaruh
positif terhadap
harga saham.
3. ROA, DPS, DER
tidak berpengaruh
terhadap harga
saham.
Regresi
1. CAR, NPL, FBI,
Berganda
ROE, BOPO dan
NIM berpengaruh
positif terhadap
return saham.
2. PPAP, ROA dan
LDR berpengaruh
negatif terhadap
return saham.
Regresi
3.
Linier
Berganda

4.

Regresi

1.

2.

CAR, NIM dan
LDR secara
simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
Returnsaham.
NIM dan LDR
secara parsial
berpengaruh
terhadap
Returnsaham.
CAR, NPL, ROE,
LDR, NIM dan
BOPO
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
Returnsaham.
Metode efisiensi
DEA berpengaruh
positif signifikan
terhadap
Returnsaham.

31
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.7
No.
6.

7.

Nama
Peneliti
Novita
Dianasari,
Henny
Medyawati
dan
Muhammad
Yunanto
(2013)
Aprilian dan
Augustine
(2014),

Judul
Penelitian
Financial
Ratios, Return
Stock and
Financial
Report: Do
They Always
Affect Each
Other?
Pengaruh Rasio
Keuangan,
penerapan
PSAK 50&55
(Revisi 2006),
Manajemen
Laba dan
Peranan Good
CorporateGove
rnance terhadap
Returnsaham

Variabel
Penelitian
Dependen:
Return
Saham
Independen:
CAR, ROE,
LDR dan
NPL
Dependen:
Returnsaham

Metode
Hasil penelitian
Penelitian
Regresi
1. CAR, ROE, LDR
Linier
dan NPL tidak
Berganda
berpengaruh
terhadap return
saham.

Regresi
1.
Linear
Berganda

Independen:
CAR,
BOPO,
LDR, PSAK
50 dan 55,

2.

Moderating:
GCG.

3.

4.

8.

Muhammad,
Nahdia
Kinanti
(2015),

Pengaruh CAR,
NPL, dan
BOPO terhadap
Profitabilitas
dan
Returnsaham
pada BankBank yang
terdaftar di BEI
tahun 20092013

Dependen:
Profitabiltas,
Returnsaham
Independen:
CAR, NPL,
dan BOPO.

Analisis
jalur

1.

2.

3.

4.

5.

CAR secara parsial
berpengaruh
signifikan positif
terhadap return
saham,
BOPO dan LDR
secara parsial tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham,
PSAK secara
parsial tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham,
GCG secara parsial
berpengaruh
signifikan positif
terhadap return
saham.
CAR dan BOPO
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas.
NPL tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas.
CAR tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Returnsaham
NPL dan BOPO
berpengaruh
signifikan terhadap
Returnsaham.
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
Return saham.

32
Universitas Sumatera Utara

2.3.

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau model konseptual menurut Azwar (2012: 41)

merupakan kerangka fikir mengenai hubungan diantara variabel-variabel.. Dengan
adanya model, maka minat penelitian akan lebih terfokus kedalam bentuk yang
layak diuji dan pada gilirannya memudahkan penyusunan hipotesis.
Pada penelitian ini variabel independen adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Net Interest
Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel
independennya adalah Return Saham.
a) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return Saham
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti
dana dari masyarakat, pinjaman dan lain-lain (Dendawijaya, 2005: 121).
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia rasio CAR yang baik adalah 8%,
semakin tinggi CAR maka akan semakin baik kinerja keuangan bank. Secara
umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya
dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham,
juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik (Devitra, 2013).
Hasil penelitian Aprilian dan Augustine (2014) menunjukkan bahwa CAR
secara parsial berpengaruh positif terhadap return saham.

33
Universitas Sumatera Utara

b) Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return Saham
Khaddafi dan Syamsi (2008) menyebutkan Non Performing Loan (NPL)
menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi nilai NPL
mengindikasikan semakin tinggi yang bermasalah dalam bank tersebut.
Sehingga akan menggambarkan kinerja perbankan yang kurang baik. Kinerja
perbankan yang kurang baik akan mengakibatkan investor enggan
berinvestasi dan menurunkan tingkat return saham. Penelitian Devitra (2013)
menyebutkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return saham.
sedangkan penelitian Dianasari (2013) menyebutkan NPL tidak berpengaruh
terhadap return saham.
c) Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Return Saham
Dendawijaya (2005:120) menyebutkan bahwa Net Profit Margin (NPM)
adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh
bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kondisi perbankan
karena bank dapat memaksimalkan labanya. Laba yang tinggi akan menarik
investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Penelitian Abdullah
(2004) dan Utami (2005) menyebutkan bahwa NPM berpengaruh positif
terhadap hargasaham.
d) Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Return Saham
Devitra (2012) menyatakan Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mengahasilkan pendapatan dari bunga

34
Universitas Sumatera Utara

dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit. Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia NIM dikatakan baik apabila lebih besar dari 2%.
Karena dengan semakin besarnya NIM maka akan menjelaskan bahwa laba
yang diperoleh bank tinggi. Laba bank yang tinggi memungkinkan return
saham perusahaan juga ikut meninggi. Penelitian Kurniadi (2012)
menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap return saham.
e) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return Saham
Menurut Dendawijaya (2005: 116) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio
antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah kemampuan likuiditas
bank sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena bank tidak
memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah
atau pihak ketiga. Tingginya LDR akan menyebabkan masalah likuditas,
yang menyebabkan investor merasa enggan untuk berinvestasi di perusahan
tersebut hal ini dapat menyebabkan penurunan harga saham dan return
saham. Penelitian Kurniadi (2012) meyatakan bahwa LDR berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan uraian diatas kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

35
Universitas Sumatera Utara

Capital Adequacy Ratio
(CAR)
Non Performing Loan
(NPL)
Return Saham
Net Profit Margin
(NPM)
Net Interest Margin
(NIM)
Loan to Deposit Ratio
(LDR)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4.

Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian

(Azwar, 2012: 49). Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian
ini adalah“Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Net
Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh terhadap Return Saham.

36
Universitas Sumatera Utara