Analisis Kelayakan Usahatani Tembakau (Studi Kasus : Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo, Sumatera utara) Chapter III IV
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di DesaBatukaran,
Kecamatan Payung , Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan
daerah itu merupakan salah satu sentral produksi Tembakau di Kabupaten Karo. Selain itu daerah
ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian.
Metode Penentuan Sampel
Penarikan sampel yang dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Responden
dalam penelitian ini adalah petani Tembakau di daerah penelitian yaitu di Desa Batukarang
Kecamatan Payung Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Banyaknya petani tembakau sebanyak
200 KK. Jumlah sampel yang diambil pada daerah penelitian sebanyak 30 KK dengan perlakuan
bersifat homogen.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani melalui wawacara dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data
baku yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian
ini.
Metode Analisis Data
Untuk menjawab indentifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu sejauh
mana ketersediaan sarana produksi pertanian ( luas lahan,bibit, pupuk/pestisida, tenaga kerja,
peralatan ) di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjawab indentifikasi masalh 2 (Hipotesis 2) dengan menggunakan rumus
produktivitas. Dan Untuk menjawab produksi dianalisis dengan metode deskriptif yaitu
membandingkan produksi dengan daerah lain.
Produksi dikatakan tinggi apabila produksi di daerah penelitian lebih tinggi dari daerah lain.
Total Produksi
Produktivitas =
Luas lahan
Kriteria :Produktivitas di daerah penelitian lebih tinggi dari produktivitas di daerah lain.
Untuk indentifikasi maslah 3 (Hipotesis 1) , dengan menggunakan rumus Pendapatan
usahatani.
Penerimaan usahatani
TR = Y. Py
Dimana :
TR = Total Penerimaan (total revenue)
Y = Produksi yang diperoleh (Kg)
Py = Harga Jual (Rp)
Biaya Produksi Usaha tani
TC = FC+ VC
Dimana :
TC = Total Biaya (Rp)
FV = Biaya Tetap (Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)
Maka pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus :
Pd = TR-TC
Dimana :
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
Universitas Sumatera Utara
TR = Total penerimaan ( total revenue)
TC = Total biaya (total cost)
(Soekartawi, 2002).
Kreteria uji : Pendapatan usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan usahatani lebih tinggi dari
pada upah harian rata-rata di daerah penelitian .
Untuk menjawab indentifikasi masalah 4(Hipotesis 3) digunakan analisis Return Cost Ratio
(Rasio R/C) yang dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi,
secara matematis dituliskan sebagai berikut:
produksi, secara matematis dituliskan sebagai berikut:
a = R/C
R = Py.Y
C = FC + VC
a = {( Py.Y ) / (FC + VC)}
Dimana :
R
= Penerimaan
C
= Biaya
Py
= Harga Output
Y
= Output
FC
= Biaya Tetap (Fixcost)
VC
= Biaya variabel (Variabel Cost)
Indikatornya sebagai berikut :
Bila R/C = usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
Bila R/C > 1 usaha layak untuk dilaksanakan
Bila R/C < 1 usaha tidak layak untuk dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
(Soekartawi,1995).
Break Even Point (BEP) adalah titik pokok dimana total revenue sama dengan total totas
cost.
BEP Volume produksi
: Total Biaya Produksi
Harga ditingkat petani
BEP Harga produksi
: Total Biaya Produksi
Total Produksi
Kreteria uji : titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi
dari hasil perhitunga BEP (Break even point).
Defenisi Dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis membuat defenisi dan batasan
operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Usahatani tembakau adalah Kegiatan usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan
usahatani dengan menanam tanaman tembakau .
2. Analisis usahatani tembakau adalah analisis penggunaan faktor produksi berupa lahan,
sarana produksi dan tenaga kerja.
3. Petani wortel adalah Petani yang mengusahakan tanaman tembakau mulai dari penanaman
sampai pemanenan.
4.
Sarana produksi adalah Komponen mutlak yang diperlukan dalam proses usahatani
tembakau yang terdiri dari bibit,pupuk,pestisida dan peralatan.
Universitas Sumatera Utara
5. Faktor produksi adalah sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi untuk
memperlancar dalam menghasilkan output.
6.
Produksi adalah jumlah tanaman tembakau yang sudah dipanen dari tanaman tembakau .
7. Nilai produksi adalah jumlah input produksi berupa lahan,tenaga kerja, benih dan pupuk.
8.
Biaya produksi adalah biaya yang dikelurkan petani dalam satu musim tanam.
9.
Pendapatan usahatani adalah Pengurangan antara penerimaan dengan seluruh biaya yang
dikelurkan dalam usahatani tembakau.
10. Modal adalah Semua faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang baru
berupa hasil pertanian.
11. Harga jual adalah harga jual tembakau ditingkat petani yang ada di daerah penelitian.
12. .Kelayakan usahatani adalah ukuran suatau usaha dapat menghasilkan keuntungan yang
proposional dengan membandingkan jumbelah penerimaan dengan seluruh biaya produksi
dalam pengolahan.
13. Pemasaran dalam usahatani merupakan bagian akhir dalam proses kegiatan usahatani yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani, dengan melihat besarnya keuntungan yang di dapat.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo.
2. Sampel Penelitian adalah Petani yang menanam tembakau
3. Penelitian dilakukan tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KAREKTERISTIK PETANI RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah
Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung dan terletak di
wilayah Kabupaten Karo. Desa Batukarang memiliki topografi dataran tinggi dengan ketinggian 700 m
di atas permukaan laut. Secara umum Desa Batukarang beriklim tropis dengan udara sejuk yang
dipengaruhi oleh iklim pegunungan dengan tipe-tipe iklim kering. Rata-rata suhu udara sebesar 19,8°C
dengan suhu maksimum 25,8°C dengan suhu minimum 14,3°C.
Batas-batas Desa Batukarang adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lau Barus
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rimo Kayu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lau Biang
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandi Meriah
Luas Desa Batukarang secara keseluruhan adalah
1370 Ha, sebagaian besar diantaranya
diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman tembakau di Desa Batukarang dijadikan sebagai
tanaman utama yang ditanam oleh petani. Selain tanaman tembakau petani di Desa Batukarang
menanam tanaman cabe, jagung, padi dengan tujuan agar memperbaiki stuktur tanah dengan tidak hanya
menanam tanaman yang utama.
Penggunaan lahan di Desa Batukarang dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Batukarang tahun 2011
NO
1
2
3
Jenis Lahan
Pertanian tanah Sawah
Pertanian tanah Kering
Bagunan/Pemukiman
Luas (Ha )
415
350
15
Persentase (%)
30,3
25,54
1,1
Universitas Sumatera Utara
4
Lainnya
590
Jumlah
1370
Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Karang 2013
43,06
100
Tabel 3. Menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk perladangan tanah
sawah, yaitu 590 Ha (43,2 %) dari luas Desa Batukarang secara keseluruhan.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Batukarang sampai akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 4887 jiwa
atau 2554 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 2406 jiwa laki-laki dan 2481 jiwa
perempuan.Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5berikut :
Tabel 4. Distrubusi penduduk Menurur Kelompok Umur di Desa Batu Karang Tahun 2011
NO
Kelompok
Jumlah
Persentase (%)
Umur
penduduk
(Jiwa)
1
2
3
4
5
6
0-15
2245
16-31
1235
32-47
760
48-53
349
54-69
236
>70
62
Jumlah
4887
Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Karang 2013
45,93
25,27
15,55
7,14
4,83
1,28
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok penduduk di Desa Batu Karang yang kelompok umur 16-69
tahun merupakan kelompok umur kerja yang mempunyai proporsi terbesar yaitu sebanyak 2.580
jiwa (52,79%) dan di susul dengan kelompok umur 0-15 tahun sebesar 2.245 jiwa (45,93%)
sedangkan kelompok umur >70 sebesar 60 jiwa (1,28%).
Desa Batukarang terdiri dari beberapa keyakinan, komposisi penduduk berdasarkan agama dan
kepercayaan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan Di Desa Batukarang Tahun
2011.
No Agama Yang Dianut
Jumlah Penduduk
Persentase
(Jiwa)
(%)
1
Islam
1222
25,1
2
Protestan
1955
40,0
Universitas Sumatera Utara
3
4
5
6
Katolik
Hindu
Budha
Kepercayaan Lain
Jumlah
Sumber : Kepala Desa Batukarang 2013
1710
0
0
0
4887
34,9
100
Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Batukarang memeluk Agama Kristen
Protestan yakni sebanyak 1955 jiwa ( 40,0%).
Perekonomian Desa
Sebagaian besar mata pencaharian penduduk di Desa Batukarang adalah sektor pertanian.
Komposisi penduduk Desa Batukarang menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 6 berikut
ini :
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa Batukarang Tahun 2011.
No
Mata Pencarian
Jumlah Kepala
Persentase (%)
Keluarga (KK)
1
Petani
1834
71,8
2
Industri Rumah tangga
19
0,8
3
Jasa
139
5,4
4
PNS/TNI/Porli
315
12,3
5
Lainnya
247
9,7
Jumlah
2554
100
Sumber : Kepala Desa Batukarang 2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Batukarang mempunyai mata
pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 1834 Kepala Keluarga (KK) yaitu 71,8 % . Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.
Sarana dan Parasarana
Sarana dan parasarana akam mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di
desa tersebut.Jika sarana dan prasarana yang ada di suatu desa semakain baik, maka akan semakin
mempercepat laju perkembangan desa tersebut.
Sarana dan prasarana di Desa Batukarang saai ini telah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari
dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial.
Daerah ini dapat dicapai dengan angkutan.Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Sarana dan Parasarana di Desa Batukarang tahun 2011.
No
1
2
3
4
Sarana
Sarana dan Prasarana
Pendidikan
Mesjid
Kesehatan
Pustu, Poskesdes, Posyandu
Pasar
Kedai
Peribadatan
Gereja,mesjid
Jumlah
Sumber : Kepala Desa Batukarang Tahun 2013
Jumlah (Unit)
2
9
40
8
59
Sarana pendidikan yang ada di Desa Batu Karang kurang memadai, karena untuk hanya sekolah
SD dan SMP saja yang ada di di Desa Batu Karang. Untuk melanjutkan jenjang pendidikan SMA
harus ke desa lain atau pun ke ibukota kecamatan. Untuk fasilitas kesehatan sudah tersedia PUSTU,
POSKESDES dan POSYANDU. Menurut keterangan penduduk setempat keberadaan PUSTU,
POSKESDES,dan POSYANDU sudah memadai. Masyarakat di lokasi penelitian pada umumnya
melakukan transaksi hasil pertanian atau untuk membeli keperluan langsung ke pasar kecamatan
ataupun pasar kabupaten. Walaupun terdapat 40 kedai di desa namun belum bisa memenuhi
keperluan yang diinginkan masyarakat karena jumlah dan jenis barang yang di jual masih terbatas.
Karakteristik Petani Sampel
Universitas Sumatera Utara
Petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani tembakau
rakyat. Adapun karakteristik dari 30 petani yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Karakteristik Petani Sampel
N0
Uraian
Range
1
Luas Lahan (Ha)
0,1- 0,6
2
Usia ( Tahun)
25-76
3
Tingkat Pendidikan (Tahun)
6-17
4
Lama Bertani (Tahun)
5-45
Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 1)
Rataan
0,32
40
9
18
Dari tabel 9 diketahui rata - rata luas lahan petani di lokasi penelitian yaitu sebesar 0,32 Ha dengan
range 0,1 Ha sanpai dengan 0,6 Ha. Usia rata-rata petani adalah 40 tahun dengan range 25 tagun
sampai 76 tahun hal ini menunjukkan petani di lokasi penelitian masih tergolong usia produktig
untuk melakukan kegiatan usahatani tembakau rakyat. Sedangkan rata-rata tinkat pendidikan petani
di lokasi penelitian SMP (9 tahun) dengan range 6-17 hal ini mempengaruhi petani untuk
mengadopdi teknologi pertanian termasuk dalam hal menggunakan pupuk dan pestisida. Setiap
petani di lokasi penelitian tergolong sudah lama (18 tahun) dengan range 5-45 tahun hal ini
mempengaruhi keahlian petani dalam mengatasi berbagai masalah dalam usahatani tembakau
rakyat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Usahatani Tembakau di Daerah Penelitian
Kegiatan usahatani tembakau rakyat di Desa Batu Karang teridiri dari pengolahan lahan,
penanaman, pemupukan, penyiagan, pemberantasan hama dan penyakit, panen, pasca panen yaitu
pengirisan, penjemuran, pengirisan tembakau dan pengemasan.
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahn bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yaag sesuai bagi
pertumbuhan dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan kerasharus diolah kembali,
agar menjadi agregat-agregat tanah yang lebih halus sehingga berstruktur remah (gembur).
Pengolahan tanah untuk penanaman tembakau rakyat biasanya dimulai pada awal musim
kemarau atau akhir musim penghujan. Pengolahan tanah untuk tembakau rakyat ini tidak begitu
intensif bila dibandingkan dengan pengerjaan tanah untuk tembakau Deli atau tembakau cerutu.
Sebelum lahan diolah perlu dibersihkan dari semua sisa-sisa tanaman dan jangan sampai
ditumpukan di tengah areal. Sisa tanaman hendaknya diangkut kepinggir, dikeringkan kemudian
dibenamkan. Kalau ditumpuk di tengah atau di tepi areal dapat menjadi sumber hama/penyakit
tanaman.Selanjutnya tanah yang sudah dibuka dibiarkan terkena sinar matahari dan dibiarkan
sampai setengah kering.
Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah dengan
kedalaman 15-20 cm. Bongkahan tanah di pecah dengan menggunakan cangkol kemudian tanah
diratakan.
b. Penanaman
Petani di Desa Batukarang sebelum melakukan penanaman terlebih dulu melakukan
pemupukan secara merata. Pupuk yang digunakan yaitu NPK dengan rataan penggunaan sebanyak
125,15 kg/Ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan mencampurkan tanah dan pupuk dengan
menggunakan cangkul. Penentuan jarak tanam tidak terlalu diperhatikan, karena petani bisa
Universitas Sumatera Utara
memperkirakan jarak tanam tembakau. Pada umumnya jarak tanam tembakau dilokasi penelitian
sekitar 50-80 cm.
c. Pemupukan
Pemupukan yang dimaksud disini adalah pemupukan kedua setelah adanya pemupukan
pertama yang diberikan sebelum penanaman bibit. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tanaman
tembakau berumur 14-25 hari. Pada umumnya jenis pupuk yang dipakai oleh petani di lokasi
penelitian adalah NPK, KCL, Amapos, dan Garam. Dosis pemakaian pupuk dilokasi penelitian
untuk pupuk NPK sebesar 125,15 kg/Ha, pupuk KCL sebesar 128,55 kg/Ha, pupuk Amapos sebesar
119,48 kg/Ha dan garam sebesar 107,06 kg/Ha.
d. Penyiangan
Di daerah Penelitian Desa Batukarang petani melakukan penyiangan 2 kali yaitu pada umur
3 minggu dan 6 minggu setelah penanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara mengoret sehingga
gulma habus terkoret dan mati. Alat yang digunakan cangkul serta mencabut dengan tangan. Tujuan
dilakukan penyiangan ini agar gulma di sekitar areal tembaku bersih dan tidak menjadi inang bagi
hama dan penyakit pada tanaman lain.
e. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit di lokasi penelitian dilakukan dengan cara penyemprotan
pestisida. Pada umumnya jenis pestisida yang digunakan di lokasi penelitian adalah prevaton,
pegasus, serva, samik, alika dan drus ban merupakan pestisida untuk pemberantasan hama dan
untuk pemberantasan penyakit digunakan pestisida indrofol, beleton, antracol, dithet45, Score,
Metindo dan Kadilak.
f. Panen
Pemanenan tembakau dilakukan dengan cara pemetikan daun tembakau. Pemetikan daun
tembakau di lokasi penelitian dimulai saat tanaman tembakau sudah berumur 60-70 hari dan selesai
pemetikan dampai umur 120 hari. Daun tembakau sudah dapat di petik apabila daun sudah cukup
tua atau berwarna hijau kekuning-kuningan.
Universitas Sumatera Utara
g. Pengirisan
Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau sebagai alat pengiris tembakau dan
sangkalan sebagai alat penjepit dan pengukur tingkat ketipisan dalam melakukan pengirisan
tembakau.
h. Penjemuran
Penjemuran dilakukan setelah tembakau selesai di iris. Tembakau yang telah selesai di iris
di susun di atas kirang-kirang sebagai alat penjemur tembakau dan di jemur di bawah sinar
matahari. Penjemuran tembakau bertujuan agar tembakau kering, kembang dan berubah menjadi
warna cokelat. Tembakau yang sudah kembang dan berwarna cokelat adalah tembakau yang sudah
siap untuk di pasarkan.
Ketersediaan Sarana Produksi di Daerah Penelitian
a. Luas lahan
Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada lahan yang berstruktur gemur,remah,mudah
mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase.
Tembakau dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian antara 200-3.000 m dpl,
sedangkan Desa Batukarang terletak terletak pada ketinggian 700 m dpl, sehingga daerah ini cocok
ditanami tembakau. Lahan yang dimiliki petani merupakan lahan milik sendiri dan lahan sewa.
Luas lahan pertanian di Desa Batukarang adalah sebesar 940 Ha dan luas lahan rata-rata
yang digunakan untuk usaha tani tembakau adalah sebesar 0,325 Ha. Jika dibandingkan dengan
jumlah keluarga di daerah tersebut sebanyak 2554 KK, maka dapat diketahui rasio kepemilikikan
lahan untuk masing-masing keluarga tani sebesar 0,37 Ha/KK.
Universitas Sumatera Utara
b. Bibit
Petani tembakau Desa Batukarang memperoleh bibit tembakau dari pedagang bibit yang
berada di Desa Batukarang. Jenis bibit tembakau yang digunakan yaitu bibir tembakau virginia.
Harga bibit tembakau tembakau sebesarRp 50/ Batang dengan kebutuhan bibit rata-rata sebanyak
26317,85 batang /Ha
c. Garam dan Pupuk
Jenis garam yang digunakan petani adalah garam dapur yang berfungsi untuk mencerahkan
warna pada daun tembakau. Di daerah penelitian tidak semua petani menggunakan garam. Rata-rata
penggunaan garam yang digunakan petani di lokasi penelitian sebanyak 107,06 kg/Ha. Untuk
kebutuhan pupuk pada umumnya ditentukan petani sesuai dengan luas lahan yang digunakannya
dan berdasarkan kebutuhan kesuburan tanah tersebut. Pada umumnya petani di lokasi penelitan
menggunakan pupuk Amapos, NPK, dan KCL. Dengan rata-rata penggunaan Amapos sebanyak
119,48 Kg/Ha, NPK sebanyak 125,15 Kg/Ha, KCL sebanyak 128,55Kg/Ha. Dengan harga masingmasing yaitu garam Rp 2000/Kg, pupuk Amapos Rp 7000/Kg, pupuk NPK sebanyak Rp
7000/Kgdan KCL sebanyak Rp 8000/ Kg.
Petani di Desa Batukarang membeli pupuk dari kios pedagang saprodi yang berada di
Kecamatan Payung. Pupuk yang di beli petani tergolong harga yang cukup tinggi, namun petani
tetap membelinya di bandingkan petani harus membeli pupuk di Kecamatan Brastagi atau
Kabanjahe. Maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan petani tembakau akan pupuk belum cukup
tersedia.
d. Pestisida
Petani di Desa Batukarang menggunakan pestisida untuk menghindari penurunan produksi
tembakau. Jenis pestisida yang digunakan petani bermacam-macam dan tidak semua petani
menggunakan pestisida yang sama. Adapun jenis pestisida yang digunakan petani yaitu Prevaton,
Universitas Sumatera Utara
Pegasus, Serva, Samik, Dithet 45, Antrakol, Indrofol, Beleton, Drus Ban, Alika, Srore, Metindo,
Kadilak, Cek Point.
Dengan rata –rata penggunaan pestisida dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 9. Rata-rata penggunaan Pestisida di daerah penelitian selama 1 musim tanam
No
Jenis Pestisida
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Prevaton
Pegasus
Serva
Samik
Dithet 45
Antrakol
Indrofol
Beleton
Drus Ban
Alika
Score
Metindo
Kadilak
Cek Point
Total
Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Dosis Penggunaan
(ml/Ha)
77,38 ml/Ha
100,66 ml/Ha
133,69 ml/Ha
127,80 ml/Ha
137,07 ml/Ha
156,25 ml/Ha
216,64 ml/Ha
155,83 ml/Ha
132,68 ml/Ha
125,54 ml/Ha
135,00 ml/Ha
120,00 ml/Ha
82,50 ml/ Ha
90,00 ml/Ha
1791,04 ml/Ha
Adapun harga pestisida yang dibeli petani yaitu Prevaton Rp 60.000-120.000/btl, Pegasus Rp
40.000-60.000/btl, Serva Rp 20.000/btl, Samik Rp 40.000/btl, Dithet 45 Rp 80.000-100.000/btl,
Antrakol Rp 45.000-120.000/btl, Indrofol Rp 40.000/btl, Beleton Rp 45.000/btl, Drus Ban Rp
15.000/btl, Alika Rp 65.000/btl, Score Rp 40.000/btl, Metindo Rp 30.000/btl, Kadilak Rp
80.000/btl, Cek Point Rp 65.000/btl.
Petani di Desa Batukarang membeli pestisida di kios pedangan pestisida yang berada
Kecamatan Payung dan ada juga petani yang membeli pestisida di Kecamatan Berastagi dan
Kabanjahe. Petani di Desa Batukarang yang membeli pestisida Di Kecamatan Berastagi dan
Kabanjahe di sebabkan karna terbatasnya jenis pestisida yang ada di kios pestisida di Kecamatan
Payung. Jarak dari Kecamatan Payung ke Kecamatan Berastagi yaitu 8 Km sedangkan jarak antara
Kecamatan Payung ke Kecamatan Kabanjahe 19 Km. Sehingga ketika petani ingin membeli
pestisida di Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe jarak masih dapat di terjangkau oleh petani. Maka
dapat dikatakan bahwa kebutuhan petani tembakau akan pupuk masih cukup tersedia.
Universitas Sumatera Utara
e. Peralatan
Peralatan merupakan salah satu sarana produksi untuk mendukung kegiatan usaha tani.
Petani di desa Batukarang menggunakan peralatan seperti cangkul, sprayer, pisau pengiris, ember,
tali rafia, goni, kirang-kirang, batu asah dan sangkalan. Sebagian peralatan ada yang di beli di
warung-warung yang ada di Desa Batukarang. Untuk membeli peralatan seperti cangkol, batu asah
dan pisau pengiris petani harus pergi ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe. Jarak Dari
Kecamatan Payung ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe merupakan jarak yang masih dapat
ditempuh oleh petani yang berada di desa Batu Karang. Maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan
petani tembakau akan peralatan cukup tersedia..
f. Tenaga Kerja
Dalam melakukan kegiatan usahatani tembakau tenaga kerja dibutuhkan untuk mengerjakan
berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemupukan,
penyiagan, pemberantasan hama dan penyakit, panen, pengirisan, penjemuran, penyortiran dan
pengemasan. Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses usahatani.
Penggunaan tenaga kerja yang di pakai di Desa Batukarang dalam kegiatan usahatani berdasarkan
pada hari kerja orang yang berkerja pada lahan usahatani per hari.
Tabel 10. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam Di Daerah
Penelitian.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis Tahapan Pekerjaan
Pengolahan Lahan
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Pemberantasa hama & penyakit
Panen
Pengirisan
Penjemuran
Penyortiran
Pengemasan
Total Tenaga Kerja
Sumber : Data diolah dari Lampiran 8
Penggunaan
Tenaga Kerja
(HKO)
7,3
6,06
3,46
3,4
2,86
3,63
2,53
3,2
2,8
2,93
38,2
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja per hektar dalam 1 musim tanam (3
bulan) sebanyak 38 HKO. Luas lahan di Desa Batu Karang sebesar 765 ha dan jumlah penduduk
usia produktif 2580 jiwa, sehingga diperoleh potensi penggunaan tenaga kerja sebanyak 3 HKO per
hektar untuk mengusahakan usahataninya per harinya. Maka untuk 1 Ha lahan untuk usahatani
tembakau rakyat dalam 1 musim tanam ( 3 bulan) digunakan tenaga kerja 270 HKO. Penggunaan
tenaga kerja di daerah penelitian selama 1 musim yaitu sebanyak 38 HKO/Ha. Sehingga dapat
dikatakan kebutuhan akan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.
Tingkat Produksi dan Produktifitas Tembakau rakyat Daerah Penelitian
Produksi tembakau rakyat di daerah penelitian di desa Batu karang rata-rata sebesar 165,83
Kg dengan rata-rata produktifitas sebesar 531,8 Kg/Ha atau 0,531 Ton/Ha.
Tabel 11. Luas Tanaman dan Produksi Tembakau Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut
Kabupaten Tahun 2011
Luas Tanaman/Area (Ha)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kabupaten/Kota
Regency/City
Kabupaten/Regency
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhanbatu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
Batu Bara
Padang Lawas Utara
Sisa
Tahun
Lalu
Rest
Produksi
Tanam
Panen
Production
Planted Harvested
(ton)
1,50
62,05
-
5,70
257,00
19,00
205,00
26,00
-
3,70
257,00
11,00
144,00
24,00
-
0,38
221,10
15,00
125,00
13,18
-
Universitas Sumatera Utara
21
22
23
24
25
Padang Lawas
Labuhanbatu Selatan
LabuhanbatUtara
Nias Utara
Nias Barat
Kota/City
26
Gunungsitoli
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013
-
-
-
-
-
-
Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat 5 Kabupaten dari 25 Kabupaten dan 1 Kota Mayda di
Provinsi Sumatera Utara yang memproduksi tanaman tembakau rakyat. 5 Kabupaten itu yaitu
Kabupaten Mandailing Natal, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat merupakan
sentral penghasil tembakau di Sumatera Utara dengan luas tanaman dan hasil produksi tembakau
yang berbeda- beda.
Adapun produksi tembakau dari ke lima Kabupaten yang merupakan sentral Penghasil
tembakau sebagai berikut.
Produksi tembakau di Kabupaten Mandailing Natal sebesar 380 Kg/Ha atau 0,38 Ton/Ha
dengan rata-rata produktivitas sebesar 102,70 Kg/Ha Produksi tembakau di Kabupaten Dairi sebesar
221.100 Kg/Ha atau 221,10 Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 860,31 Kg/Ha. Produksi
tembakau di Kabupaten Karo sebesar 15000 Kg/Ha atau 15,00 Ton/Ha dengan rata-rata
produktivitas sebesar 1363,63 Kg/Ha. Produksi tembakau di Kabupaten Humbang Hasudutan
sebesar 125.00 Kg/Ha atau 125,00Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 868 Kg/Ha. Dan
produksi tembakau di Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 13180 Kg/Ha atau 13,18 Ton/Ha dengan
rata-rata produktivitas sebesar 549,16 Ton/Ha.
Bila produksi dan produktivitas tembakau di daerah penelitian yaitu di Desa Batu karang
dibandingkan dengan ke lima kabupaten penghasil tembakau di Provinsi Sumatera Utara, maka
dapat diketehui bahwa :
a.
Produksi tembakau rakyat di daerah penelitian 214,17 Kg lebih rendah dibandingkan
dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan Produktivitas tembakau rakyat di
daerah penelitian 0,429 Ton/Ha lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
b.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan
0,329 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Dairi.
c.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 12334,17 Kg dan
0,832 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Karo
d.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan
0,337 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Humbang Hasudutan
e.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 13014,17 Kg dan
0,018 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pakpak Bharat.
Maka dengan demikian produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian
tergolong rendah.
Dari uraian diatas maka hipotesis 2 yang menyatakan produksi dan produktivitas di daerah
penelitian tinggi di tolak.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Usahatani di Daerah Penelitian
Tabel 11 : Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Per Petani dan Per Hektar Di Daerah
Penelitian selama 1 Musim Tanam
.
Rata-Rata/Petani
Rata-Rata/Ha
No Jenis Biaya
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
1 Biaya
1.1 Lahan
- Sewa
1.666.666,67
1762202.38
- Milik Sendiri
51.166,67
58.740,07
1.2 Bibit
427.500
1.315.892,86
1.3 Garam
60.769,23
188.415,75
1.4 Pupuk
- Pupuk Amapos
219.000
708.857,14
- Pupuk NPK
277.586,21
881.867,82
- Pupuk KCL
311.551,72
975.952,40
1.5 Tenaga Kerja
- Pengolahan Lahan
390.000
1.284.047,61
- Penanaman
321.666,67
1.012.777,78
- Pemupukan
173.333,33
574.444,44
- Penyiangan
170.000
547.023,80
- Pemberantasan hama
143.333,33
451.825,39
dan penyakit
- Panen
183.333,33
601.349,20
- Pengirisan
126.666,67
408.472,22
- Penjemuran
160.000
553.849,20
- Penyortiran
4.200.000
514.841,27
- Pengemasan
4.400.000
511.230,15
1.6 Penyusutan Peralatan
2.570.165,47
8.539.385,41
Total Biaya
6.792.532,14
21.005.162,27
90.000
90.0000
2 Harga tembakau
14.925.000
47.862.857,14
3 Penerimaan
8.092.167,85
26.857.694,87
4 Pendapatan
75,87
248,94
5 BEP Volume Produksi
42.160,83
42.160,83
6 BEP Harga
2,15
2,15
7 R/C
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-18
Dari tabel11 dapat dilihat biaya produksi di daerah penelitian terdiri dari biaya lahan,garam
,bibit, pupuk, tenaga kerja dan penyusutan dengan total sebesar Rp6.792.532,14 per petani dan
Rp21.005.162,27 per hektar. Penerimaan rata-rata yang diperoleh dari penjualan tembakau Rp
Universitas Sumatera Utara
90.000 yaitu sebesar Rp14.925.000 per petani dan Rp47.862.857,14 per hektar. Dan total
pendapatan petani di lokasi penelitian sebesar Rp8.092.167,85 per petani dan Rp26.857.694,87 per
hektar.
Tabel 12. Pendapatan Usahatani Tembakau Per HKO di Daerah Penelitian
NO
Uraian
1
Pendapatan Usahatani
2
Jumlah Tenaga Kerja
3
Pendapatan Usahatani/HKO
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-15
Per Petani
(Rp)
8.092.167,85
32
252.880
Per Hektar
(Rp)
26.857.694,87
125
214.861
Berdasarkan tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani per petani
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan akan diperoleh sebesar Rp 8.092.167,85
per petani dan pendapatan usahatani per hektar sebesar Rp26.857.694,87. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap 1 HKO pada usahatani tembakau di daerah penelitian sebenarnya mendapatkan upah
sebesar Rp 252.880 per luas lahan petani atau Rp 214.861 untuk luas per hektar dan jika
dibandingkan dengan upah buruh harian lepas per hari/HKO di daerah penelitian sebesar Rp 50.00,
maka dapat diketahui bawha masyarakat di Desa Batukarang lebih menguntungkan mengusahakan
usahatani tembakau daripada menjadi buruh tani.
Dengan demikian hipotesis (1) yang menyatakan tingkat pendapatan usahatani di daerah
peneltian relatif lebih tinggi daripada upah harian rata-rata di daerah penelitian, diterima.
Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani tembakau dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan
usahatani tembakau yang diusahakan petani di daerah penelitian layak atau tidak. Untuk
mengetahui kelayakan digunakan kriteria Break Even Point (BEP) dan Return of Cost Ratio (R/C).
Dari tabel dapat diketahui bahwa perhitungan BEP volume produksi selama 1 musim tanam
adalah sebesar 75,87 Kg sedangkan untuk produksi tembakau selama 1 musim tanam di daerah
penelitian telah melampaui titik impas yaitu sebesar 165,83 kg. Dan untuk perhitungan BEP volume
produksi selama 1 musim tanam per hektar di daerah penelitian diperoleh titik impas yaitu sebesar
Universitas Sumatera Utara
248,94 Kg sedangkan untuk produksi tembakau selama 1 musim tanam per hektar di daerah
penelitian telah melampaui titik impas yaitu sebesar 531,8 Kg.
Dan untuk perhitungan BEP harga tembakau selama 1 musim tanam dan per hektar yaitu sebesar
42160,83 sedangkan harga tembakau selama 1 musim tanam di daerah penelitian yaitu sebesar
Rp.90.000/Kg. Maka dapat dikatakan harga penjualan petani bahwa harga penjulan petani telah
melalui titik impas (BEP) harga tembakau, maka kegiatan usahatani tembakau di daerah peneltian
telah menguntungkan.
Untuk R/C Ratio yaitu sebesar 2,15 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,15. Hal ini disebabkan karna harga jual tinggi dan jumlah
yang dijual banyak sehingga penerimaannya tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan kecil.
Berdasarkan uji kriteria kelayakan yang menyatakan usaha dikatakan layak apabila R/C>1, maka
kegiatan usahatani di daerah penelitian layak untuk di usahakan. Maka hipotesis (3) yang
menyatakan kegiatan usahatani layak untuk dikembangkan dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja
pada usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian cukup tersedia.
2. Tingkat produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian tergolong rendah
karena jika dibandingkan dengan Kabupaten Mandailing Natal, Dairi, Karo, Humbang
Hasundutan dan Pakpak Bharat produksi dan produktifitas masih lebih tinggi.
3. Pendapatan usahatani per luas lahan petani atau per hektar jika dibagi dengan jumlah tenaga
kerja yang digunakan (HKO) di daerah penelitian masih lebih tinggi dari pada upah harian
buruh lepas.
4. Kegiatan usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena
Saran
1. Untuk petani disarankan agar lebih memperhatikan jarak tanam tembakau dan pemeberian
dosis pupuk dan pestisida..
2. Kepada pemerintah disarankan agar memperhatikan pendistribusian pupuk bersubsidi
karena pendistribusian pupuk di daerah penelitian tidak berjalan dengan baik dan perlunya
Universitas Sumatera Utara
METODELOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di DesaBatukaran,
Kecamatan Payung , Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan
daerah itu merupakan salah satu sentral produksi Tembakau di Kabupaten Karo. Selain itu daerah
ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian.
Metode Penentuan Sampel
Penarikan sampel yang dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Responden
dalam penelitian ini adalah petani Tembakau di daerah penelitian yaitu di Desa Batukarang
Kecamatan Payung Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Banyaknya petani tembakau sebanyak
200 KK. Jumlah sampel yang diambil pada daerah penelitian sebanyak 30 KK dengan perlakuan
bersifat homogen.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani melalui wawacara dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data
baku yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian
ini.
Metode Analisis Data
Untuk menjawab indentifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu sejauh
mana ketersediaan sarana produksi pertanian ( luas lahan,bibit, pupuk/pestisida, tenaga kerja,
peralatan ) di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjawab indentifikasi masalh 2 (Hipotesis 2) dengan menggunakan rumus
produktivitas. Dan Untuk menjawab produksi dianalisis dengan metode deskriptif yaitu
membandingkan produksi dengan daerah lain.
Produksi dikatakan tinggi apabila produksi di daerah penelitian lebih tinggi dari daerah lain.
Total Produksi
Produktivitas =
Luas lahan
Kriteria :Produktivitas di daerah penelitian lebih tinggi dari produktivitas di daerah lain.
Untuk indentifikasi maslah 3 (Hipotesis 1) , dengan menggunakan rumus Pendapatan
usahatani.
Penerimaan usahatani
TR = Y. Py
Dimana :
TR = Total Penerimaan (total revenue)
Y = Produksi yang diperoleh (Kg)
Py = Harga Jual (Rp)
Biaya Produksi Usaha tani
TC = FC+ VC
Dimana :
TC = Total Biaya (Rp)
FV = Biaya Tetap (Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)
Maka pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus :
Pd = TR-TC
Dimana :
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
Universitas Sumatera Utara
TR = Total penerimaan ( total revenue)
TC = Total biaya (total cost)
(Soekartawi, 2002).
Kreteria uji : Pendapatan usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan usahatani lebih tinggi dari
pada upah harian rata-rata di daerah penelitian .
Untuk menjawab indentifikasi masalah 4(Hipotesis 3) digunakan analisis Return Cost Ratio
(Rasio R/C) yang dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi,
secara matematis dituliskan sebagai berikut:
produksi, secara matematis dituliskan sebagai berikut:
a = R/C
R = Py.Y
C = FC + VC
a = {( Py.Y ) / (FC + VC)}
Dimana :
R
= Penerimaan
C
= Biaya
Py
= Harga Output
Y
= Output
FC
= Biaya Tetap (Fixcost)
VC
= Biaya variabel (Variabel Cost)
Indikatornya sebagai berikut :
Bila R/C = usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
Bila R/C > 1 usaha layak untuk dilaksanakan
Bila R/C < 1 usaha tidak layak untuk dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
(Soekartawi,1995).
Break Even Point (BEP) adalah titik pokok dimana total revenue sama dengan total totas
cost.
BEP Volume produksi
: Total Biaya Produksi
Harga ditingkat petani
BEP Harga produksi
: Total Biaya Produksi
Total Produksi
Kreteria uji : titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi
dari hasil perhitunga BEP (Break even point).
Defenisi Dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis membuat defenisi dan batasan
operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Usahatani tembakau adalah Kegiatan usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan
usahatani dengan menanam tanaman tembakau .
2. Analisis usahatani tembakau adalah analisis penggunaan faktor produksi berupa lahan,
sarana produksi dan tenaga kerja.
3. Petani wortel adalah Petani yang mengusahakan tanaman tembakau mulai dari penanaman
sampai pemanenan.
4.
Sarana produksi adalah Komponen mutlak yang diperlukan dalam proses usahatani
tembakau yang terdiri dari bibit,pupuk,pestisida dan peralatan.
Universitas Sumatera Utara
5. Faktor produksi adalah sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi untuk
memperlancar dalam menghasilkan output.
6.
Produksi adalah jumlah tanaman tembakau yang sudah dipanen dari tanaman tembakau .
7. Nilai produksi adalah jumlah input produksi berupa lahan,tenaga kerja, benih dan pupuk.
8.
Biaya produksi adalah biaya yang dikelurkan petani dalam satu musim tanam.
9.
Pendapatan usahatani adalah Pengurangan antara penerimaan dengan seluruh biaya yang
dikelurkan dalam usahatani tembakau.
10. Modal adalah Semua faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang baru
berupa hasil pertanian.
11. Harga jual adalah harga jual tembakau ditingkat petani yang ada di daerah penelitian.
12. .Kelayakan usahatani adalah ukuran suatau usaha dapat menghasilkan keuntungan yang
proposional dengan membandingkan jumbelah penerimaan dengan seluruh biaya produksi
dalam pengolahan.
13. Pemasaran dalam usahatani merupakan bagian akhir dalam proses kegiatan usahatani yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani, dengan melihat besarnya keuntungan yang di dapat.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo.
2. Sampel Penelitian adalah Petani yang menanam tembakau
3. Penelitian dilakukan tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KAREKTERISTIK PETANI RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah
Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung dan terletak di
wilayah Kabupaten Karo. Desa Batukarang memiliki topografi dataran tinggi dengan ketinggian 700 m
di atas permukaan laut. Secara umum Desa Batukarang beriklim tropis dengan udara sejuk yang
dipengaruhi oleh iklim pegunungan dengan tipe-tipe iklim kering. Rata-rata suhu udara sebesar 19,8°C
dengan suhu maksimum 25,8°C dengan suhu minimum 14,3°C.
Batas-batas Desa Batukarang adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lau Barus
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rimo Kayu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lau Biang
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandi Meriah
Luas Desa Batukarang secara keseluruhan adalah
1370 Ha, sebagaian besar diantaranya
diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman tembakau di Desa Batukarang dijadikan sebagai
tanaman utama yang ditanam oleh petani. Selain tanaman tembakau petani di Desa Batukarang
menanam tanaman cabe, jagung, padi dengan tujuan agar memperbaiki stuktur tanah dengan tidak hanya
menanam tanaman yang utama.
Penggunaan lahan di Desa Batukarang dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Batukarang tahun 2011
NO
1
2
3
Jenis Lahan
Pertanian tanah Sawah
Pertanian tanah Kering
Bagunan/Pemukiman
Luas (Ha )
415
350
15
Persentase (%)
30,3
25,54
1,1
Universitas Sumatera Utara
4
Lainnya
590
Jumlah
1370
Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Karang 2013
43,06
100
Tabel 3. Menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk perladangan tanah
sawah, yaitu 590 Ha (43,2 %) dari luas Desa Batukarang secara keseluruhan.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Batukarang sampai akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 4887 jiwa
atau 2554 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 2406 jiwa laki-laki dan 2481 jiwa
perempuan.Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5berikut :
Tabel 4. Distrubusi penduduk Menurur Kelompok Umur di Desa Batu Karang Tahun 2011
NO
Kelompok
Jumlah
Persentase (%)
Umur
penduduk
(Jiwa)
1
2
3
4
5
6
0-15
2245
16-31
1235
32-47
760
48-53
349
54-69
236
>70
62
Jumlah
4887
Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Karang 2013
45,93
25,27
15,55
7,14
4,83
1,28
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok penduduk di Desa Batu Karang yang kelompok umur 16-69
tahun merupakan kelompok umur kerja yang mempunyai proporsi terbesar yaitu sebanyak 2.580
jiwa (52,79%) dan di susul dengan kelompok umur 0-15 tahun sebesar 2.245 jiwa (45,93%)
sedangkan kelompok umur >70 sebesar 60 jiwa (1,28%).
Desa Batukarang terdiri dari beberapa keyakinan, komposisi penduduk berdasarkan agama dan
kepercayaan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan Di Desa Batukarang Tahun
2011.
No Agama Yang Dianut
Jumlah Penduduk
Persentase
(Jiwa)
(%)
1
Islam
1222
25,1
2
Protestan
1955
40,0
Universitas Sumatera Utara
3
4
5
6
Katolik
Hindu
Budha
Kepercayaan Lain
Jumlah
Sumber : Kepala Desa Batukarang 2013
1710
0
0
0
4887
34,9
100
Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Batukarang memeluk Agama Kristen
Protestan yakni sebanyak 1955 jiwa ( 40,0%).
Perekonomian Desa
Sebagaian besar mata pencaharian penduduk di Desa Batukarang adalah sektor pertanian.
Komposisi penduduk Desa Batukarang menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 6 berikut
ini :
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa Batukarang Tahun 2011.
No
Mata Pencarian
Jumlah Kepala
Persentase (%)
Keluarga (KK)
1
Petani
1834
71,8
2
Industri Rumah tangga
19
0,8
3
Jasa
139
5,4
4
PNS/TNI/Porli
315
12,3
5
Lainnya
247
9,7
Jumlah
2554
100
Sumber : Kepala Desa Batukarang 2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Batukarang mempunyai mata
pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 1834 Kepala Keluarga (KK) yaitu 71,8 % . Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.
Sarana dan Parasarana
Sarana dan parasarana akam mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di
desa tersebut.Jika sarana dan prasarana yang ada di suatu desa semakain baik, maka akan semakin
mempercepat laju perkembangan desa tersebut.
Sarana dan prasarana di Desa Batukarang saai ini telah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari
dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial.
Daerah ini dapat dicapai dengan angkutan.Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Sarana dan Parasarana di Desa Batukarang tahun 2011.
No
1
2
3
4
Sarana
Sarana dan Prasarana
Pendidikan
Mesjid
Kesehatan
Pustu, Poskesdes, Posyandu
Pasar
Kedai
Peribadatan
Gereja,mesjid
Jumlah
Sumber : Kepala Desa Batukarang Tahun 2013
Jumlah (Unit)
2
9
40
8
59
Sarana pendidikan yang ada di Desa Batu Karang kurang memadai, karena untuk hanya sekolah
SD dan SMP saja yang ada di di Desa Batu Karang. Untuk melanjutkan jenjang pendidikan SMA
harus ke desa lain atau pun ke ibukota kecamatan. Untuk fasilitas kesehatan sudah tersedia PUSTU,
POSKESDES dan POSYANDU. Menurut keterangan penduduk setempat keberadaan PUSTU,
POSKESDES,dan POSYANDU sudah memadai. Masyarakat di lokasi penelitian pada umumnya
melakukan transaksi hasil pertanian atau untuk membeli keperluan langsung ke pasar kecamatan
ataupun pasar kabupaten. Walaupun terdapat 40 kedai di desa namun belum bisa memenuhi
keperluan yang diinginkan masyarakat karena jumlah dan jenis barang yang di jual masih terbatas.
Karakteristik Petani Sampel
Universitas Sumatera Utara
Petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani tembakau
rakyat. Adapun karakteristik dari 30 petani yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Karakteristik Petani Sampel
N0
Uraian
Range
1
Luas Lahan (Ha)
0,1- 0,6
2
Usia ( Tahun)
25-76
3
Tingkat Pendidikan (Tahun)
6-17
4
Lama Bertani (Tahun)
5-45
Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 1)
Rataan
0,32
40
9
18
Dari tabel 9 diketahui rata - rata luas lahan petani di lokasi penelitian yaitu sebesar 0,32 Ha dengan
range 0,1 Ha sanpai dengan 0,6 Ha. Usia rata-rata petani adalah 40 tahun dengan range 25 tagun
sampai 76 tahun hal ini menunjukkan petani di lokasi penelitian masih tergolong usia produktig
untuk melakukan kegiatan usahatani tembakau rakyat. Sedangkan rata-rata tinkat pendidikan petani
di lokasi penelitian SMP (9 tahun) dengan range 6-17 hal ini mempengaruhi petani untuk
mengadopdi teknologi pertanian termasuk dalam hal menggunakan pupuk dan pestisida. Setiap
petani di lokasi penelitian tergolong sudah lama (18 tahun) dengan range 5-45 tahun hal ini
mempengaruhi keahlian petani dalam mengatasi berbagai masalah dalam usahatani tembakau
rakyat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Usahatani Tembakau di Daerah Penelitian
Kegiatan usahatani tembakau rakyat di Desa Batu Karang teridiri dari pengolahan lahan,
penanaman, pemupukan, penyiagan, pemberantasan hama dan penyakit, panen, pasca panen yaitu
pengirisan, penjemuran, pengirisan tembakau dan pengemasan.
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahn bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yaag sesuai bagi
pertumbuhan dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan kerasharus diolah kembali,
agar menjadi agregat-agregat tanah yang lebih halus sehingga berstruktur remah (gembur).
Pengolahan tanah untuk penanaman tembakau rakyat biasanya dimulai pada awal musim
kemarau atau akhir musim penghujan. Pengolahan tanah untuk tembakau rakyat ini tidak begitu
intensif bila dibandingkan dengan pengerjaan tanah untuk tembakau Deli atau tembakau cerutu.
Sebelum lahan diolah perlu dibersihkan dari semua sisa-sisa tanaman dan jangan sampai
ditumpukan di tengah areal. Sisa tanaman hendaknya diangkut kepinggir, dikeringkan kemudian
dibenamkan. Kalau ditumpuk di tengah atau di tepi areal dapat menjadi sumber hama/penyakit
tanaman.Selanjutnya tanah yang sudah dibuka dibiarkan terkena sinar matahari dan dibiarkan
sampai setengah kering.
Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah dengan
kedalaman 15-20 cm. Bongkahan tanah di pecah dengan menggunakan cangkol kemudian tanah
diratakan.
b. Penanaman
Petani di Desa Batukarang sebelum melakukan penanaman terlebih dulu melakukan
pemupukan secara merata. Pupuk yang digunakan yaitu NPK dengan rataan penggunaan sebanyak
125,15 kg/Ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan mencampurkan tanah dan pupuk dengan
menggunakan cangkul. Penentuan jarak tanam tidak terlalu diperhatikan, karena petani bisa
Universitas Sumatera Utara
memperkirakan jarak tanam tembakau. Pada umumnya jarak tanam tembakau dilokasi penelitian
sekitar 50-80 cm.
c. Pemupukan
Pemupukan yang dimaksud disini adalah pemupukan kedua setelah adanya pemupukan
pertama yang diberikan sebelum penanaman bibit. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tanaman
tembakau berumur 14-25 hari. Pada umumnya jenis pupuk yang dipakai oleh petani di lokasi
penelitian adalah NPK, KCL, Amapos, dan Garam. Dosis pemakaian pupuk dilokasi penelitian
untuk pupuk NPK sebesar 125,15 kg/Ha, pupuk KCL sebesar 128,55 kg/Ha, pupuk Amapos sebesar
119,48 kg/Ha dan garam sebesar 107,06 kg/Ha.
d. Penyiangan
Di daerah Penelitian Desa Batukarang petani melakukan penyiangan 2 kali yaitu pada umur
3 minggu dan 6 minggu setelah penanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara mengoret sehingga
gulma habus terkoret dan mati. Alat yang digunakan cangkul serta mencabut dengan tangan. Tujuan
dilakukan penyiangan ini agar gulma di sekitar areal tembaku bersih dan tidak menjadi inang bagi
hama dan penyakit pada tanaman lain.
e. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit di lokasi penelitian dilakukan dengan cara penyemprotan
pestisida. Pada umumnya jenis pestisida yang digunakan di lokasi penelitian adalah prevaton,
pegasus, serva, samik, alika dan drus ban merupakan pestisida untuk pemberantasan hama dan
untuk pemberantasan penyakit digunakan pestisida indrofol, beleton, antracol, dithet45, Score,
Metindo dan Kadilak.
f. Panen
Pemanenan tembakau dilakukan dengan cara pemetikan daun tembakau. Pemetikan daun
tembakau di lokasi penelitian dimulai saat tanaman tembakau sudah berumur 60-70 hari dan selesai
pemetikan dampai umur 120 hari. Daun tembakau sudah dapat di petik apabila daun sudah cukup
tua atau berwarna hijau kekuning-kuningan.
Universitas Sumatera Utara
g. Pengirisan
Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau sebagai alat pengiris tembakau dan
sangkalan sebagai alat penjepit dan pengukur tingkat ketipisan dalam melakukan pengirisan
tembakau.
h. Penjemuran
Penjemuran dilakukan setelah tembakau selesai di iris. Tembakau yang telah selesai di iris
di susun di atas kirang-kirang sebagai alat penjemur tembakau dan di jemur di bawah sinar
matahari. Penjemuran tembakau bertujuan agar tembakau kering, kembang dan berubah menjadi
warna cokelat. Tembakau yang sudah kembang dan berwarna cokelat adalah tembakau yang sudah
siap untuk di pasarkan.
Ketersediaan Sarana Produksi di Daerah Penelitian
a. Luas lahan
Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada lahan yang berstruktur gemur,remah,mudah
mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase.
Tembakau dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian antara 200-3.000 m dpl,
sedangkan Desa Batukarang terletak terletak pada ketinggian 700 m dpl, sehingga daerah ini cocok
ditanami tembakau. Lahan yang dimiliki petani merupakan lahan milik sendiri dan lahan sewa.
Luas lahan pertanian di Desa Batukarang adalah sebesar 940 Ha dan luas lahan rata-rata
yang digunakan untuk usaha tani tembakau adalah sebesar 0,325 Ha. Jika dibandingkan dengan
jumlah keluarga di daerah tersebut sebanyak 2554 KK, maka dapat diketahui rasio kepemilikikan
lahan untuk masing-masing keluarga tani sebesar 0,37 Ha/KK.
Universitas Sumatera Utara
b. Bibit
Petani tembakau Desa Batukarang memperoleh bibit tembakau dari pedagang bibit yang
berada di Desa Batukarang. Jenis bibit tembakau yang digunakan yaitu bibir tembakau virginia.
Harga bibit tembakau tembakau sebesarRp 50/ Batang dengan kebutuhan bibit rata-rata sebanyak
26317,85 batang /Ha
c. Garam dan Pupuk
Jenis garam yang digunakan petani adalah garam dapur yang berfungsi untuk mencerahkan
warna pada daun tembakau. Di daerah penelitian tidak semua petani menggunakan garam. Rata-rata
penggunaan garam yang digunakan petani di lokasi penelitian sebanyak 107,06 kg/Ha. Untuk
kebutuhan pupuk pada umumnya ditentukan petani sesuai dengan luas lahan yang digunakannya
dan berdasarkan kebutuhan kesuburan tanah tersebut. Pada umumnya petani di lokasi penelitan
menggunakan pupuk Amapos, NPK, dan KCL. Dengan rata-rata penggunaan Amapos sebanyak
119,48 Kg/Ha, NPK sebanyak 125,15 Kg/Ha, KCL sebanyak 128,55Kg/Ha. Dengan harga masingmasing yaitu garam Rp 2000/Kg, pupuk Amapos Rp 7000/Kg, pupuk NPK sebanyak Rp
7000/Kgdan KCL sebanyak Rp 8000/ Kg.
Petani di Desa Batukarang membeli pupuk dari kios pedagang saprodi yang berada di
Kecamatan Payung. Pupuk yang di beli petani tergolong harga yang cukup tinggi, namun petani
tetap membelinya di bandingkan petani harus membeli pupuk di Kecamatan Brastagi atau
Kabanjahe. Maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan petani tembakau akan pupuk belum cukup
tersedia.
d. Pestisida
Petani di Desa Batukarang menggunakan pestisida untuk menghindari penurunan produksi
tembakau. Jenis pestisida yang digunakan petani bermacam-macam dan tidak semua petani
menggunakan pestisida yang sama. Adapun jenis pestisida yang digunakan petani yaitu Prevaton,
Universitas Sumatera Utara
Pegasus, Serva, Samik, Dithet 45, Antrakol, Indrofol, Beleton, Drus Ban, Alika, Srore, Metindo,
Kadilak, Cek Point.
Dengan rata –rata penggunaan pestisida dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 9. Rata-rata penggunaan Pestisida di daerah penelitian selama 1 musim tanam
No
Jenis Pestisida
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Prevaton
Pegasus
Serva
Samik
Dithet 45
Antrakol
Indrofol
Beleton
Drus Ban
Alika
Score
Metindo
Kadilak
Cek Point
Total
Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Dosis Penggunaan
(ml/Ha)
77,38 ml/Ha
100,66 ml/Ha
133,69 ml/Ha
127,80 ml/Ha
137,07 ml/Ha
156,25 ml/Ha
216,64 ml/Ha
155,83 ml/Ha
132,68 ml/Ha
125,54 ml/Ha
135,00 ml/Ha
120,00 ml/Ha
82,50 ml/ Ha
90,00 ml/Ha
1791,04 ml/Ha
Adapun harga pestisida yang dibeli petani yaitu Prevaton Rp 60.000-120.000/btl, Pegasus Rp
40.000-60.000/btl, Serva Rp 20.000/btl, Samik Rp 40.000/btl, Dithet 45 Rp 80.000-100.000/btl,
Antrakol Rp 45.000-120.000/btl, Indrofol Rp 40.000/btl, Beleton Rp 45.000/btl, Drus Ban Rp
15.000/btl, Alika Rp 65.000/btl, Score Rp 40.000/btl, Metindo Rp 30.000/btl, Kadilak Rp
80.000/btl, Cek Point Rp 65.000/btl.
Petani di Desa Batukarang membeli pestisida di kios pedangan pestisida yang berada
Kecamatan Payung dan ada juga petani yang membeli pestisida di Kecamatan Berastagi dan
Kabanjahe. Petani di Desa Batukarang yang membeli pestisida Di Kecamatan Berastagi dan
Kabanjahe di sebabkan karna terbatasnya jenis pestisida yang ada di kios pestisida di Kecamatan
Payung. Jarak dari Kecamatan Payung ke Kecamatan Berastagi yaitu 8 Km sedangkan jarak antara
Kecamatan Payung ke Kecamatan Kabanjahe 19 Km. Sehingga ketika petani ingin membeli
pestisida di Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe jarak masih dapat di terjangkau oleh petani. Maka
dapat dikatakan bahwa kebutuhan petani tembakau akan pupuk masih cukup tersedia.
Universitas Sumatera Utara
e. Peralatan
Peralatan merupakan salah satu sarana produksi untuk mendukung kegiatan usaha tani.
Petani di desa Batukarang menggunakan peralatan seperti cangkul, sprayer, pisau pengiris, ember,
tali rafia, goni, kirang-kirang, batu asah dan sangkalan. Sebagian peralatan ada yang di beli di
warung-warung yang ada di Desa Batukarang. Untuk membeli peralatan seperti cangkol, batu asah
dan pisau pengiris petani harus pergi ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe. Jarak Dari
Kecamatan Payung ke Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe merupakan jarak yang masih dapat
ditempuh oleh petani yang berada di desa Batu Karang. Maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan
petani tembakau akan peralatan cukup tersedia..
f. Tenaga Kerja
Dalam melakukan kegiatan usahatani tembakau tenaga kerja dibutuhkan untuk mengerjakan
berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemupukan,
penyiagan, pemberantasan hama dan penyakit, panen, pengirisan, penjemuran, penyortiran dan
pengemasan. Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses usahatani.
Penggunaan tenaga kerja yang di pakai di Desa Batukarang dalam kegiatan usahatani berdasarkan
pada hari kerja orang yang berkerja pada lahan usahatani per hari.
Tabel 10. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam Di Daerah
Penelitian.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis Tahapan Pekerjaan
Pengolahan Lahan
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Pemberantasa hama & penyakit
Panen
Pengirisan
Penjemuran
Penyortiran
Pengemasan
Total Tenaga Kerja
Sumber : Data diolah dari Lampiran 8
Penggunaan
Tenaga Kerja
(HKO)
7,3
6,06
3,46
3,4
2,86
3,63
2,53
3,2
2,8
2,93
38,2
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja per hektar dalam 1 musim tanam (3
bulan) sebanyak 38 HKO. Luas lahan di Desa Batu Karang sebesar 765 ha dan jumlah penduduk
usia produktif 2580 jiwa, sehingga diperoleh potensi penggunaan tenaga kerja sebanyak 3 HKO per
hektar untuk mengusahakan usahataninya per harinya. Maka untuk 1 Ha lahan untuk usahatani
tembakau rakyat dalam 1 musim tanam ( 3 bulan) digunakan tenaga kerja 270 HKO. Penggunaan
tenaga kerja di daerah penelitian selama 1 musim yaitu sebanyak 38 HKO/Ha. Sehingga dapat
dikatakan kebutuhan akan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.
Tingkat Produksi dan Produktifitas Tembakau rakyat Daerah Penelitian
Produksi tembakau rakyat di daerah penelitian di desa Batu karang rata-rata sebesar 165,83
Kg dengan rata-rata produktifitas sebesar 531,8 Kg/Ha atau 0,531 Ton/Ha.
Tabel 11. Luas Tanaman dan Produksi Tembakau Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut
Kabupaten Tahun 2011
Luas Tanaman/Area (Ha)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kabupaten/Kota
Regency/City
Kabupaten/Regency
Nias
Mandailing Natal
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
Labuhanbatu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
Deli Serdang
Langkat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
Batu Bara
Padang Lawas Utara
Sisa
Tahun
Lalu
Rest
Produksi
Tanam
Panen
Production
Planted Harvested
(ton)
1,50
62,05
-
5,70
257,00
19,00
205,00
26,00
-
3,70
257,00
11,00
144,00
24,00
-
0,38
221,10
15,00
125,00
13,18
-
Universitas Sumatera Utara
21
22
23
24
25
Padang Lawas
Labuhanbatu Selatan
LabuhanbatUtara
Nias Utara
Nias Barat
Kota/City
26
Gunungsitoli
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013
-
-
-
-
-
-
Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat 5 Kabupaten dari 25 Kabupaten dan 1 Kota Mayda di
Provinsi Sumatera Utara yang memproduksi tanaman tembakau rakyat. 5 Kabupaten itu yaitu
Kabupaten Mandailing Natal, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat merupakan
sentral penghasil tembakau di Sumatera Utara dengan luas tanaman dan hasil produksi tembakau
yang berbeda- beda.
Adapun produksi tembakau dari ke lima Kabupaten yang merupakan sentral Penghasil
tembakau sebagai berikut.
Produksi tembakau di Kabupaten Mandailing Natal sebesar 380 Kg/Ha atau 0,38 Ton/Ha
dengan rata-rata produktivitas sebesar 102,70 Kg/Ha Produksi tembakau di Kabupaten Dairi sebesar
221.100 Kg/Ha atau 221,10 Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 860,31 Kg/Ha. Produksi
tembakau di Kabupaten Karo sebesar 15000 Kg/Ha atau 15,00 Ton/Ha dengan rata-rata
produktivitas sebesar 1363,63 Kg/Ha. Produksi tembakau di Kabupaten Humbang Hasudutan
sebesar 125.00 Kg/Ha atau 125,00Ton/Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 868 Kg/Ha. Dan
produksi tembakau di Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 13180 Kg/Ha atau 13,18 Ton/Ha dengan
rata-rata produktivitas sebesar 549,16 Ton/Ha.
Bila produksi dan produktivitas tembakau di daerah penelitian yaitu di Desa Batu karang
dibandingkan dengan ke lima kabupaten penghasil tembakau di Provinsi Sumatera Utara, maka
dapat diketehui bahwa :
a.
Produksi tembakau rakyat di daerah penelitian 214,17 Kg lebih rendah dibandingkan
dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan Produktivitas tembakau rakyat di
daerah penelitian 0,429 Ton/Ha lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
b.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan
0,329 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Dairi.
c.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 12334,17 Kg dan
0,832 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Karo
d.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 220.934,17 Kg dan
0,337 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Humbang Hasudutan
e.
Produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian 13014,17 Kg dan
0,018 Ton/Ha lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pakpak Bharat.
Maka dengan demikian produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian
tergolong rendah.
Dari uraian diatas maka hipotesis 2 yang menyatakan produksi dan produktivitas di daerah
penelitian tinggi di tolak.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Usahatani di Daerah Penelitian
Tabel 11 : Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Per Petani dan Per Hektar Di Daerah
Penelitian selama 1 Musim Tanam
.
Rata-Rata/Petani
Rata-Rata/Ha
No Jenis Biaya
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
1 Biaya
1.1 Lahan
- Sewa
1.666.666,67
1762202.38
- Milik Sendiri
51.166,67
58.740,07
1.2 Bibit
427.500
1.315.892,86
1.3 Garam
60.769,23
188.415,75
1.4 Pupuk
- Pupuk Amapos
219.000
708.857,14
- Pupuk NPK
277.586,21
881.867,82
- Pupuk KCL
311.551,72
975.952,40
1.5 Tenaga Kerja
- Pengolahan Lahan
390.000
1.284.047,61
- Penanaman
321.666,67
1.012.777,78
- Pemupukan
173.333,33
574.444,44
- Penyiangan
170.000
547.023,80
- Pemberantasan hama
143.333,33
451.825,39
dan penyakit
- Panen
183.333,33
601.349,20
- Pengirisan
126.666,67
408.472,22
- Penjemuran
160.000
553.849,20
- Penyortiran
4.200.000
514.841,27
- Pengemasan
4.400.000
511.230,15
1.6 Penyusutan Peralatan
2.570.165,47
8.539.385,41
Total Biaya
6.792.532,14
21.005.162,27
90.000
90.0000
2 Harga tembakau
14.925.000
47.862.857,14
3 Penerimaan
8.092.167,85
26.857.694,87
4 Pendapatan
75,87
248,94
5 BEP Volume Produksi
42.160,83
42.160,83
6 BEP Harga
2,15
2,15
7 R/C
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-18
Dari tabel11 dapat dilihat biaya produksi di daerah penelitian terdiri dari biaya lahan,garam
,bibit, pupuk, tenaga kerja dan penyusutan dengan total sebesar Rp6.792.532,14 per petani dan
Rp21.005.162,27 per hektar. Penerimaan rata-rata yang diperoleh dari penjualan tembakau Rp
Universitas Sumatera Utara
90.000 yaitu sebesar Rp14.925.000 per petani dan Rp47.862.857,14 per hektar. Dan total
pendapatan petani di lokasi penelitian sebesar Rp8.092.167,85 per petani dan Rp26.857.694,87 per
hektar.
Tabel 12. Pendapatan Usahatani Tembakau Per HKO di Daerah Penelitian
NO
Uraian
1
Pendapatan Usahatani
2
Jumlah Tenaga Kerja
3
Pendapatan Usahatani/HKO
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-15
Per Petani
(Rp)
8.092.167,85
32
252.880
Per Hektar
(Rp)
26.857.694,87
125
214.861
Berdasarkan tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani per petani
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan akan diperoleh sebesar Rp 8.092.167,85
per petani dan pendapatan usahatani per hektar sebesar Rp26.857.694,87. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap 1 HKO pada usahatani tembakau di daerah penelitian sebenarnya mendapatkan upah
sebesar Rp 252.880 per luas lahan petani atau Rp 214.861 untuk luas per hektar dan jika
dibandingkan dengan upah buruh harian lepas per hari/HKO di daerah penelitian sebesar Rp 50.00,
maka dapat diketahui bawha masyarakat di Desa Batukarang lebih menguntungkan mengusahakan
usahatani tembakau daripada menjadi buruh tani.
Dengan demikian hipotesis (1) yang menyatakan tingkat pendapatan usahatani di daerah
peneltian relatif lebih tinggi daripada upah harian rata-rata di daerah penelitian, diterima.
Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani tembakau dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan
usahatani tembakau yang diusahakan petani di daerah penelitian layak atau tidak. Untuk
mengetahui kelayakan digunakan kriteria Break Even Point (BEP) dan Return of Cost Ratio (R/C).
Dari tabel dapat diketahui bahwa perhitungan BEP volume produksi selama 1 musim tanam
adalah sebesar 75,87 Kg sedangkan untuk produksi tembakau selama 1 musim tanam di daerah
penelitian telah melampaui titik impas yaitu sebesar 165,83 kg. Dan untuk perhitungan BEP volume
produksi selama 1 musim tanam per hektar di daerah penelitian diperoleh titik impas yaitu sebesar
Universitas Sumatera Utara
248,94 Kg sedangkan untuk produksi tembakau selama 1 musim tanam per hektar di daerah
penelitian telah melampaui titik impas yaitu sebesar 531,8 Kg.
Dan untuk perhitungan BEP harga tembakau selama 1 musim tanam dan per hektar yaitu sebesar
42160,83 sedangkan harga tembakau selama 1 musim tanam di daerah penelitian yaitu sebesar
Rp.90.000/Kg. Maka dapat dikatakan harga penjualan petani bahwa harga penjulan petani telah
melalui titik impas (BEP) harga tembakau, maka kegiatan usahatani tembakau di daerah peneltian
telah menguntungkan.
Untuk R/C Ratio yaitu sebesar 2,15 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,15. Hal ini disebabkan karna harga jual tinggi dan jumlah
yang dijual banyak sehingga penerimaannya tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan kecil.
Berdasarkan uji kriteria kelayakan yang menyatakan usaha dikatakan layak apabila R/C>1, maka
kegiatan usahatani di daerah penelitian layak untuk di usahakan. Maka hipotesis (3) yang
menyatakan kegiatan usahatani layak untuk dikembangkan dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja
pada usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian cukup tersedia.
2. Tingkat produksi dan produktivitas tembakau rakyat di daerah penelitian tergolong rendah
karena jika dibandingkan dengan Kabupaten Mandailing Natal, Dairi, Karo, Humbang
Hasundutan dan Pakpak Bharat produksi dan produktifitas masih lebih tinggi.
3. Pendapatan usahatani per luas lahan petani atau per hektar jika dibagi dengan jumlah tenaga
kerja yang digunakan (HKO) di daerah penelitian masih lebih tinggi dari pada upah harian
buruh lepas.
4. Kegiatan usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena
Saran
1. Untuk petani disarankan agar lebih memperhatikan jarak tanam tembakau dan pemeberian
dosis pupuk dan pestisida..
2. Kepada pemerintah disarankan agar memperhatikan pendistribusian pupuk bersubsidi
karena pendistribusian pupuk di daerah penelitian tidak berjalan dengan baik dan perlunya
Universitas Sumatera Utara