Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

(1)

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT

DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

OLEH :

ERNA KRISTINA SIAHAAN

040304064

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT

DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat – Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH :

ERNA KRISTINA SIAHAAN

040304064

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DIKECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

Nama : Erna Kristina Siahaan

Nim : 040304064

Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Luhut Sihombing, MP) (DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Pada Tanggal, November 2009

Panitia Penguji Skripsi

Ketua : Ir. Luhut Sihombing, MP ………...

Anggota : 1). DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ………...

2). ………...

3). ………...

Mengesahkan, Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU

Ketua


(5)

RINGKASAN

Erna Kristina Siahaan (040304064 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Usahatani Tembakau Rakyat di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk. Pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan. Kita menyadari bahwa masih sedikitnya peneliti sosial ekonomi tentang perkebunan. Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk masa mendatang. Salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi adalah tembakau. Tembakau merupakan komoditi perkebunan yang apabila dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.

Prospek tembakau di Indonesia masih sangat baik, karena memiliki pasar yang jelas dalam hal ini industri rokok. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan antar produksi dan konsumsi tembakau dunia dalam beberapa tahun terakhir, sementara konsumsi tembakau dunia cenderung meningkat. Konsumsi total tembakau domestik Indonesia oleh industri rokok juga masih menunjukkan peningkatan. Melihat akan potensi yang memungkinkan bagi pengembangan tanaman pertembakauan seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja yang cukup, teknologi yang tersedia, dengan potensi pasar dalam dan luar negeri, maka arah pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang ada tersebut.

Kondisi teknik budidaya pada usahatani tembakau rakyat di Kecamatan Sumbul secara umum masih bersifat tradisional mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan dan pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengeringan. Petani sampel di daerah penelitian juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana untuk usahataninya.

Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bibit, pupuk, obat-obatan, penyusutan alat-alat pertanian, tenaga kerja, lahan dan pajak bumi dan bangunan yang digunakan para petani sampel selama satu musim tanam.

Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga. Semakin tinggi hasil produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula penerimaan yang akan diperoleh. Akan tetapi, produksi yang tinggi tanpa didukung harga jual yang baik maka penerimaan yang diperoleh tidak tinggi. Artinya untuk memperoleh penerimaan yang tinggi maka yang harus diperhatikan adalah kualitas dan kuantitas dari produksi usahatani tembakau rakyat.

Pendapatan bersih petani adalah total penerimaan yang diperoleh oleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi (pupuk, obat-obatan, penyusutan


(6)

peralatan, tenaga kerja, lahan, pajak bumi dan bangunan) selama proses produksi usahatani tembakau rakyat berlangsung.

Analisis kelayakan usahatani tembakau rakyat dilakukan untuk mengetahui kelayakan usahatani tembakau rakyat yang di jalankan oleh petani. Untuk mengetahui kelayakan usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian di analisis dengan menggunakan kriteria kelayakan R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio. Return Cost Ratio memiliki kriteria yaitu jika R/C ≥ 1, maka usahatani tembakau layak diusahakan dan jika R/C < 1, maka usahatani tembakau rakyat tidak layak untuk diusahakan.


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Pematangsiantar pada tanggal 7 Agustus 1986 dari pasangan Bapak Eliver Siahaan,Bsc dan Ibu Nursia Siagian,Spd. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar.

3. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Pematangsiantar.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juni - Juli 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Raya Usang, kecamatan Raya, kabupaten Simalungun.

6. Bulan Maret 2009 melaksanakan penelitian di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian Jurusan SEP/Agribisnis di Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis mengambil judul “Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi ”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang mendukung skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Eliver Siahaan, Bsc dan Ibunda Nursia Siagian, Spd atas doa, bimbingan, perhatian dan kasih sayangnya selama ini, dan kepada abang-abang Sanggam Ernis Bungaran Siahaan, SP dan Harry Lamona Siahaan yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.

Secara khusus juga penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing.


(9)

4. Bapak-bapak petani tembakau di Kecamatan Sumbul yang telah banyak membantu dam memberikan informasi kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

5. Bapak Pondang Sinaga selaku Sekretaris Kecamatan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitiaan ini.

6. Kepada seluruh teman-teman yang selalu memberi dukungan yaitu Aya, Emma, Oden, Anita, Juni SP, Emma Pinem SP. Serta kepada teman-teman stambuk 2004 Jurusan SEP FP USU yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

Medan, November 2009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Tembakau ... 7

2.1.2. Tinjauan Ekonomi ... 16

2.2. Landasan Teori ... 17

2.3. Kerangka Pemikiran ... 19

2.4. Hipotesis ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Lokasi ... 22

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1. Defenisi ... 25


(11)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 27

4.1.2. Pengunaan Lahan ... 28

4.1.3. Kependudukan ... 29

4.1.4. Perekonomian Desa ... 31

4.1.5. Sarana dan Prasarana ... 32

4.1.6. Karakteristik Petani Tembakau di Kecamatan Sumbul ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Teknis Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat di Daerah Pebelitian ... 35

5.2. Komponen Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Bersih Petani Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian ... 37

5.2.1. Komponen Biaya Produksi ... 37

5.2.2. Penerimaan ... 43

5.2.3. Pendapatan Bersih ... 45

5.3. Kelayakan Usahatani Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian Dari Segi Ekonomi ... 46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat perKabupaten Di Sumatera Utara Tahun 2007 ... 4 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat perKecamatan Di Kabupaten Dairi Tahun 2007 ... 5 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 ... 28 4. Distribusi Penduduk Menurut Usia di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 .. 29 5. Distribusi Pemduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 ... 30 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 ... 31 7. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 ... 32 8. Karakteristik Petani Sampel ... 33 9. Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 39 10.Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 40 11.Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 41 12.Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 42 13.Rata-rata Biaya Produksi Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 43 14.Rata-rata Penerimaan Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 44 15.Rata-rata Pendapatan Bersih Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 45 16.Rata-rata Revenue / Cost Per Hektar ... 46


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman Tembakau ... 7 2. Skema Tahapan-tahapan Pengolahan Tembakau Rakyat ... 14 3. Skema Kerangka Pemikiran ... 20


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian ... 50

2. Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 51

3. Biaya Penggunaan Pupuk Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 54

4. Biaya Penggunaan Obat-obatan Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 57

5. Biaya Penggunaan Obat-obatan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 60

6. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 63

7. Biaya Penyusutan Peralatan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 66

8. Distribusi dan Biaya Tenaga Kerja Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 69

9. Distribusi dan Biaya Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam .. 72

10.Biaya Produksi Per Petani Dalam Musim Tanam ... 75

11.Biaya Produksi Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 76

12.Penerimaan Per Petani Dalam 1 Msim Tanam ... 77

13.Penerimaan Per Hektar Dalam 1 Msim Tanam ... 78

14.Pendapatan Per Petani Dalam 1 Msim Tanam ... 79

15.Pendapatan Per Hektar Dalam 1 Msim Tanam ... 80


(15)

RINGKASAN

Erna Kristina Siahaan (040304064 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Usahatani Tembakau Rakyat di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk. Pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan. Kita menyadari bahwa masih sedikitnya peneliti sosial ekonomi tentang perkebunan. Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk masa mendatang. Salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi adalah tembakau. Tembakau merupakan komoditi perkebunan yang apabila dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.

Prospek tembakau di Indonesia masih sangat baik, karena memiliki pasar yang jelas dalam hal ini industri rokok. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan antar produksi dan konsumsi tembakau dunia dalam beberapa tahun terakhir, sementara konsumsi tembakau dunia cenderung meningkat. Konsumsi total tembakau domestik Indonesia oleh industri rokok juga masih menunjukkan peningkatan. Melihat akan potensi yang memungkinkan bagi pengembangan tanaman pertembakauan seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja yang cukup, teknologi yang tersedia, dengan potensi pasar dalam dan luar negeri, maka arah pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang ada tersebut.

Kondisi teknik budidaya pada usahatani tembakau rakyat di Kecamatan Sumbul secara umum masih bersifat tradisional mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan dan pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengeringan. Petani sampel di daerah penelitian juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana untuk usahataninya.

Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bibit, pupuk, obat-obatan, penyusutan alat-alat pertanian, tenaga kerja, lahan dan pajak bumi dan bangunan yang digunakan para petani sampel selama satu musim tanam.

Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga. Semakin tinggi hasil produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula penerimaan yang akan diperoleh. Akan tetapi, produksi yang tinggi tanpa didukung harga jual yang baik maka penerimaan yang diperoleh tidak tinggi. Artinya untuk memperoleh penerimaan yang tinggi maka yang harus diperhatikan adalah kualitas dan kuantitas dari produksi usahatani tembakau rakyat.

Pendapatan bersih petani adalah total penerimaan yang diperoleh oleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi (pupuk, obat-obatan, penyusutan


(16)

peralatan, tenaga kerja, lahan, pajak bumi dan bangunan) selama proses produksi usahatani tembakau rakyat berlangsung.

Analisis kelayakan usahatani tembakau rakyat dilakukan untuk mengetahui kelayakan usahatani tembakau rakyat yang di jalankan oleh petani. Untuk mengetahui kelayakan usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian di analisis dengan menggunakan kriteria kelayakan R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio. Return Cost Ratio memiliki kriteria yaitu jika R/C ≥ 1, maka usahatani tembakau layak diusahakan dan jika R/C < 1, maka usahatani tembakau rakyat tidak layak untuk diusahakan.


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa, Indonesia memiliki beragam jenis tahan yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, konsisi alam yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang cukup tinggi, semua kondisi itu merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk membudidayakan tanaman perkebunan (Rahardi, 1995).

Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan tembakau. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat dalam usaha pengembangan tersebut. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam unggul melalui hibridasi, pengaturan jarak tanam, usaha perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu priode penanaman dan pemeliharaan tembakau yang efisien dengan sasaran produksi maksimum (Abdullah dan Soedarmanto, 1987).

Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis tembakau dan agroindustri (Soedarmanto dan Abdullah, 1970).


(18)

Biaya produksi tanaman tembakau adalah nilai korbanan yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung dalam satu siklus produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap yaitu biaya yang nilainya tetap sampai pada batas tertentu yang tidak dipengaruhi oleh volume hasil. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang nilainya tambah sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan (Suparman, 1986).

Biaya usahatani tembakau pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu biaya prasarana/sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Pada usahatani tembakau biaya prasarana dan sarana produksi meliputi pembelian bibit tembakau, pupuk, obat-obatan dan peralatan yang diperlukan. Adapun biaya tenaga kerja meliputi biaya pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, maupun biaya tenaga kerja lainnya yang berkaitan dengan kegiatan usahatani tembakau (Prawirokusumo, 1990).

Dalam merencanakan usahatani tanaman tembakau dalam satu luasan areal diperlukan penyusunan farm budget (Biaya Petani). Tujuan dari penyusunan farm

budget adalah untuk mengevaluasi taksiran biaya (cost) maupun manfaat (benefit)

yang akan dihasilkan selama umur proyek dari tanaman tembakau tersebut. Untuk mendapatkan gamabaran tingkat kelayakan perlu dilakukan analisis finansial. Langkah yang akan mendukung dalam analisis finansial dalam suatu proyek usahatani adalah menentukan koefisien teknis. Koefisien teknis ini merupakan acuan dalam analisis finansial (Prawirokusumo, 1990).

Dengan demikian akan dapat diketahui secara pasti tingkat kelayakan usahatani tembakau. Tata niaga produksi tembakau yang berasal dari perkebunan


(19)

rakyat jalur tata niaganya berbeda. Hal ini disebabkan oleh volume tembakau yang dihasilkan oleh petani masih dalam jumlah kecil (Prawirokusumo, 1990).

Perkembangan tanaman tembakau dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal sungguh memuaskan, terutama perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Tembakau merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan didalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri (Abdullah dan Soedarmanto, 1987).

Pada masa yang akan datang, komunitas tembakau di Indonesia diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam luas areal maupun produksinya. Sumbangan nyata tanaman tembakau terhadap perekonomian Indonesia dalam bentuk devisa dari ekspor tembakau dan hasil industri tanaman tembakau. Sumbangan lainnya adalah penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri. Yang tidak kalah penting dari munculnya industri tembakau adalah tersedianya lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia dari tahap penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, industri, dan pemasaran (Suparman, 1986).

Tembakau rakyat dijual tidak hanya cuma di daerah Kabupaten Dairi tetapi sampai ke daerah tetangga lainnya. Misalnya Kabupaten Humbang Hasudutan, Karo, Pakpak Barat, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan lain-lain.

Dibawah ini dapat dilihat data luas panen, produksi dan produktivitas tembakau rakyat per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2007.


(20)

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2007

No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas

Ton/Ha

Ha % Ton %

1. Nias - - - - -

2. Mandailing Natal 6,00 1,85 2,53 0,83 0,41

3. Tapanuli Selatan 14,00 4,33 9,72 3,21 0,69

4. Tapanuli Tengah - - - - -

5. Tapanuli Utara 50,00 15,47 10,73 3,55 0,21

6. Toba Samosir - - - - -

7. Labuhan Batu - - - - -

8. Asahan - - - - -

9. Simalungun - - - - -

10. Dairi 48,50 15,01 28,80 9,53 0,59

11. Karo 182,00 56,34 249,14 82,46 1,36

12. Deli Serdang - - - - -

13. Langkat - - - - -

14. Nias Selatan - - - - -

15. Humbang Hasudutan 22,00 6,81 1,20 0,39 0,05

16. Pakpak Bharat - - - - -

17. Samosir - - - - -

18. Serdang Bedagai - - - - -

Jumlah 323,00 100,00 302,12 100,00 3,31

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara 2007

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Dairi memiliki luas panen sebesar 48,50 Ha, dengan produksi sebesar 28,80 Ton, sehingga dapat menghasilkan produktivitas tembakau rakyat sebesar 0,59 Ton/Ha.

Dibawah ini dapat dilihat data luas panen, produksi dan produktivitas tembakau rakyat per Kecamatan di Kebupaten Dairi tahun 2007.


(21)

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007

No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas

Ton/Ha

Ha % Ton %

1. Sidikalang - - - - -

2. Sitinjo - - - - -

3. Berampu - - - - -

4. Perbuluan 1,00 2,06 0,71 2,46 0,71

5. Sumbul 13,00 26,80 7,10 24,65 0,54

6. Silahisabungan - - - - -

7. Silima Pungga-pungga 0,50 1,03 - - -

8. Lae Parira - - - - -

9. Siempat Nempu - - - - -

10. Siempat Nempu Hulu - - - - -

11. Siempat Nempu Hilir 9,00 18,55 5,00 17,36 0,55

12. Tinggilingga 9,00 18,55 5,60 19,44 0,62

13. Gunung Sitember 9,00 18,55 6,18 21,45 0,68

14. Pegagan Hilir 1,00 2,06 0,60 2,08 0,60

15. Tanah Pinem 6,00 12,37 3,61 12,53 0,60

Jumlah/Total 48,50 100,00 28,80 100,00 0,59

Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara 2007

Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang mengelola tanaman tembakau di Propinsi Sumatera Utara, salah satu diantaranya adalah perkebunan rakyat.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana teknis budidaya tembakau rakyat didaerah penelitian?

2. Bagaimana komponen biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih petani tembakau rakyat didaerah penelitian?

3. Apakah usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian layak atau tidak layak diusahakan dari segi ekonomi?


(22)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui teknis budidaya tembakau rakyat di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui komponen biaya biaya, penerimaan dan pendapatan petani

tembakau rakyat di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui apakah usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian layak atau tidak layak diusahakan secara finansial.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah maupun Lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang Analisis Usahatani Tembakau Rakyat.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

3. Sebagai bahan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Agronomi Tanaman Tembakau

Tembakau Rakyat termasuk dalam Famili solanaceae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut :

Class : Dicotyledoneae Ordo : Personatae Famili : Solanaceae Sub Familia : Nicotianae Genus : Nicotiana

Species : Nicotiana tobacum dan Nicotiana rustika (Matnawi, 2002).

Gambar 1. Tanaman Tembakau

Berbagai jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia, menurut kegunaannya terdiri atas tembakau cerutu, tembakau rokok putih atau virginia, tembakau rokok kretek, tembakau pipa dan tembakau kunyah (rajangan) (Sudarmo, 1992).

Tanaman tembakau terdiri atas akar, batang daun, bunga dan buah seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut :


(24)

1. Bagian Akar (Radix)

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur, akar dapat tumbuh sepanjang 0,75 cm. Selain akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang maupun akar serabut.

2. Bagian Batang (Caulis)

Tanaman tembakau pada umumnya memiliki batang yang tegak dengan tinggi sekitar 2,5 m. Namun pada kondisi syarat tumbuh yang baik tanaman ini bisa mencapai tinggi sekitar 4 m. Sedangkan pada kondisi syarat tumbuh yang jelas biasanya lebih pendek, yaitu sekitar 1 m.

3. Bagian Daun (Folium)

Daun tembakau bentuknya bulat panjang, ujungnya meruncing, tepinya (pinggirnya) licin dan bertulang sirip. Antara daun dan batang tembakau dihubungkan oleh tangkai daun yang pendek dan tidak bertangkai sama sekali. Bagian terpenting tanaman tembakau adalah daun karena bagian inilah yang akan dipetik (dipanen).

4. Bagian Bunga (Flos) dan Buah (Fructus)

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti terompet, benang sari berjumlah lima buah, warna bunga dalam satu helai ada yang kemerah-merahan dan putih.

Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga, biji-bijinya sangat kecil, dengan jumlah mencapai ribuan perbatang, sehingga untuk kebutuhan pembibitan tidak kesulitan. Benih tembakau dapat dihasilkan dari kebun sendiri, dengan


(25)

memelihara bunga hingga berbuah sampai tua untuk keperluan penanaman pada musim berikutnya (Matnawi, 2002).

Menurut musimnya tanaman tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menjadi dua jenis yaitu :

Tembakau VO (Voor-Oogst)

Tembakau musim kemarau, artinya jenis tembakau ini ditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen pada waktu musim kemarau.

Contonya : Tembakau Sigaret, Tembakau Rakyat dan Tembakau Asapan.

Tembakau NO (Na-Oogst)

Tembakau musim hujan, artinya jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau, kemudian di panen pada musim penghujan.

Contohnya : Tembakau Cerutu dan Tembakau Pipa. (Tim Penulis, 1997).

Tembakau rakyat yang sering juga disebut sebagai tembakau asli dan tembakau rajangan terbesar di berbagai daerah di Indonesia. Banyaknya orang yang meragukan prospek tembakau asli/rakyat ini, sebab setelah munculnya jenis-jenis tembakau eksport (terutama Virginia), tembakau asli menjadi tersisih, anggapan ini tidak benar sebab dalam beberapa hal tembakau asli memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh varietas import. Beberapa kelebihan penting yang dimiliki tembakau asli diantaranya lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengolahannya dapat dilakukan secara sederhana (sun/air curing), sehingga biayanya lebih murah (Rachman, 1983).

Tembakau rakyat dapat diusahakan di tanah sawah maupun tegalan. Secara umum tidak banyak perbedaan hasil baik produktivitas maupun kualitas


(26)

antara kedua jenis lahan itu, biasanya tanaman tembakau rakyat ini ditanam secara bergilir dengan tanaman padi atau palawija (Padmo dan Djatmiko, 1991).

Tembakau asli masih bisa dibedakan dengan jelas dari tembakau lainnya. Bentuk daun tembakau asli bervariasi : bersayap, tidak bersayap, bertangkai panjang, dan bertangkai pendek (Tim Penulis, 1997).

Jenis tembakau yang banyak diusahakan di Indonesia adalah jenis tembakau yang memiliki kadar nikotin yang rendah. Spesies Nicotiana ruscita mengandung kadar nikotin tertinggi yaitu sekitar 16 %, sedangkan Nicotiana

tabacum mempunyai kadar nikotin terendah yaitu sebesar 0,6 %

Tembakau rakyat kebanyakan kebanyakan dipakai sebagai tembakau rajangan. Hasil rajangan cukup bervariasi, mulai dari rajangan kasar tengah, dan halus. Dilihat dari warna juga cukup bervariasi, mulai dari kuning, emas, merah, coklat, sampai hitam kelam. Perbedaan warna ini sebenarnya masih bisa dimodifikasikan sesuai dengan selera dan keinginan, kecuali warna kuning yang berhubungan erat dengan varietas yang ditanam. Penggunaan tembakau ini juga bervariasi, sebagai bahan campuran dalam industri pokok kretek dan sigaret, dibuat lintingnya atau sering juga digunakan untuk tembakau kunyah (Padmo dan Djadmiko, 1991).

Tahapan kegiatan usaha tani tembakau rakyat : 1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan sebelum penanaman penting sekali dilakukan dengan baik. Dengan pengolahan lahan yang baik akan mengurangi penyerangan


(27)

hama dan penyakit tanaman. Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul lahan secara merata dan diangin-anginkan, setelah itu dibuat selokan.

Tanaman tembakau rakyat bisa tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah, perbedaan ketinggian tempat mengakibatkan perbedaan kualitas daun tembakau. Tanaman tembakau dapat ditanam pada ketinggian 1000-1500 m dpl, pH 5,5-6,5. Jika tumbuh pada dataran tinggi maka daunnya akan besar, tebal dan kuat, sedangkan tembakau yang di tanam di dataran rendahnya daunnya besar, tipis dan elastis.

2. Penanaman

Umur tembakau siap ditanam dari persemaian adalah 40-45 hari, penanaman tembakau dilakukan dengan jarak 0,9 m x 0,7 m dan 1 m x 0,7 m. 3. Pemupukan

Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal. Pemberian pupuk harus dilaksanakan dengan tepat, baik waktu maupun jenis pupuk yang digunakan.

Pupuk kandang diberikan 7 hari sebelum tanam dengan dosis 0,5 kg/tanaman, 75 kg/ha TSP, dan 100 kg/ha ZA diberikan pada umur 15-20 HST (Hari Setelah Tanam). Cara pemberian pupuk dengan membuat lubang tugalan di kiri dan kanan tanaman dengan jarak 10-15 cm dari pangkal batang, kemudian pupuk ditabur pada lubang dan ditutup dengan tanah yang ada disekitarnya.

4. Penyiraman dan Pengairan

Untuk mendapatkan produksi dan kualitas tembakau yang tinggi perlu adanya sistem pengairan yang tetap, sebab untuk pertumbuhan terbaiknya


(28)

tanaman tembakau memerlukan air yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

Pada masa awal penanaman sampai umur 7 HST penyiraman dilakukan setiap hari untuk mencegah kematian bibit yang baru dipindahkan akibat terik matahari atau keracunan pupuk. Penyiraman sebaiknya pada pagi dan sore hari, saat suhu udara dan terik matahari tidak terlalu tinggi.

Pada umur 7-25 HST air yang diberikan 1-2 liter pertanam, interval penyiraman diperjarangkan menjadi 3-5 hari sekali dengan jumlah air yang diberikan sekitar 3-4 liter pertanam pada umur 25 HST. Pada umur > 25 HST tanaman sudah mulai kuat, interval penyiraman makin diperjarang sampai seminggu sekali dengan jumlah air yang diberikan sekitar 4 liter per tanam. 5. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dan pembumbunan dilakukan secara bersama untuk menghemat waktu, biaya, dan tenaga serta biasanya 2 x selama satu musim tanam yaitu pada umur 10 HST dan 30 HST.

Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan gulma sehingga dalam penyerapan unsur hara tanaman tidak terganggu dalam ”persaingan” yang berupa gulma. Pembumbuan dilakukan sekaligus pada saat penyiangin ini bertujuan agar tanah gembur, sirkulasi udara di alam tanah lancar, dan kelembaban tanah terjaga. Hal ini dilakukan karena makin lama tanah akan semakin memadat.

6. Pemangkasan

Waktu pemangkasan yang baik pada saat 10%-20% tanaman telah berbunga atau pada umur 40-50 HST. Pemangkasan di bagi dua macam yaitu :


(29)

- Pemangkasan bunga (Topping)

Pemangkasan bunga berfungsi dapat menebalkan dan meleberkan daun yang dihasilkan.

- Pemangkasan tunai katiak daun (Suckering)

Pemangkasan tunas ketiak daun bertujuan untuk mengefisienkan penggunaan zat hara dan menjaga kualitas daun agar tetap baik.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Sebaiknya agar selalu menjaga kebersihan kebun, pengaturan jarak tanam, pemetikan, pemotongan bagian tanaman yang terserang, menggunakan varietas yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit dan menggunakan pestisida secara selektif dan bijaksana.

8. Panen

Penentuan waktu panen yang tetap semakin penting karena pemanenan yang dilakukan sebelum matang atau kelewat matang berpengaruh sama buruknya. Daun yang dipetik sebelum matang kualitasnya akan menurun karena setelah kering menjadi kisut dan tulang daunnya melengkung sehingga permukaan helaian daun tidak rata. Disamping itu warnanyapun kurang menarik, yaitu coklat tua. Sedangkan daun yang terlambat dipanen biasanya mudah sobek dan warnanya merah tua sehingga kadang-kadang daunnya membusuk sebelum kering. Oleh karena itu, waktu pemanenan yang tidak tepat akan menurunkan kualitas sehingga harganya pun anjlok.

Pelaksanaan pemanenan daun tembakau dapat dilakukan setelah berumur 45-65 hari setelah tanam. Kriteria daun yang telah matang ditandai dengan warna daun yang hijau terang dan sepanjang tepi daun, ujung daun dan tulang


(30)

daun telah berubah warnanya menjadi hijau kekuningan serta pucuk daun agak melengkung kebawah (Tim Penulis, 1997).

Tahapan-tahapan pengolahan tembakau rakyat adalah:

Keterangan:

Saling Behubungan

Pemetikan Daun

Sortasi Pertama

Penggulungan Pemeraman

Penghilangan Gagang

Perajangan Sortasi Kedua

Pencampuran

Persiapan Penjemuran

Pelemasan


(31)

Tahapan-tahapan pengolahan tembakau rakyat adalah : 1. Sortasi Pertama

Sortasi pertama dilakukan untuk memilih daun tembakau sesuai dengan kualitasnya dan dikelompok-kelompokkan.

2. Pemeraman

Daun tembakau di tumpuk di tempat pemeraman kemudian ditutup dengan daun pisang atau daun kelapa. Pemeraman dilakukan selama 3-4 hari sampai daun tembakau berwarna kuning.

3. Sortasi Kedua

Mengelompokkan daun tembakau berdasarkan warna asli pemeraman. 4. Penghilangan gagang dan penggulungan

Setelah diperam dan disortasi maka daun tembakau dihilangkan gagangnya setelah itu digulung.

5. Perajangan

Perajangan tembakau dilakukan pada pukul 03.00-06.00 pagi dengan menggunakan alat perajang sederhana. Halus kasarnya rajangan tergantung permintaan pasar.

6. Pencampuran dan Persiapan Penjemuran

Hasil rajangan yang masih basah diaduk rata setelah itu persiapan untuk penjemuran. Daun tembakau rajangan dijemur di atas ragen (sesek) dengan ketebalan merata sekitar 3 cm. Penjemuran diusahakan agar kering pada hari yang sama dengan kadar air 40%.

Tanda-tanda daun yang telah kering bila diremas seolah-olah patah. Dari rotasi kedua sampai penjemuran diusahakan satu hari.


(32)

7. Pelemasan dan Pengepakan

Daun yang telah dikeringkan maka diembunkan pada malam hari, apabila rajangan tembakau sudah lemas atau elastis kemudian diatur berlapis-lapis dan diikat dengan tali.

Gulungan daun di masukkan ke dalam pembungkus yang terbuat dari tikar atau sesek anyaman bambu, bobot 1 bal biasanya 40-100 kg (Matnawi, 2002).

Tinjauan Ekonomi Tanaman Tembakau

Tanaman perkebunan seperti tembakau merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi. Apabila dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan sebagai pemasok Devisa Negara, serta tanaman perkebunan merupakan tanaman tahunan, ekosistemnya lebih stabil, sehingga strategi pengendalian hama dan penyakit seharusnya di rencanakan lebih baik (Sudarmo, 1993).

Secara politis, perdagangan tembakau di pasar Internasional mempunyai dampak positif, sebab dapat mendekatkan hubungan antara Negara yang bersangkutan seperti antara Indonesia dengan Negara Eropa Barat yang secara tradisional membeli tembakau Indonesia (Matnawi, 2002).

Indonesia tidak termasuk produsen utama tembakau dunia apabila dilihat dari luas tanah, jumlah produksi dan tenaga kerja yang terlibat dalam budidaya tembakau, namun disisi lain tembakau-tembakau Indonesia sejak lama dikenal sebagai tembakau yang bermutu tinggi, khususnya untuk keperluan bahan baku cerutu (Abdullah dan Soedarmanto, 1987).


(33)

Potensi permintaan pasar terhadap tembakau rakyat tinggi, hal ini dapat dilihat dari pasar penjualan tembakau rakyat. Tembakau rakyat biasanya digunakan oleh masyarakat bersuku batak untuk campuran sirih dan rokok gulung (Matnawi, 2002).

Landasan Teori

Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input (faktor produksi atau korbanan produksi) dalam menghasilkan output (hasil atau produksi) menjadi perhatian yang utama. Peranan input bukan saja dilihat dari macam atau ketersediaannya dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga dilihat dari segi efisiensi penggunaan faktor tersebut (Tohir, 1991).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usaha tani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).

Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik (Daniel, 2002).


(34)

Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal, sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan (Daniel, 2002).

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahtani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1998).

Menurut Prawirokusumo (1990), Income statement adalah suatu ringkasan dari pendapatan atau pengeluaran untuk jangka waktu tertentu dan berfungsi sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu usaha. Ada beberapa pembagian tentang pendapatan yaitu:

1. Pendapatan tenaga kerja (labour income) adalah jumlah seluruh penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.

2. Pendapatan tenaga kerja keluarga (family labour income) adalah total pendapatan tenaga kerja dikurangi upah tenaga kerja dalam keluarga. 3. Pendapatan keluarga petani (family’s income) adalah pendapatan bersih


(35)

Istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen kekonsumen (Mubyarto, 1998).

Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung, dengan cara melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Komoditi yang dipasarkan juga bervariasi kualitasnya dengan harga yang beragam pula. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga-lembaga pemasaran juga bervariasi (Sudiyono, 2004).

Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian. Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu. Dengan demikian, pemasaran pertanian dianggap memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif (Sudiyono, 2004).

Kerangka Pemikiran

Tembakau rakyat merupakan salah satu usaha perkebunan yang memiliki prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan karena selain memberikan hasil yang memuaskan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.

Petani adalah sebagai individu yang melakukan suatu kegiatan usahataninya, usahatani yang dimaksud adalah berupa usahatani tembakau rakyat.

Petani akan memperoleh penerimaan usahatani dari hasil penjualan produksi tembakau. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara produksi usahatani dengan harga jual yang dinilai dalam rupiah setelah


(36)

memperoleh penerimaan, untuk mengetahui pendapatan maka perlu diketahui biaya produksi. Biaya Produksi terdiri dari pupuk, obat-obatan, biaya penyusutan, upah tenaga kerja, dan pajak bumi dan bangunan. Setelah biaya produksi diketahui, maka Pendapatan dapat diperoleh setelah mengurangkan penerimaan dengan biaya produksi.

Keseluruhan kegiatan usahatani tembakau tersebut dapat dianalisis menggunakan rumus R/C sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi finansial petani tembakau rakyat di daerah penelitian.


(37)

Adapun skema pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

= Mempengaruhi

GAMBAR 1. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN Usahatani

Tembakau Rakyat

Produksi

Penerimaan

Harga

Pendapatan

Biaya Produksi : - Bibit

- Pupuk - Obat-obatan - Penyusutan

- Upah Tenaga Kerja - Sewa Lahan

- PBB Petani


(38)

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini yang sesuai dengan landasan teori adalah sebagai berikut:

1. Usahatani tembakau rakyat memberikan pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

2. Usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian layak diusahakan dari segi ekonomi.


(39)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi

Secara teritorial penelitian ini akan mempunyai ruang lingkup cakupan seluruh wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 26 Kabupaten/Kota. Namun dalam pelaksanaan survey difokuskan hanya pada Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Daerah penelitian ditetapkan secara purposive yaitu secara sengaja berdasarkan data yang ada, karena Kecamatan Sumbul tersebut potensial dalam melaksanakan usahatani tanaman tembakau rakyat (Soekartawi, 2002)

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak agar tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan berbeda-beda, maka kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk terpilihpun berbeda-beda pula.

Populasi petani tembakau yang terdapat di kecamatan Sumbul kabupaten Dairi berjumlah 217 KK, dari jumlah tersebut ditetapkan sampel sebanyak 68 KK populasi petani tembakau rakyat.

Penarikan sampel petani di kecamatan Sumbul kabupaten Dairi dengan menggunakan rumus Slovin berikut ini:

n = 2

1

N

e

N +


(40)

Dimana :

n = Besarnya Sampel ( Jiwa) N = Jumlah Populasi ( Jiwa) e = Margin Eror ( 10 %) (Sevilla, 1993)

Jumlah sampel yang mengusahakan usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian yaitu :

n = 2

1

N

e

N

+

=

) 01 . 0 ( 217 1

217

+

= 68 kk

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di Kecamaatn Sumbul melalui survey maupun data kuisioner yang sudah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kantor atau instansi terkait seperti BPS (Badan Pusat Statistik).

Metode Analisis Data

Untuk permasalahan 1 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu mengamati teknis budidaya tanaman tembakau. (Soekartawi, 2002)

Untuk permasalahan 2 dianalisis dengan analisis deskriptif yaitu menghitung komponen biaya (bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, tenaga kerja,


(41)

pajak bumi dan bangunan) berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan didaerah penelitian. (Soekartawi, 2002)

Untuk penerimaan petani dari usahatani tembakau rakyat maka digunakan rumus sebagai berikut:

Tr = Py.Y Keterangan:

Tr = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)

Py = Price/Harga (Rp)

Y = Yield/Produksi yang diperoleh dalam usahatani (Rp)

(Soekartawi, 2002)

Dimana untuk mengetahui pendapatan petani dari usahatani tembakau rakyat maka digunakan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC Keterangan:

Pd = Pendapatan Usahatani/Keuntungan (Rp) TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Cost/Total Biaya (Rp)

(Soekartawi,2002)

Untuk permasalahan 3 dimana untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman tembakau rakyat dari segi ekonomi digunakan analisis R/C sebagai berikut :

R/C = Revenue Cost


(42)

Keterangan :

Revenue = Penerimaan (Rp)

Cost = Biaya (Rp)

Kriteria :

Jika R/C ≥ 1, maka usahatani tembakau rakyat layak diusahakan. Jika R/C < 1, maka usahatani tembakau rakyat tidak layak diusahakan (Soekartawi, 2002).

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atau kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Usahatani adalah suatu penemuan dimana petani mengolah usahataninya berdasarkan faktor-faktor peroduksi (lahan, modal, tenaga kerja, dan sarana produksi).

2. Perkebunan rakyat adalah suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat yang dihasilkan dalam skala yang terbatas luasnya.

3. Komponen biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dan biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan yang digunakan selama satu periode produksi yang dinilai dalam rupiah/periode.

4. Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga.

5. Biaya adalah ongkos yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi tembakau rakyat mulai penanaman sampai tembakau siap dijual.


(43)

6. Pendapatan adalah selisih anatara penerimaan usahatani tembakau rakyat dengan biaya usahatani tembakau rakyat.

7. Kriteria kelayakan adalah kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan suatu usahatani untuk mengukur apakah usahatani itu layak atau tidak layak untuk diusahakan.

8. Yang menjadi populasi dan sampel adalah para petani yang melakukan usahatani tembakau rakyat.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Dairi.

2. Penelitian dilakukan dari November 2008 s/d April 2009.


(44)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Sumbul berada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sumbul mempunyai luas 192,58 Km2 terletak pada ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut, antara :

Lintang Utara : 02.25º - 02.45º Bujur Timur : 98.00º - 98.30º

Sebagian besar arealny terdiri dari Pegunugan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar/rata. Dan sebagian besar adalah hutan, maka iklim di Daerah ini adalah iklim sedang (Sub Tropis).

Secara administrasi Kecamatan Sumbul mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Pegagan Hilir

Sebelah Timur : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun Sebelah Selatan : Kecamatan Perbuluan

Sebelah Barat : Kecamatan Silahisabungan.

Wilayah kecamatan Sumbul terdiri dari 1 kelurahan yaitu kelurahan pegagan julu I dan 18 desa yaitu desa pegagan julu II, desa pegagan julu III, desa pegagan julu IV, desa pegagan julu V, desa pegagan julu VI, desa pegagan julu VII, desa pegagan julu VIII, desa pegagan julu IX, desa pegagan julu X, desa tanjung beringin, desa dolok tolong, desa kuta gugung, desa pargambiran, desa


(45)

perjuangan, desa pangguruan, desa sileu leu parsaoran, desa tanjung beringin I, dan desa barisan nauli.

Penggunaan Lahan

Kecamatan Sumbul mempunyai luas wilayah 7345 ha (73.450.000 m2). Penggunaan lahan dikecamatan Sumbul menurut fungsinya terdiri dari usahatani lahan kering, lahan sawah, halaman pekarangan dan lainnya. Jenis lahan terdiri dari tanah andosol, grumusol, latosol, podsoloid merah, podsoloid kuning, yang membutuhkan penambahan unsur hara untuk mendapatkan unsur tanah yang baik.

Gambaran luas wilayah Kecamatan Sumbul berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumbul Tahun 2008

No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Kering 4.305 58,61

2 Lahan Sawah 2.441 33,23

3 Halaman Pekarangan 546 7,43

4 Lainnya 53 0,72

Jumlah 7.345 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa sebanyak 4305 Ha (58,61 %) penggunaan lahan diKecamatan Sumbul lebih banyak digunakan sebagai lahan kering yaitu untuk lahan pertanian yang mengusahakan tanaman keras dan tanaman perkebunan seperti tembakau. Mata pencaharian masyarakat kecamatan Sumbul yang dominan bekerja sebagai petani dimana dalam satu lahan milik petani terdapat jenis tanaman perkebunan yang ditanam.


(46)

Lahan seluas 2441 Ha (33,23 %) digunakan untuk lahan pertanian sawah. Lahan pertanian sawah di Kecamatan Sumbul menggunakan sistem pengairan teknis.

Luas lahan 546 Ha (7,43 %) dan 53 Ha (0,72 %) berfungsi sebagai lahan non pertanian yaitu digunakan untuk pemukiman penduduk, perkantoran, pertokoan, sekolah dan pekarangan.

Kependudukan

Penduduk Kecamatan Sumbul sebanyak 40.465 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 19.830 jiwa (49,01 %) dan perempuan sebanyak 20.635 jiwa ( 50.99 %), dengan jumlah rumah tangga 8.710 Kepala Keluarga (KK) dengan penyebaran yang tidak merata. Rata-rata benyaknya jiwa per rumah tangga adalah sebanyak 5 jiwa.

Penduduk di Kecamatan Sumbul memiliki kelompok umur yang bervariasi. Secara terperinci keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Usia di Kecamatan Sumbul Tahun 2008.

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-14 12.497 30,88

2 15-64 18.739 46,30

3 64+ 9.229 22.80

Jumlah 40.465 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Sumbul menurut kelompok umur terdapat pada golongan umur 15-64 tahun yaitu sebanyak 18.739 jiwa (46,30 %). Jumlah penduduk terkecil menurut kelompok


(47)

umur di kecamatan Sumbul terdapat pada golongan umur 64 tahun keatas yaitu sebanyak 9229 jiwa (22,80 %). Jumlah penduduk pada golongan umur 0-14 tahun merupakan penduduk yang produktif dan dapat bekerja sehingga dapat menghidupi kebutuhan keluarga.

Pendidikan merupakan hal utama bagi penduduk untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan Sumber Daya Manusia. Dalam proses pendidikan dapat diperoleh terapan dari nilai-nilai moral dan etika serta pengetahuan untuk mencapai tujuan pembangunan. Pendidikan terdiri dari 2 jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan formal di kecamatan Sumbul dapat diihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Sumbul Tahun 2008.

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 Tidak/Belum Sekolah 5.264 13,00

2 Tidak Tamat SD 6.971 17,22

3 Tamat SD 8.794 21,73

4 Tamat SLTP 5.991 14,80

5 Tamat SLTA 7.829 19,34

6 Tamat Diploma I-II 918 2,26

7 Tamat Diploma III 1.984 4,90

8 Tamat Diploma IV-S1 2.714 6,70

9 Tamat S2-S3 0 0

Jumlah 40.465 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Tabel 5 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk secara formal sangat bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada tingakat pendidikan SD. Penduduk yang tamat SD sebanyak 8794 jiwa (21,73 %). Sebagian besar penduduk sedah menamatkan pendidikan SLTP dan SLTA, dan


(48)

dapat dilihat dari jumlahpenduduk yang tamat SLTP sebanyak 5991 jiwa (14,80 %) tamat SLTA sebanyak 7829 jiwa (19,34 %).

Penduduk yang mengikuti pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi jumlahnya sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Jumlah penduduk yang mengambil pendidikan hingga ke tinggkat perguruan tinggi adalah sebanyak 5616 jiwa ( 13,87 %). Jumlah yang tidak/belum sekolah mencapai 5264 jiwa (13 %).

Perekonomian Desa

Pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk dikecamatan Sumbul adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk kecamatan Sumbul menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sumbul Tahun 2008.

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani/Nelayan 4.680 32,73

2 Pedagang 2.813 19,67

3 Pengusaha Ternak 977 6,83

4 Buruh Tani 3.214 22,48

5 PNS 2.612 18,27

Jumlah 14.296 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk kecamatan Sumbul mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 4680 jiwa (32,73 %). Penduduk dengan sumber mata pencaharian buruh tani juga mencapai 3214 jiwa (22,48 %). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasioleh sektor pertanian. Penduduk yang mata pencahariannya sebagai pedagang yaitu sebanyak 2813 jiwa (19,67 %). Penduduk yang mata


(49)

pencahariannya sebagai PNS sebanyak 2612 jiwa (18,27 %). Penduduk yang menekuni mata pencaharian sebagai peternak paling sedikit terdapat dikecamatan Sumbul yaitu sebesar 977 jiwa (6,83 %).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masayarakat, semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kecamatan Sumbul seperti sarana pendidikan, kesehatan, dan transportasi yang cukup memadai. Keadaan sarana dan prasarana di Kecamatan Sumbul dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Sumbul Tahun 2008

NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH

(UNIT) 1. Prasarana Pendidikan

TK 2

SD 39

SMP 10

SMA 8

2. Prasarana Kesehatan

Rumah Sakit -

Puskesmas 2

Posyandu 57

3. Prasarana Ibadah

Gereja 174

Mesjid 11

4 Sarana Tranportasi

Truk 20

Angkutan Umum 213

Mobil Pribadi 96

Sepeda Motor 250

Sepeda 90

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Kondisi sarana transportasi di Kecamatan Sumbul tersedia dengan baik, sehingga mobilitas penduduk untuk keluar-masuk kecamatan sangatlah mudah.


(50)

Hal ini didukung pula dengan kondisi jalan yang sudah diaspal, walaupun ada beberapa titik dijumpai kondisi jalan yang rusak. Sehingga pateni tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil karena sarana tranportasi cukup tersedia. Prasarana yang tersedia juga lengkap yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat kecamatan Sumbul dari pelayanan kesehatan, pendidikan, hingga keagamaan.

Karakteristik Petani Tembakau di Kecamatan Sumbul

Petani tembakau adalah orang yang memiliki mata pencaharian sebagai petani tembakau, melakukan kegiatan produksi mulai dari mengolah tanah sampai pada kegiatan panen dan bertempat tinggal di kecamatan Sumbul.

Yang termasuk karakteristik 68 petani sample adalah umur, pendidikan, pengalaman bertani , luas lahan dan volume penjualan. Karakteristik petani sample tersebut dapat dilihat pada berikut :

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel

No. Uraian Rentang Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 0,12 – 1,00 0,28 2 Pendidikan(Tahun) 6 – 12 9,49

3 Umur (Tahun) 30 – 62 42,90

4 Pengalaman Bertani (Tahun) 3 – 37 16,49 5 Jumlah Tanggungan (jiwa) 1 - 6 3,62 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 (2008)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa luas lahan petani sampel yaitu berkisar antara 0,12-1,00 ha dengan rataan 0.28 ha. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa luas lahan yang diusahakan oleh petani sampel sudah luas.

Untuk tingkat pendidikan formal petani dapat dilihat yaitu berkisar antara 6-12 tahun dengan rataan sebesar 9,49. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan


(51)

bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam rangka pengelolaan usahataninya dapat dikatakan tergolong cukup yaitu diperkirakan rata-rata tamat SMP.

Umur petani sampel yaitu berkisar 30-62 tahun dengan rataan sebesar 42,90 tahun. Dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia yang produktif sehingga potensial dalam pengelolaan usaha taninya dapat dikatakan besar.

Untuk tingkat pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian berkisar 3-37 tahun dengan rataan 16,49 tahun sehingga dari hasil penelitian di lapangan dapat dikatakan tingkat pengalaman bertani petani sampel sudah tergolong lama sehingga petani sampel memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih baik dalam pengelolaan usahataninya.

Jumlah tanggungan keluarga para petani sampel di daerah penelitian yaitu berkisar antara 1-6 jiwa dengan rataan 3,62 jiwa. Dari hasil rataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani sampel cukup besar.


(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

(1) Teknis Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian

Kondisi teknik budidaya pada usahatani tembakau rakyat di Kecamatan Sumbul secara umum masih bersifat tradisional mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiraman, penyiangan. Petani sampel di daerah penelitian juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana untuk usahataninya.

1. Pembibitan

Pembibitan dilakukan petani disebuah lahan kosong yang berukuran 2 m x 2 m. Sebelumnya lahan tersebut telah dicangkul sehingga gembur untuk ditanami bibit tembakau. Setelah gembur bibit tembakau tersebut langsung

disemai dilahan tersebut. ± 0,1 ons/hektar. Lalu ditutup dengan goni dan

dibiarkan hingga ± 2 minggu sampai menjadi kecambah. Setelah itu goni

tersebut dibuka lalu digantikan dengan membuat atap dengan ketinggian

setengah meter, dan dibiarkan ± 2 bulan. Setelah itu bibit-bibit tersebut sudah

dapat ditanam kelahan. 2. Pengolahan Lahan

Langkah awal dari persiapan menanam tembakau rakyat dimulai dengan pengolahan lahan secara sempurna, agar dapat menghasilkan produksi tembakau rakyat yang optimal. Misalnya saja lahan yang akan digunakan bekas penanaman padi, maka langkah awal adalah membabat jerami kemudian lahan dicangkul secara merata dan diangin-anginkan serta dibuat lubang untuk


(53)

menanam. Didaerah penelitian para petani masih menggunakan alat pertanian yang tradisional seperti cangkul.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menanam bibit yang berumur 40 - 45 hari, dengan jarak tanam yang digunakan 50 cm x 100 cm.

4. Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan oleh petani sampel didaerah penelitian dilaksanakan dua kali dalam satu musim tanam (6 bulan). Pemupukan pertama dilakukan pada saat penanaman bibit. Sedangkan pemupukan yang kedua dilakukan pada saat tanaman tembakau sudah berumur 21 hari (3 minggu). Pupuk yang digunakan oleh petani sampel didaerah penelitian adalah pupuk NPK, Rz, TSP, Urea , Hidrokomplek, Boron, Patenkalibutir, dan Kompos. 5. Penyiangan dan Pembumbunan

Petani sampel melakukan penyiangan dan pembumbunan secara bersamaan untuk menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan satu kali dalam satu musim tanam. Penyiangan dan pembumbunan ini dilakukan para petani setelah umur tanaman tembakau 30 hari setelah tanam.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Para petani di daerah penelitian melakukan pengendalian hama dan penyakit tergantung kebutuhan dari tanaman tembakau rakyat itu sendiri.

7. Panen dan Pengeringan

Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas pemanenan yang tinggi. Pemanenan daun tembakau


(54)

didaerah penelitian dapat dilakukan 60 hari setelah tanam. Daun dapat dipanen apabila warna daun sudah mulai berwarna kekuningan. Pemanenan dilakukan

dua kali dalam seminggu hingga daun tanaman habis atau ± 32 kali panen

dalam satu musim tanam. Satu kali panen bisa menghasilkan 3 sampai 4 helai daun tembakau.

Setelah daun tembakau dipanen, para petani langsung mengeringkan daun tembakau tersebut. Pengeringan yang dilakukan didaerah penelitian masih alami, karena masih mengandalkan udara. Pengeringan ini dilakukan bukan langsung dibawah sinar matahari, tetapi hanya diangin-anginkan saja. Agar pengeringannya dapat merata.

Daun yang telah dipanen tersebut ujung tulang daunnya dicucuk kebambu yang sudah dihaluskan. Lalu bambu yang sudah tercucuk daun tembakau tersebut digantung dilangit-langit (asbes) rumah untuk proses pengeringan.

Proses pengeringan ini berlangsung hingga ± 30 hari dengan kondisi udara

yang normal.

(2) Komponen Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Bersih Petani Tembakau Rakyat di Daerah Panalitian

Komponen Biaya Produksi Yang di Keluarkan Petani Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian

Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bibit, pupuk, obat-obatan, penyusutan alat-alat pertanian, tenaga kerja, lahan dan pajak bumi dan bangunan yang digunakan para petani sampel selama satu musim tanam.


(55)

A. Bibit

Komponen biaya usahatani yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi tanaman tembakau rakyat adalah bibit. Kemudahan memperoleh bibit tanaman tembakau akan berpengaruh terhadap produksi usahatani tembakau rakyat.

Para petani sampel didaerah penelitian menggunakan bibit tembakau Virginia (sigaret) dan white burley. Para petani sampel awalnya memperoleh bibit dari Perusahaan manufaktur rokok langsung tanpa dibeli. Selanjutnya para petani sampel mengembangkan bibit tembakau dengan menciptakan pembibitan. Biasanya yang akan dijadikan bibit tembakau adalah biji dari tanaman tembakau. Sehingga bibit tembakau akan selalu tersedia untuk usahatani tembakau rakyat berikutnya. Biasanya petani menggunakan bibit tembakau untuk menanam dilahan sebanyak 9.987 batang/Ha. Harga bibit tembakau dipasaran yang terdapat di daerah penelitian sebesar Rp 70/batang.

Kemudahan dalam memperoleh bibit menyebabkan bahwa adanya peluang yang baik untuk memperluas usahatani tembakau rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan bibit untuk usahatani tembakau rakyat cukup tersedia.

B. Pupuk

Salah satu komponen biaya yang sangat mempengaruhi produksi suatu tanaman adalah pupuk. Pupuk dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan merangsang pembentukan daun yang baik. Sehingga dapat meningkatkan massa daun tembakau. Hal ini sangat mempengaruhi jumlah produksi yang akan dihasilkan tanaman tembakau tersebut.


(56)

Petani tembakau didaerah penelitian umumnya melakukan pemupukan sebanyak dua kali dalam satu masa panen. Agar tanaman tembakau dapat menghasilkan daun yang tebal dan berkualitas baik. Pemupukan pertama dilakukan pada saat penanaman bibit. Sedangkan pemupukan yang kedua dilakukan pada saat tanaman tembakau sudah berumur 21 hari (3 minggu). Dalam pemupukan yang pertama dan kedua, jumlah yang diberikan sama.

Dari hasil penelitian, cara pemberian pupuk untuk tanaman tembakau didaerah penelitian yaitu para petani membuat lubang disamping tanaman tembakau tersebut untuk tempat pemupukan, ini dilakukan petani sampel untuk mengurangi terjadinya penguapan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rata-rata pemakaian dan biaya pupuk didaerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

No Uraian

Per Petani Per Hektar

Jumlah (Kg)

Biaya (Rp)

Jumlah (Kg)

Biaya (Rp)

1 NPK 28,09 208.272,06 117,95 828.278,19

2 Rz 16,03 107.205,88 68,01 383.088,24

3 TSP 28,68 148.235,29 119,36 496.875,00

4 Urea 43,38 280.514,71 134,93 842.647,06

5 Hidrokomplek 13,24 137.500,00 49,45 486.948,53

6 Boron 14,85 108.382,35 65,20 436.519,61

7 Patemkalibutir 3,82 29.117,65 12,50 86.764,71

8 Kompos 15,15 24.926,47 29,11 70.625,00

Rata-rata 163,24 1.044.154,41 596,51 3.631.746,32

Sumber : Data diolah dari lampiran 2 dan lampiran 3

C. Obat-obatan

Obat-obatan juga termasuk kedalam komponen biaya didalam usahatani, sehingga mempengaruhi produksi suatu tanaman karena tanaman dapat diserang


(57)

hama dan penyakit yang bisa menurunkan produksi hasil pertanian, sehingga perlu adanya obat-obatan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa hama yang biasa menyerang tanaman tembakau rakyat di daerah penelitian adalah ulat grayak (Spodoptera litura) dan ulat tanah (Agrotis ypsilon). Ulat grayak menyebabkan adanya lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan yang terdapat didaun tembakau. Sedangkan ulat tanah menyebabkan adanya lubang-lubang pada daun tembakau terutama daun muda yang menyebabkan tangkai daun patah. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman tembakau rakyat didaerah penelitian adalah busuk daun yang disebabkan oleh bakteri Sclerotium rolfsii. Busuk daun menyebabkan daun tembakau membusuk hingga akarnya sehingga tanaman tembaku tersebut mati. Selain itu para petani sampel ada juga yang menggunakan obat-obatan untuk merangsang pertumbuhan tanaman tembakau.

Pemberian obat-obatan terhadap tanaman tembakau rakyat tergantung kebutuhan tanaman tembakau tersebut.

Tabel 10. Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

No Uraian

Per Petani Per Hektar

Jumlah (Botol)

Biaya (Rp)

Jumlah (Botol)

Biaya (Rp)

1 Desis 0,41 5.470,59 1,97 24.551,47

2 Serpan 0,57 12.610,29 2,43 51.155,02

3 Ditane 0,12 9.338,24 0,28 21.966,91

4 Athonik 0,43 4.772,06 1,79 19.789,83

5 Durusban 0,28 3.014,71 1,15 12.279,41

6 Demazet 0,31 6.102,94 1,27 24.797,79

7 Supergo 0,50 7.500,00 0,95 14.246,32

Rata-rata 2,62 48.808,82 9,83 168.786,76


(58)

D. Penyusutan alat-alat Pertanian

Penyusutan alat-alat pertanian merupakan salah satu sarana yang cukup penting untuk usahatani tembakau rakyat dalam pengolahan lahan, pemeliharaan dan untuk pemanenan. Petani sampel masih menggunakan alat-alat pertanian yang masih sederhana.

Alat-alat pertanian yang digunakan dalam usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian yaitu cangkul, parang, keranjang, semprot, dan batu asah. Petani memperoleh alat-alat pertanian dari toko-toko sarana yang berada di pasar kecamatan.

Tabel 11. Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

No Uraian

Per Petani Per Hektar

Jumlah (Unit)

Biaya Penyusutan

(Rp)

Jumlah (Unit)

Biaya Penyusutan

(Rp)

1 Cangkul 2,69 52.085,88 10,37 199.794,36

2 Parang 2,24 13.828,02 8,72 56.984,45

3 Keranjang 2,62 4.921,13 9,90 17.212,93

4 Semprot 1,12 81.815,97 5,32 359.137,04

5 Batu Asah 1,46 7.211,20 6,02 30.827,57

Rata-rata 10,12 159.862,20 40,33 663.956,35

Sumber : Data diolah dari lampiran 6 dan lampiran 7

E. Tenaga Kerja

Tenaga kerja manusia merupakan salah satu faktor yang peling penting dalam suatu usahatani kerena tenaga kerja merupakan penunjang akan keberlangsungan dari usahatani didaerah penelitian. Tenaga kerja dalam usahatani tembakau rakyat dibedakan menjadi dua yaitu Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) yang berasal dari masyarakat


(59)

setempat. Upah tenaga kerja yang berlaku didaerah penelitian adalah Rp 20.000/HKO (harian kerja orang) baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

Tabel 12. Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

No Uraian

Per Petani Per Hektar

HKO

Upah (Rp)

HKO

Upah (Rp)

TKDK TKLK TKD

K TKLK

1 Pembibitan 1,13 0,34 132.352,94 5,61 0,46 500.857,84 2 Pengolahan Lahan 1,00 2,04 299.705,88 5,19 7,84 1.199.264,71 3 Penanaman 2,00 0,44 48.823,53 10,37 0,82 223.774.,51 4 Pemupukan 1,00 0,44 48.529,41 5,19 0,82 228.161,76 5 Penyiangan dan

Pembumbunan

1,00 0,44 37.941,18 5,19 0,82 132.058,82 6 Pemberantasan

Hama dan Penyakit

1,00 0,19 23.823,53 5,19 0,25 108.774,51 7 Pemanenan dan

Penjemuran

2,00 0,59 1.622.058,82 10,37 1,03 7.091.102,94 Rata-rata 9,13 4,49 2.213.235,29 47,09 12,04 9.483.995,10

Sumber : Data diolah dari lampiran 8 dan lampiran 9

F. Lahan

Lahan sangat dibutuhkan untuk melakukan kegiatan bertani. Dalam usahatani tembakau rakyat, para petani menggunakan lahan yang baik untuk ditanami tanaman tembakau. Didaerah penelitian, sewa lahan yang dikenakan kepada petani sebesar Rp 1.875.000 /Ha untuk satu musim tanam (6 Bulan).

G. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Didaerah penelitian para petani sampel dikenakan pajak bumi dan bangunan. Karena lahan yang mereka kelola adalah lahan milik mereka sendiri. Pajak bumi dan bangunan didaerah penelitian sebesar Rp 12.500/Ha persatu satu musim tanam (6 bulan).


(60)

Untuk lebih jelasnya tentang rata-rata komponen biaya produksi didaerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13. Rata-rata Biaya Produksi Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

No Uraian

Per Petani Per Hektar

Biaya (Rp)

Persentase (%)

Biaya (Rp)

Persentase (%)

1 Pupuk 1.044.154,41 26,16 3.631.746,32 22,93

2 Obat-obatan 48.808,82 1,22 168.786,76 1,06

3 Penyusutan 159.862,20 4,00 159.862,20 1,00

4 Tenaga Kerja 2.213.235,29 55,46 9.483.995,10 59,88

5 Sewa Lahan 520.588,24 13,04 1.875.000,00 11,84

6 PBB 3.470,59 0,08 12.500,00 0,07

Rata-rata 3.990.119,55 100,00 15.835.984,54 100,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 10 dan lampiran 11

Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa, rata-rata biaya produksi per petani didaerah penelitian sebesar Rp 3.990.119,55 per musim tanam dan per hektar Rp 15.835.984,54 per musim tanam. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa biaya tenaga kerja merupakan komponen biaya terbesar yaitu 55,46 % per petani dan 59,88 % per hektar, kemudian menyusul urutan kedua yaitu pupuk sebesar 26,16 % per petani dan 22,93 % per hektar, selanjutnya adalah sewa lahan sebesar 13,04 % per petani dan 11,84 % per hektar, untuk penyusutan sebesar 4,00 % per petani dan 1,00 % per hektar, obat-obatan sebesar 1,22 % per petani dan 1,06 % per hektar, lalu komponen biaya yang paling kecil adalah pajak bumi dan bangunan sebesar 0,08 % per petani dan 0,07 per hektar.

Besar Penerimaan Petani Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian

Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga. Semakin tinggi hasil produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula penerimaan yang


(61)

akan diperoleh. Akan tetapi, produksi yang tinggi tanpa didukung harga jual yang baik maka penerimaan yang diperoleh tidak tinggi. Artinya untuk memperoleh penerimaan yang tinggi maka yang harus diperhatikan adalah kualitas dan kuantitas dari produksi usahatani tembakau rakyat.

Tabel 14. Rata-rata Penerimaan Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

No Uraian Per Petani

(Kg)

Per Hektar (Kg)

1 Produksi (Kg) 272,98 979,88

2 Harga (Rp) 20.735,29 20.735,29

3 Penerimaan (Rp) 6.027.352,94 20.325.459,56

Sumber : Data diolah dari lampiran 12 dan lampiran 13

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan yang diperoleh per petani didaerah penelitian adalah Rp 6.027.352,94 untuk satu kali musim tanam dan per hektar Rp 20.325.459,56 untuk satu kali musim tanam. Penerimaan yang didapat petani didaerah penelitian berbeda-beda tergantung dari hasil panen yang dihasilkan oleh petani tersebut.

Pada tanaman tembakau, sebelum melakukan penjualan hasil produksi, daun tembakau yang masih segar (daun tembakau basah) harus terlebih dahulu dikeringkan atau dijemur hingga daun tembakau basah menjadi daun tembakau

kering. Mula-mula daun tembakau basah mengandung kadar air ± 70%. Selama

proses penjemuran daun tembakau basah mengalami pengurangan kadar air. Setelah menjadi daun tembakau kering maka berat daun tembakau menjadi 20% dari berat daun tembakau basah.

Harga daun tembakau didaerah penelitian seharga Rp 20.000/kg. Harga itu telah ditetapkan oleh perusahaan manufaktur rokok yang sebelumnya sudah disepakati oleh petani dan pihak perusahaan manufaktur rokok. Adapun


(1)

Lampiran 14. Pendapatan Per Petani Dalam 1 Musim Tanam

No Luas Penerimaan Total Pendapatan

Sampel Lahan (Rp) Biaya Produksi (Rp)

(Ha) (Rp)

1 0.20 3,960,000.00 3,166,348.72 793,651.28 2 0.40 7,940,000.00 6,183,675.00 1,756,325.00 3 0.20 3,880,000.00 3,020,613.33 859,386.67 4 0.16 3,120,000.00 2,654,164.29 465,835.71 5 0.24 4,740,000.00 4,400,716.67 339,283.33 6 0.16 3,180,000.00 2,622,550.00 557,450.00 7 0.20 3,940,000.00 2,939,479.05 1,000,520.95 8 0.12 2,400,000.00 2,228,400.00 171,600.00 9 0.12 2,390,000.00 2,386,886.67 3,113.33 10 0.12 2,380,000.00 2,128,054.17 251,945.83 11 0.16 3,160,000.00 2,814,066.67 345,933.33 12 0.20 3,840,000.00 2,994,130.95 845,869.05 13 0.16 3,180,000.00 2,615,220.83 564,779.17 14 0.20 3,900,000.00 3,044,046.67 855,953.33 15 0.40 7,880,000.00 6,174,675.00 1,705,325.00 16 0.24 4,740,000.00 4,400,583.33 339,416.67 17 0.16 3,100,000.00 2,525,620.83 574,379.17 18 0.20 3,820,000.00 2,986,246.67 833,753.33 19 0.12 2,400,000.00 2,222,637.50 177,362.50 20 0.20 3,860,000.00 2,837,305.71 1,022,694.29 21 0.16 3,060,000.00 2,708,033.33 351,966.67 22 0.12 2,380,000.00 2,125,600.00 254,400.00 23 0.16 3,140,000.00 2,577,046.67 562,953.33 24 0.12 2,360,000.00 2,213,320.83 146,679.17 25 0.12 2,300,000.00 2,127,021.43 172,978.57 26 0.20 3,840,000.00 2,992,933.33 847,066.67 27 0.20 3,960,000.00 2,977,699.05 982,300.95 28 0.20 3,800,000.00 2,817,340.00 982,660.00 29 0.12 2,220,000.00 2,128,054.17 91,945.83 30 0.16 3,160,000.00 2,814,066.67 345,933.33 31 0.20 3,800,000.00 2,994,130.95 805,869.05 32 0.16 3,040,000.00 2,615,220.83 424,779.17 33 0.20 3,900,000.00 3,044,046.67 855,953.33


(2)

35 0.24 4,620,000.00 4,400,583.33 219,416.67 36 0.16 3,100,000.00 2,525,620.83 574,379.17 37 0.20 3,800,000.00 2,986,246.67 813,753.33 38 0.12 2,360,000.00 2,222,637.50 137,362.50 39 0.20 3,960,000.00 2,837,305.71 1,122,694.29 40 0.16 3,060,000.00 2,708,033.33 351,966.67 41 0.12 2,400,000.00 2,125,600.00 274,400.00 42 0.16 3,160,000.00 2,577,046.67 582,953.33 43 0.12 2,340,000.00 2,213,320.83 126,679.17 44 0.12 2,360,000.00 2,127,021.43 232,978.57 45 0.20 4,000,000.00 2,992,933.33 1,007,066.67 46 0.20 3,960,000.00 2,977,699.05 982,300.95 47 0.20 3,800,000.00 2,817,340.00 982,660.00 48 0.20 3,960,000.00 3,166,348.72 793,651.28 49 0.40 7,900,000.00 6,183,675.00 1,716,325.00 50 0.20 3,800,000.00 3,020,613.33 779,386.67 51 0.16 3,100,000.00 2,654,164.29 445,835.71 52 0.24 4,740,000.00 4,400,716.67 339,283.33 53 0.16 3,160,000.00 2,622,550.00 537,450.00 54 0.20 3,960,000.00 2,939,479.05 1,020,520.95 55 0.12 2,400,000.00 2,228,400.00 171,600.00 56 0.12 2,400,000.00 2,386,886.67 13,113.33 57 0.20 3,960,000.00 3,166,348.72 793,651.28 58 0.40 7,800,000.00 6,183,675.00 1,616,325.00 59 1.00 24,775,000.00 11,866,004.76 12,908,995.24 60 1.00 24,675,000.00 11,650,266.67 13,024,733.33 61 0.40 9,875,000.00 6,963,350.00 2,911,650.00 62 0.80 19,875,000.00 9,138,580.26 10,736,419.74 63 0.80 19,750,000.00 8,463,266.67 11,286,733.33 64 1.00 24,750,000.00 11,184,000.00 13,566,000.00 65 0.40 9,900,000.00 6,968,397.14 2,931,602.86 66 0.80 19,750,000.00 8,526,976.19 11,223,023.81 67 0.80 19,925,000.00 9,024,766.67 10,900,233.33 68 0.80 19,775,000.00 8,423,664.10 11,351,335.90 Total 18.88 409,860,000.00 271,328,129.58 138,531,870.42


(3)

Lampiran 15. Pendapatan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam

No Luas Penerimaan Total Pendapatan

Sampel Lahan (Rp) Biaya Produksi (Rp)

(Ha) (Rp)

1 0.20 19,800,000.00 15,831,743.60 3,968,256.40 2 0.40 19,850,000.00 15,459,187.50 4,390,812.50 3 0.20 19,400,000.00 15,103,066.65 4,296,933.35 4 0.16 19,500,000.00 16,588,526.81 2,911,473.19 5 0.24 19,750,000.00 18,336,319.46 1,413,680.54 6 0.16 19,875,000.00 16,390,937.50 3,484,062.50 7 0.20 19,700,000.00 14,697,395.25 5,002,604.75 8 0.12 20,000,000.00 18,570,000.00 1,430,000.00 9 0.12 19,916,666.67 19,890,722.25 25,944.42 10 0.12 19,833,333.33 17,733,784.75 2,099,548.58 11 0.16 19,750,000.00 17,587,916.69 2,162,083.31 12 0.20 19,200,000.00 14,970,654.75 4,229,345.25 13 0.16 19,875,000.00 16,345,130.19 3,529,869.81 14 0.20 19,500,000.00 15,220,233.35 4,279,766.65 15 0.40 19,700,000.00 15,436,687.50 4,263,312.50 16 0.24 19,750,000.00 18,335,763.88 1,414,236.13 17 0.16 19,375,000.00 15,785,130.19 3,589,869.81 18 0.20 19,100,000.00 14,931,233.35 4,168,766.65 19 0.12 20,000,000.00 18,521,979.17 1,478,020.83 20 0.20 19,300,000.00 14,186,528.55 5,113,471.45 21 0.16 19,125,000.00 16,925,208.31 2,199,791.69 22 0.12 19,833,333.33 17,713,333.33 2,120,000.00 23 0.16 19,625,000.00 16,106,541.69 3,518,458.31 24 0.12 19,666,666.67 18,444,340.25 1,222,326.42 25 0.12 19,166,666.67 17,725,178.58 1,441,488.08 26 0.20 19,200,000.00 14,964,666.65 4,235,333.35 27 0.20 19,800,000.00 14,888,495.25 4,911,504.75 28 0.20 19,000,000.00 14,086,700.00 4,913,300.00 29 0.12 18,500,000.00 17,733,784.75 766,215.25 30 0.16 19,750,000.00 17,587,916.69 2,162,083.31 31 0.20 19,000,000.00 14,970,654.75 4,029,345.25 32 0.16 19,000,000.00 16,345,130.19 2,654,869.81 33 0.20 19,500,000.00 15,220,233.35 4,279,766.65


(4)

35 0.24 19,250,000.00 18,335,763.88 914,236.13 36 0.16 19,375,000.00 15,785,130.19 3,589,869.81 37 0.20 19,000,000.00 14,931,233.35 4,068,766.65 38 0.12 19,666,666.67 18,521,979.17 1,144,687.50 39 0.20 19,800,000.00 14,186,528.55 5,613,471.45 40 0.16 19,125,000.00 16,925,208.31 2,199,791.69 41 0.12 20,000,000.00 17,713,333.33 2,286,666.67 42 0.16 19,750,000.00 16,106,541.69 3,643,458.31 43 0.12 19,500,000.00 18,444,340.25 1,055,659.75 44 0.12 19,666,666.67 17,725,178.58 1,941,488.08 45 0.20 20,000,000.00 14,964,666.65 5,035,333.35 46 0.20 19,800,000.00 14,888,495.25 4,911,504.75 47 0.20 19,000,000.00 14,086,700.00 4,913,300.00 48 0.20 19,800,000.00 15,831,743.60 3,968,256.40 49 0.40 19,750,000.00 15,459,187.50 4,290,812.50 50 0.20 19,000,000.00 15,103,066.65 3,896,933.35 51 0.16 19,375,000.00 16,588,526.81 2,786,473.19 52 0.24 19,750,000.00 18,336,319.46 1,413,680.54 53 0.16 19,750,000.00 16,390,937.50 3,359,062.50 54 0.20 19,800,000.00 14,697,395.25 5,102,604.75 55 0.12 20,000,000.00 18,570,000.00 1,430,000.00 56 0.12 20,000,000.00 19,890,722.25 109,277.75 57 0.20 19,800,000.00 15,831,743.60 3,968,256.40 58 0.40 19,500,000.00 15,459,187.50 4,040,812.50 59 1.00 24,775,000.00 11,866,004.76 12,908,995.24 60 1.00 24,675,000.00 11,650,266.67 13,024,733.33 61 0.40 24,687,500.00 17,408,375.00 7,279,125.00 62 0.80 24,843,750.00 11,423,225.33 13,420,524.68 63 0.80 24,687,500.00 10,579,083.34 14,108,416.66 64 1.00 24,750,000.00 11,184,000.00 13,566,000.00 65 0.40 24,750,000.00 17,420,992.85 7,329,007.15 66 0.80 24,687,500.00 10,658,720.24 14,028,779.76 67 0.80 24,906,250.00 11,280,958.34 13,625,291.66 68 0.80 24,718,750.00 10,529,580.13 14,189,169.88 Total 18.88 1,382,131,250.00 1,076,846,948.63 305,284,301.37


(5)

Lampiran 16. Revenue / Cost

No Luas Penerimaan Total

Sampel Lahan (Rp) Biaya Produksi R / C

(Ha) (Rp)

1 0.20 19,800,000.00 15,831,743.60 1.25 2 0.40 19,850,000.00 15,459,187.50 1.28 3 0.20 19,400,000.00 15,103,066.65 1.28 4 0.16 19,500,000.00 16,588,526.81 1.18 5 0.24 19,750,000.00 18,336,319.46 1.08 6 0.16 19,875,000.00 16,390,937.50 1.21 7 0.20 19,700,000.00 14,697,395.25 1.34 8 0.12 20,000,000.00 18,570,000.00 1.08 9 0.12 19,916,666.67 19,890,722.25 1.00 10 0.12 19,833,333.33 17,733,784.75 1.12 11 0.16 19,750,000.00 17,587,916.69 1.12 12 0.20 19,200,000.00 14,970,654.75 1.28 13 0.16 19,875,000.00 16,345,130.19 1.22 14 0.20 19,500,000.00 15,220,233.35 1.28 15 0.40 19,700,000.00 15,436,687.50 1.28 16 0.24 19,750,000.00 18,335,763.88 1.08 17 0.16 19,375,000.00 15,785,130.19 1.23 18 0.20 19,100,000.00 14,931,233.35 1.28 19 0.12 20,000,000.00 18,521,979.17 1.08 20 0.20 19,300,000.00 14,186,528.55 1.36 21 0.16 19,125,000.00 16,925,208.31 1.13 22 0.12 19,833,333.33 17,713,333.33 1.12 23 0.16 19,625,000.00 16,106,541.69 1.22 24 0.12 19,666,666.67 18,444,340.25 1.07 25 0.12 19,166,666.67 17,725,178.58 1.08 26 0.20 19,200,000.00 14,964,666.65 1.28 27 0.20 19,800,000.00 14,888,495.25 1.33 28 0.20 19,000,000.00 14,086,700.00 1.35 29 0.12 18,500,000.00 17,733,784.75 1.04 30 0.16 19,750,000.00 17,587,916.69 1.12 31 0.20 19,000,000.00 14,970,654.75 1.27 32 0.16 19,000,000.00 16,345,130.19 1.16 33 0.20 19,500,000.00 15,220,233.35 1.28


(6)

35 0.24 19,250,000.00 18,335,763.88 1.05 36 0.16 19,375,000.00 15,785,130.19 1.23 37 0.20 19,000,000.00 14,931,233.35 1.27 38 0.12 19,666,666.67 18,521,979.17 1.06 39 0.20 19,800,000.00 14,186,528.55 1.40 40 0.16 19,125,000.00 16,925,208.31 1.13 41 0.12 20,000,000.00 17,713,333.33 1.13 42 0.16 19,750,000.00 16,106,541.69 1.23 43 0.12 19,500,000.00 18,444,340.25 1.06 44 0.12 19,666,666.67 17,725,178.58 1.11 45 0.20 20,000,000.00 14,964,666.65 1.34 46 0.20 19,800,000.00 14,888,495.25 1.33 47 0.20 19,000,000.00 14,086,700.00 1.35 48 0.20 19,800,000.00 15,831,743.60 1.25 49 0.40 19,750,000.00 15,459,187.50 1.28 50 0.20 19,000,000.00 15,103,066.65 1.26 51 0.16 19,375,000.00 16,588,526.81 1.17 52 0.24 19,750,000.00 18,336,319.46 1.08 53 0.16 19,750,000.00 16,390,937.50 1.20 54 0.20 19,800,000.00 14,697,395.25 1.35 55 0.12 20,000,000.00 18,570,000.00 1.08 56 0.12 20,000,000.00 19,890,722.25 1.01 57 0.20 19,800,000.00 15,831,743.60 1.25 58 0.40 19,500,000.00 15,459,187.50 1.26 59 1.00 24,775,000.00 11,866,004.76 2.09 60 1.00 24,675,000.00 11,650,266.67 2.12 61 0.40 24,687,500.00 17,408,375.00 1.42 62 0.80 24,843,750.00 11,423,225.33 2.17 63 0.80 24,687,500.00 10,579,083.34 2.33 64 1.00 24,750,000.00 11,184,000.00 2.21 65 0.40 24,750,000.00 17,420,992.85 1.42 66 0.80 24,687,500.00 10,658,720.24 2.32 67 0.80 24,906,250.00 11,280,958.34 2.21 68 0.80 24,718,750.00 10,529,580.13 2.35 Total 18.88 1,382,131,250.00 1,076,846,948.63 90.26