Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

(1)

PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KALANGAN REMAJA DI DESA BATUKARANG, KECAMATAN PAYUNG, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh:

YOLANDA FRISCILIA NIM 100901082

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Di Desa Batukarang sedang marak terjadi penyalahgunaan narkoba, cenderung yang menjadi korbannya yaitu pada kalangan remaja. Remaja merupakan manusia pada usia tertentu yang sedang dinamik, sehingga dalam usia tersebut remaja banyak dihadapkan oleh masalah yang timbul baik itu berasal dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya. Kini, penyalahgunaan narkoba tidak hanya berkembang di kota tetapi juga di desa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui alasan remaja Desa Batukarang menggunakan narkoba.

Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo merupakan lokasi penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, serta untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Untuk memperoleh data atau informasi penelitian di lapangan, maka metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui teknik observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap 18 (delapan belas) orang informan, yaitu 5 (lima) orang korban penyalahgunaan narkoba, 9 (sembilan) orang masyarakat, dan 4 (empat) orang tokoh masyarakat.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja sedang marak terjadi. Bahkan, ternyata penggunaan narkoba tidak hanya terdapat pada kalangan remaja saja, tetapi juga digunakan oleh para kaum pria dewasa yang sudah berumahtangga atau pun pria paruh baya. Ada beberapa alasan remaja menggunakan narkoba, yaitu berasal dari faktor internal seperti rasa ingin tahu dan ingin dianggap hebat, serta faktor eksternal, seperti perceraian orang tua, kurangnya perhatian orang tua karena sibuk mencari nafkah, diajak teman, dan dijebak oleh bandar. Namun, faktor keluarga dan teman merupakan faktor utama menjadi penyebab remaja menyalahgunaan narkoba. Masyarakat resah terhadap kondisi perkembangan penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang, di mana sudah banyak terjadi tindakan kriminalitas, yaitu melakukan pencurian dan menjadi pengedar narkoba karena pada umumnya remaja tersebut sudah putus sekolah serta belum memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Hal tersebut mengganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat. Namun, masyarakat enggan mengambil tindakan tegas disebabkan karena masih adanya hubungan keluarga antara masyarakat dengan korban penyalahgunaan narkoba, serta adanya ketakutan masyarakat akan diancam dan diganggu oleh mereka, sehingga masyarakat terkesan permisif dalam menghadapi penyimpangan sosial tersebut. Dampak positif penggunaan narkoba bagi kehidupan informan adalah ketenangan sesaat, tahan tidak tidur dan tetap semangat, memiliki banyak teman khususnya sesama pengguna narkoba. Dampak negatif penggunaan narkoba bagi kehidupan informan adalah kesehatan menurun, sulit mengendalikan diri, dijauhi masyarakat, tidak harmonis dengan keluarga, kehabisan uang, serta disorganisasi sosial.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji, Hormat, dan Kemuliaan hanya bagi Allah yang Esa yang saya sembah di dalam Yesus Kristus, yang telah memberikan kasih dan pengharapan dalam hidup saya. Oleh karena anugerah dan penyertaanNya, saya dimampukan untuk menyusun dan menyelesaikan tugas saya sebagai mahasiswa S1 di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

Saya juga mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan. Dalam pengerjaan skripsi ini, saya menyadari segala keterbatasan saya dalam hal pengetahuan dan pengalaman sebagai mahasiswa. Namun, puji Tuhan segala kesulitan yang ada dapat diatasi berkat dukungan, bimbingan, semangat, motivasi, dan doa dari berbagai pihak yang membuat saya terus berjuang memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya yang terkasih, Bapak W. Pandia dan Mamak N. Br Ginting, yang telah mendukung, membimbing, dan mendoakan saya setiap waktu. Saya sangat bersyukur memiliki orang tua yang hebat seperti mereka, yang tak pernah lelah berusaha untuk mencukupkan segala kebutuhan hidup saya selama ini. Demikian juga untuk Kakak saya Fransiska Isabel S.Pandia, S.Sos dan Adik saya John Agison Yahya S.Pandia, terimakasih telah menjadi bagian di dalam hidup saya, menjadi saudara yang saling mengasihi dan membangun. Kiranya kasih Kristus menyertai keluarga kita dan kita semakin takut akan Allah.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku Sekretaris Dekan yang telah mengajarkan banyak ilmu selama saya menjadi mahasiswa.

4. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku dosen pembimbing dan Ketua Departemen Sosiologi yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu, mengarahkan, serta membimbing saya dalam penyelesaian skripsi ini. Beliau telah mengajarkan saya agar menjadi mahasiswa yang berkualitas yang harus berani keluar dari zona nyaman, sabar, dan tekun.

5. Seluruh dosen pengajar Departemen Sosiologi yang telah membimbing saya selama saya menjadi mahasiswa.

6. Seluruh pegawai departemen dan pendidikan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan studi saya, baik dalam urusan Administrasi Departemen maupun Pendidikan.

7. PKK (Kakak Rohani/Gembala) saya Mutiara Ginting, M.SP, yang telah menggembalakan saya selama ini sehingga saya mengerti tujuan hidup saya di dunia ini, yang mengajarkan saya bagaimana seharusnya menjadi murid Kristus sejati. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah mempertemukan saya dengan beliau. Tetap semangat melayani Kak. (Filipi 1:3 untuk kakak)

8. Teman-teman KTB (Kelompok Rohani) saya Calvary Evangelion (Sri Handayani Ginting, S.Sos dan Santiur Manurung, S.Sos), saya bersyukur untuk kebersamaan kita selama ini, pertumbuhan iman yang boleh saya alami melalui kelompok ini. Sesungguhnya banyak kata yang ingin kusampaikan. Namun, yang terpenting dari segalanya adalah “jangan pernah tinggalkan kasih mula-mula itu, tetaplah setia sampai akhir, jadi berkat kapanpun dan dimanapun”. Terimakasih juga untuk keberadaan Reminiscere Deveno (Putri Pakpahan, Riana Astrinda Sitompul, Binsar S. Pirngadi L.Gaol), yang telah mengizinkan saya mengikuti kelompok bersama mereka. Terimakasih untuk motivasi dan doa adik-adik. Tetaplah semangat mengerjakan Amanat Agung.


(5)

9. Adik rohani saya Lasmaria Sihombing dari Sosiologi 2014. Saya sangat bersyukur atas kehadirannya di dalam hidup saya. Saya juga merasakan pertumbuhan rohani melalui adik ini. Saya rindu agar adik tetap semangat untuk dibina, mengaplikasikan Firman, dan mengerjakan visi Allah. (Efe 2:8-9)

10.TPP (Tim Pengurus Pelayanan) UKM KMK USU UP PEMA FISIP 2013 (Marisi, Meriau, K’Damai, Bg’Mian, Santiur, Davit, Sri, Chintya, Elisabet, Candra) dan TPP 2014 (Meriau, Elisabet, Agus, Santiur, Marisi, Memory, Binsar, Melin, David, Riana, Mantily, Putri, Candra). Terimakasih atas kasih, doa, dan motivasi teman-teman. Semoga kita tetap menjadi hamba yang taat dan setia.

11.Seluruh keluarga besar UKM KMK USU dan komponen pelayanan UKM KMK USU UP PEMA FISIP, tetap semangat mengerjakan visi Allah dimanapun berada.

12.Seluruh sahabat dan rekan-rekan saya yang telah mendukung saya dalam motivasi dan doa, serta bersedia menanyakan perkembangan skripsi saya setiap saat. Untuk Terangta Tarigan, Nobinna Ginting, Intan Pelawi, K’Raskel, K’Tika, K’Nora, K’Liberty, K’Fe, B’Windo, K’Beka, Manna Putra Sitepu, Pio Salvator Ginting, Pujand Plato Benhard Ginting, Enda Iyus Sembiring, Kawal Gurusinga, Dirga Assha S.Meliala, Ary Veronika Bangun, Bonifasya Kacaribu, Epenta Brahmana, Nggore, B’Abri, Meri, Dicky, dan teman-teman lainnya.

13.Seluruh informan yang telah membantu saya dalam proses penelitian skripsi. 14.Seluruh masyarakat Desa Batukarang serta Pemerintah Desa Batukarang

Medan, Juni 2015


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Defenisi Konsep ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyalahgunaan Narkoba ... 13

2.2 Pengertian Remaja ... 14

2.3 Perilaku Menyimpang ... 16

2.3.1 Bentuk Perilaku Menyimpang ... 16

2.4 Teori Kontrol Sosial ... 17

2.5 Sosialisasi ... 20

2.5.1 Agen Sosialisasi ... 21

2.5.1.1 Keluarga ... 21

2.5.1.2 Kelompok Bermain ... 22

2.5.1.3 Sekolah ... 23


(7)

2.6 Norma Sosial ... 24

2.6.1 Cara (Usage) ... 25

2.6.2Kebiasaan (Folkways) ... 26

2.6.3 Tata Kelakuan (Mores) ... 26

2.6.4 Adat Istiadat (Custom) ... 27

2.6.5 Hukum (Law) ... 28

2.7 Nilai Sosial ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... ... 30

3.2 Lokasi Penelitian ... 30

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Interpretasi Data ... 33

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

4.1.1Keadaan Geografis ... 34

4.1.2 Keadaan Demografis ... 36

4.1.3 Keadaan Sosial dan Ekonomi ... 37

4.2 Profil Informan ... 41

4.2.1 Korban Penyalahgunaan Narkoba ... 42

4.2.2 Masyarakat ... 49

4.2.3 Tokoh Masyarakat ... 61

4.3 Alasan yang Melatarbelakangi Remaja Menggunakan Narkoba di Desa Batukarang ... 67


(8)

4.3.1 Faktor Internal ... 68

4.3.2 Faktor Eksternal ... 71

4.4 Dampak Penyalahgunaan Narkoba terhadap Kehidupan Informan .. 79

4.5 Mantan Pengguna Narkoba ... 90

4.6 Pandangan Masyarakat terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Remaja ... 92

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Saran ... 114

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 115


(9)

DAFTAR TABEL

4.1 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Payung, Tahun 2013 4.2 Data Jumlah Penduduk Desa Batukarang Menurut Jenis Kelamin

4.3 Agama Penduduk di Desa Batukarang

4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Batukarang 4.5 Sarana Kesehatan

4.6 Sarana Ibadah 4.7 Sarana Pendidikan 4.8 Data Perumahan


(10)

ABSTRAK

Di Desa Batukarang sedang marak terjadi penyalahgunaan narkoba, cenderung yang menjadi korbannya yaitu pada kalangan remaja. Remaja merupakan manusia pada usia tertentu yang sedang dinamik, sehingga dalam usia tersebut remaja banyak dihadapkan oleh masalah yang timbul baik itu berasal dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya. Kini, penyalahgunaan narkoba tidak hanya berkembang di kota tetapi juga di desa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui alasan remaja Desa Batukarang menggunakan narkoba.

Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo merupakan lokasi penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, serta untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Untuk memperoleh data atau informasi penelitian di lapangan, maka metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui teknik observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap 18 (delapan belas) orang informan, yaitu 5 (lima) orang korban penyalahgunaan narkoba, 9 (sembilan) orang masyarakat, dan 4 (empat) orang tokoh masyarakat.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja sedang marak terjadi. Bahkan, ternyata penggunaan narkoba tidak hanya terdapat pada kalangan remaja saja, tetapi juga digunakan oleh para kaum pria dewasa yang sudah berumahtangga atau pun pria paruh baya. Ada beberapa alasan remaja menggunakan narkoba, yaitu berasal dari faktor internal seperti rasa ingin tahu dan ingin dianggap hebat, serta faktor eksternal, seperti perceraian orang tua, kurangnya perhatian orang tua karena sibuk mencari nafkah, diajak teman, dan dijebak oleh bandar. Namun, faktor keluarga dan teman merupakan faktor utama menjadi penyebab remaja menyalahgunaan narkoba. Masyarakat resah terhadap kondisi perkembangan penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang, di mana sudah banyak terjadi tindakan kriminalitas, yaitu melakukan pencurian dan menjadi pengedar narkoba karena pada umumnya remaja tersebut sudah putus sekolah serta belum memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Hal tersebut mengganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat. Namun, masyarakat enggan mengambil tindakan tegas disebabkan karena masih adanya hubungan keluarga antara masyarakat dengan korban penyalahgunaan narkoba, serta adanya ketakutan masyarakat akan diancam dan diganggu oleh mereka, sehingga masyarakat terkesan permisif dalam menghadapi penyimpangan sosial tersebut. Dampak positif penggunaan narkoba bagi kehidupan informan adalah ketenangan sesaat, tahan tidak tidur dan tetap semangat, memiliki banyak teman khususnya sesama pengguna narkoba. Dampak negatif penggunaan narkoba bagi kehidupan informan adalah kesehatan menurun, sulit mengendalikan diri, dijauhi masyarakat, tidak harmonis dengan keluarga, kehabisan uang, serta disorganisasi sosial.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam masyarakat, dapat dilihat berlangsungnya perubahan-perubahan, pergeseran, dan tantangan. Setiap masyarakat yang mengalami perubahan sosial dengan cepat akan menimbulkan permasalahan sosial karena terjadinya perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial, sehingga masyarakat kehilangan pegangan. Bahkan, perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut dapat menimbulkan penyimpangan sosial yang tidak terkendalikan. Suatu perilaku akan dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Ini terjadi karena tidak sanggup menyerap norma-norma yang bersifat konformis. Norma-norma dan nilai-nilai yang konformis bukan tidak pernah diserap pada saat mengalami proses sosialisasi. Akan tetapi, orang-orang yang terjerumus ke dalam perilaku menyimpang tersebut memiliki nilai dan norma yang antisosial lebih besar dibanding dengan menerima nilai dan norma yang konformis. (Setiadi, 2011:224). Proses sosialisasi memiliki peran yang sangat penting dan signifikan bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Dalam proses sosialisasi tersebut, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan norma, serta standar tingkah laku dalam masyarakat di mana ia hidup. Tanpa mengalami proses sosialisasi


(12)

yang memadai, maka kemungkinan individu tersebut tidak akan memiliki pemahaman mengenai nilai dan norma sosial yang berlaku sehingga pada akhirnya mengalami kesulitan menyesuaikan pola perilakunya, bahkan sering kali terjadi perilaku yang menyimpang.

Fenomena penyimpangan sosial banyak terjadi di negara Indonesia, salah satu contohnya adalah penyalahgunaan narkoba. Secara sosiologis, penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari proses interaksi sosial. Di mana, penggunaan narkoba melanggar norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, penyalahgunaan narkoba tersebut terjadi karena sosialisasi yang kurang tepat. 2014, pukul 04.07 WIB)

Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA), atau yang lebih populer dengan sebutan narkoba merupakan peringkat tertinggi dan tantangan paling besar dalam masalah kesehatan dan sosial. (Afiatin, 2008:5). Kasus penyalahgunaan narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, sebagian besar korbannya adalah pemuda yang menjadi generasi penerus bangsa. Penyebaran narkoba di tingkat generasi muda semestinya mendapat perhatian serius, dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilakukan secara berkesinambungan, karena keberadaan anak bangsa menentukan arah dan masa depan bangsa Indonesia. Dampak narkoba


(13)

yang sifatnya merusak dan mematikan, menghambat tujuan, dalam menciptakan generasi yang berkualitas.

Persoalan narkotika adalah permasalahan internasional. Jumlah pengguna, pecandu, dan korban penyalahgunaan narkoba di dunia, cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan "World Drug Report" yang diterbitkan Organisasi PBB yang menangani narkoba dan kriminal, UNODC (United Nations Office Drugs and Crime), diperkirakan terdapat 315 juta orang yang berusia produktif, yakni antara 15-64 tahun menjadi pengguna narkoba. Sementara, sekitar 200 juta orang meninggal setiap tahunnya. Semuanya diakibatkan oleh besarnya jumlah narkoba yang beredar dan rendahnya angka pemulihan bagi para pengguna narkoba. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Anang Iskandar, dalam peringatan “Hari Anti Narkoba Internasional 2014” di Istana Wapres. diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 04.38 WIB). Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkoba tahun 2013 sudah mencapai 3,8 juta. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,6 juta. 22% diantaranya, berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa.


(14)

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Kepala Bagian Humas BNN, Kombes (Pol) Sumirat Dwiyanto, menyampaikan, pelajar dan mahasiswa masih menjadi kelompok rentan pengguna narkoba. Lemahnya pengawasan orangtua serta labilnya psikologi remaja membuat mereka mudah terjerumus menggunakan narkotika. Sumirat mengatakan bahwa umumnya pengguna yang berada di kelompok 15–20 tahun menggunakan narkotika jenis ganja dan psikotropika seperti Sedatin, Rohypnol, Megadon. Sejak 2010 sampai 2013 tercatat ada peningkatan jumlah pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba. Pada 2010 tercatat ada 531 tersangka narkotika, jumlah itu meningkat menjadi 605 pada 2011. Setahun kemudian, terdapat 695 tersangka narkotika, dan tercatat 1.121 tersangka pada 2013.

Kecenderungan yang sama juga terlihat pada data tersangka narkoba berstatus mahasiswa. Pada 2010, terdata ada 515 tersangka, dan terus naik menjadi 607 tersangka pada 2011. Setahun kemudian, tercatat 709 tersangka, dan 857 tersangka di tahun 2013. Sebagian besar pelajar dan mahasiswa yang terjerat UU Narkotika, merupakan konsumen atau pengguna. Pada 2011 BNN juga melakukan survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Dari penelitian di 16 provinsi di tanah air, ditemukan 2,6 persen siswa SLTP sederajat pernah menggunakan narkoba, dan 4,7 persen siswa SMA terdata pernah memakai barang haram itu. Sementara untuk perguruan tinggi, ada 7,7 persen mahasiswa yang pernah mencoba narkoba.


(15)

Dalam perkembangannya, tidak terkecuali penyalahgunaan narkoba juga terjadi Kota Sumatera Utara. Berdasarkan data (Harian Andalas, Selasa, 25 Maret 2014), pelaku penyalahgunaan narkoba di kota Medan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Kapolda Sumut Irjen Pol Syarief menyebutkan bahwa, meningkatnya jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba itu dilihat banyaknya kasus yang diungkap selama 2013, mencapai 3.094 kasus dengan tersangka 4.229 Sedangkan 2012, diungkap 2.432 kasus dengan tersangka 3.237 orang. Sementara, Kepala Bagian Anev Dit Narkoba Polda Sumut, AKBP H. KAM Sinambela menambahkan, sejak tahun 2009 sampai Januari 2014 jumlah kasus yang ditangani 14.058 kasus dengan tersangka 18.571 orang dengan usia pelaku mulai 15 tahun ke atas. 17 Juli 2014, pukul 05.32 WIB). Ketua Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Utara (Sumut), Kombes Pol Rudy Tranggono, mengatakan bahwa sebanyak 3,8 persen dari sekitar 14 juta jiwa penduduk Sumut adalah pecandu narkoba. Jumlah pecandu narkoba di Sumut tergolong cukup tinggi, atau di atas angka rata-rata

nasional sebesar 2,8 persen.

Tanah karo merupakan salah satu daerah yang strategis baik dalam pengedaran dan penggunaan narkoba karena merupakan tempat singgah alternatif terdekat baik dari Kota Medan dan Aceh. Tanah Karo menduduki peringkat kedua


(16)

penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara setelah Kota Medan. Maraknya penggunaan narkoba di “Bumi Turang” Tanah Karo Simalem belakangan ini sangat mencemaskan, terutama para orang tua yang mempunyai anak masih duduk di bangku sekolah atau pun kuliah.

09.29 WIB).

Pedesaan acap kali dideskripsikan sebagai tempat kehidupan masyarakat di mana anggota masyarakatnya bergaul dengan rukun, tenang, selaras, dan akur. Sempitnya wilayah kultural pedesaan dan relatif homogennya masyarakat pedesaan membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar-anggota masyarakat relatif intensif. Masyarakat yang saling mengenal memudahkan terkontrolnya perilaku anggota masyarakat. Jika ada seseorang yang melakukan penyimpangan, maka ia akan menjadi bahan pergunjingan masyarakat. Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat pedesaan lebih bersifat informal. Artinya, pola-pola pergaulan dan interaksi lebih banyak diwarnai oleh pola tradisional. (Setiadi, 2011:838, 850, 852). Pola hidup yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan adalah sebagai ciri kehidupan masyarakat tradisional, satu dengan yang lain mengenal secara dekat dan akrab. Setiap anggota masyarakat diikat oleh nilai-nilai adat, agama, dan kebudayaan. Namun, kemajuan zaman dan kehidupan modern telah banyak pula menyentuh


(17)

daerah atau wilayah pedesaan, sehingga wujud desa sudah menunjukkan banyak perubahan. Jadi, perilaku menyimpang dapat terjadi di mana saja, baik pada masyarakat desa, maupun pada masyarakat kota. (Hartomo, 2008:240)

Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo merupakan salah satu desa terbesar di Tanah Karo. Desa ini memiliki luas 14.000 Ha, dan penduduknya berjumlah 5022 jiwa atau 1478 kepala keluarga yang terdiri dari laki-laki 2467 jiwa dan perempuan 2555 jiwa. Masyarakat Desa Batukarang adalah masyarakat yang majemuk. Desa Batukarang didiami oleh beberapa suku diantaranya, Suku Karo, Suku Simalungun, Suku Batak Toba, Suku Jawa, dan Suku Nias, penduduk Desa Batukarang mayoritas bersuku Karo. Pada umumnya, penduduk Desa Batukarang bermatapencaharian sebagai petani. Jenis tanaman yang ditanam adalah padi, cabe, tembakau, dan tanaman holtikultura lainnya. Dari segi agama, masyarakat Desa Batukarang terbagi ke dalam tiga agama besar, yaitu Islam, Kristen Protestan, dan Katolik. Namun, agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Desa Batukarang adalah agama Kristen Protestan. Desa Batukarang ±45 menit dari kota Kabanjahe.

Kasus penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang sudah menjadi masalah sejak dahulu, bahkan sampai saat ini narkoba belum bisa ditangani. Ada tujuh puluh persen para pemuda Desa Batukarang yang sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba (hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Batukarang). Jenis narkoba yang paling banyak digunakan adalah ganja dan sabu.

Pada umumnya, masyarakat sudah mengetahui adanya tempat atau lokasi yang sering digunakan pelaku untuk melakukan penyalahgunaan narkoba, dan lokasi


(18)

tersebut berada dekat dengan tempat tinggal masyarakat, yaitu warung kopi di pinggir jalan. Tidak jarang ketika masyarakat melewati warung tersebut, tercium bau ganja. Berdasarkan hasil pra observasi, orang-orang yang sering datang dan duduk warung kopi tersebut, tujuh puluh persen sudah terlibat penyalahgunaan narkoba. Hal itu sudah menjadi suatu rahasia umum dalam masyarakat. Secara terbuka, para pelaku sudah berani menggunakannya di depan umum.

Tidak hanya para remaja yang menggunakannya, tapi juga kaum pria dewasa yang sudah berumahtangga atau pria paruh baya. Kebanyakan remaja yang menjadi korban penyalahgunakan narkoba adalah remaja yang sudah putus sekolah ataupun pengangguran yang tinggal di desa, yang seringkali menghabiskan waktu mereka duduk-duduk di warung. Bahkan, pada siang hari pun yang biasanya digunakan masyarakat untuk beraktivitas dan bekerja di ladang, namun berbeda dengan mereka yang menghabiskan waktu duduk dan bercengkerama dengan teman sepergaulannya di warung. Jadi, warung tersebut tidak pernah sunyi pengunjungnya, apalagi pada malam hari. Selama ini sudah banyak hal yang terjadi pada masyarakat Desa Batukarang terkait dengan masalah narkoba, ada beberapa orang yang overdosis sehingga harus dirawat dan direhabilitasi, ada yang masuk penjara karena menjadi pengedar narkoba, dan ada juga yang kedapatan pada saat melakukan transaksi narkoba sehingga ditangkap polisi.

Penelitian terhadap penyalahgunaan narkoba telah banyak dilakukan, terutama penelitian terhadap kalangan remaja. Namun penelitian terhadap penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti penyalahgunaan narkoba yang terjadi pada


(19)

kalangan remaja Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Sampai sekarang, masalah penyalahgunaan narkoba belum dapat ditangani, meskipun upaya-upaya penanggulangan sudah dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa terjadi penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo?

2. Bagaimana pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. 2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba

pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan


(20)

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, serta mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, aparat desa setempat, masyarakat, para tokoh atau pemerhati masyarakat, dan juga menambah pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis dalam membuat karya ilmiah serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Defenisi Konsep

1.5.1 Penyalahgunaan narkoba adalah menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang yang merupakan salah satu jenis zat adiktif, yaitu zat yang mengakibatkan ketergantungan apabila dikonsumsi dan menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf dan psikomotorik. Biasanya dokter menggunakan obat-obatan tersebut untuk membantu meringankan beban rasa sakit yang diderita oleh pasien. Efek obat-obatan tersebut dianggap dapat memberi ketenangan atau kenyamanan oleh penggunanya, sehingga


(21)

para pengguna ketagihan dan ketergantungan. (Setiadi, 2011:204). Dalam penelitian ini jenis narkoba yang dimaksud adalah ganja dan sabu.

1.5.2 Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah yang berusia antara 14 sampai 21 tahun.

1.5.3 Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Perbuatan yang mengabaikan norma, penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku di dalam masyarakat. Biasanya dikaitkan dengan perilaku-perilaku negatif.

1.5.4 Kontrol sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku di tempat tinggal mereka.

1.5.5 Norma sosial adalah peraturan-peraturan yang selalu disertai sanksi-sanksi yang relatif tegas yang merupakan faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan. Norma-norma tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk bentuk kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat atau


(22)

hubungan-hubungan yang lebih teratur antar manusia sebagaimana yang diharapkan bersama. Norma sosial ini dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dianggap sebagai alat kendali atau batasan-batasan tindakan anggota masyarakat untuk memilih peraturan yang diterima atau tidak diterima dalam suatu pergaulan. (Basrowi, 2005:88)

1.5.6 Nilai-nilai sosial adalah ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah, atau suka tidak suka terhadap suatu obyek, baik material maupun non-material. Nilai merupakan standar atau patokan perilaku sosial yang melambangkan baik-buruk, boleh-tidak boleh dilakukan, benar-salahnya suatu obyek dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai sosial itu biasanya dijunjung tinggi dan diakui sebagai pedoman dalam bertindak. (Abdulsyani 2007:49,51)


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penyalahgunaan Narkoba

Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotik, Psikotropika, dan Zat Aditif (NAPZA) adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Narkotika menurut UU RI No 22/1997, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Bahaya menyalahgunakan narkoba sangat besar, bukan hanya merusak tubuh, tetapi juga masa depan. Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan rusaknya organ tubuh selain itu juga menimbulkan penyakit yang berbahaya sulit untuk disembuhkan, seperti kanker, paru, HIV/AIDS, hepatitis, bahkan penyakit jiwa.

diakses tanggal 22 Juli 2014, pukul 00.07 WIB)

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang bukan untuk tujuan pengobatan dan penelitian, serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar, sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik, gangguan


(24)

kesehatan jiwa, dan kehidupan sosialnya. Ada tiga faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai pemicu seseorang dalam penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor kesediaan narkoba itu sendiri.

Pertama, faktor individu, diakibatkan rasa penasaran yang menimbulkan keinginan untuk mencoba, waktu luang atau situasi dan kesempatan untuk menggunakan narkoba dan tekanan atau jebakan atau rayuan dari pihak pengedar. Kedua, faktor lingkungan, ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang menggunakan narkoba. Faktor itu antara lain pengertian yang salah bahwa mencoba sekali-sekali tidak masalah, ajakan teman sebaya dan tawaran gratis untuk memakai serta lingkungan yang mendukung kebebasan memakai atau mengedarkan narkoba. Ketiga, faktor ketersediaan narkoba, di mana narkoba semakin mudah untuk didapatkan dan dibeli.

Hukuman bagi penyalahgunaan narkotika telah diatur secara khusus oleh UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika. Dalam pasal-pasal tersebut, UU narkotika dijelaskan ketentuan pidana dan jenis pidana yang diberikan pada pihak yang menyalahgunakan narkotika secara ilegal. Adapun sanksi yang diberikan berupa pidana penjara dan denda.

2.2 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi, maka dalam masa remaja seakan-akan anak berpijak pada dua kutub, yaitu masa anak yang akan ditinggalkan dan masa


(25)

dewasa yang akan dimasuki. Masa remaja juga mempunyai ciri-ciri tersendiri yaitu adanya perubahan-perubahan yang menonjol baik dalam jasmani dan rohani dalam psikisnya. Perubahan dalam segi jasmani, pada masa ini mulai bekerjanya hormon-hormon seksual, sehingga anak, misalnya anak wanita mulai menstruasi dan anak laki-laki mengeluarkan sperma dan sebagainya.

Aristoteles dan Walgito (dalam Puspita Sari : 2008) membagi umur dan masa dalam perkembangan manusia sebagai berikut:

1. Masa anak kecil, masa bermain : umur 0 – 7 tahun 2. Masa anak, masa belajar : umur 7 – 14 tahun

3. Masa remaja/masa peralihan kemasa dewasa : umur 14 – 21 tahun

Remaja dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan mulai dewasa, sudah sampai pada untuk kawin. Istilah remaja dalam bahasa Indonesia disebut juga pubertas. Pubertas berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata puberty yang mempunyai arti remaja. Dikatakan bahwa remaja adalah manusia pada usia tertentu yang sedang dinamik, sehingga dalam usia tersebut remaja banyak dihadapkan oleh masalah yang timbul baik itu berasal dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.

Terjadinya pemakaian narkotika di kalangan remaja sangat banyak disebabkan oleh pergaulan yang terjadi di kalangan remaja itu sendiri. Hal ini disebabkan karena dalam usia remajalah seseorang biasanya ingin mengetahui sesuatu, dengan jalan mencoba-coba sesuatu yang baru tanpa memikirkan akibatnya kela


(26)

Penyalahgunaan-Narkotika-di-Kalangan-Remaja-dan-Upa ya-Penanggulangan-oleh-Polri.pdf, diakses tanggal 29 November 2014, pkl 20.35 WIB)

2.3 Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, atau norma sosial yang berlaku. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa seseorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat perilaku atau tindakan tersebut di luar kebiasaan, adat-istiadat, aturan, nilai-nilai, atau norma sosial yang berlaku. Dengan kata lain, penyimpangan merupakan segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat.

Beberapa contoh perilaku orang-orang yang dianggap menyimpang adalah suka minum-minuman keras atau terlibat narkotika, disebut juga penyimpangan tunggal, atau bila seseorang mengembangkan berbagai perilaku yang melanggar sejumlah aturan atau norma yang berlaku, misalnya selain berprofesi sebagai pencuri atau perampok, mereka acap kali juga seorang alkoholik, gemar melacur, dan suka menggunakan tindak kekerasan. Tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai penyimpangan jamak. (Narwoko, 2013:98)


(27)

2.3.1 Bentuk Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang dapat dibedakan atas dua bentuk, yakni: 1. Perilaku Menyimpang Primer (Primary Deviance)

Penyimpangan yang dilakukan seseorang dimulai dari penyimpangan-penyimpangan kecil yang mungkin tidak disadarinya. Penyimpangan ini dialami oleh seseorang mana kala ia belum memiliki konsep sebagai penyimpang atau tidak menyadari jika perilakunya menyimpang. Bentuk penyimpangan primer ini biasanya dialami oleh seseorang yang tidak menyadari bahwa perilakunya dapat menjurus ke arah penyimpangan yang lebih berat.

2. Perilaku Menyimpang Sekunder (Secondary Deviance)

Penyimpangan yang lebih berat akan terjadi apabila seseorang sudah sampai pada tahap Secondary Deviance. Tindakan menyimpang yang berkembang ketika perilaku dari si penyimpang itu mendapat penguatan (reinforcement) melalui keterlibatannya dengan orang atau kelompok yang juga menyimpang. Bentuk penyimpangan sekunder itu juga berasal dari hasil penguatan penyimpangan primer. (Narwoko, 2013:106)

2.4 Teori Kontrol Sosial

Penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung


(28)

untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hukum. Teori kontrol sosial pada dasarnya beranggapan bahwa individu dalam masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama yakni berperilaku menyimpang dan tidak menyimpang. Benar dan salahnya perilaku manusia sangat bergantung pada kondisi masyarakat serta kesepakatan masyarakat atas standard perilaku manusia itu sendiri yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.

Teori kontrol sosial yang dikembangkan oleh Nye (dalam Syamsi 2008:135), sebagai pelopor teori kontrol mengungkapkan bahwa ada kekuatan pendorong pada diri manusia untuk melakukan deviasi. Nye semata-mata mendasarkan diri pada teori S Freud yang mengatakan bahwa manusia memiliki instink hewaniah menjadi satu-satunya pendorong. Bahwa semua manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan pelanggaran norma, akan tetapi tidak semua melakukan, karena ada kontrol sosial. Masyarakat melakukan kontrol sosial untuk menahan kecenderungan terjadinya deviasi sehingga individu menjadi patuh terhadap negara. Jika kontrol sosial lemah, maka deviasi akan terjadi. Ada beberapa tipe atau bentuk teori kontrol sosial, yaitu (1) Kontrol internal yang berjalan secara langsung, sosialisasi melalui nilai-nilai, norma oleh orang tua kepada anak-anaknya dan menginternalisasikan menjadi kata hatinya. (2) Kontrol internal tidak langsung, apabila hubungan afektif antara orang tua atau orang dewasa dan anak-anak sudah merupakan kontrol tidak langsung. (3) Kontrol eksternal yang langsung, dipercayakan pada institusi-institusi seperti para guru, polisi, jaksa, hakim, penegak hukum yang lain. Misalnya dapat berupa ancaman, ejekan, penjara atau pengucilan.


(29)

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Ibnu%20Syamsi,%20%20 2014, pkl 23.52 WIB).

Nye memandang hubungan individu secara sosiologik tentang bagaimana masyarakat melakukan kontrol sosial terhadap individu (faktor eksternal). Sementara itu, Hirschi memandang hubungan individu dengan individu lain secara psikologik bagaimana individu mengikatkan diri dengan masyarakat. Ia mengajukan beberapa proposisi teoritisnya, yaitu:

1. Bahwa berbagai bentuk pengingkaran terhadap aturan-aturan sosial adalah akibat dari kegagalan mensosialisasi individu warga masyarakat untuk bertindak konform terhadap aturan atau tata tertib yang ada;

2. Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau perilaku kriminal, merupakan bukti kegagalan kelompok-kelompok sosial konvensional untuk mengikat individu agar tetap konform, seperti: keluarga, sekolah, atau institusi pendidikan dan kelompok-kelompok dominan lainnya;

3. Setiap individu seharusnya belajar untuk konform dan tidak melakukan tindakan menyimpang atau kriminal;

4. Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal.

Ada empat unsur utama di dalam kontrol sosial internal, yaitu attachement (kasih sayang); commitment (tanggung jawab); involvement (keterlibatan atau partisipasi), dan believe (kepercayaan/keyakinan).


(30)

Attachment atau kasih sayang adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam kelompok primernya, sehingga individu punya komitmen kuat untuk patuh pada aturan.

Commitment atau tanggung jawab yang kuat pada aturan dapat memberikan kerangka kesadaran tentang masa depan. Misalnya, adanya kesadaran bahwa masa depannya akan suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang.

Involvement, artinya dengan adanya kesadaran tersebut, maka individu akan terdorong berperilaku partisipatif dan terlibat di dalam ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat.

Believe atau kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan pada norma-norma sosial atau aturan masyarakat pada akhirnya akan tertanam kuat pada diri seseorang dan itu berarti aturan sosial bagi setiap individu telah semakin kokoh. (Setiadi, 2011:241-243)

2.5 Sosialisasi

Sosialisasi sebagai proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan, kemampuan dan dasar yang membuat mereka mampu atau tidak mampu menjadi anggota dari suatu kelompok. Pengertian ini memandang sosialisasi sebagai suatu proses belajar dimana individu belajar dan mendapatkan nilai dari kelompok-kelompok yang dimasukinya. Sosialisasi juga merupakan suatu kemampuan individu untuk dapat berinteraksi secara baik dengan lingkungan dan memperoleh nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungannya. Sosialisasi ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang itu berada


(31)

Melalui proses sosialisasi, setiap individu belajar mengetahui dan memahami tentang tingkah laku mana yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan di dalam masyarakat, dan mengetahui peranan masing-masing. Jadi, ketertiban sosial itu tidak terwujud dengan sendirinya (secara kodrati), tapi harus ada proses transfer nilai dan norma sosial melalui proses sosialisasi, serta melakukan kontrol sosial. (Narwoko, 2013:74)

Setiap individu dalam masyarakat yang berbeda, mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula, karena proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Jadi, sosialisasi dititikberatkan soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu, proses sosialisasi melahirkan kepribadian seseorang terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. (Hartomo, 2008:117)

Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai, maka nyaris mustahil individu dapat hidup sewajarnya dalam masyarakat karena ia takkan memiliki pemahaman mengenai nilai dan norma sosial yang berlaku sehingga pada akhirnya mengalami kesulitan menyesuaikan pola perilakunya.

2.5.1 Agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat di mana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Ada beberapa media sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, sekolah, dan media


(32)

2.5.1.1 Keluarga

Pada awal kehidupan manusia, agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Namun, dalam masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas, agen sosialisasi juga mencakup paman, bibi, kakek, dan nenek. Keluarga merupakan institusi paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak. (Narwoko, 2013:92)

Pola sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang ditanamkan orang tua kepada anak melalui pengasuhannya tersebut merupakan landasan fundamental bagi perkembangan kepribadian maupun tingkah laku anak selanjutnya. Orang tua juga berperan membentuk sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama ditandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih, dan hubungan yang penuh kasih sayang. Peran orang tua adalah membenahi mental anak.


(33)

2.5.1.2Kelompok Bermain

Kelompok bermain merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam membentuk pola-pola perilaku seseorang, baik yang berasal dari kerabat, tetangga, maupun teman sekolah. Di dalam kelompok bermain, individu akan mempelajari berbagai kemampuan baru yang berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya, mempelajari nilai-nilai dan norma-norma, kultural, peran, dan semua persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan partisipasinya efektif di dalam kelompoknya. (Narwoko, 2013:94)

2.5.1.3 Sekolah

Di sini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga ataupun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-peran baru di kemudian hari, di kala seseorang tidak tergantung lagi pada orangtuanya. Sekolah merupakan suatu peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memper- kenalkan aturan baru yang diperlukan bagi anggota masyarakat, dan aturan baru tersebut sering berbeda dan bahkan dapat bertentangan dengan aturan yang dipelajari selama sosialisasi berlangsung di rumah. (Sunarto, 2004:25)


(34)

pada penanaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan moralitas. Disinilah seorang peserta didik dikenalkan dengan nilai dan norma yang bersifat resmi. (Setiadi, 2011: 179)

2.5.1.4 Media Massa

Media massa merupakan media sosialisasi yang kuat dalam membentuk keyakinan-keyakinan baru atau mempertahankan keyakinan yang ada. Proses sosialisasi melalui media massa, ruang lingkupnya lebih luas dari media sosialisasi yang lainnya. Media massa yang terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Iklan-iklan yang ditayangkan media massa, misalnya, menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi, bahkan gaya hidup warga masyarakat. (Narwoko, 2013:96)

Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media massa dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial dan antisosial, menyampaikan informasi terkini, menyebarluaskan nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat, memperkenalkan masyarakat dengan nilai dan norma yang dianut bangsa-bangsa atau masyarakat di belahan dunia lain sehingga dapat membantu terjadinya perubahan sosial.


(35)

2. 6 Norma-norma Sosial

Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan, nilai dan norma selalu berkaitan. Bedanya secara umum, norma mengandung sanksi yang relatif tegas terhadap pelanggarnya. Norma lebih banyak penekanannya sebagai peraturan-peraturan yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang merupakan faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan. (Basrowi, 2005:88)

Setiap masyarakat memiliki sistem norma sebagai pedoman setiap anggota masyarakat untuk berperilaku sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk mengenai tingkah laku yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia, dan sifatnya mengikat. Manusia wajib menaati norma yang berlaku di dalam masyarakat. Norma sangat diperlukan untuk memberi pedoman bagi masyarakat dalam bertingkahlaku agar tercipta ketertiban, ketenteraman, keamanan, dan keharmonisan dalam masyarakat. Pada awalnya, norma-norma di masyarakat terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya. Pada yang terakhir, umumnya anggota-anggota masyarakat tidak berani melanggarnya. (Soekanto, 2009:174)

Untuk dapat membedakan kekuatan norma-norma tersebut, maka secara sosiologis dikenal ada empat bagian norma-norma sosial, yaitu cara (usage),


(36)

sosiolog lainnya ditambah satu lagi, yaitu hukum (laws), sehingga keberadaannya menjadi lima jenis.

2.6.1 Cara (Usage)

Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan sangat lemah dibandingkan dengan norma yang lainnya. Cara lebih banyak terjadi pada hubungan-hubungan antar individu dengan individu dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi pelanggaran terhadap norma tersebut, seseorang hanya mendapatkan sanksi-sanksi yang ringan, seperti berupa cemoohan atau celaan dari individu lain yang dihubunginya. Perbuatan seseorang yang melanggar norma (dalam tingkatan cara) tersebut dianggap orang lain sebagai perbuatan yang tidak sopan, misalnya makan berdecak, makan berdiri, dan lain-lain. (Abdulsyani, 2007: 55)

2.6.2 Kebiasaan (Folkways)

Folkways dimaksudkan untuk menyebutkan seluruh norma-norma sosial yang terlahir dari adanya pola-pola perilaku yang selalu diikuti oleh orang-orang kebanyakan dalam kehidupan sehari-harinya karena dipandang sebagai suatu hal yang lazim. Walaupun folkways itu semula merupakan sesuatu kebiasaan dan kelaziman belaka, namun karena dikerjakan secara berulang-ulang maka berangsur-angsur terasa kekuatannya sebagai hal yang bersifat standar dan wajib dijalani.


(37)

Apabila di dalam segala hal orang mencoba menyimpang dari norma-norma folkways, pastilah dia akan tersisih dari kontak-kontak sosial dan dipandang sebagai orang yang aneh, eksentrik, dan sulit dimengerti. Kalau sudah tersisih demikian, pasti dia akan menghadapi kehidupan sosial yang agak sulit, baik dalam kehidupan fisiknya maupun dalam kehidupan mental dan rohaninya. Sanksi-sanksi folkways itu relatif tidak berat, dan sifatnya tidak formal, terencana, dan teratur, melainkan bersifat informal, seperti berupa sindiran, pergunjingan, atau olok-olok. (Narwoko, 2013:48-50)

2.6.3 Tata Kelakuan (Mores)

Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata kelakuan lebih menunjukkan fungsi sebagai pengawas kelakuan oleh kelompok terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan memiliki kekuatan pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, jika terjadi pelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi, berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan diri dengan tata kelakuan umum sebagaimana telah ditetapkan. Bentuk hukumannya biasanya dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan, bahkan mungkin terjadi pengusiran dari tempat tinggalnya. (Basrowi, 2005:89)

Mores itu dipandang lebih esensial bagi terjaminnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu selalu dipertahankan oleh ancaman-ancaman sanksi yang jauh lebih keras. Mores yang dirumuskan dalam bentuk larangan


(38)

dipandang masih berdarah dekat, larangan berzinah, dan lain-lain. (Narwoko, 2013:51)

2.6.4 Adat Istiadat (Custom)

Adat istiadat pola-pola kelakuan yang tidak tertulis, tetapi memiliki kekuatan mengikat kepada para anggotanya, sehingga bagi yang melanggar adat istiadat tersebut akan menderita sanksi yang lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat, akan mendapatkan sanksi umum, baik formal dan informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk menerima sanksi hukum, misalnya pemerkosaan. Sedangkan, sanksi hukum informal biasanya diterapkan dengan kurang atau bahkan tidak rasional, yaitu lebih ditekankan pada kepentingan masyarakat. (Basrowi, 2005:89)

2.6.5 Hukum (Law)

Di samping adanya folkways dan mores, diperlukan pula adanya kaidah lain, yang lazim disebut hukum, untuk menegakkan keadaan tertib sosial. Berbeda halnya dengan folkways dan mores, pada hukum didapati adanya organisasi, politik khususnya, yang secara formal dan berprosedur bertugas memaksakan ditaatinya kaidah-kaidah sosial yang berlaku. Dibandingkan dengan folkways dan mores, hukum tertulis itu adalah jauh lebih terpikir dan lebih terlafalkan secara tegas. Hukum tertulis betul-betul merupakan hasil suatu perencanaan dan pikiran-pikiran yang sadar sehingga karenanya memperoleh


(39)

pentaatan yang spontan dari warga masyarakat. (Narwoko, 2013:53-55). Hukum merupakan salah satu norma yang memiliki alat kelengkapan, seperti undang-undang, aparat hukum seperti polisi, jaksa, hakim, pengadilan, penjara, sekolah, hukum, dan sebagainya, sedangkan norma lainnya tidak memiliki unsur-unsur yang ada pada hukum.

2.7 Nilai Sosial

Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakekatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar. Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah, artinya secara moral dapat diterima, kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan. (Setiadi, 2011:119)

Nilai sosial merupakan tolok ukur, patokan, anggapan, dan keyakinan yang dianut oleh sebagian besar anggota dalam suatu masyarakat tertentu mengenai yang benar, pantas, luhur, serta baik untuk diamalkan. Nilai menjadi orientasi bagi setiap tindakan melalui interaksi sosial. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan memengaruhi perubahan folkways dan mores. Di wilayah pedesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta yang mulai dikenal, dengan perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergeseran nilai, misalnya nilai


(40)

tentang kesopanan. Kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat ikut berubah seiring dengan berubahnya nilai-nilai yang diyakini masyarakat itu. (Narwoko, 2013:55)


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat. Studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya. Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh data atau informasi tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. (Danim, 2002:33,54)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah daerah tersebut merupakan salah satu desa yang terbesar di Tanah Karo dan peredaran narkoba di desa tersebut sudah sangat mengkhawatirkan. Selain itu, peneliti juga bertempat tinggal di desa tersebut


(42)

sehingga cukup membantu peneliti dalam mengetahui perkembangan penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja yang terjadi di Desa Batukarang.

3.3Unit Analisis

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Korban Penyalahgunaan Narkoba, Keluarga, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang yang akan diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Korban Penyalahgunaan Narkoba 2. Keluarga

3. Tokoh Masyarakat 4. Masyarakat

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.


(43)

3.4.1 Data Primer

Peneliti melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data pertama di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :

1. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Observasi adalah kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. (Bungin, 2007:115)

2. Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Namun demikian, teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet. (Suyanto, 2008:69)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang diharapkan dapat membantu memberi keterangan atau data pelengkap. Teknik


(44)

penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data diperoleh dari buku-buku ilmiah, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Pengumpulan data mulai dari menelaah seluruh data yang tersedia yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah ada dalam catatan lapangan. Data-data yang sudah diperoleh dari lapangan kemudian dipelajari dan dikumpulkan untuk dapat dianalisis berdasarkan dukungan teori dan kajian pustaka yang telah disusun sebagai laporan penelitian.


(45)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung dan terletak di Kabupaten Karo. Luas wilayah Desa Batukarang adalah ± 14.000 Ha dan terletak pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Secara umum, Desa Batukarang merupakan daerah yang beriklim tropis dengan udara sejuk yang dipengaruhi oleh iklim pegunungan. Rata-rata suhu udara sebesar 19,8°C dengan suhu maksimum 25,8°C dengan suhu minimum 14,3°C. Adapun atas-batas Desa Batukarang yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Lau Borus, sebelah Selatan berbatasan dengan Lau Biang, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rimo Kayu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandi Meriah. Pertama kali Desa Batukarang didirikan oleh Marga Bangun (simanteki kuta).

Sebagian besar lahan di Desa Batukarang digunakan untuk pertanian. Pertanian dijadikan sebagai sumber kehidupan pokok bagi masyarakatnya. Padi, cabe, dan tembakau merupakan jenis tanaman pokok di desa ini. Namun, akhir-akhir ini masyarakat Desa Batukarang mengalami kesulitan dalam perekonomian karena debu vulkanik Gunung Sinabung merusak tanam-tanaman masyarakat sehingga hasil panen tidak seperti biasanya.


(46)

Di Desa Batukarang memiliki banyak warung kopi di mana beberapa warung tersebut digunakan para pengguna untuk memakai narkoba. Bahkan, di warung tersebut juga digunakan sebagai tempat melakukan transaksi narkoba. Mereka tidak segan-segan menggunakan narkoba khususnya jenis ganja di depan umum. Kondisinya, warung itu dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga masyarakat berlalulalang di depan warung tersebut.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Payung, Tahun 2013

No Desa/

Kelurahan

Luas (Km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk Tiap Km2

1 Batukarang 13,70 5022 366

2 Rimo Kayu 2,60 667 256

3 Cimbang 2,10 237 113

4 Ujung Payung 2,10 315 150

5 Payung 8,80 1812 206

6 Suka Meriah 2,50 423 169

7 Guru Kinayan 11,30 2087 1847

8 Selandi 4,14 161 161

Total 47,24 11232 238

Sumber : Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2013 Kecamatan Payung


(47)

4.1.2 Keadaaan Demografis

Masyarakat Desa Batukarang merupakan masyarakat majemuk, di mana di desa ini terdapat Suku Karo, Suku Jawa, Suku Simalungun, Suku Batak Toba, dan Suku Nias, dan yang menjadi penduduk mayoritas adalah Suku Karo. Berdasarkan data yang diperoleh dari proyeksi penduduk pertengahan tahun 2013 Kecamatan Payung, maka penduduk Desa Batukarang berjumlah 5022 jiwa atau 1478 kepala keluarga yang terdiri dari laki-laki 2467 jiwa dan perempuan 2555 jiwa. Berikut merupakan data kependudukan Desa Batukarang.

Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Desa Batukarang Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 2467 49,12

2 Perempuan 2555 50,88

Total 5022 100

Sumber: Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2013

Masyarakat Desa Batukarang memiliki keyakinan atau pun kepercayaan masing-masing, diantaranya agama Kristen Protestan, Islam, dan Katolik. Agama mayoritas penduduk di Desa Batukarang adalah Kristen. Meskipun penduduk memiliki agama yang berbeda-beda tetapi mereka tetap memiliki interaksi yang baik antar agama dan tetap menjaga toleransi beragama. Masyarakat berusaha


(48)

untuk menjalankan ajaran agama yang dipeluknya masing-masing. Berikut ini merupakan jumlah penduduk menurut agama yang dianut.

Tabel 4.3 Agama Penduduk di Desa Batukarang

No Agama Jumlah %

1 Islam 1256 25

2 K. Protestan 2009 40

3 Katolik 1757 35

Total 5022 100

Sumber: Data Statistik Desa Batukarang

4.1.3 Keadaan Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Batukarang memiliki pekerjaan atau profesi yang berbeda-beda, namun secara umum, masyarakat memiliki mata pencaharian utama yaitu sebagai petani. Secara lebih rinci, berdasarkan data yang diperoleh, penduduk Desa Batukarang dapat dilihat menurut matapencahariannya yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Batukarang

No Mata Pencaharian Jumlah %

1 Pertanian 2209 71,46


(49)

3 Jasa 168 5,43

4 PNS/POLRI/TNI 391 12,64

5 Lainnya 300 9,70

Total 3091 100

Sumber: Data Statistik Desa Batukarang

Sarana-sarana yang terdapat di Desa Batukarang, yakni: sarana kesehatan, sarana ibadah, serta sarana pendidikan. Adapun fasilitas kesehatan di desa ini yaitu terdiri dari pustu, posyandu, poskesdes, dan didukung oleh adanya tujuh bidan desa, serta satu orang perawat. Jumlah sarana kesehatan dapat dari tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1 Posyandu 3

2 Puskesmas/Pustu 1

3 Poskesdes 5

Total 9

Sumber: Ka. UPT. Dinas Kesehatan Kecamatan Payung

Keyakinan yang dianut oleh masyarakat juga disertai dengan adanya rumah-rumah ibadah menurut aliran kepercayaannya masing-masing. Berikut ini


(50)

merupakan tabel sarana rumah ibadah yang terdapat di Desa Batukarang, yang menunjukkan bahwa penduduk agama Kristen sebagai mayoritas penduduk di desa ini, dapat dilihat dari tabel jumlah sarana rumah ibadah di bawah ini:

Tabel 4.6 Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah (Unit)

1 Mesjid 2

2 Gereja 6

3 Vihara 0

Total 8

Sumber: Data Statistik Desa Batukarang

Jika dilihat dari segi pendidikan, maka di dalam masyarakat Desa Batukarang terdapat beberapa lembaga pendidikan formal mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berikut ini merupakan tabel dari sarana pendidikan yang terdapat di Desa Batukarang.

Tabel 4.7 Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)

1 PAUD 1


(51)

3 SD Negeri 4

4 SMP Negeri 1

Total 8

Sumber: UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Payung

Catatan: Belum terdapat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Payung

Kondisi perumahan yang ada di Desa Batukarang terdiri atas tiga bagian, yakni rumah permanen, semi permanen, dan darurat. Berikut ini tabel data dari perumahan tersebut.

Tabel 4.8 Data Perumahan

No Jenis Rumah Jumlah (Unit) %

1 Permanen 360 22,54

2 Semi Permanen 498 31,18

3 Darurat 739 46,27

Total 1597 100

Sumber : Data Statistik Desa Batukarang

Sumber mata pencaharian dari penduduk Desa Batukarang tidak hanya berfokus kepada hasil dari pertanian, tetapi masih banyak usaha-usaha yang dikerjakan masyarakat baik dalam hal perdagangan mau pun jasa. Adapun


(52)

jumlah usaha yang dimiliki oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.9 Jumlah Usaha Masyarakat Desa No Jenis Usaha Jumlah (Unit)

1 Kedai Kopi 42

2 Kedai Sampah 47

3 Tukang Jahit 3

4 Kilang Padi 2

5 Salon/Tukang Pangkas 4

6 Kedai Nasi 7

7 Warnet 3

8 Bengkel 5

9 Jual Pupuk 4

Total 102

Sumber: Data Statistik Desa Batukarang

4.2 Profil Informan

Dalam penelitian ini, terdapat 18 (delapan belas) orang informan, diantaranya 5 (lima) orang korban penyalahgunaan narkoba, 9 (sembilan) orang sebagai masyarakat, dan 4 (empat) orang sebagai tokoh masyarakat yang dapat memperkuat


(53)

hasil penelitian. Adapun profil seluruh informan penelitian tersebut dapat diketahui sebagai berikut.

4.2.1 Korban Penyalahgunaan Narkoba

4.2.1.1 Informan CT

CT merupakan remaja laki-laki yang berusia 20 tahun. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Setelah tamat SMP, CT sempat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Ayah CT telah meninggal dunia karena overdosis menggunakan narkoba. CT jarang pulang ke rumah karena ia enggan ditegur dan dinasehati oleh ibunya. Setiap hari CT menghabiskan waktu bersama teman-temannya di warung kopi.

Berdasarkan hasil wawancara, CT sudah menggunakan narkoba sejak tahun 2014. Jenis narkoba yang digunakan oleh CT yaitu ganja dan sabu-sabu. Setelah menggunakan narkoba, CT memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga, memiliki penyakit asam lambung, lemas, dan tidak memiliki selera makan sehingga badannya kurus,. CT memiliki keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba, tetapi ia belum melaksanakannya. Ibu CT tidak mengetahui bahwa CT sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba.


(54)

4.2.1.2 Informan RB

RB merupakan remaja laki-laki yang berumur 21 tahun. Laki-laki yang berkulit hitam manis ini adalah anak pertama dari dua bersaudara. Setiap hari RB bekerja sebagai tukang becak. Orang tua RB sudah bercerai pada saat RB duduk di bangku SD. Selama ini RB tinggal bersama ibu dan adiknya. Setelah tamat dari bangku SD, RB sempat melanjutkan sekolah ke tingkat SMP. Namun, RB memutuskan untuk berhenti sekolah pada saat ia duduk di kelas satu SMP. RB mengakui bahwa ia putus sekolah bukan karena tidak ada biaya, tetapi karena RB tidak lagi sungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Ibu RB sudah berusaha agar RB tetap mau sekolah, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, ibu RB menyerahkan keputusan kepada RB. Sejak putus sekolah, RB bergaul dengan teman-teman dan lingkungan yang kurang baik, akhirnya ia terjerumus menyalahgunakan narkoba. RB menggunakan narkoba berawal dari rasa ingin tahu yang tinggi dan ajakan teman-temannya.

RB sudah menggunakan narkoba sejak tahun 2004. Jenis narkoba yang ia gunakan adalah ganja dan sabu-sabu. Pertama kali RB menggunakannya, kepalanya pusing. Berbeda dengan sekarang, RB sangat menikmatinya karena ada ketenangan setiap kali ia menggunakan narkoba. RB menggunakan sabu-sabu tiga kali dalam sehari. RB menghabiskan uang sebanyak lima puluh ribu dalam satu kali penggunaan narkoba. Tempat


(55)

yang dijadikan RB untuk menggunakan narkoba yaitu di rumah temannya dan di tempat-tempat yang tersembunyi.

RB mengakui bahwa setelah ia memakai narkoba hidupnya menjadi sengsara, karena uang RB habis digunakan untuk membeli narkoba. Sebelumnya, RB sudah pernah berhenti menggunakan narkoba selama dua bulan. RB dan teman-temanya sempat berencana untuk menyewa lahan sebagai tempat bertani. Namun setelah dua bulan, RB kembali menggunakan narkoba karena tidak mampu menahan diri untuk menolak ajakan teman-temannya. RB berkeinginan untuk berhenti menggunakan narkoba, tapi ia belum membuat target kapan ia akan berhenti.

4.2.1.3 Informan TS

TS merupakan laki-laki yang berusia 20 tahun. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Setelah tamat SMA, TS tidak memiliki pekerjaan hingga sekarang. Pria yang bertubuh tinggi ini pernah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba, ia pemakai sekaligus sebagai pengedar. Ia telah memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba sejak empat bulan yang lalu. Meskipun tidak mudah, tetapi TS terus berusaha untuk berhenti karena ia menyadari bahwa narkoba itu sangat berbahaya. Adanya tekad yang kuat dari TS serta dukungan dari teman-temannya membuat TS bisa lepas dari jerat narkoba. Ia tidak bisa berhenti secara total, tapi harus secara


(56)

perlahan. Pada saat TS mulai berhenti, ia mengalami sakit tenggorokan dan paru-paru, jantung berdebar-debar, demam, sering mengantuk, dan selera makan meningkat. Namun, TS merasakan hidup yang lebih baik setelah ia berhenti dari jerat narkoba. TS tetap waspada agar ia tidak sampai terjerumus kembali.

TS menggunakan narkoba sejak 7 tahun yang lalu ketika ia berada di kelas 2 sekolah menengah pertama. TS menggunakan narkoba dikarenakan kurangnya perhatian orang tua, kerap orangtuanya hanya memberikan materi saja. Kurangnya pengawasan orang tua mengakibatkan ia terpengaruh oleh teman-temannya. Pertama kali yang TS rasakan ketika menggunakan narkoba adalah ketenangan, bebas pikiran, dan tidak ada beban. Jenis narkoba yang ia gunakan yakni, ganja, sabu, dan inex. Ganja dan sabu dapat diperoleh TS di Desa Batukarang, tetapi inex ia harus membelinya ke Medan. TS menggunakan sabu-sabu sebanyak tiga kali dalam sehari. TS menghabiskan uang sebanyak lima ratus ribu setiap satu kali pemakaian, serta TS mampu menggunakannya sendiri tanpa berbagi dengan teman-temannya. Biasanya, TS menggunakan narkoba tersebut di gubuk warga dan dirumahnya.

TS menyadari bahwa sebelum menggunakan narkoba, hidupnya normal sama seperti kehidupan remaja lainnya, masih banyak orang yang mau dekat dan berteman dengan TS. Namun, setelah TS menggunakan narkoba, orang-orang terdekat TS menjauh karena ada ketakutan. Sejak TS


(57)

menggunakan narkoba, pikirannya menjadi sensitif, kurangnya ketenangan diri, dan sering berhalusinasi. TS berharap supaya remaja Desa Batukarang tidak menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Remaja diizinkan untuk mengenal narkoba, tetapi bukan untuk dikonsumsi.

4.2.1.4 Informan RG

RG adalah remaja yang berumur 19 tahun. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Remaja pria yang hanya menikmati pendidikan sampai di bangku SMP kelas 1 ini, bekerja sebagai pedagang jeruk. RG merupakan mantan dari pengguna narkoba, pengedar narkoba, serta mantan perampok. RG terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba karena pengaruh dari teman-teman. Pertama kali ketika RG diajak oleh temannya untuk menggunakan narkoba, RG masih menolak. Namun, lama-kelamaan RG menerima ajakan temannya. RG telah menggunakan narkoba sejak empat tahun yang lalu. Jenis narkoba yang digunakan oleh RG adalah ganja dan sabu-sabu. Ia menggunakannya minimal dua kali dalam sehari. Ada atau tidak ada uang, ia tetap menggunakannya. RG menghabiskan uang sebanyak dua ratus ribu setiap ia menggunakan narkoba, bahkan RG pernah menghabiskan uang satu juta tiga ratus ribu dalam sehari. Tempat yang digunakan RG untuk memakai narkoba yaitu di gubuk-gubuk masyarakat. Sebelum ia terjerumus, RG adalah orang yang


(58)

sungguh-sungguh bekerja, tetapi sesudah menggunakan narkoba ia menjadi pemalas. Pada saat RG menggunakan narkoba, pikirannya melayang-layang, berangan-angan, dan ada rasa gelisah karena takut ditangkap polisi.

Tidak hanya warga Desa Batukarang yang menjadi konsumen narkoba, tetapi banyak warga desa lain yang datang ke Desa Batukarang untuk memperoleh narkoba. Hal ini membuktikan bahwa Desa Batukarang merupakan sarang narkoba. Jadi, tidak heran jika lima puluh persen remaja Desa Batukarang sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Harapan RG adalah agar remaja Desa Batukarang bersih dari narkoba. Jika ingin berhenti menggunakan narkoba, maka harus ada niat yang kuat dari dalam hati.

4.2.1.5 Informan YT

YT merupakan remaja laki-laki yang berumur 20 tahun. Ia menikmati pendidikan hanya sampai di bangku SMP. YT adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Setelah kedua orangtuanya bercerai, YT dititipkan tinggal bersama neneknya di Batukarang. YT belum memiliki pekerjaan yang tetap. Ia mau mengerjakan apa saja, termasuk menjadi tukang becak, kernet, dan orang upahan di ladang warga. YT sudah menggunakan narkoba sejak ia berada di kelas 1 SMP. YT tidak mendapatkan perhatian dan pengawasan yang baik dari orangtuanya begitu juga dengan neneknya


(59)

sehingga ia terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Jenis narkoba yang ia gunakan ialah sabu-sabu, ganja, dan pil. YT menggunakan narkoba minimal satu kali dalam sehari. YT rela menghabiskan uang sebanyak dua ratus ribu dalam satu kali penggunaan. Jika YT sedang tidak memiliki uang, maka ia akan mencari teman-temannya (sering disebut dengan CK) agar bisa berbagi untuk membeli dan menggunakan narkoba tersebut bersama-sama. Bahkan, YT juga mau menjadi orang suruhan bandar untuk mengedarkan narkoba. YT mengharapkan persenan dari setiap barang yang sudah dijual. Bandar kerap kali memberikan narkoba secara gratis sebagai imbalan YT. YT sudah jarang pulang ke rumah karena segan terhadap keluarga. Selama ini, YT merasa dibuang oleh keluarganya karena YT adalah seorang anak yang nakal dan belum bisa memperbaiki kelakuannya. Narkoba merupakan salah satu kebutuhan utama bagi YT saat ini. YT memiliki keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba, tetapi sekarang bukanlah waktu yang tepat bagi YT. YT akan berhenti jika ia sudah benar-benar memiliki niat dari hatinya sendiri dan bukan paksaan dari siapa pun. YT menyadari bahwa narkoba itu sangatlah berbahaya jika digunakan terus-menerus, tetapi ia pasrah karena sudah terlanjur menggunakannya.


(60)

4.2.2 Masyarakat

4.2.2.1 Informan SB

SB adalah seorang wanita yang berumur 35 tahun. Wanita yang bertubuh kurus ini bekerja sebagai tukang becak. SB merupakan mantan dari pengedar dan pengguna narkoba. Sejak tahun 1991, SB sudah menggunakan narkoba kemudian berhenti pada tahun 2013. SB sangat berjuang untuk dapat berhenti menggunakan narkoba. Bahkan, SB pernah meninggalkan Desa Batukarang untuk menghindari ajakan teman-temannya. Setelah beberapa tahun SB bekerja di Bandung, SB berhasil berhenti menggunakan narkoba. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke Desa Batukarang. Namun, SB tetap menjaga dirinya agar tidak kembali terpengaruh oleh lingkungan serta teman-temannya.

Menurut SB, narkoba sudah ada di Desa Batukarang kurang lebih 30 tahun, yakni jenis ganja. Awalnya, ganja tumbuh di ladang masyarakat dan digunakan untuk makanan ternak babi. Jadi, belum ada larangan dari pemerintah terkait dengan penggunaan ganja. Seiring berjalannya waktu, ganja tersebut bukan lagi digunakan untuk makanan ternak tetapi dikonsumsi sendiri oleh masyarakat Desa Batukarang. Sebagai mantan pengguna narkoba, SB kesal dan sedih akan kondisi remaja Desa Batukarang yang semakin marak menggunakan narkoba. Menurut SB, faktor utama yang menyebabkan para remaja Desa Batukarang


(61)

menggunakan narkoba adalah kurangnya peran orang tua dalam mengontrol serta memperhatikan anak-anaknya. Tidak jauh berbeda dengan SB sendiri. Selama ini, banyak perilaku-perilaku negatif korban penyalahgunaan narkoba yang merugikan dan meresahkan masyarakat. Contohnya, semakin banyak kasus pencurian yang terjadi di dalam masyarakat, seperti tabung gas, tanaman-tanaman di ladang warga, sepeda motor, rumah masyarakat dibongkar, dan lain-lain. Oleh karena itu, masyarakat mulai memikirkan cara untuk memberantasnya. Pertemuan-pertemuan yang telah dilakukan oleh masyarakat serta perangkat desa, adalah salah satu bukti keseriusan masyarakat dalam menangani kasus narkoba di Desa Batukarang. Proses tersebut merupakan awal yang baik untuk melakukan tindakan selanjutnya. Namun, kebanyakan dari kalangan muda-mudi tidak menyetujui hal tersebut.

Sebelumnya, Desa Batukarang pernah didatangi oleh oknum kepolisian, tetapi masyarakat melempari mobil polisi tersebut hingga hancur. Oknum kepolisian diteriaki maling oleh masyarakat. Harapan SB untuk masyarakat Desa Batukarang adalah semoga masyarakat semakin peduli dan bersatu hati untuk memberantas narkoba di Desa Batukarang. Nama baik Desa Batukarang harus diharumkan kembali seperti sedia kala. Orang tua agar tetap mengontrol, membimbing, serta mengajarkan agama sebagai benteng bagi anak-anaknya, sehingga tidak mudah terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Setiap program yang telah direncanakan


(62)

sebelumnya agar segera dilaksanakan. Bukan sekedar direncanakan, tapi harus ada realisasinya.

4.2.2.2 Informan NB

NB adalah remaja pria yang berusia 18 tahun. NB merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tua NB telah meninggal dunia. NB tinggal bersama kedua saudara laki-lakinya, sedangkan adik bungsu NB tinggal bersama saudara ibunya. NB adalah seorang tuna wisma yang setiap hari menghabiskan waktu berkumpul bersama teman sepermainannya. Menurut NB, ada ¾ remaja Desa Batukarang sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Tidak hanya kalangan remaja yang menjadi korbannya, tetapi juga kalangan dewasa. Segala jenis narkoba sudah ada di desa ini, termasuk jenis extasi dan suntik. Extasi dan suntik hanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki banyak uang. Tidak hanya sebagai pengguna narkoba, tetapi juga sebagai bandar (sering disebut sebagai BD atau dokter) serta sebagai pengedar.

Pemerintah Desa Batukarang khawatir akan kondisi remaja saat ini. Masyarakat pun resah akan keberadaan mereka, karena masyarakat telah banyak kehilangan, seperti ternak ayam, anjing, sandal, kain di jemuran, dan lain-lain.


(63)

4.2.2.3 Informan CB

CB merupakan laki-laki yang berumur 24 tahun. CB adalah anak pertama dari dua bersaudara. Setelah tamat dari perguruan tinggi, CB kembali ke kampung karena belum memiliki pekerjaan. CB sebagai masyarakat sangat prihatin akan kondisi masyarakat Desa Batukarang saat ini, khususnya remaja-remaja yang telah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Para remaja tersebut merupakan generasi penerus yang akan memimpin bangsa dan terutama pemimpin di Desa Batukarang. Tingkat kesuksesan masyarakat Desa Batukarang juga menurun.

CB juga pernah menggunakan narkoba jenis ganja pada saat ia duduk di bangku SD. Penyebabnya adalah dipengaruhi oleh teman dan adanya rasa ingin tahu. Namun, sebelum CB menjadi seorang pecandu, ia memutuskan untuk segera berhenti karena tidak ada dampak positif narkoba tersebut bagi diri CB. CB malu mengakui kepada teman-temannya bahwa CB adalah salah satu penduduk Desa Batukarang. Selama ini, Batukarang sudah dikenal warga desa lain sebagai sarang narkoba. Jadi, CB langsung di cap sebagai pengguna narkoba. Batukarang dikenal bukan karena prestasi tapi karena kasus narkoba. CB mengaku merasa kesulitan untuk bergaul dengan warga desa lain.

Menurut CB, upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi korban penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang adalah meningkatkan


(64)

keyakinan dan iman menurut agama masing-masing. Keluarga harus memiliki hubungan yang harmonis dan saling memperhatikan. Pemerintah Desa Batukarang termasuk karang taruna menciptakan kegiatan-kegiatan yang positif bagi msyarakat, seperti kegiatan olahraga, sanggar seni dan budaya, berternak, dan lain-lain, sehingga warga Batukarang bisa lepas dari jerat narkoba. Membangun Desa Batukarang jadi lebih maju dalam aspek budaya, sosial, serta pendidikan.

4.2.2.4 Informan RS

RS merupakan wanita yang bekerja sebagai guru. Wanita yang berumur 55 tahun ini memiliki tiga orang anak. Sebagai masyarakat Desa Batukarang, RS miris melihat kondisi perkembangan korban penyalahgunaan narkoba yang semakin merajalela, khususnya pada kalangan remaja. Selama ini, telah banyak warga yang stress, meninggal dunia, sakit, ditangkap polisi, diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba. Gubuk di ladang warga kerap digunakan sebagai tempat yang strategis untuk memakai narkoba. Akhirnya, banyak warga yang menghancurkan gubuk-gubuk mereka.

Terkadang mereka juga meminta uang kepada masyarakat khususnya yang masih memiliki hubungan keluarga dengan mereka, sehingga masyarakat sulit untuk menolak. Masyarakat telah mengadakan rapat


(65)

bersama perangkat desa sebanyak tiga kali, khusus untuk membahas penanganan kasus narkoba di Desa Batukarang. RS selalu hadir dalam setiap rapat tersebut. Hasil rapat yang telah disepakati belum dapat terlaksana dengan baik. Masyarakat harus berkorban jika ingin mengurangi korban penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang, baik dalam segi waktu, materi, tenaga, dan pikiran. Tingkatkan kepedulian antara satu dengan yang lain serta anggaplah semua remaja di Desa Batukarang adalah anak kita.

RS berharap agar masyarakat di Desa Batukarang menjauhi narkoba, memiliki pendidikan yang lebih baik, serta tersedianya lapangan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan positif, sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Harapan RS untuk pemerintah desa adalah agar menangani kasus narkoba ini dengan tegas.

4.2.2.5 Informan EB

EB merupakan wanita yang berumur 22 tahun. EB memiliki seorang anak. EB berprofesi sebagai guru TK. EB menyatakan bahwa penyalahgunaan narkoba di masyarakat Desa Batukarang sudah menjadi trend dan tidak tabu. Banyaknya pengangguran serta kurangnya pendidikan mengakibatkan masyarakat terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Kabanyakan remaja Desa Batukarang sudah menjadi korban


(1)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Setiap tahunnya, korban penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang mengalami peningkatan. Tidak hanya digunakan oleh kalangan remaja, tetapi saat ini juga tren digunakan oleh para kaum pria dewasa yang sudah berumahtangga atau pun pria paruh baya. Faktor-faktor yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba yaitu berasal dari faktor internal seperti rasa ingin tahu dan ingin dianggap hebat, serta faktor eksternal, seperti perceraian orang tua, kurangnya perhatian orang tua karena sibuk mencari nafkah, diajak teman, dijebak oleh bandar. Namun, faktor keluarga dan teman merupakan faktor utama menjadi penyebab remaja menyalahgunaan narkoba. 2. Masyarakat resah terhadap kondisi perkembangan penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang karena sudah banyak terjadi tindakan kriminalitas, contohnya pencurian. Hal tersebut mengganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat. Namun, masyarakat enggan mengambil tindakan tegas disebabkan karena masih adanya hubungan keluarga antara masyarakat dengan korban penyalahgunaan narkoba, serta adanya ketakutan masyarakat


(2)

akan diancam dan diganggu oleh mereka, sehingga masyarakat terkesan permisif dalam menghadapi penyimpangan sosial tersebut.

3. Dampak narkoba bagi kehidupan informan adalah ketenangan sesaat, tahan tidak tidur dan tetap semangat, memiliki banyak teman, kesehatan menurun, sulit mengendalikan diri, dijauhi masyarakat, tidak harmonis dengan keluarga, kehabisan uang, serta disorganisasi sosial.

4. Berhenti menggunakan narkoba bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan bagi orang-orang yang sudah menjadi korbannya. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam mempengaruhi proses berhentinya seseorang menggunakan narkoba. Korban harus memiliki tekat dan usaha yang kuat dari dirinya sendiri serta harus memiliki teman-teman yang mendukungnya untuk berhenti menggunakan narkoba.

5.2 Saran

1. Orang tua harus memberikan pengawasan dan perhatian yang maksimal terhadap anak-anaknya, baik dalam aspek keagamaan, pendidikan, sosial, serta budaya, sehingga anak menjadi generasi penerus bangsa yang berprestasi dan berkualitas.

2. Pilih teman atau pun lingkungan yang baik. Hindarilah lingkungan yang negatif yang dapat menjerumuskan remaja ke dalam penyalahgunaan narkoba. 3. Kontrol sosial masyarakat dan keluarga harus ditingkatkan untuk mengurangi

dan memberantas penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang, serta dibutuhkan dukungan dan kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah


(3)

desa. Masyarakat harus berani, berkata jujur, serta melaporkan setiap para pengguna, pengedar, dan bandar narkoba terhadap pihak yang berwajib, bukan membiarkannya atau mengabaikannya dengan alasan takut diancam dan masih ada hubungan keluarga dengan si pengguna narkoba.

4. Tingkatkan kegiatan-kegiatan positif bagi masyarakat untuk mengurangi korban penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang, khususnya bagi remaja, contohnya dalam hal kegiatan olah raga dan kesenian, sehingga remaja memiliki kesibukan-kesibukan yang membuatnya tidak memiliki waktu untuk melakukan hal yang menyimpang.

5.3 Keterbatasan Penelitian

1. Selama penelitan berlangsung, peneliti mengalami kesulitan untuk mendapatkan informan, khususnya untuk pengguna narkoba, karena mereka enggan mengakui bahwa mereka adalah seorang korban penyalahgunaan narkoba. Mereka takut akan dilaporkan kepada polisi. Pada saat melakukan wawancara di lapangan, ada informan yang sulit untuk terbuka dan menjawab seadanya saja. Masyarakat juga sulit untuk berkata jujur ketika diwawancara, karena mereka takut akan diancam dan kenyamanannya diganggu oleh para pengguna narkoba. Keluarga mereka tidak mengetahui bahwa mereka merupakan pengguna narkoba. Hal tersebut mengakibatkan peneliti tidak dapat mewawancarai keluarga mereka, karena mereka tidak mengizinkannya.


(4)

Daftar Pustaka

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Afiatin, Tina. 2008. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan Program AJI. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hartomo, Drs. H & Dra. Arnicun Azis. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Narwoko, J. Dwi & Bagong Suyanto. 2013. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setiadi, Elly M. & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

__________________. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.

Suyanto, Bagong & Sutinah. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sumber lain:

Anonim. 20


(5)

Desrina, R va

Hadriansyah Juli 2014, pkl 04.07 WIB.

Jai

Ken

Partodiharjo, Suba nepage&q=rasa%20ingin%20tahu%20%20penyebab%20orang%20menyalahgu nakan%20narkoba&f=false, diakses tanggal 03 April 2015, pkl 16.00 WIB Pujo Nugroho, Gatot. 2

Puspita Sari, Intan. 20.35 WIB.

Qunsul, Rudi. 2013. Juli 2014, pkl 09.56 WIB.

Syamsi, I diakses tanggal 19 November 2014, pkl 23.52 WIB.


(6)

Tryas 10.03 WIB.