Pengaruh Kesetan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Hubungan Industrial
Ghani (2003:70), Hubungan Industrial (HI) adalah interaksi yang melibatkan pekerja/
serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam
menyelenggarakan, melaksanakan, dan mengawasi jalannya hubungan ketenagakerjaan, dimana
pekerja bertindak sebagai produsen jasa tenaga kerja, pengusaha sebagai konsumen, sekaligus
pemberi kerja, dan pemerintah bertugas menciptakan koridor dan iklim yang kondusif agar
segala sesuatunya berjalan sesuai dengan ketentuan/perundang-undangan yang berlaku.
Hubungan industrial merupakan suatu hubungan yang dilakukan antara pengusaha, para
pekerja, dan pemerintah dalam suatu organisasi, untuk menciptakan dan memelihara keamanan
dan ketentraman kerja di perusahaan, sehingga pengusaha dan para pekerja dapat menyelesaikan
hak dan kewajibannyaa dengan lebih baik.
2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Mangkunegara (2000:161) keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi yang
aman atau selamat dari penderiataan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko
keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat
tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi
yang bebas dari kondisi yang bebas dari fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Resiko kesehatan kerja merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang

Universitas Sumatera Utara

7
bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan kerja dapat menyebabkan atau
membuat stress emosi dan gangguan fisik.
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/MEN/1996, dalam penerapan
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja wajib melaksanakan ketentuan – ketentuan
sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta menjamin komitmen
terhadap penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, sasaran, penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai
kebijakan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Mengukur, memantau, mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Keselamatan Kerja
Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan
keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan
kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja
harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang

Universitas Sumatera Utara

8
dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian
program keselamatan kerja adalah menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161).
Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan
keselamatan kerja pada karyawan dilakukan 2 cara yaitu:

a. Usaha preventif atau mencegah
Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber
bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak
menimbulkan bahaya bagi para karyawan. Langkah-langkah pencegahan itu dapat
dibedakan, yaitu:
1) Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)
2) Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya)
3) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.
4) Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap,
gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).
5) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
6) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Usaha represif atau kuratif
Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang
disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat
terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya
persiapan baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau
team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama

Universitas Sumatera Utara


9
persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan
organisasi perusahaan.
2. Kesehatan Kerja
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh
pihak pengusaha, karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang
absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara
keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Pengertian program kesehatan
kerja: Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan
fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
(Mangkunegara, 2000:161). Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat
membuat stress emosi atau gangguan fisik.
Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja,
penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan.
b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang
lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut,
terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi,
dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan
dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara , 2000:163 ) yaitu :

Universitas Sumatera Utara

10
1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja,
Terdiri dari: penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya
kurang diperhitungkan keamanannya, ruang kerja yang terlalu padat dan
sesak, pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya,
pengaturan udara, pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang
kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak), suhu udara yang tidak
dikondisikan pengaturannya.
2) Pengaturan Penerangan
Terdiri dari: pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat,
ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
3) Pemakaian Peralatan Kerja

Terdiri dari: pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak,
penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
4) Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
Terdiri dari: kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau
rusak, emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh,
cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja
rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang
pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa resiko.

Universitas Sumatera Utara

11
2.1.2.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja
yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

Universitas Sumatera Utara

12
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya.
s. kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1

Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk
memperoleh perlindungan atas:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral dan kesusilaan
Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja
agar pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan dapat
berjalan efektif, dan berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja PT. Inalum, Kuala Tanjung
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau
diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan
yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak.
2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk
memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di
tempat kerja.
3. Alat Pelindung Diri

Universitas Sumatera Utara

13
Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang
berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”
Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:
a.

Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai
kepala secara langsung.

b.


Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat,
alat berat, dan lain-lain)

c.

Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat
yang becek ataupun berlumpur.

d.

Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dan sebagainya.

e.

Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat
atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.


f.

Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di
ketinggian.

g.

Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga

pada

saat bekerja di tempat yang bising.
h.

Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika
bekerja (misal mengelas).

Universitas Sumatera Utara

14
i.

Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan
sebagainya).

j.

Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan
benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

k.

Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal
bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).

4. Beban Kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam
dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari
kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40
jam dalam satu minggu.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2000:162) usaha-usaha dalam meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.
2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan
yang menggunakan peralatan yang berbahaya.
3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja,
penerangan yang cukup terang dan menyejukkandan mencegah kebisingan.
4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

Universitas Sumatera Utara

15
5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja.
6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Program K3
Mangkunegara (2000: 162), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya seefektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamananya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.1.3 Undang undang tentang K3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, Paragraf 5: Keselamatan
dan Kesehatan Kerja,
Pasal 86
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama.

Universitas Sumatera Utara

16
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 87
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970, Bab IX Kewajiban Bila Memasuki
Tempat Kerja,
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
2.1.4 Kinerja Karyawan
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Armstong dan Baron (Wibowo, 2007:7), Prestasi Kerja atau Kinerja merupakan
hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Menurut Mangkunegara (2009:9) bahwa Kinerja adalah karyawan (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Universitas Sumatera Utara

17
Menurut Mangkuprawira (2009:219) beberapa pengertian berikut akan memperkaya
informasi mengenai prestasi atau kinerja yaitu :
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil kerja yang dicapai dan merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja.
3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan.
4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk
mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya.
5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan.
6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan
suskes jika yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja
individu, yakni : (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu.
8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan
oleh individu, kelompok maupun perusahaan.
9. Kinerja sebagi fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A) < motivasi atau
motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x O ).
Artinya : kinerja merupakan fungsi dari bentuk kemampuan, motivasi, dan kesempatan.

Universitas Sumatera Utara

18
Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Hal ini berarti
bahwa kinerja merupakan sebuah laporan hasil kerja karyawan selama periode tertentu pada
suatu jangka waktu yang telah ditetapkan manajemen perusahaan.
2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Steers (Sutrisno, 2011: 150), umumnya orang percaya bahwa prestasi kerja
individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu :
1. Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja.
2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja.
3. Tingkat motivasi kerja.
Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri dapat juga mempunyai arti yang penting,
tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap pekerja, yang pada
gilirannya membantu prestasi organisasi secara keseluruhan.
Menurut Mangkuprawira (2009:222) unsur-unsur yang mempengaruhi prestasi kerja
karyawan yaitu :
1. Unsur instrinsik (Xi):
a. Tingkat pendidikan
Dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan penguasaan
bidang ilmu tertentu, kecerdasan intelektualnya (misalnya dalam hal menggunakan
rumus-rumus matematika) akan diikuti oleh sikap menghadapi permasalahan dan
keterampilan menganalisis, dan mencari alternatif pendekatan masalah.
b. Tingkat pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

19
Pengetahuan yang dikuasi tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras”, tetapi juga
“lunak” misainya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik.

c. Sikap motivasi terhadap kerja
Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan pekerjaanya
semakin tinggi prestasi kerjanya.
2. Unsur Ekstrinsik (Xe) :
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan sosial-budaya
c. Lingkungan ekonomi
d. Lingkungan belajar
e. Lingkungan kerja termasuk budaya kerja
f. Teknologi
2.1.4.3 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Umar (Mangkunegara, 2009:18) aspek-aspek kinerja yaitu :
1. Mutu pekerjaan
2. Kejujuran karyawan
3. Inisiatif
4. Kehadiran
5. Sikap
6. Kerjasama
7. Kehandalan
8. Pengetahuan tentang pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

20
9. Tanggung jawab
10. Pemanfaatan waktu kerja
Ada beberapa pengukuran atau indikator-indikator kinerja pegawai menurut Gomes
(2003 : 142) adalah sebagai berikut :
1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang
ditentukan.
2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian
dan kesiapannya.
3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.
4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota
organisasi).
6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja tepat pada waktunya.
7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya.
8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan,
dan integritas pribadi.
2.1.5 Pengaruh Antara K3 dengan Kinerja Karyawan
Kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membuat karyawan menjadi
sehat dan produktif. Semakin produktif karyawan akan meningkatkan kinerja dan semakin
tinggi hasil kerja. Perhatian yang khusus kepada keselamatan dan kesehatan kerja akan selaras

Universitas Sumatera Utara

21
22
dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu: mempertahankan dan atau
meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja
secara produktif untuk menunjang tujuan perusahaan.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
keselamatan dan secara optimal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan meneliti
mengenai pengendalian kecelakaan sudah dilakukan perusahaan dengan cermat sehingga dapat
menurunkan angka kecelakaan kerja tersebut. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang efektif menuntut adanya komitmen perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman. Akan
tetapi, lebih penting lagi jika program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut didesain dan
dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang
berhubungan dengan kecelakaan kerja, misalnya kompensasi pekerja dan denda yang
ditimbulkan. Respon dan usaha yang baik dari manajemen akan mengurangi tingkat kecelakaan
dalam perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Nurmalinda (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT.
Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan”, hasil penelitian ini menunjukkan Produktivitas kerja
karyawan merupakan faktor utama bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada peningkatan produktivitas
kerja karyawan, antara lain: keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja.
Dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan

Universitas Sumatera Utara

23
kerja berpengaruh

highly significant terhadap produktivitas kerja karyawan dan penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja(K3) berhubungan sedang dengan peranan pimpinan.
Paramita dan Andi (2012) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang”
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
terhadap prestasi kerja karyawan yang dimediasi variabel motivasi kerja. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keselamatan kerja
dan kesejahteraan (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh
variabel motivasi kerja. PT. PLN (Persero) APJ Semarang seharusnya untuk meningkatkan K3
bagi karyawan agar motivasi kerja mereka menjadi lebih tinggi, sehingga mereka dapat
memberikan performa yang maksimal.
Kurniawan (2009) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Program Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan PT. Bentoel prima Malang).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jaminan keselamatan dan kerja para karyawan secara
langsung memberikan perasaan yang aman sehingga karyawan dapat bekerja tanpa adanya
perasaa tertekan dengan kondisi atau keadaan sekitarnya. Sebagai upaya dalam memberikan
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dengan memberikan perlindungan bagi para
karyawan sehingga mereka dapat terhindar dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan
operasional perusahaan dan dalam usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Universitas Sumatera Utara

24
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Mangkunegara (2000:161) Pengertian Keselamatan kerja menunjukkan pada
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja, terdiri
atas: mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya, pemakaian alat pelindung perorangan,
petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan
kerja. Sementara Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan
fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur
suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup
terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan, mencegah dan memberikan perawatan
terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian
lingkungan kerja.
Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu, terdiri dari:
kualitas, kuantitas, inisiatif, kerjasama dan kehandalan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat
kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Program Keselamatan Kerja
(X1)
Kinerja Karyawan
(Y)
Program Kesehatan Kerja
(X2)
Sumber: Mangkunegara (2000) dan Ghomes (2003), (Data Diolah, 2013)
Gambar: 2.1 Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

25
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah penulis uraikan, maka hipotesis penelitian ini
adalah adanya pengaruh antara program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja
karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung”.

Universitas Sumatera Utara