Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi,Yogyakarta. Ghani, Mohammad A. 2003. Sumber Daya Manusia Perkebunan Dalam Perspektif. Cetakan
Pertama. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Ghozali, I. 2006. Structural Equation Medeling; Metode Alternatif dengan PLS. Badan Penerbit Undip, Semarang.
Kurniawan, Arif. (2009). Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Bentoel Prima Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Administrasi.
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu (2009), Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung. (2009), Perencanaan & Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Refika Aditama, Bandung.
Mangkuprawira, Sjafri, (2009), Manajemen, dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Gramedia, Bogor.
Mangkunegara, Anwar Prabu, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Kedua, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Mathis dan Jackson, (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Nurmalinda, Yuis, (2008). Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pada PT. Sinar Sosro Tj. Morawa, Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Paramita, Catarina Cori Pradnya, dan Andi (2012). Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) APJ. Semarang. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.1.No.1.
Situmorang, Syafrizal Helmi; Doli M. Ja’far; Iskandar Muda, Muslich Lutfi; Syahyunan. 2008.
(2)
Sutrisno Edy, (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Umar, Husein, (2008), Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Rajagrafindo Persada, Jakarta.
(3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berupa deskriptif kuantitatif untuk menganalisis mengenai pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung.
3.2
Penelitian ini dilakukan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung yang berlokasi di daerah Kuala Tanjung, Lima Puluh. Waktu penelitian mulai bulan Januari sampai dengan April 2013.
Tempat Dan Waktu Penelitian
3.3 Batasan Operasional Variabel
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari penelitian yang simpang siur terhadap permasalahan. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent), X: Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdiri dari:
X1 : Program keselamatan kerja X2 : Program kesehatan kerja
(4)
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasionalisasi variabel digunakan untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, terdiri dari :
1. Variabel bebas (independent) terdiri dari: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (X) Terdiri atas:
a. Program keselamatan kerja (X1)
Suatu program yang menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di PT. Inalum, terdiri atas: adanya penggantian alat yang berbahaya, pemakaian alat pelindung pada karyawan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Program kesehatan kerja (X2)
Program yang menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang terjadi di PT. Inalum, terdiri dari adanyta P3K, klinik 24 jam, general check up, adanya kegiatan donor darah, dan adaya asuransi kesehatan.
2. Variabel terikat (dependent), adalah : Kinerja karyawan (Y)
adalah catatan yang dihasilkan oleh para karyawan dari suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu, terdiri dari: kualitas, kuantitas, inisiatif, kerjasama dan kehandalan.
(5)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi
Operasional Indikator Skala Ukur
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) (X), terdiri dari: Program keselamatan kerja (X1) Suatu program yang menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di PT. Inalum
1. adanya penggantian alat yang berbahaya, 2. pemakaian alat pelindung pada karyawan,
Skala Interval
3. petunjuk keselamatan Kerja
4. peringatan ditempat kerja,
5. latihan dan pendidikan K3
Program
kesehatan kerja (X2) Program yang
menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang terjadi di PT. Inalum
1. adanya P3K
2. adanya klinik 24 jam 3. general check up 4. adanya kegiatan donor darah 5. adanya asuransi kesehatan Skala Interval Kinerja Karyawan (Y) Catatan yang dihasilkan oleh para karyawan dari suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu 1. kualitas 2. kuantitas 3. inisiatif 4. kerjasama 5. kehandalan Skala Interval
(6)
Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono, (2008 : 86), skala likert merupakan skala yang mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Indikator akan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan. Setelah itu, setiap item instrumen yang menggunakan skala likert memiliki nilai yang terdiri dari:
3.5 Skala Pengukuran
Tabel 3.2 Bobot Nilai Jawaban Atas Kuisioner
No. Jawaban Bobot Nilai
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Netral 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2008 : 183)
3.6 Populasi Dan Sampel 1. Populasi
2. Sampel
Penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan pelaksana bagian produksi,
Smelter Casting Section (SCA) pada PT. Inalum, Kuala Tanjung, yang berjumlah 140 Orang.
Penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tekhnik random sampling dengan menggunakan rumus Slovin, (Umar, 2007:84) dengan rumus:
2
1 Ne N n
+ =
Dimana: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
(7)
e = Batas Kesalahan (10%) sehingga jumlah sampel menjadi:
2
) 1 . 0 ( 140 1
140
+ = n
n = 58,3 atau 60 Orang
3.7 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder : 1. Data Primer
Data diperoleh langsung dari objek penelitian, dimana data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut seperti hasil kuesioner yang disebar kepada responden.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku, majalah yang dapat mendukung penelitian ini.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi dokumentasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun arsip-arsip perusahaan yang berkaitan dengan penelitian, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, bidang-bidang pekerjaan, dan jumlah karyawan.
(8)
2. Kuesioner
Metode pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket yang ditujukan kepada karyawan bagian pelaksanaan produksi di PT. Inalum, Kuala Tanjung dijadikan sampel.
3. Observasi
Pengamatan data melalui pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. 3.9 Validitas dan Realibilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002:144). Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian, data yang diperoleh valid atau tidak, dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut. Adapun kriteria dari pengujian validitas adalah:
Jika r hitung ≥ r tabel maka pertanyaan dikatakan valid Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dikatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2006:154). Reliabilitas menunjukkan tingkat kestabilan, konsistensi, dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala sesuai dengan yang ada. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan untuk subjek yang sama, dalam
(9)
waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama. Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas adalah:
Jika r alpha positif atau ≥ r tabel, maka pertanyaan reliabel.
Jika r alpha negatif atau < r tabel, maka pertanyaan tidak reliabel.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada tenaga kerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung juga di bagian produksi karbon dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, dengan menggunakan Software SPSS18.00for windows:
3.10 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu cara menganalisis dimana data-data yang ada dikumpul, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterprestasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.
2. Analisis Statistik
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu, yaitu: Program keselamatan kerja (X1), Program kesehatan kerja kerja (X2), terhadap variabel terikat yaitu Kinerja Karyawan sebagai variabel (Y). Penelitian menggunakan bantuan program software SPSS versi 18. dengan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y = Kinerja Karyawan a = Konstanta
(10)
b1, dan 2 = Koefisien regresi
X1 = Program keselamatan kerja X2 = Program kesehatan kerja e = standar error
b. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi berganda harus memenuhi syarat asumsi klasik sebelum data tersebut dianalisis, adapun syarat asumsi klasik tersebut (Ghozali 2006:91) meliputi:
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji data dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006:110). Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorov Smirnov.
2) Uji Multikonealiritas
Uji Multikonealiritas digunakan untuk menguji data dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas (Ghozali, 2006:91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikonealiritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS versi 18.00. Dengan ketentuan: Bila VIF ≥ 5 maka terdapat masalah multikolinearitas
Bila VIF < 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas. 3) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji data dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
(11)
lain. Jika suatu pengamatan ke pengamatan lain sama, maka disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksinya adalah dengan pendekatan grafik dan pendekatan statistika melalui uji glejser. Pendekatan grafik dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Sementara pendekatan uji glejser dengan melihat pada variabel dependen absolut UT (absUT) dengan nilai probabilitas signifikansi diatas 5%. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan alat bantuan Statistics Package for Social Science 18.00 for Windows.
1). Uji F (Uji Sigmultan atau Serempak)
Uji F dilakukan untuk mengetahui semua variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:
H0 : b1, dan b2
dibandingkan denga Ftabel pada tingkat positif (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini adalah: Terima H0 bila Fhitung < Ftabel
(12)
2). Koefisien Determinasi (R2)
Identifikasi determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama, dimana 0 < R2< 1. Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan bila R2mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja (K3) terhadap variabel Kinerja karyawan
3). Uji t (Pengaruh Parsial)
Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang positif atau tidak, antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent)
Nilai thitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS 18.00 for windows. Nilai thitung selanjutnya akan dibandingkan dengan tabel dengan tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k)
H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan)
Ha : bi ≠ 0 (terdapat ada pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan)
Kaidah Pengambil Keputusan:
H0 : diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5% H0 : ditolak jika t hitung ≥ t tabel pada α = 5%
(13)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Indonesia Asahan Alumunium
PT. Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) didirikan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 1976, Inalum merupakan perusahan patungan antara Pemerintah Republik Indonesia dan beberapa penanam modal dari Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd. (NAA). Inalum yang telah memproduksi 5 juta ton aluminium batangan (ingot) pada tanggal 11 Januari 2008 ini diakui termasuk dalam 10 teratas produsen aluminium ingot dunia berdasarkan survey AME atas 143 produsen aluminium di berbagai negara. Sebagai perusahaan pertama di Indodnesia yang berhubungan dengan industri peleburan aluminium dan satu-satunya di Asia Tenggara, Inalum memiliki visi yaitu menjadi perusahaan kelas dunia dalam bidang aluminium dan industri terkait.
Misi PT. Inalum adalah
a. Menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholder) melalui produksi aluminium ingot yang berkualitas tinggi dan produk-produk terkait serta mampu bersaing di pasar global.
b. Mendukung operasi pabrik peleburan aluminium yang menguntungkan dan berkelanjutan melalui pengoperasian pembangkit listrik tenaga air yang efektif dan efisien.
c. Mendukung pengembangan kelompok industri aluminium nasional yang pada akhirnya mendukung pengembangan ekonomi nasional.
d. Berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi regional melalui pengelolaan operasi optimum secara menguntungkan.
(14)
PT. Inalum mendasarkan upayanya pada nilai-nilai perusahaan yaitu, dengan mengoperasikan pabrik peleburan aluminium dan pembangkit listrik tenaga air untuk menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholder), perusahaan bekerja keras untuk melestarikan lingkungan dengan meyakini bahwa komitmen kepada masyarakat serta pengembangan ekonomi sekitar menjadi hal yang paling mendasar untuk mencapai misi perusahaan.
Sejak tahun 2003, PT. Inalum dapat meningkatkan produksi melampaui kapasitas produksi melampaui kapasitas produksi terpasangnya (225.000 ton). Pada tahun 2007, INALUM mampu memproduksi 241.322 ton. Teknologi yang dimiliki PT. Inalum mampu memproduksi aluminium ingot berkualitas tinggi, dengan kemurnian 99.70 %, 99,90 % dan 99,92 %. PT. Inalum memperoleh sertifikasi ISO 9001-2000 atas jaminan standar internasional untuk mutu produksi instalasi dan services. Aluminium hasil produksi PT. Inalum sebagian besar (60%) diekspor ke negara Jepang, sedangkan sebesar 40% diserap oleh pasar domestik dan diekspor ke negara lain.
PT. Inalum melaksanakan program peningkatan teknologi peleburan secara sistimatis. Hal ini mancakup peningkatan produktivitas melalui effisiensi energi dan bahan baku, peningkatan pemurnian produk aluminium, peningkatan volume produksi. Juga dilakukan peningkatan effisiensi turbin yang masih berjalan sampai saat ini. Dalam hal sumber daya manusia, bulan September 2008 PT. Inalum memiliki aset sekitar 2.117 orang warga negara Indonesia dan 2 orang tenaga ahli Jepang. Peningkatan kualitas SDM dilaksanakan secara berkala, termasuk pelatihan di luar negeri, termasuk Jepang. PT. Inalum memiliki pusat pendidikan dan pelatihan di Tanjung Gading, yang memungkinkan karyawan yang ada dan yang
(15)
baru direkrut memperoleh pendidikan pelatihan tentang teknologi, sistem dan manajemen yang ada di PT. Inalum.
PT. Inalum memperhatikan kebutuhan aluminium pada pasar Indonesia dan memenuhi kebutuhan tersebut dengan menawarkan secara langsung kepada perusahaan pabrikan di Indonesia ataupun melalui perusahaan distributor Indonesia. Setiap tahun penjualan aluminium ingot kepasar domestik semakin besar. Pada tahun 2007, PT. Inalum menjadi sumber pasokan aluminium ingot bagi 65 perusahaan di dalam negeri. Langkah nyata yang telah dilakukan oleh PT. Inalum dalam meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, antara lain :
a. Program bantuan di bidang pertanian
b. Pembangunan Tempat Pelelangan ikan dan unit keramba di Kuala Indah c. Pelaksanaan program Vocational Training Course (VTC)
d. Pemberian bantuan modal usaha bergulir dalam bentuk peralatan mesin jahit dan mekanikal, serta untuk usaha tenun kain tradisional ”Songket"
Keberadaan Dermaga C Pelabuhan Kuala Tanjung dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Pembangunan access road Air Putih – Kuala Tanjung oleh PT. Inalum di Kuala Tanjung dan Paritohan memberikan akses bagi masyarakat terhadap kehidupan perekonomian, sosial dan industri yang bernial tambah.
(16)
4.1.2 Struktur Organisasi
Sumber: PT. Inalum (2013)
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Inalum, Kuala Tanjung
Uraian Jabatan dari masing-masing bagian di PT. Inalum sebagai berikut.
1. GMS (General Meeting of Share Holders) : Rapat Umum Pemegang saham yang memiliki wewenang tertinggi dalam setiap kebijakan yang diambil PT. Inalum.
2. Board of Commisioner : Dewan yang mewakili setiap pemegang saham dalam memutuskan kebijakan PT. Inalum.
3. Board of Directors : Dewan Direksi yang mengawasi secara langsung setiap keputusan, baik jangka panjang dan pendek yang diambil, demi kepentingan PT. Inalum.
4. Presiden Director : Pimpinan PT. Inalum yang mengambil serta bertanggungjawab atas setiap keputusan yang diambil PT. Inalum.
(17)
5. Internal Auditor : Mengawasi dan menganalisa keputusan yang telah diambil President Director serta konsekuensi dari keputusan tersebut.
6. MR (Management Representative of ISO 9002 & 14001) : Membuat kebijakan PT. Inalum mengenai mutu perusahaan sesuai standar ISO 9002 & 14001.
7. IIC (Inalum Internal Control) : Mengatur kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan urusan internal perusahaan.
8. Director Business : Memimpin bagian pemasaran dan perdagangan PT. Inalum. 9. Director Production : Memimpin bagian produksi aluminium PT. Inalum.
10.Director Power Plant : Memimpin bagian pembangkit listrik untuk kebutuhan listrik operasional PT. Inalum.
11.Director Planning & Finance : Memimpin bagian perencanaan dan finansial (keuangan) PT. Inalum.
12.Director HR : Memimpin bagian HRD yang dimiliki PT. Inalum. 4.2 Hasil Penelitian
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada karyawan PT. Inalum bagian produksi karbon dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Data dapat dilihat pada Tabel 4.1.
(18)
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas pada Responden Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Keterangan
X1.1 53,8621 77,052 ,714 ,936 Valid
X1.2 53,8966 76,882 ,766 ,935 Valid
X1.3 53,7931 75,527 ,765 ,935 Valid
X1.4 53,8276 76,576 ,821 ,934 Valid
X1.5 53,8621 79,266 ,586 ,939 Valid
X2.1 53,7931 80,884 ,444 ,942 Valid
X2.2 54,0000 77,286 ,476 ,944 Valid
X2.3 53,9310 75,709 ,712 ,936 Valid
X2.4 54,3793 78,101 ,533 ,941 Valid
X2.5 53,8966 78,596 ,629 ,938 Valid
Y1 53,5172 74,544 ,825 ,933 Valid
Y2 53,5517 74,113 ,831 ,933 Valid
Y3 53,4483 73,399 ,797 ,934 Valid
Y4 53,5517 76,256 ,762 ,935 Valid
Y5 53,3793 74,387 ,869 ,932 Valid
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa hasil dari uji validitas dinyatakan valid. Karena nilai
corrected item total correlation menunjukkan lebih besar dari 0,361, artinya r hitung ≥ r tabel. Sementara hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Responden Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items Keterangan
,941 15 Reliable
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa semua variable reliable. Karena nilai cronbach's alpha sebesar 0,941 lebih besar dari 0,80, artinya r hitung ≥ r tabel. Maka hasil penelitan ini untuk uji validitas dan reliabilitas dianggap valid dan reliable.
(19)
2. Deskriptif Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dari jawaban atas pernyataan atau kuesioner yang diajukan pada responden penelitian. Data dideskripsikan, digambarkan, diuraikan, dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penanfsiran terhadap angka tersebut, serta penampilan dari hasil yang diteliti, dalam hal ini mengenai Program keselamatan dan kesehatan kerja (variabel independent) terhadap Kinerja karyawan (variabel dependent) pada PT. Inalum, Kuala Tanjung. Penelitian yang dilakukan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.00. Jumlah responden penelitian sebanyak 60 orang dari karyawan. Analisis deskriptif pada data penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Analisis Instrumen Metode Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
P_Kslamat_K 60 17,00 23,00 20,2667 1,59306
P_Ksehat_K 60 19,00 25,00 22,8167 1,72216
Kinerja_K 60 21,00 25,00 23,5333 1,21386
Valid N (listwise) 60
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.3 menyatakan bahwa ada sebanyak 60 sampel. Nilai minimum (paling kecil) adalah 17,00 pada variabel Program keselamatan kerja. Nilai maksimum (paling besar) adalah 25,00 terdapat pada dua variabel Program kesehatan kerja, dan Kinerja karyawan. Nilai mean
(tengah) pada variabel Program keselamatan kerja dengan nilai sebesar 20,2667. Nilai mean
(tengah) pada Program kesehatan kerja dengan nilai sebesar 22,8167 dan Nilai mean (tengah) pada variabel Kinerja karyawan sebesar 23,5333. Ketiga nilai ini termasuk kategori sedang untuk item pernyataan pada kuesioner penelitian ini. Standar Deviasi terendah, terdapat pada variabel Kinerja karyawan dengan nilai sebesar 1,21386 dan Standar Deviasi tertinggi terdapat pada variabel Program kesehatan kerja sebesar 1,72216.
(20)
Penelitian ini dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada responden dan studi dokumentasi kepada 60 sampel pada PT. Inalum bagian produksi, Smelter Casting Section
(SCA). Jumlah pernyataan seluruhnya adalah 15 butir, yang terdiri dari 5 butir pernyataan untuk variabel X1 pada Program keselamatan kerja, 5 butir pernyataan untuk variabel X2 pada Program kesehatan kerja dan 5 butir pernyataan untuk variabel Y pada kinerja karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis mengenai adanya pengaruh antara Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan. Karakteristik responden pada penelitian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, status karyawan, dan lama kerja.
a. Karateristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Tabel 4.4
Jenis Kelamin Responden
Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)
Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah laki-laki, dengan nilai persentase sebesar 100,00 %. Dalam hal ini program K3 sangat diperlukan dalam menjalankan aktivitas kinerja perusahaan secara umum, risiko kecelakaan lebih besar bagi para karyawan, terutama mereka yang bekerja dibidang produksi maupun peleburan alumunium.
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(%)
Laki-Laki 60 Orang 100,00
Perempuan 0 Orang 0,00
(21)
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Tabel 4.5
Usia Responden
Umur Frekuensi Persentase
21 – 30 Tahun 14 Orang 23,33
31 – 40 Tahun 28 Orang 46,67
41 – 50 Tahun 18 Orang 30,00
Jumlah 60 Orang 100,00
Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)
Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah karyawan yang berusia 30 – 40 tahun, sebesar 46,67 %, karyawan yang menjawab pertanyaan berusia 21- 30 tahun adalah sebesar 23,33%, dan yang berusia 41 – 50 tahun adalah sekitar 30,00 %. Karyawan yang berusia 31– 40 tahun memiliki tingkat kesadaran yang penuh akan penerapan dan pelaksanaan K3 di tempat kerja. Karyawan yang berusia 41–50 cenderung menganggap sepele terhadap resiko yang akan terjadi karena merasa memiliki pengalaman dibidangnnya bekerja. Sementara usia 21-30 tahun, bagi para karyawan yang baru bekerja cenderung lebih tinggi tingkat kecelakaan yang terjadi. Namun dengan adanya pelatihan dan pendidikan K3 mampu meminimalisasi kecelakaan kerja dan sebagai bentuk wadah membina tenaga kerja untuk menghasilkan kinerja lebih baik lagi.
c. Karateristik Berdasarkan Lama Bekerja Responden
Tabel 4.6
Lama Bekerja Responden
Masa Kerja Frekuensi Persentase (%) 1– 15 Tahun 23 Orang 38,33 16 – 30 Tahun 37 Orang 61,67
Jumlah 60 Orang 100.00
Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)
Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja
(22)
karyawan adalah karyawan yang sudah bekerja 16 – 30 tahun, dengan nilai persentase sebesar 61,67 % . Sementara karyawan yang bekerja 1 – 15 tahun adalah sebanyak 38,88%. Artinya karyawan yang bekerja usia 16 – 30 tahun lebih memahami akan kondisi tempat mereka bekerja, sehingga pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperhatikan. Namun realitanya yang tingkat kecelakaan yang sering terjadi adalah usia 16 – 30 tahuan pada perusahaan ini, karena ada unsur sikap mengabaikan atau menanggap sebuah aturan hanya sanksi saja yang menjadi dampaknya, padahal ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
d. Karateristik Berdasarkan Pendidikan Responden
Tabel 4.7
Pendidikan Responden
Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
SMA 17 Orang 28,33
DIII 34 Orang 56,67
SI 9 Orang 15,00
Jumlah 60 Orang 100.00
Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)
Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah karyawan yang memiliki pendidikan DIII, dengan nilai persentase sebesar 56,67 %. Sementara karyawan yang memiliki pendidikan SMA adalah sebanyak 28,33%, dan karyawan yang memiliki pendidikan S1 adalah sebanyak 15%, yang menjawab pernyataan tersebut. Latar belakang pendidikan sangat menentukan hasil kinerja yang akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut, dan selain itu pemahaman karyawan pun akan pelaksanaan K3 juga memiliki pengaruh akan tingkat kesadaran mengenai pentingnya K3 bagi seorang pekerja.
(23)
e. Karateristik Responden Berdasarkan Status Responden Tabel 4.8
Status Responden
Sumber: PT. Inalum, 2013, (Data Diolah)
Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah karyawan yang sudah berkeluarga, dengan nilai persentase sebesar 60,00 %. Dalam hal ini karyawan yang sudah berkeluarga lebih banyak dari yang masih lajang, sangat penting bagi perusahaan menerapkan program-program K3 yang dapat menunjang kinerja karyawan untuk menciptakan produksi yang jauh lebih baik. Dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan melalui program K3 mampu menjadikan seorang karyawan loyal ditempat kerjaanya. Sementara karyawan yang menjawab pertanyaan yang sudah lajang adalah sebesar 40,00%, artinya pekerjaan yang mereka lakukan dapat menjadi pengalaman atau sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan yang tentunya lebih baik lagi.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik pada penelitian ini terdiri dari uji Normalitas, Heteroskedastisitas dan Multikolinearitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas data dapat dilihat dari output SPSS melalui gambar kurva normal p-p Plot untuk menunjukkan sebaran data penelitian. Gambar kurva normal P-P Plot berikut ini dapat disimpulkan bahwa data penelitian mempunyai distribusi normal, karena sebaran data yang ada
Status Karyawan
Jumlah Persentase (%) Berkeluarga 36 Orang 60,00
Lajang 24 Orang 40,00
(24)
menyebar kesemua daerah kurva normal. Uji Normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Normal
Uji Normalitas scatter plot pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik mengikuti data di sepanjang garis diagonal hal ini berarti data berdistribusi normal. Uji Normalitas dapat dilihat juga pada One Sampel KS Tes, yaitu:
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,82211174
Most Extreme Differences Absolute ,133
Positive ,095
Negative -,133
Kolmogorov-Smirnov Z 1,033
Asymp. Sig. (2-tailed) ,236
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(25)
Data pada Tabel 4.9 Nilai Asymp.Sis (2-tailed) pada penelitian ini adalah 0,236; lebih besar dari 0,05 ( 0,236 > 0,05), artinya variabel residual pada penelitian ini memiliki distribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi, dengan kata lain heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varian yang konstan. Heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melakukan dua pendekatan yakni pendekatan statistik (uji glesjer) dan pendekatan grafik.
Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka mengalami gangguan heteroskedastisitas. Hasil analisis heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Instrumen Heteroskedastisitas Pendekatan Statistik (Uji Glesjer)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,700 ,977 ,717 ,477
P_Kslamat_K -,061 ,034 -,230 -1,825 ,073
P_Ksehat_K ,054 ,031 ,220 1,749 ,086
a. Dependent Variable: Abs
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa data pada penelitian ini hasil uji signifikan variabel Program keselamatan kerja adalah sebesar 0,073 dan hasil uji signifikan pada variabel Program kesehatan kerja adalah sebesar 0,086. Hasil analisis instrumen heteroskedastisitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing variable dependent menunjukkan nilai lebih besar dari
(26)
5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini tidak terdapat adanya heteroskedastisitas dalam model regresi.
Uji heteroskedastisitas dapat juga dilihat melalui gambar scatterplot. Gambar scatterplot dapat menunjukkan indikasi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas. Suatu model regresi jika dianalisis dengan pendekatan grafik, tidak terkena heteroskedastisitas apabila pada grafik scatterplot terlihat titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu (Syafrizal, 2008: 68).
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variable (Kinerja Kerja)
Gambar 4.3 menyatakan bahwa penyebaran residual cenderung tidak teratur, adanya titik-titik yang berpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi ini.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
(27)
independen. Suatu variabel tidak terkena multikolinearitas, jika nilai Variance Inflation Factor
(VIF) tidak lebih besar dari 5 (VIF < 5) dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 (Tolerance > 0,1) (Situmorang, 2008:104). Uji multikolinearitas pada penelitian skripsi ini dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Instrumen Multikoliniearitas
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.11 menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas, dimana hasil uji
Variance Inflation Factor (VIF) pada Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja masing-masing menunjukkan nilai kurang dari lima (VIF < 5). Nilai Variance Inflation Factor
(VIF) pada variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja sebesar 1,000. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang lebih kecil dari 5 (lima) menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas dalam model penelitian skripsi ini. Nilai Tolerance pada variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja sebesar 1,000. Nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 (Tolerance > 0,1) maka tidak terdapat multikolinearitas.
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linear berganda, yang digunakan untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependent, antara pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja Karyawan. Hasil analisis regresi linear berganda ini dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 9,690 1,985 4,881 ,000
P_Kslamat_K ,113 ,068 ,149 1,659 ,103 1,000 1,000
P_Ksehat_K ,506 ,063 ,718 8,001 ,000 1,000 1,000
(28)
Tabel 4.12
Hasil Analisis Instrumen Regresi Linear Berganda Variables Entered/Removedb
Model Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 P_Ksehat_K,
P_Kslamat_Ka
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja_K
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang dimasukkan (entered) adalah Program keselamatan dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung sehingga diperoleh persamaan:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana:
Y = Kinerja Karyawan
a = Konstanta
b1,dan 2 = Koefisien regresi
X1 = Program keselamatan kerja X2 = Program kesehatan kerja e = standar error
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji Signifikansi Simultan atau serempak dilakukan untuk menguji variabel independent
mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau serentak terhadap variabel dependent. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut: menentukan model hipotesis untuk H0 dan H1, mencari nilai tabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat kebebasan, menentukan kriteria pengambilan keputusan, mencari
(29)
nilai thitung dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 18.00, dan kesimpulan. Hasil pengujian adalah:
1) Model hipotesis yang digunakan dalam uji F ini yaitu: Ho : b1 = b2 = 0
Artinya, secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen yaitu Program keselamatan kerja (X1), dan Program kesehatan kerja (X2) terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan (Y) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0
Artinya, secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen yaitu Program keselamatan kerja (X1), dan Program kesehatan kerja (X2) terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan (Y) F tabel dapat dilihat pada α = 5%
Dengan derajat pembilang = k – 1 = 2 – 1 = 1 Dengan derajat penyebut = n – k = 60 – 1 = 59 maka F tabel 0,05 (1,59) = 4,00
1) Kriteria Pengambilan Keputusan:
Ho diterima (Ha ditolak) jika F hitung ≤ F tabel pada α = 5 % Ho ditolak (Ha diterima) jika F hitung ≥ F tabel pada α = 5 % 2) Hasil uji F hitung dapat dilihat pada Tabel 4.13.
(30)
Tabel 4.13
Hasil Analisis Instrumen Uji F (Uji Serempak) ANOVA
Model
b
Sum of Squares Mean Square F Sig.
1 Regression 47,057 2 23,529 33,632 ,000a
Residual 39,876 57 ,700
Total 86,933 59
a. Predictors: (Constant), P_Ksehat_K, P_Kslamat_K b. Dependent Variable: Kinerja_K
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.13 menyatakan bahwa nilai Fhitung sebesar 33,632 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 sedangkan Ftabel sebesar 4,00 dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 33,632 > 4,00, sedangkan tingkat signifikansi dengan nilai sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian pada Uji Sigmultan (Uji F) menyatakan bahwa H0,
b. Uji Koefisien Determinasi (R
ditolak, artinya variabel-variabel independent, yaitu Program keselamatan kerja (X1), dan Program kesehatan kerja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
dependent, yaitu Kinerja karyawan (Y). 2
)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependent. Koefisien determinasi, dalam output SPSS terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R square berkisar nol sampai satu. Nilai hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 4.14.
(31)
Tabel 4.14
Tabel Hubungan Antar Variabel
Sumber: Situmorang (2008:113)
Tabel 4.14 menjelaskan mengenai tipe hubungan antar variabel, semakin besar nilai R maka hubungan semakin erat. Nilainya adalah 0 – 1. Semakin mendekati nol berarti tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model semakin baik. Hasil instrumen Koefisien Determinasi (R2) dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Hasil Instrumen Koefisien Determinan
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,736a ,541 ,525 ,83641
a. Predictors: (Constant), P_Ksehat_K, P_Kslamat_K b. Dependent Variable: Kinerja_K
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa R adalah sebesar 0,736 berarti keterkaitan (relation) antara variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan pada PT. Inalum adalah erat. Sementara pengaruh antara variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan dengan nilai sebesar 0,525 atau 52,5% saja. Dalam hal ini masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi Kinerja karyawamn, ada sekitar 48,5%, dimana faktor-faktor tersebut tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Nilai Interpretasi 0,0 - 0,19 Sangat Tidak Erat 0,2 - 0,39 Tidak Erat
0,4 - 0,59 Cukup Erat 0,6 - 0,79 Erat
(32)
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Penelitian uji t menggunakan tabel coefficients. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mengenai variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai pengaruh yang positif atau tidak. Nilai t hitung selanjutnya akan dibandingkan dengan tabel dengan tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k). Uji t menunjukkan secara individual variabel
independent (X), mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak dengan variabel dependent
yaitu (Y).
Langkah-langkah pengujian adalah menentukan model hipotesis untuk H0 atau Ha
1) Model hipotesis yang digunakan dalam Uji t adalah:
, mencari nilai tabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat kebebasan, menentukan kriteria pengambilan keputusan, mencari nilai thitung dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 18.00, dan kesimpulan. Hasil pengujian dari Uji t (Uji Pengaruh Parsial) adalah:
H0 : bi = 0, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X
H
dengan variabel Y. 0
2) Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k)
: bi ≠ 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.
n = jumlah sampel, n = 60
k = jumlah variabel yang digunakan, k = 3 maka, derajat bebas = n-k = 60 – 3 = 57 nilai ttabel 0,05(57) = 1,67203
(33)
Nilai t hitung
Tabel 4.16
untuk variabel konstanta yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Hasil Analisi Instrumen Uji t (Uji Pengaruh Parsial) Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,690 1,985 4,881 ,000
P_Kslamat_K ,113 ,068 ,149 1,659 ,103
P_Ksehat_K ,506 ,063 ,718 8,001 ,000
a. Dependent Variable: Kinerja_K
Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013
Tabel 4.16 menyatakan bahwa nilai t hitung pada variabel Program keselamatan kerja adalah 1,659 dan nilai ttabel adalah 1,67203 sehingga thitung < ttabel
Sementara nilai t
. Tingkat signifikansi pada variabel Program keselamatan kerja yaitu 0.103 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti menyatakan bahwa pada penelitian ini memiliki pengaruh tidak signifikan antara variabel Program keselamatan kerja terhadap variabel Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung.
hitung pada variabel Program kesehatan kerja adalah 8,001dan nilai ttabel adalah 1,67203 sehingga thitung < ttabel. Tingkat signifikansi pada variabel Serikat Pekerja yaitu 0,000, lebih kecil dari 0,05. Hal ini menyatakan bahwa nilai t hitung sebesar 8,001 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang dilakukan pada penelitian ini memiliki pengaruh positif dan signifikan antara variabel Program kesehatan kerja terhadap variabel Kinerja Karyawan pada PT. Inalum, kuala Tanjung. Hasil analisis penelitian menyatakan bahwa pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung dapat dilihat pada bentuk persamaan:
(34)
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Y = 9,690 + 0,113X1 + 0,506X2 + e
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa:
1. Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung dengan nilai 33,632 dan tingkat signifikan sebesar 0,00. Artinya kedua variabel ini memiliki pengaruh besar terhadap kinerja karyawan, yang dilihat dari pengaruh simultan atau serempak (Uji F). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurmalinda (2008)dan Paramita dan Andi (2012), bahwa ada pengaruh antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan. Program keselamatan dan kesehatan kerja secara sigmultan sudah diterapkan oleh perusahaan kepada para karyawan, yag mana pada dasarnya karyawan sangat memerlukan program K3 tersebut karena karyawan bekerja pada perusahaan yang memiliki kecelakaan dengan tingkat risiko yang tinggi.
2. Jika ditinjau dari pengaruh parsial bahwa:
a. Program keselamatan kerja memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, dengan 1,659 dan tingkat signifikan sebesar 0,103. Hal ini dikarenakan program keselamatan kerja tidak begitu dominan diperhatikan oleh karyawan walaupun manajemen perusahaan sudah memberlakukan bagi karyawan. Perusahaan telah melengkapi program keselamatan kerja dengan menyediakan alat-alat pelindung diri, petunjuk keselamatan kerja yang ditempel di mading, peringatan ditempat kerja, dan adanya pelatihan mengenai K3 yang diselenggarakan perusahaan. Namun masih saja
(35)
adanya bentuk pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja, baik dengan alasan sengaja maupun tidak sengaja. Lama kerja karyawan mempengaruhi tingkat kesadaran para karyawan untuk mematuhi peraturan yang diberlakukan manajemen perusahaan untuk para karyawan. Hal ini terbukti hampir sebanyak 8% karyawan tidak mengikuti prosedur dan peraturan kerja pada tahun 2011. Walaupun jumlahnya tidak besar tetapi jika tidak ditindaklanjuti oleh perusahaan maka dapat saja mengakibatkan kinerja perusahaan menurun dari tahun ke tahun.
b. Kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai sebesar 8,001 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Hal ini dinyatakan bahwa program kesehatan kerja sudah dilaksanakan dan diterapkan oleh manajemen perusahaan, dan dengan tingkat kesadaran dan pemahaman karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Karyawan memahami bahwa kesehatan sangat mahal nilainya. Asuransi kesehatan yang ada dapat saja tidak mencukupi biaya perobatan dan perawatan jika sakit, terutama dampaknya sangat besar bagi karyawan yang sudah berkeluarga. Biaya yang dikeluarkan tentu saja lebih besar daripada mereka yng masih lajang. Intinya lebih baik mencegah daripada mengobati, sehingga dengan kesadaran penuh kesehatan sangat mahal nilainya.
c. Berdasarkan koefisien determinan (R2) bahwa Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki kaitan yang erat dengan Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung dengan nilai 0,736; yang artinya ada sebesar 52,5% kedua variabel ini mampu mempengaruhi kinerja karyawan, dan sisanya 48,5%, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti motivasi, kompensasi, disiplin kerja dan lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dalam hal ini Program keselamatan kerja dan Program kesehatan
(36)
kerja jika dilaksanakan oleh karyawan maka kinerja karyawan secara keseluruhan akan semakin baik dan efektif dalam menjalankan proses produksi.
(37)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung berdasarkan uji F (serempak atau sigmultan).
2. Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki kaitan yang erat terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung, berdasarkan Koefisien Determinan (R2
3. Program keselamatan kerja memiliki pengaruh tidak signifikan, sementara pada Program kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung, berdasarkan Uji t (parsial).
), dengan nilai sebesar 52,5% dan sisanya 48,5%, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti motivasi, kompensasi, disiplin kerja dan lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5.2 Saran
Saran-saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Program kesehatan berupa jaminan kesehatan (poliklinik gratis 24 jam) yang diberikan perusahaan perlu terus dilanjutkan, meskipun karyawan telah pensiun.
(38)
2. Mengenai pelatihan program keselamatan kerja perlu adanya penambahan materi, penjadwalan dan pelatihan tambahan (re-training) untuk menurunkan tingkat risiko kecelakaan yang terjadi
3. Perlu diadakan pembinaan atau penyuluhan tentang arti pentingnya pemakaian alat pelindung diri yang baik dan benar untuk meningkatkan kesadaran karyawan kembali akan pentingnya keselamatan kerja karyawan.
4. Perusahaan juga harus memberikan sanksi tegas terhadap karyawan yang tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat berada di tempat-tempat tertentu, misalnya di ruang produksi.
5. Agar kinerja karyawan mampu meningkat baik secara keseluruhan, sebaiknya keselamatan dan kesehatan kerja perlu ditingkatkan kembali melalui program-program pelaksanaannya, yaitu sesuai dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/MEN/1996, antara lain: mengukur, memantau, mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja, melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan, dan lain sebagainya.
(39)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Hubungan Industrial
Ghani (2003:70), Hubungan Industrial (HI) adalah interaksi yang melibatkan pekerja/ serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam menyelenggarakan, melaksanakan, dan mengawasi jalannya hubungan ketenagakerjaan, dimana pekerja bertindak sebagai produsen jasa tenaga kerja, pengusaha sebagai konsumen, sekaligus pemberi kerja, dan pemerintah bertugas menciptakan koridor dan iklim yang kondusif agar segala sesuatunya berjalan sesuai dengan ketentuan/perundang-undangan yang berlaku.
Hubungan industrial merupakan suatu hubungan yang dilakukan antara pengusaha, para pekerja, dan pemerintah dalam suatu organisasi, untuk menciptakan dan memelihara keamanan dan ketentraman kerja di perusahaan, sehingga pengusaha dan para pekerja dapat menyelesaikan hak dan kewajibannyaa dengan lebih baik.
2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Mangkunegara (2000:161) keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderiataan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari kondisi yang bebas dari fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan kerja merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
(40)
bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan kerja dapat menyebabkan atau membuat stress emosi dan gangguan fisik.
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/MEN/1996, dalam penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja wajib melaksanakan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta menjamin komitmen terhadap penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, sasaran, penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Mengukur, memantau, mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Keselamatan Kerja
Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang
(41)
dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian program keselamatan kerja adalah menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161). Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan 2 cara yaitu:
a. Usaha preventif atau mencegah
Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan. Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu:
1) Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya) 2) Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya) 3) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.
4) Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).
5) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
6) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. b. Usaha represif atau kuratif
Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama
(42)
persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan organisasi perusahaan.
2. Kesehatan Kerja
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha, karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Pengertian program kesehatan kerja: Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. (Mangkunegara, 2000:161). Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.
Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.
Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi, dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara , 2000:163 ) yaitu :
(43)
1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja,
Terdiri dari: penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya, ruang kerja yang terlalu padat dan sesak, pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya, pengaturan udara, pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak), suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
2) Pengaturan Penerangan
Terdiri dari: pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat, ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
3) Pemakaian Peralatan Kerja
Terdiri dari: pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak, penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
4) Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
Terdiri dari: kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau rusak, emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko.
(44)
2.1.2.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan. i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang. o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
(45)
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya. s. kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan
Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan dapat berjalan efektif, dan berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja PT. Inalum, Kuala Tanjung
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak.
2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja.
(46)
Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:
a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.
g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas).
(47)
i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).
j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
4. Beban Kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2000:162) usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.
2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.
3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkandan mencegah kebisingan.
(48)
5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja. 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.
2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Program K3
Mangkunegara (2000: 162), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamananya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2.1.3 Undang undang tentang K3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, Paragraf 5: Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Pasal 86
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
(49)
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 87
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970, Bab IX Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja,
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
Pasal 13
2.1.4 Kinerja Karyawan
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Armstong dan Baron (Wibowo, 2007:7), Prestasi Kerja atau Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Menurut Mangkunegara (2009:9) bahwa Kinerja adalah karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
(50)
Menurut Mangkuprawira (2009:219) beberapa pengertian berikut akan memperkaya informasi mengenai prestasi atau kinerja yaitu :
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil kerja yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. 3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan.
4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan.
6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan suskes jika yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu, yakni : (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu.
8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan.
9. Kinerja sebagi fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A) < motivasi atau
motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x O ). Artinya : kinerja merupakan fungsi dari bentukkemampuan, motivasi, dan kesempatan.
(51)
Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan sebuah laporan hasil kerja karyawan selama periode tertentu pada suatu jangka waktu yang telah ditetapkan manajemen perusahaan.
2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Steers (Sutrisno, 2011: 150), umumnya orang percaya bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu :
1. Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja.
2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja. 3. Tingkat motivasi kerja.
Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri dapat juga mempunyai arti yang penting, tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap pekerja, yang pada gilirannya membantu prestasi organisasi secara keseluruhan.
Menurut Mangkuprawira (2009:222) unsur-unsur yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitu :
1. Unsur instrinsik (Xi): a. Tingkat pendidikan
Dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan penguasaan bidang ilmu tertentu, kecerdasan intelektualnya (misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan diikuti oleh sikap menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan mencari alternatif pendekatan masalah.
(52)
Pengetahuan yang dikuasi tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras”, tetapi juga “lunak” misainya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik.
c. Sikap motivasi terhadap kerja
Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan pekerjaanya semakin tinggi prestasi kerjanya.
2. Unsur Ekstrinsik (Xe) : a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan sosial-budaya c. Lingkungan ekonomi d. Lingkungan belajar
e. Lingkungan kerja termasuk budaya kerja f. Teknologi
2.1.4.3 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Umar (Mangkunegara, 2009:18) aspek-aspek kinerja yaitu : 1. Mutu pekerjaan
2. Kejujuran karyawan 3. Inisiatif
4. Kehadiran 5. Sikap 6. Kerjasama 7. Kehandalan
(53)
9. Tanggung jawab
10.Pemanfaatan waktu kerja
Ada beberapa pengukuran atau indikator-indikator kinerja pegawai menurut Gomes (2003 : 142) adalah sebagai berikut :
1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.
2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. 4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi).
6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja tepat pada waktunya.
7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.
8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi.
2.1.5 Pengaruh Antara K3 dengan Kinerja Karyawan
Kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membuat karyawan menjadi sehat dan produktif. Semakin produktif karyawan akan meningkatkan kinerja dan semakin tinggi hasil kerja. Perhatian yang khusus kepada keselamatan dan kesehatan kerja akan selaras
(54)
dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu: mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja secara produktif untuk menunjang tujuan perusahaan.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan keselamatan dan secara optimal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan meneliti mengenai pengendalian kecelakaan sudah dilakukan perusahaan dengan cermat sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerja tersebut. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif menuntut adanya komitmen perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman. Akan tetapi, lebih penting lagi jika program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut didesain dan dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja, misalnya kompensasi pekerja dan denda yang ditimbulkan. Respon dan usaha yang baik dari manajemen akan mengurangi tingkat kecelakaan dalam perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Nurmalinda (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan”, hasil penelitian ini menunjukkan Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor utama bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja karyawan, antara lain: keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja. Dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan
(55)
kerja berpengaruh highly significant terhadap produktivitas kerja karyawan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja(K3) berhubungan sedang dengan peranan pimpinan.
Paramita dan Andi (2012) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang” Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap prestasi kerja karyawan yang dimediasi variabel motivasi kerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keselamatan kerja dan kesejahteraan (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh variabel motivasi kerja. PT. PLN (Persero) APJ Semarang seharusnya untuk meningkatkan K3 bagi karyawan agar motivasi kerja mereka menjadi lebih tinggi, sehingga mereka dapat memberikan performa yang maksimal.
Kurniawan (2009) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan PT. Bentoel prima Malang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jaminan keselamatan dan kerja para karyawan secara langsung memberikan perasaan yang aman sehingga karyawan dapat bekerja tanpa adanya perasaa tertekan dengan kondisi atau keadaan sekitarnya. Sebagai upaya dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dengan memberikan perlindungan bagi para karyawan sehingga mereka dapat terhindar dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan dan dalam usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan.
(56)
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Mangkunegara (2000:161) Pengertian Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja, terdiri atas: mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya, pemakaian alat pelindung perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan, mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.
Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu, terdiri dari: kualitas, kuantitas, inisiatif, kerjasama dan kehandalan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber: Mangkunegara (2000) dan Ghomes (2003), (Data Diolah, 2013) Gambar: 2.1 Kerangka Konseptual Program Keselamatan Kerja
(X1)
Program Kesehatan Kerja (X2)
Kinerja Karyawan (Y)
(57)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah penulis uraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh antara program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung”.
(58)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Di era globalisasi dalam dunia persaingan terbuka, tiap-tiap perusahaan industri mutlak menetapkan standar kerja untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Produk yang berkualitas dihasilkan oleh suatu perusahaan, tidak terlepas dari peranan sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan tersebut. Dalam hal ini sumberdaya manusia sebagai karyawan tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam memproduksi suatu barang dengan cara yang lebih efisien, perusahaan harus berupaya untuk meningkatkan kinerja seluruh karyawannya. Penggunaan alat – alat yang memiliki tekhnologi tinggi mampu menghasilkan produk yang berkualitas baik dan efisien. Namun kendala yang sering terjadi ketika karyawan berada dilapangan tidak terlepas dari keselamatan dan kecelakaan kerja. Dalam hal ini produktivitas perusahan akan meningkat apabila perusahaan juga memperhatikan faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan penyakit yang terjadi ditempat kerja, dengan tujuan untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga terjadi peningkatan kinerja yang jauh lebih baik pula. Tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja.
(59)
Perusahaan perlu memelihara kesehatan para karyawan, kesehatan ini menyangkut kesehatan fisik ataupun mental. Kesehatan para karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang tinggi dan kinerja yang rendah. Adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena akan lebih jarang absen bekerja dengan lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama berarti lebih produktif. Program kesehatan kerja tidak terlepas dari program keselamatan kerja, karena dua program tersebut tercakup dalam pemeliharaan terhadap karyawan.
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja , baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Program keselamatan kerja merupakan suatu sarana untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Program keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan kinerja karyawan atas dasar dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat ditekan sekecil-kecilnya.
PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung adalah perusahaan pabrik peleburan alumunium batangan (ingot), yang menggunakan alat – alat bertekhnologi tinggi. Sehingga asumsi publik menganggap bahwa proses produksi yang dilakukan perusahaan ini cenderung memiliki risiko tinggi untuk terjadi kecelakaan. Data mengenai kecelakaan kerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung dapat dilihat pada Tabel 1.1.
(60)
Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung Tahun Jumlah Kecelakaan Kerja (persentase) Keterangan
2008 20% 10% karyawan tidak memenuhi aturan kerja
2% peralatan kerja yang tidak normal
6% karyawan menganggap prosedur kerja yang tidak jelas
2% Lain-lain
2009 14% 12% karyawan masih ada yang tidak mematuhi
aturan kerja 2% Lain-lain
2010 20% 10% karyawan masih ada yang tidak memenuhi
aturan kerja
5% karyawan ada yang tidak mengunakan alat pelindung kerja
3% karyawan menganggap prosedur kerja tidak jelas
2% Lain-lain
2011 10% 8% karyawan masih ada yang masih tidak mengikuti prosedur dan peraturan kerja 2% Lain-lain
Sumber: PT. Inalum, Kuala Tanjung (2012)
Tabel 1.1 menunjukkan terjadinya kecelakaan kerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2008 dan 2010 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2009 dan 2011 mengalami penurunan. Banyak faktor penyebabnya, antara lain karena para pekerja tidak memenuhi aturan kerja, karyawan menganggap peosedur yang tidak jelas, dan lain hal. Namun tingkat kecelakaan yang diakibatkan karena karyawan tidak memenuhi aturan kerja pada perusahaan tersebut tidak begitu signifikan penurunannya. Peraturan yang diterapkan oleh perusahaan tidak dilaksanakan dengan benar oleh para pekerja, khususnya karyawan yang baru pertama kali masuk bekerja. Sehingga ada saja kecelakaan yang terjadi pada para pekerja, karena kelalaian mereka. Hal ini pun berdampak pada kinerja karyawan dalam menghasilkan keuntungan pada perusahaan tersebut. Data kinerja perusahaan dapat dilihat pada Tabel 1.2
(1)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis selama menjalankan kewajiban menuntut ilmu dan penyelesaian tugas akhir. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Strata-1 Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan yang mengangkat masalah ”Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung”. Selama melakukan penelitian dan penulisan laporan, penulis memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Terima Kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda, Achmad Yunus, dan Ibunda, Ariany. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE. ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Endang Sulistya Rini, SE. M.Si, selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dr. Yenni Absah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing. 5. Ibu Dra. Lucy Anna, M.Si, selaku Dosen Pembaca Penilai. 6. Kepada seluruh karyawan pada PT. Inalum Kuala Tanjung.
7. Kepada Ananda Fadly serta saudaraku Lilis Sahara, Wira Saki G, Arma Yunita, dan Choirul Umam.
8. Kepada seluruh staf Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi USU
Penulis,
Ira Waty Rahayu iii
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
LAMPIRAN... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Uraian Teoritis ... 6
2.1.1. Hubungan Industrial ... 6
2.1.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 7
2.1.2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 7
2.1.2.2 Program Kesehatan dan Keselamatan (K3)... 11
2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat K3 ... 15
2.1.3 Undang undang tentang K3 ... 15
2.1.4 Kinerja Karyawan ... 16
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan ... 16
2.2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan ... 18
2.2.4.3 Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan ... 19
2.1.5. Pengaruh Antara K3 dan Kinerja Karyawan ... 20
2.2. Penelitian Terdahulu ... .22
2.3. Kerangka Konseptual ... 24
2.4. Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Jenis Penelitian... 26
3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 26
3.3. Batasan Operasional... 26
3.4. Definisi Operasional ... 27
3.5. Skala Pengukuran ... 29
3.6. Populasi Dan Sampel ... 29
3.7. Jenis Data ... 30
3.8. Metode Pengumpulan Data ... 30
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31
(3)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1. Gambaran Umum ... 36
4.2. Hasil Penelitian ... 40
4.3. Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN...
(4)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1. Jumlah Kecelakaan Kerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung ... 3
1.2. Hasil Kinerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung ... 4
3.1. Operasionalisasi Variabel ... 30
3.2. Bobot Nilai Jawaban Atas Kusioner ... 31
4.1. Hasil Uji Validitas pada Responden ... 44
4.2. Hasil Uji Realibilitas pada Responden ... 45
4.3. Hasil Analisis Instrumen Metode Deskriptif ... 45
4.4. Jenis Kelamin Responden …… ………... 47
4.5. Usia Responden ………..………... 47
4.6. Lama Bekerja Responden ... 48
4.7. Pendidikan Responden ... 49
4.8. Status Responden ... 50
4.9. Hasil Uji Normalitas ... 52
4.10. Hasil Analisis Instrumen Heteroskedastisitas (Pendekatan Uji Statistik (Glejser) ... 53
4.11. Hasil Analisis Instrumen Multikolinearitas ... 55
4.12. Hasil Analisis Instrumen Analisis Regresi Berganda ... 56
4.13. Hasil Analisis Instrumen Uji F (Uji Serempak) ... 58
4.14. Tabel Hubungan Antar Variabel ... 59
4.15. Hasil Instrumen Koefisien Determinan ... 59
(5)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ... 27
4.1. Struktur Organisasi ... 42
4.2. Grafik Distribusi Normal ... 51
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Gambar Judul Halaman 1. Kuesioner ... 69 2. Data Peneletian ... 72 3. Hasil Penelitian ... 75