T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi dan Pola Komunikasi antara “Ayam Kampus” dalam Melayani Para Pengguna Jasa atau Klien T1 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abraham Maslow dalam teorinya tentang hirarki kebutuhan
mengungkapkan bahwa terdapat lima tingkatan kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan dimiliki dan
cintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam teori
tersebut, seks merupakan salah satu kebutuhan dasar fisiologis manusia yang
harus dipenuhi atau sebagai kebutuhan absolut seperti halnya makan dan
minum.
Selain
sebagai
suatu
kebutuhan
dasar,
Wijayanto
(2010)
menambahkan bahwa seks memiliki daya tarik yang luar biasa, terlebih lagi
kepada mereka yang belum pernah melakukannya. Wijayanto juga
mengatakan bahwa seks pada saat ini sudah menjadi komoditas industri
media khususnya media elektronik yang menyajikan aktualisasi seks secara
parsial maupun secara keseluruhan. Sebagai bagian dari kebutuhan dasar
manusia serta daya tarik tersendiri, seks dan cinta dapat menjadi komuditi
industri yang sangat luar biasa seperti halnya musik, film, tabloid, souvenir,
dan lainnya yang dalam proses perkembangannya mulai merambah masuk
dalam lingkungan pergaulan mahasiswa (Sulistyaningsih, 2010).
Seks dalam lingkungan pergaulan kampus dapat dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Syahrianti (2008) yang menunjukan bahwa 7
dari 10 mahasiswa telah melakukan hubungan seks tidak aman atau
melakukan hubungan badan dengan pasangannya. Hal tersebut menunjukan
bahwa fenomena perilaku seksual yang terjadi di lingkungan kampus
sangatlah tinggi. Angka perilaku seksual yang terjadi di lingkungan
mahasiswa juga dilaporkan dalam jurnal kesehatan masyarakat yang dirilis
pada tahun 2013 menyebutkan bahwa dari 100 remaja di Jabodetabek sekitar
54% pernah melakukan hubungan pra nikah, 47% di wilayah Surabaya, dan
52% di wilayah Medan. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa dari 1600
mahasiswi di Yogyakarta 37% diantaranya telah kehilangan kegadisannya
1
dengan tingkat kehamilan rata-rata 17% per tahun. Tingginya perilaku
seksual pra nikah dalam hasil penelitian di atas menunjukan bahwa kehidupan
seksual merupakan suatu fenomena yang dapat terjadi dilingkungan
pendidikan seperti halnya kampus.
Selain dari tingginya angka perilaku seksual yang terjadi dilingkungan
kampus, fenomena seksual lainnya yang terjadi dilingkungan kampus adalah
fenomena “ayam kampus”. “Ayam kampus” adalah istilah yang diberikan
kepada mahasiswi yang menyediakan jasa hubungan seks bebas dilingkungan
kampus. Wijayanto (2010) mengatakan bahwa mahasiswi yang menjadi
“ayam kampus” dilatar belakangi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
ekonomi, keterlibatan dengan narkoba, dan faktor perilaku seks sebagai
pelarian. Penyedia jasa hubungan seks dilingkungan kampus biasanya
menawarkan harga yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penyedia jasa seks di luar lingkungan kampus, yang tentunya dapat
memberikan penghasilan yang lumayan bagi mahasiswi tersebut.
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW Salatiga) sebagai salah
satu universitas yang memiliki mahasiswa dari berbagai latar belakang yang
berbeda, tentunya tidak lepas dari fenomena “ayam kampus”. Keberadaan
para “ayam kampus” pada umumnya sangat sulit diketahui secara kasat mata.
Secara penampilan, “ayam kampus” terlihat sama seperti mahasiswi pada
umumnya, aktif dalam kegiatan perkuliahan dan bergaul sebagaimana
mahasiswa pada umumnya. Keberadaan “ayam kampus” dilingkungan
kampus UKSW Salatiga dapat dikatakan sulit untuk diketahui. Hal ini
dikarenakan aktifitias “ayam kampus” yang dilakukan secara tersembunyi
sekaligus komersial. Aktifitas “ayam kampus” yang tersembunyi sekaligus
komersial tentunya bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, hal ini
dikarenakan para penyedia jasa seks “ayam kampus” adalah para mahasiswi
yang tahu bahwa jasa yang mereka jual atau komersialkan melanggar nilainilai sosial dan nilai-nilai keagamaan.
Aktifitas komersial tentunya memerlukan komunikasi interpersonal
atau komunikasi antar pribadi yang terjadi antara “ayam kampus” dengan
2
para pengguna jasa seks mahasiswi, Widjaja (2002) mengatakan bahwa
komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses pertukaran informasi serta
pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih dengan berbagai efek dan
umpan balik. Berdasarkan pemahaman tersebut, suatu pola komunikasi atau
strategi komunikasi antara penyedia jasa seks mahasiswi dengan pelanggan
menjadi sangat penting dalam mempertahankan pelanggan pengguna jasa
atau klien seperti yang diungkapkan Bunga (nama samaran) berikut ini, dalam
wawancara pada tanggal 9 Desember 2016,
“Saya tentunya milih-milih mas. Beberapa setelah diajak gituan masih
sering kontak-kontak lewat bbm atau WA. Biasanya mereka minta
lagi.”
Kutipan di atas menunjukan bahwa “ayam kampus” tidak hanya
menjalin komunikasi pada saat transaksi seks tetapi komunikasi tetap
berlanjut setalahnya. Hal ini
dilakukan untuk menjaga pelanggan yang
terbaik menurut “ayam kampus” untuk bisa kembali membeli jasa yang
ditawarkan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas tentang perilaku seks pada
mahasiswa serta fenomena “ayam kampus” penulis ingin melakukan kajian
tentang bagaimaan pola komunikasi antara para penyedia jasa seks
mahasiswa atau “ayam kampus” dengan para pengguna jasa atau klien yang
terjadi di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola komunikasi antara para penyedia jasa seks “ayam
kampus” dengan para pengguna jasa atau klien?
2. Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan para penyedia jasa seks
“ayam kampus” dengan para pengguna jasa atau klien?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pola komunikasi antara para penyedia jasa seks “ayam
kampus” dengan para pengguna jasa atau klien
2. Mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan para penyedia jasa seks
“ayam kampus” dengan para pengguna jasa atau klein
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
diharapkan dapat menambah referensi teoritis tentang pola
komunikasi dan strategi komunikasi yang terjadi di tengah
kehidupan sosial masarakat, khususnya komunikasi antara penyedia
jasa seks “ayam kampus” dengan para pengguna.
1.4.2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
pemahaman tentang penggunaan pola komunikasi dan strategi
komunikasi komunikasi antara para “ayam kampus” dengan para
pengguna jasa atau klien.
4
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abraham Maslow dalam teorinya tentang hirarki kebutuhan
mengungkapkan bahwa terdapat lima tingkatan kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan dimiliki dan
cintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam teori
tersebut, seks merupakan salah satu kebutuhan dasar fisiologis manusia yang
harus dipenuhi atau sebagai kebutuhan absolut seperti halnya makan dan
minum.
Selain
sebagai
suatu
kebutuhan
dasar,
Wijayanto
(2010)
menambahkan bahwa seks memiliki daya tarik yang luar biasa, terlebih lagi
kepada mereka yang belum pernah melakukannya. Wijayanto juga
mengatakan bahwa seks pada saat ini sudah menjadi komoditas industri
media khususnya media elektronik yang menyajikan aktualisasi seks secara
parsial maupun secara keseluruhan. Sebagai bagian dari kebutuhan dasar
manusia serta daya tarik tersendiri, seks dan cinta dapat menjadi komuditi
industri yang sangat luar biasa seperti halnya musik, film, tabloid, souvenir,
dan lainnya yang dalam proses perkembangannya mulai merambah masuk
dalam lingkungan pergaulan mahasiswa (Sulistyaningsih, 2010).
Seks dalam lingkungan pergaulan kampus dapat dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Syahrianti (2008) yang menunjukan bahwa 7
dari 10 mahasiswa telah melakukan hubungan seks tidak aman atau
melakukan hubungan badan dengan pasangannya. Hal tersebut menunjukan
bahwa fenomena perilaku seksual yang terjadi di lingkungan kampus
sangatlah tinggi. Angka perilaku seksual yang terjadi di lingkungan
mahasiswa juga dilaporkan dalam jurnal kesehatan masyarakat yang dirilis
pada tahun 2013 menyebutkan bahwa dari 100 remaja di Jabodetabek sekitar
54% pernah melakukan hubungan pra nikah, 47% di wilayah Surabaya, dan
52% di wilayah Medan. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa dari 1600
mahasiswi di Yogyakarta 37% diantaranya telah kehilangan kegadisannya
1
dengan tingkat kehamilan rata-rata 17% per tahun. Tingginya perilaku
seksual pra nikah dalam hasil penelitian di atas menunjukan bahwa kehidupan
seksual merupakan suatu fenomena yang dapat terjadi dilingkungan
pendidikan seperti halnya kampus.
Selain dari tingginya angka perilaku seksual yang terjadi dilingkungan
kampus, fenomena seksual lainnya yang terjadi dilingkungan kampus adalah
fenomena “ayam kampus”. “Ayam kampus” adalah istilah yang diberikan
kepada mahasiswi yang menyediakan jasa hubungan seks bebas dilingkungan
kampus. Wijayanto (2010) mengatakan bahwa mahasiswi yang menjadi
“ayam kampus” dilatar belakangi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
ekonomi, keterlibatan dengan narkoba, dan faktor perilaku seks sebagai
pelarian. Penyedia jasa hubungan seks dilingkungan kampus biasanya
menawarkan harga yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penyedia jasa seks di luar lingkungan kampus, yang tentunya dapat
memberikan penghasilan yang lumayan bagi mahasiswi tersebut.
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW Salatiga) sebagai salah
satu universitas yang memiliki mahasiswa dari berbagai latar belakang yang
berbeda, tentunya tidak lepas dari fenomena “ayam kampus”. Keberadaan
para “ayam kampus” pada umumnya sangat sulit diketahui secara kasat mata.
Secara penampilan, “ayam kampus” terlihat sama seperti mahasiswi pada
umumnya, aktif dalam kegiatan perkuliahan dan bergaul sebagaimana
mahasiswa pada umumnya. Keberadaan “ayam kampus” dilingkungan
kampus UKSW Salatiga dapat dikatakan sulit untuk diketahui. Hal ini
dikarenakan aktifitias “ayam kampus” yang dilakukan secara tersembunyi
sekaligus komersial. Aktifitas “ayam kampus” yang tersembunyi sekaligus
komersial tentunya bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, hal ini
dikarenakan para penyedia jasa seks “ayam kampus” adalah para mahasiswi
yang tahu bahwa jasa yang mereka jual atau komersialkan melanggar nilainilai sosial dan nilai-nilai keagamaan.
Aktifitas komersial tentunya memerlukan komunikasi interpersonal
atau komunikasi antar pribadi yang terjadi antara “ayam kampus” dengan
2
para pengguna jasa seks mahasiswi, Widjaja (2002) mengatakan bahwa
komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses pertukaran informasi serta
pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih dengan berbagai efek dan
umpan balik. Berdasarkan pemahaman tersebut, suatu pola komunikasi atau
strategi komunikasi antara penyedia jasa seks mahasiswi dengan pelanggan
menjadi sangat penting dalam mempertahankan pelanggan pengguna jasa
atau klien seperti yang diungkapkan Bunga (nama samaran) berikut ini, dalam
wawancara pada tanggal 9 Desember 2016,
“Saya tentunya milih-milih mas. Beberapa setelah diajak gituan masih
sering kontak-kontak lewat bbm atau WA. Biasanya mereka minta
lagi.”
Kutipan di atas menunjukan bahwa “ayam kampus” tidak hanya
menjalin komunikasi pada saat transaksi seks tetapi komunikasi tetap
berlanjut setalahnya. Hal ini
dilakukan untuk menjaga pelanggan yang
terbaik menurut “ayam kampus” untuk bisa kembali membeli jasa yang
ditawarkan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas tentang perilaku seks pada
mahasiswa serta fenomena “ayam kampus” penulis ingin melakukan kajian
tentang bagaimaan pola komunikasi antara para penyedia jasa seks
mahasiswa atau “ayam kampus” dengan para pengguna jasa atau klien yang
terjadi di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola komunikasi antara para penyedia jasa seks “ayam
kampus” dengan para pengguna jasa atau klien?
2. Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan para penyedia jasa seks
“ayam kampus” dengan para pengguna jasa atau klien?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pola komunikasi antara para penyedia jasa seks “ayam
kampus” dengan para pengguna jasa atau klien
2. Mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan para penyedia jasa seks
“ayam kampus” dengan para pengguna jasa atau klein
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
diharapkan dapat menambah referensi teoritis tentang pola
komunikasi dan strategi komunikasi yang terjadi di tengah
kehidupan sosial masarakat, khususnya komunikasi antara penyedia
jasa seks “ayam kampus” dengan para pengguna.
1.4.2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
pemahaman tentang penggunaan pola komunikasi dan strategi
komunikasi komunikasi antara para “ayam kampus” dengan para
pengguna jasa atau klien.
4