Membaca dan Nasionalisme Surutnya Bud

Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa
di SMK Negeri 1 Bondowoso

Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) tahun 2016
di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Bondowoso

Oleh:
Phia Meidyana Triwahono
Sifaul Munawaroh
Titik Siti Aisyah Wais Alkarni

SMK NEGERI 1 BONDOWOSO
Jalan HOS Cokroaminoto No. 110 Bondowoso
April 2016

Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa
di SMK Negeri 1 Bondowoso

Oleh:
Phia Meidyana Triwahono
Sifaul Munawaroh

Titik Siti Aisyah Wais Alkarni

SMK NEGERI 1 BONDOWOSO
Jalan HOS Cokroaminoto No. 110 Bondowoso
April 2016

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmatnya sehingga karya tulis ilmiah untuk mengikuti lomba
kepustakaan dapat terselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Citria Nilam Asri C.W. Sebagai pembimbing kami yang telah
membantu sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat waktu. Karya
tulis ilmiah yang berjudul “Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa di
SMK Negeri 1 Bondowoso”.
Terima kasih kami haturkan teruntuk panitia perpustakaan dan arsip
Bondowoso yang mengadakan lomba kepustakaan ini, karena melalui hal ini
kami memiliki kesempatan untuk mempelajari dan meneliti hubungan minat

membaca dan nasionalisme generasi muda yang menjadi tema kita kali ini.
Kami menyadari bahwa isi dari karya tulis ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami meminta maaf jika ada kata di dalam karya
tulis ini yang kurang berkenan. Kritik dan saran yang bersifat membangun
akan senantiasa kami terima untuk menjadi acuan agar lebih baik lagi dilain
waktu. Dan kami pun berharap semoga hasil makalah ini dapat berguna bagi
siapa pun yang membacanya.

Bondowoso, 20 April 2016
Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
Biodata..................................................................................................................iv
Lembar Orisinalitas Karya....................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4
2.1

Pembahasan......................................................................................4

2.1.1

Minat Membaca................................................................................4

2.1.2

Nasionalisme.....................................................................................6

2.1.3

Solusi................................................................................................9


BAB III PENUTUP.............................................................................................11
3.1 Kesimpulan............................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
LAMPIRAN........................................................................................................14

iii

BIODATA

Nama

:

Phia Meidyana Triwahono

Jenis Kelamin

:


Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir

:

Bondowoso, 16 Mei 1997

Sekolah

:

SMK Negeri 1 Bondowoso

Kelas / Jurusan

:

XII / Rekayasa Perangkat Lunak


Nama

:

Sifaul Munawaroh

Jenis Kelamin

:

Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir

:

Bondowoso, 7 Juli 1997

Sekolah


:

SMK Negeri 1 Bondowoso

Kelas / Jurusan

:

XII / Akuntansi 2

Nama

:

Titik Siti Aisyah Wais Alkarni

Jenis Kelamin

:


Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir

:

Bondowoso, 5 April 1998

Sekolah

:

SMK Negeri 1 Bondowoso

Kelas / Jurusan

:

XII / Akuntansi 1


iv

LEMBAR ORISINALITAS KARYA

Nama Penulis

:

1. Phia Meidyana Triwahono
2. Sifaul Munawaroh
3. Titik Siti Aisyah Wais Alkarni

Judul Karya Tulis Ilmiah

:

Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa
di SMK Negeri 1 Bondowoso.

Dengan ini kami menyatakan bahwa naskah karya tulis ilmiah yang kami

kirimkan betul-betul karya kami, tidak menjiplak (plagiat), belum pernah diterbitkan,
dan tidak diikutsertakan dalam lomba lainnya. Apabila dikemudian hari naskah ini
tidak sesuai dengan pernyataan di atas, kami bersedia dituntut secara hukum.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bondowoso, 20 April 2016
Penulis I,

Penulis II,

Penulis III,

Phia Meidyana T.
NIS 11391

Sifaul Munawaroh
NIS 11161

Titik Siti Aisyah W. A.

NIS 11170

Mengetahui,

Menyetujui,

KEPALA SEKOLAH

PEMBIMBING

Dra. Yuni Yekti Mumpuni, M.M
NIP 19570621 198103 2 008

Citria Nilam Asri Cipto Wijaya, S.Pd
NIP 19811129 200902 2 004

v

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Membahas tentang tanah air, tentu tidak akan melupakan kekuatan
nasionalisme. Sebuah pemahaman tentang kebangsaan yang mengandung makna
kesadaran dan semangat cinta tanah air. Suatu negara akan jatuh dan mati tanpa
adanya aliran nasionalisme pada detakan jantung setiap insan jiwa para
pendirinya. Namun, tidak perlu terkejut jika mendengar fakta saat ini, bahwa rasa
nasionalisme masyarakat kita kian memudar. Tidak perlu bukti ilmiah untuk
meyakinkan hal tersebut. Cukup dengan membuka mata, pasang telinga, dan
siapkan hati. Maka akan kita dapatkan fakta ironisnya negeri, yang mengoyak
nurani dalam diri.
Tidak perlu jauh untuk menganalisis kelunturan nasionalisme. Cukup kita
berpedoman pada ikrar suci sumpah pemuda yang merupakan janji temurun
pemuda kita terdahulu. Berjanji akan bertumpah darah satu, namun kita lihat saat
ini perpecahan saudara terjadi tidak hanya pada masyarakat awam, namun pada
mereka pun yang menjadi tokoh panutan agung di kancah pemerintahan. Berjanji
berbangsa satu, namun gairah kecintaan tidak lagi bergejolak pada budaya
bangsa, melainkan hidup dalam mode kebarat-baratan. Berjanji untuk
menjunjung bahasa nasional, namun merasa bergengsi jika lebih menguasai
bahasa asing, padahal belum sepenuhnya ia memahami bahasanya sendiri. Lebih
bangga akan milik orang lain, dan tidak sadar bahwa kita punya yang lebih dari
mereka. Itulah fakta pahit, yang tidak bisa kita elak. Lebih mengancamnya lagi,
generasi muda kitalah yang parah mengidap penyakit ini.
Salah satu pijakan awal untuk memperbaiki adalah dengan instropeksi, tidak
ada guna kita menyalahkan berbagai pihak, namun saatnya telunjuk mengarah
pada kita, dan di tangan kitalah perubahan bisa dimulai.
Kelunturan nasionalisme berawal dari kurangnya kesadaran akan identitas
diri. Dan kesadaran tersebut tidak akan tumbuh tanpa adanya wawasan yang
cukup, entah dari pengetahuan ataupun informasi. Dengan tidak adanya
wawasan, maka seseorang akan sulit berpikiran maju, jiwanya akan terkungkung
tidak bermuara. Akibatnya, ia akan mudah mengikuti arus kehidupan, dan tidak
memiliki filter baik dalam menyaring setiap hal baru yang diterimanya. Inilah
yang menjadi inti masalah, dan pada negara lah imbas akhirnya. Satu-satunya
tindakan untuk menanggulangi adalah penambahan wawasan pada masyarakat,

1

khususnya generasi muda yang menjadi punggung negara. Dengan adanya
peningkatan wawasan informasi dan ilmu pengetahuan, maka benih kesadaran
akan mulai tumbuh. Untuk menambah wawasan tentunya tidak ada cara lain
selain dengan membaca.
Membaca adalah jendela. Membaca adalah cakrawala. Membaca adalah
hirupan udara segar. Karena dengan membaca kita melihat dunia baru. Dengan
membaca kita mendapat naungan cahaya ilmu. Dengan membaca kita
memperoleh napas segar yang merasuk dalam jiwa.
Namun, realita paradokslah yang masih terjadi pada lingkungan kita. Harapan
manis yang terselip pada setiap lembaran buku telah menjadi hamburan angan
yang menguap, ketika ia tidak lagi tersentuh dan tertumpuk sia-sia.
Rendahnya minat baca pada masyarakat utamanya generasi muda kita,
bukanlah masalah yang sepele. Karena inilah yang menjadi cikal bakal titik
kemajuan daya pikir seseorang yang akan berdampak besar pada negara, ketika
populasi golongan rendah minat baca tersebutmenyaingi jumlah penduduk
Indonesia.Hal ini dibuktikan dengan hasil indeks nasional yang menyebutkan
bahwa indeks baca di Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks baca
negara maju berkisar antara 0,45 sampai dengan 0,62. Hasil tersebut
membuktikan bahwa Indonesia menjadi peringkat ketiga dari bawah untuk minat
baca (lihat sindonews.com, 19/09/13). Sangat memprihatinkan.
Menurut Prof. DR. Henry Guntur Tarigan membaca adalah bagian dari empat
komponen keterampilan berbahasa meliputi : Keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading
skills), keterampilan menulis (writing skills). Namun, membaca bukanlah
sekedar meningkatkan keterampilan berbahasa. Membaca adalah sebuah proses
pembaruan pikiran, dimana seseorang akan menerima suatu hal yang dapat
membantu terbentuknya sel otak baru dalam setiap penyerapan informasi. Dan
ini yang akan mempengaruhi cara berpikir.
Jika telah berpedoman pada dasar tersebut sudah jelaslah bahwa solusi untuk
memperbaiki nasionalisme adalah melalui buku. Melalui buku bisa kita kenal
negara kita lebih dalam, melalui buku kita mengenal budaya, melalui buku akan
merubah daya pikir kita untuk bisa memberikan sumbangsih pada negara. Lalu
bagaimana minat membaca di daerah? jawabannya adalah tidak jauh berbeda

2

dengan tingkat nasional. Pada karya tulis ini kami memberikan contoh nyata
pada sebuah sekolah di SMKN 1 Bondowoso. Dimana kita temukan fakta bahwa
minat baca siswa dan pengunjung perpustakaan sekolah masih rendah. Dan hal
ini yang akan menjadi pembangkit picuan masalah-masalah lain.
Disaat minat baca berkurang maka kesadaran kewajiban sebagai seorang
pelajar juga mengalami degradasi. Ia tidak lagi memaknai dalam arti seorang
pembelajar. Jika kurangnya kesadaran akan kewajiban yang sedang diemban
saja, maka jangan harap ia bisa menjadi bekal dan aset bagi negara. Sedemikian
pentingnya membaca, karena hanya dengan cara tersebut kita bisa turut menjadi
kontributor bagi bangsa, tidak melulu menjadi beban yang memalukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan pada karya tulis ini adalah :
1) Bagaimana kondisi minat membaca buku peserta didik di SMK Negeri 1
Bondowoso?
2) Bagaimanan hubungan minat membaca buku dan nasionalisme peserta didik
di SMK Negeri 1 Bondowoso?
3) Bagaimana cara meningkatkan minat membaca buku bagi peserta didik di
SMK Negeri 1 Bondowoso demi membangun nasionalisme yang lebih baik?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Karya tulis ilmiah dengan judul “Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta
Bangsa di SMK Negeri 1 Bondowoso” ini disusun dengan tujuan :
1.3.1 Tujuan Umum :
1) Untuk mengetahui minat membaca buku peserta didik di SMKN 1
Bondowoso.
2) Menganalisis tingkat nasionalisme peserta didik di SMKN 1 Bondowoso
melalui tes sederhana.
3) Memberikan solusi melalui program kegiatan yang menunjang minat baca
dan nasionalisme peserta didik di SMKN 1 Bondowoso.
1.3.2 Tujuan Khusus :
Selanjutnya kami berharap setelah membaca dan memahami karya ini
para pelajar lebih terbuka hatinya untuk meningkatkan minat baca dan
melakukan sesuatu yang mencerminkan sikap nasionalisme serta
meninggalkan hal-hal yang bisa mengganggu kestabilan negara.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, pembahasan penelitian ini
meliputi : 1) Kondisi minat membaca buku peserta didik di SMK Negeri 1
Bondowoso 2) Hubungan minat membaca buku dan nasionalisme peserta didik
di SMK Negeri 1 Bondowoso 3) Cara meningkatkan minat membaca buku bagi
peserta didik di SMK Negeri 1 Bondowoso demi membangun nasionalisme yang
lebih baik.
2.1.1 Minat Membaca
Membaca bukanlah sekadar sebuah keterampilan. Lebih dari itu, membaca
adalah sebuah kegiatan kreatif. Saat membaca,

seseorang berdialog dengan

dirinya sendiri, dengan tokoh-tokoh yang terkandung di dalam bacaan, saling
mengasah intelek dengan pengarang dalam bayang-bayang rasa ingin tahu,
terciptanya sanggahan kritis untuk meluruskan kegelisahan dan menjaring
gagasan baru.1
Skenario hari ini menunjukkan bahwa budaya membaca buku mulai luntur di
kalangan generasi muda. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu luang
mereka dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Seperti cangkruan, menonton
tv, mendengarkan radio, fb-an, internetan dan lain-lain. Hanya sedikit dari
mereka yang meluangkan waktunya untuk membaca buku. Untuk mengerjakan
tugas sekolah saja, siswa lebih memilih untuk mencari contoh jadi dari internet,
tanpa harus mencari referensi dari buku terlebih dahulu. Mereka menganggap
dengan browsing di internet semua data yang mereka perlukan terpenuhi dan
mereka bisa menyelesaikan tugas mereka dengan mudah dan cepat.
Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi,
salah satunya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar adalah kekuatan mental
yang menjadi penggerak siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Pada penelitian ini, minat membaca menjadi salah satu bagian penting
untuk mengetahui sejauh mana rasa nasionalisme peserta didik. Pada penelitian
ini, pengukuran minat baca peserta didik diperoleh melalui angket motivasi yang
diisi langsung oleh peserta didik sebagai objek penelitian. Hasil analisis angket

1 Nadeak Wilson, Membaca, Menulis, dan Tradisi (Jakarta: Kompas, 2005), hlm. 10

4

minat baca yang diberikan menunjukkan bahwa minat baca peserta didik di
SMKN 1 Bondowoso masih rendah.
Dalam penelitian ini, angket penjaring minat baca yang digunakan bersifat
tertutup, namun dalam pengisiannya bersifat bebas. Dalam arti, peserta didik
bebas memilih jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan apa yang dirasakannya selama proses pembelajaran berlangsung.
Berikut tabel rincian hasil angket penjaring minat baca :
PAKET KEAHLIAN

JUMLAH
SAMPEL

MINAT BACA
SUKA
TIDAK

Administrasi Perkantoran

37

17

20

Akuntansi

29

6

23

Multimedia

21

7

14

Perbankan

26

14

12

Rekayasa Perangkat Lunak

42

23

19

Tata Niaga

29

14

35

Teknik Komputer Jaringan
Teknik Produksi, penyiaran dan

25

8

17

pertelevisian

42

8

34

251

97

174

TOTAL

Dari jawaban yang didapat dari angket penjaring minat baca peserta didik
diperoleh hasil yang menyimpulkan bahwa peserta didik kurang berminat dalam
membaca dengan alasan sebagai berikut:
(1) Membaca adalah kegiatan yang membosankan.
(2) Membaca membuat mereka mengantuk.
(3) Membaca adalah hiburan saat dihampiri rasa bosan.
(4) Membaca hanya dilakukan pada saat ada tugas dan ujian.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa minat baca pada objek penelitian,
yakni peserta didik kelas X dan XI di SMKN 1 Bondowoso. Masalah lunturnya
budaya baca harus dipandang sebagai masalah serius dan harus dicarikan
solusinya, karena masalah ini berkaitan erat dengan masa depan bangsa dan
Negara. Seperti yang diungkap Daoed Joesof: Manusia perseorangan mungkin
bisa bertahan hidup tanpa membiasakan diri untuk membaca tanpa berbudaya
baca.

5

Namun sebuah demokrasi hanya akan berkembang apalagi survive, yang
para warganya adalah pembaca, adalah individu-individu yang perlu untuk
membaca, bukan sekedar penggemar dan gemar berbicara.2
Sangat miris rasanya, ketika melihat generasi muda sebagai tulang
punggung yang mengemban masa depan bangsa tapi tidak gemar membaca.
Karena sejatinya, membaca identik dengan ilmu pengetahuan, suatu aspek
peradaban manusia yang utama dalam menuntun dan mengantarkan manusia
untuk dapat mengembangkan kehidupannya.
2.1.2

Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan
satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai
tujuan atau cita cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan
nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal
maupun eksternal.3
Pada era globalisasi saat ini, nasionalisme generasi muda semakin
meluntur. Tak sedikit generasi muda yang menganggap budaya barat lebih
modern dibandingkan budaya sendiri. Tidak ada lagi keinginan untuk
melestarikan budaya-budaya bangsa. Ingatan tentang masa masa sejarahpun
memudar.
Untuk mengetahui rasa nasionalisme, diadakan penelitian pada peserta
didik SMKN 1 Bondowoso. Penelitian ini dilakukan dengan menunjukkan
gambar

pahlawan,

tanggal

peringatan

hari

besar

nasional

dan

memperdengarkan lagu, baik nasional maupun daerah. Peserta didik harus
menjawab nama pahlawan, hari nasional dan judul lagu yang diberikan secara
acak. Bagi peserta didik yang mengetahui jawabannya, wajib mengangkat
tangan dan dalam hitungan ketiga mereka harus menjawab bersama-sama.

2 Daoed Joesof, Budaya Baca (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) hlm. 85
3 Wikipedia bahasa Indonesia

6

Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut :
KELAS

KATEGORI

GAMBAR
PAHLAWAN

HARI
BESAR

TEBAK
LAGU

Cut Nya' Dien
Martha Cristina Tiahahu
Dewantara
Sultan Hasanuddin
19 Desember
1 Oktober
17 Mei
2 Mei
Cublak-Cublak Suweng
Sajojo
Tanah Airku
Indonesia Pusaka

X
17
0
10
2
1
5
0
8
9
1
8
9

XI
18
0
7
4
0
8
0
8
8
5
8
7

Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa rasa nasionalisme peserta
didik masih rendah. Terbukti dari hasil yang sangat minim tentang
pengetahuan dasar kebangsaan, kita mengambil sampel peserta didik kelas X
dengan jumlah 54 dan kelas XI berjumlah 50, tak sampai separuh yang bisa
menjawab. Salah satu hal yang menyebabkan rasa nasionalisme ini rendah
yakni kurangnya minat mereka untuk membaca. Sebagai contoh adalah
gambar pahlawan, dari SD hingga SMK ini bahkan hingga perguruan tinggi,
gambar pahlawan tidak akan berubah. Gambar pahlawan pasti memiliki ciri
khas seperti Sultan Hasanuddin yang memiliki rambut panjang terurai dengan
ikat kepala. Sehingga tidak sulit untuk mengingat pahlawan jika kita sering
membaca.
Membaca dapat membuka mata kita akan pentingnya membawa bangsa
lebih maju. Mengubah pikiran kita menjadi lebih luas lagi. Memiliki sumber
informasi agar kita tidak terbawa oleh arus negatif globalisasi. Membaca
dapat mempengaruhi kualitas suatu bangsa. Jika minat membaca kita rendah
maka kualitas bangsa kita juga akan menurun.
Seperti penggalan pidato Soekarno pada Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia ke-21 “bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah
melupakan sejarah bangsanya sendiri”. Bila generasi muda menghargai
sejarah, maka hal ini dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi.
Karena mengingat gigihnya

para pejuang yang telah mengorbankan

segalanya untuk merebut kemerdekaan. Tidak pernah mengenal panas terik
dan hujan lebat demi kemajuan bangsa.

7

Pada generasi muda utamanya pelajar jika kita lihat sekarang terjadi
kemerosotan yang mencolok pada mereka akan nasionalisme. Entah dari sisi
wawasan dasar kebangsaan, dari kebanggaan terhadap bahasanya, dan yang
lebih parah lagi rasa persatuan melalui kepeduliannya terhadap sesama yang
tak lagi setenteram zaman kakek nenek kita. Itulah jati diri bangsa yang telah
luntur tertelan arus kehidupan. Arti membangun nasionalisme bukanlah
kewajiban untuk turut mengangkat senjata demi terlibat perang melawan
penjajah, bukanlah menyumbang sekian juta rupiah untuk kebutuhan negara.
Bukan. Negara tidak membutuhkan itu. Yang kita butuhkan saat ini hanyalah
generasi muda berkualitas yang mampu menjadi aset terbaik bagi negara.
Itulah yang Indonesia butuhkan, dan pada genggaman tangan kitalah semua
akan terwujud.
Menjadi generasi muda yang dapat diandalkan sejatinya bukanlah hal
yang sulit, terlebih status kita masih sebagai pelajar. Cukup dengan membaca
buku, kita akan menjadi kontributor bagi negara. Bagaimana bisa ? karena
dari bukulah kita bisa meningkatkan kualitas diri. Kualitas diri dapat terlihat
dari bagaimana kita berpikir, bertindak dan berucap. Jika kualitas diri generasi
muda bisa menjadi panutan, maka negara akan kehilangan masalah
terbesarnya. Itulah sebenarnya kunci dasar untuk bisa memajukan negara kita
lebih baik. Dengan melalui buku kita buka mata, buka hati, buka pikiran,
hingga akhirnya kita akan membuka dunia dari jiwa yang sebelumnya
terkungkung dan picik, menjadi terbuka lebar ditengah cakrawala.

8

2.1.3 Solusi
Gembok tidak akan pernah dibuat tanpa kunci. Begitupun dengan masalah,
tidak akan pernah ada tanpa solusi. Jika pada pembahasan sebelumnya sudah
terjabar jelas, bahwa minimnya tingkat rasa nasionalisme dikarenakan
kurangnya kesadaran akan identitas bangsa, maka dengan penambahan
wawasan melalui media baca, bisa turut membantu membangkitan rasa itu
kembali. Dengan mengingat buku, membuka buku, dan juga memahaminya
kita akan banyak mengenal hal baru. Dari situlah pikiran kita akan lebih
terbuka, hati kita lebih merasa, dan jiwa kita akan berprinsip, sehingga tidak
akan mudah mengikuti arus kehidupan yang semu.
Demi meningkatkan rasa nasionalisme yang masih rendah di SMKN 1
Bondowoso, maka salah satu cara untuk menumbuhkannya adalah dengan
meningkatkan minat membaca buku pada seluruh warga sekolah, khususnya
bagi peserta didik. Namun, hal itu tidak akan mungkin berhasil jika sekonyongkonyong langsung diadakan program yang memberatkan. Semua hal
membutuhkan proses, begitupun rasa cinta. Maka prinsip yang harus dipegang
adalah “bisa karena terbiasa”. Dengan cara membiasakan, maka budaya akan
tercipta. Jika budaya telah menjadi hal yang lumrah, maka rasa cinta tidak akan
menjadi rasa yang asing.
Proses tahap demi tahap yang kami solusikan guna memberi segumpal
pembangkit nasionalisme disini adalah :
1. Program “LIMARI” atau lima belas menit perhari untuk membaca buku.
Lima belas menit bukan waktu yang lama bagi seorang yang gemar
membaca, namun waktu itu cukup bagi seorang pemula untuk mulai
menumbuhkan rasa suka. Lima belas menit namun setiap hari. Jika hanya
dengan pampangan slogan, poster, brosur perpustakaan yang mengajak
untuk membaca mereka tidak menghirau, maka cara dengan tindakan
langsung yang harus diterapkan. Musuh terbesar untuk bisa melakukannya
adalah malas. Maka cara untuk memeranginya adalah dengan dipaksa.
Bukan tujuan untuk memberatkan, namun demi membiasakan. Sasaran
program ini adalah seluruh warga sekolah, baik peserta didik maupun guru.
Target waktunya adalah setiap pagi, sebelum materi pelajaran jam pertama
dimulai. Penambahan waktu lima belas menit sebelum pemberian materi
oleh guru digunakan untuk membaca buku bebas yang bermanfaat. Boleh
mereka membawanya dari rumah ataupun meminjam dari perpustakaan
sebelumnya. Target tempat pelaksanaan adalah di kelas peserta didik

9

masing-masing dengan adanya pengawasan dari guru pengajar jam pertama
yang harus hadir di kelas dan turut mengikuti program ini juga.
2. Program “SIKNAL” atau musik nasional. Kegiatan program ini adalah
pemutaran lagu-lagu nasional setiap pagi di sekolah dari pukul 06.00 pagi
hingga

program

“LIMARI”

dimulai.

Tujuannya

adalah

untuk

membangkitkan nasionalisme, dan turut mewarnai semangat pagi yang
masih melekat. Karena sangat ironis adanya jika pada saat berangkat
sekolah saja perasaan pesimis dan kurangnya motivasi yang telah hinggap
dan mengendap. Mendengarkan musik dapat memicu peningkatan mood dan
suasana hati. Para peneliti di McGill University di Montreal menunjukan
bahwa mendengarkan musik yang menyenangkan memicu pelepasan
hormon bahagia yaitu dopamin, dan juga dapat membantu lebih fokus.
Dengan mendengarkan lagu nasional, selain mendatangkan manfaat biologis
pada otak, ia juga bisa menjadi faktor pembangkit nasionalisme. Sering
mendengarkan lagu nasional maka secara tidak langsung kita akan hafal
tanpa harus menghafalnya. Jika jiwa dan pikiran kita dirasuki hal-hal
tersebut, maka tak perlu heran jika nasionalisme akan mengalir sendiri
dalam darah jiwa generasi muda kita.
3. Pampangan slogan, poster, dan papan motivasi. Banyak kita temui di SMKN
1 Bondowoso pampangan slogan, poster, dan papan motivasi, tapi banyak
dari pampangan tersebut yang kurang mencerminkan Indonesia. Seperti
halnya slogan, poster yang lebih banyak menggunakan bahasa asing
daripada bahasa sendiri. Hal ini remeh, namun tanpa kita ketahui langsung
persepsi kita akan terbentuk dari hal-hal tersebut, dari kurangnya
kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia, dan bahkan jika telah parah kita
tidak akan tahu bagaimana cara menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar untuk lingkup formal. Hal ini, juga menjadi salah satu racun
nasionalisme. Kita boleh menguasai bahasa asing, wajib memelihara bahasa
daerah, namun tetap utamakan Bahasa Indonesia, karena itu salah satu
pemersatu bangsa.

10

BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Simpulan dari karya tulis ini adalah :
1) Minat membaca buku peserta didik di SMKN 1 Bondowoso masih rendah.
2) Tingkat nasionalisme peserta didik di SMKN 1 Bondowoso masih kurang.
3) Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah
melaksanakan program limari, siknal dan membenahi penggunaan bahasa
pada media luar ruangan di sekitar sekolah.
3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, peneliti memberikan saran :
1) Secara umum :
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif perbaikan
pengembangan

pembelajaran

terutama

pembelajaran

sejarah

yang

menekankan pada peningkatan minat baca dan rasa nasionalisme di SMKN
1 Bondowoso atau sekolah lain yang berlatar belakang sama atau setaraf
dengan SMK dalam penelitian ini.
2) Secara khusus saran tersebut ditujukan kepada guru dan peneliti.
a. Saran Untuk Guru
Bagi para guru sebelum memulai pembelajaran pertama, diharapkan
bisa menjadi panutan bagi peserta didik untuk membaca buku 15 menit,
sehingga dapat diterapkan metode atau strategi yang tepat bagi peserta
didik dalam meningkatkan minat baca. Karena tindakan lebih mudah
untuk dicerna oleh peserta didik dibandingkan dengan perkataan atau
bahkan hanya dengan slogan yang terpampang.
b. Saran Untuk Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan diharapkan dapat menjadi fasilitator bagi peserta didik
yang mumpuni. Sarana dan prasarana harus memadai. Buku-buku yang
disediakan juga harus beragam agar minat baca peserta didik dapat
meningkat. Perpustakaan juga dapat memperdengarkan lagu-lagu
nasional ataupun daerah agar nasionalisme peserta didik juga
meningkat.
c. Saran Untuk Peneliti Lanjutan
Diharapkan kepada peneliti yang akan mengadakan penelitian serupa,
hendaknya dapat menindaklanjuti penelitian ini agar lebih menitik

11

beratkan pada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangannya.
Kelemahan tersebut hanya memfokuskan penelitian pada aktivitas siswa
pada saat pembelajaran. Padahal aktivitas guru dalam kegiatan belajarmengajar juga sangat menentukan keberhasilan suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Sebab guru merupakan pemerhati yang mengetahui setiap
perkembangan siswa dan sebagai pengajar yang sebenarnya.

12

DAFTAR PUSTAKA

Joesof, Daoed. 2004. Budaya Baca. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung. Angkasa.
Wilson, Nadeak. 2005. Membaca, Menulis, dan Tradisi. Jakarta. Kompas.
http://jurnalilmiahtp.blogspot.co.id/2013/12/minat-baca-penentu-kualitasbangsa.html, diakses tanggal 18 April 2016 pukul 04.08 WIB.
https://www.academia.edu/9826468/MINAT_BACA_RENDAH_AKAR_PERSOAL
AN_DAMPAK_SOSIAL_KULTURAL_JALAN_KELUAR, diakses tanggal 18
April 2016 pukul 04.19 WIB.
https://arindhaayuningtyas.wordpress.com/2012/05/03/lunturnya-nasionalismebangsa-indonesia/, diakses tanggal 18 April 2016 pukul 04.55 WIB.
http://sumpahpemuda.org/, diakses tanggal 18 April 2016 pukul 05.12 WIB.
http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/manfaat-mendengarkan-musik-bagikesehatan-dan-otak.html, diakses tanggal 20 April 2016 pukul 05.46 WIB.
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/, diakses tanggal 18 April 2016 pukul
18.30 WIB.

13

LAMPIRAN



Angket Penjaring Minat Baca peserta didik SMKN 1 Bondowoso



Foto CCTV kegiatan peserta didik SMKN 1 Bondowoso ketika waktu
luang

Keterangan : Banyak dari mereka yang lebih suka melakukan kegiatan yang
kurang bermanfaat, seperti mengobrol bersama teman, bermain games online,
daripada membaca buku.

14



Penelitian wawasan dasar kebangsaan peserta didik SMKN 1
Bondowoso

15