Karya Ilmiah Tentang Tafsir Tawil dan te

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an/Hadits

TAFSIR DAN TA’WIL SERTA TERJEMAH
Di
s
u
s
u
n
oleh
Ahmad Zaman Huri (150203152)
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris
Dosen Pembimbing : Asnawiyah, S.Ag., M.A.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ARRANIRY
BANDA ACEH 2015

A. PENDAHULUAN
Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. 1 Di samping itu, dalam ayat dan
surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat)
dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik

dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan
mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap
petunjuk al Qur`an tersebut.
Al Qur`an adalah Kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan
media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh
Allah swt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian Al Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta
Allah Azza wa Jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat
sana.
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal, yang diturunkan oleh Allah kepada
Rasulullah Muhammad saw, sebagai bukti besar atas kenabian. Di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan yang sedemikian luasnya, yang apabila ditelaah dan dipelajari, akan memberikan
penerangan serta membimbing manusia menuju jalan yang lurus.
Keindahan dan kesempurnaan bahasa Alqur'an tidak tertandingi oleh siapapun mahkhluq
di alam semesta. Bahkan Allah pernah menantang manusia untuk membuat kalimat yang sepadan
keindahannya dengan Alqur'an dengan firman-Nya :

‫عوا‬
‫ووهإن عكنتعدم هفي وري د ة‬
‫عدبهدونا وفأ دعتوا هبعسوورةة همن هممثدل ههه ووادد ع‬

‫عولى و‬
‫ب هم موما ن ومزول دونا و‬
‫عشوهودآوءعكم هممن عدوهن الل موهه هإن عكنتعدم وصاهدهقيون‬
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar ( Q.S Al baqarah : 23 )

1 Alqur’an, Q.S: 2 Ayat 185

Tafsir al-Qur’an berkembang mengikuti irama perkembangan masa dan memenuhi
kebutuhan manusia dalam suatu generasi. Tiap-tiap masa dan generasi menghasilkan tafsir-tafsir
al-qur’an yang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan generasi itu dengan tidak menyimpang
dari hukum-hukum agama.
B. Pengertian Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah

1. Tafsir
Tafsir menurut bahasa diambil dari kata fassara-yufassiru yang berarti menjelaskan, atau
dari kata fasrun yang berarti membuka, membedah sesuatu yang rumit, secara linguistic tafsir
dapat diartiakan usaha membedah problem yang rumit untuk bisa dimengerti oleh orang lain.
Pada dasrnya penertian tafsir menurut bahasa tidak lepas dari kandungan makna al-idhah
(menjelaskan), al-bayan ( menerangkan), al-kasyf ( mangungkapkan).2

Sedangkan Menurut istilah:


Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keaaannya, kisahnya, dan sebab
yang karenanya ayat diturunkan, dengan lafat yang menunjukkan kepadanya dengan
jelas sekali.



Menurut az-Zarkazyi, ialah suatu pengetahuan yang dengan pengetahuan itu dapat
dipahamkan kibullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjelaskan
maksud-maksudnya mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya.



Menurut al-Kilbyi ialah mensyarahkan al-qur’an, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun
dengan najwahnya.




Menurut Syeikh Thorir, ialah mensyarahkan lafad yang sukar difahamkan oleh
pendengan dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan menyebut muradhifnya atau
yang mendekatinya atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan
(petunjuk).3

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para Ulama diatas, disa disimpulkan tafsir
berarti keterangan mengenai makna yang dimaksudkan dalam alqur’an baik dalam kerangka
2 Manna’ Khalil Qaththan, Mabahits Fii Ulumil Qur'an, Op.cit Hal. 313
3 Drs. Mashuri Sirojuddin Iqbal, Pengantar Ilmu Tafsir. Angkasa, Bandung. 1989.hal . 86

pemikirnya masing-masing atau berpatokan pada riwayat dan pengetahuan seseorang. Ilmu tafsir
di definisikan sebagai ilmu yang membahas tentang cara mengungkapkan lafadz-lafadz alQur’an, dalil-dalil yang dikemukakannaya, hukum-hukumnya baik yang bersifat spesifik
maupun sistematik serta makna-maknanya yang diungkapakn dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
Secara umum para ulama telah membagi tafsir menjadi dua bagian yaitu:


Tafsir bi al-riwayah, atau disebut juga dengan tafsir bi al-ma’tsur


Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang bersumber dari nashnash, baik nash al-Qur’an, sunnah Rasulullah saw, pendapat (aqwal) sahabat, ataupun perkataan
(aqwal) tabi’in. Dengan kata lain yang dimaksud dengan tafsir bi al-ma’tsur adalah cara
menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an, menafsirkan ayat Al Qur’an dengan sunnah,
menafsirkan ayat al-Qur’an dengan pendapat para sahabat, atau menafsirkan ayat al-Qur’an
dengan perkataan para tabi’in.
Tafsir bi Al ma'tsur secara umum terbagi menjadi 3 yaitu :
 Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
 Tafsir Al-Qur’an dengan As-Sunnah/Hadits
 Tafsir Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat
Tafsir bil ma’tsur inilah yang wajib diikuti, diambil dan dipegangi, karena tafsir inilah jalan
ma’rifah yang sahih dan metode yang dikenal. Inilah tafsir yang tidak mungkin menyelewengkan
dalam kitabullah.
Beberapa kitab tafsir bil ma`tsuur yang terkenal diantaranya:
 tafsir Ibnu Abbas
 tafsir at Thabari
 tafsir Ibnu ‘Atiyyah
 tafsir Ibnu Katsir




: Tanwiirul Miqbas min Tafsiiri Ibn Abbas,
: Jamii’ul Bayaan fii Tafsiiril Qur`an,
: Muharrarul Wajiiz fi Tafsiiril Kitaabil ‘Aziz,
: Tafsiirul Qur`aanul ‘Azhiim.

tafsir bi al-dirayah atau disebut juga dengan tafsir bi al-ra’y.

Cara penafsiran bil ma’qul atau lebih populer lagi bir ra`yi menambahkan fungsi ijtihad
dalam proses penafsirannya, di samping menggunakan apa yang digunakan oleh tafsir bil
ma`tsuur. Penjelasan-penjelasannya bersendikan kepada ijtihad dan akal dan berpegang teguh
kepada prinsip-prinsip bahasa Arab dan adat-istiadat orang Arab dalam mempergunakan
bahasanya.
Husayn al Dhahaby menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tafsir bir ra`yi adalah
penafsiran al Qur`an atas dasar ijtihadnya yang berlandaskan pengetahuannya tentang penuturan
bangsa Arab dan arah pembicaraan mereka serta pengetahuannya tentang lafal bahas Arab dan
makna yang ditunjukkannya dengan menjadikan syair jahily sebagai acuan dan panduannya.
Meskipun demikian, lanjut al Dhahaby, asbaabun nuzuul, naasikh wa mansuukh, dan alat bantu
lainnya merupakan pengetahuan-pengetahuan yang tetap harus dikuasai dan digunakan dalam
penafsiran ini.
Menurut Manna’ Khalil Qaththan menafsirkan al qur`an dengan akal dan ijtihad semata tanpa

ada dasar yang sahih adalah haram, tidak boleh dilakukan. Menurutnya, cara penafsiran seperti
ini dilakukan oleh mayoritas ahli bid’ah dan madzhab batil dalam rangka melegitimasi
golongannya dengan memelintir ayat-ayat al Qur`an agar sesuai dengan kehendak hawa
nafsunya.
Corak Tafsir dengan ra’yi (pikiran) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
 Tafsir dengan pikiran yang tercela (madzum / mardud)
 Tafsir dengan menggunakan pikiran yang terpuji (mahmudah / maqbul)
Para Ulama bersepakat bahwa persyaratan yang harus dipenuhi bagi seorang mufassir adalah
sebagai berikut:
 Ilmu Bahasa; untuk mengetahui kosa kata dan maknanya
 Ilmu Nahwu; untuk mengetahui perubahan suatu kata
 Ilmu Tashrif; untuk mengetahui perubahan bentuk kata dan maknanya.
 Ilmu Isytiqaq; untuk mengetahui dasar pembentukan akar kata
 Ilmu Balaghah; untuk mengetahui keistimewaan susunan kalimat
 Ilmu Qira’ah untuk menentukan qiraat yang lebih sesuai dengan arti
 Ilmu Ushuluddin ; untuk mengetahui dalil-dalil sebagai pembuktian dari al-Qur’an

 Ushul Fiqh; untuk mengistimbathkan hukum dari dalil-dalilnya.
 Asbabun an-Nuzul; untuk mengetahui maksud ayat dalam sejarah turunnya
 Ilmu Nasikh Mansukh; untuk mengetahui ayat-ayat yang muhkam

 Ilmu Fiqh; untuk mengetahui pandangan-pandangan para fuqaha
 Ilmu Hadits; agar tidak mudah terbawa oleh arus cerita Israliyat

2. TA'WIL
Menurut bahasa Ta’wil di ambil dari kata Awwala – Yuawwilu – Ta’wilan : kembali
kepada asalnya.4 Ada pula yang mengatakan bahwa ta’wil berasal dari akar kata “Al ‘Aulu” yang
berarti “Ar Ruyu”, yaitu “kembali”. Dikatakan pula bahwa ia diambil dari kata “Al-Ayalah”,
yang berarti “As-Siya sah”, yakni mengatur, seakan-akan mengatur-atur kalimat, menimbangnimbangnya, membolak-balikannya untuk memperoleh arti dan maksudnya.

Adapun Ta’wil menurut istilah ulama salaf yaitu menegaskan yang dimaksud ada dua
macam, yaitu:


Ta’wil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya, baik arti tersebut sama
dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun berlawanan.



Ta’wil adalah Esensi dari apa yang dikehendaki oleh suatu kalimat. Maka apabila kalimat
itu berupa tuntutan, maka ta’wilnya adalah esensi dari perbuatan yang dituntut, dan jika

berupa rangkaian kalimat berita maka ta’wilnya adalah esensi dari suatu yang
diberitakan.5

Dalam definisi lain ta’wil secara bahasa berasal dari kata ”aul” yang berarti kembali keasal,
atas dasar ini maka ta’wil secara istilah diartikan menjadi dua makna yaitu :
Pertama , ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang kepadanya mutakallim
(pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau suatu makna yang yang
kepadanya suatau kalam dikembalikan . dan kalam itu kembali dan merujuk kepada makna
hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud.
4 Kahar Masykur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka cipta, 1992), hlm 160
5 Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, (Bandung: Pustaka Setya, 1997), hlm 51

Kedua, ta’wil kalam dalam arti menafsirkan dan menjelaskan maknanya.
3. Terjemah
Secara lafazh tarjamah dalam bahasa Arab memiliki arti mengalihkan pembicaraan (kalam)
dari satu bahasa ke bahasa lain. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam Kamus Lisan Al Arab :
“Yang dimaksud dengan turjuman (dengan menggunakan dhammah) atau tarjuman (dengan
fathah) adalah yang menterjemahkan kalam (pembicaraan), yaitu memindahkannya dari satu
bahasa ke bahasa yang lain”.6
Sedangkan pengertian tarjamah secara terminologis, sebagaimana didefinisikan oleh

Muhammad ‘Abd al-’Azhim al Zarqani sebagai berikut:
Tarjamah ialah mengungkapkan makna kalam (pembicaraan) yang terkandung dalam suatu
bahasa dengan kalam yang lain dan dengan menggunakan bahasa yang lain (bukan bahasa
pertama), lengkap dengan semua makna-maknanya dan maksud-maksudnya.7

Terjemah dibedakan menjadi dua macam yaitu :


Terjemah Harfiyah
Terjemah ini mustahil dilakukan dalam Al-Quran apabila dilakukan maka penggantian

huruf atau kalimat dari bahasanya akan menghilangkan kemukjizatnya, sehingga tidak lagi bisa
disebut Qur’an.
Terjemah Tafsiriyah/ Ma'nawiyah


Terjemah Tafsiriyah adalah terjemah dengan bahasa selain bahasa Al-Qur’an dengan

bahasa arab maupun bahaa lainnya. Terjemah semacam ini tetap mencantumkan bahasa aslinya
dan menggunakan pemisah antara Al-Qur’an dengan terjemahannya.

Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa tentu mengetahui bahwa
terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak mungkin dapat dicapai dengan
6 Muhammad Abdul Adhim Al Zarqani, Manahilul Irfan fii Ulumil Qur'an, Dar Al Fikr Beirut, tth, Juz.2 hal. 109
7 Ibid. hal. 110

baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan. Sebab
karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagian-bagian
kalimatnya.8
Ada beberapa pembagian dari syarat-syarat terjemah, yaitu :


Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah, baik tarjamah harfiyah
maupun tarjamah tafsiriyah adalah:



Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik bahasa pertama
maupun bahasa terjemahnya;



Penerjemah memahami gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau karakteristik dari
kedua bahasa tersebut;



Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna dan maksud yang dikehendaki
oleh bahasa pertama;



Hendaknya bentuk (sighat) terjemahan lepas dari bahasa pertama (ashl). Seolah-olah
tidak ada lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut.9

Wajar jika dikatakan bahwa penerjemah idealnya adalah seorang yang ilmunya sebidang
dengan pengarang buku yang diterjemahkan. Penerjemahan juga harus memperhatikan gaya
bahasa yang dianut oleh bahasa sumber dan gaya bahasa penerima seperti penerjemahan dari
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

C. Persamaan Dan Perbedaan Antara Tafsir, Ta’wil dan Terjemah
Adapun persamaannya adalah :


Ketiganya menerangkan makna ayat-ayat al-Qur’an



Ketiganya sebagai sarana untuk memahami al-Qur’an

Perbedaan antara Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah, yaitu :
8 Manna’ Khalil Qaththan, Mabahits Fii Ulumil Qur'an, Al Ma'had Aly Lil Qodlo,Riyadh,tth. Hal. 313
9 Dr. Ismail Lubis, MA., Falsifikasi Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990, Jogja: Tiara

Wacana, 2001, hal. 60

Tafsir: menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang lebar, lengkap dengan
penjelasan hokum-hukum dan hikmah yang dapat diambil dari ayat itu dan seringkali disertai
dengan kesimpulan kandungan ayat-ayat tersebut.
Ta’wil: mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rajih kepada arti
lain yang samar dan marjuh.
Terjemah: hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa lain tanpa
memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar dan tidak menyimpulkan dari isi
kandungannya.
Perbedaan ini bisa kita tulis dalam bentuk tabel seperti di bawah,

Perbedaan Terjemah dan Tafsir
TAFSIR
Memakai bahasa arab yang mempunyai keterkaitan
dengan lafadz,
Kebanyakan di istinbath oleh para ulama,
Digunakan dalam ayat-ayat mutasyabihat
Menerangkan hakikat yang dikehendaki

TERJEMAH
Memakai Bahasa Lain,
Jelas diterangkan dalam al-qur’an dan hadits-hadits
shahih,
Digunakan dalam ayat - ayat mukhkamat (jelas)
Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki

Perbedaan Tafsir dan Ta’wil
TA’WIL
Pemakaian lebih banyak pada makna-makna dan
susunan kalimat,
Kebanyakan di istinbath oleh para ulama,
Digunakan dalam ayat-ayat mutasyabihat,
Menerangkan hakikat yang dikehendaki

TAFSIR
Pemakaiannya banyak dalam lafadz-lafadz dan
mufradat,
Jelas diterangkan dalam al-qur’an dan hadits-hadits
shahih,
Digunakan dalam ayat - ayat mukhkamat (jelas),
Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki

D. Metode - Metode Tafsir Alqur’an
Para penafsir Alqur’an menempuh metode tertentu dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran.
Penggunaan metode dimaksud terlihat pada penyajian isi karya tafsir mereka. Secara
garis besar, ada 4 metode tafsir yang dikenal dewasa ini, antara lain :
1. Tahlili
2. Ijmali
3. Muqaran

4. Maudhu’I 10
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Metode Tahlili
Adalah menyajikan penafsiran ayat demi ayat Alquran dalam berbagai aspeknya secara runtut
berdasarkan urutannya dalam mushaf. Penafsiran diawali dengan menjelaskan pengertian kosa
kata, lalu dilanjutkan dengan penjelasan makna kalilmat, penggalan ayat, dan pengertian global.
Diantara kitab-kitab tafsir yang memakai metode ini adalah kitab tafsir Ibnu Katsir, tafsir AlMaragi, dan lain-lain.
2. Metode Ijmali
Salah satu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Alqur’an secara global. Metode ini tidak
bersifat mendetail, tetapi hanya menguraikan secara umum kandungan terpenting yang terdapat
dalam ayat-ayat Alqur’an. Salah satu yang menggunakan metode ini adalah kitab tafsir alJalalain.
3. Metode Muqaran
Secara umum, metode muqaran ada 2 metode dalam studi tafsir, yaitu :
 Membandingkan antara ayat-ayat Alqur’an yang memiliki kemiripan tertentu, baik dari
segi redaksi maupun kandungannya.
 Membandingkan antara latar belakang yang berbeda, baik secara keilmuan, budaya,
mazhab, dan sebagainya.

4. Metode Maudhu’i
Metode ini dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
 Berdasarkan surat Alqur’an
 Berdasarkan tema pembicaraan Alqur’an

10 ‘Abd alhayy al-Farmawi, Muqaddimah fi tafsir al-maudhu’I, (kairo:t.p,t.th), hal. 23

E. Penutup

Kesimpulan
Berdasarkan pengertian-pengertian pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa: “Tafsir”
adalah suatu usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk menyikapi nilai-nilai
samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.
“Takwil” adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui
pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.
“Terjemah” adalah memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan
mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab,
sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan terjemahan.

Saran
Untuk mempelajari tentang tafsir, ta’wil, dan terjemah ini diperlukan pengetahuan yang
khusus dalam hal bidang yang bersangkutan. Karena secara normal jelas terlihat terutama antara
perbedaannya. Setelah ini semua dipelajari, diperlukan juga cara penarikan kesimpulan untuk
semua bidang untuk bisa menghasilkan tafsir atau bidang yang terkait dengan hasil yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qatan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Mudzakir AS., Bogor : Pustaka Litera
Antar Nusa, 2001
Sirojuddin Iqbal, Mashuri dan Drs A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir, Angkasa,
Bandung : 1989
Masykur, Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka cipta, 1992
Drs. H. Ahmad Syadali, M. A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Bandung: Pustaka
Setia, 1997
Al-Zarqany, Muhammad Abd. Al-Adzim, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur'an, Mesir: Isa alBaby al-Halaby wa Syirkah, t.t. 1988
M a n n a ’ a l - Q a t h t h a n , M a b a h i t s F i U l u m i l Q u r ’ a n , B e i r u t . Lebanon, 1976.
Dr. Ismail Lubis, MA,. Falsifikasi Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990, Jogja:
Tiara Wacana, 2001

Sumber Online :
http://academia.edu/
http://google.com/