ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI SAHAM DENGA

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI SAHAM DENGAN METODE
CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN REWARD TO
VARIABILITY RATIO (RVAR)
Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :
PUTU TANIA PRADIPTA
1312120097

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Informatic and Bussiness Institute Darmajaya
Bandar Lampung
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1


Latar Belakang
Sebelum keputusan tentang investasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan

studi kelayakan investasi. Studi ini dapat digunakan tidak saja untuk keputusan
investasi yang besar, namun juga dapat digunakan pada rencana pengadaan asset
atau aktiva perusahaan. Studi kelayakan investasi bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila
dilaksanakan (Siregar:2012).
Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang
ataupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih dikemudian
hari. Investasi dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan
melalui pasar uang atau pasar modal. Ditinjau dari sisi investor, pada umumnya
tujuan investor berinvestasi di pasar modal pasti mengharapkan tingkat
keuntungan. Tingkat keuntungan yang diperoleh di pasar modal dalam bentuk
surat berharga khususnya saham lebih besar dibandingkan tingkat keuntungan di
pasar uang yang ditanamkan dalam bentuk deposito (Yohantin:jurnal)
Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan
kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi saham yang
dilakukan. Semua investasi saham mengandung unsur ketidakpastian atau risiko.

Ketidakpastian tersebut membuat investor hanya bisa memperkirakan berapa
tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukannya, dan
seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari
hasil yang diharapkan (sinta:jurnal).
Strategi yang di gunakan oleh investor untuk mengurangi risiko adalah
dengan melakukan diversifikasi (pengkombinasian) berbagai sekuritas dalam
investasinya

atau

dengan

kata

lain

membentuk

portofolio.


Portofolio

(diversifikasi) saham adalah

investasi yang terdiri dari berbagai saham

perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun,
sementara yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian
(zubir 2011:2).
Dalam melakukan diversifikasi, risiko tidak dihilangkan semua namun
hanya bisa mengurangi besarnya risiko. Diversifikasi akan efektif menurunkan
risiko investasi (tetapi tidak dapat menghilangkannya), jika koefisien korelasi
antar sekuritas dalam portofolio semakin rendah. Apabila terdapat koefisien yang
positif maka diversifikasi tidak akan mampu mengurangi risiko. Risiko dapat
dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Elton dan
Gruber 1995, Jones 1999, Hartono 2000). Risiko sistematis merupakan risiko
yang melekat dan tidak dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi,
sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dikurangi dengan
melakukan diversifikasi (sinta:jurnal).
Dalam menentukan portofolio yang efisien dapat dilakukan dengan

memilih tingkat return yang diharapkan tertentu dan kemudian meminimumkan
risikonya

atau

menentukan

tingkat

risisko

yang

tertentu

kemudian

memaksimumkan return yang diharapkan. Investor yang rasional akan memilih
portofolio yang efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan
mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return yang diharapkan atau risiko

portofolio (Putra:2013).
Untuk membentuk portofolio yang efisien, faktor yang paling mendasar
adalah dengan memperhitungkan faktor risiko atau ketidakpastian dan
menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan, yaitu dengan cara
mengestimasi return suatu sekuritas individu dan juga menentukan seberapa besar
estimasi risiko yang ditanggung saham tersebut. Dalam mengestimasi return dan
risiko yang dinilai paling objektif menilai kelayakan investasi pada saham yaitu
dengan menggunaakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward
To Variability Ratio (RVAR) (Putra:2013).
Metode CAPM menjelaskan keseimbangan antara tingkat risiko yang
sistematis dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sekuritas portofolio. Tujuan

penggunaan metode CAPM adalah memberikan prediksi yang tepat mengenai
hubungan antara risiko suatu asset dengan return yang diharapkan, juga
menentukan harga suatu asset. Berdasarkan metode CAPM, tingkat risiko dan
tingkat return yang layak dinyatakan memiliki hubungan positif dan linear
(Hidayati:2014).
Metode Reward to Variability Ratio (RVAR) digunakan untuk mengukur
kinerja portofolio yang akan dipilih sebagai saham unggulan. Reward to
Variability Ratio atau pengukur kinerja portofolio yang disebut dengan pengukur

Sharpe

(Sharpe

Measure)

yang

dikenalkan

oleh

William

F.Sharpe

(Jogiyanto,2012:640). Metode RVAR melakukan pengukuran kinerja portofolio
dengan membagi antara Excess R dengan Standart Deviasi suatu sekuritas yang
nantinya bakal diperoleh urutan peringkat sekuritas mana yang akan dipilih
terlebih dahulu untuk berinvestasi pada suatu portofolio (Putra:2013).

Pada penelitian terdahulu metode CAPM sangat sering digunakan dalam
mengestimasi risiko dan return saham, sedangkan metode RVAR jarang
digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Apriliah (2008) dalam penelitiannya
yang berjudul “Analisis Penerapan Capital asset Pricing Model (CAPM) Sebagai
Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham Pada Perusahaan LQ 45 Di Bursa
Efek Indonesia”. Kemudian Putra (2013) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pemilihan Investasi Saham Dengan Menggunakan Metode Capital asset
Pricing Model (CAPM) dan Reward To Variability Ratio (RVAR) Sebagai Penentu
Pengambilan Keputusan Investasi Saham”
Dari penelitian terdahulu, meneliti tentang saham LQ45 dan seluruh saham
yang terdaftar di BEI. Dan penelitian kali ini akan menganalisis saham yang
terdapat pada sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu, peneliti mengambil
judul “Analisis Kelayakan Investasi Saham Dengan Metode Capital Asset
Pricing Model Dan Reward To Variability Ratio” Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1.2

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempermudah penulisan proposal skripsi ini dan agar lebih terarah

dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah.
Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan proposal
skripsi ini, yaitu :

1.3

1.

Risiko

2.

Return

3.

CAPM


4.

RVAR

5.

Keputusan investasi saham

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

dirumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah metode CAPM dapat menentukan saham yang efisien pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
b. Apakah metode RVAR dapat menentukan urutan peringkat saham pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?

1.4

Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. membuktikan sejauh mana metode Capital asset Pricing Model dapat
menentukan saham yang efisien pada perusahaan perbankan di Bursa
Efek Indonesia.
b. membuktikan sejauh mana Reward To Variability Ratio dapat
menentukan urutan peringkat saham pada perusahaan perbankan di
Bursa Efek Indonesia.

1.5

Manfaat Penelitian

manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi sarana belajar yang menambah wawasan
dan pengetahuan lebih luas tentang dunia investasi di pasar modal dan diharapkan
dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.
2. Bagi pemilik modal (Investor)

Membantu investor untuk mengetahui kondisi perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI dan membantu dalam mengambil keputusan untuk menanamkan
dananya, memperhatikan tingkat risiko dan return,

menilai harga saham

perusahaan serta menentukan pilihan investasi.
3. Bagi akademisi
Memperkuat teori tentang Model Capital asset Pricing Model (CAPM) dan
Reward To Variability Ratio (RVAR) dalam menganalisis portofolio optimal
seluruh perusahaan Jasa keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
4. Bagi perusahaan
Sebagai sumbangan pemikiran untuk dipakai perusahaan sebagai alat bantu
alternatif dalam menilai kembali kinerja keuangan perusahaan terhadap fluktuasi
harga sahamnya di pasar modal.

1.6 sistematika penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini sebagi berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara ringkas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Msalah, Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori yang membahas mengenai
teori-teori dan konsep-konsep umum yang akan digunakan dalam penelitian serta
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan metode-metode dan variabel yang akan digunakan dalam
penelitian. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai rencana penelitian, tempat
dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan metode analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian
Bab ini menyajikan gambaran umum objek penelitian, data-data yang
berhubungan dengan variabel penelitian.
BAB V Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran dari hasil penelitian
bagi investor dan masyarakat luas.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pasar Modal
Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrument
derivatif maupun instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan
bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana
bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai
sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan terkait lainnya.
Menurut Widoatmodjo (2012:15). “Pasar modal dapat dikatakan pasar
abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu
dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun”. Sedangkan
menurut jurnal ilmiah karya Telaumbanua dan Sumiyana (2008): Pasar yang
efisien merupakan suatu pasar bursa dimana efek yang diperdagangkan
merefleksikan semua informasi yang terjadi dengan cepat dan akurat.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal di definisikan sebagai: “Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat
digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan
lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi

pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
Menurut Mustikaati (2007:13) bahwa: “Pasar modal adalah pelengkap
sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank

dan lembaga

pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan
antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan
peminjam dana dalam hal ini disebut dengan emiten (perusahaan yang go
public)”. Sebagaimana fungsinya yang menjembatani hubungan antara pemilik
dana dan pengguna dana, maka tujuan pasar modal adalah mengadakan alokasi
tabungan secara efisien dari pemilik dana (saver) kepada pemakai dana terakhir
(ultimate user).
Dengan adanya pasar modal maka perusahaan yang membutuhkan dana
akan memperoleh dana yang mereka butuhkan untuk meningkatkan investasinya
sehingga kapasitas produksinya akan bertambah dan pada akhirnya akan
meningkatkan produksi barang dan jasa serta memperluas lapangan kerja. Dari
pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa pasar modal ialah suatu
lembaga keuangan nonbank yang mempertemukan orang yang mempunyai
kelebihan dana dengan orang yang membutuhkan dana untuk jangka waktu yang
relative panjang.

2.1.1 Jenis Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2000) jenis-jenis pasar modal dibagi menjadi 4 (empat),
antara lain:
1.

Pasar Perdana (Primary Market) Penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham pada pasar perdana

ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan going public
(emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2.

Pasar Sekunder (Secondary Market) Perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham di pasar ini ditentukan
oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.

3.

Pasar Ketiga (Third Market) Tempat perdagangan saham atau sekuritas
lain di luar bursa (Over The Counter Market).

4.

Pasar Keempat (Fourth Market) Perdagangan efek antar investor atau
pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa
melalui perantara pedagang efek. Namun, dalam pembahasan ini
digunakan data-data dari perusahaan yang listing di bursa, sehingga hanya
menggunakan 2 (dua) jenis pasar modal yaitu : pasar perdana dan pasar
sekunder.

2.1.2

Fungsi Pasar Modal
Pasar modal didirikan di banyak Negara karena manjalankan fungsi

ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
pihak yang kelebihan dana (lender) kepada pihak yang membutuhkan dana
(borrower), sedangkan fungsi keuangannya di lakukan dengan menyediakan dana
tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikannya aktiva rill yang diperlukan
untuk investasi tersebut. Adapun beberapa daya tarik pasar modal seperti yang di
kemukakan Kasmir (2001:183-189) :
1. Diharapkan pasar modal ini menjadi alternative penghimpun dana jangka
panjang selain lembaga perbankan.
2. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai beberapa pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi mereka. Seandainya tidak ada pasar
modal, maka para lenders mungkin hanya dapat menginvestasikan dana mereka
dalam system perbankan (selain investasi dan real estat). Dilihat dari sisi lain yaitu

likuiditasnya, pasar modal memungkinkan investor untuk berinvestasi pada
industry yang berbeda-beda secara cepat.
Selain fungsi-fungsi diatas pasar modal juga mempunyai fungsi lainnya
yaitu sebagai alat restukturisasi modal perusahaan. Dari sisi perusahaaan yang
memerlukan dana, seringkali pasar modal merupakan alternatif pembiayaan
dengan biaya yang lebih rendah dari pada sektor perbankan. Di pasar modal
perusahaan dapat memperoleh langsung tanpa perantara yang sering di sebut
intermediasi keuangan.

2.1.3 Saham Sebagia Salah Satu Instrumen Pasar Modal

Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan
instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,
obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option,
futures, dan lain-lain.
Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
695/KMK.001/1985 pasal 1 ayat (c) yang dimaksud dengan saham adalah tanda
penyertaan modal pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.
Saham (stock) adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti
bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sabagi pemegang saham adalah
apabila mereka sudah tercatat sebagi pemegang saham dalam buku yang disebut
Daftar Pemegang Saham (DPS).
Ada dua jenis saham yang pertama yaitu, saham preferen (preferred stock)
adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan
memiliki hak laba kumulatif. Yang ke dua, saham biasa (common stock) adalah
jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen
dibayarkan.
2.2 Studi Kelayakan

Sebelum binis baru dimulai atau dikembangkan terlebih dahulu harus
diadakan penelitian tentang apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan
akan menguntungkan atau tidak. Bila menguntungkan, apakah keuntungan itu
memadai dan dapat diperoleh secara waktu yang lama. Secara teknis mungkin saja
usaha itu layak dilakukan, tetapi ekonomi dan sosial kurang bermanfaat.
Menurut Suryana (2000:139), menjelaskan bahwa “Studi kelayakan usaha/
bisnis atau disebut juga analisis proyek bisnis ialah suatu penelitian tentang layak
tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan mengutungkan secara kontinyu”. Studi
ini pada dasarnya membahas konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan
proses pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikam manfaat ekonomis dan
sosial sepanjang waktu. Dalam studi ini, pertimbangan-pertimbangan ekonomis
dan teknis sangat penting karena akan dijadikan dasar implementasi kegiatan
usaha.
Menurut Suad Husnan (1997:139), hasil studi kelayakan bisnis pada
prinsipnya dapat digunakan antara lain :
1.

Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun

pabrik mendirikan usaha jasa, membuka usaha dagang dan lain sebagainya.
2. Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah
kapasitas pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan/
mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha, dan lain
sebagainya.
3. Untuk memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling mengutungkan,
mislanya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau
asemblasi, proyek A atau B, dan lain sebagainya.
Sebubungan dengan hal tersebut, lebih lanjut Suryana (2000:145)
menyatakan bahwa pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi
kelayakan usaha, di antaranya adalah:
1. Pihak wirausaha (Pemilik Perusahaan)
Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang suda ada barang tentu
memerlukan pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan ketidakpastian.

Dalam kewirausahan, studi kelayakan bisnis sangat penting dilakukan supaya
kegiatan usaha bisnisnya tidak mengalami kegagalan dan mengalami keuntungan
sepanjang waktu. Demikian juga bagi penyandang dana yang memerlukan
persyaratan tertentu seperti bankir, investor, dan pemerintah. Studi kelayakan
berfungsi sebagai laporan, pedoman dan sebagai bahan pertimbangan untuk
merintis usaha, untuk mengembangkan usaha atau untuk melakukan investasi
baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan baik wirausaha itu sendiri
maupun semua pihak yang berkepentingan.
2. Pihak investor dan penyandang dana
Bagi investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha penting untuk memilih
jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan modal yang
ditanamkan

atau

dipinjamkannya. Apakah

investasi

yang

dilakukannya

memberikan jaminan pengembalian investasi yang memadai atau tidak. Oleh
investor, studi kelayakan sering digunakan sebagai bahan pertimbangan layak
tidaknya investasi dilakukan.
3. Pihak masyarakat dan pemerintah
Bagi masyarakat studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian
apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat
sekitarnya atau sebaliknya malah merugikan selama-lamanya. Bagaimana dampak
lingkungan positif dan negatif. Demikian juga bagi pemerintah sangat penting
untuk mempertimbangkan izin usaha atau penyediaan fasilitas lainnya (datastudi,
2008).

2.3 investasi
Investasi merupakan kegiatan dalam menanamkan modal dana dalam
suatu bidang tertentu. Investasi dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satu
diantaranya adalah investasi dalam bentuk saham. Pemodal atau investor dapat
menanamkan kelebihan dananya dalam bentuk saham di pasar bursa. Tujuan
utama investor dalam menanamkan dananya ke bursa efek yaitu untuk mencari
pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa pendapatan

dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya
(capital gain). Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu
(Jogiyanto, 2012: 5).
Menurut Kamaruddin Ahmad, Pengertian Investasi adalah menempatkan
uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan
tertentu atas uang atau dana tersebut. Pengertian investasi ini menekankan pada
penempatan uang atau dana. Tujuan investasi ini adalah untuk memperoleh
keuntungan. Hal ini erat kaitannya dengan penanaman investasi di bidang pasar
modal. Menurut Jack Clark Francis ( Investment: Analysis and Management, 5th
edition, McGraw-Hill Inc., Singapore, 1991, Hal. 1), investasi adalah penanaman
modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan
datang.
investasi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK adalah suatu
aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of
wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti: bunga, royalti, deviden dan uang
sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan
yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.
Investasi saham adalah penanaman modal yang berhubugnan dengan pembelian
dan penyimpanan saham pada sebuah pasar modal oleh seorang investor baik
perorangan maupun perusahaan, dengan harapan akan mendapatkan deviden dan
kenaikan nilai saham yang berimbah pada profit yang akan didapat jika terjadi
penjualan saham tersebut.
2.3.1 Manfaat Investasi
Manfaat investasi pada saham yaitu dividen dan capital gain. Dividen
merupakan bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham. Jumlah deviden yang akan dibagikan diusulkan di dalam RUPS. Ada dua
jenis deviden yaitu deviden tunai dan deviden saham. Kalau deviden tunai adalah
jika emiten membagikan deviden dalam bentuk uang untuk setiap saham yang
dimiliki. Kalau deviden saham adalah jika emiten membagikan deviden dalam
bentuk saham baru perusahaan yang pada akhirnya akan menambah jumlah saham

yang dimiliki. Sedangkan capital gain merupakan selisish dari harga beli dengan
harga jual saham.
Menurut (Baridwan, 2004: 227) Tujuan investasi dalam saham yang
dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang adalah untuk mengawasi
perusahaan lain, memperoleh pendapatan tetap setiap periode, membentuk suatu
dana khusus, menjamin kontiunuitas suplai bahan baku, dan untuk menjaga
hubungan antar perusahaan.

2.3.2 Jenis-Jenis Investasi
1. Jenis investasi berdasarkan asetnya
Jenis investasi yang berdasarkan asetnya yaitu penggolongan investasi dari
segi aspek modal atau kekayaan. Investasi berdasarkan asetnya terbagi lagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut :


Real

Asset yaitu investasi

yang

berwujud

seperti

gedung-gedung,

kendaraan dan lain-lain.


Financial Asset yaitu dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung dari
pemegangnya terhadap sebuah aktivitas riil pihak yang menerbitkan
sekuritas tersebut.

2. Jenis investasi berdasarkan pengaruhnya
Jenis investasi menurut pengaruhnya yaitu investasi yang didasarkan pada
suatu faktor-faktor yang memengaruhi atau tidak berpengaruh dari suatu kegiatan
investasi. Jenis investasi yang berdasarkan pengaruhnya bisa dibagi lagi menjadi
dua macam, yaitu sebagai berikut :


Investasi Autonomus yaitu investasi yang tidak dipengaruhi pada tingkat
pendapatan, yang sifatnya spekulatif. Contohnya seperti pembelian suratsurat berharga.



Investasi Induced yaitu investasi yang dipengaruhi oleh kenaikan
permintaan akan barang dan jasa dan dalam tingkat pendapatan. Contoh
investasi ini yaitu penghasilan transitori, yakni suatu penghasilan yang
diperoleh selain dari bekerja, seperti bunga dan sebagainya.

3. Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya
Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya ini merupakan
investasi yang didasarkan pada sebuah asal-usul investasi yang diperoleh. Jenis
investasi ini bisa dibagi lagi menjadi dua macam, yakni investasi yang bersumber
dari modal asing dan investasi yang bersumber dari modal dalam negeri.
4. Jenis Investasi berdasarkan bentuknya.
Jenis investasi yang berdasarkan bentuknya merupakan investasi yang
didasarkan pada suatu cara menanamkan investasinya. Jenis investasi ini
bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :


Investasi Portopolio yaitu dilakukan melalui pasar modal dengan
instrumen surat berharga, contohnya seperti pada saham dan obligasi.



Investasi langsung yaitu bentuk investasi yang dilakukan dengan
membangun, membeli total, atau mengakuisi sebuah perusahaan.
Dalam investasi terdapat dua bagian utama investasi yaitu investasi riil dan

investasi finansial. Investasi riil dalam wujud aktiva tetap (misalnya, membeli
mesin dan mendirikan pabrik) dan investasi finansial (portofolio) dalam bentuk
sekuritas (saham dan obligasi) (Mardiyanto, 2008: 196).
Komitmen pada investasi keuangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
investasi langsung dan tidak langsung.
(a) Investasi langsung
Investasi langsung dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat
berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go-

public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa dividen dan
capital gains.
(b) Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki
diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai
perantara (Sunariyah, 2004: 4).
Proses keputusan investasi dilakukan dengan melakukan langkah pertama dengan
menentukan tujuan investasi, kemudian menentukan kebijakan investasi,
selanjutnya pemilihan strategi portofolio, yang keempat melakukan pemilihan
asset, yang terakhir yaitu pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

2.4 Saham
Salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dipilih atau diminati
adalah saham. Definisi saham berdasarkan pendapat beberapa ahli menurut
Darmadji dan Fakhruddin (2012:5), saham dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas (PT). Menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat
bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
Menurut Sunariyah (2006:127), saham adalah surat berharga sebagai bukti
penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh
sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Menurut Tambunan (2007:1), saham adalah bukti penyertaan modal pada
sebuah perusahaan, dengan membeli saham suatu perusahaan berarti investor
menginvestasikan modal atau dana yang nantinya digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor
akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah
dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya bahwa saham adalah surat berharga

yang merupakan bukti kepemilikan akan suatu perusahaan yang dapat
dipindahtangankan dan memiliki nilai tersendiri di dalam pasar modal.

2.4.1 Wujud Saham
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama
dengan menabung di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan mendapatkan slip yang menjelaskan bahwa kita telah menyetor sejumlah uang. Dalam
investasi saham, yang kita terima bukan slip melainkan saham.

2.4.2

Jenis-Jenis Saham
Perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan

saham preferen.
1.

Saham biasa
Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka

menanggung risiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan
jelek, mereka tidak menerima dividen. Dan sebaliknya, pada saat kondisi
perusahaan baik, mereka dapat memperoleh dividen yang lebih besar bahkan
saham bonus. Pemegang saham biasa ini memiliki hak suara dalam RUPS (rapat
umum pemegang saham) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Jika
perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset
perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen.
Karakteristik Saham biasa adalah sebagai berikut:


Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris



Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru



Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja

2.

saham preferen
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih

dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat
dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham
biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan
berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen
agar tidak lengser.
Karakteristik Saham Preferen adalah sebagai berikut:


Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang
berbeda



Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi
dari saham biasa dalam hal pembagian dividen



dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka
dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa



Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan
antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk

2.4.3 Indeks Harga Saham
Agar dapat mengetahui perkembangan harga saham, investor akan
mengamati menggunakan indeks harga saham. Indeks harga saham adalah suatu
indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks
ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks
menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif
atau sedang lesu. Dalam hal ini digunakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

2.5 Harapan Investasi Saham
Fahmi (2012:189), menyatakan Return adalah keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya. Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau sering
disebut actual return dan return ekspektasi (expected return).
Komponen laba atas investasi terdiri dari dividen dan capital gain. dividen
merupakan bagian laba yang didapat sebesar kepemilikan saham. Sedangkan,
capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga pasar saat ini (Jones 2008:
141). Pencapaian sebuah keuntungan akan diperoleh dengan mencermati seberapa
besar tingkat keuntungan yang dihadapi. Tingkat keuntungan tersebut antara lain
tingkat pengembalian saham individu, tingat pengembalian bebas risiko, dan
tingkat pengembalian pasar.
Tingkat pengembalian saham individu merupakan tingkat pengembalian
(return) yang menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian dari transaksi
perdagangan saham yang dihitung secara bulanan. Sedangkan, tingkat
pengembalian bebas risiko merupakan angka atau tingkat atas aset finansial yang
tidak berisiko. Kemudian, tingkat pengembalian pasar merupakan tingkat
pengembalian yang didasarkan pada perkembangan indeks harga saham.
Di samping besarnya manfaat return yang dapat dinikmati investor,
terdapat kemungkinan risiko yang akan terjadi. Risiko merupakan besarnya
penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return)
dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return) (Halim,
2009: 73). Menurut Fahmi (2011:150) secara umum risiko dapat ditangkap
sebagai bentuk kejadian ketidakpastian tentang suatu kejadian yang akan terjadi
nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.
Risiko ini dapat berupa melesetnya imbal hasil dari nilai ekspektasi,
ketidakjelasan imbal hasil di masa mendatang, dan kemungkinan hasil yang
berlawanan (Utami, 2010: 45). Adapun risiko yang akan dihadapi, di antaranya:
a. Tidak ada pembagian dividen

b. Capital Loss
c. Risiko Likuidasi
d. Saham Delisting dari Bursa (Rusdin, 2006: 74).
Risiko memiliki beberapa jenis yang memiliki karakteristik yang berbeda,
yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko
yang tidak dapat dihindari, sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang
dapat dihindari atau dapat didiversifikasi.
Beta menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham
secara keseluruhan) (Kelana dalam Fahmi, 2012: 293). Ukuran beta akan
mengambarkan kondisi risiko saham.

2.5 Capital Asset Pricing Model (CAPM)
CAPM adalah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko
dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga
sekuritas. Metode Capital asset Pricing Model (CAPM) diperkenalkan oleh
Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori
portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah
baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak
sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe
memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang
kemudian disebut Capital asset Pricing Model (CAPM)
Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital asset Pricing Model
(CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital asset
Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko
sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun
Capital asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital asset
Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital asset Pricing Model akurasi
yang cukup pada aplikasi penting.

Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah
perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama
mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal.
Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal
adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak
ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara
umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah
yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk
free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya
identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan
ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio.
Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing
Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau
portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien
beta. Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan
meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum
bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko
(risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat
perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat
membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton
H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai
investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan
pemilik investasi mengalami capital loss.
2. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield
yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
3. Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan
pokok aset.

4. Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
5. Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata
uang yang dipakai oleh aset.
6. Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan
atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko,
akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada
juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf)
digunakan suku bunga bank sentral.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan
hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham
biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti
kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan
(possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari
kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation).
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi
investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi
akan mengurangi risiko sistematis (systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi
risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian
dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan.
Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan
dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.
Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam
menentukan keputusan investasi. Investor biasanya menghindari risiko, investor
menginginkan perolehan tambahan (additional returns) untuk menanggung risiko
tambahan (additional risks). Oleh karena itu saham berisiko tinggi (High-risk
securities) harus mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih tinggi
daripada perolehan yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah.
2.5.1 Persamaan CAPM

Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :
Rs = Rf + Rp
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium
Bila nilai ß = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja
seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market index). ß adalah ukuran dari
hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar
saham. Bila ß > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi
daripada pasar. ß < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah
daripada indek pasar secara umum (general market index).
Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return)
dengan memasukan faktor ß dinyatakan sebagai:
Rs = Rf + ßs (Rm – Rf)
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole
ßs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh
unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi
(higher ßs) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko
lebih rendah (lower ßs). Riset empiris mendukung argumen mengenai ßs sebagai
prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang
(future stock prices)(Ekonomi,2011).

Tujuan utama dari penggunaan metode CAPM adalah untuk menentukan
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dari investasi yang
berisiko. Selain itu, CAPM dapat membantu investor dalam menghitung risiko

yang tidak dapat didiversifikasi dalam suatu portofolio dan membandingkannya
dengan prediksi tingkat pengembalian (return).

2.6 Reward To Variability Ratio (RVAR)
William Sharpe pada tahun 1966 memperkenalkan metode untuk
mengukur performa portofolio yang di sebut Reward To Variability Ratio (RVAR)
berdasarkan penelitiannya terhadap teori pasar modal (Boniarga mangiring, FE,
UI, 2009). Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar
modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi
risiko portofolio dengan standar deviasinya (Tandelilin, 2001). Dengan demikian,
indeks sharpe akan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit
risiko pada portofolio tersebut. Semakin tinggi Indeks Sharpe maka semakin baik
kinerja portofolio tersebut.
Persamaan untuk menghitung Indeks Sharpe adalah :
Sp = (Rp-Rf) / Standar Deviasi
Keterangan : Sp = Kinerja portofolio diukur dengan Metode Sharpe
Rp = Return reksadana
Rf = Return free rate
Samsul (2006) menjelaskan bahwa kinerja reksadana dilihat dari Rp yaitu
return rata-rata dari reksadana yang telah dikurangi dengan biaya jual/beli dan
biaya

administrasi

lainnya.

Return

reksadana

ini

digunakan

untuk

menggambarkan return prediksi masa depan dari suatu reksadana. Sedangkan
standar deviasi portofolio reksadana menunjukkan besar-kecilnya perubahan
return suatu reksadana terhadap return reksadana yang bersangkutan. Standar
deviasi ini akan menggambarkan besarnya risiko di masa yang akan datang
(pustaka bakul, 2014).

Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik.
Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return
yang yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu
return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya.
2.7 Penelitian Terdahulu

No
.
1.

Peneliti

Seftyanda
Darminto
Saifi

2.

Nasuha
Dzulkirom
Zahroh

3.

Putra
Darminto
Zahroh

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Analisis Metode Capital
Asset
Pricing
Model
(CAPM) Sebagai Dasar
Pengambilan Keputusan
Investasi Saham

Dari 18 Saham Perusahaan
Sampel Penelitian, Terdapat
12 Saham Yang Tergolong
Efisien

Analisis Metode Capital
Asset
Pricing
Model
Dalam
Upaya
Pengambillan Keputusan
Terhadap Investasi Saham

Dari 19 Saham Perusahaan
Sektor Properti Dan Real
Estate Terdapat 14 Saham
Undervalued, Dan 5 Saham
Overvalued
Saham Yang Underpriced
Dengan Keputusan Beli
Terdapat Diatas Garis SML
Yaitu Sebanyak 13 Saham
Perusahaan, Sebaliknya
Saham Yang Overpriced
Dengan Keputusan Jual
Berada Dibawah Garis
SML Yaitu Sebanyak 12
Saham. Kemudian Hasil
Analisis Dengan
Menggunakan Metode
RVAR Untuk Urutan
Pengambilan Keputusan
Investasi Saham Yaitu 5
Saham Teratas Yang
Memiliki Hasil Perhitungan
RVAR Tertinggi Dari 25
Saham Perusahaan Yang
Diteliti

Analisis
Pemilihan
Investasi Saham Dengan
Menggunakan
Metode
Capital Asset Pricing
Model
(CAPM)
Dan
Reward To Variability
Ratio (RVAR) Sebagai
Penentu
Pengambilan
Keputusan
Investasi
Saham

4.

Hidayati
Suhadak
Sudjana

Analisis Capital Asset
Pricing Model (CAPM)
Terhadap
Keputusan
Investasi Saham

Dari 18 Saham Terdapat 8
Saham Yang Efisien Pada
Perusahaan
Sektor
Perbankan Yang Memiliki
Tingkat
Pengembalian
Saham Individu Lebih
Besar Dari Pada Ringkat
Pengembalian
Yang
Diharapkan

2.8 Kerangka Pemikiran
Investasi saham

Studi kelayakan investasi

CAPM

RVAR

Penggolongan

Urutan peringkat

efisien

saham

2.9 Bangunan Hipotesis
2.9.1 Pengaruh metode CAPM terhadap kelayakan investasi saham
Capital Asset Pricing Model digunakan untuk menentukan keputusan
investasi saham. Dengan CAPM investor dapat memprediksi saham dengan risiko
kecil tetapi menghasilkan keuntungan besar berdasarkan konsep risiko (risk) dan

tingkat pengembalian (return). Saham yang efisien memiliki tingkat pengembalian
saham individu lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan
(Hidayati, 2014).
Seftyanda (2014) yang meneliti tentang Analisis Metode Capital Asset
Pricing Model (CAPM) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham,
menemukan hasil dari 18 saham perusahaan terdapat 12 saham efisien. Saham
yang efisien memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih besar daripada
tingkat pengembalian yang diharapkan.
Ho : Metode CAPM berpengaruh terhadap penilaian kelayakan investasi
saham
2.9.2

Pengaruh metode RVAR terhadap kelayakan investasi saham
Metode Reward To Variability Ratio digunakan untuk mengukur kinerja

portofolio yang akan dipilih sebagai saham unggulan. Metode RVAR melakukan
pengukuran kinerja portofolio dengan membagi antara Excess R dengan Standart
Deviasi suatu sekuritas yang nantinya bakal diperoleh urutan peringkat sekuritas
mana yang akan dipilih terlebih dahulu untuk berinvestasi pada suatu portofolio.
Dari penelitian yang dilakukan putra (2013) dengan judul Analisis Pemilihan
Investasi Saham Dengan Menggunakan Metode Capital Asset Pricing Model
(CAPM) Dan Reward To Variability Ratio (RVAR) Sebagai Penentu Pengambilan
Keputusan Investasi Saham, dengan hasil terdapat 5 saham dengan urutan teratas
yang memiliki hasil perhitungan RVAR tertinggi dari 25 saham perusahaan.
Ho : Metode RVAR berpengaruh terhadap penilaian kelayakan investasi
saham

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder adalah
data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Pada penelitian data
sekunder didapat dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditelusuri dengan web
www.idx.co.id.

3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan yaitu metode dokumentasi.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:201) dokumentasi merupakan metode
pengumpulan data dengan meneliti benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peratutan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya.

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Arikunto (2010:173) menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu perusahaan sektor
keuangan sub sektor bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah
41 perusahaan yang akan dilakukan penarikan sampel berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan.
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik
purposive sampling (kriteria yang dikehendaki). Mengenai hal ini, Arikunto
(2010:183) menjelaskan bahwa “purposive sampling dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Kriteria sampel dalam penelitian ini
adalah :
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013-2015
2. Perusahaan yang selama tahun penelitian tidak mengalami delisted
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap
selama tahun penelitian 2013-2015
4. Laporan keuangan perusahaan dinyatakan dalam rupiah

3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.

tingkat pengembalian saham individu (Ri)
Tingkat pengembalian saham individu

(Ri)

merupakan

tingkat

pengembalian dari tiap saham individu yang sebenarnya. Hasil dari tingkat
pengembalian saham individu (Ri) dapat dicari dengan melakukan perbandingan
harga penutupan saham (close pricing) pada periode ini dikurangi dengan harga
penutupan saham periode sebelumnya kemudian ditambahkan dengan dividen
(yang merupakan bentuk keuntungan yang diperoleh investor dalam berinvestasi)
dan dibandingkan dengan harga penutupan saham periode ini. Penelitian ini
menggunakan periode bulanan (Seftyanda, Darminto, dan Saifi; JAB 2014).
E(Ri) =

( Pt−Pt −1)+ D
Pt−1

Dimana :
Ri

: tingat pengembalian saham individu

Pt

: harga saham pada periode t

Pt-1

: harga saham pada periode t-1

D

: dividen

2.

tingkat pengembalian bebas risiko (Rf)

Tingkat pengembalian bebas risiko merupakan angka atau tingkat
pengembalian atas asset financial yang tidak berisiko. Tingkat pengembalian ini
dapat dijadikan sebagai dasar penetapan return minimum, karena return investasi
pada sector asset berisiko harus lebih besar dari return asset tidak berisiko. Dasar
pengukuran yang digunakan dalam tingkat pengembalian ini adalah tingkat suku
bunga sekuritas yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Sertifikat Bank Indonesia
atau SBI (Husnan, 2005:285).
n

Rf =

∑ Rf
i=1

n
3.

tingkat pengembalian pasar (Rm)
Tingkat pengambalian pasar merupakan tingkat pengembalian yang

didasarkan pada perkembangan indeks harga saham. Tingkat pengembalian saham
ini dapat dijadikan sebagai dasar pengakuan performance investasi portofolio. Jika
tingkat pengembalian pasar lebih besar daripada tingkat pengembalian bebas
risiko, maka performance investasi portofolio dapat dikatakan baik, sebaliknya
jika tingkat pengembalian pasar lebih kecil daripada tingkat pengembalian bebas
risiko, maka performance investasi portofolio dikatakan tidak baik. (Jogiyanto,
2003:330)
Rm = IHSGt – IHSHt-1
IHSGt-1
Dimana :
Rm

: rata-rata tingkat pengembalian

IHSGt

: indeks harga saham gabungan periode t

IHSGt-1

: indeks harga saham gabungan periode t-1

4.

beta (β)
Risiko sistematis atau beta (ß) merupakan ukuran risiko yang berasal dari

hubungan antara tingkat pengembalian suatu saham dengan tingkat pengembalian

pasar, dengan kata lain beta adalah hasil bagi antara kovarian saham terhadap
varian pasar. (Seftyanda,2014)

βi = σim

²

σ m
Dimana :
βi

: tolak ukur risiko yang tidak bisa didiversifikasi dari surat berharga/ risiko
sistematis

σim

: kovarian antara pendapatan saham i dengan pendapatan pasar

σ²m

: varian pasar

5.

tingkat pengembalian yang di harapkan [E(Ri)]

Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) adalah tingkat
pengembalian yang diharapkan diterima dari suatu investasi. Rata-rata tertimbang
dari distribusi probabilitas atas kemungkinan-kemungkinan hasil yang terjadi.
E(Ri) = RF + βi {(E(Rm) –RF}
Dimana:
E(Ri) : Tingkat pengembalian yang diharapkan
Rf
: tingkat pengembalian bebas risiko
E(Rm) :Tingkat pengembalian yang diharapkan atas portofolio pasar
ßi
:Tingkat risiko sistematis masing-masing saham

3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini berguna sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara
menggambarkan sampe yang telah ada tanpa bermaksud mengambil kesimpulankesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah m