SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN RUDI .docx

A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu
memberikan bantuan kepada pemakai untuk membuat keputusan ekonomi
yang bersifat finansial. Dari laporan keuangan tersebut salah satu parameter
yang yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. IAI
dalam PSAK No.25 (2009:2) menyatakan manfaat dari informasi laba yaitu
untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat
dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang
ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya sebagai titik awal untuk perencanaan
tidakan yang akan mempengaruhi peristiwa dimasa depan.
Dari sudut pandang investor,analisis laporan keuangan digunakan
untuk

memprediksi

manajemen,analisis

masa
laporan


depan,sedangkan
keuangan

dari

digunakan

sudut
untuk

pandang
membantu

mengantisipasi kondisi dimasa depan. Dengan adanya perbedaan pendapat
tersebut cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan disfunctional
behavior (perilaku tidak semestinya) yaitu dengan melakukan perataan
laba.hal ini juga dinyatakan oleh sucipto dan purwaningsih (2007) bahwa
konsep perataan laba dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan teori
keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktik perataan laba
dipengaruhi


konflik

kepentingan

antara

pemilik

(principal)

dengan

manajemen (agen).
Dari

sisi

pemilik


(principle),tindakan

perataan

laba

dapat

mendatangkan keuntungan berupa kepercayaan dari investor karena
menganggap bahwa laba perusahaan selalu dalam kondisi stabil,malah yang
lebih menguntungkan apabila ada investor baru yang tertarik untuk
berinvestasi. Sementara dari sisi manajemen (agen), praktik perataan laba
bermanfaat yakni dapat mengurangi jumlah perhitungan pajak,kebijakan
deviden dan juga menghindari tuntutan kenaikan gaji dari karyawan.

Praktek perataan laba tentu saja tidak terlepas dari beberapa faktor
yang

mempengaruhinya.


Dalam

beberapa

penelitian

sebelumnya,

profitabilitas, risiko keuangan,struktur kepemilikan, nilai dan besarnya
perusahaan merupakan beberapa faktor yang berpengaruh pada tindakan
perataan laba (Suranta dan Merdiastuti 2004; Juniarti dan Carolina 2006).dari
penjabaran diatas maka penulis mengambil judul paper “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRAKTIK
PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING)”
B. Isu Terkini
Isu-isu dalam perataan laba:
1. Sangat mudah untuk menduga bahwa manajemen laba bertujuan
2.

untuk memenuhi harapan dari analisis keuangan atau manajemen.

Manajemen laba dapat berakhir dan bertahan karena informasi yang
asimetris,suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi yang di

3.

ketahui manajemen.namun tidak ingin mereka ungkapkan.
Manejemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan
yang fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang menentukan

4.

pembagian aturan di antara pemegang kepentingan.
Permainan laporan laba mungkin menjadi alasan utama dalam

5.

manajemen laba.
Penilaian perusahaan secara umum di asumsikan menjadi salah satu

6.


sasaran manjemen laba.
Laba negatif secara tiba-tiba lebih merugikan dari pada revisi
ramalan negatif.

C. Penelitian Topik Terkait

NO
1

NAMA

JUDUL

TAHUN dan

PENELITI

PENELITIAN


VARIABEL

Antariksa

Faktor-faktor

Budileksma

yang

na & Eka

Mempengaruhi

Andriani

Praktik Perataan

- Ukuran
Perusahaan

- Resiko
Perusahaan

HASIL
-Berdasarkan pengujian
Goodness of Fit diperoleh
hasil bahwa model yang
digunakan adalah fit

Laba pada

-Profitabilitas

dengan data dan layak

Perusahaan -

- Leverage

digunakan untuk analisis.


perusahaan di

Operasional -Hasil pengujian

Bursa Efek
Jakarta

multivariate menunjukkan
2015

bahwa variabel risiko
perusahaan mempunyai
pengaruh positif yang
signifikan terhadap
kemungkinan suatu
perusahaan melakukan
praktik perataan laba.
- Ketiga, hasil pengujian
multivariate menunjukkan

bahwa variabel
profitabilitas mempunyai
pengaruh negatif yang
signifikan terhadap
kemungkinan suatu
perusahaan melakukan

2

Dina

Analisis Faktor-

Rahmawati

Faktor Yang
Berpengaruh
Terhadap Praktik

-Ukuran

Perusahaan
- Net Profit
Margin

Perataan Laba

-Debt To

(Studi Pada

Equity

praktik perataan laba.
- Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap praktik perataan
laba.
- Net profit margin
berpengaruh negatif

Perusahaan
Manufaktur yang

Ratio
2012

terhadap praktik perataan
laba

Terdaftar di BEI
Tahun 2007 2010)
3

Ratih

Analisa Faktor-

-Besaran

Kartika

Faktor Yang

Perusahaan

berpengaruh positif

Dewi

Mempengaruhi

-Profitabilitas

terhadap praktik

Praktik Perataan

-Tingkat

perataan laba yang

Laba (Income

Hutang

dilakukan oleh

Smoothing)Pada

-Jenis

perusahaan yang Go

Perusahaan

Industri

Publik di Indonesia.

Manufaktur Dan

-

-

Keuangan Yang
Terdaftar Di BEI

Ukuran perusahaan

Profitabilitas
berpengaruh positif

2011

terhadap praktik

( 2006-2009 )

perataan laba yang
dilakukan oleh
perusahaan yang Go
Publik di Indonesia.
-

Tingkat hutang
(Financial Leverage)
berpengaruh positif
terhadap praktik
perataan laba yang
dilakukan oleh
perusahaan yang Go
Publik di Indonesia.

-

Jenis industri
berpengaruh positif
terhadap praktik
perataan laba yang
dilakukan oleh

perusahaan yang Go
Publik di Indonesia.
4

Dhamar

Pengaruh

-Profitabilitas

Yudho Aji

Profitabilitas,

-Resiko

penelitian ini

Dan Aria

Risiko Keuangan,

Keuangan

menunjukkan bahwa

Farah Mita

Nilai Perusahaan,

-Nilai

profitabilitas tidak

Dan Struktur

Perusahaan

berpengaruh positif

Kepemilikan

-Struktur

terhadap praktek

Terhadap Praktek

Kepemilikan

perataan laba.

Perataan Laba:

- Ukuran

Besarnya kepemilikan

Studi Empiris

Perusahaan

publik serta

Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI

-

Hasil uji hipotesis

keberadaan
2010

kepemilikan
manajemen juga
terbukti tidak
berpengaruh positif
terhadap perataan laba
yang dilakukan
perusahaan. Risiko
perusahaan dan nilai
perusahaan terbukti
berpengaruh positif
terhadap praktek
perataan laba.

D. Analisis, Pembahasan dan Kesimpulan
1.Perataan Laba
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara
sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu (Belkoui, 1993).
Beidleman (1973) mendifinisikan income smoothing adalah sebagai suatu
usaha yang sengaja dilakukan manajemen untuk meratakan atau

memfluktuasi tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal
bagi suatu perusahaan.
Perataan laba (income smoothing) adalah cara yang digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi variabilitas jumlah laba yang dilaporkan
agar sesuai dengan target yang diinginkan dengan cara memanipulasi laba
baik secara artificial (melalui metode akuntansi), maupun secara real
(melalui transaksi) dalam Salno dan Baridwan (2000). Tindakan ini dapat
memberi pengaruh nilai yang positif pada nilai pasar saham perusahaan.
Hal ini disebabkan dengan trend perataan laba akan menimbulkan
penilaian berupa resiko yang rendah.
2. Tipe Perataan Laba
Perataan laba digolongkan ke dalam 2 tipe yaitu :
1. Naturally smooth (Perataan secara alami)
Tipe aliran ini secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat
proses perolehan laba itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba
yang rata. Tipe perataan laba terjadi begitu saja secara alami tanpa
adanya intervensi dari pihak manapun.
2. Intentionally Being Smoothed by Management
Tipe perataan laba ini disengaja dan mengandung intervensi dari pihak
manajemen yang dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Artificial smoothing (accounting smoothing)
Perataan laba yang dilakukan melalui prosedur akuntansi yang
diharapkan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu
periode ke periode lain yaitu, dengan mengubah kebijakan
akuntansi (Nasser dan Herlina, 2003:293).
b. Real smoothing (transactional atau economic smoothing),
Merupakan tindakan manajemen untuk mengendalikan peristiwa
ekonomi (Eckel, 1981) yang dikutip oleh Hussin dan Ripain
(2003:10). Nasser dan Herlina (2003:293) menyatakan bahwa real
smoothing adalah perataan laba real melalui transaksi nyata yaitu,
dengan mengatur (menunda atau mempercepat) transaksi.
3. Tujuan Perataan Laba
Beidleman (1973), mengemukakan bahwa tujuan perataan laba
untuk mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi resiko

sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar. Suwito dan
Herawaty (2005) mengungkapkan bahwa tujuan perataan laba adalah
untuk memperbaiki citra perusahaan dimata pihak eksternal dan
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah.
Disamping itu, memberikan informasi yang relevan dalam melakukan
prediksi terhadap laba pada masa yang akan datang, meningkatkan
persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen, dan
meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Sementara itu, Foster (1986) menyatakan tujuan perataan laba antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan
tersebut memiliki risiko yang rendah
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi
terhadap laba di masa yang akan datang
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajemen
5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen

2. Faktor-Faktor Perataan Laba
Faktor-faktor pendorong perataan laba itu dapat dibedakan atas
faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor
laba. Faktor-faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi,
sehingga perubahan akuntansi yang mempengaruhi angka-angka
akuntansi akan mempengaruhi kondisi itu. Kondisi yang terpengaruh
oleh angka-angka akuntansi itu misalnya pembayaran bonus dan harga
saham. Selain faktor-faktor konsekuensi ekonomi, faktor-faktor lain
yang mendorong perataan laba adalah angka-angka laba itu sendiri.
Faktor-faktor laba adalah angka-angka yang dengan sendirinya juga
ikut mendorong perilaku perataan laba. Misalnya perbedaan antara laba
yang diharapkan dengan laba yang sesungguhnya. Perataan laba tidak
akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba
yang sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar selisih antara laba yang
diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka manajer akan semakin
terdorong untuk meratakan laba.

Berdasarkan pengaruh perataan laba terhadap kekayaan
manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong
perataan laba merupakan cerminan dari berbagai upaya manajemen
untuk

menghindari

konflik

dengan

pihak-pihak

lain

yang

berkepentingan dengan perusahaan. Perataan laba dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan
perataan laba. Banyak penelitian empiris terdahulu telah menguji
faktor-faktor tersebut dan temuan empiris yang didapat menunjukkan
simpulan yang belum sepakat, karena untuk beberapa faktor masih
disimpulkan berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
3.Praktik Perataan Laba
Menurut Wolk et. al. (2001:421) income smoothing merupakan
suatu cara yang mampu mengurangi resiko yang tidak sistematis dalam
portofolio, sehingga dengan demikian perlu diperhatikan tiga cara
menyangkut perilaku perataan laba yang dapat diterima, yaitu :
1. Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian tertentu
melalui kebijakan yang dimiliki (misalnya biaya riset dan
pengembangan) untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan.
Sebagai alternatif manajer juga dapat menentukan waktu pengakuan
kejadian tersebut. Jadi perataan laba dapat dilakukan dengan
pengendalian saat terjadinya atau saat pengakuan suatu kejadian.
2. Mengubah metode akuntansi, dalam hal ini manajer dapat
mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa
periode akuntansi.
3. Manajer memiliki kebijakan sendiri dalam mengklasifikasikan pospos laba rugi tertentu kedalam kategori berbeda. Contohnya
pendapatan

dan

biaya

yang

tidak

berulang-ulang

dapat

diklasifikasikan sebagai ordinary / extraordinary item untuk
menimbulkan kesan yang lebih merata pada ordinary income yang
dilaporkan.
Sedangkan cara-cara yang dapat digunakan untuk melakukan
perataan laba menurut Barnea, Ronen dan Sadan (1975) adalah:
a. Melalui kejadian-kejadian dan pengakuan. Maksudnya, untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan manajemen dapat

mengatur suatu tindakan atau keputusan, misalnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan penelitian dan pengembangan.
b. Melalui alokasi. Manajemen melakukan perataan

dengan

mengalokasikanm pendapatan atau biaya selama beberapa periode
pelaporan.
c. Melalui klasifikasi. Manajemen melakukan perataan dengan
mengklasifikasi laba sebagai ordinary atau extraordinary item.
Berikut ini adalah hasil analisis variable-variabel yang
berpengaruh terhadap perataan laba:
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba
Pengujian terhadap variabel ROA menunjukkan nilai
koefisien yang bernilai negative signifikan pada level 1% yang
mengindikasikan bahwa profitabilitas di tahun sebelumnya
berpengaruh negatif terhadap praktek perataan laba di tahun
berjalan. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka perusahaan akan cenderung
untuk tidak melakukan perataan laba karena perusahaan
tersebut akan semakin menjadi sorotan publik, sehingga
perusahaan kemungkinan berusaha untuk tidak melakukan
tindakan yang membahayakan kredibilitas perusahaan.
2. Pengaruh Risiko Keuangan terhadap Perataan Laba
Pengujian terhadap variabel LEV menunjukkan nilai
koefisien yang bernilai positif signifikan pada level 10% yang
mengindikasikan bahwa risiko keuangan di tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba yang
dilakukan perusahaan di tahun berjalan. Hal ini menandakan
bahwa semakin tinggi risiko keuangan maka perusahaan akan
cenderung untuk melakukan praktek perataan laba, karena
perusahaan berusaha untuk menghindari pelanggaran kontrak
perjanjian utang, yaitu perusahaan berusaha untuk menjaga
nilai leverage agar tidak berada diatas 1, atau menjaga nilai
profitabilitas agar tetap stabil.
3. Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Perataan Laba

Pengujian terhadap variabel PBV menunjukkan nilai
koefisien yang bernilai positif signifikan pada level 5% yang
mengindikasikan bahwa nilai perusahaan di tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba ditahun
berjalan. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi nilai
perusahaan maka perusahaan akan cenderung untuk melakukan
praktek perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba,
variabilitas laba dan risiko saham dari perusahaan akan
semakin menurun. Variabilitas laba yang minim itulah yang
berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh
investor agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi dan
perusahaan semakin mudah menarik sumber daya ke dalam
perusahaan.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan (variabel kontrol) terhadap
Perataan Laba
Pengujian terhadap variabel kontrol SIZE menunjukkan
koefisien yang bernilai negative tidak signifikan yang
mengindikasikan bahwa praktek perataan laba ditahun berjalan
tidak

dipengaruhi

oleh

ukuran

perusahaan

di

tahun

sebelumnya. Tidak signifikannya variabel ini berarti tidak
terdapat cukup bukti untuk mengatakan bahwa semakin tinggi
ukuran perusahaan di tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
semakin tingginya praktek perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan di tahun berjalan. Hal itu kemungkinan karena
perusahaan yang semakin besar akan menjadi sorotan publik
sehingga mereka cenderung untuk tidak melakukan perataan
laba, selain itu transaksi pada perusahaan besar juga semakin
kompleks sehingga praktek perataan laba semakin sulit untuk
dilakukan.
4. Kesimpulan
Praktek perataan laba sering dikaitkan dengan insentif
manajemen

untuk

mendahulukan

kepentingannya

diatas

kepentingan pemilik perusahaan. Tindakan ini dimungkinkan

karena adanya fleksibilitas dalam menentukan kebijakan akuntansi
dalam Standar Akuntansi. Praktik perataan laba dapat memberikan
gambaran yang tidak merepresentasikan kinerja perusahaan
sehingga kemungkinan dapat menyebabkan investor salah dalam
mengambil keputusan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kondisi
keuangan, yaitu profitabilitas dan risiko keuangan,nilai perusahaan
terhadap praktek perataan laba, dengan hasil menunjukkan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap praktek perataan
laba. Risiko perusahaan dan nilai perusahaan terbukti berpengaruh
positif terhadap praktek perataan laba.
Dengan demikian, hasil penelitian ini memberi bukti bahwa
perusahaan di Indonesia melakukan praktek perataan laba untuk
menjaga variabilitas labanya agar terhindar dari pelanggaran
perjanjian utang. Kemudian ditunjukkan juga bahwa nilai
perusahaan yang semakin tinggi memberikan insentif bagi
perusahaan untuk melakukan perataan laba untuk mempertahankan
agar nilai perusahaan tetap tinggi sehingga semakin diminati
investor dan semakin mudah menarik sumber daya ke dalam
perusahaan.
Sebaliknya semakin tinggi tingkat profitabilitas dan
semakin besarnya ukuran dari suatu perusahaan maka perusahaan
akan cenderung untuk tidak melakukan perataan laba karena
perusahaan tersebut akan semakin menjadi sorotan publik,
sehingga lebih berusaha untuk tidak melakukan tindakan yang
membahayakan kredibilitas perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, Tika. 2009. Hubungan Perataan Laba, Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2004-2007. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dewi,Ratih Kartika.2011.Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur
dan Keuangan Yang Terdaftar di BEI ( 2006-2009 ). Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-manajemen-laba/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18037/4/chapter%2011.pdf
https://indarratmanto.wordpress.com/tag/makalah-manajemen-laba/