Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Dalam Perspektif Pembaruan Hukum Acara Perdata Indonesia

ABSTRAK
Dokumen elektronik, pada putusan pengadilan diakui sebagai alat bukti. Ini
dapat dilihat dalam Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar No. 150/PDT/2011/PT.Dps
yang mengakui email sebagai alat bukti yang sah. Di mana email merupakan salah
satu wujud dari dokumen elektronik. Namun, dalam putusan tersebut foto yang
merupakan bagian dari dokumen elektronik tidak dianggap sebagai alat bukti. Hal ini
sama dengan Putusan Pengadilan Agama Bondowoso No. 1537/Pdt.G/2011/PA.Bdw,
yang menyatakan rekaman suara tidak dapat dijadikan alat bukti di pengadilan yang
mana rekaman suara juga merupakan salah satu dokumen elektronik. Ini membawa
kepada perlu dikaji mengenai dasar pengaturan penggunaan dokumen elektronik
sebagai alat bukti dalam hukum acara perdata di Indonesia. Perihal kriteria-kriteria
yang dapat menjadikan dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam hukum acara
perdata menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan perihal kedudukan dokumen elektronik sebagai alat bukti
dalam pembaruan hukum acara perdata Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian normatif, dan bersifat deskriptif analitis
yang memaparkan sekaligus menganalisis suatu fenomena yang berhubungan dengan
dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam perspektif pembaruan hukum acara
perdata Indonesia yang ditinjau dari H.I.R/R. Bg dan Undang-Undang No. 11 Tahun
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Hasil penelitian menunjukkan, perihal dasar pengaturan dokumen elektronik

dalam hukum acara perdata ialah Pasal 5 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga terdapat pula pada
perundangan lain misalnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen
Perusahaan dan lain sebagainya. Dokumen elektronik dapat dijadikan sebagai alat
bukti harus merujuk kepada beberapa kriteria, yaitu : Diperkenankan oleh UndangUndang untuk dipakai sebagai alat bukti, Reability, yaitu alat bukti tersebut dapat
dipercaya keabsahannya, Necessity, yakni alat bukti yang memang diperlukan untuk
membuktikan suatu fakta. Relevance, yaitu alat bukti yang diajukan mempunyai
relevansi dengan fakta yang akan dibuktikan, Keterangan dari saksi ahli terhadap
sebuah dokumen elektronik. Dokumen elektronik adalah salah satu bentuk dalam
pembaruan hukum acara perdata Indonesia. Hal ini seharusnya menjadi titik tolak
karena posisi dokumen elektronik telah jelas dan memiliki keabsahan sebagai alat
bukti sehingga setiap dokumen elektronik harus dinilai setiap diajukan oleh para
pihak yang bersengketa.
Agar memperjelas setiap jenis pengaturan yang memuat alat bukti berupa
dokumen elektronik dengan secara tegas memasukkan kata-kata dokumen elektronik
tidak terbatas pada jenis-jenis tertentu, kemudian melahirkan regulasi baru untuk
mempertegas kedudukan saksi ahli yang memiliki posisi penting dalam memberikan
keterangan perihal dokumen elektronik, dan terakhir hakim tidak perlu ragu lagi
mnggunakan dokumen elektronik sebagai alat bukti karena telah memiliki dasar
hukum dan jika telah memenuhi kriteria sebagai alat bukti

Kata kunci : Pembuktian, Dokumen elektronik, Dan Pembaruan hukum

vi
Universitas Sumatera Utara