Analisis Tingkat kemampuan pengusaha UMK mengakses kredit perbankan di kota Binjai

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Defenisi Tingkat Kemampuan
Menurut Thoha, kemampuan merupakan salah satu unsur dalam

kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat
diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman.
Kemampuan ditujukan seseorang baru sebagian dari potensi yang terdapat
pada dirinya sendiri. Dalam hal ini pengusaha meminjam dan mengembalikan
modal yang telah diterima ke bank . oleh karna itu perlu adanya motivasi untuk
menggerakkan agar prestasi kerja semakin dapat dilihat dan dirasakan oleh
pengusaha.
Berdasarkan uraian di atas bahwa apabila ingin mencapai hasil yang
maksimal seorang pengusaha harus bekerja dengan sungguh-sungguh beserta
segenap kemampuan yang dimiliki ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada.
Jika seorang pegawai bekerja dengan setengah hati maka pekerjaan yang
dihasilkan tidaklah semaksimal yang diharapkan. Artinya bahwa kemampuan
seseorang bisa diukur dari tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki

dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Dengan keterampilan yang ada
maka pengusaha akan berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
kerjanya.
Dari bahasan-bahasan di atas maka di dalam mengukur kemampuan kerja,
menggunakan indikator sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Kemampuan teknis
1. Tingkat pendidikan dan jenis pendidikan
2. Tingkat pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan target waktu yang telah
ditetapkan
3. Tingkat pelaksanaan pekerjaan menggunakan peralatan sesuai dengan
bidang tugasnya.
4. Tingkat penyelesaian terhadap masalah
b. Kemampuan bersifat manusiawi
1. Tingkat kerja sama dengan orang lain
2. Tingkat membangun suasana kerja
3. Tingkat pelaksanaan kerja dengan inisiatif
c. Kemampuan konseptual

1. Tingkat kejelasan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan bidang
tugasnya.
2. Tingkat penggunaan skala prioritas dalam menyelesaikan pekerjaan.
2.2

Defenisi Usaha mikro dan kecil (UMK)
Menurut UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengahdisebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
peroranganatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badanusaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

Universitas Sumatera Utara

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.

2.2.1

Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.
Adapun kriteria usaha mikro :
1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tigaratus
juta rupiah).
3. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang, termasuk tambahan
anggota keluarga yang tidak dibayar.
2.2.2

Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
Adapun kriteria Usaha Kecil :
1 Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan tempat
bangunan.

Universitas Sumatera Utara

2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000
3 Usaha yang memiliki pekerja 5-19 orang
2.2.3. Ciri-Ciri Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Ciri-ciri

usaha

mikromenurut

Keputusan


Menteri

Keuangan

No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:
1. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti.
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya
manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank.
6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
2.2.4. Jenis-Jenis Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor
bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor

industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan
dan jasa, dan jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa

Universitas Sumatera Utara

bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan
produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk
pupuk.
Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non
logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan
peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.
2.2.5. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
indonesia paling tidak dapat dilihat dari (kementrian koperasi dan dan
UKM,2005) :
1. kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai
sektor
2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar
3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan

masyarakat
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
5. Sumbangannya dalam neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor
Peran UMKM selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam
perekonomian indonesia. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank
Indonesia antara lain :
1. Jumlahnya besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi
2. Menyerap setiap tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak
kesempatan kerja

Universitas Sumatera Utara

3. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan

bahan

baku

lokal dan


menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga
terjangkau
2.2.6. Azas-Azas Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan. Perbedaan UKM dengan perusahaan yang berskala besar salah
satunya dari asas. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:
1. Kekeluargaan;
2. Demokrasi ekonomi;
3. Kebersamaan;
4. Efisiensi berkeadilan;
5. Berkelanjutan;
6. Berwawasan lingkungan;
7. Kemandirian;
8. Keseimbangan kemajuan; dan
9. Kesatuan ekonomi nasional.
2.2.7. Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari
berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah

tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang
dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor

Universitas Sumatera Utara

atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor
yang sama (Tambunan, 2002). Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh
usaha mikro dan kecilmenurut Tambunan (2002) adalah:
1. Kesulitan pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan
masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestic
dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.
2. Keterbatasan Financial
Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah
utama dalam aspek financial :mobilitas modal awal (star-up capital) dan akses
ke modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat
diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.
3. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak

usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek
enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,
engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data
processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini
menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar
domestik maupun pasar internasional.
4. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku juga sering menjadi salah satu kendala serius

Universitas Sumatera Utara

bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha
mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang
terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.
5. Keterbatasan teknologi
Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologilama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat
produksiyang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya
membuatrendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses
produksi,tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Menurut Lestari

(2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan, UMK paling tidak
menghadapi empat masalah, yaitu:
a. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai
informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan
formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura.
b. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman
yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun
waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material
sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan
kelayakan usaha.
c. Tingkat bunga yang dibebankan dirasakan masih tinggi.
d. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti
perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2.2.8.

Kelebihan dan Kelemahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar

pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu
meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya (lapangan usaha dan lapangan
kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan
perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan
dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan.
Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih
fleksibel

dan

ada

abilitas

dalam

pengembangan

usaha.

(Sumber:www.wikipedia.org)
Adapun kekurangan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya
kemampuan Sumber Daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial
yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha.
Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam
pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan
pengetahuan produksi dan teknologi, sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan
menguasai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialamai dalam
Usaha Mikro dan Kecil. Usaha Mikro dan kecil juga tidak didukung kebijakan
dan regulasi yang memadai, serta pelakuan dari pelaku usaha besar yang tidak
terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi
standar

dan

tidak

memenuhi

kelengkapan

aspek

legalitas.

(Sumber:www.wikipedia.org).

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Kebijakan Kredit
Menurut Muljono (2007) dalam menetapkankebijaksanaan perkreditan

tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asaspokok yaitu :
1. Asas likuiditas
Asas likuiditas adalah suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat
menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya
akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari
masyarakat luas. Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi kreteria
antara lain :
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
b. Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktuwaktu
tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets
baru melalui berbagai bentuk utang.
2. Asas solvabilitas
Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari
masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.
3. Asas rentabilitas
Asas rentabiltas, sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu
mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan
eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya.

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Penyaluran Kredit oleh Bank terhadap UKM
Pada

kenyataannya

penyaluran

kredit

pada

UKM

masih

kecil

dibandingkan dengan usaha besar. Pemecahan masalah tersebut secara makro
seperti kebijakan pemerintah mewajibkan Bank Umum untuk menyalurkan 20 %
kredit kepada UKM dari total kreditnya, KUT, program program promosi akses
kredit UKM kepada lembaga keuangan dan lain-lainnya ternyata hasilnya masih
jauh dari memuaskan. Hal ini disebabkan selain karena ketidakmampuan UKM
mengakses bank juga disebabkan oleh :
1. Officer Bank kekurangan pengetahuan atau pengalaman, sehingga bank
kesulitan menilai prospek bisnis UMK, sehingga untuk meminimalisasi resiko
perlu menetapkan persyaratan jaminan yang ketat. Skema kredit UMK kurang
bervariasi mengikuti variasi karakteristik usaha UMK yang spesifik.
2.

Pada UMK yang mengajukan kredit, Officer Bank masih kesulitan untuk
menemukan yang prospektif untuk dibiayai.
Untuk mendorong penyelesaian masalah ditingkat mikro tersebut

semestinya menjadi perioritas dalam mempromosikan akses kredit UMK pada
lembaga keuangan. secara teknis bank harus punya target pasar spesifik untuk
UMK sebagaimana juga bank memiliki target pasar spesifik untuk usaha besar,
tetapi menetapkan target pasar untuk UKM ternyata lebih rumit dari pada
menetapkan target pasar kredit usaha besar, hal ini disebabkan :
1.

Tidak tersedianya data sekunder yang memadai tentang UMK, data yang
tersedia pada dinas teknis dan BPS sangat tidak memadai sebagai
pertimbangan dalam merumuskan target pasar kredit UMK.

Universitas Sumatera Utara

2.

Faktor lokalitas pada tingkat Kabupaten/propinsi bahkan pada tingkat
wilayah yang lebih kecil sangat mempengaruhi potensi pengembangan UMK,
dengan demikian data Nasional akan sangat bisa jika digunakan dalam
memilih sektor UMK.

3.

Pengelompokkan UMK selama ini berdasarkan sub sektor telah menjadi pola
analisis, padahal pengelompokkan tersebut pada dasarnya untuk kepentingan
administrasi (Pemerintah & BI) bukan kepentingan analisis bisnis, Analisis
yang paling rasional adalah berdasarkan rantai bisnis dan wilayah (wilayah
yang dibatasi oleh keterkaitan pelaku bukan wilayah administrasi).
Karena sebagian besar UMK tidak memiliki dokumen usaha dan data

tentang UMK sangat sedikit maka untuk bisa menyalurkan kredit kepada UMK,
bank perlu mengenal dengan baik karakteristik dan pola bisnis UMK, perlu cara
lain dalam analisis pasar dan potensi sektor agar penyaluran kredit pada UMK
tetap dengan pendekatan koridor biasa.
Menurut data Bank Indonesia, total penyaluran kredit UMKM pada
periode Januari - Juli 2012 mencapai Rp 681 triliun atau 33 persen dari rencana
bisnis bank. Porsi kredit UMKM paling besar dikucurkan untuk sektor
perdagangan yakni 46,6 persen, diikuti sektor industri pengolahan sebesar 10,5
persen, dan sektor pertanian, perburuan dan kehutanan 7,8 persen. Adapun ratarata bunga kredit UMKM tercatat 13,8 persen. Menurut data BI per Juli 2012.
Total penyaluran kredit secara keseluruhan mencapai Rp 2.538 triliun. Mengacu
pada hal itu maka total penyaluran kredit UMKM yang telah mencapai Rp 681
triliun sudah mencapai 20 persen.

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Syarat UKM Mendapat Kucuran Dana dari Bank
Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus memenuhi tiga

persyaratan agar usahanya dinilai visible dan bankable bagi perbankan. Sehingga
perbankan bersedia untuk mengucurkan kredit. "Tiga syarat itu adalah :
1. Dokumentasi Usaha Yang Jelas
2. Track Record Yang Positif
3. Bisnis dan Cashflow yang positif
Seandainya aset usaha UKM tersebut tergolong besar tapi cashflownya
negatif, perbankan tetap enggan mengucurkan kreditnya. dalam hal ini
Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerjasama membuat pelatihan bagi para
pelaku UKM, agar bisa bankable sehingga bisa memperoleh pinjaman dari
perbankan untuk mengembangkan usaha.
Pada saat ini pemerintah masih terus berusaha untuk merealisasikan UU
tentang penjaminan kredit kepada para pelaku UKM. Sehingga nantinya Bank
Indonesia (BI) mempunyai payung hukum untuk melonggarkan aturannya bagi
perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor UKM. , agar para pelaku UKM
tidak terbebani masalah jaminan pinjaman kepada perbankan. Pada saat ini
bahkan ada pelaku UKM yang memberikan jaminan lebih besar kepada perbankan
dibandingkan jumlah pinjamannya.
2.6

Permasalahan yang dihadapi UKM dalam Mendapatkan Kredit dari
Perbankan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) saat ini tengah menghadapi fenomena

paradoks. Disatu sisi UKM terlihat sangat strategis karena merupakan pilar
pendukung utama dan terdepan dalam pembangunan ekonomi. UKM merupakan

Universitas Sumatera Utara

lapangan usaha yang paling banyak dan paling mudah diakses oleh masyarakat
bawah di Indonesia. UKM paling besar dan paling cepat dalam memberikan
peluang lapangan pekerjaan dan memberikan sumber penghasilan bagi
kebanyakan masyarakat kita. UKM paling fleksibel dan dapat dengan mudah
beradaptasi dengan pasang surut dan arah perekonomian dan UKM juga cukup
terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam

ekspor dan

perdagangan. Betapa luar biasanya peran UKM di Indonesia kita ini. Namun disisi
lain kita juga banyak menemukan persoalan pelik ditubuh UKM.
Kelembagaan UKM di Indonesia lemah. Hal ini disebabkan karena secara
ekonomi politik, keberadaannya tidak diperhitungkan terutama pada masa rezim
Soeharto berdiri kokoh. Dominasi keberpihakan rezim Soeharto kepada pelaku
ekonomi besar telah menyebabkan UKM di Indonesia lemah secara kelembagaan.
Sehingga UKM kita menjadi lambat mandiri, lambat mengembangkan diri dan
menjadi lemah dalam hal akses. Sudah menjadi rahasia umum UKM di Indonesia,
bahwa dari dahulu permasalahan klasik yang selalu mendera UKM antara lain
adalah permasalahan:
1. Rumitnya proses perizinan dan penyederhanaan pencatatan usaha.
Perizinan usaha di Indonesia sangat berbelit dan memakan waktu yang sangat
lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain padahal untuk UKM izin
usaha adalah modal paling dasar jika mau berkembang dan mendapat akses
dengan baik terutama sekali akses permodalan. Menurut Bank Dunia (2005),
dibutuhkan rata-rata sekitar 151 hari serta 12 prosedur untuk mendapatkan izin

Universitas Sumatera Utara

usaha. Padahal kemudahan perizinan ini akan menciptakan tambahan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.25% PDB.
2. Sulitnya akses penambahan modal melalui kredit bank.
Kebanyakan UKM tidak berhasil mendapatkan kredit dari bank karena UKM
tidak memenuhi persyaratan untuk layak diberi kredit. Hal ini antara lain
karena UKM belum memiliki pengetahuan dan kesiapan dalam memenuhi
persyaratan kredit sehingga para pelaku UKM memandang prosedur kredit
sulit. Sulaeman di Indonesia alasan utama yang dikemukakan oleh UKM
kenapa UKM tidak meminjam ke bank adalah:
a. prosedur sulit (30,30 %),
b. Tidak berminat (25,34 %),
c. Tidak punya agunan (19,28 %),
d. Tidak tahu prosedur (14,33 %),
e. Suku bunga tinggi (8,82 %),
f. Proposal ditolak (1,93 %) (Sulaeman, 2004)
3. Lemahnya kemampuan UKM dalam hal manajemen.
Permasalahan sebagian besar UKM di Indonesia adalah lemahnya kemampuan
manajemen. Karena sebagian besar pelaku UKM memiliki tingkat pendidikan
SMU atau sederajat, maka penguasaan ini sangat lemah. Padahal ini
merupakan kunci jika UKM mau menilai perkembangan dan ingin mendapat
akses kredit modal usaha di perbankan
4. Lemahnya penguasaan terhadap networking atau jaringan kerja dan akses
pasar.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini muncul akibat lemahnya kemampuan UKM mengorganisir diri dan
lemahnya kemampuan pemasaran UKM, lemahnya penguasaan jaringan
pasar, dan lemahnya penguasaan fasilitas teknologi dan informasi (IT) oleh
UKM.
2.7.

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Erwina Pratiwi (2014) dengan judul

“Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan Di
Kabupaten Langkat”. Penelitian inimenganalisis bagaimana tingkat kemampuan
pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengakses kredit perbankan di
Kabupaten Langkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan data primer.Cara pengumpulan data dengan
menggunakan wawancara dan kuisioner. Metode yang digunakan dalam
menganalisis penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di
Kabupaten Langkat mengetahui kredit perbankan merupakan tempat untuk
meminjam modal.
Kemudian Penelitian dilakukan oleh Pravita Sari (2014) dengan judul
“Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan
Syariah di Kota Medan (studi kasus : bank SUMUT syariah cabang medan)
memberikan hasil penelitan yaitu bahwa alasan para pengusaha UMK
mengakses pembiayaan diperbankan syariah karena usulan teman/keluarga dan
potensi pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan mencakup modal awal

Universitas Sumatera Utara

dan pendapatan parapengusaha UMK serta kendala yang dihadapi yaitu harus
memiliki surat izin usaha dan laporan keuangan setiap bulannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Emmawaty sijabat (2013) dengan judul
“Bank Perkreditan Rakyat Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Menengah Kecil
Di PT BPR Tridana Percut Medan” dengan hasil penelitian bahwa Bank
Perkreditan Rakyat sebagai sumber pembiayaan usaha menengah kecil di PT BPR
Tridana Percut Medan sangat berkaitan dengan variabel yang diberikan oleh pihak
Bank dimana jumlahpembiayaan yang disalurkan sebesar 41.9%, suku bunga
yang ditawarkan sebesar 48.8% dan jangka waktu pengembalian sebesar 48.8%
kepada calon debitur yang menerima permintaan kredit.
2.8. Kerangka Konseptual
Pengusaha
UM K

Kredit
Perbankan

Tingkat kemampuan

Kendala pengusaha

Pengusaha Umk terhadap

umk mengakses kredit

kredit perbankan

perbankan

Gambar 2.1
Kerangka konseptual

Universitas Sumatera Utara