Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan Di Kabupaten Langkat
SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PENGUSAHA UMK MENGAKSES KREDIT PERBANKAN
DI KABUPATEN LANGKAT
OLEH
ERWINA PRATIWI 110523006
PROGRAM STUDI STRATA-I EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tingkat kemampuan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan data primer.Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner. Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat mengetahui kredit perbankan merupakan tempat untuk meminjam modal. Namun kurangnya informasi mengenai kredit perbankan sehingga mereka memilih untuk mencari dana usaha dari yang lain. Para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat yang tidak mengikuti kredit perbankan sangat banyak, yakni mencapai 81 persen. Hal ini sangat disayangkan karena bagi para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih sangat kekurangan. Sehingga mereka masih banyak yang mencari dana usahanya dari yang lain.
Kata Kunci: Usaha Mikro dan Kecil (UMK), Pengusaha, Mengakses Kredit Perbankan.
(3)
ABSTACT
This study aimstoanalyzehow theentrepreneur's ability levelMicro and Small Industry(UMK) to accessbank creditin Langkat. The method was usedin this researchisdescriptivemethodby usingprimary data. The data was
collectedthrough interviewsandquestionnaires. The method that was
usedinanalyzing this study is by using SPSS16.0.Result of study
showedthatentrepreneursMicro and Small Industry(UMK) in
Langkatknowwherebank creditis the placeto borrowcapital. However,the lackof
informationregardingbank creditso that
theychoosetoseekfundsfromotherbusinesses.Entrepreneur’sMicro and Small
Industry(UMK) in Langkatthatdo notfollowsomanybankcredits, which
reached81percent.This is very unfortunatebecausefor entrepreneursMicro and Small Industry(UMK) are stillverydeficient. So there are still many employerswhoseek fundingfromotherbusinesses.
Keywords: Micro and Small Industry(UMK), Entrepreneur, to Access bank Credits.
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kemampuan
Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan di Kabupaten Langkat”.Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Ibunda dan Ayah Tercinta yang selalu ada buat saya dari kecil hingga sekarang.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selakuKetua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(5)
5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utarayang telah membagi ilmunya kepada saya
7. Seluruh Staf Akademik Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
8. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2011 Program Ekstensi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat menjadi lebih baik.Akhirnya penulis memohon agar Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini.
Medan, Januari 2014 Penulis
Erwina Pratiwi 110523006
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……….. i
ABSTRACT ……… ii
KATA PENGANTAR ……….… iii
DAFTAR ISI ………... v
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR GAMBAR ……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang …………... 1
1.2Perumusan Masalah ………. 4
1.3Tujuan Penelitian ………. 5
1.4Manfaat Penelitian ……… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi UMK ……….. 6
2.1.1 Ciri-Ciri UMK ……… 7
2.1.2 Jenis-Jenis UMK ……… 8
2.1.3 Peran UMK ……… 9
2.1.4 Azas-Azas UMK ……… 10
2.1.5 Permasalahan UMK ……….. 10
2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan UMK ………… 12
2.2 Definisi Kredit ………. 13
2.2.1 Jenis-Jenis Kredit ……….. 16
2.2.2 Unsur-Unsur Kredit ……….. 18
2.2.3 Fungsi-Fungsi Kredit ………. 19
2.2.4 Tujuan Kredit ………. 20
2.2.5 Prinsip-Prinsip Kredit ………. 21
2.2.6 Kebijakan Kredit ……… 22
2.3 Kerangka Konseptual ………. 23
2.4 Hipotesis ……… 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 27
3.3 Batasan Operational ……… 27
3.4 Definisi Operational ……… 28
3.5 Skala Pengukuran Operasional ……….. 28
3.6 Populasi dan Sampel ……… 29
3.6.1 Populasi Penelitian ……… 29
(7)
3.7 Jenis dan Sumber Data ……… 31
3.8 Metode Pengumpulan Data ……… 32
3.9 Uji Validitas dan Reabilitas ……… 32
3.9.1 Uji Validitas ……… 32
3.9.2 Uji Reabilitas ……….. 37
3.10 Teknik Analisis ……….. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian ……….. 40
4.1.1 Letak Geografis ………... 40
4.1.2 Iklim ………. 40
4.1.3 Demografis ……….. 41
4.1.4 Keadaan Mata Uang Pencarian dan Potensi Wilayah……… 43
4.2 Karakteristik Responden ………. 44
4.2.1 Data Responden Menurut Usia ……….. 44
4.2.2 Data Responden Menurut Jenis Kelamin ….. 45
4.2.3 Data Responden Menurut Jenjang Pendidikan……… 45
4.2.4 Data Responden Menurut Jenis Usaha …….. 46
4.3 Analisis Data ……… 48
4.3.1 Responden Terhadap Pengetahuan Mengakses Kredit Perbankan ………. 48
4.3.2 Responden yang Mengakses Kredit Perbankan………. 51
4.3.3 Responden yang tidak Mengakses Kredit Perbankan……… 51
4.3.4 Responden yang pernah Mengakses Kredit Perbankan……… 52
4.3.5 Statistik Deskriptif Penelitian ………. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 54
5.2 Saran ………. 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
3.1 Hasil Uji Validitas………. 34
3.2 Case Processing Summary……… 35
3.3 Reliability Statistics……….. 35
3.4 Korelasi Item-Total Statistics……… 36
3.5 Hasil Uji Validitas Corrected Item-Total Correlation……… 37
3.6 Reliability Statistics Cronbach’s Alpha ……….. 38
3.9 Item-Total Statistics……….. 38
4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan………… 42
4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin……… 43
4.3 Data Responden Berdasarkan Usia………. 44
4.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… 45
4.5 Data Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan…. 46 4.6 Data Responden Berdasarkan Jenis Usaha………….. 47
4.7 Frekuensi Jawaban Responden……… 48
4.8 Responden yang Pernah Mengakses Kredit Perbankan……….. 52
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian……….. 55
2 Data Pribadi Responden……… 57
3 Tabulasi Hasil Survei Terhadap Responden…………. 62
4 Hasil Uji Validitas ……… 65
5 Hasil Uji Validitas Correlation ……… 67
6 Hasil Uji Reliabilitas……….. 67
7 Usia……… 68
8 Jenis Kelamin……… 70
9 Tingkat Pendidikan……… 70
10 Jenis Usaha………. 71
(11)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tingkat kemampuan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan data primer.Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner. Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat mengetahui kredit perbankan merupakan tempat untuk meminjam modal. Namun kurangnya informasi mengenai kredit perbankan sehingga mereka memilih untuk mencari dana usaha dari yang lain. Para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat yang tidak mengikuti kredit perbankan sangat banyak, yakni mencapai 81 persen. Hal ini sangat disayangkan karena bagi para pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih sangat kekurangan. Sehingga mereka masih banyak yang mencari dana usahanya dari yang lain.
Kata Kunci: Usaha Mikro dan Kecil (UMK), Pengusaha, Mengakses Kredit Perbankan.
(12)
ABSTACT
This study aimstoanalyzehow theentrepreneur's ability levelMicro and Small Industry(UMK) to accessbank creditin Langkat. The method was usedin this researchisdescriptivemethodby usingprimary data. The data was
collectedthrough interviewsandquestionnaires. The method that was
usedinanalyzing this study is by using SPSS16.0.Result of study
showedthatentrepreneursMicro and Small Industry(UMK) in
Langkatknowwherebank creditis the placeto borrowcapital. However,the lackof
informationregardingbank creditso that
theychoosetoseekfundsfromotherbusinesses.Entrepreneur’sMicro and Small
Industry(UMK) in Langkatthatdo notfollowsomanybankcredits, which
reached81percent.This is very unfortunatebecausefor entrepreneursMicro and Small Industry(UMK) are stillverydeficient. So there are still many employerswhoseek fundingfromotherbusinesses.
Keywords: Micro and Small Industry(UMK), Entrepreneur, to Access bank Credits.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, perekonomian Indonesia sudah mulai mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga.Baik di sektor barang maupun di sektor jasa. Perkembangan ini dapat kita ukur dari pertumbuhan ekonomi secara nasional pada tahun 2012 sebesar 6,23% meskipun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 6,5%. Namun di sisi lain, perekonomian Indonesia merupakan perekonomian yang cukup rapuh jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Jika kita review kembali pada tahun 1997/1998, maka Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih tahan terhadap krisis yang melanda Negara-negara berkembang terutama Indonesia.
UMK memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi, namun terdapat maslaah yang dihadapi kelompok usaha ini. Menurut Primiana (2009), permasalahan terletak pada lemahnya prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan usaha-usaha komersial uang dimiliki oleh UMK. Masalah utama yang dihadapi UMK adalah keterbatasan akses untuk mendapatkan sumber modal dan rendahnya kesempatan mendapatkan peluang usaha.Selain itu, permasalahan UMK terkait juga dengan aspek produksi, pemasaran, kesempatan kerja dan teknologi.
Salah satu kendala dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya mengakses sumber permodalan. Mengutip
(14)
UKM menyatakan kesulitan permodalan, kemudian diikuti oleh kepastian pasar 25,90% dan kesulitan bahan baku 15,40%. Dalam kondisi yang demikian kelompok ini akan sangat sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah berjalan lama tersebut, kecuali bila ada intervensi dari pihak lain.
Pemberdayaan UMK sangat penting dan strategis untuk menopang struktur perekonomian Indonesia ke depan. Secara umum UMK memiliki kedudukan yangsangat potensial dalam perekonomian nasional, namun kenyataannya masih banyakmasalah yang menghadang dalam pengembangan UMK.Dalam hal ini adalah kelemahan akses pada informasi dan perluasan pangsapasar, kelemahan akses dan pemupukan modal, kelemahan akses pada informasi dan teknologi, kelemahan dalam manajemen organisasi, sertakelemahan dalam pembentukan jaringan usaha dan kemitraan.
Semuanya ini tidak lain adalah karena lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang akhirnya berdampak terhadap daya saing UMK jika dibandingkan dengan pengusaha yang lebih besar. Kondisi ini tentunya harus diperbaiki agar pengusaha UMK ini lebih berkembang sehingga dapat bersaing dengan adanya pasar global ASEAN pada tahun 2015 medatang. Oleh karena itu, seharusnya UMK ini harus mendapat perhatian yang lebih besar lagi dengan cara memberikan kucuran dana oleh lembaga-lembaga keuangan yang ada. Di Indonesia, UMK adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UMK hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UMK di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Tetapi akses ke
(15)
lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UMK yang mendapat akses ke lembaga keuangan.
Suatu hal yang wajar apabila pemilik dana dalam memberikan pendanaan kepada pihak lain dengan sangat hati-hati, sebab siapapun dalam melepaskan dananya berharap bahwa dana itu aman, dalam arti dana tersebut dijamin akan kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan daripadanya. Tanpa adanya saling mengenal tidak mungkin pemilik dana memberikannya kepada pihak lain.
UKM seringkali tidak melakukan pembukuan atau membuat pembukuan yang sangat sederhana, dimana berbagai biaya tidak diperhitungkan dengan jelas seperti :
1. Tidak dilakukan penyusutan terhadap aktiva tetap,
2. Tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja pribadi atau keluarga, 3. dan Tidak memisahkan asset perusahaan dengan kekayaan pribadi.
Kondisi ini akan menimbulkan kesulitan kepada pihak pemilik dana untuk melakukan kelayakan usaha.Kelayakan dari usaha yang akan dibiayai merupakan suatu pegangan bagi sumber permodalan (pemilik modal) untuk menentukan apakah akan mendanai usaha tersebut atau tidak.
Oleh karena itu kemampuan menyusun studi kelayakan menjadi sangat penting, sebab mungkin saja sebenarnya usaha yang akan dibiayai itu sangat potensial dan akan mampu memberikan keuntungan yang besar, akan tetapi karena penyajian dalam studi kelayakannya tidak menggambarkan potensi ril kalau usaha itu dibiayai, maka sumber permodalan tidak mau memberikan pendanaan. Dengan perkataan lain walaupun usaha itu akan memberikan
(16)
keuntungan yang besar, tapi kalau kelayakan usahanya tidak mampu meyakinkan sumber permodalan, maka usaha itu tidak akan didanai.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Langkat adalah 966.133 orang yang terdiriatas 486.567 laki-laki dan 479.566 perempuan dengan beragam mata pencaharian. Jumlah pelaku usaha mikro dan kecil sebanyak 87.332 atau sekitar 98,73 persen, dari jumlah total 88.458 usaha di Kabupaten Langkat. Melihat tingginya jumlah usaha mikro di Kabupaten Langkat berarti usaha mikro di Kabupaten Langkat telah berkembang.Perkembangan usaha mikro di Kabupaten Langkat tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta dalam bentuk pemberian bantuan modal usaha yang di salurkan melalui berbagai koperasi bukan kredit perbankan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PENGUSAHA UMK MENGAKSES KREDIT PERBANKAN DI KABUPATEN LANGKAT”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan pengusaha UMK terhadap kredit perbankan di Kabupaten Langkat?
2. Apa kendala pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat?
(17)
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengetahuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan kepada perbankan yang akan menyalurkan kredit kepada pengusaha UMK khususnya di Kabupaten Langkat.
2. Sebagai bahan studi dan wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan mahasiswi khususnya di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non-ilmiah Penulis dalam disiplin ilmu yang Penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara kontekstual dan tekstual.
4. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik membahas pengusaha UMK mengakses kredit di Indonesia.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahdisebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badanusaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yangdimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) Usaha Mikro adalah usahaproduktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:
1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah).
(19)
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Ganewati (1997) menyatakan bahwa Usaha Mikro dan Kecil berdasarkanperdagangan dan investasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:
1. Usaha mikro dan kecil yang sudah go global, yaitu usaha mikro dan kecilyang telah menjalankan kegiatan internasional secara sangat luas, meliputi kawasan global seperti Asia, Eropa atau Amerika Utara.
2. Usaha mikro dan kecil yang sudah internationalized, yaitu usaha mikro dan kecil yang menjalankan satu kegiatan internasional, misalnya ekspor.
3. Usaha Mikro dan Kecil potensial, yaitu usaha mikro dan kecil yang memiliki potensi menjalankan kegiatan internasional.
4. Usaha Mikro dan Kecil yang beroriantasi domestik, yaitu usaha mikro dan kecil yang menjalankan usaha secara domestik.
2.1.1. Ciri-Ciri Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Ciri-ciri usaha mikromenurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:
(20)
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. 3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. 4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
2.1.2. Jenis-Jenis Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan dan jasa, dan jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk pupuk.Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.(Dikutip dari jurnal Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten
(21)
Langkat (Studi Kasus Bank BRI Unit Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat) oleh Ary Sofwan).
2.1.3. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Usaha mikro dan kecil selain memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga kerja, usaha mikro dan kecil juga sebagai mediasi proses industrialisasi suatu negara. Anderson (dikutip Sulistyastuti, 2004) membangun suatu tipologi untuk tahap-tahap industrialisasi suatu negara.
Noer Soestrisno (2004) menjelaskan usaha mikro dan kecil memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi yang ditunjukkan oleh sejumlah indicator sebagai berikut:
1. Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4,8 persen tahun 2000 dimana Usaha Besar (UB) belum bangkit, banyak pakar memperkirakan hal tersebut kontribusi dari usaha mikro dan kecil selain dari sektor ekonomi.
2. Hasil survei 1998 ketika awal krisis terhadap 225 ribu usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa hanya 4 persen saja usaha mikro dan kecil menghentikan bisnisnya, 64 persen tidak mengalami perubahan omzet, 31 persen omzetnya menurun, dan bahkan 1 persen justru berkembang.
3. Technical Assistant ADB pada tahun 2001 juga melakukan survei terhadap 500 usaha mikro dan kecil di Medan dan Semarang yang memberikan hasil bahwa 78 persen usaha mikro dan kecil menjawab tidak terkena dampak krisis moneter.
(22)
2.1.4. Azas-Azas Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Perbedaan UKM dengan perusahaan yang berskala besar salah satunya dari asas. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:
1. Kekeluargaan; 2. Demokrasi ekonomi; 3. Kebersamaan;
4. Efisiensi berkeadilan; 5. Berkelanjutan;
6. Berwawasan lingkungan; 7. Kemandirian;
8. Keseimbangan kemajuan; dan 9. Kesatuan ekonomi nasional.
2.1.5. Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (Tambunan, 2002).
(23)
Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan kecilmenurut Tambunan (2002) adalah:
1. Kesulitan pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestic
dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor. 2. Keterbatasan Financial
Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek financial :mobilitas modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.
3. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek
enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,
engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data
processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.
4. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan
(24)
kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.
5. Keterbatasan teknologi
Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologilama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksiyang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuatrendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi,tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat.
Menurut Lestari (2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan, UMK paling tidak menghadapi empat masalah, yaitu:
1. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura.
2. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan kelayakan usaha.
3. Tingkat bunga yang dibebankan dirasakan masih tinggi.
4. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.
2.1.6. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu
(25)
meningkatkan ekonomi kerakyatan / padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan.Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan ada abilitas dalam pengembangan usaha.(Sumber:www.wikipedia.org)
Adapun kekurangan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha.Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan menguasai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialamai dalam Usaha Mikro dan Kecil. Usaha Mikro dan kecil juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta pelakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas. (Sumber:www.wikipedia.org).
2.2. Definisi Kredit
Menurut Moh. Tjoekam (1999 : 1), kata “kredit” berasal dari bahasa Latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust.
(26)
Sedangkan menurut Thomas Suyatno (1993 : 12), istilah “kredit” berasal dari bahasa Yunani yaitu credere juga yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Ada beberapa pengertian kredit secara universal menurut Undang- Undang Perbankan Indonesia, yaitu :
“ Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan (Undang-undang Perbankan No. 14 / 1967)”.
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Undang- undang Perbankan No. 7 / 1992)”.
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Undang- undang Perbankan No. 10 / 1998)”.
Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur.Selain itu, sistem pemberian kredit didasarkan juga atas keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk membayar utangnya.Untuk
(27)
memperoleh keyakinan tersebut, makasebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal agunan dan prospek usaha dari debitur.
Definisi kredit menurut para ahli antara lain:
1. Menurut Kent seperti dikutip oleh Hasibuan (2007:12), Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang di minta, atau pada waktu yang akan dating karena penyerahan barang-barang sekarang.
2. Menurut PAPI revisi 2001 dalam Rinaldy (2009:29), Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Termasuk dalam pengertian kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga debitur yang dilengkapi dengan note purchase agreement atau NPA.
3. Menurut Hariyani (2010:10), Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan sehingga pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah.
Dari pengertian yang dikemukan beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman berserta bunganya sesuai perjanjian yang telah di sepakati.
(28)
2.2.1. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Ismail ( 2010: 99-108 ) kredit dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Kredit dilihat dari Tujuan Penggunaan
a. Kredit Investasi,merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk pengadaan barang-barang modal yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun.
b. Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. c. Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah
untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk digunakan keperluan usaha.
2. Kredit dilihat dari Jangka Waktunya
a. Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.
b. Kredit Jangka Menengah, merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun.
c. Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.
3.Kredit dilihat dari Cara Penarikannya
a. Kredit Sekaligus, yaitu kredit yang dicairkan sekaligus sesuai dengan plafon kredit yang disetujui.
(29)
b. Kredit Bertahap, yaitu kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi secara bertahap 2,3,4 kali pencairan dalam masa kredit.
c. Kredit rekening Koran, yaitu kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui pemindahbukuan.
4. Kredit dilihat dari Sektor Usaha
a. Sektor Industri, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang bergerak dalam sektor industri.
b. Sektor Perdagangan,yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang bergerak dalam bidang perdagangan.
c. Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Perkebunan, yaitu kredit yang diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian,perkebunan, peternakan, dan perikanan.
d. Sektor Jasa, Sebagaimana tersebut dibawah ini yang dapat diberkan kredit oleh bank antara lain: Jasa Pendidikan, Jasa Rumah Sakit, Jasa Angkutan, dan Jasa Lainnya.
e. Sektor Perumahan, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur yang bergerak dibidang pembangunan perumahan.
5. Kredit dilihat dari Segi Jaminan
a. Kredit dengan Jaminan (secured loan), merupakan kredit yang didukung dengan jaminan (agunan)
b. Kredit Tanpa Jaminan (unsecured loan), merupakan kredit yang diberikan kepada debitur tanpa didukung adanya jaminan dan diberikan atas unsur kepercayaan.
(30)
Contoh Kredit Tanpa Agunan.
Kredit Tanpa Agunan atau yang disingkat dengan nama KTA atau dikenal juga dengan nama Pinjaman Tanpa Agunan adalah merupakan sebuah produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman kepada peminjam tanpa adanya sebuah aset yang dijadikan jaminan atas pinjaman tersebut. (Tanpa Agunan Tetap Bisa Kredit, Safir Senduk, diakses 20 Januari 2011). Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
6. Kredit dilihat dari Jumlahnya
a.Kredit UMKM, merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan skala usaha sangat kecil.
b. Kredit UKM, merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan antara Rp 50.000.000,- dan tidak melebihi Rp 350.000.000,-
c. Kredit Korporasi, merupakan kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah besar dan diperuntukkan kepada debitur besar (korporasi).
2.2.2. Unsur-Unsur Kredit
Unsur-unsur kredit harus diperhatikan dalam pemberian fasilitas kredit. Menurut Kasmir (2002:75-76) terdapat lima unsur-unsur kredit, yaitu:
a. Kepercayaan
Keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa yang datang.
(31)
b. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
d. Resiko
Resiko kerugian dapat terjadi akibat dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan oleh hal-hal yang tidak disengaja seperti musibah dan bencana alam.Dan hal ini menjadi tanggungan si pemberi kredit.
e. Balas Jasa
Keuntungan atas pemberian kredit atau jasa yang dikenal sebagai bunga bagi bank konvensional. Sedangkan bagi bank Syariah balas jasa ditentukan dengan system hasil bagi.
2. 2. 3 Fungsi Kredit
Fungsi kredit bagi masyarakat menurut Hasibuan (2008: 88), antara lain: 1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan
dan perekonomian.
2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. 3. Memperlancar arus barang dan arus uang.
(32)
5. Meningkatkan produktifitas dana yang ada. 6. Meningkatkan daya guna (utility) barang. 7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat. 8. Memperbesar modal kerja perusahaan.
9. Meningkatkan income percapital (IPC) masyarakat.
10.Mengubah cara berpikir atau bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
2.2.4. Tujuan Kredit
Menurut Suyatno (2007: 15) menyatakan bahwa tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk:
1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.
Sedangkan Kasmir (2008: 100) mengemukakan tujuan pemberian suatu kredit, yaitu :
1. Untuk mencari keuntungan.
Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.Hasil tersebut terutama dalam bentuk Bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Untuk meningkatkan usaha nasabah debitur.
(33)
Untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Untuk membantu pemerintah.
Bahwa, dengan banyaknya kredit yang disalurkan oleh bank-bank, hal ini berarti dapat meningkatkan pembangunan disegala sector, khususnya disektor ekonomi.
2.2.5. Prinsip-Prinsip Kredit
Adapun prinsip-prinsip pemberian kredit konsep 5C menurut Siamat(1995) sebagai berikut:
1. Character (Watak)
Watak atau sifat seseorang, dalam hal ini calon debitur.
2. Capacity (Kemampuan)
Untuk melihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.
3. Capital (Modal)
Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral (Jaminan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
(34)
5. Condition (Keadaan)
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan dating sesuai sector masing-masing.
Menurut Abdulkadir dan Rilda (2000: 61) Apabila Bank menerima permohonankredit dari nasabah, bank perlu melakukan analisis kredit terlebih dahulu. Analisis kredit meliputi:
a. Latar belakang nasabah/ perusahaan nasabah. b. Prospek usaha yang akan dibiayai.
c. Jaminan yang diberikan.
d. Hal-hal lain yang ditentukan oleh bank.
Atas dasar hasil analisis kredit, bank memberikan pertimbangan dengan hati-hati apakah permohonan nasabah tersebut layak untuk dikabulkan.
2.2.6. Kebijakan Kredit
Menurut Muljono (2007:20) dalam menetapkankebijaksanaan perkreditan tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asaspokok yaitu :
1. Asas likuiditas
Asas likuiditas adalah suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas. Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi kreteria antara lain :
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
(35)
b. Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk utang.
2. Asas solvabilitas
Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.
3. Asas rentabilitas
Asas rentabiltas, sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya.
2. 3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana pengetahuan Pengusaha
UMK
Kredit
Perbankan Pengusaha UMK Pengetahuan terhadap Kredit
Perbankan
Kendala Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan
(36)
pengusaha UMK mempunyai kendala-kendala saat mengakses kredit perbankan.Pengusaha UMK mempunyai kendala dalam modal usahanya dan tidak mengetahui kredit perbankan dapat digunakan sebagai modal usaha.Sementara pihak perbankan kurang begitu dekat dengan pengusaha UMK sehingga pihak penbankan dan pengusaha UMK tidak terjalin kerjasama.
Menurut Andang (2007), permasalahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dapat dikategorikansebagai berikut:
1. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM (basic
problems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hokum yang
umumnya non formal, sumber daya manusia (SDM), pengembangan produk dan akses pemasaran;
2. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hokum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor;
3. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam kewirausahaan.
(37)
2.4. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Pengusaha UMK tidak mengetahui tentang kredit perbankan untuk modal usahanya di Kabupaten Langkat.
2. Pengusaha UMK mempunyai kendala saat mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.
3. Kurang terjalinnya kerjasama antara pengusaha UMK dan pihak perbankan di Kabupaten Langkat.
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang perlu difahami lebih lanjut yaitu: cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan (Sugiyono, 2009).
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif.Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosialatau hubungan antara fenomena yang diuji (Sukmadinata, 2006:72).
Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjekpenelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian (Erlina, 2011:49).
(39)
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Langkat dengan berkecamatan Bahorok, Sei Bingai, Binjai, Hinai, Batang Serangan, Gebang, Pangkalan Susu, Pematang Jaya, Kuala, Selesai, Stabat, Secanggang, Sawit Seberang, Babalan, Berandan Barat, Sirapit, Besitang, Salapian, Kutambaru,Wampu, Tanjung Pura, Padang Tualang, dan Sei Lepan.
Dimana penelitian ini dikhususkan kepada pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK).Karena di Kabupaten Langkat terdapat pengusaha UMK yang kurang berminat menggunakan kredit perbankan dalam modal usaha maupun untuk mengembangkan usahanya.Pengusaha UMK lebih tertarik menggunakan kredit pada koperasi atau menjual ternak dan kebun untuk modal usahanya.
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 9 Desember 2013 sampai 11 Januari 2014. Di mana penelitian ini akan memberikan kuesioner pada para pengusaha UMK dan melakukan beberapa pertanyaan (wawancara) kepada para pengusaha UMK.
3.3. Batasan Operasional
Batasan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan pengusa Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam mengakses kredit perbankan untuk modal usaha dan pengembangan usahanya di Kabupaten Langkat.Dimana pengusaha UMK ada yang mengakses kredit perbankan dan tidak mengakses kredit perbankan serta pernah menggunakan kredit perbankan sebagai modal usahanya.
(40)
3.4. Definisi Operasional
1. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
2. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan SPSS 16.0 untuk mengolah data dari hasil kuesioner kepada responden.
(41)
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel penelitian harus didefinisikan secara jelas, karena hasil analisis statistika sangat tergantung dari ruang lingkup dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan sampel.
3.6.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kabupaten Langkat.Seluruh pengusaha UMK di Kabupaten Langkat berjumlah 966.133 pengusaha.
3.6.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Karena populasi pengusaha UMK di Kabupaten Langkat sangat banyak sehingga peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi disebabkan keterbatasan biaya, tenaga dan waktu peneliti, maka penelitian ini hanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Probability Sampling. Menurut sugiyono (2009) Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
(42)
Jumlah penduduk di Kabupaten Langkat adalah sebanyak 966.133 orang.Penduduk di Kabupaten Langkat sebagian besar adalah pengusaha yang tersebar di 23 kecamatan dengan berbagai macam jenis usaha. Jumlah sampel didapat melalui perhitungan Slovin sebagai berikut :
n = �
1+��2………...………(3.1)
Dimana :
n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
e = Tingkat kesalahan yang bias ditolerir (10%)
n = �
1+��2
n = 966.133
1+966.133(10%)2
n =966.133
9662,34
n = 99,98
Dari rumus di atas, jumlah sampel minimum dalam penelitian ini adalah berjumlah 100 orang.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Langkat dengan Kecamatan Bahorok, Sei Bingai, Binjai, Hinai, Batang Serangan, Gebang, Pangkalan Susu, Pematang Jaya, Kuala, Selesai, Stabat, Secanggang, Sawit
(43)
Seberang, Babalan, Berandan Barat, Sirapit, Besitang, Salapian, Kutambaru,Wampu, Tanjung Pura, Padang Tualang, dan Sei Lepan.
3.7. Jenis dan Sumber Data
Studi kasus pada penelitian ini adalah di Kabupaten Langkat.Jadi data yang diperoleh adalah hasil survey yang dilakukan di Kabupaten Langkat.Pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat.Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.Untuk mendukung penelitian ini diperlukan data yang valid dan aktual. Data tersebut dibedakan menjadi :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan (quesioner) dan/atau dengan wawancara langsung kepada para pengusaha UMK di Kabupaten Langkat.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupkan data yang diperoleh dari pihak atau instansi yang terkait dengan penelitian ini, dalam hal ini adalah Badan Pusat Statistik.Selain itu, informasi data juga diperoleh melalui buku-buku referensi, media internet serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
(44)
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau sipewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
2. Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data melaui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan mengkaji setiap data yang terdapat pada usaha mikro yang diteliti dan pada sumber lainnya yang mendukung penelitian ini.
3.9.Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dengan variabel.Uji ini dilakukan untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian.Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan
(45)
kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.
Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi pearson’s product moment. Yaitu:
r =
�∑ � − ∑ � (∑ �){�∑ �2−(∑ �)2}{�∑ �2−(∑ �)2}
………(3.2)
Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut sama dengan atau lebih besar dari nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan (rhitung≥ ttabel).
Uji validitas Item dapat dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0. untuk proses ini, akan digunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment. Setiap item akan diuji relasinya dengan skor total variabel. Setelah melakukan pengolahan data dengan bantuan SPSS 16.0 maka correlations dari item dengan skor total item diperoleh.
(46)
Dari hasil analisis diperoleh nilai skor item dengan skor total.Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. R tabel diperoleh dari taraf signifikansi 5% dengan uji 2 sisi dan n=30, maka diperoleh r tabel sebesar 0,361.
Tabel 3.1: Hasil Uji Validitas No
Skor
Korelasi Keterangan No
Skor
Korelasi Keterangan No
Skor
Korelasi Keterangan
1 0,346 Tidak Valid 11 0,061 Tidak Valid 21 0,058 Tidak Valid 2 0,383 Valid 12 0,400 Valid 22 0,220 Tidak Valid 3 0,188 Tidak Valid 13 0,611 Valid 23 0,296 Tidak Valid 4 0,295 Tidak Valid 14 0,478 Valid 24 0,513 Valid 5 0,229 Tidak Valid 15 0,112 Tidak Valid 25 0,182 Tidak Valid 6 0,323 Tidak Valid 16 0,317 Tidak Valid 26 0,055 Tidak Valid 7 0,291 Tidak Valid 17 0,287 Tidak Valid 27 0,360 Tidak Valid 8 0,402 Valid 18 0,491 Valid 28 0,234 Tidak Valid 9 0,422 Valid 19 0,366 Valid 29 0,133 Tidak Valid 10 0,530 Valid 20 0,189 Tidak Valid 30 0,601 Valid
Sumber: Data Diolah dengan SPSS 16.0
Selanjutnya yang dilakukan adalah Corrected Item-Total Correlation. Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang overestimasi. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi koefisien item total yang overestimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan cara lain, analisis ini menghitung korelasi overestimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari sebenarnya). Atau dengan cara lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total (teknik bivariate personal ), tetapi skor total di sini tidak termasuk skor item yan akan dihitung.
(47)
Setelah dilakukan analisis dengan bantuan software SPSS 16.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.2 Ringkasan Validitas
Keterangan N %
Valid Tidak
30 0
100 0
Total 30 100
Sumber: Data Diolah dengan SPSS 16.0
Tabel 3.3 Reliabilitas Statistik Cronbach's
Alpha
N (Banyak Item)
0,618 30
(48)
Tabel 3.4
Korelasi Item-Total Statistik
Mean Item Varians Item Korelasi Item-Total Cronbach's Alpha Item
Item 1 76,60 28,800 0,239 0,604
Item 2 76,63 28,792 0,293 0,600
Item 3 76,97 29,964 0,081 0,619
Item 4 76,57 29,357 0,201 0,608
Item 5 76,97 29,689 0,124 0,615
Item 6 76,73 29,099 0,224 0,606
Item 7 76,83 29,178 0,179 0,610
Item 8 77,03 28,309 0,294 0,597
Item 9 77,10 28,507 0,333 0,596
Item 10 77,13 28,120 0,460 0,588
Item 11 77,47 30,878 -0,068 0,636
Item 12 77,30 28,493 0,301 0,598
Item 13 77,17 26,420 0,518 0,570
Item 14 76,87 27,568 0,370 0,588
Item 15 76,93 30,478 -0,021 0,632
Item 16 77,00 33,862 -0,425 0,671
Item 17 77,43 29,151 0,169 0,611
Item 18 76,83 27,523 0,387 0,587
Item 19 76,77 28,599 0,256 0,602
Item 20 77,00 30,000 0,092 0,617
Item 21 76,97 30,792 -0,038 0,627
Item 22 77,17 29,868 0,130 0,614
Item 23 77,03 29,482 0,212 0,608
Item 24 76,87 27,292 0,408 0,584
Item 25 77,03 30,033 0,083 0,618
Item 26 77,07 30,892 -0,066 0,634
Item 27 76,97 28,999 0,272 0,602
Item 28 76,97 29,413 0,094 0,620
Item 29 77,60 30,317 -0,017 0,635
(49)
Dari hasil output bias dilihat pada Corrected Item – Total Correlation, inilah nilai korelasi yang diperoleh. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,361.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Corrected Item – Total Correlation
No
Korelasi Item-Korelasi
Total Keterangan No
Korelasi Item-Korelasi
Total Keterangan No
Korelasi Item-Korelasi
Total Keterangan
1 0,239 Tidak Valid 11 -0,068 Tidak Valid 21 -0,038 Tidak Valid 2 0,293 Tidak Valid 12 0,301 Tidak Valid 22 0,130 Tidak Valid 3 0,081 Tidak Valid 13 0,518 Valid 23 0,212 Tidak Valid 4 0,201 Tidak Valid 14 0,370 Valid 24 0,408 Valid 5 0,124 Tidak Valid 15 -0,021 Tidak Valid 25 0,083 Tidak Valid 6 0,224 Tidak Valid 16 -0,425 Valid 26 -0,066 Tidak Valid 7 0,179 Tidak Valid 17 0,169 Tidak Valid 27 0,272 Tidak Valid 8 0,294 Tidak Valid 18 0,387 Valid 28 0,094 Tidak Valid 9 0,333 Tidak Valid 19 0,256 Tidak Valid 29 -0,017 Tidak Valid 10 0,460 Valid 20 0,092 Tidak Valid 30 0,502 Valid
Sumber: Data Diolah Dengan SPSS 16.0
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, nampak bahwa 7 item yang memiliki skor korelasi yang lebih besar dan korelasi yang lebih standart, maka dapat dikatakan bahwa hanya 7 item yang valid dan dapat digunakan pada tahap penelitian selanjutnya.
3.9.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah ukuran suatu kestabilan dan konsisten responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan.Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan metode korelasi
(50)
akan ditentukan reliabilitasnya.Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik alpha cronbach dengan rumus sebagai berikut:
α = �−�1 (1- ∑��
�� ) ………... (3.3) Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan bantuan program SPSS 16.0, maka diperoleh hasil output sebagai berikut:
Tabel 3.6
Reliability Statistics Cronbach’s Alpha
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.720 .723 11
Sumber: Data Diolah Dengan SPSS 16.0
Tabel 3.7 Item-Total Statistik Item Skala Mean
Item Skala Variasi Item Korelasi Item-Total Kuadrat Korelasi Cronbach's Alpha Item
Item 2 26,27 11,995 0,389 0,404 0,698
Item 8 26,67 12,023 0.288 0,681 0,711
Item 9 26,73 12,064 0,359 0,619 0,701
Item 10 26,77 12,116 0,405 0,626 0,697
Item 12 26,93 12,064 0,319 0,406 0,707
Item 13 26,80 10,855 0,501 0,568 0,677
Item 14 26,50 11,776 0,309 0,434 0,709
Item 18 26,47 11,499 0,383 0,621 0,697
Item 19 26,40 12,179 0,257 0,463 0,716
Item 24 26,50 11,293 0,417 0,512 0,692
Item 30 26,97 11,137 0,413 0,430 0,692
(51)
Dari hasil analisis diperoleh nilai Alpha sebesar 0,720, sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 5% dengan n=30 diperoleh 0,361. Maka dapat disimpulkan bahwa item-item instrument penelitian tersebut telah reliabel.
3.10. Teknik analisis
Setelah data berhasil dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adlaah melakukan analisis terhadap data tersebut.Analisis ini dilakukan untuk mengkaji dan mengolah data yang telah terkumpul sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengolahan dan penganalisaan data yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif menekankan pada segi pengamatan langsung secara partisipatif dari penelitian. Dengan demikian dapat diungkapakan fenomena-fenomena yang terjadi serta hal-hal yang melatar belakanginya yang pada akhirnya akan menghasilkan gambaran yang jelas, terarah dan menyeluruh dari masalah yang menjadi objek penelitian. Oleh karena analisa dari penelitian kualitatif tidak mendasarkan interpretasi datanya pada perhitungan-perhitungan seperti analisa data penelitian kuantitatif, maka analisa data terletak pada kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan data, fakta, dan informasi yang diperoleh oleh peneliti itu sendiri.
(52)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Wilayah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis
Kabupaten Langkat merupakansalah satu daerah yang berada diSumatera Utara. Secara geografisKabupaten Langkat berada pada 3°14’– 4° 13’ Lintang Utara, 97°52’ –98° 45’ Bujur Timur dan 4 – 105 mdari permukaan laut.Kabupaten Langkat menempatiarea seluas ± 6.263,29 Km2 (626.329Ha) yang terdiri dari 23 Kecamatandan 240 Desa serta 37 KelurahanDefinitif. Area Kabupaten Langkat disebelah Utara berbatasan denganKabupaten Aceh Tamiang dan SelatMalaka, di sebelah Selatan berbatasandengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat berbatasan dengan KabupatenAceh Tenggara / Tanah Alas, dan disebelah Timur berbatasan denganKabupaten Deli Serdang.Berdasarkan luas daerahmenurut kecamatan di KabupatenLangkat, luas daerah terbesar adalahkecamatan Bahorok dengan luas1.101,84 km2 atau 17,59 persen diikutikecamatan Batang Serangan denganluas 899,38 km2 atau 14,36 persen.Sedangkan luas daerah terkecil adalahkecamatan Binjai dengan luas 42,05km2 atau 0,67 persen dari total luaswilayah Kabupaten Langkat.
4.1.2. Iklim
Seperti umumnya daerah-daerahlainnya yang berada di kawasan SumateraUtara, Kabupaten Langkat termasuk daerahyang beriklim
(53)
tropis.Sehingga daerah inimemiliki 2 musim yaitu musim kemaraudan musim hujan.Musim kemarau danmusim hujan biasanya ditandai dengansedikit banyaknya hari hujan dan volumecurah hujan pada bulan terjadinya musim. Indikator iklim di wilayah Kabupaten Langkat ini adalah sebagai berikut:
Musim Kemarau : Februari s/d Agustus
Musim Hujan : September s/d Januari
Curah hujan rata-rata 2.205,43 mm/tahun
Suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius
4.1.3. Demografis
Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara.Ibu kotanya berada di Stabat.Luas Kabupaten Langkat adalah 6.272 km² dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa (2000) dengankepadatan penduduk sebesar 144,17jiwa per Km².
Sex Ratio Kabupaten Langkat adalah sebesar 101,46 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 1,46 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Brandan Barat yakni sebesar 105,89 yang berarti jumlah penduduk laki-laki 5,89 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Stabat yakni sebesar 97,95 yang berarti jumlah penduduk perempuan 2,05 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.
(54)
Sedangkan laju pertumbuhanpenduduk Kabupaten Langkat padatahun 2000 dibandingkan tahun 1990 adalahsebesar 1,07 persen. Kabupaten Langkat terdiri dari 23 kecamatan, yaitu:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Bohorok 19.971 19.855 39.826
2 Sei Bingai 24.007 24.156 48.163
3 Binjai 21.493 20.777 42.270
4 Hinai 24.086 23.770 47.856
5 Batang Serangan 18.069 17.296 35.365
6 Gebang 21.417 20.995 42.412
7 Pangkalan Susu 20.746 20.500 41.246
8 Pematang Jaya 6.648 6.348 12.996
9 Kuala 19.479 19.541 39.020
10 Selesai 34.788 34.296 69.084
11 Stabat 40.386 41.233 81.619
12 Secanggang 32.718 32.508 65.226
13 Sawit Seberang 12.622 12.575 25.197
14 Babalan 28.687 27.692 56.379
15 Sirapit 8.033 7.885 15.918
16 Besitang 22.139 21.676 43.815
17 Salapian 13.043 12.934 25.977
18 Kutambaru 6.784 6.565 13.349
19 Wampu 20.604 19.977 40.581
20 Tanjung Pura 32.507 31.835 64.342 21 Padang Tualang 23.269 23.521 46.790 22 Berandan Barat 11.313 10.684 21.997
23 Sei Lepan 23.758 22.947 46.705
Jumlah 486.567 479.566 966.133
Sumber: www.langkatkab.go.id
Jumlah penduduk KabupatenLangkat per jenis kelamin lebih banyakLaki-laki dibandingkan penduduk Perempuan. Pada tahun 2011 jumlah pendudukbanyakLaki-laki-
(55)
penduduklaki-laki sebesar 486.567 jiwa, sedangkanpenduduk perempuan sebanyak479.566 jiwa dengan rasio jenis kelaminsebesar 101,46 persen.
Penduduk Kabupaten Langkatmayoritas bersuku Jawa (56,87persen), diikuti dengan suku Melayu(14,93 persen), Karo (10,22 persen), Tapanuli/Toba (4,50 persen), Madina( 2,54 persen) dan lainnya (10,94 persen).
Sedangkan agama yang dianut pendudukKabupaten Langkat mayoritas agamaIslam (90,00 persen), Kristen Protestan(7,56 persen), Kristen Katholik (1,06persen), Budha (0,95 persen), dan Hindu(0,09 persen) dan lainnya (0,34 persen).
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
No.
Rentang usia
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
laki-laki Perempuan laki-laki Perempuan laki-laki Perempuan
1 0-14 175.441 172.309 158.448 149.788 162.394 142.749 2 15-55 313.606 315.396 285.254 282.652 278.965 287.512
3 55 + 39.650 41.565 43.974 47.419 45.208 49.305
Total 528.697 529.270 487.676 479.859 486.567 479.566
Sumber: BPS Kabupaten Langkat
4.1.4. Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah
Pada umumnya Kabupaten Langkat memiliki potensi sebagai lahan pertanian.Sehingga Mata pencarian utama penduduk Kabupaten Langkat adalah sebagai petani dan nelayan.Hasil utama pertanian dan perkebunan yang utama di Kabupaten Langkat adalah padi, jagung, kelapa, karet dan kelapa sawit.
(56)
PDRB Kabupaten Langkat AtasDasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2009 sebesar Rp.13.243.635,27 juta.Sektor pertanian kembali sebagaikonstributor utama dengan peranmencapai 48,70 persen. Selanjutnyasetelah sektor pertanian diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 14,09 persen,kemudian sektor pertambangan danpenggalian sebesar 11,57 persen,selanjutnya di ikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar11,42 persen. Sementara sektor-sektorlainnya hanya memberikan totalkonstribusi sebesar 14,22 persen terhadapperekonomian di Kabupaten Langkat.
4.2. Karakteristik Responden
Karaktersitik responden yang dimaksudkan di sini adalah data yang menjadi keterangan pribadi seorang responden.Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kabupaten Langkat.Baik yang menggunakan jasa perbankan (kredit) maupun tidak.
4.2.1. Usia Responden
Klasifikasi usia responden dapat digunakan untuk melihat bagaimana usia pengusaha mempengaruhi dalam menggunakan kredit atau tidak untuk usahanya.
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia No Umur
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1 21-30 14 14
2 31-40 42 42
3 41-50 37 37
4 51-60 7 7
Jumlah 100 100
(57)
Karakteristik responden berdasarkan usia diklasifikasikan menjadi empat kelas. Kelas yang paling banyak menjadi responden adalah kelas yang berusia 31-40 tahun yakni sebanyak 42 persen.Disusul kelas yang berusia 41-50 tahun sebanyak 37 persen. Hal ini wajar karena pada usia 31-50 merupakan usia yang sangat produktif untuk berusaha. Selanjutnya diikuti oleh responden yang berusia 21-30 tahun sebanyak 14 persen dan yang terakhir kelas yang berusia 51-60 tahun sebanyak 7 persen.
4.2.2. Jenis Kelamin Responden
Perbandingan jenis kelamin responden ini dapat digunakan untuk mengetahui perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebagai responden. Melalui tabel 4.3 akan diperlihatkan perbandingan dalam jumlah frekuensi dan persentase para pengusaha UMK yang menjadi responden dalam penelitian ini yang telah diolah dengan bantuan software SPSS. Dari jumlah responden 100 sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 44 persen adalah laki-laki dan 56 persen perempuan.Dari jumlah ini dapat dilihat bahwa para pengusaha UMK lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
L 44 44
P 56 56
(58)
4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden
Jenjang pendidikan setiap responden pasti berbeda.Dari tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat bahwa pengusaha UMK yang menjadi responden mayoritas berpendidikan SMA yakni sebesar 31 persen.Disusul dengan lulusan SMP sebesar 23 persen.Serta yang lulusan SD dan yang Tidak Sekolah masing-masing 10 persen dan 8 persen.Sementara responden yang lulusan D3/D4 dan S1 (Perguruan Tinggi) hanya 18 persen dan 10 persen. Hal ini sejalan dengan apa yang berlaku di Negara berkembang bahwa bagi lulusan Perguruan Tinggi masih mencari kerja untuk menjadi pegawai dan tidak menciptakan lapangan pekerjaan.
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen (%)
D3/D4 18 18.0
S1 10 10.0
SD 10 10.0
SMA 31 31.0
SMP 23 23.0
TIDAK SEKOLAH 8 8.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer
4.2.4. Jenis Usaha Responden
Para pengusaha UMK ini menjual berbagai macam produk, baik barang maupun jasa.Dalam hal ini mereka melihat peluang yang ada di daerahnya masing-masing. Di bawah ini disajikan data responden penelitian ini menurut jenis usaha, yaitu:
(59)
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha Frekuensi Persen (%)
Elektronik 17 17.0
Fashion 9 9.0
Hasil Bumi 19 19.0
Klontong 6 6.0
Kuliner 42 42.0
Mebel 4 4.0
Otomotif 2 2.0
Transportasi 1 1.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Primer
Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis usaha yang paling dominan digeluti oleh para pengusaha adalah jenis usaha kuliner yakni sebesar 42 persen. Hal ini dikarenakan bisnis ini bias berjalan dengan lancar meskipun banyak kompetitornya. Hal ini membuktikan konsumen atau peminat produk kuliner sangat banyak.Dari masyarakat bawah hingga masyarakat atas.
Selanjutnya yang paling banyak digeluti oleh penguasah UMK ini adalah menjual hasil bumi yakni sebesar 19 persen.Karena tidak bisa dipungkiri bahwa Langkat merupakan daerah pertanian.Sehingga mereka banyak menjual hasil pertanian mereka. Selanjutnya disusul oleh jenis usaha elektronik, fashion, klontong, mebel, otomotif dan transfortasi masing-masing sebesar 17 persen, 9 persen, 6 persen, 4 persen, 2 persen dan 1 persen.
4.3. Analisis Data
Penyajian dan analisis deskriftif yang berkaitan dengan pengetahuan responden tentang kredit perbankan disajikan pada bab ini. Unutk menjelaskannya
(60)
penulis menggunakan tabel dan frekuensi sebagai media guna lebih mempermudah pemahaman.Setiap item pertanyaan bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden tentang kredit perbankan. Setiap hasil jawaban responden akan menjadi data primer dan kemudian diolah menggunakan bantuan program SPSS 16.0.
4.3.1. Tanggapan Responden Terhadap Kredit Perbankan Tabel 4.7
Frekuensi Jawaban Responden Tanggapan
Responden Sangat Tidak setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
Item No. F % F % F % F %
1 3 3 38 38 48 48 11 11
2 5 5 35 35 48 48 12 12
3 11 11 37 37 42 42 10 10
4 10 10 40 40 41 41 9 9
5 13 13 39 39 39 39 9 9
6 10 10 50 50 30 30 10 10
7 14 14 33 33 35 35 18 18
8 10 10 39 39 30 30 21 21
9 8 8 34 34 40 40 18 18
10 7 7 36 36 40 40 17 17
11 7 7 41 41 41 41 11 11
12 6 6 43 43 43 43 8 8
13 6 6 42 42 44 44 8 8
14 9 9 38 38 42 42 11 11
15 6 6 41 41 38 38 15 15
Sumber: Data Primer
Dari tabel tersebut bias dilakukan pembahasan. Untuk pernyataan item nomor 1 (Kredit perbankan membantu dalam permodalan usaha), 3 persen menyatakan sangat tidak setuju, 38 persen menyatakan tidak setuju, 48 persen menyatakan setuju dan 11 persen menyatakan sangat setuju.
(61)
Untuk pernyataan item nomor 2 (Kredit perbankan membantu dalam pengembangan usaha), 5 persen menyatakan sangat tidak setuju, 35 persen menyatakan tidak setuju, 48 persen menyatakan setuju dan 12 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 3 (Kredit tidak menyusahkan para pengusaha), 11 persen menyatakan sangat tidak setuju, 37 persen menyatakan tidak setuju, 42 persen menyatakan setuju dan 10 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 4 (Dengan kredit perbankan, saya lebih mudah untuk mendapatkan modal), 10 persen menyatakan sangat tidak setuju, 40 persen menyatakan tidak setuju, 41 persen menyatakan setuju dan 9 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 5 (Bunga kredit perbankan terlalu besar), 13 persen menyatakan sangat tidak setuju, 39 persen menyatakan tidak setuju, 39 persen menyatakan setuju dan 9 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 6 (Saya merasa aman bekerjasama dengan pihak bank), 10 persen menyatakan sangat tidak setuju, 50 persen menyatakan tidak setuju, 30 persen menyatakan setuju dan 10 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 7 (Kredit perbankan akan memperluas pasar sasaran produksi), 14 persen menyatakan sangat tidak setuju, 33 persen menyatakan tidak setuju, 35 persen menyatakan setuju dan 18 persen menyatakan sangat setuju.
(62)
Untuk pernyataan item nomor 8 (Kredit perbankan meningkatkan hasil omset penjualan sesuai dengan target yang telah ditetapkan), 10 persen menyatakan sangat tidak setuju, 39 persen menyatakan tidak setuju, 30 persen menyatakan setuju dan 21 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 9 (Dengan kredit perbankan laba usaha akan meningkat), 8 persen menyatakan sangat tidak setuju, 34persen menyatakan tidak setuju, 40 persen menyatakan setuju dan 18 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 10 (Kredit perbankan meningkatkan laba usaha sesuai dengan target yang telah ditetapkan), 7 persen menyatakan sangat tidak setuju, 36 persen menyatakan tidak setuju, 40 persen menyatakan setuju dan 17 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 11 (syarat-syarat untuk mendapatkan kredit perbankan sangat mudah), 7 persen menyatakan sangat tidak setuju, 41 persen menyatakan tidak setuju, 41 persen menyatakan setuju dan 11 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 12 (Saya lebih nyaman meminjam modal di koperasi), 6 persen menyatakan sangat tidak setuju, 43 persen menyatakan tidak setuju, 43 persen menyatakan setuju dan 8 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 13 (kurangnya informasi kredit perbankan terhadap pengusaha), 6 persen menyatakan sangat tidak setuju, 42 persen menyatakan tidak setuju, 44 persen menyatakan setuju dan 8 persen menyatakan sangat setuju.
(63)
Untuk pernyataan item nomor 14 (Saya merasa aman dengan kelangsungan usaha saya di masa yang akan dating), 9 persen menyatakan sangat tidak setuju, 38 persen menyatakan tidak setuju, 42 persen menyatakan setuju dan 11 persen menyatakan sangat setuju.
Untuk pernyataan item nomor 15 (Program pemerintah telah membiayai modal usaha saya), 6 persen menyatakan sangat tidak setuju, 41 persen menyatakan tidak setuju, 38 persen menyatakan setuju dan 15 persen menyatakan sangat setuju.
4.3.2. Responden Yang Mengakses Kredit Perbankan
Dari 100 responden yang diwawancarai hanya 19 persen yang mengakses kredit perbankan.Jika dilihat dari angkanya, maka sangat disayangkan para pengusaha ini tidak mengakses kredit perbankan.Padahal mereka sangat membutuhkan modal untuk pengembangan usaha.Namun demikian, tidak jarang diantara mereka yang berkeinginan untuk mengakses kredit perbankna ini.Tetapi informasi yang mereka dapatkan sangat sedikit sehingga menjadi kendala utama untuk mengakses kredit perbankan ini.
4.3.3. Responden Yang Tidak Mengakses Kredit Perbankan
Para pengusaha sangat banyak yang tidak mengakses kredit perbankan.Yakni mencapai angka 81 persen.Permasalahan mereka sebenarnya bukan pada bunga yang terlalu tinggi, atau faktor fundamental lainnya, melainkan
(64)
permasalahan akses kepada perbankan sangat sulit.Artinya informasi yang mereka dapatkan sangat terbatas.
4.3.4. Responden Yang Pernah Mengakses Kredit Perbankan
Banyak pengusaha UMK di Kabupaten Langkat yang tidak pernah mengakses kredit perbankan.Mereka beralasan kurangnya informasi mengenai kredit perbankan ini menjadi salah satu alasannya.Karena sebenarnya banyak para pengusaha berkeinginan untuk meminjam ke bank.Namun dengan informasi yang sangat minim, membuat mereka tidak menjasi mengakses kredit perbankan ini. Dari tabel 4.7 di bawah ini jelas terlihat bahwa 76 persen para pengusaha tidak pernah mengakses kredit perbankan. Sementara yang pernah mengakses kredit perbankan hanya 24 persen.
Tabel 4.8
Responden Yang Pernah Mengakses Kredit Perbankan Keterangan Frekuensi Persen (%)
Tidak 76 76.0
Ya 24 24.0
Total 100 100.0
(1)
2. Jenis Kelamin Statistics
JENIS_KELAMIN
N Valid 100
Missing 0
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid L 44 44.0 44.0 44.0
P 56 56.0 56.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
3.Tingkat Pendidikan Statistics
PENDIDIKAN_TERAKH IR
N Valid 100
Missing 0
PENDIDIKAN_TERAKHIR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid D3/D4 18 18.0 18.0 18.0
S1 10 10.0 10.0 28.0
SD 10 10.0 10.0 38.0
SMA 31 31.0 31.0 69.0
SMP 23 23.0 23.0 92.0
TIDAK
SEKOLAH 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
(2)
4. Jenis Usaha Statistics
JENIS_USAHA
N Valid 100
Missing 0
JENIS_USAHA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ELEKTRONIK 17 17.0 17.0 17.0
FASHION 9 9.0 9.0 26.0
HASIL BUMI 19 19.0 19.0 45.0
KLONTONG 6 6.0 6.0 51.0
KULINER 42 42.0 42.0 93.0
MEBEL 4 4.0 4.0 97.0
OTOMOTIF 2 2.0 2.0 99.0
TRANSPORTA
SI 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
5. Tanggapan Responden Terhadap Kredit Perbankan
Item_1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 3 3.0 3.0 3.0
2 38 38.0 38.0 41.0
3 48 48.0 48.0 89.0
4 11 11.0 11.0 100.0
(3)
Item_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 5 5.0 5.0 5.0
2 35 35.0 35.0 40.0
3 48 48.0 48.0 88.0
4 12 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 11 11.0 11.0 11.0
2 37 37.0 37.0 48.0
3 42 42.0 42.0 90.0
4 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 10 10.0 10.0 10.0
2 40 40.0 40.0 50.0
3 41 41.0 41.0 91.0
4 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
(4)
Item_8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 10 10.0 10.0 10.0
2 39 39.0 39.0 49.0
3 30 30.0 30.0 79.0
4 21 21.0 21.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 13 13.0 13.0 13.0
2 39 39.0 39.0 52.0
3 39 39.0 39.0 91.0
4 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 10 10.0 10.0 10.0
2 50 50.0 50.0 60.0
3 30 30.0 30.0 90.0
4 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 14 14.0 14.0 14.0
2 33 33.0 33.0 47.0
3 35 35.0 35.0 82.0
4 18 18.0 18.0 100.0
(5)
Item_9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 8 8.0 8.0 8.0
2 34 34.0 34.0 42.0
3 40 40.0 40.0 82.0
4 18 18.0 18.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 7 7.0 7.0 7.0
2 36 36.0 36.0 43.0
3 40 40.0 40.0 83.0
4 17 17.0 17.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 7 7.0 7.0 7.0
2 41 41.0 41.0 48.0
3 41 41.0 41.0 89.0
4 11 11.0 11.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 6 6.0 6.0 6.0
2 43 43.0 43.0 49.0
3 43 43.0 43.0 92.0
4 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
(6)
Item_13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 6 6.0 6.0 6.0
2 42 42.0 42.0 48.0
3 44 44.0 44.0 92.0
4 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 9 9.0 9.0 9.0
2 38 38.0 38.0 47.0
3 42 42.0 42.0 89.0
4 11 11.0 11.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Item_15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 6 6.0 6.0 6.0
2 41 41.0 41.0 47.0
3 38 38.0 38.0 85.0
4 15 15.0 15.0 100.0