Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK dalam Mengakses Kredit Perbankan Syariah di Kota Medan (Studi Kasus: Bank SUMUT Syariah Cabang Medan )
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PENGUSAHA UMK DALAM
MENGAKSES KREDIT PERBANKAN SYARIAH DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS : BANK SUMUT SYARIAH CABANG MEDAN)
SKRIPSI OLEH
PRA VITA SARI 100501141
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ” Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK dalam Mengakses Kredit Perbankan Syariah di Kota Medan (Studi Kasus: Bank SUMUT Syariah Cabang Medan )” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditentukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Oktober 2013
Pra Vita Sari 1005001141
(3)
ABSTRAK
Usaha mikro dan Kecil (UMK) memiliki peran penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, para UMK juga memiliki masalah dalam menjalankan usahanya. Salah satu masalah yang dihadapi oleh para pengusaha UMK adalah masalah permodalan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut para pengusaha UMK dapat mengajukan permohonan pembiayaan di Perbankan Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah di Kota Medan dengan studi kasus Bank SUMUT Syariah Medan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan mengunakan data primer. Cara pegumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuesioner. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui alasan, potensi serta kendala para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah khususnya di Bank SUMUT Syariah.
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan para pengusaha UMK mengakses pembiayaan di perbankan syariah karena usulan teman/keluarga dan potensi pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan mencakup modal awal dan pendapatan para pengusaha UMK serta kendala yang dihadapi yaitu harus memiliki surat izin usaha dan laporan keuangan setiap bulannya.
(4)
ABSTRACT
Micro and Small Enterprises ( MSEs ) has an important role for the development and economic growth . However , the MSE also have a problem in running the business . One of the problems faced by the SME entrepreneurs is the problem of capital . One way to overcome this problem is the MSE entrepreneurs can apply for financing in Islamic Banking. This study aims to analyze the capability rate of MSE entrepreneurs to access financing in Islamic banking in Medan,study case SUMUT Syariah Bank, Medan.
This research using descriptive method with the primary data . The data collected through interviews and questionnaires. This study is conducted to know the reason, the potential and constraints of entrepreneurs in SMEs in accessing finance, especially Islamic banking at SUMUT Syariah Bank.
Based on the results of the study indicate that the reason for MSE entrepreneurs access financing in Islamic banking because proposals from friends / family and MSEs entrepreneurs potential in accessing finance the initial capital and MSE entrepreneurs income and the constraints faced is the need to have a business license and financial statements each month .
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Permintaan Wisatawan Terhadap Kol di Kawasan Wisata Berastagi, Sumatera Utara” ini dengan baik dan benar.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Secara khusus penulis sampaikan kepada kedua orang tua yaitu Bapak Prammuliandi beserta Ibu Nisva Kumala yang senantiasa memberikan nasehat, doa, semangat, bantuan moril dan materil kepada penulis mulai dari masa studi hingga penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar, SE., Msc. Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, Mec, selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M. Si, selaku Sekretaris Departemen S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Irsyad, M.Soc. Sc, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Paidi, SE. M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(6)
7. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, saran, tuntunan, pengarahan dan banyak membantu saya selama penulisan skripsi ini.
8. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya Hasibuan selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Administratif Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
10.Dan terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis yang telah sangat membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan kiranya Tuhan memberikan AnugerahNya kepada semua pihak dan memberkatinya.
Medan, Juni 2014
Pra Vita Sari (100501141)
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 7
2.1.1 Pengertian dan karakteristikUMKM ... 7
2.1.2 Permasalahan UMKM ... 9
2.2 Lembaga Perbankan Syariah……….. 12
2.2.1 Definisi ... 12
2.3 Lembaga Pembiayaan Syariah ... 15
2.3.1 Definisi ... 15
2.3.2 Unsur-unsur Pembiayaan ... 17
2.3.3 Fungsi Pembiayaan ... 19
2.3.4 Jenis-Jenis Pembiayaan ... 21
2.3.5 Syarat Administrasi ... . 27
2.4 Penelitian Terdahulu ... 28
2.5 Kerangka Konseptual ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Batasan Operasional ... 31
3.4 Definisi Operasional ... 32
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
(8)
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 34
3.8 Teknik Analisis ... 34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 35
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 35
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 36
4.1.3 Produk Perbankan Perusahaan ... 36
4.2 Karakteristik Responden ... 38
4.3 Analisis Data ... 41
4.4 Analisis Pembahasan ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 52
5.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 14
2.2 Perbedaan Antara Bunga dan bagi Hasil ... 15
4.1 Usia Responden ... 39
4.2 Pendidikan Responden ... 40
4.3 Jenis Usaha yang Dilakukan ... 40
4.4 Alasan Meminjam di Perbankan Syariah ... 41
4.5 Persyaratan Memperoleh Pembiayaan di Perbankan Syariah ... 42
4.6 Tanggapan Terhadap Jaminan yang Disyaratkan oleh Bank ... 42
4.7 Tujuan Pembiayaan yang diterima ... 43
4.8 Peranan Bank dalam Memberikan Pembiayaan terhadap Usaha . 43 4.9 Hal yang diharapkan Para Pengusaha kedepan ... 44
4.10 Modal Awal Pengusaha ... 44
4.11 Pendapatan Pengusaha Perbulan ... 45
4.12 Dana Pembiayaan yang diperoleh ... 46
4.13 Jangka Waktu Pembayaran ... 46
4.14 Masalah yang dihadapi Para Pengusaha dalam Menjalankan UMK 47 4.15 Kepemilikan Surat Izin Usaha ... 47
4.16 Kepemilikan Laporan Keuangan Perbulan ... 48
4.17 Hambatan Pengusaha dalam Melakukan Pembiayaan ... 48
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... ... 55 Lampiran 2 Persyaratan Permohonan Pembiayaan ... 61 Lampiran 3 Surat Izin Riset ...
(12)
ABSTRAK
Usaha mikro dan Kecil (UMK) memiliki peran penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, para UMK juga memiliki masalah dalam menjalankan usahanya. Salah satu masalah yang dihadapi oleh para pengusaha UMK adalah masalah permodalan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut para pengusaha UMK dapat mengajukan permohonan pembiayaan di Perbankan Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah di Kota Medan dengan studi kasus Bank SUMUT Syariah Medan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan mengunakan data primer. Cara pegumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuesioner. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui alasan, potensi serta kendala para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah khususnya di Bank SUMUT Syariah.
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan para pengusaha UMK mengakses pembiayaan di perbankan syariah karena usulan teman/keluarga dan potensi pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan mencakup modal awal dan pendapatan para pengusaha UMK serta kendala yang dihadapi yaitu harus memiliki surat izin usaha dan laporan keuangan setiap bulannya.
(13)
ABSTRACT
Micro and Small Enterprises ( MSEs ) has an important role for the development and economic growth . However , the MSE also have a problem in running the business . One of the problems faced by the SME entrepreneurs is the problem of capital . One way to overcome this problem is the MSE entrepreneurs can apply for financing in Islamic Banking. This study aims to analyze the capability rate of MSE entrepreneurs to access financing in Islamic banking in Medan,study case SUMUT Syariah Bank, Medan.
This research using descriptive method with the primary data . The data collected through interviews and questionnaires. This study is conducted to know the reason, the potential and constraints of entrepreneurs in SMEs in accessing finance, especially Islamic banking at SUMUT Syariah Bank.
Based on the results of the study indicate that the reason for MSE entrepreneurs access financing in Islamic banking because proposals from friends / family and MSEs entrepreneurs potential in accessing finance the initial capital and MSE entrepreneurs income and the constraints faced is the need to have a business license and financial statements each month .
(14)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) punya suatu peran yang penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara- negara sedang berkembang, seperti Indonesia, tetapi juga di negara – negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat dan negara–negara di Eropa. Di Indonesia, sudah sering dinyatakan di dalam banyak seminar dan lokakarya, dan juga banyak di bahas media – media massa bahwa UMK di Indonesia sangat penting, terutama sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Oleh karena itu, UMK diharapkan untuk bisa terus berperan secara optimal dalam upaya mengurangi pengangguran yang jumlahnya cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Dengan banyak menyerap tenaga kerja berarti UMK juga punya peran strategis dalam upaya pemerintah selama ini memerangi kemiskinan di dalam negeri. Namun sejalan dengan itu, ada pula beberapa permasalahan umum yang dihadapi UMK antara lain terbatasnya kualitas sumber daya yang dimiliki, akses pasar dan permodalan.
Berkaitan dengan masalah permodalan, upaya pemerintah dengan menyediakan dana bergulir baru menjangkau sebagian kecil usaha yang ada. Sementara itu, banyak UMK khususnya di Kota Medan yang kesulitan memperoleh tambahan modal walaupun mempunyai prospek usaha yang bagus, akan tetapi tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan bank.
(15)
Di Kota Medan para pelaku UMK masih saja ada yang mengeluh sebagai akibat rumitnya mengakses kredit diperbankan. Bank selalu saja memberlakukan persyaratan standart bagi kreditur, termasuk berlaku juga bagi kalangan UMK. Misalnya mengharuskan adanya agunan dan kelengkapan surat-surat izin usaha. Padahal kenyataannya, masih cukup banyak UMK yang bentuk usahanya belum memiliki izin formal (informal), tetapi sangat produktif dan menyerap tenaga kerja yang sangat besar.
Permodalan bagi UMK menjadi program menarik di dunia perbankan. Pada dasarnya fungsi pokok dari kredit adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi dan jasa-jasa yang kesemuanya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat (Djohan, 2000). Namun tidak sedikit pula pemberian kredit kepada masyarakat tersebut mengalami kendala dikarenakan bank tidak memberikan pinjaman tanpa jaminan serta neraca untung rugi sementara usaha-usaha kecil maupun koperasi tidak memiliki itu semua. Upaya meningkatkan akses kredit UMK ke perbankan melalui penjaminan kredit juga menjadi perhatian Perbankan Syariah.
Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal karena bank banksyariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiyaan. Sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.
(16)
Pertumbuhan dan perkembangan perbankan Syariah di Indonesia tumbuh makin pesat. Prospek perbankan Syariah di Indonesia makin cerah dan menjanjikan. Bank Syariah di Indonesia diyakini akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan industri lembaga Syariah ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan Nasional. Bank Syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Kegiatan operasional yang dilakukan oleh bank Syariah menggunakan prinsip bagi hasil, akan tetapi sama hal dengan bank konvensional dalam setiap pemberian kreditnya pembiayaan juga memiliki syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh para pengusaha UMK untuk memperolehnya. Bank-bank syariah di Kota Medan juga memiliki beberapa persyaratan dalam mengakses kredit bagi para pengusaha UMK salah satunya adalah Bank SUMUT Syariah. Untuk itu para pengusaha harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Bank SUMUT Syariah . Oleh karena tidak semua pengusaha UMK yang momohon kredit dapat diberikan oleh Bank SUMUT Syariah dengan alasan beberapa persyaratan yg tidak dipenuhi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK dalam Mengakses Kredit Perbankan Syariah di Kota Medan (Studi Kasus : Bank SUMUT Syariah Cabang Medan)”.
(17)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakan diatas, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini antara lain :
1. Apakah alasan nasabah memilih kredit di Bank SUMUT Syariah ?
2. Bagaimana potensi pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah ?
3. Apa kendala pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui alasan nasabah memilih kredit di Bank SUMUT Syariah.
2. Untuk mengetahui potensi pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah.
3. Untuk mengetahui kendala pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Sebagai salah satu syarat salam memperoleh gelar sarjana ekonomi pada fakultas ekonomi USU.
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian sejenis.
(18)
3. Menjadi bahan masukan bagi para pengusaha UMK dalam mengakses kredit di perbankan syariah khususnya di Bank SUMUT Syariah.
4. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan terhadap perkembangan usaha mikro dan kecil.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
2.1.2 Pengertian dan Karakteristik UMK
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
(20)
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. kriteria menengah adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
UMK juga berperan sangat penting khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin , distribusi
(21)
pendapat dan pengangguran kemiskinan, dan pembangunan ekonomi pedesaan. Namun dilihat dari sumbangannya terhadap pembentukan PDB dan sektor nonmigas, khususnya produk-produk manufaktur dan inovasi derta pengembangan teknologi, peran UMK di Negara sedang berkembang masih relatif rendah, dan ini sebenarnya perbedaan yang paling mencolok dengan UMK di Negara Maju.
2.1.2 Permasalahan UMK
Menurut Hubeis (2009) permasalahan umum yang biasanya terjadi pada UMK yaitu:
1. Kesulitan Pemasaran
Adapun aspek masalah pemasaran yang dihadapi oleh para pengusaha usaha kecil seperti tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk serupa buatan usaha besar, maupun produk impor dan dipasar ekspor. Kesulitan masalah pemasaran akan bertambah serius ketika negara mengalami krisis keuangan yang berdampak menjadi sulitnya para usaha kecil dalam mengakses kredit bank.
2. Keterbatasan Finansial
Dalam kertebatasan finansial terdapat dua masalah utama, yaitu mobilisasi modal dan akses ke modal kerja investasi, serta finansial jangka panjang akibat skala ekonomi yang kecil. Modal pengusaha kecil sering kecil tidak mencukupi untuk kegiatan produksinya, terutama untuk investasi. Akan tetapi banyaknya kredit perbankan saat ini tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan finansial usaha kecil sehingga
(22)
sumber-sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan didalam pembiayaan usaha kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain lokasi bank yang jauh dijangkau oleh para pengusaha kecil, persyaratan kredit yang berat, kurangnya informasi prosedur perkreditan. Hal lainnya adalah sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar, atau kadangkala pembukuan oleh UKM tidak up to date sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya dan upaya mendapatkan dana dari pasar modal, serta persaiangan yang sangat tinggi dan modal yang terbatas.
3. Keterbatasan SDM
Salah satu kendala serius bagi banyak UMK di Indonesia adalah keterbatasan SDM terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.
4. Masalah Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak UMK di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan harga yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa
(23)
berhenti dari usaha dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatasan bahan baku.
5. Keterbatasan Teknologi
UMK di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal, dan kualitas produk relatif rendah. Salah satu keterbatasan teknologi ini disebabkan oleh keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru guna menyempurnakan proses produksi, keterbatasan memperoleh informasi perkembangan teknologi serta keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru dan membuat inovasi-inovasi produknya.
6. Managerial Skill
Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya, membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan UMK, baik unsur perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
(24)
7. Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara (sebagai mitra kerja).
2.2 Lembaga Perbankan Syariah 2.2.1 Definisi
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Menurut undang – undang perbankan syariah No.12 Tahun 2008, dinyatakan bahwa:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dala bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (pasal 1 angka 1).
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah disebut bank syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Pasal 1 angka 7).
Menurut sudarsono (2004 ), Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi di sesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
(25)
Menurut machmud (2009), Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggagalkan masalah riba dengan tantangan penghindaraan bunga yang di anggap riba.
Bank syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 didasarkan pada Undang-undang Nomor & tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang bank umum berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum bank umum syariah .
Sebagaimana dijelaskan pada pasal 1 butir 13 Undang-undang, prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiataan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prisip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepimilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Ada sejumlah perbedaan yang mendasar antara bank syariah dan bank konvensional. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiaya, dan lingkungan kerja.
(26)
Tabel 2.1 : Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Sumber : Perbandingan antara bank syariah dan konvensional (Muhammad Syafi’i, 2001)
Mengenai prinsip bagi hasil yang menjadi pembeda antara bank syariah dan konvensional. Dimana Bank Syariah menggunakan prinsip bagi hasil
sedangkan bank konvensional menggunakan sistem bunga.
No Aspek Bank Syariah Bank Konvensional
1 Akad & Aspek Legalitas
Hukum Islam dan Hukum Politik
Hukum Positif 2 Lembaga
Penyelesaian Sengketa
Badan Abitrase Muamalat Indonesia (BAMUI), sekarang sedang diupayakan
pembentukkan pengganti Badan Abitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
Badan Abitrase Nasional Indonesia (BANI)
3 Struktur Organisasi
Ada Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Tidak ada DNS dan DPS
4 Investasi Halal Halal dan haram
5 Prinsip Operasional
Bagi hasil, jual beli, sewa Perangkat bunga 6 Tujuan Profit dan falah oriented Profit oriented 7 Hubungan
Nasabah
(27)
Tabel 2.2 : Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
No Bunga Bagi Hasil
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
Penetuan besarnya rasio nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
2. Besarnya persentase berdasarkan pada besarnya jumlah uang(modal) yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai peningkatan jumlah
pendapatan. 5. Eksistensi bunga diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk islam.
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Sumber : Ibid ,hal 61 (dalam buku gemala Dewi , 2004)
2.3Lembaga Pembiayaan Syariah 2.3.1 Defenisi
Pelaku bisnis atau para pengusaha dalam menjalankan usahanya membutuhkan sumber modal. Jika para pengusaha tidak memiliki modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank, untuk mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan pinjaman dari pihak lain.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return atas
(28)
pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad – akad yang disediakan oleh bank syariah. Dalam Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut keputusan Presiden No.61 Tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan Pasal 1 angka 1 lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Menurut (rivai & arifin, 2009) pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat
(29)
bermanfaat bagi bank syariah, nasabah, pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis pembiayaan yang mendalam.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang dibberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang di berikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum islam.
2.3.2 Unsur –Unsur Pembiayaan
Menurut (Ismail,2010 : 107) adapun unsur-unsur pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Bank Syariah
Merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan dana.
(30)
2. Mitra Usaha/Partner
Merupakan pihak yang mendapatkan pembiyaan dari bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.
3. Kepercayaan/ Trust
Bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra usaha sama artinya dengan bank memberikan kepercayaan kepada pihak penerima pembiayaan, bahwa pihak penerima pembiayaan akan memenuhi kewajibannya.
4. Akad
Akad merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakan yang dilakukan antara bank syariah dengan pihak nasabah/mitra.
5. Risiko
Setiap dana yang disalurkan atau dinvestasikan oleh bank syariah selalu mengandung resiko tidak kembalinya dana. Risiko pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali.
6. Jangka waktu
Merupakan periode jangka waktu yang diberikan kepada nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank syariah. Jangka waktunya pun bervariasi yaitu jangka pendek, jangka menengah,
(31)
dan jangka panjang. Jangka pendek adalah jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan hingga 1 tahun. Jangka menengah adalah jangka waktu yang diperlukan dalam melakukan pembayaran kembali antara 1 hingga 3 tahun. Jangka panjang adalah jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan lebih dari 3 tahun.
7. Balas Jasa
Sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah, maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah.
2.3.3 Fungsi pembiayaan
Menurut (rivai & arifin, 2009) pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk: 1. Meningkatkan daya guna uang
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu di tingkatkan kegunaanya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru.
(32)
a. Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan menjadi meningkat, misalnya peningkatan utility dari benang menjadi tekstil.
b. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari satu tempat yang kegunaannya kurang ketempat yang lebih bermanfaat. 3. Meningkatkan perederan uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha penciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, wesel dan sebagainya. Melalui pembiyaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karna pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik. 4. Menimbulkan kegairahan usaha
Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya. Secara otomatis kemudian timbul pula kesan bahwa setiap usaha untuk peningkatan produktivitas masyarakat tidak perlu khawatir kekukurangan modal karena masalahnya dapt diatasi oleh bank dengan pembiayaannya.
5. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain :
a.Pengendalian inflasi b. Peningkatan ekspor
(33)
c. Rehabilitasi prasarana
d. Pemenuhan kebutuhan-kebituhan pokok rakyat
6. Sebagai jembatan untuk meningkatan pendatan nasional
Para pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke modal maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Apabila rata-rata pengusaha pemilik tanah, pemilik modal dan buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan maka pendapatan negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang sehingga langsung atau tidak, melalui pembiayaan pendatan nasional akan bertambah.
2.3.4 Jenis – Jenis Pembiayaan
Menurut (Ismail, 2010 : 113) pembiayaan bank syariah dibedakan menjadi beberapa jenis antar lain :
1. Pembiayaan dilihat dari tujuan penggunaan a. Pembiayaan Investasi
Diberikan oleh bank syariah kepada nasabah untukkpengadaan barang- barang modal (aset tetap) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. Secara umum, pembiayaan investasi ini ditujukan untuk pendirian perusahaan atau proyek pengembangan,
(34)
modernisasi mesin dan peralatan, pembelian alat angkutan yang digunakan untuk kelancaran usaha. Pembiayaan incvestasi umumnya diberikan dalam nominal besar serta jangka panjang dan menengah. b. Pembiayaan modal kerja
Digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Pembiayaan modal kerja biasanya diberikan jangka pendek yaitu paling lama satu tahun. Kebutuhan yang dapat dibiayai dengan menggunakan pembiayaan modal kerja antara lain kebutuhan banhan baku, biaya upah, pembelian barang – barang dagangan, dan kebutuhan dana lain yang sifat hanya digunakan selama satu tahun, serta kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutupi hutang perusahan.
c. Pembiyaan Komsumsi
Diberikan kepada nasabah untuk membeli berang-barang untuk keperluan pribadi dan tidak untuk keprluan usaha.
2. Pembiyaan Dilhat dari Jangka Waktunya a. Pembiayaan jangka pendek
Pembiyaan yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun. Pembiayaan jangka pendek yang biasanya diberikan oleh bank syariah untuk membiayaai modal kerja perusahaan yang mempunyai siklus usaha dalam satu tahun, dan pengembaliannya disesuaikan dengan kemampuan nasabah.
(35)
Diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun hingga tiga tahun. Pembiayaan ini dapat diberikan dalam bentuk pembiayaan modal kerja, investasi, dan komsumsi.
c. Pembiayaaan Jangka Panjang
Pembiayaan yang jangka waktunya lebih dari dari tiga tahun. Pembiayaan ini pada umumnya diberikan dalam bentuk pembiayaan investasi, misalnya untuk pembelian gedung, pembangunan proyek, pengadaan mesin dan peralatan yang nominalnya besar serta pembiayaan konsumsi yang nilainya besar, misalnya pembiayaan dalam pembelian rumah.
3. Pembiayaan Dilihat Dari Sektor usaha a. Sektor Industri
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang bergerak dalam sektor industri, yaitu sektor usaha yang mengubah bentuk dari bahan baku menjadi barang jadi atau mengubah suatu barang menjadi barang lain yang memiliki faedah lebih tinggi. Beberapa contoh sektor industri antara lain: industri elektronik, pertambangan, dan kimia, tekstil.
b. Sektor Perdagangan
Pembiayaan ini diberikan kepada usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan, baik perdagangan keci, menengah dan besar. Pembiayaan ini diberikan dengan tujuan untuk memperluas usaha
(36)
nasabah dalam usaha perdagangan, misalnya untuk memperbesar jumlah penjualan atau memperbesar pasar.
c. Sektor Pertanian, Perternakan, Perikanan, dan Perkebunan
Pembiayaan ini diberikan dalam rangka meningkatkan hasil disektor pertaniaan, perkebunan, dan perternakan, serta perikanan.
d. Sektor jasa
Beberapa sektor jasa sebagaimana tersebut dibawah ini yang dapat diberikan pembiayaan oleh bank antara lain :
1. Jasa Pendidikan
Pada kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, jasa pendidikan merupakan jasa yang menarik bagi bank, karena jenis usaha ini mudah diestimasikan pendapatannya.
2. Jasa Rumah Sakit
Bank dapat memberikan pembiayaan kepada rumah sakit apabila angunan yang diberikan tidak memiliki banyak resiko, sehingga apabila terjadi masalah, maka bank dapat menjual anggunan ini sebagai sumber pelunasan hutang.
3. Jasa Angkutan
Pembiayaan yang diberikan untuk sektor angkutan, misalnya pembiayaan kepada pengusaha taksi, bus, angkutan darat, laut dan
(37)
udara termasuk didalamnya adalah pembiayaan yang diberikan untuk biro perjalanan, pergudangan, komunikasi, dan lainnya.
4. Jasa lainnya
Pembiyaaan yang diberikan kepada jasa lainnya, misalnya pembiayaan untuk profesi, pengacara, dokter, insiyur, dan angkutan. e. Sektor Perumahan
Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra usaha yang bergerak dibidang pembangunan perumahan. Pada umumnya diberikan dalam bentuk pembiayaan kontruksi, yaitu pembiayaan untuk pembangunan perumahan. Cara pembayaran kembali yaitu dipotong dari rumah yang telah terjual.
4. Pembiayaan Dilihat dari Segi Jaminan 1. Pembiayaan dengan Jaminan
Pembiayaan dengan jaminan merupakan jenis pembiayaan yang didukung dengan jaminan (agunan) yang cukup. Aguanan atau jaminan dapat digolongkan menjadi jaminan perorangan, benda berwujud, dan benda tidak berwujud.
a. Jaminan Perorangan
Jaminan perorangan merupakan jenis pembiayaan yang didukung dengan jaminan seorang (personal securities) atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai penanggung jawab apabila terjadi wanprestasi dari pihak nasabah. Dalam hal nasabah tidak dapat membayar atau melunasi pembiayaannya, maka
(38)
pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin. Penjamin berkewajiban untuk melakukan pelunasannya.
b. Jaminan Benda Berwujud
Merupakan jaminan kebendaan yang terdiri dari dari barang bergerak maupu tidak bergerak, misalnya kendaraan bermotor, mesin dan peralatan, inventaris kantor, dan barang dagangan. Jaminan yang bersifat barang tidak bergerak antara lain, tanah dan gedung yang berdiri diatas tanah atau sebidang tanah tanpa gedung.
c. Jaminan Benda Tidak Berwujud
Beberapa jenis jaminan yang dapat diterima adalah jaminan benda tidak beruwujud. Jaminan benda tidak beruwujd antara lain, promes, obligasi, saham, dan surat berharga lainnya. Barang-barang tidak beruwujud dapat diikat dengan cara memindahtanganan.
2. Pembiayaan Tanpa Jaminan
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tanpa didukung adanya jaminan. Pembiayaan ini diberikan oleh bank syariah atas dasar kepercayaan. Pembiayaan tanpa jaminan ini risikonya tinggi karena tidak ada pengaman yang dimiliki oleh bank syariah apabila nasabah wanprestasi. Dalam hal nasabah tidak mampu membayar dan macet, maka tidak ada sumber pembayaran kedua yang untuk menutup risiko
(39)
pembiayaan. Bank tidak memiliki sumber pelunasan kedua karena bank tidak memiliki jaminan yang dapat dijual.
5. Pembiayaan Dilihat dari Jumlahnya a. Pembiyaan Retail
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada individu atau pengusaha dengan usaha skala kecil. Jumlah pembiayaan yang dapat diberikan hingga Rp 350.000.000,-. Pembiayaan ini dapat diberikan dengan tujuan konsumsi, investasi kecil, dan pembiayaan modal kerja. b. Pembiayaan Menengah
Pembiayaan yang diberikan kepada pengusaha pada level menengah, dengan batasan antara Rp 350.000.000,- hingga Rp 5.000.000.000,-. c. Pembiayaan Korporasi
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dengan jumlah nominal yang besar (korporasi). Misalnya, jumlah pembiayaan lebih dari Rp 5.000.000.000,- dikelompokkan dalam pembiayaan korporasi. Dalam praktiknya, setiap bank mengelompokkan pembiayaan korporasi sesuai dengan skala bank masing-masing, sehingga tidak ada ukuran yang jelas tentang batasan minimal pembiayaan korporasi.
2.3.5 Syarat Administrasi
Seperti juga dalam perbankan konvensional, perbankan syariah menetapkan syarat-syarat umum untuk sebuah pembiayaan, seperti hal-hal berikut :
(40)
1. Surat permohonan tertulis dengan dilampiri proposal yang memuat antara lain gambaran umum usaha, rencana atau prospek usaha, rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana, dan jangka waktu penggunaan dana.
2. Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian, surat izin umum perusahaan, dan tanda daftar perusahaan.
3. Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan rugi laba, data persediaan terakhir, data penjualan dan fotokopi rekening bank.
2.4 Penelitian Terdahulu
(Rizki Tri Anugrah Bhakti1, Mochammad Bakri2, Siti Hamidah, 2013) dalam penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil oleh Lembaga Keuangan Syariah”. Dari hasil penelitian, didapat bahwa kecilnya porsi pembiayaan oleh lembaga keuangan syariah dengan prinsip bagi hasil karena dihadapkan pada beberapa faktor. faktor-faktor penghambat tersebut tersebut antara lain: Pertama, hukum atau peraturan itu sendiri (substansi hukum), antara lain pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudential principle) yang diberlakukan perbankan. Kedua, mentalitas petugas yang menegakkan (struktur hukum) yaitu membuka peluang untuk bank membuat suatu self regulatory banking, yang berisi tentang ketentuan intern bank dalam menjalankan usahanya, walaupun tetap tidak diperbolehkan menyalahi ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Ketiga, fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum, yaitu Sumber daya insani (SDI) juga menjadi permasalahan tersendiri
(41)
bagi pihak bank. Keempat, kesadaran hukum dan budaya masyarakat (budaya hukum), yaitu bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) kurang menyadari pentingnya menjadi unit usaha yang bankable. Faktor-faktor penghambat diatas sebenarnya dapat diatasi dengan mengupayakan beberapa hal, antara lain: pertama, perbaikan peraturan perbankan yaitu perlu disesuaikan agar bank dapat tetap dalam kondisi kesehatan yang baik dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, namun tetap memperhatikan kondisi nasabah yang tidak selalu sama. Kedua, bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terkendala dengan jaminan, maka dapat menjadi anggota pada suatu koperasi primer. Ketiga, peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Insani perbankan syariah. Keempat, meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai budaya kejujuran dan produk pembiayaan bank syariah.
(Amir Mu’alli, 2004) dalam penelitian yang berjudul “Praktek Pembiayaan Bank Syariah dan Problematikanya”. Dari hasil penelitian, didapat bahwa alasan seseorang memilih bank syariah adalah alasan emosional dan ideologis. Bukan alasan yang memberi solusi pada nasabah, yang membantu nasabah dalam menyelesaikan problem-problemnya secara lebih baik, memberi perbaikan pada kondisi ekonomi masyarakat lemah dan pada tujuannya. Keberadaan Bank syariah khususnya di Indonesia baru di pendang sebagai penyelamatan diri secara emosional dan ideologis, bukan solusi dari problem ekonomi, bahkan secara makro penyelamatan eksistensial yang menyelamatkan kemanusian dari kekuatan kapital yang merongrong eksistensi kemanusian yang berujung pada problem kemanusian.
(42)
2.5 Kerangka konseptual
Setiap pengusaha UMK pasti menginginkan permohonan pengajuan pembiayaannya diterima. Seperti juga dalam perbankan konvensional, perbankan syariah juga menetapkan beberapa syarat-syarat umum. Permohonan pembiayaan pengusaha UMK dapat dipengaruhi oleh beberapa variable, yaitu : jenis usaha, jumlah pinjaman, pendapatan, modal. Hal tersebut merupakan potensi dan kedala bagi para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah. Dari uraian di atas dapat dihasilkan kerangka konseptual. Kerangka konseptual tersebut menggambarkan adanya beberapa persyaratan untuk para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah. Kerangka konseptual teoritis di tampilkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Konseptual Modal
Pendapata
Jenis Usaha
Jumlah Pinjaman
Potensi & Kendala
Pembiayaan Perbankan
Syariah Variabel
Tingkat Kemampuan pengusaha
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian. Adapun metedologi penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.1Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan berbentuk deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian penulis mencoba menguraikan informasi dari kemampuan para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan perbankan syariah di Kota Medan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yaitu di tempat para pengusaha melakukan usaha mikro dan kecil yang mengakses kredit di Bank SUMUT Syariah. Penelitian ini dilakukan ± 3 bulan dari terbitnya surat ijin riset bank.
(44)
Mengingat keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian maka penulis memberikan batasan operasional untuk penelitian ini yang hanya mencakup kemapuan para pengusaha UMK dalam memenuhi persyaratan untuk mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah.
3.4Definisi Operasional
1. Potensi adalah kemampuan para pengusaha UMK yang bisa diupayakan dalam mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah.
2. Kendala adalah masalah yang dihadapi oleh para pengusaha UMK dalam memperoleh pembiayaan di Bank SUMUT Syariah.
3. Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang telah memenuhi persyaratan ditentukan oleh pihak bank (Rp).
4. Modal adalah dana awal yang dimiliki oleh pengusaha untuk memulai usahanya (Rp).
5. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh para pelaku bisnis dari hasil usahanya (Rp/bulan).
6. Jenis usaha adalah berbagai kegiatan yang di lakukan oleh pelaku bisnis untuk memperoleh keuntungan (Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia). 7. Jumlah pinjaman adalah sejumlah uang yang diupayakan oleh pihak Bank
untuk diberikan kepada pihak nasabah yang telah memenuhi persyaratan (Rp).
(45)
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sudjana (2005) yang dimadsud dengan populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuatitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank SUMUT Syariah Medan.
Menurut Sudjana (2005) yang dimadsud dengan sampel adalah bagian yang diambil dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 pengusaha UMK yang mendapatkan pembiayaan dari Bank SUMUT Syariah Medan.
3.6 Jenis Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan.
2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperolah dari perbankan syariah.
(46)
3.7 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan para pengusaha UMK dalam mengakses kredit di Perbankan Syariah di Kota Medan.
2. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada responden tanpa menggunakan perantara.
3. Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk diisi oleh responden. Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1. 3.8 Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Menurut (Sugiyono, 2012) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mengalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermadsud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik kesimpulan apapun tentang data induknya yang lebih besar.
(47)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan sebutan BPSU. Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera Utara maka pada tahun 1962 bentuk usaha dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan modal dasar pada saat itu sebesar Rp.100 Juta dengan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara.
Pada tahun 1999, bentuk hukum BPDSU dirubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara atau disingkat PT. Bank Sumut yang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan, JL. Imam Bonjol No. 18 Medan. Modal dasar pada saat itu menjadi Rp. 400 Milyar yang selanjutnya dengan pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan Bank, di tahun yang sama modal dasar kembali ditingkatkan menjadi Rp. 500 Milyar.
Laju pertumbuhan Bank Sumut kian menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan diliat dari kinerja dan prestasi yang di peroleh dari tahun ke tahun, tercatat total asset Bank Sumut mencapai 10,75 Trilyun pada taun 2009 dan menjadi 12,76 Trilyun pada tahun 2010. Didukung semangat menjadi Bank
(48)
Profesional dan tangguh menghadapi persaingan dengan digalakkanya program to be the best yang sejalan dengan road map BPD Regional Champion 2014, tentunya dengan konsekuensi harus memperkuat permodalan yang tidak lagi mengandalkan peryertaan saham dari pemerintah daerah, melainkan juga membuka akses permodalan lai seperti penerbitan obligasi, untuk itu modal dasar Bank Sumut kembali ditingkatkan dari Rp. 1 Trilyun pada tahun 2008 menjadi Rp. 2 Trilyun pada tahun 2011 dengan total asset meningkat menjadi 18,95 Trilyun.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Bank Sumut
Menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat.
b. Misi Bank Sumut
Mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance.
4.1.3 Produk Perbankan Perusahaan
Adapun produk- produk perbankan yang ditawarkan Bank SUMUT Syariah adalah sebagai berikut :
(49)
1. Pendanaan
a. Tabungan Ib martebe bagi hasil
Tabungan IB Martabe bagi hasil adalah tabungan dengan prinsip Mudharabah Mutlaqah yaitu investasi yang dilakukan oleh nasabah sebagai pemilik dana dan Bank sebagai pengelola dana. Sebagaimana Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 02/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tanggal 26 Dzulhijah 1420 H/ 1 April 2000 Masehi.
b. Tabungan iB Martabe Wadiah
Tabungan iB Martabe Wadiah adalah tabungan dengan prinsip Wadiah Yad Ad Dhamamah (titipan dana) yaitu saldo tabungan tidak akan berkurang karena biaya administrasi kecuali karena penarikan dengan persetujuan penabung untuk tujuan tertentu. Sebagaimana Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 02/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tanggal 26 Dzulhijah 1420 H/ 1 April 2000 Masehi.
c. Deposito iB Ibadah
Deposito iB adalah investasi berjangka yang menguntungkan dan berkembang dengan prinsip Mudharabah Mutlaqah. Berdasarkan prinsip tersebut Bank dapat melakukan bermacam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan menguntungkan . Investasi disalurkan untuk usaha yang produktif dan halal. Sebagaimana Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 03/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tanggal 26 Dzulhijah 1420 H/ 1 April 2000 Masehi.
(50)
d. Giro iB Utama
Giro iB Utama produk Bank Sumut dengan prinsip Wadiah Yad Ad Dhamamah (titipan murni). Dana giro dapat ditarik sewaktu-waktu dengan menggunakan bilyet giro dan cek. Saldo giro dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan. Sebagaimana Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 01/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tanggal 26 Dzulhijah 1420 H/ 1 April 2000 Masehi.
2. Pembiayaan
a. Pembiayaan iB Produktif
Pembiayaan ib Produktif dengan akad Murabahah adalah jual-beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati di awal pada akad, dimana Bank menyebutkan harga beli dan margin keuntungan bank. Produk pembiayaan ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi dan juga konsumsi.
b. Pembiayaan iB Modal Kerja
Pembiayaan iB modal Kerja dengan akad Musyarakah atau Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku pemilik modal dan nasabah sebagai pengelola dana (memiliki keahlian) untuk melaksanakan kegiatan usaha tertentu dimana pembagian keuntungan/ bagi hasil dihitung dengan menggunakan metode bagi pendapatan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
(51)
c. Pembiayaan Gadai Emas iB Sumut
Fasilitas pinjaman dana tunai tanpa imbal jasa yang diberikan Bank Sumut Syariah kepada nasabah dengan jaminan berupa uang emas yang berprinsip gadai Syariah.
4.2 Karakteristik Responden
Responden Penelitian adalah pengusaha - pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menerima pembiayaan dari Bank SUMUT Syariah di Kota Medan. Dalam melakukan penelitian ini penulis memilih responden dari beberapa pengusaha UMK secara acak sebanyak 30 orang yang telah memenuhi persyaratan yang diberikan oleh Bank SUMUT Syariah dengan berbagai latar belakang kelompok usia, tingkat pendidikandan jenis usaha yang dilakukan yang dianggap dapat mewakili keselurahan populasi
Tabel 4.1 Usia Responden
NO Usia (Tahun) Jumlah Nasabah (%)
1 < 25 0 0
2 25 – 35 5 16,7
3 35 – 45 18 60
4 45 – 55 7 23,3
5 ≥ 55 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, responden memiliki usia diantara 25 – 35 sebesar 16,7%, diantara 35 – 45 tahun sebesar 60%, diantara 45 – 55 tahun
(52)
sebesar 23,3%. Hal ini menunjukan bahwa nasabah yang memperoleh pembiayaan dari Bank SUMUT Syariah di dominasi oleh nasabah yang berusia di antara 35 – 45.
Tabel 4.2 Pendidikan Responden
NO Pendidikan Jumlah Nasabah (%)
1 SD 0 0
2 SMP 2 6,7
3 SMA 20 66,6
4 Diplomat 2 6,7
5 Sarjana 6 20
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, responden memiliki tingkat pendidikan SMP sebesar 6,7%, SMA sebesar 66,6%, Diplomat sebesar 6,7% dan sarjana sebesar 20%. Hal ini menunjukan bahwa nasabah yang memperoleh pembiayaan di Bank SUMUT Syariah di dominasi oleh nasabah dengan tingkat pendidikan SMA.
Tabel 4.3 Jenis Usaha yang Dilakukan
NO Jenis Usaha Jumlah
Nasabah (%)
1 Pedagang Pakaian 0 0
2 Pedagang Sembako 3 10
3 Pedagang Lainnya 27 90
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, responden memiliki jenis usaha di antara lain pedagang sembako sebesar 10%, pedagang sebesar 3,3% dan pedagang
(53)
lainnya sebesar 86,7%. Pedagang lainnya meliputi: kedai kelontong, warung sarapan, pedagang jamu, warnet, pembuatan tahu, doorsmeer, warung nasi, konveksi, angkot, jual beli getah, ayam potong, konveksi gordyn, jual beli rumah sederhana, dagang pakaian jadi, kanvas bola lampu, warung makanan, rumah makan dan wiraswasta.
4.3 Analisis Data
Tabel 4.4 Alasan Meminjam di Perbankan Syariah NO Alasan Meminjam Jumlah Nasabah (%)
1 Bebas riba 11 36,7
2 Usulan teman / keluarga 17 56,7
3 Bunga yang rendah 1 3,3
4 Ada program kredit untuk
usaha dari pemerintah 1 3,3
5 Lain – lain 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, alasan responden memilih mengakses pembiayaan di perbankan Syariah khususnya di Bank SUMUT Syariah yaitu : Bebas riba sebesar 36,7%, Usulan teman / keluarga sebesar 56,7%, Bunga yang rendah sebesar 3,3%, ada program kredit untuk usaha dari pemerintah sebesar 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa alasan terbesar para responden memilih mengakses pembiayaan di perbankan Syariah adalah karena Usulan teman / keluarga.
(54)
Tabel 4.5 Persyaratan Memperoleh Pembiayaan di Perbankan Syariah NO Persyaratan memperoleh
pembiayaan
Jumlah
Nasabah (%)
1 Mudah 11 36,7
2 Biasa 19 63,3
3 Sulit 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap persyaratan yang di berikan Bank SUMUT Syariah untuk memperoleh pembiayaan yaitu : Mudah sebesar 36,7% dan Biasa sebesar 63,3% . hal ini menunjukkan bahwa persyaratan yang diberikan oleh pihak Bank SUMUT dirasa biasa oleh para nasabahnya.
Tabel 4.6 tanggapan Terhadap Jaminan yang di Syaratkan oleh Bank NO Jaminan yang disyaratkan Jumlah
Nasabah (%)
1 Sangat terjangkau 3 10
2 Terjangkau 16 53,3
3 Cukup terjangkau 11 36,7
4 Kurang terjangkau 0 0
5 Tidak terjangkau 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap jaminan yang di syaratkan oleh Bank Sumut Syariah adalah sangat terjangkau sebesar 10%, terjangkau sebesar 53,3% dan cukup terjangkau sebesar 36,7%. Hal ini
(55)
menunjukkan bahwa jaminan yang disyaratkan oleh pihak Bank SUMUT terjangkau bagi para nasabahnya.
Tabel 4.7 Tujuan Pembiayaan yang diterima NO Tujuan pembiayaan Jumlah
Nasabah (%)
1 Kebutuhan modal
usaha 25 83,3
2 Investasi usaha 1 3,3
3 Membuat usaha
baru 4 13,4
4 Lain – lain 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, responden yang mendapatkan pembiayaan dari Bank SUMUT Syariah menggunakan dananya untuk kebutuhan modal usaha sebesar 83,3%, investasi usaha sebesar 3,3% dan membuat usaha baru sebesar 13,4%. Hal ini menunjukkan bahwa dana yang diterima oleh para nasabah lebih dominan digunakan untuk kebutuhan modal usaha.
Tabel 4.8 Peranan Bank dalam memberikan Pembiayaan terhadap Usaha
NO Peranan Bank Jumlah Nasabah (%)
1 Sangat membantu 14 46,7
2 Cukup membantu 16 53,3
3 Tidak membantu 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, peranan Bank SUMUT dalam memberikan pembiayaan terhadap para UMK sangat membantu sebesar 46,7%
(56)
dan cukup membantu sebesar 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa peranan Bank dalam memberikan pembiayaan terhadap usaha dianggap cukup membantu bagi para pengusaha UMK.
Tabel 4.9 Hal yang diharapkan Para Pengusaha kedepan NO Yang diharapkan UMK Jumlah Nasabah (%)
1 Jumlah dana pembiayaan
yang lebih besar 17 56,7
2 Persyaratan yang lebih
mudah 2 6,7
3
Jangka waktu pembayaran yang lebih
lama
11 36,6
4 Perhatian dari pemerintah 0 0
5 Lain – lain 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, ada beberapa hal yang diharapkan oleh para pengusaha UMK terhadap pembiayaan yang diakses oleh para pengusaha UMK antara lain : jumlah dana pembiayaan yang lebih besar sebesar 56,7%, persyaratan yang lebih mudah sebesar 6,7% dan jangka waktu pembayaran yang lebih lama sebesar 36,6%. Hal ini menunjukkan bahwa hal yang diharapkan oleh para pengusaha UMK terhadap pembiayaan yang diberikan oleh pihak Bank yaitu jumlah dana pembiayaan yang lebih besar.
(57)
Tabel 4.10 Modal Awal Pengusaha
NO Modal (Rupiah) Jumlah Nasabah (%)
1 20.000.000 – 30.000.000 12 40
2 30.000.000 – 40.000.000 8 26,7
3 40.000.000 – 50.000.000 4 13,3
4 50.000.000 – 60.000.000 1 3,3
5 ≥ 60.000.000 5 16,7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, para pengusaha UMK memiliki modal awal diantara Rp. 20.000.000 – Rp. 30.000.000 sebesar 40%, diantara Rp. 30.000.000 – Rp. 40.000.000 sebesar 26,7%, diantara Rp. 40.000.000 – Rp. 50.000.000 sebesar 13,3%, diantara Rp 50.000.000 – Rp. 60.000.000 sebesar 3,3% dan ≥ Rp. 60.000.000 sebesar 16,7%. Hal ini menunjukkan sebagian besar para pengusaha UMK memiliki modal awal diantara Rp. 20.000.000 – Rp. 30.000.000.
Tabel 4.11 Pendapatan Pengusaha Perbulan
NO Pendapatan (Rupiah) Jumlah Nasabah (%)
1 20.000.000 – 30.000.000 17 56,7
2 30.000.000 – 40.000.000 5 16,7
3 40.000.000 – 50.000.000 4 13,3
4 50.000.000 – 60.000.000 0 0
5 ≥ 60.000.000 4 13,3
Jumlah 30 100
(58)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, para pengusaha UMK pendapatan perbulan diantara Rp. 20.000.000 – Rp. 30.000.000 sebesar 56,7%, diantara Rp. 30.000.000 – Rp. 40.000.000 sebesar 16,7%, diantara Rp. 40.000.000 – Rp. 50.000.000 sebesar 13,3% dan ≥ Rp. 60.000.000 sebesar 13,3%. Hal ini menunjukkan sebagian besar para pengusaha UMK memiliki pendapatan diantara Rp. 20.000.000 – Rp. 30.000.000.
Tabel 4.12 Dana Pembiayaan yang diperoleh NO Dana Pembiayaan (Juta
Rupiah) Jumlah Nasabah (%)
1 10 – 100 26 86,7
2 101 – 200 2 6,7
3 201 – 300 1 3,3
4 301 – 400 1 3,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas dapat dilihat, dana pembiayaan yang diberikan kepada para nasabah diantara Rp.10 – 100 juta sebesar 86,7%, diantara Rp.101 – 200 juta sebesar 6,7% , diantara Rp.201 – 300 juta sebesar 3,3% dan diantara Rp.301 – 400 sebesar 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata dana pembiayaan yang diberikan oleh Bank Sumut Syariah sebesar Rp.10 – 100 juta.
(59)
Tabel 4.13 Jangka Waktu Pembayaran
NO Jangka Waktu (Bulan) Jumlah Nasabah (%)
1 12 5 16,7
2 24 3 10
3 36 13 43,3
4 48 3 10
5 60 6 20
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel dapat dilihat bahwa jangka waktu pembayaran yang diberikan pihak bank yaitu 12 bulan sebesar 16,7%, 24 bulan sebesar 10%, 36 bulan sebesar 43,3%, 48 bulan sebesar 10%, dan 60 bulan sebesar 20%. Hal ini menunjukkan rata – rata janka waktu pembayaran selama 36 bulan.
Tabel 4.14 Masalah yang di Hadapi Para Pengusaha dalam menjalankan UMK
NO Masalah UMK Jumlah Nasabah (%)
1 Kuranganya modal
usaha 18 60
2 Tingginya harga bahan
buku 11 36,7
3 Kurangnya pemasaran
dalam produksi 1 3,3
4 Lain – lain 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh para pengusaha UMK dalam menjalankan usahanya antara lain: kurangnya modal usaha sebesar 60%, tingginya harga bahan baku sebesar 36,7%
(60)
dan kurangnya pemasaran dalam produksi sebesar 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh para pengusaha UMK yaitu kurangnya modal dalam menjalankan usaha.
Tabel 4.15 Kepemilikan Surat Izin Usaha
NO Surat izin Jumlah Nasabah (%)
1 Ya 30 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap para pengusaha memiliki surat izin usaha untuk mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah. Hal ini menunjukan bahwa surat izin usaha sangat berpengaruh untuk para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah.
Tabel 4.16 Kepemilikan Laporan Keuangan Perbulan NO Laporan keuangan/bulan Jumlah Nasabah (%)
1 Ya 30 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap para pengusaha memiliki laporan keuangan setiap bulannya untuk mengakses pembiayaan di Bank SUMUT Syariah. Hal ini menunjukan bahwa laporan keuangan setiap bulannya sangat berpengaruh untuk para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah. Hal ini bertujuan agar pihak bank lebih mengetahui laporan pendapatan serta pegeluaran pengusaha.
(61)
Tabel 4.17 Hambatan Pengusaha dalam melakukan Pembiayaan di Perbankan Syariah
NO Hambatan UMK Jumlah Nasabah (%)
1 Agunan yang besar 2 6,7
2 Jangka waktu
pembayaran singkat 28 93,3
3 Persyaratan yang sulit
dipenuhi 0 0
4 Lain – lain 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas terlihat bahwa, terdapat beberapa hambatan para pengusaha dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah antara lain : agunan yang besar sebesar 6,7% dan jangka waktu pembayaran yang singkat sebesar sebesar 93,3%. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan utama yang dihadapi oleh para pengusaha adalah jangka waktu pembayaran yang singkat. 4.4 Analisis Pembahasan
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank SUMUT Syariah kepada beberapa pengusaha UMK di Kota Medan sangat berpengaruh bagi para pengusaha. Akan tetapi mengakses kredit di perbankan syariah tidak mudah. Pihak Bank selalu memberikan beberapa persyaratan bagi para pengusaha yang ingin mengajukan permohonan pembiayaan di Bank. Para nasabah juga mempunyai beberapa alasan mengapa lebih memilih mengakses pembiayaan di Bank Syariah daripada kredit di bank konvensional. Sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada 30 responden maka yang menjadi alasan utama bagi para nasabah memilih bank syariah adalah 56,7% karena usulan temen dari keluarga.
(62)
Hal ini berarti bahwa para nasabah yang mengakses pembiayaan di bank syariah tidak terlalu berorientasi pada prinsip syariah yang bebas riba, tidak berpengaruh pada tingkat bunga dan adanya program kredit untuk usaha yang diberikan oleh pemerintah.
Selain adanya alasan para nasabah dalam memilih bank syariah untuk mengakses pembiayaan para nasabah juga mempunyai potensi – potensi untuk mengajukan dan menerima pembiayaan tersebut. Adapun potensi para pengusaha UMK menyangkut modal awal, pendapatan, dana pembiayaan yang di peroleh serta jangka waktu pembayaran yang bisa dijangkau oleh para pengusaha. Modal awal pengusaha rata – rata mencapai hingga Rp 20.000.000.- sampai Rp 30.000.000.- dengan total pendapatan perbulan yang rata – rata mencapai Rp 20.000.000.- sampai Rp 30.000.000.-. Para nasabah memperoleh dana pembiayaan dari Bank Syariah dari yang terendah Rp 15.000.000.- dan yang tertinggi Rp 400.000.000.- dengan jangka waktu pembayaran paling cepat 12 dan paling lama 60 bulan.
Dalam mengakses pembiayaan di Bank Syariah para pengusaha UMK juaga menghadapi beberapa masalah dalam menjalan usaha mikro dan kecil seperti dari 30 responden 60% mengaku kurangnya modal usaha, 36,7% tingginya harga bahan baku dan 3,3% kurangnya pemasaran dalam produksi. Hal ini yang membuat para pengusaha UMK untuk mengakses pembiayaan di Bank Syariah. Akan tetapi dalam pengajuan permohonan para pengusaha juga mengalami kendala untuk memperoleh pembiayaan di perbankan syariah seperti harus ada surat izin usaha serta laporan keuangan setiap bulannya. Setelah para
(63)
pengusaha UMK memperoleh pembiayaan mereka juga mengalami hambatan dalam melakukakan pembiayaan tersebut yaitu 93,3% hambatan itu jangka waktu pembayaran yang singkat dan 6,7% karna agunan yang besar.
Data hasil analisis data juga terlihat dana pembiayaan yang berbeda namun dengan jangka waktu. Seperti yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.18 Dana Pembiayaan dan Jangka Waktu Dana Pembiayaan
(Juta Rupiah)
Jangka Waktu (bulan)
Modal Awal (Juta Rupiah)
Pendapatan (Juta Rupiah)
50 12 30 – 40 30 – 40
100 12 >60 >60
50 60 20 – 30 20 ‐30
400 60 20 – 30 >60
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian (Berdasarkan kuesioner)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin besar pendapatan maka akan semakin kecil pula jangka waktu pembayaran yang mampu dilakukan oleh nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan maka semakin besr juga kemampuan pengusaha UMK untuk membayar semakin cepat.
(64)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas tentang tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah khususnya Bank SUMUT Syariah di Kota Medan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Alasan para pengusaha UMK memilih mengakses pembiyaan di perbankan syariah yaitu karna usulan dari teman/keluarga.
2. Potensi para pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan di perbankan syariah khususnya di Bank SUMUT Syariah antara dengan modal mencapai Rp.20.000.000 – Rp.30.000.000 dan dengan total pendapatan perbulan yang mencapai Rp.20.000.000 – Rp.30.000.000. Dengan modal dan pendapatan tersebut para pengusaha UMK dapat memperoleh dana pembiayaan dari Rp.15.000.000 hingga Rp.400.000.000 dengan jangka waktu pembayaran dari 12 bulan sampai 60 bulan.
3. Kendala para pengusaha dalam menjalankan usaha miro dan kecil yaitu kurangnya modal usaha sehingga memutuskan untuk mengakses pembiyaan dari perbankan syariah. Dalam mengajukan permohonan kendala yang juga hadapi para pengusaha UMK yaitu harus memiliki surat izin usaha serta laporan keuangan setiap bulannya dan yang menjadi
(65)
hambatan bagi para pengusaha UMK dalam menjalankan pembiayaan di perbankan syariah yaitu jangka waktu pembayaran yang singkat.
5.2 Saran
1. Untuk para pengusaha usaha mikro dan kecil (UMK) yang akan mengakses pembiayaan di perbankan syariah dengan tujuan kebutuhan modal usaha harus terlebih dahulu menyediakan persyaratan administrasi yang diajukan oleh pihak bank seperti surat izin usaha dan laporan keuangan setiap bulannya.
2. Pembiyaan yang diberikan oleh Bank SUMUT syariah diharapkan dapat memberikan dana pembiayaan yang lebih besar dengan jangka waktu pembayaran yang lebih lama.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Ari Syofwan, 2012. Peranan Kredit Rakyat terhadap Pengembangan UMK Di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus : Bank BRI Kecamatan Gebang). Skripsi, Medan: FE USU
Burhanuddin, 2010, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Graha Ilmu, Yogyakarta
Dewi Gemala, 2004, aspek‐aspek hukum dalam perbankan & perasuransian syariah di Indonesia, kencana, Jakarta
Eti Wahyuni, Iswan Kaputra, Rusdiana Adi, Hanif, 2005,Lilitan Masalah usaha Mikro, Bitra Indonesia, Medan
Heri Sudarsono, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, ekonisia, Yogyakarta
http://www.bi.go.id/id/tentang‐bi/uu‐bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf (Diakses pada tanggal 14 Januari 2014)
Hubies Musa, 2009, Prospek Usaha Kecil dalam Inkubator Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor
Ichsan, 2011. Pengertian dan Kriteria UMKM. Dalam Http://Ichsan.Blogspot (Diakses pada tgl 16 Januari 2014)
Kecil, Menengah (UMKM) & kontroversi Kebijakan, BITRA Indonesia, Medan Machmud Amir dan Rukmana, 2009, Bank Syariah (teori, Kebijakan, dan studi empiris
di Indonesia), erlangga, Bandung
Mustafa Edwin nasution,budi setyanto, nurul huda, Muhammad arief mufraeni, bey sapta utama, 2010, pengenalan eksklusif ekonomi islam, kencana, Jakarta
muthia, definisi UMKM, dalam http://muthiamurdiani.blogspot.com/2009/12/definisi-umkm.html (Diakses pada tanggal 14 Januari 2014)
Ninik Hariyati,SS, 2010. Peran Bank Syariah dalam mengoptimalkan UMKM Kota Yogyakarta. Tesis (tidak dipublikasikan)
Rivai Veithzal dan Arifin Arviyan, 2009, Islamic Banking, Bumi Aksara, Jakarta Rendra Rediantoni, definisi UMKM, dalam
http://rendrarediantoni.wordpress.com/2013/05/14/definisi‐usaha‐mikro‐kecil‐ menengah‐umkm/ (Diakses pada tanggal 14 Januari 2014)
Sigit Triandaru & Totok Budisantoso, 2006, Bank dan Lembaga keuangan Lain Edisi 2, Salemba Empat, Yogyakarta
(67)
Sudjana, 2005, Metoda Statistika, Tarsito Bandung, Bandung Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung
syafi’I Muhammad, 2001, Bank syariah dari teori ke praktik, Gema insane press, Jakarta
Tambunan Tulus, 1999, Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia, PT. Mutiara Sumber Widya, Jakarta
Tambunan Tulus,2009, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta Undang-Undang RI. No. 20, Tahun 2008, Tentang Undang-Undang UMKM Wiroso, 2005, penghimpun dana dan distribusi hasil usaha bank syariah,
(68)
Lampiran 1
KUESIONER
Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini berguna untuk membantu penulisan skripsi saya yang berjudul “Analisis Tingkat Kemampuan UMK dalam mengakses Kredit di Perbankan Syariah”
A. Identitas Diri
1. Nama : ...
2. Jenis Kelamin : L/P
3. Alamat :
4. Usia :
a. < 25 Tahun b. 25-35 Tahun c. 35-45 Tahun d. 45-55 Tahun e. ≥ 55 Tahun
5. Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. Sarjana
6. Jenis usaha yang dilakukan :
a. Pedagang Pakaian
b. Pedagang Sembako
(69)
(70)
B. PERTANYAAN
1. Alasan meminjam di perbankan syariah : a. Bebas riba
b. Usulan teman/ keluarga c. Bunga yang rendah
d. Ada program kredit untuk usaha dari pemerintah e. Lain- lain, sebutkan...
2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu persyaratan memperoleh pembiayaan di perbankan Syariah :
a. Mudah b. Biasa c. Sulit
3. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap jaminan yang disyaratkan oleh Bank tersebut:
a. Sangat terjangkau b. Terjangkau c. Cukup terjangkau d. Kurang terjangkau e. Tidak terjangkau
4. Tujuan Pembiayaan yang diterima untuk : a. Kebutuhan Modal Usaha
b. Investasi Usaha c. Membuat Usaha Baru d. Lain-lain, sebutkan...
(71)
5. Bagaimana peranan Bank dalam memberikan pembiayaan terhadap usaha Bapak/Ibu :
a. Sangat membantu b. Cukup membantu c. Tidak membantu
6. Hal yang diharapkan para pengusaha kedepan : a. Jumlah dana pembiayaan yang lebih besar b. Persyaratan yang lebih mudah
c. Jangka waktu pembayaran yang lebih lama d. Perhatian dari pemerintah
e. Lain-lain, sebutkan ... 1. Modal awal pengusaha :
a. Rp.20.000.000-Rp.30.000.000 b. Rp.30.000.000-Rp.40.000.000 c. Rp.40.000.000-Rp.50.000.000 d. Rp.50.000.000-Rp.60.000.000 e. > Rp. 60.000.00
2. Total pendapatan pengusaha perbulan : a. Rp.20.000.000-Rp.30.000.000 b. Rp.30.000.000-Rp.40.000.000 c. Rp.40.000.000-Rp.50.000.000 d. Rp.50.000.000-Rp.60.000.000 e. > Rp. 60.000.000
3. Dana pembiayaan yang diperoleh saat ini: Rp...
(72)
4. Jangka Waktu pembayaran: ...
1. Masalah apa saja yang di hadapi Bapak/Ibu dalam menjalankan usaha mikro kecil (UMK) :
a. Kurangnya modal usaha b. Tingginya harga bahan baku
c. Kurangnya pemasaran dalam produksi d. Lain-Lain, sebutkan...
2. Apakah usaha memiliki surat izin usaha : a. Ya
b. Tidak
3. Apakah pengusaha memiliki laporan keuangan setiap bulannya : a. Ya
b. Tidak
4. Apa saja yang menjadi hambatan Bapak/Ibu dalam melakukan pembiayaan di perbankan syariah :
a. Agunan yang besar
b. Jangka waktu pembayaran yang singkat c. Persyaratan yang sulit dipenuhi
(73)
Lampiran 2 Persyaratan Permohonan Pembiayaan Mikro iB SUMUT Sejahtera Sejahtera II :
1. Identitas Pribadi
a. Photocopy KTP Pemohon dan suami/istri (2 lembar) b. Photocopy Buku Nikah / Surat Nikah (1 lembar)
c. Photocoy Kartu Keluarga (1 lembar)
d. Pas Photo terbaru ukuran 4 x 6 Pemohon dan Suami/Istri (1 lembar) 2. Legalitas Usaha
a. Asli Surat Keterangan Usaha/Surat Keterangan Penghasilan (1 lembar)
3. Jaminan Pembiayaan
a. Harta Bergerak : Peralatan rumah tangga, Persediaan barang dagangan, mesin dan kendaraan.
b. Harta tak bergerak : Tanah dan Bangunan Catatan :
1. Jangka Waktu Pembiayaan
a. Pembiayaan iB Investasi dengan jangka waktu 12 s/d 36 bulan b. Pembiayaan iB Modal Kerja dengan jangka waktu 6 s/d 24 bulan 2. Khusus untuk agunan berupa tanah dan bangunan
a. Status surat pemilikan berupa SHM, SHGB, Akta Jual Beli, APHGR, Akta Hibah, Hak Sewa/ ijin Berjualan, Surat Keterangan Lurah. 3. Biaya Administrasi
a. Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) b. Biaya materai : sesuai kebutuhan
(1)
56
Lampiran 1
KUESIONER
Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini berguna untuk membantu penulisan skripsi saya yang berjudul “Analisis Tingkat Kemampuan UMK dalam mengakses Kredit di Perbankan Syariah”
A. Identitas Diri
1. Nama : ...
2. Jenis Kelamin : L/P
3. Alamat :
4. Usia :
a. < 25 Tahun b. 25-35 Tahun c. 35-45 Tahun d. 45-55 Tahun e. ≥ 55 Tahun
5. Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. Sarjana
6. Jenis usaha yang dilakukan : a. Pedagang Pakaian
b. Pedagang Sembako
(2)
(3)
58
B. PERTANYAAN
1. Alasan meminjam di perbankan syariah : a. Bebas riba
b. Usulan teman/ keluarga c. Bunga yang rendah
d. Ada program kredit untuk usaha dari pemerintah e. Lain- lain, sebutkan...
2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu persyaratan memperoleh pembiayaan di perbankan Syariah :
a. Mudah
b. Biasa c. Sulit
3. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap jaminan yang disyaratkan oleh Bank tersebut:
a. Sangat terjangkau b. Terjangkau c. Cukup terjangkau d. Kurang terjangkau e. Tidak terjangkau
4. Tujuan Pembiayaan yang diterima untuk :
a. Kebutuhan Modal Usaha
b. Investasi Usaha
c. Membuat Usaha Baru
(4)
5. Bagaimana peranan Bank dalam memberikan pembiayaan terhadap usaha Bapak/Ibu :
a. Sangat membantu
b. Cukup membantu
c. Tidak membantu
6. Hal yang diharapkan para pengusaha kedepan : a. Jumlah dana pembiayaan yang lebih besar b. Persyaratan yang lebih mudah
c. Jangka waktu pembayaran yang lebih lama d. Perhatian dari pemerintah
e. Lain-lain, sebutkan ... 1. Modal awal pengusaha :
a. Rp.20.000.000-Rp.30.000.000 b. Rp.30.000.000-Rp.40.000.000 c. Rp.40.000.000-Rp.50.000.000 d. Rp.50.000.000-Rp.60.000.000 e. > Rp. 60.000.00
2. Total pendapatan pengusaha perbulan : a. Rp.20.000.000-Rp.30.000.000 b. Rp.30.000.000-Rp.40.000.000 c. Rp.40.000.000-Rp.50.000.000 d. Rp.50.000.000-Rp.60.000.000 e. > Rp. 60.000.000
(5)
60
4. Jangka Waktu pembayaran: ...
1. Masalah apa saja yang di hadapi Bapak/Ibu dalam menjalankan usaha mikro kecil (UMK) :
a. Kurangnya modal usaha b. Tingginya harga bahan baku
c. Kurangnya pemasaran dalam produksi d. Lain-Lain, sebutkan...
2. Apakah usaha memiliki surat izin usaha : a. Ya
b. Tidak
3. Apakah pengusaha memiliki laporan keuangan setiap bulannya : a. Ya
b. Tidak
4. Apa saja yang menjadi hambatan Bapak/Ibu dalam melakukan pembiayaan di perbankan syariah :
a. Agunan yang besar
b. Jangka waktu pembayaran yang singkat c. Persyaratan yang sulit dipenuhi
(6)
Lampiran 2
Persyaratan Permohonan Pembiayaan Mikro iB SUMUT Sejahtera Sejahtera II :
1. Identitas Pribadi
a. Photocopy KTP Pemohon dan suami/istri (2 lembar)
b. Photocopy Buku Nikah / Surat Nikah (1 lembar)
c. Photocoy Kartu Keluarga (1 lembar)
d. Pas Photo terbaru ukuran 4 x 6 Pemohon dan Suami/Istri (1 lembar) 2. Legalitas Usaha
a. Asli Surat Keterangan Usaha/Surat Keterangan Penghasilan (1
lembar)
3. Jaminan Pembiayaan
a. Harta Bergerak : Peralatan rumah tangga, Persediaan barang
dagangan, mesin dan kendaraan.
b. Harta tak bergerak : Tanah dan Bangunan
Catatan :
1. Jangka Waktu Pembiayaan
a. Pembiayaan iB Investasi dengan jangka waktu 12 s/d 36 bulan b. Pembiayaan iB Modal Kerja dengan jangka waktu 6 s/d 24 bulan 2. Khusus untuk agunan berupa tanah dan bangunan
a. Status surat pemilikan berupa SHM, SHGB, Akta Jual Beli, APHGR, Akta Hibah, Hak Sewa/ ijin Berjualan, Surat Keterangan Lurah. 3. Biaya Administrasi
a. Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) b. Biaya materai : sesuai kebutuhan